unforgettable moments in my life

122
Unforgettable Moments in My Life Yogyakarta December, 2009 (in Celebration of January 17, 2010)

Upload: prayoto

Post on 18-Jun-2015

1.556 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments

in

My Life

YogyakartaDecember, 2009

(in Celebration of January 17, 2010)

Page 2: Unforgettable Moments in My Life

Tahu

n 19

54 (K

elas

3 S

MA

)

Page 3: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Momentsin My Life

byPrayoto

I love listening and playingclassical music

on guitar and piano

YogyakartaDecember 2009

(in Celebration of January 17, 2010)

Page 4: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakandalam Hidupku

byPrayoto

Saya gemar mendengarkan dan main Musik klasikPada gitar dan piano

YogyakartaDesember 2009

(untuk Mengenang 17 Januari 2010)

Page 5: Unforgettable Moments in My Life

Introduction

This is a story that thus far re­mained hidden in my memory. But then, on the suggestion of the members of my family, I tried to put it down in writing for others to read. To my reco­llection, life turned out to be struggle, survival, persistence and determination, and sometimes despair and helpless­ness. It has been a very long journey, though sometimes full of hardship, but other times it was joyful and unforget­table.

I wrote this story on the occa­sion of the 50th anniversary of my wed­ding with my beloved wife Setyaning­sih.

Prayotohttp://prayoto.50webs.com

http://[email protected]

Page 6: Unforgettable Moments in My Life

Pengantar

Cerita ini sudah lama tersim­pan dalam pikiranku. Kemudian, atas saran para anggota keluargaku, saya ingin mencoba menuliskannya supaya bisa dibaca oleh orang lain. Seingat saya, kehidupan itu selalu merupakan perjuangan, memerlukan kemampuan bertahan, ketangguhan, keteguhan ha­ti, dan kadang­kadang juga diwarnai oleh keputusasaan dan ketidakberda­yaan. Kehidupan saya sudah merupa­kan perjuangan yang sangat panjang, kadang­kadang penuh penderitaan dan kesusahan, tetapi sering kali juga penuh kebahagiaan dan yang jelas telah mem­berikan kesan yang tak­terlupakan bagi­ku.

Page 7: Unforgettable Moments in My Life
Page 8: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku vii

Saya menulis cerita ini sebagai kenangan dalam kaitannya dengan hari ulang tahun perkawinan saya yang ke­50 dengan istri saya yang tersayang Setyaningsih, pada tanggal 17 Januari 2010 nanti.

Prayotohttp://prayoto.50webs.com

http://[email protected]

Page 9: Unforgettable Moments in My Life

ContentsTitle iiIntroduction ivContents viii Childhood Memories 2Schooling Years 18My Marriage 24Graduate Studies 30Life during Difficult Years 36Doctoral Study 44Life with Mrs. Billy Knight 50Returning Home with a Doctor’s Degree 54Experience with BATAN 58Development of SKS System 64Back at the Physics Department 70Training University Administration 76Managing Academic Institution 82

Page 10: Unforgettable Moments in My Life

Daftar IsiJudul iiiPengantar vDaftar Isi ix Kenangan Masa Kecil 3Tahun-Tahun Pendidikan 19Pernikahan Saya 25Kelulusan 31Hidup dalam Masa-Masa Sulit 37Kuliah S3 45Hidup dengan Mrs. Billy Knight 51Pulang dengan Gelar Doktor 55Pengalaman dengan BATAN 59Pengembangan Sistem SKS 65Kembali ke Jurusan Fisika 71Pelatihan Administrasi Perguruan Tinggi 77Mengelola Institusi Akademis 83

Page 11: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Lifex

Promoting Post Graduate Students 86Preoccupation after Retirement 94 Closing 102Acknowledgement 106

Page 12: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku xi

Membimbing Mahasiswa Pasca Sarjana 87Jabatan Baru Setelah Pensiun 95 Penutup 103Ucapan Terima Kasih 107

Page 13: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Lifexii

Bapak (Tahun 1959)

Page 14: Unforgettable Moments in My Life

Ibu (Tahun 1959)

Page 15: Unforgettable Moments in My Life

I was born in Yogyakarta about four years before World War II, on Janu­ary 31, 1936 to be exact, as the young­est child out of two elder brothers and three sisters. My father was a clerk in a government pawn house during the Dutch colonial rule. Being active in some political movement, my father was moved about from one city to the other, from Yogya to Temanggung, then to Pekalongan and Purworejo, then Kar­tasura before my family finally settled in Solo, where my father was appointed as the headmaster of Tjokronegaran go­vernment pawn house. I was about six years old by then. It was at this point that I was experiencing the transition

Childhood Memories

Unforgettable Moments in My Life2

Page 16: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 3

Saya dilahirkan di Yogyakarta kira­kira empat tahun sebelum dimulainya Perang Dunia II, tepatnya pada tanggal 31 Januari 1936. Ayah saya adalah seorang pegawai pada sebuah pegadaian negeri pada zaman penjajahan Belanda. Karena beliau banyak terlibat dalam pergerakan nasional pada waktu itu, maka beliau sering kali dipindah­pindah oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Mulanya dari Yogya ke Temanggung, ini terjadi saat saya berumur sekitar satu tahun. Kemudian semasa saya berumur antara 2 sampai 4 tahun, berturut­turut dipindah­pindah lagi, pertama ke Pekalongan, lalu ke Purworejo, dan kemudian ke Kartasura.

Kenangan Masa Kecil

Page 17: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life4

from the former Dutch colonial rule to the Japanese occupation era. It was also the beginning of my schooling years.

I spent the first three years of my elementary schooling at a catholic school for practical reason. That is, be­cause the school at Purbayan was very close to my home at Tjokronegaran, Solo. It was only a walking distance from my home. When I was at the third grade of elementary school, my father was moved again to Karanganom, near Klaten where he was made the head­master of the pawn house there.

I spent the last three years of my elementary schooling still in Karang­anom. My recollection of Karanganom (at that time) was a small, quiet, and comfortable village with green gardens and plantations, quite a good propor­tion of Dutch population who ran a

Page 18: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 5

Saat inilah kira­kira terjadi peralihan dari zaman penjajahan Belanda ke zaman pendudukan Jepang. Pada awal zaman pendudukan Jepang ini, ayah saya dipindah lagi ke Solo, di mana beliau diangkat menjadi kepala (pada waktu itu disebut Beheerder) dari rumah pegadaian negeri di Tjokronegaran. Pada saat inilah saya memulai pendidikan saya di sekolah dasar, pada waktu itu disebut sekolah rakyat.

Saya mulai pendidikan sekolah dasar saya di sebuah sekolah katolik (Sekolah Kanisius) di Purbayan Solo. Alasannya karena sekolah ini jaraknya sangat dekat dengan rumah dinas ayah saya di Tjokronegaran, hanya cukup jalan kaki lewat belakang rumah. Saya ingat betul, saat saya bersekolah di situ, salah seorang teman sekolah saya, bahkan teman bermain­main setiap hari,

Page 19: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life6

big sugar factory. The sugar factory be­longed to a well known and wealthy Dutch industrialist Dezentjee.

I remember, it was in Karang­anom that a building, almost similar in size and architecture as the Merdeka Presidential Palace in Jakarta, was lo­cated. This particular building was, at one time, used as the venue for the first KNIP (Central National Indonesia Com­mittee) meeting, soon after the procla­mation of Indonesian Independence on August 17, 1945. It was also in Karang­anom that I completed my elementary school study. It was also in Karanganom that I spent the whole three years under the Dai Nippon occupation. It was also in Karanganom that my mother died in 1947 (my father remarried later). Life was hard at that time. Village people, including school children, were fre­

Page 20: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 7

adalah yang nantinya menjadi seniman tersohor yaitu W.S.Rendra. Pada waktu saya sampai di kelas tiga, ayah saya dipindah lagi ke Karanganom, dekat Klaten, di mana ayah saya diangkat sebagai kepala Pegadaian Negeri di sana.

