welding: spot welding, oxyacetylene welding, shielded metal-arc welding
DESCRIPTION
Laporan praktikum proses manufaktur modul pengelasan: Las titik (spot welding), Las oksiasetilen (oxyacetylene-gas welding), dan Las busur listrik (shielded metal-arc welding)TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 0
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR II
MODUL PM2-01 PROSES PENYAMBUNGAN I
Oleh:
Kelompok 16
Anggota:
Hendrastantyo Ruriandi 13111072
Dini Adilah Prabowo 13111075
Ahmad Armansyah Fauzi 13111079
Iqbal Jauhari Roesdha 13111082
Fuad Muthahari 13111090
Ali Akbar Nasution 13111140
Tanggal Praktikum:
13 Februari 2014
Tanggal Penyerahan Laporan:
17 Februari 2014
Nama Asisten: Muhammad Nanda Setiawan (13110102)
LABORATORIUM DASAR TEKNIK PRODUKSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung
2014
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktikum
Untuk membentuk suatu komponen mesin hampir selalu dibutuhkan penggabungan berbagai
bagian. Proses penggabungan ini jelas sangat berpengaruh terhadap kinerja komponen mesin
tersebut, seperti kekuatannya, umurnya, dan ketahanannya terhadap lingkungan (suhu, senyawa
kimia, dan lainnya). Untuk itu, dibutuhkan metode penyambungan yang relatif mudah dikerjakan
dan menghasilkan penggabungan yang sesuai untuk tiap jenis komponen mesin. Pengelasan
adalah proses yang relatif mudah dilakukan dan berbagai jenisnya dapat digunakan secara luas
untuk membentuk berbagai komponen mesin. Pengelasan, yang sangat beragam jenisnya, juga
bisa hanya membutuhkan biaya yang relatif terjangkau, Maka sudah jelas, dibutuhkan ilmu
pengelasan yang mendalam untuk mengetahui pengerjaan jenis apa yang paling sesuai untuk
berbagai komponen mesin.
B. Tujuan Praktikum
Memahami perbedaan berbagai jenis las dan aplikasi yang cocok dengan tiap jenisnya.
Memahami cara mengerjakan pengelasaan.
Memahami bentuk keamanan yang dibutuhkan selama pengelasan.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 2
BAB II TEORI DASAR
A. Las titik (spot welding)
Las resistansi membutuhkan panas yang mana dihasilkan dari resistansi listrik di antara dua
bagian yang akan disambungkan. Jenis las ini memiliki kelebihan seperti tidak membutuhkan
elektroda, gas shielding, atau flux. Las titik, biasa disebut RSW (resistance spot welding) adalah
salah satu jenis pengelasan resistansi ini.
Las titik bekerja dengan menyentukan kedua ujung padatan berbeda (berbentuk silindrik) ke dua
logam pelat berbeda yang aka disambungkan dan pemanasan resistansi menghasilkan las titik.
Untuk menghasilkan ikatan yang kuat di weld nugget digunakan penekanan (diberi gaya) hingga
arus listrik dimatikan dan las memadat. Akurasi kontrol dan waktu pemberian arus juga besar
tekanan harus diperhatikan pada las titik. Bentuk dan permukaan ujung elektroda juga perlu
untuk diperhatikan. Las titik biasanya digunakan untuk fabrikasi logam pelat.
Ada empat tahap waktu pada las titik,
seperti yang dijelaskan pada gambar di
samping. Pertama, gaya diberikan pada
elektroda. Kedua, selain gaya diberikan
juga aliran arus listrik. Ketiga, dengan
gaya yang tetap ditahan pada elektroda
arus listrik dihilangkan, di sini lah proses
las itu terjadi. Terakhir, gaya dilepaskan
dari elekroda dan terbentuk weld
nugget. Semua proses tersebut
dilakukan dengan mesin las titik dengan
dua benda kerja yang saling ditumpuk.
Weld nugget umumnya berukuran diameter 6-10 mm. Permukaan las titik memiliki indentansi
yang tipis. Arus yang digunakan beragam dari 3000 hingga 40.000 A, bergantung pada material
yang akan dilas dan ketebalannya. Elektroda umumnya terbuat dari paduan tembaga dan harus
memiliki konduktivitas elektrik yang mencukupi dan ketahanan terhadap panas yang mencukupi
untuk menjaga bentuknya.
Las titik adalah jenis las resistansi yang paling mudah dan banyak digunakan. Biasanya hanya
digunakan sepasang elektroda dan tekanan yang digunakan berasal dari sumber mekanik
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 3
ataupun pneumatik. Jenis las titik rocker-arm digunakan untk bagian kecil sementara press untuk
bagian yang lebih besar.
B. Las oksiasetilen (oxyacetylene-gas welding)
OFW (oxyfuel-gas welding) berarti las yang menggunakan gas bahan bakar yang mengandung
Oksigen untuk menghasilkan api. Api tersebut menjadi sumber panas untuk melelehkan logam
pada daerah sambungan. Jenis yang paling umum adalah menggunakan asetilen yang secara
umum dikenal sebagai oxyacetylene-gas welding (OAW) dan biasanya digunakan pada fabrikasi
logam sruktural dan pengerjaan perbaikan.
