undergraduate architecture portfolio 2012 - 2014
DESCRIPTION
Studio Class Projects - Competitions - Live Sketches, Paintings, Posters.TRANSCRIPT
HOBBIES AND INTEREST
Music Yoga & MeditationGraphic Design ReadingSketching WritingPainting
COMPUTING LITERANCY
Drafting – AutoCAD3D Modeling - Google SketchupRendering – Vray for Sketchup + PhotoshopLayouting – Corel Draw
EDUCATION
2011 – present� Atma Jaya Yogyakarta University� � Bachelor of Architecture Engineering2008 – 2011� Stella Duce 2 Senior High School� � Yogyakarta – Indonesia
AWARD
Best Studio Project UAJY - STARS AWARD 2013 (Stars 3 Project)1st Winner - AGF Competition 2014 (Art Space as Urban Space) in Collaboration with Titus PanduBig 5 - Sinar Mas Land Young Architect Competition 2014 (Commercial Category) in Collaboration with Titus Pandu2nd Winner - Provident Residential Mid End 2014 (B-Chategory) in Collaboration with Titus Pandu
OTHER ACTIVITY
2011 – 2013� Violin Player at (pe) musik B01 Community2012 – 2013� Traditional Dancer at Dance Community of Engineering Faculty UAJY2013 – 2014� Coordinator of Biro HUMAS at Himpunan Mahasiswa Arsitektur Tricaka UAJY2013 – 2014� Coordinator of Divisi Keilmuan at Paguyuban Mahasiswa Arsitektur Yogyakarta (PAMIY)2013 - 2014 Lecturer Assistant (Architectural Presentation 1) at Atma Jaya University
MARIA NERSIARTISTA PUTRITahunan UH III / 131Yogyakarta 55167 – Indonesia+62 838 67 9494 [email protected]
date of birth� 21 November 1992ethnic group� Javanesenationaly� Indonesian
PORTOFOLIOCONTENTS
03MUSEUM BATIK
“Intangible Heritage Batik Museum”Studio Arsitektur 5 - 2014
13TUGU TRAIN STATION
“Time Tunnel”Studio Arsitektur 6 - 2014
23PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
“Pusdiklat Multimedia”Studio Arsitektur 5 - 2013
31SANGGAR LUKIS ANAK
“Yoga Anyangga Yogi”Studio Arsitektur 4 - 2013
37SANGGAR TARI“Manunggaling Jagad”
Studio Arsitektur 3 - 2012
43ART SPACE AS A PUBLIC SPACE
“Adaptive Reuse Bioskop Indra”AGF Competition (1st Winner) - 2014
in Collaboration with Titus Pandu
51MALL AND APARTMENT
“The Lungs”Sinar Mas Land YAC (Finalist) - 2014
in Collaboration with Titus Pandu
57RESIDENTIAL MID-END
“C - House”Provident Development (2nd Winner) - 2014
in Collaboration with Titus Pandu
63OTHERS
“Live Sketch - Paintings - Posters”
“bekerja berjalan seiring irama bumi dan perjalanan roh jagad ini. mewujudkan cinta dan memenuhi sebagian cita-cita bumi.”
Maria Nersi - 22 tahun
BATIK MUSEUMJl. Timoho Yogyakarta
2014
Museum selain menjadi media untuk menampilkan suatu karya dari hasil proses peradaban tertentu memiliki peran untuk memunculkan kembali memori-memori tak benda dari peradaban tersebut (Anonim dalam Corsane 41). Museum merupakan dreamspace yang membawa pengunjungnya pada kenangan, emosi, perasaan, dan khayal yang direalisasikan melalui karya yang dipamerkan. Otensitas yang ditawarkan bukan lagi historical, melainkan visual. Segala sesuatu yang ditampilkan adalah nyata, sehingga tidak hanya keeksotisan karya yang dipamerkan sajalah yang menjadi daya tarik museum, melainkan makna yang terkandung didalamnya. Oleh karenanya, penyajian yang tematik dan informatif serta memberi kenyamanan dan kemudahan menjadi hal yang penting dalam museum.
INTANGIBLE HERITAGEMUSEUM BATIK
Menyajikan ruang secara tematik dan informatifdengan penyajian tema-tema ruang yang mampumembawa kembali memori kolektif peradaban.
MUSEUMBATIK PENGELOLA
MUSEUMBATIK PENGELOLA
LIBRARY LIBRARY
LOBBY
TRANSISI
MUSEUMBATIK PENGELOLA
LIBRARYCAFE
PENGELOLA
LOBBY
MUSEUMBATIKCAFE
MUSEUMBATIK
PENGELOLA
LOBBY
TRANSFORMASI ZONING.
Dibagi menjadi dua fungsi utama. Perpustakaan sebagai area mixed-use yangdigunakan oleh kedua pengguna fungsi utama
Ditambahkan lobby dan area transisiuntuk pengunjung museum.
Ditambahkan cafe sebagai fungsi pendukung. Perancangan museum batik yangsaling terintegrasi antar fungsinya
4
1 ENTRANCE.
2 CAFE PARKING AREA.
3 DROP OFF.
4 MUSEUM PARKING AREA.
5 STAFF ENTRANCE (BACK DOOR).
6 TICKETING.
7 MAIN LOBBY.
8 TERRACE.
9 SERVICE LOBBY.
10 MANAGERIAL LOBBY.
LEGENDA
VEHICLE CIRCULATION
VISITOR CIRCULATION
STAFF CIRCULATION
VIP STAFF & VISITOR CIRCULATION
SITEPLAN1 2 4 8
SITEPLAN
CAFE
MUSEUMBATIK
LOBBY
KOLONIAL, kenangan masapenyebaran batik ke luar keraton.
TRANSISI, area persiapan.
SUASANA KAMPUNG PLERET, kampung pembatikan pertamapada masa Sultan Amangkurat II.
‘NEW’, suasana masa kini.
SUASANA RUMAH JAWA.