Saya menyelesaikan tiga tahun terakhir saya di sekolah dasar di Karang­anom. Ingatan saya mengenai Karang­anom pada waktu itu adalah sebuah kota kecil, sangat indah, tenang, banyak perkebunan yang hijau, dan bagian cu­kup besar dari penduduknya adalah warga Negara Belanda yang mengusa­hakan sebuah pabrik gula yang besar. Pabrik gula tersebut adalah milik peng­usaha besar Belanda yaitu Dezentjee, yang juga pemilik hampir semua pabrik gula yang ada Jawa (Indonesia?). (Catatan: waktu saya mengunjungi lagi

Page 21: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life8

quently forced by the Japanese troops to work in the paddy fields, planting or weeding rice fields. People were so poor that they wore jute clothes, had to eat poor food such as dried cassava powder (gogik, thiwul) because much of the food supply was probably mobil­ized by the Japanese to support the war efforts. Many village people were star­ving or suffered malnutrition deseases such as beri­beri. The suffering lasted for about three years . Yet it was sur­prising that the general sentiment at that time was to regard the Japanese as the “Older Brother,” as if they were help­ing the Indonesians to become a free nation, while in fact they were robbing everything from our motherland. It was the explosion of the atomic bombs in Hiroshima and Nagasaki that finally put an end to the World War II and subse­

Page 22: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 9

Karanganom tahun 50­an, keadaannya sudah hancur lebur karena dibumiha­nguskan selama perang kemerdekaan, kemudian selama zaman pergolakan DI­TII, dan sebagainya).

Saya masih ingat, di Karanganom terdapat sebuah gedung yang ukuran dan arsitektur bangunannya sangat mi­rip dengan Istana Merdeka di Jakarta. Gedung inilah (dulu milik Dezentjee) yang sesudah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dipakai untuk rapat­rapat KNIP (Komite Nasi­onal Indonesia Pusat). Di Karanganom ini saya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar saya. Juga di Karanganom ini saya mengalami zaman pendudukan Jepang. Di Karanganom ini pula ibu kandung saya meninggal dunia. Saya ingat kehidupan sangat berat pada wak­tu itu. Penduduk desa, termasuk anak­

Page 23: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life10

quently the Proclamation of the Inde­pendence of the Republic of Indonesia.

Not long after the Proclamation of the Independence in 1945, the Dutch colonial rule tried to regain control of the country. Little by little the territory of the Republic was retaken by the Dutch occupation forces. My family was living in Solo at the time, around 1947­1948. The province of Yogyakarta was the only part of the Indonesian Republic that remained under the control of the Republic. My father had retired and the family had to live on his meager pen­sion. Solo was under the control of the Dutch occupation forces, but guerilla fighting went on. It was during that pe­riod that I started my junior high school study. I remember that we were taught by young volunteer teachers who were themselves students. They taught us

Page 24: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 11

anak dan murid sekolah, oleh Jepang dipaksa kerja di sawah, menggarap sawah dan menanam padi. Rakyat pada waktu itu sangat miskin. Mereka banyak yang harus memakai baju goni, makan makanan tidak bergizi seperti gogik dan thiwul, karena sebagian besar cadangan pangan barangkali dikerahkan Jepang untuk menunjang kegiatan perang. Ba­nyak rakyat kelaparan dan menderita penyakit kekurangan gizi seperti beri­beri. Penderitaan berlangsung sekitar tiga tahun. Walaupun demikian sangat mengherankan bahwa rakyat Indonesia pada waktu itu dapat dipaksa mengang­gap Jepang sebagai “Saudara Tua” yang seolah­olah mereka sedang membantu bangsa Indonesia mendapatkan ke­merdekaannya dari penjajah Belanda. Yang terjadi sesungguhnya adalah me­reka sedang merampok bangsa dan ta­

Page 25: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life12

during the day, and they were actively engaged in guerilla fighting against the Dutch during the night. Then, there was the final fighting between the occupa­tion forces and the freedom fighters. The final stages of the war in Solo were all­out bloodbaths. Even in the immedi­ate surrounding of my home, I saw hun­dreds, even thousands, of casualties on both sides. The end of the war was final­ly achieved through diplomatic channel by which the Dutch fully agreed to re­turn the full sovereignty back to the Re­public of Indonesia.

Page 26: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 13

nah air Indonesia secara besar­besaran. Barulah sesudah bom atom dijatuhkan oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki maka Jepang menyerah kepada Sekutu dan berakhirlah Perang Dunia II dan rakyat Indonesia dapat memproklamir­kan kemerdekaan Republik Indonesia.

Tidak lama sesudah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah kolonial Belanda berusaha merebut kembali bekas jajah­annya Hindia Belanda. Sedikit demi sedikit wilayah Republik Indonesia di­rebut kembali oleh tentara penduduk­an Belanda. Keluarga ayah saya pada waktu itu sudah menetap di Solo, seki­tar tahun 1947 – 1948. Provinsi Yogya­karta adalah satu­satunya provinsi yang belum direbut kembali oleh tentara pendudukan Belanda. Ayah saya pada waktu itu sudah pensiun dan keluarga

Page 27: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life14

Saat

Men

ikah

Pad

a Ta

ngga

l 17

Janu

ari 1

960

Page 28: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 15

harus bertahan hidup dari pensiunan­nya yang sangat kecil. Solo sudah ada di bawah kekuasaan tentara pendudukan Belanda, tetapi perlawanan pejuang In­donesia secara bergerilya berjalan terus. Pada waktu itulah saya mulai belajar di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Saya ingat bahwa saya harus sekolah di sebuah sekolah darurat yang diajar oleh guru­guru sukarela. Guru­guru sukarela tersebut juga sebenarnya murid­murid SMA yang pada siang hari mengajar anak­anak SMP tetapi malam hari ikut bertempur dalam perang gerilya mela­wan tentara pendudukan Belanda. Saya masih ingat pertempuran besar­besaran yang terakhir, yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Empat Hari di Solo, sangat hebat. Pertempuran Empat Hari itu merupakan pertumpahan darah habis­habisan antara para pejuang Indo­

Page 29: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life16

Sebagai Dekan FMIPA - UGM (Tahun 1985-1991)

Page 30: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 17

nesia dengan tentara pendudukan Be­landa. Di sekitar tempat tinggal saya sen­diri yaitu di kampung Gondang Kulon, kelurahan Manahan, korban di kedua belah pihak ada ratusan bahkan ribuan dan dikumpulkan di tanah pekuburan di Manahan. Akhirnya perang yang ke­mudian disebut Clash II itu bisa diakhiri melalui jalur perundingan diplomatik di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (saya agak lupa tetapi kalau tidak salah di dalam Komisi itu termasuk Amerika Serikat dan Australia). Pada waktu itu­lah kedaulatan sepenuhnya atas seluruh wilayah Indonesia dikembalikan lagi kepada Republik Indonesia.

Page 31: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life18

After the war was over, I con­tinued my study at a junior high school in Solo which I completed in 1951. From 1951 to 1954 I studied in senior high school also in Solo. As far as I can remember, the years of my high school study was a period of rather calm and prosperity in Indonesia. The income level of the working class in those days was decent enough so that they can live a modest life. As a high school student, I was awarded a government student fellowship that, at that time, amounted to about the equivalence of US $20, which was sufficient for me as a high school student. I completed high school in 1954 and then I got admission as a

Schooling Years

Page 32: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 19

Sesudah perang berakhir, saya melanjutkan pendidikan saya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama di Solo yang saya selesaikan pada tahun 1951. Antara tahun 1951 sampai 1954, saya melanjutkan belajar di Sekolah Menengah Atas juga di Solo. Seingat saya, masa­masa saya sekolah di tingkat SMA adalah masa­masa yang terasa tenang dan ada kesan kemakmuran pada waktu itu. Tingkat penghasilan golongan pekerja pada waktu itu cukup lumayan dan bisa hidup agak layak. Sebagai seorang murid SMA, saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang pada waktu itu bernilai setara dengan US $ 20,­ suatu jumlah yang bagi seorang

Tahun-Tahun Pendidikan

Page 33: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life20

student of Gadjah Mada University, at the Chemical Engineering Department, the Faculty of Engineering.

My study at Gadjah Mada Uni­versity went along as I would have ex­pected. After completing the first year, I got appointment as a student assistant, assisting students doing their laboratory works in Quantitative and Qualitative Analytical Chemistry. In addition, I also got a support from the government fell­owship. I was also fortunate enough to get appointment as a research assistant working under an Italian visiting profes­sor, Prof. Olga Pierucci, undertaking cosmic ray research. It was under her sponsorship that I was sent to ITB Ban­dung in 1956 to get some further train­ing in Atomic and Nuclear Physics at the Bosscha Laboratory. Those assignments and the fellowship, provided me with

Page 34: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 21

siswa SMA seperti saya cukup memadai. Saya menamatkan SMA pada tahun 1954 lalu mendaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.

