reliefweb.int...iom in brief / sekilas iom established in 1951, the international organization for...

124
MANAGING MIGRATION FOR THE BENEFIT OF ALL IOM International Organization for Migration OIM Organisasi Internasional untuk Migrasi 2008 Annual Report Laporan Tahunan

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • M A N A G I N G M I G R A T I O N F O R T H E B E N E F I T O F A L L

    IOM International Organization for Migration

    OIM Organisasi Internasional untuk Migrasi

    2008A n n u a l R e p o r t L a p o r a n T a h u n a n

  • IOM in Brief / Sekilas IOM

    Established in 1951, the International Organization for

    Migration (IOM) is the principal intergovernmental

    organization in the field of migration. IOM is dedicated

    to promoting humane and orderly migration for

    the benefit of all. It does so by providing services

    and advice to governments and migrants.

    Headquartered in Geneva, Switzerland, IOM is

    growing rapidly and currently counts 125 states as

    members. A further 16 states and 74 international

    and non-governmental organizations hold observer

    status.

    IOM’s expenditures in 2007 reached US$783.8 million

    while the year 2005 saw a peak programme budget

    in excess of US$952 million. Approximately 5,600

    staff are working on more than 1,770 projects from

    over 420 field offices in 129 countries (November

    2008).

    IOM works in the four broad areas of migration

    management:

    • Migration and development

    • Facilitating migration

    • Regulating migration

    • Forced migration.

    IOM activities that cut across these areas include

    the promotion of international migration law, policy

    debate and guidance, protection of migrants’ rights,

    migration health and the gender dimension of

    migration.

    Berdiri pada 1951, International Organization for

    Migration (Organisasi Internasioal untuk Migrasi) atau

    IOM adalah organisasi internasional utama di bidang

    migrasi. IOM berdedikasi menjunjung tinggi migrasi

    yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan

    bersama. IOM melakukannya dengan memberikan

    pelayanan dan nasehat ke pemerintah maupun

    migrants.

    Berkantor pusat di Jenewa, Swiss, IOM berkembang

    pesat dan kini 125 negara tercatat sebagai anggota.

    Selain itu, 16 negara dan 74 organisasi internasional

    dan organisasi swadaya berstatus pengamat.

    Anggaran IOM pada 2007 mencapai AS$ 783,8 juta

    sementara pada 2005 anggaran program mencapai

    puncak hingga AS$952 juta. Sekitar 5.600 staff

    bekerja di lebih dari 1.770 proyek atas 420 kantor di

    129 negara (Nopember 2008).

    IOM bergerak menangani migrasi di empat bidang

    umum:

    • Migrasi dan pembangunan

    • Mengfasilitasi migrasi

    • Mengatur migrasi

    • Migrasi yang dipaksakan

    Sejumlah kegiatan IOM yang mencakup bidang-

    bidang tersebut meliputi pengenalan wacana

    hukum migrasi internasional, perdebatan dan acuan

    kebijakan, perlindungan hak-hak para migran,

    kesehatan migrasi dan dimensi gender dari migrasi.

  • IOM operations in Indonesia began with the

    processing of Vietnamese migrants in Tanjung

    Pinang, Riau, in 1979. These efforts were immediately

    followed by another major operation providing for

    the care, maintenance and assisted voluntary return

    of internally displace East Timorese.

    IOM’s relationship with the Government of Indonesia

    extends back to 1991 when Indonesia became a

    formal Observer in the IOM Council. A Cooperative

    Agreement signed in 2000 recognized the valuable

    association established between the Government

    and IOM towards improving migration management.

    IOM Indonesia’s programmes have expanded

    dramatically both in terms of their geographic reach

    and target populations, particularly since the tsunami

    struck Aceh province on the northernmost tip of the

    island of Sumatra December, 2004. Sub-offices are

    now located across the country with over 600 staff

    members working on a wide range of activities.

    IOM in Indonesia / OIM di Indonesia

    IOM memulai operasinya di Indonesia dengan

    memproses migran Vietname di Tanjung Pinang, Riau

    pada 1979. Serangkain usaha berlanjut dengan

    penyediaan perawatan, pemeliharaan dan bantuan

    pemulanan sukarela bagi para pengungsi Timor

    Timur.

    Hubungan IOM dengan pemerintah Indonesia dimulai

    pada 1999 ketika Indonsia resmi menjadi pengamat

    dalam dewan IOM. Sebuah Perjanjian Kerjasama yang

    ditandatangai pada 2000 mengakui Hubungan yang

    sangat bermanfaat antara Pemerintah dan IOM dalam

    meningkatakan penanganan migrasi.

    Program-program IOM Indonesia telah berkembang

    dari sisi geografis maupun target penduduk, khususnya

    sejak tsunami menghantam propinsi Aceh di ujung

    utara pulau Sumatera pada Desember 2004. Kantor-

    kantor cabang kini berdiri di penjuru nusantara

    dengan lebih dari 600 staff bekerja dalam beragam

    kegiatan.

  • 4IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Table of Contents/ Daftar Isi

    01 Message from the Chief of Mission / Pesan dari Ketua Misi05 Introduction / Kata Pengantar09 Emergency, Post-Conflict Migration Management / Penanganan Migrasi Darurat Pasca-Konflik

    10 National Construction Services / Layanan Konstruksi Nasional

    24 Water and Sanitation / Air dan Sanitasi

    30 Livelihood Support Programme / Program Dukungan Mata Pencaharian

    46 Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik

    62 Decommissioning Temporary Living Centres / Pengosongan Tempat Tinggal Sementara

    65 Regulating Migration66 Counter-Trafficking Efforts / Upaya Penanggulangan Perdagangan Manusia

    78 Technical Cooperation & Capacity Building [ Police Training ]/ Kerjasama Teknis dan Pembangunan Kapasitas [ Pelatihan Polisi ]

    86 Irregular Migration / Migrasi Gelap

    95 Facilitating Migration / Menfasilitasi Migrasi

    99 Migration Health / Kesehatan Migrasi

    113 Project Development & Donor List / Pengembangan Proyek & Daftar Donor114 Project Development / Pengembangan Proyek

    115 Donor List / Daftar Donor

    117 IOM Indonesia Offices / Kantor-kantor OIM di Indonesia

  • 1IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Message from the Chief of Mission / Pesan dari Ketua Misi

    01

  • 2IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Colleagues and Friends,

    It is with great pleasure that I present you the

    International Organization for Migration (IOM)

    Annual Report for 2008. This report summarizes

    the strategic and operational service responses of

    our many and varied programming activities in

    Indonesia in accordance with the principle that

    humane and orderly migration benefits migrants

    and society.

    In 2008, IOM Indonesia built on its close working

    relationship with the Government of Indonesia

    and its traditional donors, tapping decades of

    experience in emergency response, post-conflict

    reintegration programming and technical expertise

    in the field of migration management. To improve

    the Government’s capacity to employ appropriate

    strategies and technology to monitor and take

    action against irregular migration and address

    other critical issues such as human trafficking and

    smuggling, IOM supports national and regional

    capacity-building activities and provides direct

    assistance to migrants in need.

    IOM’s flexible and results-oriented approach has

    allowed the organization to establish itself as one

    of the major partners of the Indonesian

    Government and the international community in

    situations of internal displacement in Indonesia.

    IOM was one of the first international agencies

    working on the ground in Aceh after the 2004

    Tsunami and continues to lead the way in

    providing post-disaster and post-conflict

    development assistance.

    With almost 240 million people spread across

    an archipelago spanning 5,000 kilometres and

    comprising 17,600 islands, Indonesia is a prime

    source, destination and transit country for

    Para rekan dan teman saya sekalian,

    Dengan bahagia saya persembahkan laporan tahunan

    International Organization for Migration (IOM) Tahun

    2008. Laporan ini merangkum bantuan strategis dan

    operasional yang tercakup dalam program kegiatan kami

    yang beragam di Indonesia sejalan dengan prinsip kami

    bahwa migrasi yang manusiawi dan tertib membawa

    manfaat bagi para migran maupun masyarakat.

    Pada tahun 2008, IOM Indonesia membangun

    kerjasamanya yang erat dengan Pemerintah Republik

    Indonesia dan para donornya, memanfaatkan puluhan

    tahun pengalaman di bidang penanganan situasi

    darurat, program reintegrasi pasca konflik serta

    keahlian teknis di bidang penanganan migrasi. Dalam

    rangka meningkatkan kapasitas pemerintah RI untuk

    menerapkan berbagai strategi dan teknologi yang

    tepat guna untuk memonitor dan mengambil tindakan

    terhadap migrasi non-reguler dan menanggulangi

    masalah penting lainnya seperti perdagangan manusia

    dan penyelundupan manusia, IOM mendukung kegiatan

    peningkatan kapasitas tingkat nasional maupun

    regional dan memberikan bantuan secara langsung

    kepada para migran yang membutuhkan.

    Pendekatan yang diterapkan oleh IOM yang bersifat

    fleksibel dan berorientasikan pada hasil telah

    memungkinkannya untuk mengukuhkan diri sebagai

    salah satu mitra utama pemerintah RI dan masyarakat

    internasional menyangkut situasi pengungsian internal

    di Indonesia. IOM merupakan salah satu badan

    internasional pertama yang beroperasi di lapangan di

    Aceh setelah terjadinya tsunami di tahun 2004 dan tetap

    merupakan badan terdepan dalam memberikan bantuan

    pembangunan pasca-bencana dan pasca-konflik.

    Dengan hampir 240 juta penduduk tersebar di sebuah

    kepulauan yang terbentang seluas 5.000 kilometer dan

    terdiri dari 17.600 pulau, Indonesia merupakan negara

    2

  • 3IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    3

    migrants with its porous borders and weaknesses

    in border and immigration management systems.

    It also experiences important internal migration

    flows due to constant labour movement, conflict

    and disasters.

    Migration continues to be one of the defining

    global issues of this century, with more and more

    people on the move today than at any other

    point in human history. IOM’s diverse programme

    architecture in Indonesia reflects these important

    and complex dynamics through capacity

    building and assistance in the field of migration

    management and by contributing to population

    stabilization after natural disasters, economic

    instability and conflict.