OAW ditemukan pada tahun 1900-an, membutuhkan panas yang dihasilkan dari pembakaran
gas asetilen (C2H2) dengan pencampuran Oksigen berdasarkan reaksi kimia: C2H2 + O2 → 2CO
+ H2 + kalor. Proses pembakaran tersebut adalah pembakaran tahap awal yang terjadi pada
inner core dari api yang mana menghasilkan sepertiga panas dari api. Proses pembakaran
kedua terjadi berdasarkan reaksi kimia: 2CO + H2 + 1,5 O2 + → 2CO2 + H2O + kalor, yang mana
menghasilkan dua pertiga dari total anas. Suhu yang dapat terjadi pada api bisa mencapai
3300°C.
Jenis api yang dibentuk berbeda berdasarkan perbandingan komposisi asetilen dan Oksigen.
Ketika tidak ada sisa Oksigen (perbandingan 1:1) akan terbentuk jenis neutral flame. Dengan
lebih banyak suplai Oksigen api dapat bersifat merusak (terutama pada material baja) karena
akan mengoksida logam yang dilas, maka dari itu jenis yang terbentuk disebut oxidizing flame.
Oleh karena itu, jenis api tersebut hanya dapat digunakan pada material las tembaga dan
paduannya karena selama prosesnya akan terbentuk lapisan pelindung berupa slag, senyawa
oksida, menutupi logam yang meleleh. Jika Oksigen yang disuplai tidak mencukupi untuk
pembakaran akan terbentuk api jenis reducing (atau disebut carburizing flame) dengan suhu
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 4
yang lebih rendah, dan cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan kalor yang rendah,
seperti brazing, soldering, dan operasi flame-hardening. Gambar (d) di atas adalah prinsip kerja
las oksiasetilen.
Selain oksiasetilen dapat juga digunakan gas bahan bakar lain seperti Hidrogen dan
Metilasetilen Propadin. Namun suhu yang dihasilkan gas-gas tersebut lebih rendah daripada
asetilen, maka cocok digunakan untuk las logam ber-titik leleh rendah, bagian tipis dan juga
kecil.
Filler metal biasa digunakan untuk suplai logam tambahan ke daerah las (weld zone) selama
prosesnya. Dapat digunakan filler rod atau kawat yang dapat dilapisi oleh flux. Flux ini berfungsi
untuk menghindari oksidasi pada permukaan bagian yang dilas dengan menghasilkan gaseous
shield di sekitarnya. Selain itu juga membantu menguraikan dan memindahkan oksida dan
senyawa lain dari weld zone, sehingga membantu menguatkan sambungan. Slag yang
dihasilkan (senyawa oksida, flux, dan material pelapis elektroda) akan melindungi genangan
lelehan logam dari oksidasi selama proses pendinginannya.
Gambar di atas adalah perangkat yang digunakan dalam las oksiasetilen. Welding torch
dihubungkan dengan selang ke silinder gas bertekanan-tinggi dilengkapi dengan pengukur
tekanan dan regulator. Tabung oksigen dan asetilen dibedakan warnanya, hijau pada oksigen
dan merah pada asetilen, sebagai pertimbangan keamanan (menghindari salah menghubungkan
selang ke kran gas). Selain itu, sebagai bentuk keamanan, tetap gunakan perlengkapan seperti
goggle, topeng las, sarung tangan las, dan baju berpelindung. Dibutuhkan pemantik untuk
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 5
menyalakan api pada welding torch, dan hal ini baru dapat dilakukan setelah yakin gas keluar
dari masing-masing tabung oksigen dan asetilen.
C. Las busur lisrtik (shielded metal-arc welding)
Las busur memiliki dua jenis utama yang dibedakan berdasarkan pemakaian elektrodanya, yaitu
yang tanpa menghabiskan elektroda dan yang dengan menghabiskan elektroda. SMAW
(shielded metal-arc welding) adalah jenis yang menghabiskan elektroda, merupakan yang paling
kuno, mudah dikerjakan, dan paling serba guna. Sekitar 50% las industri dan las perbaikan
menggunakan jenis las ini. Busur listrik dihasilkan dengan menyentuhkan ujung elektroda
berpeapis ke beda kerja dan dengan cepat melepaskannya dari sentuhan untuk membentuk
busur. Elektroda ini tipis, berupa kawat panjang, yang dipegang secara manual. Panas yang
dihasilkan melelehkan bagian ujung elektroda, pelapisnya, dan logam dasar pada sebagian
daerah. Logam yang meleleh terdiri dari campuran logam dasar (benda kerja), logam elektroda,
dan senyawa dari pelapis elektrda, di mana campuran ini kemudian membentuk las ketika
mengeras. Pelapis elektroda mendeoksidasi area las dan menghasilkan gas pelindung yang
melindunginya dari Oksigen di lingkungan.