Disisipkan ruang-ruang tematik padafungsi museum dan pendukungnya
LEGENDA
ZONING
511
1 DROP ENTRANCE.
2 FROM PARKING ENTRANCE.
3 MUSEUM AREA ENTRANCE.
4 INDOOR MUSEUM ENTRANCE.
5 BASEMENT MUSEUM ENTRANCE.
6 MAIN LOBBY.
7 CORRIDOR.
8 WORKSHOP/EXHIBITIONHALL ENTRANCE.
LEGENDA
SIRKULASI PENGUNJUNG
5
BASEMENT FLOOR PLAN1 2 4 8
ALUR SIRKULASI PENGUNJUNG
1
2
3
4
6
7
8
1ST FLOOR PLAN1 2 4 8
6
PENCAHAYAAN & PENGHAWAAN
B - B’ SECTION1 2 4 8
A - A’ SECTION1 2 4 8
LUBANG ANGIN
7
Sebelum masa kolonial, Batik Mataram merupakan busana yang hanya digunakan oleh keturunan kerajaan saja. Hingga pada masa kolonial, ketika Landa dianggap sebagai bangsawan, mulai menggunakan batik di luar lingkungan kerajaan sehingga banyak masyarakat biasa mulai tertarik dan memproduksi batiknya sendiri (batik rakyat).
Penggunaan langgam bangunan kolonial pada fasade merupaka representasi dari keluarnya batik dari keraton oleh bangsa kolonial.
FASADE KOLONIAL
PERSPEKTIF
8
Sebagai area pemisah antara area publik ramai dengan area museum sepi, area transisi yang merepre-sentasikan hidup Manusia Jawa yang bertahap dari profan luar me-nuju sakral suci.(Y.B. Mangunwijaya, 1988.)
TRANSITION ZONE
PERSPEKTIF
9
CAFE & SHOP
Cafe&Shop yang merupakan fungsi modern disajikansecara baru sesuai dengan fungsinya sehingga memberikan
pengalaman ruang yang berbeda sesuai denganperadaban yang diangkat.
EXHIBITION HALL & WORKSHOP AREAENTRANCE EXHIBITION HALL
PERSPEKTIF
10
TUGU TRAIN STATIONJl. Mangkubumi Yogyakarta
2014
Sebagai pengembangan sarana akomodasi pariwisata
dan bisnis di Yogyakarta, maka stasiun Tugu, selain
sebagai terminal pada moda transportasi darat,
dikembangkan menjadi stasiun yang modern secara
fungsi. Selain kelengkapan fasilitas standar, stasiun
dilengkapi dengan sarana penginapan berupa hotel
bintang 3. Fasilitas tersebut digunakan bagi
penumpang yang tiba pada malam hari atau ingin
transit cepat.
TIME TUNNEL.“Stasiun Tugu sebagai fasilitas transportasi di pusat
pengembangan kota. Transportasi sebagai salah satu
bentuk teknologi yang telah dan akan terus
berkembang. Kegiatan dan perkembangan ekonomi
masyarakat dan fasilitas transportasi akan saling
mempengaruhi satu sama lain, sehingga keduannya
harus mampu saling mendukung.
Penambahan massa bangunan pada stasiun tugu
tidak mengesampingkan kezamanan. Tidak di’lama-
lama’kan, tetapi jujur pada kezamanan. Sehingga
tercipta harmoni yang saling mendukung antara
lampau dan kini, menciptakan timeline zaman yang
terbaca jelas oleh pengunjung”
KAWASAN MALIOBOROKOMERSIAL
EKS. HOTEL TOEGOEBCB
RUKO MANGKUBUMIKOMERSIAL
PEMUKIMAN
OPEN SPACERECREATION
OPEN SPACERECREATION
FASILITAS PENGINAPAN
PEMUKIMAN
14
MOTIVASI DIADAKANNYA KONSERVASI
Mempertahankan Warisan Budaya (untuk
mempertahankan identitas).
Menjamin terwujudnya variasi dalam
bangunan perkotaan (memiliki memori).
Nilai Ekonomis.
Sebagai Simbol.
NILAI KONSERVASI STASIUN TUGU.
ASTHETICNilai Estetika (skala 1 - 10) eksisting adalah 6 (cukup). Fasade
hall yang menjadi entrance yang secara frontal langsung ditemui
oleh pengunjung ketika memasuki site. Hanya saja, pada bagian
dalam (setelah hall), terjadi banyak perubahan yang
mengaburkan langgam dan karakter bangunan.
SCENICNilai Scenic (skala 1 - 10) eksisting adalah 5 (kurang). Stasiun
Tugu terletak di depan Hotel Toegoe yang juga merupakan
bangunan cagar budaya peninggalan Kolonial Belanda, secara
visual bangunan Stasiun Tugu dan Hotel Toegoe saling terkait.
Letak Stasiun Tugu yang dekat dengan Kawasan Malioboro (dan
hotel Inna Garuda) juga mampu saling memperkuat suasana.
Namun karena penataan kawasan yang tidak memperhatikan
hal tersebut, potensi scenic tersebut tertutupi oleh massa-massa
bangunan, pepohonan, serta street furniture lain yang berada
dalam kawasan buffer zone Stasiun Tugu.
HISTORICALNilai Historical (skala 1 - 10) eksisting adalah 7 (baik). Stasiun
tugu memiliki sejarah yang sangat penting bagi perkembangan
kota Yogyakarta. Dari pentuan letak stasiun yang merubah pola
kota Yogyakarta (axis mundi dikaburkan) hingga perubahan
langgam dan guna stasiun. Hanya saja, karena perubahan yang
terjadi, masyarakat kesulitan membedakan antara jejak
peninggalan dengan tambahan, sehingga kisah bangunan
Stasiun Tugu tidak dapat menceritakan kisah-kisah tersebut.
HISTORICALNilai Historical (skala 1 - 10) eksisting adalah 7 (baik). Stasiun
tugu memiliki sejarah yang sangat penting bagi perkembangan
kota Yogyakarta. Dari pentuan letak stasiun yang merubah pola
kota Yogyakarta (axis mundi dikaburkan) hingga perubahan
langgam dan guna stasiun. Hanya saja, karena perubahan yang
terjadi, masyarakat kesulitan membedakan antara jejak
peninggalan dengan tambahan, sehingga kisah bangunan Stasiun
Tugu tidak dapat menceritakan kisah-kisah tersebut.