Studi saya di Universitas Gadjah Mada berjalan lancar seperti yang saya harapkan. Sesudah menyelesaikan ting­kat pertama, saya diangkat sebagai asisten untuk membantu praktikum ma­hasiswa di Laboratorium Kimia Anali­tik Kualitatif dan Kuantitatif. Saya juga mendapat beasiswa dari pemerintah Republik Indonesia. Di samping itu, saya juga diangkat sebagai asisten riset untuk seorang guru besar tamu yaitu Prof. Olga Pierucci, seorang ahli ban­tuan teknik dari Unesco. Atas rekomen­dasi beliaulah saya dikirim ke ITB un­tuk mendapatkan pelatihan tambahan dalam Fisika Atom dan Fisika Nuklir di

Page 35: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life22

enough financial supports, amounting to at that time, approximately the equi­valence of US $100 a month. At that time, I could live comfortably with that amount of money, as a student. Dur­ing the latter part of the 50’s, however, things did not go quite as anticipated. The rate of inflation was so high that the amount of money, that I managed to save by the end of my study, was not very much. Nevertheless, with the kind of money that I managed to have in my pocket, I could lead a sufficiently com­fortable life during the latter part of the 50’s.

Page 36: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 23

Laboratorium Boscha Bandung. Tugas­tugas di atas dan juga bantuan beasiswa dari Pemerintah, memberikan kepada saya bantuan keuangan yang pada wak­tu itu setara dengan sekitar US $ 100,­ setiap bulan. Pada waktu itu, dengan jumlah uang itu saya dapat hidup dengan nyaman sebagai seorang ma­hasiswa. Akan tetapi pada akhir tahun 50’an, situasi sangat cepat berubah dan tidak seperti yang kita harapkan. Inflasi menanjak dengan cepat sehingga uang yang bisa saya tabung pada akhir tahun 50’an menjadi tidak banyak artinya.

Page 37: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life24

While I was working as a stu­dent in the Analytical Chemistry Labo­ratory, at the Faculty of Pharmacy, I got to know, and eventually got attracted, to one of the girl students doing the prac­tical work in the laboratory. Her name was Setyaningsih, but later on she was known by close friends by the name of Ningsih or Nancy. We finally be­came close friends, frequently enjoyed our times together, went dating almost every weekends for quite a number of years.

The affair lasted until the time I was about to complete my study at the Chemical Engineering Department, the Faculty of Engineering, Gadjah Mada

My Marriage

Page 38: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 25

Walaupun demikian, dengan uang yang ada di saku, saya dapat hidup dengan nyaman pada waktu itu. Sewak­tu saya bertugas sebagai asisten maha­siswa membantu praktikum mahasiswa di Laboratorium Kimia Fakultas Farma­si, saya jadi mengenal salah seorang mahasiswa putri yang ikut praktikum, namanya Setyaningsih, yang kemudian oleh kawan­kawannya dikenal sebagai Ningsih, bahkan kemudian ada yang menyebutnya Nancy. Kita kemudian menjadi dekat, sangat sering bepergian bersama, bahkan selalu berkencan se­tiap akhir pekan. Kedekatan ini ternyata berlangsung selama bertahun­tahun, dari tahun 1956 sampai 1960, sampai

Pernikahan Saya

Page 39: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life26

University. We decided that we had been dating long enough, about four years at the time. So we decided to make our relationship officially a formal engagement. I was on my way to Blitar, her parent’s residence, as a passenger on a train, when I overheard other pass­engers talking about going to a funeral. The name of the deceased sounded to me as the familiar name of Setyaning­sih’s father. I was not quite sure though, until I finally arrived at her home when I saw a large crowd attending the fu­neral rite of her father. That was the moment when the immediate members of her family suggested that we two be wedded as husband and wife before the corpse of her father’s body.

That was how we got married in a very unusual circumstances in January 17, 1960. So, that was it, I finally found

Page 40: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 27

saya hampir menyelesaikan studi saya di Fakultas Teknik UGM.

Pada waktu itu kami memutuskan untuk segera meresmikan hubungan kami dengan pertunangan secara resmi. Untuk itu, pada tanggal 17 Januari 1960 saya harus datang ke rumah orang tuan­ya di Blitar untuk melaksanakan upaca­ra pertunangan yang direncanakan seki­tar tanggal 20 Januari 1960. Saya ingat, pada waktu itu saya naik kereta api dari Solo ke Blitar. Di tengah perjalan­an, sesudah melewati Kediri, di kereta api saya mendengar percakapan para penumpang lain bahwa mereka sedang menuju Blitar untuk melayat seorang kerabat yang namanya ternyata saya kenal sebagai nama Bapaknya Setya­ningsih. Saya tidak begitu memikirkan hal itu pada waktu itu karena mengira bahwa hal itu hanya kebetulan kesa­

Page 41: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life28

myself starting a family life , when I had not completed my study and did not yet have a job and an income to support a family.

Zugspitz, Puncak Alpen, Bagian Jerman (Tahun 1982)

Page 42: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 29

maan nama saja. Tetapi sesampainya saya di rumah Setyaningsih, ternyata saya melihat kerumunan orang yang menghadiri upacara pelayatan Bapak­nya Setyaningsih. Saat itulah, kemudian atas saran para anggota keluarga dekat, kami berdua dinikahkan di muka je­nazah Bapaknya Setyaningsih.

Begitulah ceritanya, sampai kami berdua dinikahkan menjadi suami istri dalam keadaan yang sangat luar biasa. Jadinya, saya sudah memulai kehidup­an berkeluarga pada saat saya belum juga menyelesaikan studi saya dan be­lum mempunyai pekerjaan serta peng­hasilan untuk menghidupi keluarga.

Page 43: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life30

Soon afterward, in January 1960, I finally did complete my Bach­elor’s degree in Chemical Engineering, so I started right away hunting for a job. It so happened that I met my for­mer teacher who taught me the subject of physics in Solo high school. He was at the time already made a professor in Physics at the Faculty of Science and Mathematics, Gadjah Mada University. His name was Prof. A. Baiquni. He was, at the time, also the Chairman of the Physics Department, Faculty of Science and Mathematics, Gadjah Mada Uni­versity. He insisted to me that I should join the Physics Department as an aca­demic member of staff. He asserted that

Graduate Studies

Page 44: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 31

Tidak lama sesudah itu saya berhasil menyelesaikan studi saya di Fakultas Teknik UGM. Saya lalu segera berusaha mencari pekerjaan. Secara kebetulan, saya bertemu bekas guru saya di SMA yang mengajar mata pelajaran Fisika. Pada waktu itu beliau sudah menjadi seorang Guru besar dalam matakuliah Fisika pada Fakultas Ilmu Pasti dan Alam di Universitas Gadjah Mada. Nama beliau adalah Prof. A. Baiquni. Beliau waktu itu mendesak saya untuk bergabung sebagai dosen di Jurusan Fisika. Beliau mengatakan bahwa beliau masih ingat betul, saya adalah salah satu muridnya yang terbaik waktu di SMA dulu, dan juga waktu

Kelulusan

Page 45: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life32

he remembered me very well and that I was one of his best students when he taught physics in high school and also when he taught applied mathema­tics at the Faculty of Engineering. He indicated further that if I accepted his offer, I will soon be sent to the United States for further study, to work for an advanced degree in Nuclear Engineer­ing. By the way, Prof. Baiquni was also serving as the Director of the Gama Re­search Center, which was also situated at the Physics Department. The Gama Research Center was a subsidiary of the National Atomic (now Nuclear) Energy Agency (BATAN) in Jakarta. To be hon­est, I really got tempted by the offer of overseas study opportunity on a fellow­ship provided by the USAID.

To tell the story short, I left for the United States in January 1961 and

Page 46: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 33

beliau mengajar Matematika Terapan di Fakultas Teknik UGM. Beliau juga mengatakan bahwa kalau saya mau bergabung, saya akan segera dikirim ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi dalam bidang Teknik Nuklir. Pada waktu itu Prof. Baiquni sudah menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Gama yang merupakan salah satu fasilitas penelitian dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Jakarta. Pada waktu itu Pusat Penelitian Gama juga berada di lingkungan Jurusan Fisika, Fakultas MIPA. Terus terang, pada waktu itu saya sangat tertarik dengan tawaran studi lanjut di luar negeri itu yang ternyata kemudian mendapat dukungan beasiswa dari USAID.

Cerita singkatnya, saya berangkat menuju Amerika Serikat pada bulan Januari 1961 dan diterima mendaftar

Page 47: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life34

got admitted as a graduate student at the Nuclear Engineering Department of the University of California, Los Ange­les (UCLA). Meanwhile, my wife stayed home, because the fellowship did not cover for the expenses of a spouse. Dur­ing my study abroad, my wife stayed with her mother in Blitar and while I was still working for my graduate de­gree she gave birth to my first child, a son, in September 1961. I did succeed to complete all the requirements for a Master’s Degree in Nuclear Engineer­ing in January, 1963. Mission accom­plished, I went right home looking for­ward to see my son, my very first child, that I had not seen before.