    This report has been divided into three key

    operational areas which reflect the work of IOM

    in Indonesia:

    Emergency and Post-Conflict Migration Management

    programming provides immediate and long-

    term assistance to displaced populations in post-

    disaster situations like those in Aceh and Java,

    and those affected by armed conflict, as has been

    the case in Aceh since the signing of the

    historic peace agreement in August 2005.

    The broad category of Regulating Migration

    includes migration management capacity-building

    activities with our government partners, service

    delivery to stranded migrants, the reintegration

    of thousands of victims of human trafficking,

    and a nation-wide police training to support of

    the Indonesian National Police reform programme.

    Migration Health covers the orderly and voluntary

    return of medical evacuees in post-disaster

    situations, and extends to training, research and

    sumber, tujuan dan transit utama bagi migran, mengingat

    panjangnya perbatasan dan kelemahan dalam sistem

    penanganan imigrasi. Indonesia juga mengalami arus

    migrasi internal yang cukup besar mengingat sering

    terjadinya pergerakan tenaga kerja, konflik dan bencana

    alam.

    Migrasi terus menjadi permasalahan global utama pada

    abad ini, dengan semakin banyaknya jumlah penduduk

    yang bergerak dewasa ini dibanding waktu lainnya dalam

    sejarah manusia. Kerangka program IOM yang beragam

    di Indonesia mencerminkan dinamika yang penting dan

    kompleks ini melalui peningkatan kapasitas dan bantuan

    di bidang penanganan migrasi dan dengan memberi

    kontribusi pada stabilisasi penduduk setelah terjadinya

    bencana alam, ketidakstabilan ekonomi dan konflik.

    Laporan ini telah dibagi berdasarkan tiga bidang

    operasional utama yang mencerminkan kegiatan IOM

    di Indonesia:

    Program Penanganan Migrasi Masa Darurat dan Pasca-

    Konflik, yang memberikan bantuan langsung maupun

    jangka panjang kepada penduduk yang mengungsi

    dalam situasi pasca-bencana seperti di Aceh dan Jawa,

    serta penduduk yang terkena imbas konflik bersenjata,

    sebagaimana yang terjadi di Aceh sejak penandatanganan

    perjanjian perdamaian bersejarah di bulan Agustus 2005.

    Kategori luas mengenai Penanganan Migrasi meliputi

    peningkatan kapasitas penanganan migrasi yang

    dilaksanakan bersama para mitra pemerintah,

    penyampaian layanan kepada para migran yang

    terdampar, reintegrasi ribuan korban perdagangan

    manusia, serta pelatihan polisi secara nasional guna

    mendukung program reformasi Kepolisian Republik

    Indonesia.

    Kesehatan Migrasi mencakup pemulangan secara tertib

    dan sukarela para pasien yang dievakuasi selama masa

  • 4IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    direct mental and psychological assistance to

    migrants in distress – including victims of conflict,

    disaster and human trafficking in Indonesia.

    We are determined that IOM Indonesia will

    continue to meet the challenges and outstanding

    needs of vulnerable and mobile populations

    throughout the archipelago. We are committed

    to working with the Government of Indonesia

    in developing new sustainable programmes and

    projects to maintain our effective and holistic

    management of migration issues and intend

    to pursue this important task with the same

    energy and motivation in years to come.

    pasca-bencana, dan mencakup juga pelatihan, riset dan

    bantuan mental dan psikologis secara langsung kepada

    para migran yang menghadapi masalah – termasuk

    korban konflik, bencana dan perdagangan manusia di

    Indonesia.

    Kami bertekad agar IOM Indonesia akan terus menjawab

    tantangan dan kebutuhan mendesak para penduduk

    yang rentan dan bergerak di seluruh nusantara. Kami

    berkomitmen untuk bekerjasama dengan Pemerintah

    Indonesia dalam mengembangkan serangkaian program

    dan proyek baru yang berkelanjutan dan berkeinginan

    untuk memenuhi tugas mulia ini dengan tenaga dan

    motivasi yang sama di tahun-tahun mendatang.

    J. Steve CookIOM Indonesia Chief of Mission/

    Ketua Misi OIM Indonesia

  • 5IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Introduction/ Kata Pengantar

    05

  • 6IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    The International Organization for Migration is the

    leading intergovernmental organization working

    with migrants and governments to develop effective

    responses to migration challenges. Dedicated to

    promoting humane and orderly migration for the

    benefit of all for more than five decades, IOM has

    a proven record for success around the world.

    IOM established its first operations in Indonesia in

    1979, facilitated the processing of Indo - Chinese

    boat people in Riau province during the 1980’s.

    Following the mass displacement and humanitarian

    crisis triggered by East Timor’s vote for independence

    in 1999, the Organization established a massive

    sea, land and air bridge to help some 150,000 East

    Timorese return home.

    The operation cemented IOM’s relations with the

    Government of Indonesia (GoI) and led to the

    establishment of an office in Jakarta and the signing

    of a Memorandum of Understanding in 2000.

    The excellent working relationship between IOM

    and the Government enabled the Organization to

    provide immediate large scale emergency response,

    recovery and reconstruction assistance, following

    the succession of natural disasters that struck Aceh

    (2004), Nias (2005), Yogyakarta (2006) and Padang

    (2007.)

    IOM’s global mission values of supporting the

    efforts of government institutions to assist migrants

    wove themselves through operations across the

    nation, further linking programmes and expertise

    together.

    The mission has brought relief to tens of thousands

    of tsunami and earthquake survivors through

    The International Organization for Migration

    adalah organisasi antar-pemerintah terkemuka

    yang berhubungan erat dengan pemerintah

    untuk mengembangkan langkah-langkah yang

    efektif dalam menghadapi permasalahan

    migrasi. Dengan dedikasi menjunjung migrasi

    yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan

    semua, selama lebih dari lima dekade, IOM

    menunjukkan keberhasilannya di banyak negara.

    IOM pertama kali memulai perannya di Indonesia

    pada 1979 dengan menangani manusia perahu

    Indo-Cina di propinsi Riau pada 1980an.

    Setelah perpindahan masal dan krisis kemanusian

    yang terpicu oleh refendum di Timor Timur pada

    1999, organisasi ini hadir memberikan bantuan

    besar-besaran melalui laut, darat dan udara

    untuk membantu 150.000 kembali ke tempat

    asalnya.

    Sejumlah kegiatan tersebut menjadi dasar

    hubungan IOM dan pemerintah Indonesia hingga

    akhirnya dibukanya kantor perwakilan di Jakarta

    dan ditanda tanganinya nota kesepahaman pada

    2000.

    Hubungan erat antara IOM dan pemerintah

    telah memungkinkan orgasniasi ini memberikan

    bantuan tanggap darurat, pemulihan dan

    rekonstrusi dalam skala besar ketika serangkaian

    bencana alam menimpa Aceh (2004), Nias (2005),

    Yogyakarta (2006) dan Padang (2007).

    Misi global IOM mendukung badan-badan

    pemerintah dalam membantu penduduk migran

    menyatu dengan kegiatan operasional di seluruh

    negeri dan memadukan beragam program dan

    keahlian.

  • 7IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    logistics support, the restoration of livelihoods,

    construction of shelters, clinics and community

    centres, and also post-disaster physical- and mental

    health services.

    Throughout 2008 IOM and its partners continued

    to respond to migration health challenges in

    Indonesia in the fields of maternal and child health

    for internally displaced populations; psychosocial

    and mental health for conflict-affected communities;

    emergency medical response for victims of natural

    disasters; migration health assessments for migrants

    and refugees, and health services for irregular

    migrants and victims of trafficking.

    IOM’s global experience in post-conflict

    environments led the Indonesian Government and

    international donors to entrust the Organization

    to assist and support the Government with the

    reintegration of nearly 5,000 former combatants

    and amnestied political prisoners into mainstream

    Acehnese society, following the signing of the

    2005 Helsinki Peace Accord. IOM further delivered

    tangible support to unemployed youth in high-

    risk parts of Aceh where to date, more than 1,100

    clients have been referred to a job, apprenticeships,

    trainings, or small-business networks.

    The Government also turned to IOM in its efforts to

    combat human trafficking. Over the past four years

    the mission has provided specialist training for law

    enforcement officials, prosecuters and judiciaries,

    including the Justices of the Indonesian Supreme

    Court. IOM has also created Asia’s first medical

    recovery centres in selected police hospitals for

    trafficking victims.

    Helping government manage migration-related

    issues is one of IOM’s core missions. IOM supports

    Misi ini telah menyalurkan bantuan bagi ribuan korban

    selamat tsunami dan gempa bumi melalui dukungan

    logistik, pemulihan mata pencaharian, pembangunan

    tempat penampungan sementara, klinik, fasilitas

    umum dan juga pelayanan-pelayanan fisik dan mental

    pasca bencana alam.

    Selama 2008, IOM dan mitra-mitranya masih terus

    menjawab tantangan-tantangan dalam kesehatan

    migrasi di Indonesia, termasuk kesehatan ibu hamil dan

    anak-anak dikalangan pengungsi; kesehatan psikososial

    dan jiwa bagi masyarakat yang terkena dampak

    konflik; tanggap darurat medis bagi korban bencana

    alam; pemeriksaan kesehatan migrasi bagi para

    migran dan pengungsi, dan pelayanan-pelayanan

    kesehatan bagi migrant gelap dan korban perdangan

    manusia.

    Pengalaman global IOM di linkungan pasca konflik

    telah meyakinkan pemerintah Indonesia dan donor

    internasional untuk memberikan bantuan bagi

    organisasi ini dan dukungan bagi pemerintah dalam

    proses reintegrasi hampir 5.000 mantan kombatan dan

    tahanan politik ke masyarakat Aceh sebagai kelanjutan

    penandatangan perjanjian damai Helsinki pada 2005.