Ujung bebas lain dari elektroda dihubungkan pada sebuah terminal sumber daya sementara
ujung lain terminal tersebut dihubungkan pada beda kerja. Arus yang digunakaan, dapat DC
maupun AC, beragam antara 50-300 A, di mana untuk las lpelat logam biasa digunakan arus DC
yang menghasilkan busur yang tunak.
SMAW memiliki kelebihan yaitu mudah dikerjakan, serba guna, dan membutuhkan sedikit jenis
elektroda. Perlengkapan yang dibutuhkan adalah sumber daya, kabel, dan pemegang elektroda.
Dibutuhkan pengerjaan untuk menghilangkan slag setiap sebuah pengelasan selesai, karena
slag ini dapat menghasilkan korosi ketika mengeras dan bisa menyebabkan gagal las, tetapi juga
bisa menghindari dari fusi lapisan las dan dapat meningkatkan kekuatan las. Namun begitu,
proses penghilangan slag ini harus dilakukan setiap satu pengelasan diselesaikan, dapat dengan
menggunakan sikat kawat maupun mengelupasnya dengan palu. Maka dari itu, kekurangan
utama jenis las ini adalah tingginya biaya pekerja dan material.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 6
BAB III HASIL PERCOBAAN
A. Foto benda kerja
1. Las titik
2. Las oksiasetilen
3. Las busur listrik
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 7
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 8
BAB IV ANALISIS
Hendrastantyo Ruriandi (13111072)
Proses penyambungan dua logam dapat dilakukan dengan metode welding atau pengelasan. Pada
dasarnya proses pengelasan merupakan proses untuk menggabungkan dua bagian logam yang
terpisah dengan cara melelehkan logam tersebut. Pengelasan pada logam juga dapat menggunakan
logam pengisi yang biasa disebut dengan filler. Proses pengelasan terdiri dari berbagai jenis sesuai
dengan kebutuhan serta alat yang digunakan. Pada praktikum ini ada tiga proses pengelasan yang
digunakan yaitu proses oxyacetilene welding, spot welding, dan metal arc welding.
Proses oxyacetilene welding merupakan proses pengelasan yang meamanfaatkan panas hasil dari
pembakaran gas aksetilen. Pengaturan jumlah gas asetilen dan oksigen dalam torch sangat penting
untuk diperhatikan karena sangat menetukan api yang keluar dari torch. Pada pelaksanaan praktikum
pengaturan gas asetilen dan oksigen sangat sulit dilakukan karena sulitnya mengatur katup gas pada
torch. Pengelasan dengan metode ini dilakukan dengan menggerakan torch pada bagian yang akan
dilas. Kelebihan metode ini adalah penggunaannya yang fleksibel serta dapat menjangkau semua
bagian benda kerja yang diinginkan untuk dilas. Akan tetapi kesalahan hasill pengelasan beresiko
sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan hasil pengelasan pada praktikum kali ini. Benda kerja tidak
menyatu dengan sempurna satu dengan yang lainnya. Terdapat pula titik pengelasan yang
mengalami penumpukan lelehan filler metal. Kesalahan-kesalahan seperti ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kekuatan sambungan. Pengelasan ini sangat membutuhkan keahlian yang
tinggi dalam pengerjaannya agar benda kerja dapat tersambung dengan baik dan kesalahan dalam
pengerjaan sangat sedikit. Faktor keselamatan perlu diperhatikan pada proses ini. Proses
pengelasan dilakukan dengan menjaga jarak dari tabung gas, serta memastikan ketika menyalakan
torch, gas yang dikeluarkan tidak terlalu besar yang dapat membahayakan pengguna dan orang yang
berada di sekitar.
Lain halnya dengan oxyacetilen welding, spot welding merupakan pengelasan yang tergolong mudah
dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Hal ini terlihat dari hasil engerjaan yang paling rapi
dibandingkan dengan kedua hasil lainnya. Akan tetapi, dalam proses pengerjaan yang dilakukan,
praktikan kesulitan dalam menginjak pedal untuk memberikan tekanan pada benda kerja. Spot
welding memanfaatkan panas yang timbul akibat arus yang tertahan pada benda kerja. Pada proses
spot welding, tegangan listrik yang digunakan berkisar 380V. Karena temperatur kerja yang sangat
tinggi, maka dibutuhkan media untuk mendinginkan elektroda. Oleh sebab itu, pada mesin spot
welding terdapat aliran air yang digunaan sebagai pendingin. Hal yang penting untuk diperhatikan
pula adalah membersihkan permukaan benda kerja dengan menggunakan gerinda duduk. Dengan
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 9
permukaan yang bersih dari oksida dan material lainnya, arus yang mengalir akan lebih tinggi dan
dapat tertahan dengan baik pada titik pengelasan, sehingga pengelasan bekerja dengan baik. Sangat
penting unutk diperhatikan, selama proses pengelasan elktroda tidak boleh disentuh karena tegangan
yang sangat tinggi dan dapat membahaakan keselamatan.
