prisma.fp.ub.ac.idprisma.fp.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/47750... · web viewdengan...
TRANSCRIPT
INCREADIBLE RESEARCH AND NATIONAL COMPETITION (INSTINCT) 2016
Implikasi SMART-BUSINESS G-BEDS (Green Board Seedbeds ) yang
Terinduksi Konsorsium Mikroba dalam Media Pembibitan Berbahan
Limbah Olericulture sebagai Inovasi Green Technology
Disusun oleh:
Muhammad Febriansyah 145040201111046/ 2014
Cindy Diah Ayu Fitriana 155040201111043/2015
Ratih Eka Santosa 145040200111021/2014
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah berupa proposal karya tulis ilmiah
yang penulis buat dalam rangka berpartisipasi aktif pada lomba karya tulis ilmiah
INSTINCT 2017 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Atas selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang tak terhingga pada pihak Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, khususnya Bapak Antok Wahyu Sektiono SP.,MP. sebagai
pembimbing. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai sarana informasi yang berguna bagi para generasimuda dalam
mengembangkan daya kreatifitas dan inovasi dalam menciptakan ide bisnis kreatif
yang berjiwa sociopreneur.
Harapan penulis adalah dapat memberikan inovasi baru serta pengetahuan
tentang inovasi pemanfaatan Limbah olericulture sebagai media pembibitan yang
terinduksi konsorsium mikroba guna mengembangkan perekonomian
daerahMalang Jawa Timur. Kami berharap agar karya kami dapat mengispirasi
generasi muda untuk ikut berperan aktif dalam penanganan masalah yang ada
disekitar melalui karya tulis ilmiah.
Penulis berharap kepaada semua pembaca dari karya tulis ilmiah kami
untuk memberikan kritik dan saranyang membangun.Atas berkenannya semua
pihak yang mendukung karya tulis ilmiah yang kami susun, kami mengucapakan
terimakasih.
Malang, 25 Februari 2017
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR............................................................................................iiiDAFTAR GAMBAR...............................................................................................vABSTRAK..............................................................................................................viBAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................11.2 Rumusan Malasah...........................................................................................21.3 Tujuan.............................................................................................................31.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................42.1 Bibit................................................................................................................42.2 Media Pembibitan...........................................................................................42.3 Limbah Olericulture.......................................................................................42.4 PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)...........................................52.5 CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular)........................................................5
BAB III METODE PENULISAN............................................................................73.1 Teknik Penulisan............................................................................................73.2 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data..............................................................73.3 Metode Analisis dan Sintesis (Pembahasan)..................................................73.4 Kerangka Berfikir...........................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................104.1 Potensil Lokal Limbah Olericulture.............................................................104.2 Mekanisme Mikoriza Arbuskular dan B. subtilis meningkatkan Kesuburan Tanaman.............................................................................................................114.3 G-BEDS........................................................................................................114.4 Potensi G-BEDS...........................................................................................16
BAB V....................................................................................................................18PENUTUP..............................................................................................................18
5.1 Kesimpulan...................................................................................................185.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19LAMPIRAN...........................................................................................................21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Kerangka Berfikir..................................................................................8Gambar 2. Pertumbuhan Benih yang terinfeksi Mikoriza dan Bakteri Bacillus subtilis....................................................................................................................12Gambar 3. Pembiakan Massal Bakteri Bacillus subtilis.......................................13Gambar 4. Perbanyakan CMA dengan tanaman jagung......................................14
v
IMPLIKASI SMART BUSINESS G-BEDS (Green board seedbeds ) YANG TERINDUKSI KONSORSIUM MIKROBA
DALAM MEDIA PEMBIBITAN BERBAHAN LIMBAH OLERICULTURE SEBAGAI INOVASI GREEN TECHNOLOGY
Muhammad Febriansyah, Agroekoteknologi, Pertanian1
Cindy Diah Ayu Fitriana , Agroekoteknologi, Pertanian2
Ratih Eka Santosa, Agroekoteknologi, Pertanian3
Universitas Brawijaya, [email protected]
ABSTRAK
Bahan pangan yang berkualitas dapat dihasilkan melalui proses budidaya pertanian yang baik. Proses budidaya tanaman diawali dengan masa pembibitan. Proses pembibitan benih akan mempengaruhi daya tumbuh bibit ketika dipindahkan ke lahan. Bibit yang baik adalah bibit yang memiliki daya tahan tinggi, sehat, dan berkualitas tinggi. Namun faktanya, sebagian besar petani di daerah malang menggunakan media pembibitan seadanya hal tersebut dapat bersifat destruktif bagi akar dan batang tanaman. selain itu secara umum petani menggunakan bahan HDPE sebagai media pembibitan hal tersebut akan menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan karena bahan HDPE sulit mengalami degradasi. Disisi lain, dalam kegiatan budidaya pertanian di wilayah Malang menghasilkan sisa hasil panen pertanian atau limbah pertanian.Menurut (Badan Pusat Statistik,2013) limbah olericuluture yang dihasilkan sebanyak 475 m3, namun hanya 245 m3 yang dapat diatasi dan sisanya menjadi permasalahan sanitasi. Maka dari itu, dengan potensi dan peluang yang ada munculah sebuah inovasi G-BEDS.Green Board Seedbeds merupakan sebuah terminologi green technology pembibitan tanaman yang memanfaatkan limbah olericulture sebagai potensi lokal wilayah Malang yang terinduksi konsorsium mikroba (PGPR dan CMA). Penggunaan konsorsium mikroba umumnya dapat meningkatkan kesuburan tanaman, daya tahan terhadap serangan panthogen dan kekeringan (Ezawa.,et al. 2003). Proses pembuatan G-BEDS melalui empat tahap diantaranya; pengomposan, isolasi dan perbanyakan CMA dan PGPR, kombinasi, dan Pencetakan G-BEDS. Adapun keunggulan dari G-BEDS yaitu; Tidak menimbulkan permasalahan lingkungan, mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman karena telah terkombinasi dengan CMA dan PGPR, bersifat praktis dan portable.Oleh karena itu, G-BEDS menjadi sebuah inovasi cerdas sebagai media pembibitan yang mampu meningkatkan daya tumbuh benih dan mengoptimalkan petumbuhan tanaman pada fase vegetatif dan fase generatif. Oleh karena itu, G-BEDS dapat menjadi peluang bisnis yang memiliki potensial besar untuk dikembangkan.