ARCHEOLOGICALNilai Archeological (skala 1 - 10) eksisting adalah 3 (buruk).
Dalam pengembangan fisik Stasiun Tugu, variasi bangunan
pengembangan terlalu terfragmentasi antara fisik secara
fungsional, kepentingan pariwisata, dan sebagai bangunan
bersejarah, sehingga pengembangan yang terjadi terkesan
terpisah-pisah kepentingannya.
Pengembangan ruang fungsional hanya menambahkan seadanya
saja tanpa memikirkan langgam dan tujuan konservasi sehingga
masyarakat tidak lagi bisa membedakan langgam bangunan asli
dengan bangunan tambahan. Penambahan lapisan material
(seperti keramik, dll) pada tembok asli bangunan mengaburkan
ingatan dan pengetahuan masyarakat mengenai kesejarahan dan
langgam bangunan.
Penambahan ruang tunggu berupa pendapa Joglo yang bertujuan
memunculkan ciri khas kota Yogyakarta justru mengaburkan
langgam asli Stasiun Tugu yang sebenarnya sudah cukup iconic
bagi kota Yogyakarta.
ECONOMICNilai Economic (skala 1 - 10) eksisting adalah 8 (sangat baik).
Stasiun Tugu merupakan salah satu pusat pergerakan dan
pengembangan perekonomian masyarakat. Keberadaan stasiun
sangat mempengaruhi calon penumpang, pengguna stasiun
non-traveler, dan juga masyarakat sekitar. Nilai ekonomi dari
Stasiun tugu sudah sangat baik karena sudah mampu menarik
masyarakat dan sektor-sektor ekonomi kecil. Kegiatan di stasiun
membutuhkan sektor-sektor kecil tersebut dan begitu juga
sebaliknya. Hanya saja, kurangnya penataan membuat kawasan
terlihat kumuh dan dan kurang enak dipandang.
EDUCATIONAL&RECREATIONALNilai Educational&Recreational (skala 1 - 10) eksisting adalah 3
(buruk). Stasiun Tugu terletak di pusat pengembangan kota dan
berdekatan dengan kawasan inti lindung setempat: arkeologis
serta posisi bangunan sebagai bangunan cagar budaya kurang
memperhatikan aspek edukasi dan rekreasi. Dalam
pembangunannya tidak dirancang bahwa stasiun Tugu dapat
digunakan sebagai pusat edukasi budaya dan salah satu pusat
rekreasi. Berangkat dari hal tersebut, maka Stasiun Tugu akan
dirancang untuk fungsi dan nilai konservasi edukasi dan rekreasi
agar keberadaan Stasiun Tugu dapat dimanfaatkan masyarakat
lebih dari sekedar pusat pergerakan ekonomi dan transit moda
angkutan kereta api.
CIRCULATION & PARKING (additional element)
Sirkulasi dan Parkir merupakan elemen tambahan yang perlu
diperhatikan mengingat lokasi Stasiun di pusat kota dan dekat
dengan pusat-pusat penting kota yang cenderung ramai. Jalan
Mangkubumi merupakan jalan searah dan Jalan Malioboro
sebagai pusat ekonomi dan rekreasi wisatawan membuat lokasi
ini rawan kemacetan. Pintu Selatan menuju Stasiun Tugu (di
Jalan Pasar Kembang) tidak memiliki akses langsung menuju
dan dari pintu masuk utama, sehingga satu-satunya akses keluar
masuk adalah melalui Jalan Pasar Kembang (pintu utama hanya
melalui Jalan Mangkubumi).
15
PLATFORM FACILITIES ZONE PLATFORM MAIN FACILITY - HOTEL
MIXED USE BUILDING.
RAILSTATION
HOTEL
16
transition zonewaiting room-reading room
platformstation paid area
STASIUN HOTEL
MIXED USE(there is a relationship!!)
SPACES LINKED BYA COMMON SPACE
STASIUN HOTEL
MIXED USE - TRANSITION ZONE - ZONE 1&2 (STASIUN&HOTEL)
ACCESS&INTERCHANGE/ENTRANCE & FACILITIES AREA
17
NONTON SEPUR.
train station park rail zone main entrance rail zone train station park
NONTON SEPUR.
Taman, sebagai sarana ‘nonton sepur’ bagi masyarakat. Selain
karena kurangnya ruang terbuka publik di Yogyakarta, taman
tersebut dapat digunakan oleh pedagang kaki lima (activity
support) untuk berjualan, dengan sepengawasan petugas
stasiun.
train station park.
Keberadaan taman akan mengundang masyakrakat (khususnya
masyarakat setempat) untuk berkunjung, sehingga diharapkan
dengan adanya taman ‘nonton sepur’ dapat pula meningkatkan
interaksi positif antar warga, terutama anak-anak.
train station park.
19
MEMPERTEGAS FASADE STASIUN TUGU LAMA YANG BERATMATERIAL KACA - RINGAN
RECREATION AREASCENIC ROOM - MEMPERLIHATKAN PANORAMA SEKITAR
KAWASAN STASIUN TUGU YANG KHAS
PENAMBAHAN BANGUNAN BARUPENAMBAHAN BARU JUJUR TERHADAP WAKTU, SESUAI DENGAN NILAI ARKEOLOGIKAL KONSERVASI
GRADASI DARI LAMA KE BARUMENCIPTAKAN TIMELINE WAKTU AGAR MASYARAKAT DAPAT MEREFLEKSIKAN
MENGAPRESIASI MASA LALU BANGSANYA MELALUI BANGUNAN PENINGGALANDAN PENAMBAHANNYA
20
old character new character
time tunnel
21
PUSDIKLAT MULTIMEDIAJl. Ring Road Utara Yogyakarta
2013
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Multimedia merupakan
tempat berlatih berbagai macam olah media untuk
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme di bidang
jurnalistik dan komunikasi dalam meningkatkan animo
dan apresiasi masyarakat terhadap olah media Kemampuan
olah media analog dan digital merupakan hal yang dilatihkan
di PUSDIKLAT Multimedia.