Proses metal arc welding merupakan proses yang juga membutuhkan keahlian. Pengelasan ini
memanfaatkan loncatan listrik dari elektroda ke benda kerja. Pada pengerjaan proses ini banyak
kesalahan yang terjadi. Jarak elektroda dengan benda kerja terkadang terlampau jauh, hal ini
mengakibatkan lelehan elektroda tidak dapat jatuh pada sasaran yang diinginkan. Sedangkan jika
terlampau dekat, elektroda akan menempel pada benda kerja. Proses pengerjaan arc welding sama
dengan oxyacetilen, yaitu merekatkan kedua ujung benda kerja kemudian meratakan ke seluruh
bagina sambungan. Pada hasil pengerjaan proses ini, terlihat banyak titik yang memiliki penumpukan
elektroda dan hasil yang kurang rapi. Hal inilah yang menyebabkan proses pengelasan
membutuhkan keahlian yang cukup tinggi. Arus yang mengalir pada benda kerja dan elktroda sangat
tinggi. Sehingga sangat peru diperhatikan, pengguna tidak boleh menyentuh elektoda dan benda
kerja pada saat arus dialirkan.
***
Dini Adilah Prabowo (13111075)
Prinsip kerja spot welding adalah memanfaatkan resistansi listrik untuk menghasilkan panas yang
akan melelehkan kedua permukaan benda kerja yang saling bersentuhan di satu titik, tepat di antara
dua elektroda. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengelasan adalah: (1) menghaluskan terlebih
dahulu permukaan benda kerja (menghilangkan oksida, minyak, cat) untuk meningkatkan kekuatan
sambungan las; (2) mengalirkan air ke mesin las untuk mendinginkan elektroda karena selama
proses arus yang mengaliri elektroda terhitung tinggi, 380V; dan (3) pemberian tekanan (penginjakan
pedal) harus dilakukan dengan kuat agar material terlas dengan baik dan kuat. Dari foto hasil las
dapat disimpulkan di antara ketiga tipe las yang dilakukan, las tipe ini paling mudah dan tidak
memerlukan keahlian khusus sehingga hasilnya cukup baik, di mana kedua benda kerja tersambung
dengan baik di titik yang diinginkan.
Prinsip kerja oxyacetylene-gas welding adalah memanfaatkan permbakaran gas asetilen dan Oksigen
dalam dua tahap pembakaran di mana panas yang dihasilkan menjadi api yang keluar dari welding
torch. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengelasan adalah: (1) proporsi asetilen dan oksigen
untuk menghasilkan bara api yang sempurna, berwarna dominan biru (dengan memainkan katup
kontrol gas pada welding torch); (2) penggunaan filler metal dengan baik, memposisikannya agar
tepat meleleh di sambungan benda kerja dengan merata, hal ini bergantung pada kemampuan
pekerja, di mana dalam hal ini praktikan masih amatir sehingga dihasilkan bentuk las yang tidak rata
bahkan masih ada bagian yang belum terlas (tampak berlubang jika dilihat di foto); dan (3)
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 10
memposisikan welding torch terhadap benda kerja dengan baik, membentuk sudut sekitar 45°. Faktor
keamanan yang harus diperhatikan adalah seketika api dipantikkan ke welding torch, segera jauhkan
pemantik darinya dan dari tabung gas.
Prinsip kerja shielded metal-arc welding adalah menyentuhkan elektroda (yang akan habis seiring
prosesnya) ke benda kerja (di daerah sambungan), di mana sisi lain elektroda dan benda kerja sudah
tersambung dengan terminal sumber daya. Hal-hal yang harus diperhatikan selama proses
pengelasan adalah: (1) memposisikan elektroda terhadap benda kerja dengan baik agar lelehannya
tepat terkena sambungan benda kerja dan (2) membersihkan slag (hasil pencampuran lelehan
elektroda bersama pelapisnya dan benda kerja, berbentuk gundukan logam yang mengeras) yang
muncul tiap sekali pengelasan, yang dapat mengkorosikan benda kerja setelah mengeras. Faktor
keamanan sangat harus diperhatikan karena jika lalai pekerja dapat teraliri arus listrik akibat tanpa
sengaja menyentuh benda kerja dan elektroda secara bersamaan. Dari foto hasil las dapat
disimpulkan, serupa dengan oxyacetylene-gas welding, hasil las (lelehan logam yang membeku) tidak
merata, di mana hal ini terjadi memang karena kurang baiknya kemampuan pengelasan praktikan.
***
Ahmad Armansyah Fauzi (13111079)
Pada praktikum penyambungan ini dilakukan tiga macam las yaitu las oksiasetilen, las titik dan las
busur.
Hal yang perlu diperhatikan pada las oksiasetilen adalah nyala las ini dihasilkan oleh gas asetilen,
gas yang mudah terbakar, sebagai bahan bakar yang dicampur dengan gas oksigen agar dapat
terjadi pembakaran. Kedua gas ini disimpan di dalam tabung yang bertekanan sehingga ketika
menyalakan api pada torch, kita harus menempatkan torch cukup jauh dari tabung penyimpanan agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti ledakan dll.