Kata Kunci: G-BEDS, CMA, Limbah Olericulture, PGPR
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMalang sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang terbagi
menjadi tiga wilayah yaitu Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota
Batu.Masing-masing wilayah di Malang memegang peranan terpenting dalam
sektor pertanian. Kabupaten Malang merupakan daerah yang memiliki potensi
besar dalam pengembangan tanaman pangan dan perkebunan. Kota Malang
sebagai pusat pelayanan, perdagangan, industri dan pemasaran hasil pertanian,
sedangkan Kota Batu sebagai sentra hortikultura memiliki jumlah penduduk yang
berprofesi sebagai petani sebanyak 19.347 rumah tangga.. Oleh karena itu Malang
menjadi salah satu wilayah yang memegang peranan terpenting terhadap
keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia.
Tolak ukur dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia yaitu denga
adanya kegiatan budidaya tanaman yang berkualitas tinggi. Hal tersebut
dikarenakan proses dan aktivitas budidaya tanaman yang dilakukan petani akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen pertanian. Langkah awal yang
memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya pertanian adalah proses
penyemaian atau pembibitan. Proses pembibitan benih akan mempengaruhi
perkembangan tanaman setelah dipindahkan ke lahan pertanian. Oleh karena itu
kebutuhan akan bibit yang berkualitas unggul, sehat, daya tumbuh tinggi dan
mampu berproduksi tinggi mutlak diperlukan dalam usaha budidaya tanaman.
Namun faktanya, mayoritas petani masih menggunakan metode konvensional
pada proses pembibitan. Teknik pembibitan yang diterapkan petani menggunakan
seedbeds yang berbahan plastik HDPE (High Density Polyethylene). Penggunaan
seedbeds berbahan HDPE cenderung bersifat dekstruktif bagi akar dan batang
tanaman saat di pindahkan ke lahan. Selain itu, kekurangan dari media yang
digunakan dari bahan HDPE yaitu sulit mengalami degradasi sehingga akan
menyebabkan permasalahan lingkungan.
Disisi lain dalam kegiatan budidaya pertanian di wilayah Malang
menghasilkan sisa hasil panen pertanian atau limbah pertanian. Limbah pertanian
tersebut dapat berupa sisa sayuran, buah, daun dan batang tanaman
1
(olericulture).Menurut Badan Pusat Statistik (2013) limbah olericuluture yang
dihasilkan sebanyak 475 m3, namun hanya 245 m3 yang dapat diatasi dan sisanya
menjadi permasalahan sanitasi. Terdapat 1,03 ton/ ha limbah pertanian
(olericulture) yang belum dikelola secara memadai untuk kepentingan yang lebih
bermanfaat. Upaya pembakaran untuk menghilangkan limbah olericultureakan
menimbulkan permasalahan baru bagi masyarakat. Demikian halnya dengan
pembiaran (pemsbusukan alami) limbah olericulture dapat menjadi ancaman bagi
kesehatan manusia dan sistem tata air lingkungan. Selain itu, penanganan limbah
olericulture dibuang ke tempat panampungan akhir dan sisanya hanya menjadi
permasalahan sanitasi. Maka dari itu, dengan adanya potensi lokal (limbah
olericulture) yang melimpah perlu dilakukan upaya untuk mengolah limbah
olericulture menjadi lebih bermanfaat.Saat ini, hanya sebagian kecil dari limbah
olericulture yang dimanfaatkan sebagai kompos untuk pupuk organik bagi petani.
Namun hal tersebut dirasa belum optimal dan diperlukan penanganan atau
pemanfaatan limbah olericulturelebih lanjut.
Dengan semua permasalahan yang ada, munculah sebuah inovasi green
technology pembibitan tanaman G-BEDS (Green Board Seedbeds) yang
memanfaatkan limbah olericulture sebagai bahan utama yang dikombinasikan
dengan konsorsium mikroba CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular) dan PGPR
(Plant growth promoting rhizobacter) sebagai ide bisnis kreatif yang dapat
mendukung proses budidaya tanaman yang berkualitas tinggi.
1.2 Rumusan MalasahBerdasarkan uraian latar belakang, adapun rumusan masalah dalam penulisan
karya tulis ini ialah:
1. Bagimana konsep green innovation G-BEDS sebagai media pembibitan
berbasis limbah olericulture?
2. Apakah G-BEDS (Green Board Seedbeds) dapat menjadi media
pembibitan yang tepat (sasaran, waktu, penggunaan dan ekonomi) dalam
meningkatkan proses budidaya tanaman?
3. Apakah G-BEDS dapat menjadi media pembibitan yang ramah lingkungan
dan memiliki potensi bisnis untuk dikembangkan?
2
1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah yang telah penulis paparkan, tujuan penulisan
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, kedua tujuan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Tujuan umum penulisan adalah untuk mendapatkan eksplanasi tentang
inovasi media pembibitan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi
lokal limbah olericulture.
Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk mendapatkan eksplanasi objektif
tentang:
1. Konsep green inovation G-BEDS(Green Board Seedbeds).sebagai media
pembibitan benih tanaman.
2. Nilai G-BEDS(Green Board Seedbeds). sebagai media pembibitan yang
tepat (sasaran,waktu, penggunaan dan ekonomi)
1.4 ManfaatAdapun manfaat dalam penulisan karya ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah
Memberikan kontribusi positif terhadap permasalahan dan
penangananlimbah olericulture melalui penerapan G-BEDS (Green Board
Seedbeds)..