PUSDIKLAT MULTIMEDIA.Dalam proses belajar, terdapat 4 aspek yang saling
terkait dan saling mempengaruhi satu sama lainnya,
yaitu: Iklim Sekolah, Manajemen Kelas, Karakter, dan
Pencapaian Akademis.
Iklim Sekolah adalah suasana dan atmosfer yang
tercipta untuk suatu proses pembelajaran, iklim sangat
mempengaruhi kualitas proses belajar karena Iklim
mempengaruhi sikap dan tanggapan siswa dalam
berproses. Suatu Iklim dikatakan baik bila sesuai dengan
arah pencapaian sehingga mendorong siswa-siswi
berproses da lam mencapai v is i mis i s is tem
pendidikannya.
JALAN RAYA RING ROAD
PUSDIKLAT
KALI OPAK
HUTAN
PERUMAHANGRIYA PERWITA SARI
24
PENGARUH SEKOLAH.TERHADAP PERKEMBANGAN SISWA
Iklim pembelajaran dibagi menjadi dua elemen, yaitu:
iklim fisik dan iklim non-fisik. Iklim secara fisik
merupakan elemen yang mampu diselesaikan secara
arsitektural. Meski begitu, kedua elemen iklim
tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
IKLIM KARAKTER
MANAJEMENKELAS
PENCAPAIANAKADEMIS
IKLIMPEMBELAJARAN
FISIK NON-FISIKruangbentuk
nilai lokalsuasana
diharapkan dengan pengolahan fisik yang
mempertimbangkan aspek non-fisik, iklim
pembelajaran yang menjadi visi-misi pusdiklat
multimedia dapat tercapai.
LATAR BELAKANG
25
ASRAMA.fasilitas pendukung utama pusdiklat
OFFICE.teacher&staff
ADMINISTRATION & FACILITIES.library & administration office
PUBLIC AREA.galery
ERNTRANCE.
26
Terkait dengan peraturan daerah, bentuk massa bangunan yang terletak dekat dengan jalan utama mengalami kendala mengenai ketinggian bangunan maksimal dihitung 45 derajat dari garis terluar batas manfaat jalan sehingga tercipta bentuk sedemikian rupa.
Bentuk didapat dari perhitungan jumlah kebutuhan ruang Lobby dan ruang Pamer yang membutuhkan lebih dari satu lantai dan disesuaikan dengan peraturan daerah serta kondisi eksisting site yang berkontur.
Dinding yang tidak tegak lurus berguna untuk menciptakan suasana bebas - informal yang merupakan suasana yang dibutuhkan dalam proses pencarian ide kreatif. Selain untuk menciptakan suasana, dinding diarahkan pada daerah-daerah dengan view yang relatif baik.
HUTAN
KALI OPAKLOBBY DAN RUANG PAMER
27
Lobby yang juga berfungsi sebagai ruang pamer. Dengan Galeri Mezanin untuk lantai dua, menciptakan ruang apresiasi karya yang tidak monoton.
LOBBY SEBAGAI GALERI
RUANG SANTAI ASRAMA
Terdapat ruang santai pada masing-masing lantai asrama. Sebagai ruang kumpul yang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi antar penghuni asrama.
RUANG KELAS
28
SANGGAR LUKIS ANAKJl. Bugisan Yogyakarta
2012
Sebagai pusat pendidikan non-formal yang
mengembangkan kemampuan anak pada bidang
tertentu, Sanggar yang baik dapat memfasilitasi
peserta sesuai dengan kebutuhan tahap belajarnya
masing-masing agar materi yang disampaikan dapat
ditangkap sesuai dengan kemampuan peserta. Yoga
Anyangga Yogi pada bangunan sanggar diharapkan
dapat memberikan dorongan dan contoh bagi anak-
anak dalam mengkreasikan karyanya.
YOGA ANYANGGA YOGI.“Menurut Karl dan Charlote Buhler, proses belajar
anak dibedakan menjadi 3 tahap menurut kategori
umur, yaitu Dorongan belajar melalui pengenalan (2 -
4 tahun), Meniru / Imitasi melalui pengamatan dan
sosialisasi (5 - 8 tahun), dan Mengungkapkan hasil
belajar melalui eksplorasi dan eksperimen (9 - 11
tahun). Ketiga tahap tersebut harus dilalui tiap anak,
sehingga proses belajar yang ditawarkan di Sanggar
Lukis Anak Bugisan disesuaikan dengan tahapan
tersebut. Yoga Anyangga Yogi adalah konsep yang
berarti murid menirukan apa yang dilakukan gurunya.
Merupakan salah satu tahap awal proses belajar
anak.”
SITE
SEKOLAH MENENGAHMUSIK
SEKOLAH MENENGAHSENI RUPA
JALAN BUGISAN
32
33
ground oor plan upper ground oor plan
34
Dengan material sederhana yang sering kali di temui digabungkan dengan bentuk-bentuk yang jarang
ditemui, maka anak-anak akan dicontohkan untuk berkreasi di luar kebiasaan menggunakan alat dan
bahan yang mudah dan sering kali mereka temukan dikehidupan sehari-hari.
Sanggar difasilitasi dengan galeri seni yang dapat dimultifungsikan sebagai ruang kegiatan, seperti:
lomba melukis/mewarnai, berkumpul untuk melakukan berbagai permainan, dan lain sebagainya.
Mengapa galeri seni?Dalam berkreasi, anak-anak butuh dikenalkan dengan tahap apresiasi sehingga dalam berkarya di
kemudian hari mereka mampu menghargai dan mengapresiasi karya orang lain demi perkembangan
dirinya sendiri. Dengan dipamerkannya karya, anak-anak akan menjadi lebih terpacu agar karyanya dapat
bersaing dengan karya lain, sehingga kompetisi sehat dapat terbangun di sanggar lukis bugisan ini.