    Lebih jauh lagi, IOM telah memberikan bantuan bagi

    kelompok muda yang tidak bekerja di daerah-daerah

    bersiko tinggi di Aceh, dimana hingga kini lebih 1.100

    diantaranya telah menerima pekerjaan, praktek kerja,

    pelatihan-pelatihan, atau jaringan-jaringan bisnis

    kecil.

    Pemerintah juga meminta bantuan IOM dalam

    memerangi perdagangan manusia. Dalam empat tahun

    terakhir, misi ini telah memberikan pelatihan-pelatihan

    khusus bagi para perangkat hukum, pengacara dan

    jaksa, termasuk peradilan di tingkat Mahkamah Agung.

    IOM juga telah membentuk pusat pemulihan bagi

    korban perdangan manusia di sejumlah rumah sakit

  • 8IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    the Government’s efforts to regulate the movement

    of irregular migrants through Indonesia by providing

    extensive support services to stranded migrants.

    The Organization is also working with the

    Indonesian Government to bolster the Indonesian

    National Police’s (INP) reform agenda. It has already

    trained almost 100,000 policemen and women in

    community policing and human rights, as part of

    a six-year programme, which was launched in

    2004.

    IOM Indonesia’s mission stems from its partnerships

    with national and local government, non-

    governmental agencies, grassroots community

    organizations and the donor community.

    IOM programmes continue to address the

    outstanding needs of vulnerable and mobile

    populations throughout the archipelago. And,

    innovative new programmes and projects currently

    under development will continue to do so in the

    years to come.

    polisi dan merupakan yang pertama dilakukan di Asia.

    Membantu pemerintah dalam menangai masalah-

    masalah yang berhubungan dengan migrasi adalah

    salah satu misi utama IOM. IOM mendukung usaha

    pemerintah untuk mengatur migran gelap melalui

    penyediaan pelayanan dukungan menyeluruh bagi

    migrant yang terdampar.

    Organisasi ini juga berkerja dengan pemerintah

    Indonesia mendukung agenda reformasi Polri. Hingga

    kini, hampir 100.000 polisi termasuk polisi wanita

    dilatih dalam perpolisian masyarakat (polmas) dan

    hak azasi manusia (HAM), sebagi bagian dari enam

    tahun program yang diluncurkan pada 2004.

    Program-program IOM masih terus bersentuhan

    dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang lemah

    dan berpindah di seluruh negeri ini. Dan, program-

    program baru yang inovatif kini tengah dikembangkan

    dan akan terus dikembangkan di tahun-tahun

    mendatang.

  • 9IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Emergency and Post-Conflict Migration Management/ Penanganan Migrasi Darurat dan Pasca-Konflik

    10 National Construction Service / Layanan Konstruksi Nasional |

    24 Water and Sanitation / Air dan Sanitasi |

    30 Livelihood Support Programme / Program Dukungan Mata Pencaharian |

    46 Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik |

    62 Decommissioning Temporary Living Centers / Pengosongan Tempat Tinggal Sementara |

    09

  • 10IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    National Construction Services/ Layanan Konstruksi Nasional

    10

    I am very grateful because I plan to spend the rest of my life in this house. Soon my youngest son will also get married, but I will be safe and comfortable here. / Saya sangat

    berbahagia karena

    saya berencana

    menghabiskan

    hidup saya di rumah

    ini. Tidak lama lagi

    putra bungsu saya

    juga akan menikah,

    namun saya akan

    merasa aman dan

    nyaman disini.

    { Mursidah }

    Mursidah enjoys playing with her granddaughter,

    Rini, while her house is being rebuilt by IOM in

    Lampeudaya village, in Mesjid Raya sub-district,

    Aceh Besar.

    The village is a quiet, peaceful place now,

    but almost four years ago, when the tsunami

    swept in, Mursidah lost her house and almost

    everything she owned.

    For nearly a year she and her three sons lived

    in a cramped barrack block with hundreds of

    other families made homeless by the disaster.

    They were happy and grateful when, together with

    16 other families, they were among the first to

    receive a brick and timber house from the

    international NGO Oxfam.

    In the past three years two of Mursidah’s sons

    have got married and moved out to start

    families of their own. But now, after three years,

    the timber structure of the house has begun to

    deteriorate.

    IOM, with funding from Oxfam, is now upgrading

    the timber superstructure with more long-lasting,

    durable, light-gauge steel and fiber cement board.

    “I am very grateful because I plan to spend the rest

    of my life in this house. Soon my youngest son will

    also get married, but I will be safe and comfortable

    here,” says Mursidah.

    Mursidah tengah bercengkrama dengan cucu

    perempuannya, Riri ketika rumahnya dibangun IOM

    di desa Lampeudaya, kecamatan Mesjid Raya, Aceh

    Besar.

    Desa ini begitu tenang, namun hampoir empat tahun

    yang lalu ketika tsunami menyapu desa ini, Mursidah

    kehilangan rumah dan hampir semua harta benda

    miliknya.

    Selama hampir setahun, ia dan ketiga putranya

    tinggal di barak penampungan yang padat sementara

    bersama keluarga-keluarga lain korban tsunami.

    Mereka berbahagia dan penuh syukur ketika bersama

    16 keluarga lainya termasuk orang pertama yang

    menerima bantuan sebuah rumah yang dibangun dari

    bata dan kayu dari NGO internasional Oxfam.

    Dalam tiga tahun terkahir, dua dari tiga anaknya telah

    menikah dan keluar rumah untuk memulai kehidupan

    baru. Namun, kini setelah tiga tahun struktur kayu

    rumahnya mulai rusak

    IOM dengan bantuan dana Oxfam kini tengah

    menjalankan program untuk menggantikan struktur

    bagian atas rumah dengan baja ringan yang lebih

    tahan lama dan papan fiber cement.

    “Saya sangat berbahagia karena saya berencana

    menghabiskan hidup saya di rumah ini. Tidak lama lagi

    putra bungsu saya juga akan menikah, namun saya

    akan merasa aman dan nyaman disini,” kata Mursidah

    Mursidah Gets a Better House / Mursidah Dapat Rumah yang Lebih Baik

  • 11IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    3 4

    2

    1

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008

    1. Mursidah

    and her

    granddaughter

    Rini

    /

    Mursidah dan

    Rini cucu

    perempuannya.

    2. Mursidah’s new

    house

    /

    Rumah baru

    Mursidah.

    3 & 4. Mursidah’s

    and her new life.

    /

    Mursidah dan

    kehidupan

    barunya.

  • 12IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Shelter/HousingAfter three years of post-tsunami reconstruction

    work in Aceh and Nias, IOM’s construction and

    housing services have seen the culmination of

    a range of projects designed to stabilize and

    revitalize communities displaced by the two

    natural disasters.

    Construction was carried out in coordination

    with government and NGO partners, in close

    consultation with community committees, at the

    request of the Government of Indonesia.

    By early 2008, the final units of permanent housing

    for tsunami-affected families were completed.

    A total of 4,448 transitional shelters and permanent

    houses were built, along with 388 public buildings

    including schools, clinics and community centers.

    IOM’s construction programme was active in 125

    communities across Aceh’s 15 coastal districts.

    With its original shelter projects now complete,

    IOM is currently providing shelter construction

    assistance to several NGOs who constructed semi-

    permanent shelters for tsunami-affected families

    in Aceh as an interim measure after the tsunami.

    Oxfam, using a community-driven approach,

    constructed many houses throughout Aceh in 2005.

    The design used a masonry substructure and a

    wooden superstructure, which allowed beneficiary

    families to be involved in the construction and

    resulted in fast completion.

    But the timber superstructures proved vulnerable

    to weather and insect infestation, resulting in

    deterioration and structural damage. They now

    need to be replaced with more durable structures.

    IOM is currently conducting a project to remove

    the wooden superstructure of 48 houses and

    replace it with new, permanent superstructures

    using light-weight steel frames.

    In Banda Aceh and Aceh Besar, IOM in partnership

    with CARE, is also implementing a project to

    demolish existing structures and replace them with

    earthquake-resistant RISHA-designed houses.

    PerumahanSetelah tiga tahun rekonstruksi pasca tsunami di Aceh

    dan Nias, pelayanan-pelayanan IOM konstruksi dan

    perumahan telah menunjukkan puncah dari beragam

    kegiatan yang dirancang untuk menstablilkan dan

    memulihkan masyarakat korban kedua bencana

    alam.

    Konstruksi dilakukan melalui koordinasi dengan

    pemerintah dan mitra NGO, konsultasi dengan

    kelompok-kelompok masyarakat, sesuai permintaan

    pemerintah Indonesia.

    Pada awal 2008, pembangunan unit rumah permanen

    terkhir untuk penerima bantuan korban tsunami

    selesai. Secara keseluruhan, 4,448 rumah sementara

    dan rumah permanen telah dibangun bersamaan

    dengan 388 bangunan umum seperti sekolah, klini dan

    gedung serba guna. Program konstruksi IOM aktif di

    125 komunitas di 15 kabupatan sepanjang pesisir

    Aceh.

    Dengan berakhirnya proyek perumahan, IOM kini

    tengah memberikan bantuan konstruksi perumahan

    atas sejumlah NGO yang telah membangun rumah

    semi permanen sebagai tempat sementara setelah

    tsunami.

    Oxfam, menggunakan pendekatan berbasis

    masyarakat, telah membangun banyak rumah diseluruh

    Aceh selama 2005. Rancangan yang menggunakan

    dinding beton pada struktur bagian bawah dan kayu

    pada bagian atas ini memungkinkan penerima

    bantuan terlibat dalam pembangunan dan selesai

    dalam waktu singkat.

    Tetapi bagian atas dari kayu tersebut terbukti tidak

    kuat atas perubahan cuaca dan gangguan serangga

    yang berakibatnya rusaknya struktur.

    Kini IOM tengah melaksanakan sebuah proyek untuk

    mengganti struktur kayu atas 48 dengan atap permanen

    yang baru menggunakan struktur baja ringan.

    Di Banda Aceh dan Aceh Besar, IOM yang bermitra

    dengan CARE juga menjalankan sebuah proyek

    untuk menggantikan struktur bangunan lama dan

    menggantinya dengan RISHA.