2. Bagi masyarakat
Melalui green technology ini menjadikan solusi yang tepat khusunya bagi
petani dalam meningkatkan daya tumbuh benih pada saat proses
penyemaian dan pembibitan.
3. Mahasiswa/penulis
Memaksimalkan fungsi mahasiswa sebagai agent of change dan
social control dengan melakukan respon intelektual dalam bentuk karya
tulis yang bertujuan memberikan kontribusi untuk perubahan yang
lebih baik pada masyarakat khususnya pada bidang pertanian.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bibit
Menurut (Nazarulyanis, 2014) bibit merupakan benih/biji yang telah
disemai sebelumnya dan akan di tanam pada lahan/media tanam serta memenuhi
persyaratan pembudidayaan tanaman. Bibit berasal dari perbiakan generative
(biji), Vegetatif, kultur jaringa atau teknologi perbanyakan lainya yang berupa
tanaman kecil (belum dewasa) (Setiawan, 1999). Bibit yang berupa tanaman muda
dan berasal dari biji dibedakan menjadi 3 yaitu; bibit cabutan, bibit puteran dan
bibit setump.Sedangkan bibit yang berasal dari pembiakan secara generative
misalnya cangkok dan stek.Kemudian bibit yang berasal dari cangkok atau organ
khusus meliputi; setolon, umbi kentang, bubus dan suing, bulbil dan anakan
(priyanto, 2013). Jadi berdasarkan pernyataan tersebut, bibit adaah bagian dari
tanaman (biji, batang, umbi dll) yang digunakan untuk perbanyakan tanaman
budidaya.
2.2 Media PembibitanMedia pembibitan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan pada benih maupun tanaman.Terdapat empat fungsi media
pembiitan untuk mendukung pertumbuhan bibit yang baik, yaitu se bagai unsur
hara, mampu menggenangi air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan
pertukaran udara antara atmosfer di atas media dan harus dapat menyokong
pertumbuhan tanaman(Fahmi, 2013).Selain itu, media pembibitan adalah suatu
media yang bertujuan sebagai tempat berkembangnya akar tanaman.media
pembibitan yang baik adalah media pembibitan yang terjamin dari segi
ketersediaan nutrisi, kelembapan dan struktur yang baik.
2.3 Limbah OlericultureOlericulture adalah bagian dari hortikultura yang mempelajari mengenai
budidaya tanaman sayuran (Hutabarat, 2016).Sedangkan limbah olericulture
merupakan salah satu jenis limbah yang dihasilkan saat pasca panen kegiatan
pertanian sayur-sayuran.Jumlah limbah olericulture di Malang berkisar 475 m3,
namun hanya setengahnya yang dapat diatasi dan selebihnya hanya menjadi
limbah yang tidak dimanfatkan.
4
2.4 PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan kelompok
bakteri menguntungkan yang secara aktif mengkolnisasi rizosfer.Berbagai jenis
bakteri telah di identifikasi sebagai PGPR dan sebagian besar berasal dari
kelompok gram-negatif dengan jumlah strain paling banyak dari genus
Pseudomonas dan beberapa dari genus Serratia(Rahmi, 2012).Disisi lain
menurut(Sri Widianti, 2015), beberapa bakteri dari kelompok PGPR adalah
bakteri penambat nitrogen seperti genus Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum
dan bakteri pelarut fosfat seperti genus Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter,
Bacterium, Mycobacterium. Bakteri Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan
bakteri pelarut fosfat mempunyai peran dan fungsi penting dalam proses
dekomposisi bahan organic, mineralisasi senyawa organic, fiksasi hara, pelarut
hara, nitrifikasi dan denitrifikasi (Saraswati, 2008).
Mikroorganisme dalam PGPR dapat bermanfaat bagi kesehatan tanaman
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai fungsi.Menurut
(Iswati, 2012), pengaruh PGPR secara langsung mampu menyediakan dan
memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah
serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithohormon pemacu tumbuh
tanaman sehingga memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit.Sedangkan
secara tidak langsung, PGPR dapat menekan aktivitas pathogen dengan
menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik bagi penyebab
penyakit terutama panthoge tular tanah (Nelson, 2004).
Menurut (Aviva, 2013), PGPR berperan sebagai bioprotectan sehingga
berfungsi dalam menekan dan menghambat pertumbuhan hama dan penyakit.
Selain itu, PGPR dapat berfungsi sebagai Biostimulan sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman karena PGPR memproduksi fitohormon
yang terdiri atas IIA (Indole Acetid Acid), Sitokinin dan Giberelin.
2.5 CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular)Menurut (Musfal, 2009), CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular) adalah
salah satu jenis jamur obligat yang saling memberikan keuntungan dengan
tanaman inang.Cendawan Mikoriza Arbuskular memiliki kemampuan untuk
bersimbiosis secara mutualistik dengan tanaman atau tumbuhan tingkat tinggi
(Aguzaen, 2009).Infeksi akar merupakan awal dimulainya simbiosis antara CMA
5
dan akar tanaman (Gusta, 2014).Simbiosis antara CMA dengan akar tanaman
mengakibatkan CMA mengeluarkan enzim fosfatase dan asam organic sehingga
pada tanah yang kurang P, CMA mampu melepas P yang terikat sehingga dapat
membantu menyediakan unsur P dalam tanah (Siti Chalimah, 2006).Selain
itu,CMA di dalam sel akar akan memproduksi jaringan hifa eksternal yang
berkembang secara ekspansif berupa kolonisasi hifa yang tumbuh dan
berkembang melalui bulu-bulu akar tanaman sehingga mampu memperluas
bidang serapan dan meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman (terutama unsur
P).
Peningkatan serapan P pada tanaman yang di inokulasi dengan CMA yang
berperan sebagai sistem perakaran, hal tersebut dikarenakan hifa eksternalnya
menyediakan permukaan yang leih efektif dalam menyerap unsur hara dari tanah
yang kemudian di pindahkan ke akar inang (Same, 2011). Selain itu, hifa
eksternal tersebut akan membantu mendekatkan unsur hara dari zona rhizosfer
pada tanaman sehingga penyerapan hara lebih optimal dan pertumbuhan serta
perkembangan tanaman menjadi lebih cepat (Talanca, 2010 dalam (Gusta, 2014)).