Page 48: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 35

sebagai mahasiswa pasca sarjana pada Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, University of California, Los Angeles (UCLA). Dalam pada itu, istri saya tinggal di rumah bersama ibu mertua di Blitar karena beasiswanya tidak termasuk bantuan biaya untuk keluarga. Selama studi saya di luar negeri, istri saya melahirkan anak saya yang pertama, seorang anak laki­laki pada bulan September 1961. Saya ternyata berhasil menyelesaikan gelar Master of Science saya pada bulan Januari 1963. Dengan itu saya segera kembali ke Indonesia karena segera ingin melihat anak pertama saya yang belum pernah saya lihat sebelumya.

Page 49: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life36

Returning back at the Physics Department in Yogya, I carried a teach­ing load in nuclear reactor physics and nuclear reactor analysis at the Physics Department. In addition I got appoin­ted as the Secretary of Gama Research Center. At that moment, I was seriously considering to return again to UCLA to work for a doctoral degree in Nuclear Engineering. Unfortunately, the po­litical and economic situations in the country, at that time, was going from bad to worse. The turmoil culminated in 1965 in the form of the so­called aborted coup d’etat, G­30­S (Gerakan 30 September or September 30 Move­ment) revolt , which almost devastated

Life During Difficult Years

Page 50: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 37

Sesudah kembali di Jurusan Fisi­ka di Yogya, saya mengajar Fisika Reak­tor dan Analisa Reaktor. Di samping itu saya diangkat menjadi Sekretaris Pusat Penelitian Gama (Puslit Gama). Pada waktu itu, saya benar­benar ingin kem­bali lagi ke UCLA untuk menyelesaikan gelar doktor dalam Teknik Nuklir yang masih saya impikan. Tetapi ternyata, situasi politik dan ekonomi di Indone­sia makin memburuk saja. Kemelutnya memuncak tahun 1965 dalam bentuk gerakan pemberontakan yang kemu­dian dikenal sebagai Gerakan Tiga Pu­luh September (Gestapu), yang hampir saja meruntuhkan Negara dan Bangsa Indonesia. Ekonomi nasional menjadi

Hidup dalam Masa-Masa Sulit

Page 51: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life38

the country and the nation. The econo­my became unstable, the rate of infla­tion was so high that the money soon became worthless. At one point, the an­nual rate of inflation reached 800% and the currency was then devalued 1000 to 1.

I remember, life was so difficult at that time, especially for government civil servants including academic staff of government universities. The month­ly salary of a teaching staff at that time amounted only to the equivalence of a mere US $ 4. That was the time when my wife and I already had three kids to raise. I tried to make ends meet by rent­ing off the only car that I had in order to make the ends meet . It was a 1958 Chevrolet Biscayne, the very car that I brought home with me from the United States.

Page 52: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 39

sangat tidak stabil, laju inflasi menjadi sedemikian tingginya sehingga nilai uang rupiah menjadi tidak berharga sama sekali. Pada suatu saat, tingkat inflasi tahunan mencapai 800% dan pemerintah akhirnya mendevaluasi ni­lai mata uang rupiah dengan nilai tukar pada 1000:1 .

Saya ingat sekali, penghidupan menjadi sangat berat pada waktu itu, terutama bagi pegawai negeri, terma­suk dosen­dosen perguruan tinggi ne­geri. Gaji seorang dosen seperti saya pada waktu itu kalau ditukar dengan uang dollar hanya sekitar US $ 4,­ saja. Saat itu saya dan istri saya sudah ha­rus menghidupi tiga orang anak yang berumur satu sampai lima tahun. Saya berusaha bertahan dengan cara menye­wakan mobil satu­satunya yang saya mi­liki, yaitu mobil yang saya bawa pulang

Page 53: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life40

With the New Order govern­ment coming to power in 1966, things were stabilizing step by step. Con­secutive Five Year Development Plans launched by the Suharto government succeeded to improve the economy of the country. In 1972, another new member in our family, a girl, was born. So this was the fourth child in the fam­ily. Then, in 1973, I decided to revive my old ambition of working for a doc­torate degree that I had not been able to realize. Again I applied for a fellowship to the USAID and I was granted the fell­owship. I registered again at the Nuclear Engineering Department of UCLA. I left for Los Angeles in January 1973 when my youngest daughter was still less than one year old.

Page 54: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 41

dari Amerika, sebuah mobil Chevrolet Biscaynne tahun 1958.

Dengan datangnya zaman Orde Baru pada tahun 1966, keadaan ber­angsur­angsur menjadi agak stabil. Hal ini merupakan hasil dari dilaksanakan­nya program pembangunan lima ta­hunan berturut­turut (REPELITA) oleh Pemerintah Suharto. Pada tahun 1972, keluarga saya bertambah lagi dengan seorang anak perempuan. Dan pada tahun 1973, saya bertekad menghidup­kan lagi cita­cita saya untuk menempuh pendidikan Doktor yang sudah tertunda selama hampir sepuluh tahun, karena adanya kemelut ekonomi dan politik. Lagi saya melamar untuk mendapatkan beasiswa dari USAID dan saya berhasil memperolehnya. Saya mendaftar lagi di UCLA, Nuclear Engineering Depart­ment. Saya berangkat ke Los Angeles

Page 55: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life42

Bapa

k &

Ibu

(Tah

un 1

990)

Page 56: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 43

pada bulan Januari 1973, pada waktu itu keluarga saya sudah bertambah lagi dengan anak yang ke empat, seorang anak perempuan. Pada waktu saya be­rangkat lagi ke Los Angeles, dia baru berumur kurang dari satu tahun.

Page 57: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life44

At UCLA, I was fortunate that I had the opportunity to work under the supervision of one notable professor, namely Prof. David Okrent. He was the former Commissioner of the US Advi­sory Committee on Reactor Safeguards, which was the Federal Regulatory Body responsible for the supervision of the safety of all nuclear reactors in the US. I completed all course requirements in due time and then soon started to work on my dissertation research in the field of fast reactor safety. The title of my re­search project was “Fission Gas Swell­ing Behavior in Carbide Fuels.”

Prof. Okrent was also kind enough to grant me with a research associate

Doctoral Study

Page 58: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 45

Di UCLA, saya beruntung dapat memperoleh bimbingan dari seorang guru besar yang sangat terkenal dan sangat terhormat yaitu Prof. David Okrent. Beliau adalah mantan seorang ketua dari US Advisory Committee on Reactor Safeguards, sebuah Badan Peng­awas Federal yang mengawasi segi kese­lamatan dari seluruh reaktor nuklir yang ada di Amerika Serikat. Saya berhasil menyelesaikan seluruh persyaratan ku­liah yang harus ditempuh dalam waktu yang telah ditentukan dan saya segera mulai penelitian disertasi saya dalam bidang Fast Reactor Safety. Judul pene­litian disertasi saya adalah: “Fission Gas Swelling Behavior on Carbide Fuels”

Kuliah S3

Page 59: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life46

status from which I could earn some de­cent income. I was also fortunate that notable professors were included in my dissertation committee. There were Prof. Willard F. Libby (a Nobel Laure­ate in carbon dating), Prof. R A Waz­zan of Syria (later on he became the Dean of the Engineering Department), and Prof. Kastenberg, all of them were well­known and well­regarded nuclear scientists in the US. It was due to the recommendation of Prof. Okrent that, upon the completion of my doctorate degree I was offered a research posi­tion at Argonne National Laboratory. Of course I welcomed the offer and I told them that I would consider the off­er very seriously.

Page 60: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 47

Prof. Okrent sangat berbaik hati dengan memberikan kepada saya status sebagai Research Associate, penugasan mana juga memberikan penghasilan yang lumayan kepada saya. Saya juga beruntung bahwa penelitian disertasi saya juga mendapat bimbingan dari para guru besar yang sangat terpandang, seperti Prof. Willard F. Libby (seorang pemenang hadiah Nobel dalam bidang Carbon Dating), Prof. R.A.Wazzan dari Syria (yang kemudian hari menjabat se­bagai Dekan dari Engineering Depart­ment), dan Prof. Kastenberg, semuanya merupakan ahli­ahli nuklir yang sangat terkenal dan terpandang di Amerika Serikat. Karena rekomendasi dari Prof. Okrent, sesudah saya menyelesaikan disertasi saya, saya segera mendapat ta­waran untuk bergabung sebagai peneliti di Argonne National Laboratory. Sudah

Page 61: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life48

Men

erim

a A

nuge

rah

Saty

alan

cana

Kar

ya S

atya

dari

Sri

Pad

uka

Paku

Ala

m (T

ahun

199

1)

Page 62: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 49

tentu saya sangat gembira dengan ta­waran ini dan berjanji akan memper­timbangkannya dengan sungguh­sung­guh.

