tutorial endokrin klp 2
TRANSCRIPT
TUGAS : TUTORIAL
SISTEM ENDOKRIN
(BENJOLAN DI LEHER)
OLEH: KELOMPOK II (ners-B rsws)
SALMIAH (C12111702) ZAHRA JANNAH (C12111707)
MUH. YUSUF (C12111703) SUNARTI (C12111708)
B A R D I (C12111704) HERNAWATI SYAM (C12111709)
R A M L A H (C12111705) MAIMUNARTI (C12111710)
WAHYUNI RAHIM (C12111706) SURIANI (C12111711)
Program studi ilmu keperawatan
Fakultas kedokteran
Universitas hasanuddin 2012
Nn. L 45 tahun, mengalami sesak nafas, dipsneu, sulit
menelan, leher bertambah besar, suara parau. Nona L
sering mengeluh cepat lelah, dan nafsu makan menurun,
cepat marah. Pada saat perawat melaksanakan pemeriksaan
fisik, terdapat atropi otot, BB turun, tremor halus pada
tangan, mata melotot, kedipan berkurang.
1.Kata Kunci
Sesak nafas
Dipsneu
Sulit menelan
Leher bertambah besar
Suara parau
Cepat lelah
Nafsu makan menurun
Cepat marah
Atropi otot
Bb turun
Tremor halus pada tangan
Mata melotot
Kedipan berkurang.
2.Problem Tree
3.Pertanyaan Penting
1. Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Histofisiologi yang berhubungan dengan
benjolan dileher?
2. Jelaskan fisiologi yang berhubungan dengan benjolan dileher?
3. Jelaskan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan gejala benjolan dileher?
a. Hipertiroidisme
1) Penyakit Grave’s
2) Penyakit goiter
3) Tiroiditis
4) Kanker tiroid
b. Hipotiroidisme
Benjolan di Leher
Gangguan kelenjar tiroid
Jenis Penyakit
Kelenjar Hipofisis
Etiologi
Patofisiologi
Askep Penatalaksanaan
Farmakologi Non Farmakologi
AnatomiHistologiFisiologi
4. .Asuhan keperawatan pada pasien dengan benjolan dileher ( sesuai scenario 1)
4.Jawaban Penting:
1. ANATOMI, HISTOLOGY DAN HISTOFISIOLOGI KELENJAR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI LEHER
Adapun kelenjar yang berhubungan dengan adanya benjolan di leher adalah kelenjar
tiroid dan kelenjar hipofisis. Berikut anantomi, histology, serta histofisiologi masing
masing kelenjar adalah sebagai berikut:
A. Kelenjar Hipofisis
1. Anatomi
Kelenjar hipofisis ini berbentuk Ovoid/kacang dengan ukuran 12 x 8 mm dan
berat 500 mg yang terletak di sela tursika, rongga tulang basis otak, dan
dihubungkan dengan hipotalamus oleh tungkai hipofisis atau hipofisial.
Dikelilingi pembuluh darah CIRCULUS WILLISI, Dibelakang bawah
CHIASMA OPTICUM. Kelenjar ini terletak pada dasar otak besar dan
menghasilkan bermacam- macam hormonyang mengatur kegiatan kelenjar
lainnya. Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master gland( kelenjar
induk / kelenjar ibu).
Kelenjar hipofisis dibagi menjadi:
a. HipofisisAnterior(Adenohipofisis)
Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam
pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya
yaitu:
1) Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi
pembentuka protein, pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
2) Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya
akan mempengaruhi metabolism glukosa, protein dan lemak.
3) Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar
tiroid, dan selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia
diseluruh tubuh.
4) Prolaktin
Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
5) Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein
Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.
b. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Ada 2 jenis hormon:
1) Hormon Antideuretik (disebit juga vasopressin
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini
akan membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
2) Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting
susu selama pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada
saat akhir masa kehamilan
c. Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative
avaskular, yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa
jenis binatang rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel-
sel kelenjar hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler
pada kedua ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini
system yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis
disebut juga system portal hipotalamus – hipofisis. System portal
merupakan saluran vascular yang penting karena memungkinkan
pergerakan hormone pelepasan dari hypothalamus ke kelenjar hipofisis.
sehingga memungkinkan hypothalamus mengatur fungsi hipofisis.
Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan neuron dalam nucleus
hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi protein degan berat
molekul yang rendah. Protein atau neuro hormone ini dikenal sebagai
hormone pelepas dan penghambat. Hormon –hormon ini dilepaska
kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya mencapai sel – sel
dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormon-
hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah dan
merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon –
hormon kelenjar sasaran. A Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran
bekerja pada hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi
sekresi hormone.
2. Histology
Embriologi adenohypofise & neurohypofise berbeda. Adenohypofise
berkembang dari kantong rathke yaitu divertikulum ektodermal yang
menonjol dari atap stomadeum (atap bakal rongga mulut). Sedangkan
neurohypofise berkembang dari divertikel neuroektoderal menonjol dari
diensefalon membentuk infundibulum, kedua divertikel ini dengan cepat
berhubungan satu dengan lainnya dan hubungan kantong rathke dengan atap
bakal rongga mulut hilang.Sebaliknya infundibulum tetap berhubungan
dengan diencefalon dimana bagian atasnya membentuk tangkai neural dan
bagian bawahnya inferior membentuk pars nervos mengandung sel-sel
neuroepitethel yang akan mengalami proliferasi dengan hebat
danberdffrensiasi menjadi sel pituisit. Dari diencefalon serat saraf
berkembang dan berjalan turun ke bawah ke dalam tangkai neural dan masuk
ke pars nervosa.