CMA juga berperan dalam menstimulus pembentukan hormone-hormon
pertumbuhan tanaman, seperti sitokinin dan auksin (Gusta, 2014).Selain itu, CMA
dapat berfungsi sebagai penghalang biologis terhadap infeksi pantogen akar,
meningkatkan ketahanan inang terhadap kekeringan dan menjamin
terselenggaranya siklus biogeokimia (Perdana Roy Oksemsa Purba, 2014).
6
BAB III METODE PENULISAN1.
2.
3.
3.1 Teknik PenulisanTeknik penulisan ialah deskriptif, yaitu dengan menguraikan, menjabarkan
dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah pembahasannya
yang runut dan sistematis.Studi kajian deskriptif ini dilakukan dengan
mengambil studi kasus terhadap permasalahan pembibitan dan potensi lokal
limbah olericulture di Malang.
3.2 Teknik Pengumpulan dan Jenis DataTeknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka (library
research) dan penelusuran informasi digital dengan sasaran tujuan antara lain
studi literatur. Sumber pustaka studi yang didapatkan berasal dari membaca,
menganalis dan mengkaitkan informasi dari sumber bacaan dengan topik yang
diangkat. Studi pustaka ini meliputi buku,surat kabar cetak, online dan jurnal
penelitian yang dianggap relevan dengan pembahasan. Jenis data yang
digunakan dalam penulisan ini ialah data sekunder atau data pendukung yang
merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, atau
melalui media perantara.Selain itu data primer didapatkan melalui observasi di
wilayah Malang.
3.3 Metode Analisis dan Sintesis (Pembahasan)Proses analisis dilakukan pada data-data yang terkumpul yang kemudian
dipaparkan dalam pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi
silang (cross link) antara data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang
relevan.Kemudian dapat diambil titik utama yang kemudian diolah menjadi
beberapa kesimpulan.Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan
rekomendasi yang terkait.
7
Malang merupakan wilayah penghasil bahan baku utama pangan
Permasalahan pembibitan yang diterapkan petani di Malang menurunkan daya tumbuh bibit dan mencemari lingkungan
Solusi
Memanfaatkan potensi lokal limbah olericulture menjadi G-BEDS
Meningkatkan daya tumbuh bibit dan tidak mencemari lingkungan
Meningkatkan daya tumbuh bibit dan tidak mencemari lingkungan
Pencetakan G-BEDS
Pengomposan
Isolasi dan Perbanyakan CMA dan PGPR
3.4 Kerangka Berfikir
Gambar 1.Kerangka Berfikir
Malang sebagai salah satu daerah di provinsi Jawa Timur yang penyuplai
bahan baku utama pangan yang berasal dari komoditas hortikultura, pangan dan
perkebunan. Kondisi tersebut menjadi mayoritas warga di Malang berprofesi
sebagai petani. Dalam kegiatan budidaya pertanian yang dilakukan oleh petani
diawali dengan proses pembibitan. Namun, secara umum proses pembibitan yang
dilakukan petani masih secara konvensional sehingga cenderung brsifat dekstrutif
bagi akar dan batang tanaman. Disisi lain penggunaan HDPE akan menimbulkan
permasalahan lingkungan. Oleh karena itu, munculah sebuah gagasan G-BEDS
(Green Board Seedbeds) yang merupakan terminologi green technology
pembibitan tanaman yang memanfaatkan limbah olericulture yang terinduksi oleh
konsorsiummikroba (PGPR dan CMA). Limbah olericulture merupakan potensi
lokal yang dapat dimanfaat dalam pembuatan G-BEDS. Proses pembuatan G-
BEDS melalui empat tahap yaitu pengomposan, isolasi dan perbanyakan PGPR
dan CMA, kombinasi, pencetakan G-BEDS. G-BEDS yang terkombinasi dengan
konsorsium mikroba diharapkan mampu mengoptimalkan daya tumbuh bibit
8
Kombinasi
sehingga dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman baik pada fase vegetatif dan
fase generatif. Maka dari itu dalam jangka G-BEDS dapat mendukung dalam
pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia.
9
BAB IV PEMBAHASAN4.1 Potensil Lokal Limbah Olericulture
Malang sebagai daerah yang memiliki potensi tinggi dalam bidang pertanian
menjadi pemasok beberapa bahan baku pangan utama. Mayoritas penduduk di
Malang berprofesi sebagai petani. Berbagai macam jenis komoditas tanaman
banyak di budidayakan pada wilayah malang yang memiliki topografi yang
optimal bagi pertumbuhan tanaman. Wilayah topografi Malang terbagi menjadi
tiga kategori, dataran rendah (wilayah Jatikerto, Kepanjen), dataran medium
(Ngijo) dan dataran tinggi (Batu, Pujon dan Cangar). Ketiga kategori topografi
tersebut memungkinkan untuk membudidayakan bebebagai jenis tanaman yang
sesuai dengan kondisi tersebut.Sehingga hasil bumi yang berasal dari partanian di
Malang sangatlah melimpah.
Aktivitas becocok tanam petani dimulai dari kegiatan on-farm hingga off-
farm. Kegiatan on-farm dimulai dari penyediaan benih, pupuk dan alsintan, guna
menunjang proses budidaya tanaman. Sedangkan, kegiatan off-farm yang
dialkukan petani mengarah pada aktivitas pengolahan hasil panen dan
pendisitribusian.Dari kegiatan on-farm dan off-farm yang dilakukan petani
meninggalkan hasil samping yang berupa limbah.Limbah hasil pertanian
hortikultura dapat diistilahkan sebagai limbah olericulture, yang merupakan
limbah yang berasal dari sisa-sisa sayuran, buah, dan bagian tanaman (daun,
batang dan bunga) yang tidak termanfaatkan. Jumlah limbah olericulture di
Malang berkisar 475 m3, namun hanya setengahnya yang dapat diatasi dan
selebihnya hanya menjadi limbah yang tidak dimanfatkan. Limbah olericultre
yang meupakan bahan organik dapat dimanfaatkan dikomposkan sehingga
menjadi media tanam bagi tanaman. Pengolahan limbah olericulture menjadi
kompos dapat mengurangi jumlah limbah olericulture (Maulana, 2011).