Page 63: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life50

While doing my dissertation research at UCLA, I was also fortunate that my wife could accompany me dur­ing the last two years of my stay in Los Angeles. Just before she arrived in Los Angeles, one of the professors at the UCLA Engineering Department died in a car accident. His widowed wife, Mrs. Billy Knight, was also hurt but not very seriously. Knowing that my wife would soon be coming over, she kindly invited us to stay with her in her big and beauti­ful house located in Beverly Hills. Bev­erly Hills is a hill located just above the UCLA campus in Westwood area. It is a luxurious housing area where many Hollywood movie stars live. The hilly

Life with Mrs. Billy Knight

Page 64: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 51

Selama menyelesaikan disertasi saya di UCLA, saya juga beruntung bahwa istri saya dapat menemani saya di Los Angeles selama dua tahun tera­khir dari studi saya di UCLA. Tepat se­belum dia datang di Los Angeles, salah seorang guru besar saya di Engineering Department meninggal dalam suatu kecelakaan mobil. Isterinya, Mrs. Billy Knight, juga mengalami luka walaupun tidak sangat serius. Waktu mengetahui bahwa istri saya akan segera menyusul saya di Los Angeles, Mrs. Knight men­gundang kami untuk tinggal saja di rumah beliau di Beverly Hills. Sebuah rumah besar dan indah di daerah per­bukitan di atas kampus UCLA. Daerah

Hidup dengan Mrs. Billy Knight

Page 65: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life52

area was of course only accessible by cars and Mrs. Knight was kind enough to provide us with a car. It was the very car that used to be Mr. Knight’s car. We used the car during the entire two years of our stay in Los Angeles.

Bapak dan Ibu tamasya di Danau Bedugul, Bali (Tahun 1995)

Page 66: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 53

perbukitan Beverly Hills adalah daerah yang banyak dihuni oleh para bintang film Hollywood. Karena daerah perbukit­an, sudah tentu daerah itu hanya bisa dijangkau dengan mobil. Mrs. Knight sangat berbaik hati dan juga menye­diakan sebuah mobil untuk kami, yaitu bekas mobilnya Prof. Knight. Mobil itu kami pakai selama dua tahun kami ting­gal bersama Mrs. Billy Knight.

Page 67: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life54

I completed all the require-ments for a doctorate degree in Janu­ary 1976. In February 1976 my wife and I returned home to Indonesia. On our way back, we stopped by in Tokyo and met with Prof. Akira Sekiguchi of the University of Tokyo. He was once, in 1969, a visiting professor at the Phy­sics Department as a technical assistant expert provided by IAEA (International Atomic Energy Agency). In Japan, we had the opportunity to visit various places of interest including the palaces of Tokyo and Kyoto. Returning in Jakar­ta, we were fetched by Prof. Baiquni at Halim airport. At the time, Prof. Baiquni was already made the Director General

Returning Homewith a Doctor’s Degree

Page 68: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 55

Saya dapat menyelesaikan semua persyaratan untuk gelar doktor pada bu­lan Januari 1977. Dalam bulan Februari 1977 saya bersama istri kembali pulang ke Indonesia. Dalam perjalanan pulang kami mampir di Tokyo dan bertemu dengan Prof. Akira Sekiguchi dari Uni­versitas Tokyo. Beliau pernah diperban­tukan di Jurusan Fisika, UGM sebagai Technical Assistance Expert dari IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional). Di Jepang kami berkesempatan me­ngunjungi beberapa obyek wisata anta­ra lain istana­istana di Tokyo dan Kyoto. Sekembali kami di Jakarta, kami dijem­put oleh Prof. A. Baiquni, yang waktu itu sudah menjabat sebagai Direktur

Pulang dengan Gelar Doktor

Page 69: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life56

of BATAN. He seriously suggested to me that later on I should join him in BATAN to assist him with his job as the Director General of BATAN.

Sebagai Dekan Fakultas Teknik UNIKOM, Bandung (Tahun 2000-2004)

Page 70: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 57

Jenderal BATAN di lapangan terbang Halim Perdana Kesuma. Pada waktu itu beliau betul­betul mengharapkan saya untuk nantinya segera bergabung dengan BATAN di Jakarta untuk mem­bantu beliau sebagai Direktur Jenderal BATAN.

Page 71: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life58

I did join BATAN about one year later and I was appointed as the Secretary of BATAN which, in BATAN’s organizational structure at that time, was the second position after the Direc­tor General.

My assignment as the secretary of BATAN lasted about three years. My involvement with BATAN gave me a considerable experience. Although the responsibility of a secretary in a non­de­partmental institution like BATAN was more of an administrative and technical supports for the Director General, I had also been given some important roles. To mention one, I was appointed as the chairman of the Preparatory Com­

Experience with BATAN

Page 72: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 59

Saya memang jadi bergabung dengan BATAN setahun kemudian dan diangkat sebagai Sekretaris BATAN, yang berdasarkan struktur organisasi BATAN pada waktu itu merupakan orang kedua sesudah jabatan Direktur Jenderal.

Tugas saya sebagai Sekretaris BATAN berlangsung selama tiga tahun. Keterlibatan saya di BATAN telah mem­berikan kepada saya banyak sekali peng­alaman. Walaupun tanggung jawab seorang Sekretaris dalam suatu lemba­ga non­departemental seperti BATAN hanyalah memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Direktur Jen­deral, saya juga telah diberikan peran­

Pengalaman dengan BATAN

Page 73: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life60

mittee for the Construction of the First Nuclear Power Plant in Indonesia. The Committee was an inter­departmental one involving BATAN, the Directorate General for Electricity, and the Depart­ment of Public Works. As the chairman of the committee, I visited many differ­ent countries as a part of the feasibility study project. The project, at the time, was implemented under the cooperation agreement with other prospective supp­lier countries such as Italy, Germany, France, UK, and others. This feasibility study project, somehow did not get too far a result and until the termination of my involvement with BATAN in 1980, no conclusive result was obtained.

During my term of service with BATAN, I got the opportunity to be­come a member of the Indonesian De­legation to the Coordination Meeting

Page 74: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 61

an­peranan yang penting. Antara lain, saya ditunjuk sebagai Ketua Komite Persiapan Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir yang pertama di Indone­sia. Komite tersebut merupakan sebuah komite inter­departemental yang meli­batkan BATAN, PLN dan Departemen Pekerjaan Umum. Sebagai ketua dari komite tersebut saya telah mengunjungi banyak Negara calon supplier dalam rangka pelaksanaan studi kelayakan. Proyek itu, pada waktu itu, dilaksanakan dalam kerangka kerjasama dengan be­berapa Negara calon supplier antara lain Jerman, Inggris, Perancis, Italia dan Korea. Proyek studi kelayakan tersebut sampai akhir dari keterlibatan saya di BATAN tidak dapat memberikan hasil yang pasti.

Selama masa jabatan saya se­bagai Sekretaris BATAN, saya pernah

Page 75: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life62

of Non­Aligned Countries for Peaceful Uses of Nuclear Energy held in Beograd in December 1978.

Page 76: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 63

mengikuti pertemuan koordinasi Ne­gara­negara Non­Blok di Beograd ten­tang pemanfaatan tenaga nuklir untuk maksud­maksud damai, tahun 1978. Saya waktu itu dimasukkan sebagai anggota delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Duta Besar Repu­blik Indonesia di Wina, Austria.

Page 77: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life64

Concurrently during my term of service with BATAN, I was also given the role in the Faculty of Mathematics, UGM, to draft an academic adminis­tration system called semester credit system (SKS, Sistem Kredit Semester). I drafted this SKS system almost similar to the same system widely used in the United States. The system was adopted and applied on a trial basis in my own Faculty of Science and Mathematics for the academic year 1977. In 1978, the trial was extended to three other facul­ties, namely faculties of Engineering, Biology and Economics., Then in the following years extended still further to cover all the 21 faculties in Gadjah

Development of SKS System

Page 78: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 65

Masih dalam masa jabatan saya sebagai Sekretaris BATAN, di Fakultas FMIPA UGM saya ditugaskan untuk merumuskan suatu sistem administrasi akademik yang disebut Sistem Kredit Semester (sistem SKS). Saya menyusun draft sistem SKS tersebut hampir serupa dengan sistem kredit yang dipergunakan di Amerika Serikat. Sistem yang saya susun, yang kemudian dikenal sebagai sistem SKS, diujicobakan mula­mula di fakultas FMIPA tahun 1977, kemu­dian tahun 1978 diperluas ke fakultas­fakultas yang waktu itu pengembangan­nya dibiayai oleh Proyek Bank Dunia IX yaitu FMIPA, Teknik, Biologi dan Ekonomi. Kemudian tahun berikutnya

Pengembangan Sistem SKS

Page 79: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life66

Mada University, Afterward, the former rector of Gadjah Mada University, Prof Sukadji Ranuwihardja, happened to be promoted as the Director General of Higher Education. Under his direction, the credit system had been applied to all state universities in 1980, and then extended further to cover all private universities in Indonesia beginning from 1985.