    Construction was carried out in coordination with government and NGO partners, in close consultation with community committees, at the request of the Government of Indonesia. / Konstruksi dilakukan

    melalui koordinasi

    dengan pemerintah

    dan mitra NGO,

    konsultasi dengan

    kelompok-kelompok

    masyarakat,

    sesuai permintaan

    pemerintah

    Indonesia.

  • 13IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    IOM has used the RISHA design developed and

    certified in Indonesia since 2005. It incorporates a

    38 to 44m2 modular reinforced pre-cast concrete

    structure and a septic system that can deal with

    the high water table found in most coastal

    communities.

    The project will construct 122 new 44m2 housing

    units, complete with three partitioned rooms, a

    kitchen alcove, and additional separate toilet and

    washing facilities connected to a sanitation system.

    IOM menggunakan rancangan rumah RISHA yang

    dikembangkan dan resmi digunakan di Indonesia

    sejak 2005. Rancangan ini terdiri atas 38 hingga 44m2

    struktur beton modular dan system sanitasi yang

    dirancang untuk menangani tingkat permukaan air

    yang cukup tinggi dikebanyakan daerah pesisir.

    IOM akan membangun 122 unit rumah baru tipe 44m2,

    lengkap dengan tiga ruang terpisah, sebuah dapur

    dalam, kamar mandi dan tempat mencuci yang

    terhubung dengan saluran langsung ke system sanitasi.

    Aceh - Nias / Aceh - Nias

    • Construction / Konstruksi

    1,233 Transitional shelters constructed post-tsunami. /

    Penampungan sementara yang telah dibangun pasca-tsunami

    3,215 Permanent houses constructed post-tsunami. /

    Rumah permanen yang telah dibangun pasca-tsunami

    4,448 Total shelters and houses constructed. /

    Jumlah penampungan sementara dan rumah yang telah dibangun

    247 Three-room school buildings constructed. /

    Tiga ruang bangunan sekolah yang telah dibangun

    141 Other public buildings (clinics, community centres). /

    Bangunan umum lainnya (klinik, gedung serba guna)

    4,836 Total units constructed (including houses, clinics, schools, community centers etc.) in Aceh and Nias. /

    Jumlah unit yang telah dibangun (termasuk rumah, klinik, sekolah, gedung serba guna, dll) di Aceh dan Nias

    Yogyakarta & Central Java / Yogyakarta & Jawa Tengah

    • Construction / Konstruksi

    24 MCA prototype residential houses constructed. /

    Rumah contoh MCA telah dibangun.

    5 Community Centers constructed. /

    Fasilitas umum telah dibangun.

    • Training / Pelatihan

    3,627 Beneficiaries that have received training in safe and earthquake-resistant construction practices. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan di bidang Konstruksi Tahan Gempa.

    3,608 Beneficiaries trained in Disaster Preparedness and Management. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan di bidang Kesiapsiagaan Bencana.

    196 Community leaders trained in training others in basic community-based disaster risk management concepts. /

    Kader Lokal yang telah dikenalkan dengan Konsep Pengurangan resiko Bencana Berbasis Masyarakat.

    820 Beneficiaries of household finance training. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan keuangan rumah tangga.

    63 Beneficiaries of entrepreneurship training. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan kewirausahaan.

    By the Numbers / Berdasarkan Angka

    (31 October 2008)

    (30 June 2008)

  • 14IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Ulee Kareng is most famous throughout

    Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) province as

    a place for drinking coffee. Here, people from

    all walks of life gather at the Solong coffee shop

    to drink and chat about everything from social,

    economic and political issues to daily life.

    You can also find 12 houses here donated by the

    Queensland Government and built by IOM in

    2006, housing families of staff working for the

    Dinas Pertanian (Department of Agriculture) at

    the time of the December 2004 tsunami.

    Ibu Munajirah, wearing a Dinas Pertanian uniform,

    is an energetic single parent who lost almost all

    of her family when the wave struck. ”It was

    shattering for me. My husband had passed away a

    month earlier. Then the tsunami took almost all

    my other relatives. My two precious children are

    the reason why I have struggled and survived

    all this time,” she says.

    Another resident of the housing complex,

    Pak Syarifuddin, has a wife and three young

    children – two daughters and one son – aged

    four to 11 years old. They were living in a Dinas

    Pertanian house in Punge Ujong when the

    tsunami came and devastated their world. He

    remembers losing his father-in-law minutes after

    telling him about the giant wave sweeping in

    from the ocean.

    Di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, nama Ulee

    Kareng telah dikenal sebagai sebuah tempat untuk

    menikmati kopi aceh. Di tempat ini, masyarakat dari

    berbagai kelompok dan golongan datang menikmati

    kopi sambil berbincang beragam hal mulai masalah

    sosial, ekonomi, politik hingga masalah keseharian.

    Di tempat ini pula, anda bisa menemukan 12 rumah

    sumbangan pemerintah Queensland dan dibangun

    oleh IOM pada 2006, yang merupakan perumahan bagi

    staff yang bekerja pada Dinas Pertanian ketika bencana

    tsunami 2004 terjadi.

    Ibu Munajirah yang mengenakan seragam Dinas

    Pertanian adalah seorang orangtua tunggal penuh

    semangat meski telah kehilangan hampir seluruh

    anggota keluarga ketika ombak menyergap. “Bencana

    itu sangat tak terkira, terlebih setelah kepergian suami

    saya,” kata Ibu Munajirah. “Sebulan kemudian, tsunami

    merenggut anggota keluarga yang lain. Kedua anak

    tersayang saya adalah alasan saya untuk tetap berjuang

    dan bertahan selama ini.”

    Salah satu penghuni lain perumahan tersebut, Pak

    Syarifuddin hidup dengan seorang istri dan tiga orang

    anak, dua putri dan satu putra berumur antara empat dan

    11 tahun. Mereka tingal di sebuah rumah Dinas Pertanian

    di Punge Ujong ketika tsunami menghantam dan

    menghancurkan kehidupan mereka. Ia masih ingat

    kehilangan bapak mertuanya sesaat stelah menyampaikan

    kabar tentang ombak raksasa yang datang dari laut.

    From Tin Roof to Earthquake ~ Resistant House/ Dari Atap Seng ke Rumah Tahan Gempa

    © IOM Indonesia 2008

    Ibu Munajirah, is an energetic single

    parent who lost almost all of her

    family when the wave struck.

    /

    Ibu Munajirah adalah seorang orangtua

    tunggal penuh semangat meski telah

    kehilangan hampir seluruh anggota

    keluarga ketika ombak menyergap.

  • 15IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    “I grabbed my family and rode my motorbike

    away from the sea with the wave roughly 300

    meters behind us. My son saw it and is still

    traumatized by the memory of the tsunami and

    the earthquake,” he says.

    “We had to live in a single room in a hot tin roof

    warehouse belonging to Dinas Pertanian for over

    a year. We were very insecure and had to share

    the space with the Government because they

    needed it for offices.”

    But the family are now happy and grateful for

    their new home provided by IOM and the

    Queensland Government. “It has helped us to

    get back to a normal life. I can focus on my work

    and feel assured now that my family is now living

    in a safe, earthquake-resistant house. Also it now

    takes me less than five minutes to get to work –

    I used to have to travel 10 kms,” smiles Pak

    Syarifuddin.

    Pak Syarifuddin and Ibu Munajirah have been

    able to restart their lives in their new homes,

    returning to work and putting traumatic

    memories of the earthquake and tsunami behind

    them.

    “I will raise my two lovely children here and leave

    all the memories of pain and sorrow behind me,”

    says Ibu Munajirah.

    © IOM Indonesia 2008

    “Saya segera membawa keluarga saya dengan sepeda

    motor dan berusaha menjauh dari kejaran ombak yang

    berjarak sekitar 300 meter di belakang,” katanya. “Putra

    saya melihat semua kejadian tersebut dan hingga kini

    masih mengalami trauma atas gempa dan tsunami.”

    “Lebih dari satu tahun kami harus tinggal digudang

    beratap seng milik Dinas Pertanian. Kami hidup penuh

    ketakutan dan merasa tidak yakin dengan pengaturan

    huninan sementara. Kami harus berbagi tempat dengan

    pemerintah karena mereka membutuhkan tempat untuk

    kegiatan perkantoran.”

    Namun kini kedua keluarga berbahagia dan bersyukur

    atas rumah baru mereka yang diberikan IOM dan

    pemerintah Queensland. “Rumah ini telah membantu

    kami kembali ke kehidupan normal. Saya dapat fokus

    pada pekerjaan saya dan sekarang merasa yakin bahwa

    keluarga saya hidup di sebuah rumah yang aman dan

    tahan gempa. Terlebih lagi, kini saya membutuhkan

    waktu kurang dari lima menit untuk menuju tempat

    kerja, sebelumnya saya harus menempuh hingga 10km,”

    senyum Pak Syarifuddin.

    Pak Syarifuddin dan Ibu Munajirah telah dapat memulai

    awal kehidupan baru , kembali bekerja dan melupakan

    pengalaman-pengalaman traumatis.

    “Saya akan membesarkan kedua anak saya disini dan

    meninggalkan kepedihan dan kesedihan dimasa lalu,”

    kata Ibu Munajirah.

    These houses were built by IOM in

    2006 with support from Queensland

    Government

    /

    Rumah-rumah ini dibangun oleh

    IOM pada 2006 dengan bantuan dari

    pemerintah Queensland.

  • 16IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    1. One of the 96 —

    44m2 — permanent

    houses built by IOM

    in Blang Raya.

    /

    Satu dari 96

    rumah permanen

    berukuran 44m2

    yang dibangun IOM

    di Blang Raya.

    2, 3, 4. The

    reconstruction

    process of

    permanent house,

    a school and a

    community center

    in Blang Raya.

    /

    Proses

    pembangunan

    rumah permanen,

    sekolah dan gedung

    serba guna di

    Blang Raya.