Pengolahan bahan organik menjadi kompos (pengomposan), dianggap sebagai
teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, dan
penggunaan kompos (pupuk organik) dapat mereduksi penggunaan pupuk kimia
dan pemberi nilai tambah pada limbah ( Fitri Nugraheni et al., 2010).
10
4.2 Mekanisme Mikoriza Arbuskular dan B. subtilis meningkatkan Kesuburan Tanaman
Bakteri yang digunakan sebagai PGPR adalah Bacillus subtilis.Bacillus
subtilis merupakan salah satu bakteri dalam PGPR yang juga termasuk sebagai
bakteri MHB (Mycorrhiza Helper Bacteria). MHB merupakan organisme yang
membantu meningkatkan kinerja mikoriza dan dapat memberikan efek negatife
pada patogen akar tanaman (Rigamonte et al.,2010). Interaksi yang terjadi antara
mikoriza dan Bacillus subtilisakan membentukmycorizhosphere(P.Frey-klett &
J.Garbaye, 2005). Kelebihan interaksi yang terjadi antara 2 mikroorganisme ini
yaitu bakteri Bacillus subtillis mampu mendetoksifikasi media cair dari metabolit
fungi yang bersifat menghambat dan dapat menekan produksi senyawa toksik oleh
mikroba tanah (Lilipaly, 2016).
Menurut (Vivas et al., 2015), bakteri yang termasuk dalam MHB Bacillus
Subtilis memiliki dampak positif yang kuat terhadap perkecambahan spora dan
pertumbuhan fungsi prasimbiosis dalam larutan yang terkontaminasi logam
berat.Selain dapat menurunkan kerusakan hifa, bakteri juga mampu meningkatkan
pertumbuhan akar hingga 95%.Jadi interaksi antara bakteri Bacillus subtilis dapat
meningkatkan laju infeksi mikoriza pada berbagai tahapan interaksi (Lilipaly,
2016).Sedangkan mikrobaCMA merupakan bentuk asosiasi jamur mikoriza yang
bersimbiosis dengan akar tanaman.CMA memiliki keunggulan dapat
meningkatkan jangkauan dan daya serap unsur hara pada akar.
Simbiosis yang terjadi antara CMA dengan bakteri endosimbiotik mikoriza
(B. subtilis) yang terjadi pada akar tanaman memberikan keuntungan pada
pertumbuhan tanaman tersebut. Interaksi antara akar tanaman dengan mikoriza
meningkatkan aktivitas enzim kitinase yang efektif menahan serangan fungi
patogen (Garcia Garrindo, 2000). Bacillus subtilis memiliki kemampuan
mengendalikan berbagai fungi patogen tanman melalui produksi senyawa
antibiotik (fengycin iturin surfactin), enzim yang mendegradasi struktur dinding
sel fungi, dan senyawa antifungi yang mudah menguap (Leelasuphakul et al.
2006).
4.3 G-BEDSGreen Board Seedbeds atau G-BEDS merupakan sebuah terminologi green
Technology media pembibitan yang memanfaatkan limbah olericulture dan telah
11
terkombinasi dengan konsorsium mikroba yaitu PGPR dan jamur CMA.G-BEDS
lahir sebagai sebuah konsep media pembibitan yang ramah lingkungan karena G-
BEDS terbuat dari limbah olericulutre yang belum termanfaatkan serta
penggunaan G-BEDS sebagai media pembibitan tidak menimbulkan residu dan
dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu G-BEDS mampu memberikan
jaminan inisiasi pertumbuhan yang optimal pada tanaman mulai dari fase vegetatif
hingga fase generatif hal ini dikarenakan G-BEDS telah dikombinasi dengan
PGPR dan CMA yang dapat bersimbiosis mutualisme terhadap akar tanaman
dalam penyediaan unsur hara.
Adapun tahap-tahap dalam pembuatan G-BEDS (Green Board Seedbeds)
sebagai berikut:
1. Pengomposan
Tahap awal dalam pembuatan G-BEDS adalah menyiapkan bahan
utama yang digunakan sebagai media pembibitan yaitu kompos.Pembuatan
kompos berbahan dasar dasar limbah olericulture yang dicampur dengan
molase dan larutan EM-4 dan simpan di dalam komposter.Penambahan
molase dan larutan EM-4 berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan
organisme baik mikroorganisme maupun makroorganisme pengurai bahan
organik.Waktu yang diperlukan dalam pembuatan kompos ialah 30 hari
hingga kompos benar-benar matang dan siap digunakan.
2. Isolasi dan Perbanyakan Mikroba
Pada tahap ini dilakukan isolasi dan perbanyakan terhadap mikroba
yaitu Rhizobacteria (PGPR) dan CMA (Cendawan Mikoriza
12
Gambar 2. Pertumbuhan Benih yang terinfeksi Mikoriza dan Bakteri Bacillus subtilis
Arbuskula).Isolasi dan perbanyakan massal bakteri yang digunakan dalam
PGPR sebagai agen hayati yang digunakan ialah Bacillus subtilis.
Pembiakan massal bakteri Bacillus subtilis menggunakan cara yang
diadopsi dari Couillerot, et al. (2009) membutuhkan waktu selama 7 hari
(Gambar. 1). Kemampuan untuk menumbuhkan bakteri dalam jumlah besar
seperti dalam 50.000 : 1 fermentor membuat bakteri Bacillus Subtillis
mudah dan murah diproduksi massal.