Kemudian komposisi dari kedua gas ini harus tepat, agar mencapai temperatur nyala yang diinginkan.
Biasanya hal ini ditandai dengan nyala api yang berwarna biru dan cukup tipis.
Las dilakukan di kedua ujung sambungan pelat terlebih dahulu, agar ketika mengelas bagian
tengahnya benda tidak bergeser-geser. Benda bisa bergeser di tengah pengelasan karena terkadang
batang pengisi meleleh dan torch menjauh dari benda sehingga temperatur kembali turun dan batang
filler menempel pada benda. Harus dipastikan juga ketika menyambung kedua ujung benda sudah
benar-benar rapat, karena kalau tidak akan terdapat celah antara dua benda yang akan disambung
dan batang pengisi akan sulit menempelkan kedua pelat tersebut dam terdapat banyak lubang seperti
yang terjadi pada praktikum kami kali ini. Lelehan batang pengisi juga harus selalu diratakan agar
tidak menumpuk di satu tempat.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 11
Pada las titik, kedua benda disambungkan dengan melelehkan satu titik pada dua pelat yang
ditumpuk. Agar hasil las bagus dan kuat, pertama-tama permukaan kedua pelat yang akan
disambung tersebut harus dihaluskan dengan gerinda terlebih dahulu agar segala karat dan kotoran
yang ada pada pelat tersebut bisa hilang.
Las ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik pada elektroda. Karena tegangan yang dipakai
cukup besar yaitu 380 volt, maka temperatur mesin akan naik selama proses. Maka diperlukan
pendingin yang dialirkan dalam mesin sebagai penukar panas agar temperatur mesin tidak terlalu
tinggi.
Kemudian agar temperatur pada benda cukup untuk melehkannya, maka harus dibuat resistensi yang
tinggi. Resistensi yang tinggi disebabkan tekanan yang besar pada elektroda. Maka dari itu pedal
harus diinjak dengan kuat untuk memberikan tekanan pada elektroda.
Las busur menggunakan elektroda sekaligus sebagai batang pengisi, dimana loncatan listrik dari
elektroda ke benda kerja akan melelehkan elektroda tersebut dan mengisi celah di benda kerja. Hal
berkaitan dengan keamanan yang harus diperhatikan adalah jangan sampai menyentuh benda kerja
dan elektroda secara bersamaan karena hal tersebut berarti kutub positif dan negatif terhubung
melalui tubuh kita dan arus listrik akan mengalir melalui tubuh kita.
Kemudian pada pengerjaannya, posisi elektroda harus didekatkan sedekat mungkin ke benda kerja
tanpa menempel. Hal ini dilakukan agar batang pengisi bisa mengisi celah pada benda kerja dengan
tepat tetapi elektroda tidak menempel pada benda kerja yang dapat membuat hasil lasan jadi buruk.
***
Iqbal Jauhari Roesdha (13111082)
Praktikum penyambungan ini, kita melakukan proses spot welding, oxyacetylene welding, dan metal
arc welding. Pada proses spot welding, pertama-tama kita harus mengalirkan air pendingin pada
mesin ini. Hal ini dikarenakan akibat teganan yang digunakan besar yaitu 380V. Pada saat
pengelasan, tekanan diberikan terus pada benda kerja hingga sambungan membeku dengan baik.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar sambungan dapat membeku dengan baik juga kedua logam
bersambung dengan rapat. Pengelasan dengan metode ini memanfaatkan besarnya hambatan yang
terjadi pada kontak di permukaan kedua benda kerja, dan ketika dialirkan arus yang besar, maka
daya yang terjadi besar sehingga mampu melelehkan suatu titik pada logam. Kekurangan dari
metode ini dengan peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sulitnya memposisikan benda
kerja sehingga titik las ada pada posisi yang digunakan serta beratnya pedal yang harus ditekan
sehingga mempersulit praktikan.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 12
Pada oxyacetylene welding, kita menyambung dua logam dengan filler metal dengan memanfaatkan
panas hasil pembakaran gas asetilen. Hal yang perlu diperhatikan adalah kita harus memposisikan
benda kerja dengan baik, jika tidak maka akan sulit menyambungkan kedua logam yang berjarak
cukup jauh dan boros dalam penggunaan filler metal. Pengelasan dilakukan terlebih dahulu pada
kedua ujung benda kerja agar benda kerja tidak bergeser satu sama lain. Dari hasil praktikum, terlihat
hasil pengelasan sangat tidak rapi. Hal ini disebabkan kemampuan praktikan yang masih kurang
dalam proses pengalasan, sehingga terlihat banyak bagian yang tidak tersambung, filler metal pada
suatu titik terlalu banyak, atau ada bagian yang terlas bukan pada sambungannya. Mungkin dalam
hal ini praktikan harus berlatih lebih sering.