    2

    1

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008

    3 4

    © IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008

  • 17IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    In order to ensure fairness and make sure

    residents would integrate with

    people from other areas,

    houses in the development

    were distributed through a

    lottery system. /

    Untuk memastikan

    keadilan dan

    menyatunya

    penduduk dengan

    para pendatang,

    rumah-rumah

    tersebut dibangun

    dan ditetapkan

    melalui sistem undi.

    The road to Blang Raya in Pidie district winds

    through beautiful green hills and acres of paddy

    fields. The place conjures up the beauty of rural

    Indonesia and is far removed from the blistering

    heat of Sigli, the district capital.

    IOM has built 96 44 m2 permanent houses, a school

    and a community center in Blang Raya, making it

    the largest new community in the area. While some

    residents are local, others are from western coastal

    areas affected by the tsunami.

    “This is now our home and we are very grateful.

    There are many children here, but the school means

    that we do not have to worry about them having

    going to school somewhere far away,” says mother–

    of-four Khadijah.

    A multi-function community hall built on land

    bought by BRR, the Aceh and Nias Rehabilitation

    and Reconstruction Agency, allows residents get

    together and organize community activities.

    “If someone wants to organize a wedding

    reception, we can have it here,” Abdus Salam,

    a resident of the colourful, hillside community.

    The hall is also used for village committee

    meetings, including gatherings to discuss IOM’s

    current project in the village, which addresses water

    and sanitation issues.

    In order to ensure fairness and make sure

    residents would integrate with people from

    other areas, houses in the development were

    distributed through a lottery system.

    “This was a good system. Without it people

    from Blang Raya would probably have formed

    a separate community and people from other

    villages would have chosen to live near people

    from their old village. The lottery system forced

    us to mix and will foster a new sense of

    community,” says a young housewife living in

    the complex.

    Jalan menuju kabupaten Pidie berliku melalui perbukitan

    hijau yang indah dan paran pematang padi. Tempat ini

    merupakan gambaran alam desa Indonesia dan sangat

    berbeda dibanding ibukota kabupaten, Sigli, yang panas

    terik.

    IOM telah membangun 96 rumah permanen berukuran

    44m2, sebuah sekolah dan sebuah gedung serba guna

    di Blang Raya, menjadikannya sebagai komunitas baru

    terbersar di kawasan tersebut. Sebagian penduduknya

    adalah penduduk asli dan sebagian lainnya berasal

    dari pesisir pantai barat yang terimbas tsunami.

    “Sekarang inilah rumah kami dan kami sangat bersyukur.

    Disini ada banyak anak tapi dengan sekolah ini kami tidak

    lagi harus khawatir karena mereka tidak lagi harus pergi

    ke sekolah lain yang jauh,” ujar ibu dengan empat anak,

    Khadijah.

    Sebuah gedung serba guna yang berfungsi untuk

    tempat musyawarah dan kegiatan umum dibangun

    diatas tanah yang telah dibeli Badan Rekonstruksi

    dan Rehabilitasi Aceh dan Nias (BRR).

    “Bila seseorang hendak melangsungkan resepsi pernikahan,

    kami bisa melaksanakannya di sini,” ujar Badus Salam,

    seorang penduduk yang tinggal di perumahan penuh

    warna di perbukitan.

    Gedung serba guna juga digunakan untuk pertemuan desa,

    termasuk pertemuan untuk mendiskusikan proyek IOM

    dibidang air bersih dan sanitasi yang tengah berlangsung

    di desa.

    Untuk memastikan keadilan dan menyatunya penduduk

    dengan para pendatang, rumah-rumah tersebut dibangun

    dan ditetapkan melalui sistem undi.

    “Ini adalah sistem yang bagus. Tanpa ini warga dari

    Blang Raya mungkin akan membentuk komunitas sendiri

    sementara warga dari daerah lain akan memilih tinggal

    berkelompok dengan warga dari kampung asalnya

    masing-masing. Sistem undi ini membuat kami harus

    bercampur dan menghadirkan perasaan bermasyarakat,”

    seorang ibu muda yang tinggal di perumahan ini.

    Colours in Blang Raya/ Warna-warna di Blang Raya

  • 18IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Rebuilding Hopes / Membangun Kembali Harapan - harapan

    Tanjong village used to be on the road to Lhoknga

    beach in Aceh Besar. On December 26th 2004 Yuni

    Miranda – Mira to her friends – was in the village.

    She remembers the coconut trees swaying in the

    sea breeze.

    ”The waves came from two directions - not only

    from Lhoknga beach, but also from the direction

    of Ulee Lhue port,” she says.

    She fled on a motorcycle with three other adults

    and an infant. The group survived the waves

    by reaching the Cut Nyak Dhien Museum and

    running up to the roof.

    But that morning Mira lost most of her family. Her

    mother and two sisters died in Calang, Aceh Jaya,

    her mother’s home town, where her father worked

    as a policeman.

    When Mira and her father gathered enough courage

    to return to Tanjong several days later, they saw

    that the entire village had been destroyed. All that

    remained of their house were the foundations.

    Mira’s hopes of rebuilding were raised when her

    father was subsequently registered to receive

    a new house as part of a community-driven housing

    project organized by the international NGO CARE.

    IOM, with funding from CARE, has now become

    involved in the project and has started work on

    a new house for the family.

    “My spirits are soaring. Soon I will be getting a

    new house and my cousin also just got a new

    job in a bank. Things are getting better,” says Mira.

    Desa Tanjong dulu terletak di jalur menuju pantai

    Lhoknga di Aceh Besar. Pada 26 Desember 2004 Yuni

    Miranda – Mira ia biasa dipanggil – berada di desanya.

    Masih jelas teringat dibenaknya nyiur melambai ditiup

    angin pantai.

    “Ombak tidak hanya datang dari pantai Lhoknga, tapi

    juga dari arah pelabuhan Ulee Lheu,” ingat Mira.

    Mira melarikan diri dengan mengendarai sebuah sepeda

    motor bersama tiga orang dewasa lain dan seorang

    bayi. Mereka selamat dari kejaran ombak dengan

    memanjat atap Museum Cut Nyak Dhien.

    Namun pada pagi yang naas itu, ia kehilangan hampir

    seluruh anggota keluarganya. Ibu dan dua saudara

    perempuannya meninggal di Calang, Aceh Jaya yang

    merupakan kampung halaman ibunya dan tempat

    tugas ayahnya sebagai seorang anggota kepolisian.

    Ketika keberanian Mira dan ayahnya terkumpul,

    beberapa hari kemudian mereka memberanikan diri

    kembali Tanjong. mereka melihat desa Tanjong yang

    telah hancur. Yang tersisa hanyalah dasar rumah.

    Harapan Mira mulai tumbuh ketika ayahnya terdaftar

    untuk mendapatkan bantuan rumah dari CARE sebagai

    bagian proyek perumahan berbasis masyarakat.

    IOM dengan dukungan CARE kini melanjutkan program

    tersebut dan telah mulai membangun sebuah rumah

    baru bagi keluarga ini.

    “Harapan saya membumbung tinggi. Sebentar lagi

    saya akan mendapatkan sebuah rumah baru dan

    sepupu saya juga akam mulai bekerja di sebuah bank.

    Keadaan kini lebih baik,” kata Mira.

    1 2

    © IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008

    1. Mira in her new

    place of work.

    /

    Mira di tempat

    kerjanya yang baru.

    2. Mira’s land in

    Tanjong village,

    Aceh Besar

    /

    Tanah milik Mira

    di desa Tanjong,

    Aceh Besar.

    My spirits are soaring. Soon I will be getting a new house... / Harapan saya

    membumbung tinggi.

    Sebentar lagi saya

    akan mendapatkan

    sebuah rumah baru...

    { Mira }

  • 19IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    3 4

    2

    1

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008

    1 & 4. Participants

    of MCA’s training

    that provided by

    IOM.

    /

    Peserta pelatihan

    MCA yang diberikan

    oleh IOM.

    2 & 3. The

    participants of

    the training

    courses in disaster

    preparedness

    and save and

    earthquake

    resistant

    construction

    exchange their

    reward point

    from the training

    with building

    materials.

    /

    Peserta pelatihan

    kesiapsiagaan

    dan pencegahan

    bencana serta

    pelatihan konstruksi

    tahan gempa,

    menukarkan poin

    yang dikumpulkan

    selama pelatihan

    dengan bahan-

    bahan bangunan.

  • 20IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Lahir dan dibesarkan di Bantul, Agus, 32, adalah

    salah seorang korban selamat dari bencana gempa

    bulan Mei 2006 dan menyaksikan kehancuran desa

    tempat tinggalnya. Pagi 3 Agustus 2008 itu , dengan

    semangat Agus mendampingi staf IOM menurunkan

    perlengkapan dari truk. Bersama dengan 200 anggota

    masyarakat lain dari desanya, Dusun Jati, Desa

    Sriharjo, Agus mempersiapkan Simulasi Gempa dan

    Latihan Simulasi Evakuasi yang dikoordinasi oleh

    IOM.

    Agus adalah salah satu warga yang telah aktif

    berpartisipasi dalam Pelatihan Kesiapsiagaan dan

    Pencegahan Bencana IOM, serta mengikuti Pelatihan

    Konstruksi Tahan Gempa. Sebagai salah satu peserta

    yang antusias, staf IOM memilih Agus sebagai

    kandidat tepat untuk menjadi salah satu kader lokal

    untuk melatih anggota masyarakat yang lain dengan

    mengikuti Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana

    Berbasis Masyarakat (PBBM).

    Simulasi yang dilakukan pagi itu meliputi pemasangan

    peta ancaman, pemasangan tanda rute evakuasi, dan

    elemen penting lain mengenai persiapan dan respon

    yang perlu dilakukan terhadap bencana. Masyarakat

    telah memperoleh keterampilan ini melalui program

    Pelatihan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana

    yang telah diadakan selama bulan Agustus 2007

    hingga Juni 2008. Pelatihan ini dilaksanakan di

    10 desa tersebar di provinsi Yogyakarta dan Jawa

    “I Have Learned How to Save Lives…” (a story of a member of a local cadre for disaster preparedness)

    “Saya Belajar Cara untuk Menyelamatkan Korban…”(sebuah cerita kader lokal untuk program kesiapsiagaan bencana)

    Safe construction training participants

    fill in their post-test forms after

    completing their 6th module.