Langkah pertama yang dilakukan dalam proses pengembangbiakkan
bakteri dengan menggunakan ekstrak kedelai. Kemudian memasukkan
bakteri hasil isolasi ke media cair. Berikutnya adalah mempersiapkan
fermentor yang terdiri dari aerator yang berfungsi sebagai penyuplai udara
bagi agen hayati. Fermentor berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme
yang tidak diinginkan dan membantu menyediakan oksigen untuk
mikroorganisme aerob.
Gambar 3. Pembiakan Massal Bakteri Bacillus subtilis
Langkah selanjutnya ialah menyiapkan tiga tangki bersih.Tangki
pertama diisi dengan larutan KMnO4 yang berfungsi untuk menyaring udara
dan bakteri merugikan karena larutan ini berperan mematikan bakteri yang
mungkin terbawa oleh udara dari aerator. Tangki kedua diisi dengan kapas
atau spons hingga ¾ tangki yang berperan sebagai filter kedua setelah
larutan KMnO4. Tangki ketiga berfungsi untuk mengisi air kontrol.Air
kontrol merupakan alat untuk mengontrol udara yang masuk kedalam
media, jadi air kontrol berada setelah media dari ekstrak kedelai
diletakan.Semua rangkaian dalam fermentor dihubungkan menggunakan
selang berukuran kecil dan pada larutan KMnO4 selang dipasang batu
13
EKSTRAK KEDELAI
saring.Bakteri hasil perbanykan selanjutnya diambil dan dicampurkan
dengan kompos.
Sedangkan untuk isolasi dan perbanyakan CMA dapat diperoleh dari
berbagai sumber atau kisaran inang yaitu akar tanaman jagung.Menurut
Herryawan (2012) tanaman jagung merupakan tanaman yang paling sering
digunakan sebgai inang dalam perbanyakan inokulum. Teknik perbanyakan
CMA dilakuakn dengan menggunakan tanah hasil pasteurisasi yang
dimasukkan kedalam polybag yang sudah diberi alkohol 70%. Kemudian
dimasukkan 10 gram inokulum mikoriza dan 2 benih jagung yang apabila
sudah tumbuh, salah satu benih tanaman akan dicabut. Setelah tanaman
jagung berumur 50 hari, maka tanaman jagung dipotong pangkal batang
diatas permukaan tanah dan inokulum tersebut siap digunakan. Inokulum ini
mengandung spora, tanah, potongan akar.
Gambar 4. Perbanyakan CMA dengan tanaman jagung
3. Pencampuran
Setalah diperoleh bahan utama dan CMA tahap selanjutnya ialah
pencampuran kedua bahan. Kompos yang telah siap pakai dicampur dengan
spora CMA, serta ditambahkan bahan lain berupa tanah dan air yanng
berfungsi untuk memadatkan bahan saat akan dicetak. Tanah yang
digunakan pada pembuatan G-BEDS merupakan tanah liat, karena mudah
untuk dicetak dan tidak mudah hancur. Perbandingan antara kompos, tanah
liat dan tanah inokulum mikoriza yang digunakan adalah 4:3:1.
4. Pencetakan G-BEDS
Tahap terakhir pembuatan G-BEDS ialah pencetakan menjadi
lembaran papan (board) dengan menggunakan alat pencetak media
14
penyemaian yang telah dirancang oleh salah satu anggota kelompok tani Sri
Lestari di Lumajang jawa timur. Desain alat yang digunakan berbahan kayu
yang berukuran 75 X 50 cm, tebalnya 3 cm serta kayu bulat sebesar pensil
sepanjang 7 cm dan ujungnya dibuat agak runcing. Kayu-kayu yang
berjumlah 150 pasang itu dipasang pada papan kayu secara teratur dengan
jarak antar kayu pensil sekitar 5 cm (Benih Pertiwi, 2014). Berikut
merupakan alat pencetakan G-BEDS (Gambar.1).
Gambar 5. Alat Pencetak Media Pembibitan HartonoBerikut merupakan tabel perbandingan media seedbeds konvensional
(berbahan palstik HDPE) dengan media G-BEDS:
No Indikator Seedbeds konvensional G-BEDS
1 Bahan yang
digunakan
Menggunakan Plastik
HDPE
Memanfaatkan limbah
olericulture
2 Dampak
lingkungan
Seedbeds yang tidak
terpakai jika dibuang
sembarangan dapat
mencemari tanah karena
bahan yang digunakan
(plastik HDSP) sulit
terurai di dalam tanah
Tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap
lingkungan, bahkan dapat
digunakan sebagai pupuk
3 Suplai unsur hara Membutuhkan output
tambahan seperti pupuk
Dapat menyediakan unsur
hara karena mengandung
bahan organic
4 Penggunaan Kurang praktis, tidak
dapat dibawah kemana-
mana, dan cenderung
besifat destruktif
(dicabut) saat
pengambilan bibit
Praktis, bersifat portable
sehingga meningkatkan
efisiensi saat pemindahan
bibit ke media yang lebih
besar.
15
tanaman dan berpotensi
merusak organ tanaman
seperti akar dan batang
yang putus.
5 Keunggulan lain Tidak ada Mengandung agen hayati
yang berupa PGPR dan
CMA yang dapat
meningkatkan daya hidup
benih.
4.4 Potensi G-BEDSPotensi Bisnis
Ruang lingkup bisnis di bagi menjadi 2 yaitu (1) lingkup umum yang
bertujuan untuk meningkatkan kepedulian generasi muda di malang terhadap
potensi daerah dan menggali peluang bisnis yang ada serta meningkatkan
kapabilitas sumber daya manusia (sdm) (2) lingkup khusus yaitu untuk memenuhi
permintaan media tanam dan bibit berkualitas khususnya tanaman hortikultura
dan hias (floriculture ) di wilayah malang raya serta menstimulasi permitaan pasar
akan produk media tanam portable yang dapat digunakan sebagai inisiasi urban
farming. Sebagai sasaran pemasaran G-BEDS terfokus pada daerah malang raya
(Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang). Hal ini di karenakan malang
raya merupakan daerah pertanian unggulan Jawa Timur. Komoditas yang banyak
dikembangkan berupa tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan
bunga. Sehingga besar masyarakat malang raya khususnya di kota batu dan
kabupaten malang berprofesi sebagai petani, yang kemudian membentuk
komunitas atau kelompok tani. Data hasil sensus pertanian 2013 , jumlah rumah
tangga usaha pertanian di kabupaten malang sebanyak 328.031 rumah tangga,
kota malang sebanyak 6.059 rumah tangga dan kota batu 19.347 rumah tangga.