The experience I got during my term of service with BATAN was indeed unforgettable. In the beginning, my in­volvement with BATAN was full of ex­citing experience and quite enjoyable. Later on, however, the working atmos­phere was not going as I would have expected. It seemed, there was an at­mosphere of mutual distrust that made everyone involved a bit unhappy.

Page 80: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 67

diperluas lagi penerapannya sehingga meliputi seluruh fakultas yang ada di UGM. Mulai tahun 1980, pada waktu Prof. Sukaji Ranuwihardja menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, sistem SKS tersebut diberlaku­kan untuk seluruh perguruan tinggi ne­geri di Indonesia dan kemudian mulai tahun 1985 diperluas lagi sampai men­cakup seluruh perguruan tinggi swasta di Indonesia. Karena peranan ini, oleh kalangan yang mengetahui perkembang­an sistem SKS, saya sering dijuluki se­bagai Bapak sistem SKS di Indonesia.

Pengalaman yang saya peroleh selama menjabat sebagai Sekretaris BATAN betul­betul tak dapat saya lupa­kan. Pada awalnya, keterlibatan saya di BATAN betul­betul mengasyikkan dan saya bisa merasakannya sebagai penga­laman yang menyenangkan. Tetapi ke­

Page 81: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life68

Bapak (Tahun 2003)

Page 82: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 69

mudian, saya mulai merasakan suasana kerja yang tidak begitu mengenakkan, terasa ada kesan ketidak­serasian dan si­kap saling curiga yang membuat semua orang menjadi tidak nyaman.

Page 83: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life70

I left BATAN in 1980 to rejoin the Physics Department of the Faculty of Science, Gadjah Mada University. In 1981, I got promoted to my professorial status. Shortly afterward, in1982, I was elected as the Head of the Physics De­partment, the position I held until 1986. While serving as the Head of the Phy­sics Department, the most memorable thing that remained in my mind was the cooperation between the Department and the Department of Physics of the Free University of Amsterdam, Holland (VUA). Under this cooperation agree­ment, I visited Holland several times and VUA provided considerable techni­

Back at thePhysics Department

Page 84: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 71

Saya berhenti dari BATAN pada tahun 1980 dan kembali ke Jurusan Fisika UGM. Pada tahun 1981, saya mendapat promosi ke jabatan Guru Be­sar. Tidak lama kemudian yaitu mulai tahun 1982, saya terpilih sebagai Ketua Jurusan Fisika, jabatan yang saya pe­gang sampai tahun 1986. Selama men­jabat sebagai Ketua Jurusan Fisika, yang paling terkesan dalam ingatan saya adalah kerjasama institusional antara Jurusan Fisika UGM dengan Jurusan Fisika dari VUA (Free University of Am­sterdam). Dalam kerangka kerjasama dengan VUA ini saya beberapa kali mengunjungi negeri Belanda. Dan dari kerjasama ini kita mendapat bantuan

Kembali keJurusan Fisika

Page 85: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life72

cal assistance that contributed to the de­velopment of my Physics Department,

While still serving as Chairman of the Physics Department, I also served as a member of the Coordinating Board of ASPEN (Asian Physics Education Net­work). Within the framework of ASPEN I visited many Asian countries.

Also while still serving as the Chairman of The Physics Department, I was included in a team assembled by the Directorate General of Higher Edu­cation (DIKTI). The team was sent to the United Kingdom for six months training in university administration. The team consisted of 18 members coming from 10 different universities from all over Indonesia. The six months training was organized by a task force put together by the University of London. As a mem­ber of this team, I was seconded in six

Page 86: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 73

teknik yang cukup banyak yang sangat membantu perkembangan Jurusan Fisi­ka, UGM.

Selama menjabat sebagai Ketua Jurusan Fisika saya juga menjadi ang­gota dari Coordinating Board ASPEN (Asian Physics Education Network). Dalam kerangka kegiatan ASPEN ini saya banyak berkunjung ke beberapa Negara ASIA yang berpartisipasi.

Juga selama menjabat sebagai Ketua Jurusan Fisika, saya dimasukkan dalam suatu tim yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). Tim ini kemudian dikirim ke Inggris selama 6 bulan untuk mendapat­kan pelatihan dalam bidang administra­si akademik. Tim terdiri dari 18 orang yang berasal dari 10 perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia. Pelatihan di Inggris diselenggarakan oleh suatu

Page 87: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life74

British Universities, about two weeks in each of the universities. The universi­ties where I was seconded included the universities of London, Bath, Warwick, Sheffield, Manchester and Edinburg. Af­ter the completion of the secondment, the whole team was included in a task force set up by DIKTI called the Work­ing Group for University Administration Development.

Page 88: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 75

task force yang dibentuk oleh Univer­sity of London. Sebagai anggota dari tim tadi saya telah ditempatkan magang di 6 perguruan tinggi di Inggris yaitu Lon­don, Bath, Warwick, Sheffield, Man­chaster, dan Edinburg. Selesai pelatihan di Inggris, seluruh anggota tim dimasuk­kan dalam suatu satgas yang dinamakan Kelompok Kerja Pengembangan Admi­nistrasi Perguruan Tinggi (KKPAPT).

Page 89: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life76

That Working Group was charged by DIKTI with the training of university staff of all state universities from all over Indonesia. All university staff from Vice Rectors, Deans, Vice Deans, down to Department Heads le­vels participated in the training. I was appointed by DIKTI as the chairman of the Working Group and during the span of time between 1983 to 1989, 800 to 900 university staff from about 40 state universities had participated in the training. My involvement in the training as the chairman of the Working Group, had brought me to visit many state uni­versities from all over Indonesia, from Syah Kuala University in Aceh to Cen­

TrainingUniversity Admistration

Page 90: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 77

Kelompok Kerja KKPAPT diberi tugas oleh DIKTI untuk menyelenggara­kan pelatihan bagi seluruh staf akademik dari seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia. Peserta pelatihan meliputi seluruh staf akademik mulai dari Pem­bantu Rektor I, Dekan, Pembantu De­kan, sampai tingkatan Ketua Jurusan. Oleh DIKTI saya ditunjuk sebagai Ketua dari KKPAPT. Dalam kurun waktu an­tara 1983 sampai 1989, seluruhnya ada antara 800 sampai 900 staf akademik dari 40 perguruan tinggi negeri dari se­luruh Indonesia yang telah mengikuti pelatihan ini. Keterlibatan saya dalam kelompok kerja ini telah membawa saya mengunjungi banyak sekali pergu­

Pelatihan AdministrasiPerguruan Tinggi

Page 91: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life78

derawasih University in Papua. The experience did gave me some sense of achievement, accomplishment, and a certain satisfaction. I got the opportu­nity to see, with my own eyes, that the quality of our higher education system varies widely from university to univer­sity.

Concurrently with my responsi­bility as the chairman of the University Administration Development Working Group, I was also charged with one more responsibility, namely, as the chairman of the Higher Education Mon­itoring and Evaluation System Work­ing Group, also within The Director­ate General of Higher Education. This group was charged with the generation and publication of the Higher Education performance indicators of all state uni­versities in Indonesia, about 46 of them

Page 92: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 79

ruan tingi dari seluruh Indonesia, mulai dari Universitas Syah Kuala di Banda Aceh sampai Universitas Cenderawasih di Papua. Pengalaman yang telah saya peroleh dari kegiatan ini telah mem­berikan kepada saya rasa puas tersen­diri, telah melaksanakan sesuatu yang penting dan bermanfaat. Hal ini karena saya merasa telah mendapatkan kesem­patan untuk melihat dengan mata saya sendiri betapa tingkat pengembangan berbagai universitas di Indonesia pada waktu itu masih sangat bervariasi.