    /

    Peserta pelatihan konstruksi tahan gempa

    menjawab pertanyaan-pertanyaan setelah

    menyelesaikan modul ke enam.

    © IOM Indonesia 2008

    Born and raised in Bantul, Agus, 32, was a survivor

    of the earthquake on May, 2006 and witnessed

    the complete devastation of his home village. On

    the 3rd August, 2008 a smiling Agus assisted IOM

    staff in unloading equipment from the truck.

    Together with 200 other community members

    from his village, Agus prepared for the Earthquake

    Simulation and Evacuation Drill being coordinated

    by IOM.

    Agus actively participated in IOM’s training

    courses in disaster preparedness and prevention;

    as well as training in safe and earthquake

    resistant construction practices. As an enthusiastic

    participant, IOM staff identified him as a perfect

    candidate for becoming a member of a local cadre

    for training other community members in

    Community Based Disaster Risk Management

    (CBDRM).

    The simulation entailed hazard mapping,

    installation of evacuation route signs, and

    other critical elements of disaster response. The

    community had already acquired these skills

    through the disaster preparedness training

    programme conducted from August, 2007 until

    June, 2008. The training was conducted in 10

    villages across the provinces of Yogyakarta

    and Central Java. All the community members

    are encouraged to take part in the simulation,

  • 21IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Tengah. Semua anggota masyarakat dianjurkan

    untuk ikut serta dalam simulasi, termasuk aparat

    lokal setempat. IOM juga mengundang PMI cabang

    Bantul untuk berpartisipasi.

    Simulasi gempa dan simulasi evakuasi ini telah

    menunjukkan kapasitas masyarakat untuk merespon

    bencana alam, khususnya gempa. Terlebih lagi,

    kegiatan ini juga memperkuat fungsi panitia dusun,

    yang telah dibentuk dengan fasilitasi IOM, mendirikan

    dan mensosialisasikan tempat bertemu saat evakuasi

    bencana, dan memastikan koordinasi dengan

    organisasi yang merespon keadaaan darurat seperti

    Palang Merah. Sebagai tambahan, masyarakat belajar

    bagaimana mendirikan dan mengoperasikan dapur

    umum, serta mempraktekkan pertolongan pertama

    pada korban gempa. Masyarakat secara aktif

    berpartisipasi dalam simulasi evakuasi, berperan

    sebagai korban gempa dan responden bencana.

    Sebagai koordinator yang ditunjuk, Agus menjalankan

    tanggungjawabnya dengan baik pada saat simulasi,

    memastikan bahwa setiap langkah dalam rencana

    kesiapsiagaan bencana telah dilaksanakan. Agus

    dan rekan-rekannya yang telah lulus dari pelatihan

    IOM melakukan tugas dengan baik dan jika terjadi

    bencana di masa depan, mereka sudah cukup terlatih

    untuk menyelamatkan korban bencana.

    Agus menjelaskan, “Menurut saya, program IOM

    MCA-Agus, one of Local cadre

    in Jati sub village.

    /

    Agus, salah seorang kader MCA

    di dusun Jati.

    © IOM Indonesia 2008

    including the local authorities. IOM also invited

    the local branch of the Indonesian Red Cross (PMI)

    to participate.

    The simulation of the earthquake and evacuation

    drill demonstrated the community’s capacity

    to respond to natural hazards, and specifically

    earthquakes. Moreover, it reinforced the function

    of the community committee, (formed with the

    assistance of IOM), established and socialized

    an evacuation meeting point, and ensured

    coordination with emergency response agencies

    such as the Indonesian Red Cross. In addition,

    the community learnt about setting up and

    operating a public kitchen, as well as, practicing

    First Aid on earthquake victims. The community

    energetically participated in the evacuation

    simulation, playing roles as earthquake victims

    and disaster responders.

    As an appointed coordinator, Agus took his

    responsibility seriously during the simulation,

    ensuring that each step of the disaster

    preparedness plan was undertaken. Agus and

    his fellow graduates from IOM’s training courses

    performed exceedingly well and in the event

    of a real disaster, they would surely save lives.

    Agus explains, “ I found the IOM programme to be

    really useful because I gained a lot of important

  • 22IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    The training courses in disaster

    preparedness and safe and earthquake

    resistant construction form part of the

    activities that IOM is implementing under

    the Mobile Community Assistance (MCA)

    programme.

    /

    Pelatihan kesiapsiagaan dan pencegahan

    bencana dan pelatihan konstruksi tahan

    gempa merupakan bagian dari kegiatan IOM

    yang dilaksanakan di bawah Program Mobile

    Community Assistance (MCA).

    © IOM Indonesia 2008

    knowledge from the trainings. The many things

    I learned included First Aid, disaster preparation

    steps, and we were also able to establish

    a network of local disaster responders should a

    disaster reoccur. Moreover, we established

    a very good relationship with IOM and were

    able to coordinate the simulation exercise

    together.”

    The training courses in disaster preparedness and

    safe and earthquake resistant construction form

    part of the activities that IOM is implementing

    under the Mobile Community Assistance (MCA)

    programme. The programme was implemented

    with the support from the Yogyakarta and Central

    Java Assistance Program (YCAP), which forms

    part of the Australia – Indonesia Partnership. The

    MCA Programme is based on a CBDRM framework

    aimed at rebuilding communities holistically. It

    incorporates a number of integrated activities in

    addition to those mentioned above, including

    construction of seismic resistant prototype

    houses and community centres and livelihood

    interventions such as business management

    training and asset replacement.

    IOM has built the capacity of over 9,000 community

    members in a variety of fields, including:

    construction, disaster preparedness, household

    finance, entrepreneurship and business

    sangat berguna karena saya memperoleh berbagai

    pengetahuan penting dari pelatihan tersebut.

    Beberapa hal yang saya pelajari antara lain

    pertolongan pertama, langkah-langkah kesiapsiagaan

    bencana, dan bahwa kami dapat menghubungi

    kontak lokal terdekat jika bencana terjadi. Terlebih

    lagi, kami menjalin hubungan yang sangat baik

    dengan IOM dan mampu berkoordinasi dengan

    lancar dalam simulasi bersama.”

    Pelatihan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana

    dan pelatihan konstruksi tahan gempa merupakan

    bagian dari kegiatan IOM yang dilaksanakan di

    bawah Program Mobile Community Assistance (MCA).

    Program ini dilaksanakan dengan bantuan dari

    Yogyakarta and Central Java Assistance Program

    (YCAP), bagian dari Kemitraan Australia- Indonesia.

    Program MCA berdasar pada kerangka PBBM yang

    bertujuan membangun masyarakat secara menyeluruh.

    Program ini menggabungkan berbagai aktivitas

    terintegrasi, selain yang telah disebutkan di atas, yaitu

    konstruksi rumah contoh tahan gempa dan fasilitas

    umum serta intervensi di bidang mata pencaharian

    seperti pelatihan manajemen bisnis dan penggantian

    asset.

    IOM telah meningkatkan kapasitas lebih dari 9.000

    anggota masyarakat di berbagai bidang, termasuk:

    konstruksi, kesiapsiagaan bencana, keuangan rumah

    tangga, kewirausahaan dan manajemen bisnis.

  • 23IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    IOM has built the capacity of over

    9,000 community members in a variety

    of fields, including: construction,

    disaster preparedness household

    finance, entrepreneurship and business

    management.

    /

    IOM telah meningkatkan kapasitas lebih

    dari 9.000 anggota masyarakat di berbagai

    bidang, termasuk: konstruksi, kesiapsiagaan

    bencana, keuangan rumah tangga,

    kewirausahaan dan manajemen bisnis.

    © IOM Indonesia 2008

    management. In addition, IOM has completed the

    construction of 24 prototype residential houses

    and 5 community centers. The principles applied

    in the construction of these buildings are the

    same as those taught during the safe construction

    training. In this way, the buildings serve as an

    educational resource for the communities. In

    addition, IOM has successfully conducted a

    number of disaster preparedness festivals, which

    have experienced a very high community

    participation rate.

    The IOM has also actively participated in the

    Disaster Risk Reduction (DRR) Public Campaign

    held from May to June, 2008. This campaign aims

    to raise public awareness of the importance of

    DRR strategies across various sectors and will

    see joint activities undertaken by humanitarian

    agencies, local NGOs, Government institutions,

    the media and community organizations. As a

    key stakeholder in this Forum, the IOM have been

    able to provide a positive contribution through

    the materials developed in the MCA programme

    and their close relationship with the provincial

    level Governments. The IOM are well-positioned

    to move forward with further contributions

    toward this important growth area. All of these

    activities will ensure that communities are more

    resilience to future disasters and better equipped

    to respond to them when they occur.

    Sebagai tambahan, Program MCA telah menyelesaikan

    pembangunan 24 rumah contoh dan 5 fasilitas

    umum. Teknik konstruksi yang digunakan dalam

    membangun bangunan ini sama dengan prinsip

    membangun yang diajarkan pada pelatihan konstruksi

    tahan gempa. Melalui cara ini, bangunan berguna

    sebagai sumber pendidikan bagi masyarakat. Sebagai

    tambahan, IOM telah sukses melaksanakan beberapa

    festival siaga bencana, yang melibatkan partisipasi

    aktif masyarakat.

    IOM juga secara aktif berpartisipasi dalam Kampanye

    Publik Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang

    diadakan pada bulan Mei hingga Juni 2008. Kampanye

    ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

    masyarakat akan pentingnya strategi Pengurangan

    Resiko Bencana (PRB) dalam berbagai sektor dan

    dapat melihat aktivitas gabungan berbagai organisasi

    kemanusiaan, LSM lokal, institusi pemerintah, media

    serta organisasi masyarakat. Sebagai pemain aktif

    dalam forum ini, IOM turut memberi kontribusi positif

    melalui materi yang dikembangkan dalam Program

    MCA dan juga hubungannya yang cukup erat dengan

    Pemerintah Daerah. IOM telah memiliki posisi yang

    baik untuk bergerak maju memberikan kontribusi

    lebih lanjut terhadap sektor yang penting dan

    berkembang ini. Semua aktivitas ini akan menjamin

    masyarakat lebih siap menghadapi kemungkinan

    bencana di masa depan dan memiliki perlengkapan

    lebih untuk merespon saat hal itu terjadi.