Maka dari itu, G-Beds memiliki peluang besar untuk dipasarkan dan
dikembangakan di wilayah Malang Raya. Adapun analis potensi G-BEDS sebagai
peluang bisnis dengan analisis SWOT adalah sebagai berikut;
16
Weakness(kelemahan)- Alat pembuatan massal
sederhana,- Manajemen sederhana, - Jangkauan sosialisasi produk ke
petani,- Masih dalam ruang lingkup
malang raya
Strength (kekuatan)- PGPR (plant growth promoting
rhizobacteria)dan CMA,- Bersifaat portble seedbeds,- Ukuran bervariatif tergantung
tanaman yang di usahakan,- Unsur hara mikro,- Peningkatan pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan kebaradaan bms (beneficial microorganisms) di rhizosfer.
Opportunities (pelung)- Pangsa pasar adalah petani
terlebih pengembang beberapa wilaya malang raya misalnya kota batu ke arah agropolitan barbasis pengembangan hortikultura dan kabupaten malang mengembangkan tanaman pangan.
- Indusrtri floriculture merupakan komoditas yang paling sukses dan terus diusahakan namun
Berdasarkan analisi kelayakan usaha yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Pengeluaran Biaya (Rp)
Total Variable Cost 960.000
Total Fix Cost 480.000
Total Cost 1.378.000
17
Threats (ancaman) - Perubahan mindset petani yang
lama
Berdasarkan perhitungan analisis usaha maka diketahui bahwa:
1. Break Event Point (BEP)
a. BEP Penerimaan : Rp 889.361
b. BEP Unit : 747 unit
c. BEP Harga : Rp 918,66
2. Keuntungan : Rp Rp 422.000
3. R/C Rasio : 1,3
Artinya setiap Rp. 1,0 biaya produksi yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,30. Sehingga usaha G-BEDS layak untuk dijalankan.
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa limbah olericulture memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai
media pembibitan tanaman. Konsep Green Technology yang diterapkan dalam
pembuatan G-BEDS menggunakan kombinasi 2 mikroba yaitu bakteri Bacillus
subtillis dan mikoriza berpotensi besar dalam mengoptimalkan pertumbuhan bibit
baik pada fase vegetatif maupun fase generatif dan menjadikan G-BEDS sebagai
media pembibitan yang ramah lingkungan. Sehingga G-BEDS menjadi solusi
media pembibitan yang tepat sasaran, tepat penggunaan bagi petani karena terbuat
dari limbah olericulture dan mikroba serta tepat secara ekonomi. Selain itu,
berdasarkan analisi SWOT dan kelayakan usaha yang telah dilakukan maka G-
BEDS memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
5.2 SaranPenulis dapat bekerjasama dengan pemerintah dan petani untuk
merealisasikan dan mengembangkan G-BEDS sebagai media pembibitan untuk
mendukung pengadaan pangan serta menjadi peluang bisnis yang potensial untuk
di kembangkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
A.Vivas, JM, B., & Azcon, R. (2015). Brevibacillus brevis isolated from cadmium-or zinc-contaminated soils improves in vitro spore germination and growth of glomusmosseae under high Cd or Zn Concentrations. Microbial ecol , 416-424.
Aguzaen, H. (2009). Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. AgrobinS , -.
Fahmi, Z. I. (2013). Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Surabaya: Balai Besar Pembenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
Gusta, Y. P. (2014). Waktu dan Cara Aplikasi Cendawan Mikoriza Asbukular (CMA) pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kopi. Penelitian Pertanian Terapan , 203-208.
Hidayat, A. (2016, january 14). tiap tahun penduduk indonesia bertambah 3 juta orang. Retrieved agustus 3, 2016, from tempo.com: https://m.tempo.co/read/news/2016/01/14/173736151/tiap-tahun-penduduk-indonesia-bertambah-3-juta-orang
Hutabarat, A. (2016, april 26). Laporan Pasca Panen Holtikulturaacara 1 menghitung indeks sampah holtikultura. Retrieved agustus 1, 2016, from andrew's office: http://andrewsoffice.blogspot.co.id/2016/04/pasca-panen-acara-i.html
Iswati, R. (2012). Pengaruh Dosis Formula PGPR asal Perakaran Bambu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solonum lycopersicum syn). JATT Vol.1 No.1 , 9-12.
19
Lilipaly, E. F. (2016). Uji Pengaruh Formula Mycorirhiza Helper Bacteria (Pseudomonas diminuta dan Bacillus Subtillis) cair dan Glomus spp. Terhadap populasi Pratylenchus coffeae dan Pertumbuhan bibit Kopi Arabika Serta Pemanfaatan Berbagai Materi Penyusun Leaflet . SKRIPSI UNEJ , 30-54.
Musfal, D. A. (2009). Efisiensi Penggunaan Pupuk NPK melalui Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Asbukular pada Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol.3 No.3 , -.
Nazarulyanis. (2014, Agustus 19). perbedaan biji, benih dan bibit. Retrieved juli 24, 2016, from Nazarulyanis web blog: http://marimenghijau.blogspot.co.id/2014/08/perbedaan-biji-benih-dan-bibit.html
Nelson, L. (2004). Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR):Prospek for new inoculants. Online. crop Management doi:10.1094/CM-2004-0301-05-RV , -.
P.Frey-klett, & J.Garbaye. (2005). Mycorrhiza helper bacteria:a promising model for the genomic analysis of fungal-bacterial interactions. new phytologist , 168:4-8.