Bagian kantong rathke yg berhubungan dengan pars nervosa hy
berkembang sedikit menjadi pars intermedia. Sedangkan dinding depan
(anteroir) akan berkembang dengan cepat dan membentuk pars distalis,pars
intermedia.Pada manusia pada perkembangannya banyak sel-sel akan
bermigrasi ke pars distalis dan sebagian ke pars nervosa sehingga pada orang
dewasa pars itermedia menyusut & hanya 2% dari hipofise.
Pars tuberalis berasal dari pertumbuhan jaringan dari pars distalis &
mengelilingi tangkai neural pada sisi anteroir dan lateral. Sisa kantong dapat
dilihat pada anak-anak berupa vesikel berisi koloid yg terdapat pada
perbatasan antara adenohupofise dan neurohypofise.
3. Histofisiologi
a. Sel “neuroscretory’ pada Hipotalamus mensekresi “releasing dan
inhibitory” hormon yang menstimuli atau menginhibisi aktifitas Hipofise
anterior.
b. Sesuai dengan rangsangan dari releasing atau inhibitory hormon maka
Hipofise akan mensekresi : GH, Prolactin, LH, FSH, TSH dan ACTH atau
penghambat hormon tersebut diatas.
c. Nukleus supraoptik memproduksi ADH (Anti Diuretic Hormon ) dan
selanjutnta disimpan dalam hipofise posterior.
d. Nukleus paraventrikuler memproduksi Oxitocin (vasopresin) dan
selanjutnya disimpan dalam hipofise posterior
B. Kelenjar Tyroid
1. Anatomi
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
fascia prevertebralis. Didalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea
sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar
tyroid. Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan
menutup cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini
pada fasia pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti
dengan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik
untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan
kelenjar tyroid atau tidak.
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a.
Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap
folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik,
sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Nodus
Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis yang
kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl.
Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini
penting untuk menduga penyebaran keganasan
2. Histology
Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Secara mikroskopis
terdiri atas banyak folikel yang berbentuk bundar dengan diameter antara 50-
500 µm. Dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak
menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap ke arah
membran basalis. Folikel ini berkelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk
membentuk lobulus yang mendapat vaskularisasi dari end entry. Setiap folikel
berisi cairan pekat, koloid sebagian besar terdiri atas protein, khususnya
protein tyroglobulin (BM 650.000).
3. Histofisiologi
a. Sekresi T4 (tiroxin,tetraiodotironin), T3 (triiodotironin) dan Calcitonin.
b. Terdiri atas lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh istmus.
c. Pada beberapa orang ditemukan lobus piramidal (lobus tambahan),
merupakan sisa dari Tiroid primordial yang tumbuh dari dasar lidah
melalui jalan duktus Tiroglossus
2. FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI
LEHER
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang
mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.T4 mengandung
empat atom iodium dalam setiap molekulnya,dan T3 hanya mengandung tiga atom
saja.Kedua hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein
dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiroid;pelepasannya ke
dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan.Kurang lebih 75% hormon tiroid berada
dalam keadaan terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG;thyroid-binding
globulin).Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan albumin dan
prealbumin pengikat tiroid.
Iodium merupakan unsur esensial bagi tiroid untuk sintesis hormon
tiroid.Pada kenyataannya,iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar
tiroid,dan gangguan utama akibat defisiensi iodium adalah perubahan fungsi
tiroid.Iodida dikonsumsi dari makanan dan diserap ke dalam darah di dalam traktus
gastrointestinal.Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien dalam mengambil iodium dari
darah dan kemudian memekatkannya dalam sel-sel kelenjar tersebut.Di sana ion-ion
iodida akan diubah menjadi molekul iodium yang akan bereaksi dengan tirosin (suatu
asam amino) untuk membentuk hormon tiroid.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid
(thyroid stimulating hormone,TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis.TSH akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormon
tiroid..Selanjutnya,pelepasan TSH ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam
darah.Jika konsentrasi hormon tiroid dalam darah menurun,pelepasan TSH meningkat
sehingga terjadi peningkatan keluaran T3 dan T4.Keadaan ini merupakan satu contoh
pengendalian umpan-balik (feedback control).Hormon pelepas-tirotropin
(TRH;thyrotropin-releasing hormone) yang disekresikan oleh hipotalamus
memberikan pengaruh yang mengatur (modulasi) pelepasan TSH dari
hipofisis.Faktor-faktor lingkungan seperti penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan
sekresi TRH dan dengan demikian menaikkan sekresi hormon tiroid.