Selama masih bertugas sebagai Ketua KKPAPT, saya masih diberi tu­gas lagi sebagai Ketua Kelompok Kerja yang lain yaitu Kelompok Kerja SIMES DIKTI (Sistem Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Tinggi), juga masih dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pendi­dikan Tinggi. Kelompok kerja SIMES

Page 93: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life80

in total. This project was terminated in 1987 because the report published from this project was considered to be revealing too much of the shortcomings of the Higher Education system in Indo­nesia.

Page 94: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 81

DIKTI ini diberi tugas untuk membang­kitkan dan menerbitkan indikator­indi­kator kinerja sistem pendidikan tinggi di Indonesia, untuk semua perguruan tinggi negeri di Indonesia, seluruhnya ada 46 perguruan tinggi pada waktu itu. Proyek ini kemudian dihentikan pada tahun 1987 karena laporannya diang­gap terlalu membeberkan kekurangan dan kelemahan dari sistem pendidikan tinggi di Indonesia.

Page 95: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life82

In 1985, I was honored to be elected as the Dean of The Faculty of Science and Mathematics of Gadjah Mada University. I held this position for two terms in office, that is until 1991. While I was serving as the Dean of this Faculty, I witnessed rapid development of the Faculty, partly because the Facul­ty was chosen as one of a few faculties of Gadjah Mada University to be the ob­ject of accelerated development funded by the World Bank project. New build­ings were constructed, new facilities were provided, faculty staff were sent abroad. for overseas graduate training. .Student enrollment rose rapidly during that period and the faculty eventually

ManagingAcademic Institution

Page 96: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 83

Pada tahun 1985, saya mendapat kehormatan terpilih sebagai Dekan FMI­PA UGM. Jabatan ini saya pegang se­lama dua periode jabatan yaitu sampai tahun 1991. Selama menjabat sebagai Dekan ini, saya dapat mengalami per­tumbuhan dan perkembangan yang pe­sat dari FMIPA UGM, terutama karena FMIPA UGM dipilih sebagai salah satu fakultas yang dipercepat pengembang­annya dengan memanfaatkan bantuan dari Proyek Bank Dunia. Bangunan­bangunan baru dibiayai, peralatan­per­alatan baru disediakan, dan staf pengajar dikirim keluar negeri untuk studi lanjut. Jumlah mahasiswa meningkat dengan pesat, sehingga pendaftaran mahasiswa

MengelolaInstitusi Akademis

Page 97: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life84

enjoyed the third largest new student enrollment in Gadjah Mada University. I served the position as the Dean of the Faculty of Science for two terms in of­fice until 1991.

Bapak dan Ibu (Tahun 2005)

Page 98: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 85

baru setiap tahun menjadi yang terbe­sar ketiga dari seluruh fakultas yang ada di UGM. Saya menjabat sebagai Dekan untuk 2 masa jabatan yaitu sampai 1991.

Page 99: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life86

During the period between 1991 and 1994, I did not hold any managerial position anymore. My pre­occupation was mainly overseeing and promoting post graduate students do­ing their dissertation research, Between 1996 and 2008, I successfully promo­ted 23 doctoral candidates to complete their doctoral candidacy. Ten of these doctoral candidates were Iraqi students, most of them are now already back in Iraq, the others are now in Brunei Da­russalam and other countries. Their names are Thalib Hashim Hasan, Ismail Khalil Ibrahim, Haider F. Abdul Amir, Saad Sakhir Mahmood, Kais Ismail Ibra­him, Salah Kaduri Haza, Salman Abdul

PromotingPost Graduate Student

Page 100: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 87

Selama periode antara 1991 sam­pai 1994 saya tidak lagi menduduki ja­batan manajerial. Kesibukan saya yang paling utama adalah memberikan bim­bingan penelitian kepada para maha­siswa pasca sarjana yang menempuh program doktoral di UGM. Antara 1996 sampai 2008, saya berhasil membim­bing seluruhnya 23 kandidat doktor yang berhasil menyelesaikan gelar dok­tor mereka. Sepuluh di antara kandidat doktor ini berasal dari Irak, sebagian besar sudah kembali ke Irak, beberapa diantaranya sekarang mengajar di Ma­laysia dan ada yang menetap di negara lain. Nama­nama mereka adalah: Thalib Hashim Hasan, Ismail Khalil Ibrahim,

Membimbing MahasiswaPasca Sarjana

Page 101: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life88

Cadum, Haidar Mahdi Husain, Thamir Abdul Hakdi, and Abbas Ali Abbas. An­other ten were candidates from BATAN, many of them are now holding strategic managerial positions in BATAN. Their names are Bakri Arbie, Hudi Hastowo, Salman Suprawardhana, Juju Ujuratis­bella, Asmedi Suripto, Taswanda Taryo, Zaenal Abidin, Triwulan Tjiptono, Si­mon Manurung, and Stanislaus Prasetyo. Hudi Hastowo just recently had been promoted as the Chairman of BATAN. Many of the others had also been pro­moted to hold strategic managerial po­sitions in BATAN. Unfortunately, sev­eral of them have passed away already (Juju Ujuratisbella, Asmedi Suripto, and Simon Manurung).

I also remember that the first three students that completed their un­dergraduate degrees under my supervi­

Page 102: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 89

Haider F. Abdul Amir, Saad Sakhir Mah­mood, Kais Ismail Ibrahim, Salah Kaduri Haza, Salman Abdul Cadum, Haidar Mahdi Husain, Thamir Abdul Hakdi, dan Abbas Ali Abbas. Sepuluh kandi­dat doktor lainnya berasal dari BATAN, dan banyak diantaranya yang sekarang memegang jabatan­jabatan penting di BATAN. Mereka adalah: Bakrie Arbie, Hudi Hastowo, Salman Suprawardha­na, Juju Ujuratisbella, Asmedi Suripto, Taswanda Taryo, Zaenal Abidin, Tri­wulan Tjiptono, Simon Manurung, dan Stanislaus Prasetyo. Hudi Hastowo baru saja beberapa waktu yang lalu telah di­angkat sebagai Ketua BATAN, jabatan yang tertinggi di BATAN. Beberapa diantaranya yang lain telah juga men­duduki jabatan penting di BATAN. Sa­yangnya, beberapa diantaranya sudah

Page 103: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life90

sion had all died. They were Sudyar­tomo Soentono , Sutrisno Puspodikoro, and Bambang Herwidi. Sudyartomo Soentono was the Chairman of BATAN that was succeeded by Hudi Hastowo. While I am writing this story I am still supervising three doctoral candidates. They are Trikuntoro Priyombodo (infor­matics), I. Ketut Swakarma (instrumen­tal physics), and Fuad Anwar (theoreti­cal physics).

I also need to mention that from 1994 to 1997 I was given the respon­sibility as the Head of the University Research Institute of Gadjah Mada Uni­versity. This institute coordinated and supervised research activities in all 18 faculties in the university. In 2001, I of­ficially got my retirement from Gadjah Mada University.

Page 104: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 91

meninggal, yaitu Uju Jujuratisbella, As­medi Suripto, dan Simon Manurung.

Saya juga ingat bahwa tiga maha­siswa Jurusan Kimia yang pertama ka­linya saya bimbing menyelesaikan gelar doktorandusnya semuanya telah wafat. Mereka adalah Sudyartomo Soentono, Sutrisno Puspodikoro, dan Bambang Herwidi. Sudyartomo Soentono pada akhir hayatnya menjabat sebagai Ketua BATAN, sesudah meninggal tepat pada akhir masa jabatannya digantikan oleh Hudi Hastowo. Pada waktu saya menu­lis cerita ini saya masih membimbing tiga orang kandidat doktor yaitu Tri­kuntoro Priyambodo dari FMIPA UGM (informatika), I. Ketut Swakarma dari Semarang (fisika instrumental), dan Fuad Anwar dari UNS (fisika teori).

Saya juga ingin menyebutkan bahwa antara tahun 1994 sampai 1997

Page 105: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life92

Bapak sebagai Ketua AKAKOM Yogyakarta (Tahun 2006-2010)

Page 106: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 93

saya diangkat menjadi Ketua Lembaga Penelitian UGM. Lembaga ini meng­koordinasi semua kegiatan penelitian di seluruh fakultas yang ada di UGM, seluruhnya ada 18 fakultas. Pada tahun 2001, secara resmi saya sudah purna­bakti dari UGM.