Pada metal arc welding, menyambung logam dengan membuat loncatan listrik dari elektroda ke
benda kerja, sehingga arus yang besar melelehkan sebagian elektroda dan base metal. Dari hasil
praktikum ini yang perlu diperhatikan adalah kita harus memastikan elektroda dan base metal
memiliki jarak yang kecil. Jika terlalu jauh, tidak terjadi proses pengelasan atau terlas pada bagian
yang tidak kita inginkan. Jika terlalu dekat, elektroda bisa melekat pada base metal (ikut terlas). Sama
seperti pada oksiasetilen welding, kita harus mengelas pada kedua ujung sambungan, agar benda
kerja tidak bisa bergeser satu sama lain. Masalah yang terjadi secara umum mirip dengan
pengelasan oksiasetilen welding, yaitu kurangnya kemampuan praktikan sehingga tidak semua
sambungan tidak semua sambungan terlas dengan baik, salah las, terlalu banyak dilas, elektroda
terlas dengan base metal. Proses pengelasan memang membutuhkan latihan.
***
Fuad Muthahari (13111090) Pada praktikum kali ini dilakukan 3 jenis pengelasan, yaitu:
1. Spot Welding
Jenis las ini memiliki prinsip menggunakan sumber listrik yang akan menyebabkan
timbulnya resistansi sehingga menghasilkan panas yang akan menyebabkan kedua pelat dapat
tersambung. Resistansi terbesar berada pada permukaan dalam kedua pelat (pertemuan dua
permukaan pelat yang akan disambung).
Pada pengelasan spot welding, benda kerja yang akan dilas sebelumnya harus digerinda
terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran pada permukaan benda kerja
yang akan di las. Apabila tidak dilakukan proses gerinda, kotoran yang menempel pada
permukaan benda kerja akan menghambat aliran arus listrik menuju pusat resistansi dan dapat
mengakibatkan hasil lasan tidak kuat.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 13
Hal lain yang memengaruhi kekuatan lasan adalah pemberian tekanan pada saat proses
pengelasan. Agar dihasilkan hasil lasan yang baik dan kuat, diperlukan pemberian tekanan yang
cukup tinggi dan konstan.
Selain itu, pada saat proses pengelasan berlangsung, dibutuhkan fluida pendingin yang
dialirkan melalui saluran ke mesin las yang bertujuan untuk mendinginkan komponen-komponen
pada mesin las. Hal ini dikarenakan sebagian besar komponen listrik tidak dapat bekerja secara
maksimal pada lingkungan kerja dengan temperatur tinggi.
Pengelasan jenis ini mampu membuat dua buah pelat tersambung dengan sangat cepat
dibandingkan dengan kedua jenis las lainnya pada praktikum kali ini dan tidak terlalu
membutuhkan keterampilan dari operator. Namun pengelasan jenis memiliki kelemahan yakni
tingkat kekuatan sambungan yang lemah dan benda kerja perlu digerinda terlebih dahulu
sebelum dilas.
2. Metal Arc Welding
Pada praktikum ini dilakukan pengelasan terhadap 2 pelat. Dalam hal ini pelat tidak perlu
digerinda terlebih dahulu. Kedua pelat dijajarkan pada tempat pengelasan, kemudian filler yang
juga sebagai elektroda dijepit pada holder dari alat las yg digunakan. Yang perlu diperhatikan
dalam pengelasan jenis ini antara lain :
1) Keselamatan saat praktikum, yaitu dengan menggunakan alat keselamatan seperti sarung
tangan las, topeng las untuk melindungi dari cahaya lasan, masker, sepatu dan jas lab.
2) Filler dijepit pada posisi ujungnya, jangan sampai menjepit bagian dari batang elektroda-
filler.
3) Setelah siap melakukan pengelasa, secara teknis sebelum elektroda dikenai pada pelat,
sentuhkan ujung elektroda ke meja pengelasan, untuk mengecek apakah proses
pengelasan siap dimulai.
4) Posisi pengelasan sebaiknya tidak tegak lurus terhadap plat. Sebaiknya diberi sedikit sudut
agar memudahkan laju pergerakkan filler sepanjang sambungan. Selain itu sebaiknya
proses pengelasan dimulai pada kedua ujung sambungan plat terlebih dahulu, agar posisi
plat tidak bergeser.
5) Laju pergerakan filler terhadap bagian kedua pelat yang akan disambung jangan terlalu
lambat sehingga terhindar dari konsentrasi panas yang berlebih pada satu titik yang
menyebabkan pelat bolong. Selain itu jangan terlalu cepat agar celah kedua pelat dapat
terisi dengan baik sehingga sambungan yang dihasilkan kuat.
Setelah proses pengelasan selesai, dilakukan proses lanjutan, yaitu proses pembersihan
slag yang dihasilkan yang membentuk gundukan di atas sambungan plat dengan cara
memukulnya menggunakan palu. Pembersihan slag ini dilakukan karena adanya slag dapat
menghasilkan korosi pada saat sudah mengeras.