Perdana Roy Oksemsa Purba, N. R. (2014). Efektifitas Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Asbukular Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis muel.arg) di Pembibitan. online Agroekoteknologi , 919-932.
priyanto, s. (2013, juli 02). pengertian bibit dan benih. Retrieved juli 24, 2016, from blog informatif PTP: http://a32121210.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-bibit-dan-benih.html
R saraswati, S. (2008). Pemanfaatan Mikroba penyubur tanah sebagai komponen teknologi pertanian. IPTEK Tanaman Pangan , 60-65.
Rahmi, N. M. (2012). EFEK FITOHORMON PGPR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (zea mays). Agribisnis dan pengembangan wilayah , 27-35.
Same, M. (2011). Serapan Phospat dan Pertumbuhan bibit Kelapa Sawit pada Tanah Ultisol akibat Cendawan Mikoriza Asbukular. Penelitian Pertanian Terapan , 69-76.
Setiawan, A. (1999). Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah . Jakarta: Penebar Swadaya.
Siti Chalimah, S. A. (2006). Pemanfaatan Pupuk Organik Kotoran Hewan dan Biotekologi Cendawan Mikoriza Asbukular (CMA) dalam upaya Pelestarian Lingkungan dan Pengembangan Bibit Tanaman Pangan dan Buah. Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universtas Muhammadiyah Surakarta , -.
Sri Widianti, S. S. (2015). Isolasi dan Uji efektifitas Plant Growth Promoting Rhizobacteria di lahan marginal pada pertumbuhan tanama kedelai
20
(Glycyne max L. Merr.) var. Wilis. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON , 59-65.
LAMPIRAN
No. Material Kuantitas Harga (Rp) Jumlah (Rp)1. Pupuk Mikoriza 5 kg 30.000 150.0002. Isolat Bakteri B.
subtilis100 gram 25.000/gram 250.000
3. Limbah Olericulture 50 kg 5.00 25.0004. EM4 3 liter 20.000 60.0005. Tanah Liat 50 Kg 5.000 250.000
Total (Rp) 735.0001. Rincian Anggaran BiayaBahan Habis Pakai
Upah Tenaga KerjaTenaga kerja
Jumlah Orang
Jumlah hari
Jam Kerja
HOK Upah/HOK Upah
Tenaga Kerja
3 4 5 jam 7,5 30.000 225.000
Total (Rp) 225.000
Biaya Peralatan Penunjang
No. Material Kuantitas Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
Penyusutan
1. Kotak Pengomposan
4 unit 50.000 200.000 80.000
2. Terpal 1 unit 100.000 100.000 13.0003. Alat Pencetak
Seedbeds1 unit 200.000 200.000 25.000
4. Pengaduk 3 unit 40.000 120.000 30.0005. Papan Pengeringan 10 unit 10.000 100.000 20.000
Total 720.000 168.000
21
Keterangan Kuantitas Harga sewa/tahun
Biaya Sewa/bulan
Tempat Produksi 1 3.000.000 250.000Total 250.000
Analisa kelayakan usaha:Total Variabel Cost(TVC) = Biaya bahan habis pakai + upah tenaga kerja
= Rp 735.000 + Rp 225.000
= Rp 960.000
Total Fix Cost (TFC) = Biaya penyusutan alat/bulan + Biaya Sewa Tempat
= Rp 168.000 + Rp 250.000
= Rp 418.000
Total Cost (TC) = TVC + TFC
= Rp 960.000 + Rp 418.000
= Rp 1.378.000
Produksi (Q) = 1500 seedbeds/bulan
Harga produksi = TC/Q = Rp 1.378.000/ 1500= Rp 918,7
Harga Jual/ kotak (P) = Rp 1.200Penerimaan perbulan(TR) = P X Q
= Rp 1.200 X 1.500
= Rp 1.800.000,00
1. BEP
a. BEP Penerimaan =TFC
1−TVCTR
= Rp 418.000
1− Rp 960.000Rp 1.800 .000
= Rp 418.000
1−0,53
= Rp 418.000
0,47
22
= Rp 889.361
Maka diketahui usaha tersebut akan mencapai titik pulang pokok ketika jumlah penerimaan yang telah diperoleh mencapai Rp 889.361
b. BEP Unit =
= Rp 418.000
Rp 1.200−Rp 960.0001500
= Rp 418.000
Rp 1.200−Rp 640
= Rp 418.000
Rp560
= 746,42Unit
Berdasarkan hasil perhitungan BEP unit diketahui bahwa minimum produksi untuk mencapai titik impas adalah 747 seedbeds
c. BEP Harga =
= Rp 1.378 .000
1500
= Rp 918,66
Artinya usaha kami berada titik impas jika harga penjualan Rp 918,66
2. Keuntungan
Π = TR –TC
= Rp 1.800.000 – Rp 1.378.000
= Rp 422.000
Dalam satu kali produksi diperoleh keuntungan sebesar Rp 422.000
3. R/C Rasio =
= Rp 1.800 .000Rp 1.378 .000
= 1,30
Artinya setiap Rp. 1,0 biaya produksi yang dikeluarkan akan diperolehpenerimaan sebesar Rp. 1,30. Sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan.
23
24
2. Lembar Orisinalitas
25
3. Daftar Riwayat Hidup
26
27
Biodata Anggota 2A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Ratih Eka Santosa2. Jenis Kelamin Perempuan3. Program Studi Agroekoteknologi4. NIM 1450402001110215. Tempat dan Tanggal Lahir Ngawi, 22 Oktober 19966. Email [email protected]. No Telepon/HP 089669078776
B. Riwayat PendidikanSD SMP SMA
Nama Institusi SDN Katikan 2 SMPN 1 Kedunggalar
SMAN 1 Jogorogo
Jurusan - - IPATahun Masuk-
Keluar2002-2008 2008-2011 2011-2014
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)No Nama Pertemuan
Ilmiah/SeminarJudul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhirNo Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
PenghargaanWaktu
1. Juara 3 PKM MABA (PKM-K) Rektor Cup Universitas Brawijaya 2015
Universitas Brawijaya
2015
28