YOGA ANYANGGA YOGI.
35
SANGGAR TARI: MANUNGGALING JAGADJl. Solo Yogyakarta
ALIT
GEDE
2012
Sebagai pusat pendidikan non-formal yang
mengembangkan kemampuan tari tradisional
Indonesia, sangar tari tradisional yang terletak di Tirto
Martani - Yogyakarta ini harus mampu membawa nilai-
nilai esensial nusantara, sehingga peserta sanggar
mampu sungguh-sungguh menjiwai peran tarinya.
Manunggaling Jagad sebagai konsep ketimuran yang
menjadi dasar pemikiran kebudayaan hampir di setiap
suku bangsa di Indonesia menjadi kontekstual jika
diterapkan di sanggar tari ini.
MANUNGGALING JAGAD.“Seseorang yang menarikan sesuatu harus mampu
menguasai teknik lahir maupun batin. Dalam filosofi
ketimuran (Indonesia), lahir terletak pada jagad alit
(mikrokosmos) dan batin terletak di jagad gedhe
(makrokosmos). Ketika menari, seseorang harus
mampu berada di mikrokosmos dan makrokosmos.
Dengan begitu, seorang penari berada dalam
kesadaran penuh, ia berada diantara sadar dan bawah
sadar. Untuk mencapai tahap tersebut, seseorang
harus melalui proses transformasi lahir dan batin,
yang disebut juga sebagai proses penggeseran
tingkat kesadaran.”
Jurnal Seni ISI Mei 1991
Arsitektur Nusantara, Laporan Seminar Tata Lingkungan Mahasiswa UI 1996.
JALAN JOGJA-SOLO
RS. PANTI RINI
SITE
38
pelaku tari
transformasi
batinlahir
wiraga
wirama
wirasa
makrokosmosmikrokosmos
manunggaling jagad
tari
ruang tariadministrasi
r. gantir. pentas
r. tunggu
gazebo
ruang tari(out door)
Bentuk ruang merepresentasikan gerak tari yang dinamis. Kedinamisan tersebut
diperlihatkan pula dengan ruang-ruang yang terbuka yang cenderung sebagai
pernaungan), sehingga peserta dapat merasakan kedinamisan alam sekitarnya
(manunggaling jagad - ruang luar ruang dalam) untuk mencapai tingkat kesadaran
dalam konsep filosofi ketimuran yang tidak memisahkan diri dari alam.
“Di dalam keaadaan menari, seseorang tidak
lagi menjadi dirinya.” - Jurnal ISI Mei 1991
“Proses penggeseran tingkat kesadaran.” -
Allegra Synider 1974
“Orang yang menari harus bisa mengendalikan
diri dalam tingkat kesadaran penuh, ia berada
di antara sadar dan bawah sadar.” -
Suryobrongoto
transformasi.
ruang tariruang gantiruang pentas
39
40
ADAPTIVE REUSE BIOSKOP INDRAJl. Ahmad Yani Yogyakarta
in collaboration with Titus Pandu
2014
HISTORIS --------------------------------------------------------------------Seni film di Yogyakarta bermula dari kolonialisasi Belanda. Bioskop dibangun sebagai pemenuhan kebutuhan menikmat film bagi warga Belanda maupun bangsawan pribumi. Tapi kini terpaksa tutup karena kalah menarik peminat film dibanding dengan bioskop masa kini. Oleh karena itu, pengembangan yang kami tawarkan bukan lagi sebagai bioskop konvensional, namun melihat kebutuhan masyarakat yang kini lebih membutuhkan wadah pemutaran film komunitas.
PAST. PRESENT.
FUTURE.
Masa Kolonial Belanda. Kelas menengah ke atas. Bioskop ternama dengan
film-film terlaris. Mengalami kejayaan hingga
tahun 1990-an
Pasca Kemerdekaan (Indra - Indonesia Raya)
Kelas menengah ke bawah. Mulai menurun polularitas-
nya setelah maraknya VCD dan munculnya bioskop kelas
nasional 21.
Semua kalangan, terutama komunitas film.
Bukan sebagai bioskop konvensional namun sebagai
Art Space:Pemutaran Film Komunitas
dan Gallery Dilengkapi dengan fasilitas
meeting area berupa cafe.
PAST PRESENT FUTURE
44
Fokus Rancangan Bioskop Indra
Ekstensi Bioskop Indra
Rumah Pemilik
Lahan Parkir dikelola warga
Rumah disewakan
Halaman
Kompleks Bioskop Indra
jl. je
ndra
l a. y
ani
Pasar Beringharjo
Komplek bioskop indra total 7000m2 yang terdiri dari bioskop, rumah pemilik, dan rumah sewa. Site yang diambil fokus pada bangunan dan halaman bioskop indra. Bangunan memiliki luasan 1600 m2, pada rancang-an kali ini mengambil bagian halaman hingga studio 1 Bioskop dengan luasan 1000m2, sisa bangunan merupakan area ekstensi untuk pengembangan rancangan di kemudian hari.
TAPAK -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DENAH EKSISTING ---------------------------------------------------------------------------------------
Lahan Parkir
Rumah Pemilik
Hal
aman
Studio 2
Lobby
Studio 1
Office
Lavatory
Bangunan Tetangga
TERRACECINEMA
TERRACE CINEMA TERRACECAFÉ
GALLERY
TERRACE CINEMA
CAFÉ
GALLERY
TERRACECAFÉ
GALLERY
RAMP
OLD NEW
PRESERVATION
NEW
NEW
PROGRAMING ------------------------------------------------------------------------------------------------
EKSISTING. INPUT NEW PROGRAM. ADAPTIVE REUSE.
CREATE MEZZANINE. OLD & NEW CONFIGURATION FINISH.
45
PERSPEKTIF TAMPAK DEPANKomposisi bangunan baru yang ringan dan transparan menon-jolkan bangunan eksisting (pre-servasi) yang berat dan masif.