3. Oxyacetylene Welding
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 14
Proses pengelasan oxyacetylene dilakukan dengan cara mengisi sambungan plat
menggunakan filler-metal yang dilelehkan dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari
pembakaran gas oksiasetilen dan oksigen. Proses pengelasan dimulai dengan mengatur
komposisi gas asetilen dan oksigen menggunakan katup pada torch welding. Setelah itu api
dinyalakan menggunakan pemantik korek api, lalu komposisi gas diatur kembali hingga didapat
nyala api yang diinginkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelasan jenis ini antara lain:
1) Kelengkapan standar pengelasan yang selalu dipakai.
2) Pengaturan nyala api dilakukan dengan memutar katup secara perlahan, agar api tidak
mati.
3) Dibutuhkan keahlian yang cukup dalam pengelasan ini. Berbeda dengan las busur listrik,
dalam las oksiasetilen ini digunakan kedua tangan dimana tangan satu memegang holder
dan tangan yang lain memegang filler.
4) Dalam proses pengelasannya, secara teknik yaitu api memanaskan bagian pelat yg siap
untuk diisi filler (sampai memerah). Kemudian filler didekatkan dengan api hingga meleleh
dan menetesi celah pada bagian yang telah memanas. Berikutnya api (diluar api utama)
digunakan untuk “menyapu” lelehan filler agar merata dan masuk kedalam celah.
5) Pengelasan dilakukan dari kedua ujung plat agar plat tidak bergeser saat proses
pengelasan.
***
Ali Akbar Nasution (13111140)
Pada proses las oksiasetilen, pada percobaan ditunjukan ketiga jenis nyala api dari welding torch
yaitu nyala karburasi, netral dan oksidasi. Karena pada saat menyalakan api komposisi oksigen dan
asetilen mudah diatur dengan cara memutar tuas keran yang ada pada welding torch. Namun api
yang digunakan ada lah api netral karena benda kerja yang digunakan adalah baja.
Pada hasil pengelasan terlihat sedikit bagian pada benda kerja yang meleleh karena terlalu lama
terkena api. Jadi pada pengerjaan las oksiasetilen perlu diperhatikan waktu api ketika mengenai
benda kerja, apabila terlalu lama benda kerja juga akan meleleh.
Percobaan selanjutnya yang dilakukan adalah spot welding atau las titik, prinsip dasar dari las titik
adalah mengalirkan arus pada dua lempeng yang akan disambung, dengan memanfaatkan resistansi
yang besar pada daerah kontak lempeng akan menghasilkan panas yang menyebabkan sedikit
bagian dari benda kerja meleleh dan merekat. Hasil las titik akan terlihat dengan terbentuknya
lingkaran hitam akibat panas dari kontak dengan elektroda.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 15
Percobaan terakhir yang dilakukan adalah las busur listrik, pada percobaan las busur listrik
menggunakan sumber listrik dengan arus yang besar dari 10-500 ampere tergantung besar elektroda.
Sehingga sangat berbahaya apabila terjadi kecelakaan terhadap manusia. Namun pada percobaan
yang dilakukan arus yang di gunakan sekitar 50 ampere. Pada benda kerja hasil percobaan lelehan
elektroda perlu dipukul-pukul oleh palu las agar kerak hasil las lepas dari lelehan las.
Pada dasarnya dalam proses pengelasan diperlukan keterampilan dan pengalaman operatornya
dalam menggunakan alat las, seperti memposisikan elektroda dan api dari welding torch untuk
mendapatkan hasil las yang baik. Dan yang perlu diperhatikan adalah faktor keamanan dalam
pengerjaannya, karena alat-alat yang digunakan cukup berbahaya.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Spot welding menggunakan prinsip resistansi listrik untuk melelehkan benda kerja di satu
titik yang teraliri arus dari elektroda yang mengapitnya. Oxyacetylene-gas welding
menggunakan pembakaran gas asetilen dan Oksigen dalam dua tahap dan memanfaatkan
pans yang dihasilkan dari reaksi kimia untuk melelehkan logam (dan metal filler jika
dibutuhkan). Shielded metal-arc welding menggunakan arus listrik yang mengaliri benda
kerja dan elektroda sehingga elektroda dapat leleh dan menjadi penyambung benda kerja.
Spot wedling menggunakan mesin las titik dan benda kerja sudah dihaluskan
permukaannya. Oxyacetylene-gas welding menggunakan welding torch yang tersambung
dengan tabung gas asetilen dan oksigen. Shielded metal-arc welding menggunakan
elektroda yang ikut leleh akibat arus listrik yang mengalirinya.
Dibutuhkan perlengkapan wajib untuk keamanan proses pengelasan, yaitu: jas
laboratorium, sarung tangan, kacamata las (pada spot welding), dan topeng las (pada
shielded metal-arc welding).