Page 107: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life94

Preoccupationafter Retirement

But then, soon afterward, I began to get busy again because I was involved in establishing a newly founded university in Bandung named UNIKOM. As the name indicates, this university was intended to promote computer education. It has five facul­ties: the faculties of Engineering, Econo­my, Letters, Law, and Design Graphics. The development of this new university has been quite phenomenal. Founded in 2000, the student enrollment rose quickly from about 1000 in 2000 to about 6000 in 2004. The Faculty of Engineering, which was under my re­sponsibility, had the largest number of students, more than half of the total

Page 108: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 95

Jabatan BaruSetelah Pensiun

Tetapi kemudian saya menjadi si­buk lagi karena kemudian saya terlibat dalam pengembangan sebuah univer­sitas baru di Bandung, yaitu UNIKOM. Namanya menunjukkan bahwa univer­sitas baru ini bertujuan mengembangkan pendidikan dalam bidang ilmu kompu­ter. Ada 5 fakultas yaitu fakultas­fakultas Teknik, Ekonomi, Sastra, Desain Grafis, dan Hukum. Pertumbuhan universitas baru ini sangat fenomenal. Pada waktu didirikan pada tahun pertama yaitu ta­hun 2000 sudah terdaftar sekitar 1000 mahasiswa baru. Selama empat tahun yaitu sampai tahun 2004 mahasiswa terdaftar sudah mencapai sekitar 6000­an. Sekitar separuh dari jumlah itu ada

Page 109: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life96

number of students in the University. With such a rapid growth and limited resources, human and otherwise, as­pects of quality maintenance will cer­tainly soon become a problem. To my disappointment, I concluded that the university was being run more as an in­come generating endeavor rather than an education and community service. I decided that I could no longer maintain my association with such a university. I resigned from my position as the Dean of the Faculty of Engineering in 2004.

Not long after that, again in Yog­ya, I got tempted to be associated with another computer education institution called AKAKOM. This institute was the first computer institute ever established in Yogyakarta and Central Java area, in 1979. At the moment, the total number of student enrollment is between 3000

Page 110: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 97

di Fakultas Teknik. Saya menjabat se­bagai Dekan Fakultas Teknik. Dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa yang sedemikian pesat, mulai dirasakan ke­terbatasan dalam ketersediaan sarana dan prasarana akademik dan pemeli­haraan kualitas mulai menjadi masalah. Saya kemudian merasa bahwa universi­tas ini lebih diarahkan sebagai bisnis un­tuk menghasilkan pemasukan, daripada sebagai upaya pengabdian masyarakat dan pengabdian pendidikan. Saya ke­mudian memutuskan bahwa saya tidak lagi bisa meneruskan keterlibatan saya dengan universitas ini dan saya memu­tuskan untuk mengundurkan diri dari Jabatan saya sebagai Dekan Fakultas Teknik mulai tahun 2004.

Tidak lama sesudah itu, setelah kembali di Yogya, saya terpikat lagi un­tuk bergabung dengan universitas yang

Page 111: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life98

and 4000 with the new student enroll­ment every year around 600. Two years into my association with this institute, I got elected as the Chairman of the Insti­tute. I got involved with the day­to­day running of the institute ever since. It has given me with a new preoccupation. I am getting along with a new academic community and a new environment. Yet this new involvement has given me some sense of accomplishment and personal satisfaction. Now, while I am writing this story (December 2009), it is about the end of my term of service as the Chairman of the Institute.

This month, December 2009, AKAKOM is being busy undertaking a selection process to appoint a new chairman of the institute for the term of service 2010 ­ 2014. So beginning the end of January 2010, I will be relieved

Page 112: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 99

juga mengkhususkan diri dalam pendi­dikan bidang komputer yaitu AKAKOM. Institusi ini merupakan institusi yang pertama kali dibangun di daerah Yog­yakarta dan Jawa Tengah, yaitu pada tahun 1979, yang mengkhususkan diri dalam pendidikan bidang komputer. Pada saat saya mulai bergabung, jum­lah mahasiswa terdaftar sekitar 3000 sampai 4000, pendaftaran mahasiswa baru setiap tahun berkisar sekitar 600­an. Dua tahun sesudah saya bergabung dengan institusi ini, saya terpilih sebagai Ketua dan saya mulai terlibat dengan pengelolaan sehari­hari dari institusi ini. Hal ini telah memberikan kepada saya kesibukan baru yang sangat mengasyik­kan. Saya harus menyesuaikan diri de­ngan komunitas akademik yang baru dan lingkungan yang baru. Walaupun demikian, kesibukan ini telah memberi­

Page 113: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life100

from the day­to­day management of this institute and I will be able to concen­trate in teaching routines as usual and to spend more time exercising my hob­by in playing guitar and piano.

Bapak dan Ibu (Tahun 2009)

Page 114: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 101

kan kepada saya rasa kemanfaatan dan kepuasan tersendiri. Sekarang ini, saat saya menuliskan cerita ini (Desember 2009) saya sudah sampai pada akhir masa jabatan saya sebagai Ketua AKA­KOM.

Bulan ini (Desember 2009), AKA­KOM sedang sibuk dengan proses pe­milihan Ketua yang baru untuk masa jabatan 2010 – 2014. Oleh karena itu, mulai bulan Januari 2010, saya sudah akan terbebas dari kesibukan pengelo­laan sehari­hari dari institusi ini. Masa berikutnya, saya akan dapat mencurah­kan perhatian saya dalam kegiatan ku­liah sehari­hari dan akan banyak waktu untuk mengembangkan hobi saya yaitu bermain musik klasik pada gitar dan piano.

Page 115: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life102

So, here I am, at a bigger family members of four children, three in laws, and six grandchildren. At the age of 74 by next January 31, 2010, and about to cel­ebrate the 50th wedding anniversary with my beloved wife Setyaningsih next Janu­ary 17, 2010, I find myself doing some contemplation on what I have been going through the last 74 years. So many things have happened during my life time. Upon reflection, I suddenly found myself very eager to look back and to reexamine what I have been going through those long years, so I wrote this story.

I realized that I could only remem­ber some of the experience that I have had, especially those that have been

Closing

Page 116: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 103

Demikianlah, pada usia yang akan mencapai 74 tahun nanti pada tanggal 31 Januari 2010, dan akan segera merayakan hari jadi ke 50 tahun usia perkawinan saya dengan istri tersayang Setyaningsih, pada tanggal 17 Januari 2010, saya ber­usaha mengingat kembali apa yang sudah saya alami selama 74 tahun kehidupan saya selama ini. Sangat banyak hal yang telah saya alami selama kehidupan saya. Setelah mengingat, tiba­tiba saya merasa sangat ingin menengok kembali masa lalu untuk mengkaji kembali apa yang telah saya alami dan rasakan selama itu dan oleh karena itu maka saya menulis cerita ini.

Saya menyadari, bahwa saya ha­nya akan bisa mengingat hal­hal yang

Penutup

Page 117: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life104

deeply embedded in my memory and truly unforgettable for me. That is why I chose the title of this memorabilia: “The Unforgettable Moments of My Life.”

I could not possibly remember everything, but what I recorded in this memorabilia probably represents the most important ones. I certainly appre­ciate everyone of those who have taken an interest and spent time in reading this story.

Thank you very much and God Bless.

Yogyakarta,December 2009.

Page 118: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 105

tertanam dalam­dalam dalam ingatan saya dan hal­hal yang betul­betul tak ter­lupakan dalam hidup saya. Oleh karena itu saya telah memilih judul dari kenang­an ini: “Kenangan yang Tak Terlupakan dalam Hidupku”.

Saya jelas tidak mungkin mengingat semuanya, tetapi yang kemudian tertu­lis dalam kenangan ini barangkali telah mencerminkan hal­hal yang terpenting.

Saya sangat berterimakasih kepada siapa saja yang telah berminat dan me­nyediakan waktu untuk membaca cerita kenangan ini. Dengan ini saya sampai­kan penghargaan dan ucapan terima ka­sih saya. Semoga Tuhan memberkati kita semuanya.

Yogyakarta, Desember 2009.

Page 119: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life106

Acknowledgement

I would like to thank my nephew Prof. res. Dr. Anggraita Pra­mudita and Ibu Wiwiek Nurwiyati, Dra., MT. for editing and publishing this memorabilia.

Page 120: Unforgettable Moments in My Life

Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 107

Ucapan

Terima Kasih Saya mengucapkan terima

kasih kepada keponakan saya Prof. res. Dr. Anggraita Pramudita dan Ibu Wiwiek Nurwiyati, Dra., MT. atas ban­tuannya mengedit dan menerbitkan memoir ini.

Page 121: Unforgettable Moments in My Life

Unforgettable Moments in My Life108

Bapa

k be

rsam

a Ke

tua

& S

ekre

tari

s Ya

yasa

n W

idya

Bha

kti

AKA

KOM

(Tah

un 2

007)

Page 122: Unforgettable Moments in My Life