46
TAMPAK BANGUNAN -----------------------------------------------------------------------------------------
O 2 5 TAMPAK TIMUR
SUASANA CAFÉ & GALERICafé dirancang melebur de-
ngan galeri. Konsep open plan akan menciptakan ru-angan yang lebih luas dan
sekaligus diharapkan mampu memancing minat pengun-
jung terhadap seni perfilman secara visual.
O 2 5 TAMPAK UTARA
O 2 5 POTONGAN A - A’
RG. PEMUTARAN FILM CAFÉ & GALERI
GALERI
TERAS
DENAH ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Teras
Galeri
Café
Rg. Pemutaran Film
Lavatory
Galeri Mezzanine
Denah Lt. 1
Denah Lt. Mezzanine
47
3D SECTIONGOALPenyediaan ruang komunal untuk menikmati film dan meeting point da-lam arsitektur konservasi ini diharap-kan dapat mewadahi kebutuhan publikasi dan minat masyarakat ter-hadap film. Sekaligus melestarikan dan meningkatkan penghargaan masyara-kat terhadap pioneer pembentuk seja-rah film di Yogyakarta, Bioskop Indra.
AREA EKSTENSITahap ini revitalisasi dilakukan pada area entrance bioskop hingga studio 1 dengan luas-an + 1000m2.Area ekstensi (eksisting studio 2) memiliki luasan +600m2. Memiliki kemungkinan untuk pengembangan rancangan di masa yang akan datang.
RG. PEMUTARAN FILMRuang ini disetting menyeru-pai layout bioskop dahulu. Sehingga selain sebagai ajang publikasi karya, ruang ini mampu menjadi area nostal-gia, mengingat Bioskop Indra merupakan bioskop ternama pada jamannya.
CAFÉ & GALERICafé dirancang melebur de-ngan galeri. Konsep open plan akan menciptakan ruangan yang lebih luas dan sekaligus diharapkan mampu meman-cing minat pengunjung terhadap seni perfilman se-cara visual.
GALERI MEZANINRuang ini dirancang kekinian dan transparan, sebagai ben-tuk yang kontras merespon bangunan eksisting yang kla-sik dan masif. Komposisi berat - ringan serta cahaya ar-tificial pada ruang ini akan memberikan background yang mampu menonjolkan ba-ngunan eksisting.
ENTRANCEArea teras ini merupakan muka utama bioskop indra. Tampak bernuansa kolonial yang khas dipreservasi guna mempertahankan identitas Bioskop Indra.
48
THE LUNGS - MALL APARTMENTBumi Serpong Damai
in collaboration with Titus Pandu
2014
GSB, KDB, PEDS CUT& INTEGRATION.
MALL BUILDING PLAZA AS CENTER STREET LEVEL PLAZA ADD STUDY CENTER+ TOWER
AS INTERACTION CATALYST AS SHOPPING SENSE CATALYST
AS G - LIFESTYLE CATALYST AS EDUCATION CATALYST
Plaza sebagai ruang terbuka publik diinte-grasikan dalam mall, selain sebagai wa-dah interaksi bagi pengguna mall, plaza juga diorientasikan untuk publik. Menjadi ruang yang “People friendly, attracts different people at different times and for different purposes” (Tibbalds, 1992)., sehingga menjadi ruang yang lebih hidup dan bermakna.
Gubahan bentuk mall dirancang bersama-an dengan plaza. Deretan retail disusun secara centralize melingkupi plaza. Suasana kebersatuan ini diharapkan mampu membangkitkan gairah berbe-lanja pengunjung yang telah datang de-ngan berbagai latar belakang dan tujuan.
Plaza dirancang tidak hanya sebagai ruang publik namun juga menjadi green void, berperan sebagai paru-paru bangunan sekaligus berkontribusi untuk menghijaukan kawasan. Demikian juga diterapkan green void pada facade dan interior apartemen. Menciptakan iklim mikro yang sehat dan nyaman serta meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap potensi alam.
Menimbang kawasan dikelilingi oleh fasi-litas pendidikan, kami merancang ruang pusat belajar dan perpustakaan untuk menjadi area meeting point pelajar yang juga dapat digunakan oleh non-penghuni apartemen. Hal ini diharapkan mampu membentuk komunitas belajar yang kuat dan juga berkontribusi untuk mencerdas-kan masyarakat.
52
LUNGS PLAZAPlaza yang dilengkapi dengan maksimalnya ruang hijau diintegrasikan dengan tata ruang dalam sebagai pusat interaksi. Dengan memaksimalkan cahaya dan hawa alami serta membiarkan hujan jatuh pada area-area ter-tentu diharapkan mampu mendekatkan pe-ngunjung dengan alam, sekaligus meng-optimalkan hirup oksigen demi aktivitas yang lebih produktif. *
LUNGS PLAZAperspektif suasana
PLAZA AS NEW URBAN MEETING POINTPlaza sebagai ruang publik ditempatkan pada level jalan, visual yang optimal pada pusat kegiatan ini diharapkan mampu menarik berbagai kalangan untuk berkegiatan di dalamnya. Variasi kegiatan yang tinggi akan menciptakan ruang atau plaza yang lebih “hidup” (Shirvani, 1980). Retail mall digubah secara radial konsentris terhadap pusat kegiatan ini, diharap dapat merangsang shopping sense dari tiap individu.
LIVABLE COMMUNITY
NEIGHBORHOOD CONTEXTSite terletak dekat dengan berbagai tipologi yang me-mungkinkan jalur pedestrian berkelanjutan. Building edge terbentuk oleh pedestrian dan hubungan integra-si antar komplek. Pedestrian cut membentuk setback dan mengoptimalkan view terhadap mall & market dari jalan utama yang akan masuk ke dalam kawasan.