B. Saran
Praktikan butuh terus berlatih agar dapat dihasilkan sambungan las yang baik, serta tidak perlu
khawatir saat pengelasan apabila elektroda dan benda kerja (pada shielded metal-arc welding)
menempel, karena jika ada kepanikan dapat membahayakan praktikan. Perlu perbaikan pada
welding torch yang sudah tidak baik kondisinya, karena bisa saja terjadi kelalaian yang dapat
membahayakan praktikan.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 17
LAMPIRAN
A. Tugas Setelah Praktikum
1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen las titik yang digunakan pada praktikum dengan
lengkap!
Water supply: penyuplai air sebagai media pendingin elektroda.
Heat regulator: pengatur panas pengelasan, biasanya dengan mengatur arus yang
mengalir.
Electroda: mengalirkan arus pada benda kerja.
Foot switch: pengatur tekanan elektroda pada benda kerja.
Water line: saluran air sebagai media pendingin.
Pressure gauge: penghitung tekanan
2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las titik!
Siapkan material yang akan dilas. Pastikan kedua permukaan yang akan disambung
sudah bersih (lakukan penggerindaan terlebih dahulu untuk meratakan dan
membersihkannya).
Pada mesin las titik, pilih material yang akan dilas (pada mesin di laboratorium teknik
produksi ada dua pilihan material dalam satu mesin).
Pastikan air untuk menghindari panas berlebih selama proses telah mengalir ke mesin
(ke elektroda yang digunakan). Hidupkan mesin las titik.
Posisikan kedua material bertumpuk, daerah yang akan dilas tepat berada di antara
dua elektroda (tahap waktu pertama saat arus belum mengalir, gaya belum diberikan).
Injak pedal untuk memberi tekanan pada elektroda di mana pada injakan awal arus
belum mengalir (tahap waktu kedua).
Injak lebih keras dan ini membuat arus mengalir (tahap waktu ketiga).
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 18
Setelah terdengar suara pada mesin yang menandakan arus berhenti mengalir,
lepaskan injakan (tahap waktu keempat).
3. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen las asetilen yang digunakan pada praktikum
dengan lengkap!
Tabung gas asetilen, berfungsi menyimpan gas asetilen.
Tabung gas Oksigen, berfungsi menyimpan gas Oksigen.
Welding torch, berfungsi sebagai tempat keluarnya gas oksigen dan asetilen yang akan
dibakar.
Dua katup kontrol gas di welding torch, masing-masing berfungsi mengatur banyaknya
gas asetilen dan Oksigen yang keluar dari welding torch.
Regulator tabung di tiap tabung gas, masing-masing berfungsi mengatur gas asetilen
dan Oksigen yang keluar dari tabung.
Nosel, berfungsi menambah kecepatan gas saat keluar dari welding torch agar nyala
api bisa cukup jauh dan memudahkan proses pengelasan.
4. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las oksiasetilen!
Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan, dan pastikan keadaan alat baik
Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Buat chamfer pada benda kerja dengan gerinda.
Hubungkan welding torch dengan tabung oksigen dan asetilen.
Buka katup tangki asetilen untuk mengisi regulator hingga 5 psi.
Buka katup tangki oksigen hingga tekanannya 10 psi.
Buka katup pengontrol asetilen sedikit hingga keluar bunyi gas asetilen yang keluar
dari torch.
Nyalakan welding torch dengan pemantik api.
Atur gas asetilen hingga api merata disekitar ujung nosel, lalu buka katup oksigen
perlahan hingga mendapatkan jenis api yang diinginkan.
Pakai kacamata pelindung dan sarung tangan dalam proses pengerjaan.
Lakukan proses pengelasan.
5. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen las busur listrik yang digunakan pada praktikum
dengan lengkap!
Elektroda, sebagai tempat logam pengisi, dan gas pelindung yang melindungi proses
pengelasan dari udara luar.
Pemegang elektroda, sebagai penjepit atau pemegang ujung elektroda yang tak
berselaput. Selain itu harus mampu mengalirkan listrik dari kabel elektroda ke
elektroda.
Laporan Praktikum Kelompok 16
Modul PM2-01: Proses Penyambungan I | 19
Kabel elektroda, sebagai penghantar arus positif dan negatif dari sumber arus ke
elektroda dan benda kerja.
Switch start (on/off), sebagai saklar pengatur nyala atau mati mesin las.
Pengatur arus, sebagai pengatur arus yang akan diberikan yang menentukan
kecepatan pengelasannya.
6. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las busur listrik!
Membersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Tempatkan benda kerja pada meja yang dihubungkan ke terminal listrik selama proses
pengelasan.
Gunakan perlengakapan keamanan yang diperlukan seperti sarung tangan dan topeng
las.
Pasang elektroda pada pemegang elektroda.
Tempelkan busur pencapit pada meja kerja atau langsung pada benda kerja.
Nyalakan sumber listrik.
Mulai pengelasan dengan cara mendekatkan elektroda dengan benda kerja.
Apabila tidak terjadi percikan coba pengujian dengan menempelkan elektroda dengan
meja kerja.
Lanjutkan pengelasan hingga bagian yang diinginkan tertutupi oleh lelehan elektroda.