  • 24IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Water and Sanitation / Air dan Sanitasi

    24

    The community agreed to participate in the project, they established a Village Water and Sanitation Committee (BPAPL) and started making contributions to the establishment of a permanent water supply./Masyarakat sepakat

    untuk berpartisipasi

    di proyek ini, mereka

    membentuk sebuah

    Village Water

    and Satnitation

    Committee/VWSC

    atau Badan Pengelola

    Air dan Sanitasi

    Lingkunga (BPAL) dan

    mulai memberikan

    kontribusi atas

    hadirnya sebuah

    sistem penyaluran air

    permanen.

    Located in the hills of Atong village in Montasik

    sub-district, Aceh Besar, Eumpe Awee, population

    193, received 50 houses from the IOM-

    American Red Cross Shelter project for relocated

    earthquake and tsunami victims. Eumpe Awee’s

    residents mainly come from coastal villages in

    Banda Aceh and Aceh Besar, such as Kajhu and

    Ulee Lheu. Most earn a living from farming,

    small businesses and day labour.

    Water and SanitationThe area, which is hilly and more arid than other

    parts of Aceh Besar, has limited access to clean

    water. Before the IOM built a water resevoir and a

    large well, residents had to walk to a neighbouring

    village for water.

    At the end of 2007 IOM started using trucks to

    deliver water as a temporary solution, while

    working with the community to plan a permanent

    water supply. Eventually they decided on a large,

    shallow well reservoir and a piping system to

    deliver the water to individual homes. In the

    interim, IOM built a large water reservoir and clean

    water was brought in by PDAM Tirta Moentala-

    Lambaro.

    Village Water and Sanitation CommitteeWhen the community agreed to participate in

    the project, they established a Village Water

    and Sanitation Committee (BPAPL) and started

    making contributions to the establishment of a

    permanent water supply. The community took

    Terletak di perbukitan desa Atong, kecamatan Montasik,

    Aceh Besar, Eumpe Awee, dengan 193 penduduk

    menerima 50 rumah bantuan kerjasama IOM dan

    American Red Cross (ARC) melalui proyek relokasi korban

    gempa dan tsunami. Komunitas Eumpe Awee terdiri

    dari penduduk yang berasal dari kampung-kampung

    pesisir di Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti Kajhu dan

    Ulee Lheu. Kebanyakan mereka hidup dari berkebun,

    berdagang dan buruh harian.

    Water and SanitationDibanding daerah lain di Aceh Besar, kawasan yang

    berbukit ini tergolong kering dan memiliki sedikit akses

    atas air bersih. Sebelum dibangunnya tempat

    penampungan air dan sumur besar oleh IOM,

    penduduk setempat harus berjalan ke desa lain untuk

    mendapatkan air.

    Pada akhir 2007 IOM mulai menggunakan truk sebagai

    solusi sementara pada saat bersamaan bekerja sama

    dengan masyarakat untuk merencanakan sebuah

    penyaluran air permanen. Akhirnya, mereka bersepakat

    atas sebuah sumur penampungan air yang lebar,

    dangkal dan sebuah sistem pipa untuk menyalurkan

    air ke masing-masing rumah. Sementara itu, IOM

    telah membangun sebuah tempat penampungan

    air yang besar dan air bersih disediakan oleh PDAM

    Tirta Moentala-Lambaro

    Village Water and Sanitation CommitteeKetika masyarakat sepakat untuk berpartisipasi di

    proyek ini, mereka membentuk sebuah Village Water

    and Satnitation Committee/VWSC atau Badan

    Water and Sanitation in Eumpe Awee/Air dan Sanitasi di Eumpe Awee

  • 25IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    1. Access to a clean

    water supply is one

    of the key factors in

    promoting durable

    solutions for people

    displaced by the

    tsunami in Aceh.

    /

    Akses atas

    tersedianya air

    bersih merupakan

    salah satu kunci

    utama dalam

    mengembangkan

    pemecahan jangka

    panjang bagi

    pengungsi korban

    tsunami di Aceh.

    2. The completed

    well in Eumpee

    Awee.

    /

    Sumur gali Eumpee

    Awee setelah selesai.

    3. At the end of

    2007 IOM started

    using trucks to

    deliver water

    as a temporary

    solution, while

    working with the

    community to plan

    a permanent water

    supply.

    /

    Pada akhir

    2007 IOM mulai

    menggunakan

    truk sebagai

    solusi sementara

    pada saat

    bersamaan bekerja

    sama dengan

    masyarakat untuk

    merencanakan

    sebuah penyaluran

    air permanen.

    4. The water

    from the well

    is distributed

    through all water

    tabs in Eumpee

    Awee.

    /

    Air dari sumur gali

    sudah mengalir ke

    setiap water tab di

    Eumpee Awee

    3 4

    2

    1

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008

    © IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008

  • 26IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    charge as the planner, executor and supervisor

    of the water supply project.

    IOM facilitation ensured that the committee,

    which comprised seven men and 15 women,

    including health cadres, gained the capacity it

    needed to manage the water supply system. BPAPL

    members were trained in how to manage basic

    finances and how to manage water treatment.

    The community also asked to be trained in how

    to identify disease symptoms in children and

    simple first aid for children. Other trainings

    included participatory hygiene and sanitation.

    BPAPL AchievementsThe IOM team followed a series of community-

    based decision making and activities, during

    which the BPAPL decided to provide the labour to

    build the large shallow well. BPAPL subsequently

    led and coordinated the construction, as well as

    many hygiene and environmental health activities.

    The Construction of Shallow WellCollecting ideas from the community, IOM

    facilitators at first did not believe it was possible

    to build one shallow well to provide for the water

    needs of the entire community. The normal size

    of a shallow well is 80-100cm in diameter and

    300-600cm in depth. The actual need was

    15,000m3 of water per day, which meant they

    needed to build a well 230cm in diameter with

    a depth of 700cm, which was calculated as able

    to supply 18,000 liters of water per day.

    BPAPL conducted meetings with the community

    about plans to construct such a large well.

    The result of the meetings was followed up by

    making a commitment that the well should be

    built within 21 days and completed by community

    members. Next, they would install the pipes

    from well to reservoir, build a pump house and install

    Pengelola Air dan Sanitasi Lingkunga (BPAL) dan mulai

    memberikan kontribusi atas hadirnya sebuah sistem

    penyaluran air permanen. Para warga berperan sebagai

    perencana, pelaksana sekaligus pengawas atas proyek

    penyaluran air ini.

    Fasilitasi dilakukan IOM untuk memastikan, kepanitiaan

    yang terdiri dari tujuh laki-laki dan 15 perempuan

    termasuk diantaranya kader kesehatan ini mendapatkan

    kemampuan yang dibutuhkan untuk mengelola sistem

    penyaluran air. Anggota BPAPL dilatih dalam mengelola

    pembukuan dasar dan bagaimana merawat perangkat

    penjernih air.

    Pencapaian BPAPL Tim IOM mengikuti sejumlah musyawarah dan

    kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat, dimana BPAPL

    memutuskan untuk menyediakan tenaga kerja untuk

    membangun sumur dangkal yang lebar. Lebih jauh

    BPAPL memimpin dan mengkoordinasikan konstruksi

    termasuk sejumlah kegiatan berhubungan dengan

    higienitas dan kesehatan lingkungan.

    Pembangunan Sumur DangkalMengumpulkan masukan dari masyarakat, IOM

    fasilitator pada awalnya tidak yakin apakah mungkin

    membangun sebuah sumur dangkal guna memenuhi

    kebutuhan seluruh masyarakat atas air. Ukuran normal

    dari sebuah sumur dangkal adalah diameter 80-100cm

    dan kedalaman 300-600cm. Kebutuhan air per hari

    adalah 15.000m3 dengan demikian dibutuhkan

    pembangunan sebuah sumur dengan diameter

    230cm dan kedalaman 700cm yang diperhitungkan

    dapat mensuplai 18.000 liter air per hari.

    BPAPL melakukan serangkain pertemuan dengan

    masyarakat tentang rencana-rencana untuk

    membangun sebuah sumur lebar. Hasil dari serangkain

    pertemuaan itu dilanjutkan dengan membuat komitmen

    untuk membuat sumur tersebut dalam 21 hari dan

    diselesaikan oleh anggota masyarakat. Kemudian

    mereka akan memasang pipa-pipa dari sumur ke

    tempat penampungan, membangun sebuah rumah

    Parents started to realize how important it is to wash their hands with soap, especially for their children. /Para orang tua mulai

    menyadari betapa

    pentingnya mencuci

    tangan mereka

    dengan sabun,

    khususnya untuk

    anak-anak.

    { Pak Edhy Musharwan }BPAPL treasurer /

    Bendahara BPAPL

  • 27IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    the pump, plaster the floor of the well and set up a

    fence.

    The community of Eumpe Awee has reaped the

    rewards of the well they constructed and can

    even share the water for future community

    building needs.

    Bapak Abdul Wahab, a member of the Eumpe Awee

    community, when asked about the advantages of

    having a well says: “kamoe jinoe hana masalah lee

    ngon ie.” (”We will no longer have any problems

    getting water.”)

    BPAPL informed to the community about

    “rules of the game” in order to maintain the

    sustainabilty of their water supply. They collect a

    fee for water in the amount of Rp1,000 per cubic

    meter of water they use. The money collected

    is allocated mostly for the maintainance of the

    pump and pipes. They have their own form to

    write down their usage of water based on what they

    learnt from their IOM training.

    “Alhamdulillah... until now we haven’t found any

    problems but still we try our best to be better,”

    says BPAPL leader Pak Zaman, three months

    into the community running its own water system.