ATMAJAYA
PEDS CUT
SETBACK &
INTEGRATE
VEHICLE
APARTMENT
THE ICON
MARKET
SETBACK
INTEGRATION
MAINFACADE
STRATEGI PERANCANGAN
PLAZA AS CENTEROF ORIENTATIONPlaza ditempatkan sebagai pusat orientasi mall. Selain sebagai exhibition area, peletakan sirkulasi vertikal pa-da plaza akan meningkatkan aksesbilitas sehingga mampu menunjang kualitas plaza sebagai meeting point secara internal yang menciptakan lebih banyak kemungkinan untuk saling berpapasan dan interaksi.
INTERACTION CATALYSTGREEN AS NEW PLACE-MAKING SENSESirkulasi kontinyu dengan retail yang berhadapan. merupakan kekhasan mall. Lungs Plaza sebagai void hijau besar yang menyatukan seluruh retail mencipta-kan sensasi berbelanja yang baru. Looping circulation mengarahkan pengunjung untuk mengalami setiap suasana yang tercipta dari orientasi retail yang variatif.
PLAZA
RETAIL - PLAZA
LOO
PIN
G C
IRCU
LATI
ON
RETAIL - RETAIL
RETAIL - PLAZA
CONTROL DAYLIGHT& FRESH AIRRuang hunian yang terkontrol cahaya dan hawa alami yang nyaman akan menciptakan penghuni yang sehat dan berpola hidup ramah lingkungan. Sistem satu koridor satu lapis dengan void ini memungkinkan tiap kamar mendapatkan pencahayaan alami dan venti-lasi silang yang optimal.
GREEN AS IDENTITY
SUMBER ANGIN UTAMA
: TENGGARA
GR
EE
N V
OID
AS
FA
CA
DE
.
FACILITY ZONESTUDY CENTER
APARTMENT
ROOF PARK
MALL
STUDY CENTER AS MIXED USEPusat belajar dan perpustakaan menjadi area mixed use yang mengantarai mall dengan privasi apartemen. Area belajar yang luas dan terbuka terhadap roof park ini dapat dimanfaatkan oleh publik, khususnya pelajar. Kedekatan dengan alam ini mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif & produktif.
EDUCATIONAL CONTRIBUTION
53
MALL & PARKING.ZONING DIAGRAM
APARTMENT.ZONING DIAGRAM
TRANSPORTASIVERTIKAL
INTEGRASI MIXED-USERUANG BELAJAR SEBAGAI AREA TRANSISI & MEETING POINTMall dan apartemen diintegrasikan secara vertikal dengan mall yang diletakkan di lantai dasar sebagai pemisah antara ruang dinamis -publik (jalan) dengan ruang statis-privat (apartemen). Mall yang diletakkan di lantai dasar menye-diakan akses sebesar-besarnya bagi publik, khususnya bagi peja-lan kaki.Ruang belajar dan perpustakaan selain sebagai area transisi mall-apartemen, kami tawarkan juga sebagai area meeting point pelajar yang dapat digunakan tidak hanya oleh penghuni apartemen tetapi juga bagi pelajar non-penghuni sehingga diharapkan mampu membentuk komunitas pelajar yang kuat.
Parkir ApartmenParkir MallServisAnchorMini AnchorRetailAtriumExhibition HallSirkulasiLaundry
Food & BeverageBook StoreGadgetFoodcourtLobby & Office ApartmentKamar ApartmentStudent CentreLibraryFitness Centre
LEGENDA
54
SKEMA WARNA NATURALCiptakan suasana lingkungan yang segar dan produktif.
Sesuai dengan identitasnya yang mengadopsi ruang terbuka hijau publik sebagai ide desain, warna utama yang terbentuk adalah hijau yang tercipta dari kekayaan vegetasi dan biru sebagai warna langit yang direfleksikan kolam.
Hijau dan biru sebagai warna yang terbentuk oleh alam ini akan menciptakan suasana lingkungan yang segar dan produktif.
Warna material pelingkup bangunan tidak memalsukan biru atau hijau yang alami. Pemilihan warna kuning merupakan pertim-bangan warna analogous, sehingga tidak mengalahkan warna hijau dan biru namun saling menyatukan.
colorwheel
ANALOGOUSCOMPOSITION.
GREENVEGETATION
WHITEWALL
YELLOWPERFORATEDMETAL SKIN
BLUEWATER & SKY
AREA PROMOSI TERINTEGRASI DENGAN FACADE BANGUNAN.
Area Promosi Retail ditempatkan di balik secondary skin. Menghindari penataan promosi yang tidak terrencanakan dan berantakan.
ilustrasi ruang iklan retail.
POHONBerperan sebagai pemecah angin ke dalam bangunan. Memberikan kemungkinan tiap ruang kamar mendapatkan ventilasi silang de-ngan udara segar secara optimal.
O2
O2
O2
AREA PROMOSIANCHOR.
AREA PROMOSIRETAIL.
ROOF GARDENBerperan sebagai eks-tensi pusat ruang be la jar. Kedekatan dengan alam akan menciptakan lingku-ngan yang produktif.*Based on ATRIA SYSTEM by Todd Gritch, AIA, ACHA and Brian Eason,
GRASS BLOCK
KOLAMAngin yang melewati airakan membawa kesegaranevaporatif ke dalam bangunan.Ciptakan iklim mikro yg sejuk.
TAMANDeretan pohon sebagai barrieralami terhadap kebisingan jalandan udara panas kendaraan.Serta menghasilkan oksigen yangakan terbawa masuk ke dalam.
PLAZA SEMI TERBUKA
Memaksimalkan cahaya mata-hari, hawa alami, dan hujan ke dalam bangunan.Area juga berfungsi sebagai penangkap air hujan untuk ditampung dan atau diresapkan.
55
C - HOUSEProvident Development
in collaboration with Titus Pandu
2014
PERSPEKTIF EKSTERIORVIEW DARI JALAN UTAMA
PERMASALAHAN.
“Memberikan kesempatan penghuni untuk menjadi individu yangramah terhadap alam dan sesama.”
Rumah dengan denah layout C ini merupakan hasil sintesis dari konsep perancangan compact, menyediakan luasan yang lebih besar untuk courtyard. Menghadirkan ruang yang terbuka namun terzonasi dengan kompak sehing-ga mampu menciptakan kualitas ruang yang crowd-free atau bebas dari gangguan akustik dan visual.
C - HOUSEHidup di kota berkembang, pola individualitas semakin besar karena hilangnya kepercayaan terhadap individu di sekitarnya yang tidak lagi jelas asal – usulnya. Sehingga tidak jarang muncul kerinduan suasana hidup di kampung, hidup secara utuh sebagai manusia, berinteraksi dengan alam dan sesama.
Kedekatan dengan alam susah didapatkan ketika hidup di kota, harga tanah yang mahal seakan tidak memberikan kesempatan untuk menciptakan ruang hijau yang dapat dinikmati. Sosialisasi dengan sesama pun menjadi mati karena rancangan rumah yang pada umumnya semakin tertutup.
COURTYARDSebagai ruang hijau diletakkan di tengah, didekatkan dengan segala aktivitas ma-nusia dalam rumah. Memberikan kesem-patan yang besar untuk berinteraksi de-ngan alam pada setiap waktu.
CROWD-FREEMenciptakan ruang yang terbuka mampu merangsang penghuni untuk bersosialisasi dengan sesama, konsekuensinya, ran-cangan terbuka di lahan yang sempit perlu dilakukan zonasi yang mampu memisahkan zona publik hingga privat secara jelas. Se-hingga meskipun terbuka, dapat tercipta suasana yang bebas dari gangguan dan nyaman untuk tinggal.
COMPACTRancangan kompak merupakan jawaban atas dua kebutuhan di atas. Pengurangan luasan aktivitas demi mengutamakan court-yard disiasati dengan perancangan program yang efektif, ruang multifungsi, dan kon-sep open plan. Dipadu dengan zonasi yang tepat, menciptakan hunian yang nyaman untuk berinteraksi dengan alam, publik, dan keluarga, serta untuk beristirahat.
COURTYARD.
SEMI -
PUBLIK
PRIVAT
SERVISPUBLIK
CROWD-FREE.
COMPACT.
KONSEP PERANCANGAN
58
PERMASALAHAN.
SERVIS
PUBLIC
CROWD
COMPACT ZONINGCROWD-FREE.
OPEN PLAN +MULTIFUNCTION
OPTIMIZING DAYLIGHT. THERMAL CONTROL.POOL EVAPORATION
TREES OXYGENTREES
POOL
SEMI -
PUBLIK
PRIVAT
CONVENTIONAL.LUAS LANTAI DASAR: 63 m
STRETCH + SUBSTRACTCENTRAL COURTYARD.
LUAS LANTAI DASAR: 63 m2
2
DENAH.
DENAH LANTAI 2DENAH LANTAI 1
TERAS+ 0.00
GARASI- 0.15
COURTYARD- 0.25
COURTYARD- 0.25
BEDROOM+ 0.03
BATHROOM- 0.03
SELASAR+ 0.00
MAIDBATHROOM- 0.03
MAIDBEDROOM
+ 0.03STORAGE+ 0.03
SHOESSTORAGE
LIVING ROOM+ 3.27
+ 3.24
KITCHEN +DINING ROOM
+ 3.27
MASTERBEDROOM
+ 3.30
MASTERBATHROOM
+ 3.27
KO
LAM
IKAN
KO
LAM
IKAN
A A’
B B’
C
C’
C
C’
11.5
8.00 8.00
2.40
1.10
2.50
2.50
1.00
1.00 3.50 1.50 1.00 2.00 4.00
2.00
2.00 1.00
59
POTONGAN A - A’0 1 2 4
MAIDBEDROOM
+ 0.03COURTYARD- 0.25
BEDROOM+ 0.03
MASTERBEDROOM
+ 3.30DINING ROOM
+ 3.27LIVING ROOM
+ 3.27
COURTYARD- 0.25
POTONGAN B - B’0 1 2 4
COURTYARD- 0.25
KITCHEN +DINING ROOM
+ 3.27
GARASI- 0.15
POTONGAN C - C’0 1 2 4
MAIDBEDROOM
+ 0.03
MAIDBATHROOM- 0.03
KITCHEN + 3.27
LIVING ROOM+ 3.27
GARASI- 0.15
TAMPAK DEPAN KOPEL0 1 2 4
FACADE.
Tirai kayu pada facade selain berfungsi sebagai sun shading, perpaduannya dengan tangga yang mengarah pada pintu ma-suk menciptakan artikulasi fa-cade sebagai point of interest.TAMPAK BELAKANG
0 1 2 4
POTONGAN. TAMPAK.
60
3D SECTION.
TANGGA KANTILEVER BETON
KAYU RENG
STRUKTUR BETONBERTULANG
Sebagai artikulasi fasade sekaligus sebagai shading.
Sebagai siasat struktur menghindari sempadan bangunan.
DINDING KACAElemen transparan untuk merangsang motivasi interaksi penghuni terhadap sekitarnya.
RANGKA ATAP BAJA
PONDASI BATU KALIDAN FOOTPLATE
RANGKA BAJA
ATAP ONDULINE
RAK KAYU BUILD-INCompact Program, sebagai upaya
menghindari ruang mati.
CENTRAL COURTYARDSelain sebagai sarana untuk
mendekat dengan alam, juga sebagai pemisah spasial antara
living room (semi-publik) de-ngan bedroom (privat).
PERSPEKTIF EKSTERIOR - MALAMVIEW DARI JALAN UTAMA
PERSPEKTIF EKSTERIORCOURTYARD BELAKANG.
PERSPEKTIF EKSTERIORCOURTYARD BELAKANG.
PERSPEKTIF EKSTERIORCOURTYARD TENGAH.
DETAIL MATERIAL. PERSPEKTIF.
61
OTHERS2012 - 2014
Masjid Agung Jawa Tengah - Juli 2012 Sam Poo Kong - Juli 2012 Watugong - Juli 2012
Borobudur - Juli 2013 Magelang - Juli 2012 Masjid Agung Surakarta - Oktober 2013
LIVE SKETCH
PAINTINGS
67
POSTERS
69
70