    Hygiene AdvisoryBPAPL Eumpe Awee actively deliver health

    messages to their community. Every time they

    have a chance, they will ask their neighbours to

    help their community become healthy through

    changing their attidudes and actions – such as

    not throwing rubbish into the drainage and to

    participate in gotong royong community self-

    help. Hygiene promotions are also conducted

    through formal activities such as hand washing

    with soap demonstrations.

    Perhaps the most interesting hygiene promotion

    tool that BPAPL produced was a movie called

    Wash Your Hands with Soap. Every local stakeholder

    pompa dan memasang pompa, melapisi lantai sumur

    dan memasang pagar.

    Masyarakat Eumpe Awee telah menikmati hasil dari

    sumur yang mereka bangun dan bahkan dapat

    membagi air untuk kebutuhan bangunan-bangunan

    umum dimasa depan.

    Bapak Abdul Wahab, seorang anggota masyarakat

    Eumpe Awee, ketika ditanya tentang keuntungan-

    keuntungan dari sebuah sumur mengatakan: “kamoe

    jinoe hana masalah lee ngon ie.” (“Kami tidak akan lagi

    menjumpai masalah untuk mendapatkan air”)

    BPAPL menjelaskan kepada masyarakat tentang “aturan

    main” agar dapat menjaga kelangsungan penyaluran

    air mereka. Mereka mengumpulkan iuran sebesar

    Rp1.000 per kubik meter air yang mereka gunakan.

    Uang yang terkumpul sebagian besar digunakan untuk

    perawatan pompa dan pipa-pipa. Mereka masing-

    masing mengisi formulir tentang penggunaan air

    berdasarkan pelatihan yang diberikan IOM

    “Alhamdulillah... hingga kini kami belum menjumpai

    masalah apapun namun tentunya kami masih berusaha

    melakukan yang terbaik,” ujar ketua BPAPL Pak Zaman,

    masyarakat telah menjalankan sistem penyaluran air

    ini selama tiga bulan.

    Pesan-pesan KesehatanBPAPL Eumpe Awee secara aktif menyampaikan pesan-

    pesan kesehatan ke anggota masyarakatnya. Disetiap

    kesempatan, mereka akan meminta tetangga masing-

    masing untuk membantu menjadikan lingkungan

    mereka menjadi sehat melalui perubahan perilaku dan

    tindakan, seperti tidak membuang sampah ke saluran

    drainase dan berpartisipasi dalam gotong royong.

    Promosi-promosi kesehatan pun dilakukan melalui

    sejumlah kegiatan resmi seperti demonstrasi mencuci

    tangan dengan sabun.

    Boleh jadi, sarana promosi kesehatan yang palin menarik

    yang dihasilkan BPAPL adlah sebuah film berjudul

    “Cucilah Tanganmu dengan Sabun”. Semua pihak yang

  • 28IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Water and SanitationAccess to a clean water supply is one of the

    key factors in promoting durable solutions for

    people displaced by the tsunami in Aceh. IOM is

    currently working with 14,240 such people living

    in IOM-constructed houses throughout the

    province.

    With a community-based approach, IOM works

    with households to form Village Water and

    Sanitation Committees (VWSC) to maintain water

    and sanitation systems.

    The VWSC will not only maintain these systems

    after the project ends, but will host a variety

    Air dan SanitasiAkses atas tersedianya air bersih merupakan salah satu

    kunci utama dalam mengembangkan pemecahan jangka

    panjang bagi pengungsi korban tsunami di Aceh. IOM

    bekerja sama dengan 14.240 korban selamat tsunami

    yang tinggal di rumah bantuan IOM diseluruh Aceh.

    Dengan pendekatan berbasis masyarakat, IOM bekerja

    sama dengan para keluarga membentuk Komite Penairan

    dan Sanitasi Desa atau Village Water and Sanitation

    Commitee (VWSC) guna memelihara sistem pengairan

    dan sanitasi.

    VWSC dibentuk tidak sekedar untuk memelihara sistem

    pengairan dan sanitasi setelah proyek ini berakhir, namun

    We had a talk before with the Indonesia Cooperative Boards for Aceh about the plan and we got a green light to develop it into a cooperative. /Sebelumnya kami

    telah berbicara

    dengan Badan

    Koperasi Indonesia

    untuk Aceh tentang

    rencana ini dan

    kami mendapat

    lampu hijau untuk

    menjadikannya

    sebagai sebuah

    koperasi.

    { Edhy Musharwan }BPAPL treasurer /

    Bendahara BPAPL

    participated - the community, the health cadre and

    the local health clinic.

    “Parents started to realize how important it is to

    wash their hands with soap, especially for

    their children,” says BPAPL treasurer Pak Edhy

    Musharwan, who worked as the film’s cameraman

    and director.

    BPAPL and Future PlansThe community realized how important it was

    to have an organization managing the water

    supply and hope to develop the BPAPL to

    become the main organization to assist the

    village in other areas, not only on water

    management and environmental issues.

    Coordinator of Eumpe Awee housing complex

    Pak Jamal says that he had discussions with BPAPL

    to develop it into a cooperative. He received

    positive feedback from BPAPL.

    “We had a talk before with the Indonesia

    Cooperative Boards for Aceh about the plan and

    we got a green light to develop it into a

    cooperative,” Pak Edhy says. “We plan later that one

    of the functions will be to save and loan money,

    with seed money coming from members’

    contributions”.

    berkepentingan terlibat, masyarakat, kader kesehatan

    dan klinik kesehatan setempat.

    ”Para orang tua mulai menyadari betapa pentingnya

    mencuci tangan mereka dengan sabun, khususnya

    untuk anak-anak,” kata bendahara BPAPL Pak Edy

    Musharwan yang berkerja sebagai juru kamera dan

    sutradara film.

    BPAPL dan Recana-rencana Masa Depan Masyarakat menyadari betapa pentingnya untuk memiliki

    sebuah organisasi yang mengelola penyaluran air dan

    berharap untuk mengembangkan BPAPL untuk menjadi

    organisasi utama yang membantu desa di daerah-

    daerah lain, tidak hanya tentang manajemen air dan

    masalah-masalah lingkungan.

    Koordinator perumahan Eumpee Awee Pak Jamal

    mengatakan bahwa ia telah berdiskusi dengan BPAPL

    untuk mengembangkannya menjadi sebuah koperasi. Ia

    menerima umpang balik yang positif dari BPAPL

    “Sebelumnya kami telah berbicara dengan Badan

    Koperasi Indonesia untuk Aceh tentang rencana ini dan

    kami mendapat lampu hijau untuk menjadikannya

    sebagai sebuah koperasi,” ujar Pak Edhy. “Kami

    berencana bahwa salah satu fungsinya adalah untuk

    simpan pinjang, dengan uang modal yang berasal dari

    kontribusi anggota.”

    (31 October 2008)

    (30 June 2008)

  • 29IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008

    Community Water and Sanitation / Air dan Sanitasi Masyarakat

    14,000 Individuals benefit from their improved water supply systems. /Jumlah orang yang menerima sistem penyaluran air yang lebih baik

    1,412 Septic systems constructed or improved to national environmental health standards. /Sistem septic yang telah dibangun atau diperbaiki untuk memenuhi standar kesehatan lingkungan nasional

    7,000 Individuals reached with hygiene promotions towards healthier communities. /Jumlah orang yang tercakup dalam promosi higienitas menuju masyarakat yang lebih sehat

    27,490 Metres of drainage under construction. /

    Panjang drainase yang dalam proses pembangunan

    By the Numbers / Berdasarkan Angka

    community events to promote hygiene and

    share skills and knowledge with the wider

    community.

    The project works in 83 communities in

    11 districts of Aceh where IOM built houses for

    people who lost their homes, people relocated

    from various affected areas, and people in

    pre-existing communities.

    To coordinate progress over such a broad area,

    IOM developed an innovative monitoring and

    evaluation system for all areas of the project

    – from community hygiene promotion to

    increased access to water and improved sanitation.

    IOM community teams surveyed participating

    villages in order to create specific solutions

    for water, drainage and sanitation, hygiene

    promotion and training.

    The results of this survey and community

    mapping of over 1,000 households found that

    in most areas there is already considerable

    knowledge of water and sanitation issues, but

    low practice rates. Project teams use the

    information to develop tailored solutions for the

    communities in which they work.

    The project further aims to improve village

    sanitation through construction of drainage

    systems and improved septic systems for up to

    1,413 households. These measures will help to

    ensure that villages meet Indonesian national

    standards and reduce potential environmental

    impact.

    juga mengadakan beragam kegiatan kemasyarakatan

    untuk dalam menggalakan perilaku hidup bersih dan

    berbagi keahlian serta pengetahuan ke khalayak luas.

    Proyek ini bekerja di 83 kelompok masyarakat di

    11 kabupaten di Aceh dimana IOM telah membangun

    perumahan bagi mereka yang telah kehilangan tempat

    tinggalnya, masyarakat yang direlokasi dari berbagai

    daerah yang terkena bencana dan msayarakat yang

    telah lebih dahulu tinggal.

    Untuk mengkoordinasikan kemajuan program yang

    cukup luas ini, IOM mengembangkan sebuah inovasi

    sistem pengawasan dan evaluasi atas semua bagian dari

    proyek ini mulai dari penggalakan kebersihan masyarakat

    hingga peningkatan akses atas air bersih dan sanitasi.

    Sejumlah tim IOM melakukan survey atas desa-desa

    yang terlibat untuk mencari pemecahan khusus untuk

    masalah air, drainase dan sanitasi, promosi higienitas

    dan pelatihan-pelatihan.

    Hasil survey dan pendataan atas 1.000 keluarga

    menunjukkan tingkat pemahaman atas pentingnya

    air bersih dan sanitasi tergolong tinggi dikebanyakan

    masyarakat namun tingkat pelaksanaannya tergolong

    rendah. Tim proyek ini menggunakan informasi

    tersebut untuk mengembangkan pemecahan alternatif,

    disesuaikan dengan daerah tempat mereka bekerja.

    Proyek ini lebih jauh bertujuan untuk meningkatkan

    sanitasi desa melalui pemembangunan dan peningkatan

    sistem septik untuk 1.413