Fungsi utama hormon tiroid (T4 dan T3) adalah mengendalikan aktifitas
metabolik seluler.Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan
mempercepat proses metabolisme.Efeknya pada kecepatan metabolisme sering
ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berpengaruh
dalam konsumsi oksgen,dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon
yang lain.Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak.Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga
diperlukan untuk pertumbuhan normal.Melalui efeknya yang luas terhadap
metabolisme seluler,hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.
Kelenjar tiroid juga menghasilkan kalsitonin atau tirokalsitonin.Sekresi
kalsitonin tidak dikendalikan oleh TSH.Hormon ini disekresikan oleh kelenjar tiroid
sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi,dan kalsitonin akan
menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan
kalsium dalam tulang.
Efek hormon tiroid pada pertumbuhan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan otak selama kehidupan janin. Bila janin tidak dapat mensekresi
hormon tiroid dalam waktu yang cukup maka pertumbuhan dan pematangan otak
sebelum dan sesudah bayi dilahirkan akan sangat terbelakang dan otak tetap
berukuran kecil dari normal. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme sebagian
besar sel tubuh. Bila produksi hormon tiroid sangat meningkat maka hampir selalu
menurunkan berat adan. Dan bila produksinya menurun hampir selalu meningkatkan
nafsu makan. Keadaan ini dapat melebihi keseimbangan perubahan kecepatan
metabolism
Efek pada sistem kardiovaskuler hormon tiroid akan meningkatkan aliran
darah dan curah jantung, frekuensi denyut jantung, kekuatan denyut jantung, volume
darah, dan tekanan arteri. Efek pada respiratori. Meningkatnya kecepatan metablisme
akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbon dioksida. Ini akan
mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman
pernapasan.
Efek pada saluran cerna, meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan,
karena hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan gerakan
saluran cerna. Sering terjadi diare, kekurangan hormon tiroid dapat menimbulkan
konstipasi.
Efek pada sistem syaraf pusat. Hormon tiroid meningkatkan kecepatan
berfikir, tapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya berkurang
hormon tiroid akan menurunkan fungsi ini.
Efek terhadap fungsi otot. Peningkatan hormon tiroid dapat menyebabkan otot
bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormon ini berlebihan, maka otot-otot
malahan menjadi lemah oleh karea berlebihnya katabolisme protein. Kekurangan
hormon tiroid menyebabkan otot sangat lambat, tremor pada otot.
Efek pada tidur. Karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot
dan sistem syaraf pusat, maka penderita hipertiroid seringkali merasa capai terus
menerus tetapi karena efek ekstasi dari hormon tiroid pada sinaps, timbul kesulitan
tidur. Sebaliknya, somuolen yang berat merupakan gejala khas dari hipertiroidisme,
disertai dengan waktu tidur yang berlangsung selama 12 jam sampai 14 jam sehari.
Efek hormon tiroid pada fungsi seksual. Pada pria, berkurangnya hormon
tiroid menyebabkan hilangnya libido dan sebaliknya sangat berlebihannya hormon ini
seringkali menyebabkan impotensi. Pada wanita, kekurangan hormon tiroid seringkali
menyebabkan timbulnya menoragia dan polimenore.
3. JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI
LEHER
Hipertiroidisme
a) GRAVE’S DISEASE
1. Pengertian
a. Graves penyakit adalah bentuk paling umum hipertiroidisme, terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang kelenjar tiroid
Anda dan menyebabkannya kelebihan produksi hormon tiroksinTingkat
tiroksin yang lebih tinggi ini dapat sangat meningkatkan tingkat
metabolisme tubuh, yang mungkin mempengaruhi Anda dalam berbagai
cara, dari suasana hati Anda penampilan fisik Anda.
b. Graves adalah suatu jenis penyakit autoimun yang menyebabkan aktivitas
berlebihan dari kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme
c. Grave's disease adalah hasil dari kelenjar tiroid yang terlalu aktif
(hipertiroidisme).
d. Penyakit Graves adalah autoimmune penyakit. Hal yang paling sering
mempengaruhi tiroid, sering menyebabkan itu untuk memperbesar ukuran
dua kali atau lebih (gondok), menjadi terlalu aktif, dengan berhubungan
dengan gejala hipertiroid seperti peningkatan denyut jantung, kelemahan
otot, susah tidur, dan mudah marah
2. Jenis-jenis penyakit Graves
a. Penyakit graves klasik, struma yang disertai hipertiroidisme dan
optalmopati
b. Optalmopatia, jika ada kelainan pada mata oleh penderita graves tanpa ada
riwayat hipertiroidisme
c. Penyakit graves neonatal, jarang terjadi, terdapat pada bayi yang
dilahirkan oleh ib yang menderita penyakit graves
3. Faktor resiko
a. Sebuah riwayat keluarga penyakit
b. Sex - Perempuan tujuh kali lebih mungkin mengembangkan penyakit
Graves daripada pria
c. Umur - Graves 'disease biasanya berkembang setelah umur 20.
d. Stres
e. Kehamilan
f. Merokok
4. Gambaran klinis
Gejala dan tanda peningkatan metabolisme di segala sistem tubuh,
mungkin terlihat jelas. Peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan
kalori, karena itu masukkan kalori umumnya tidak mencukupi kebutuhan
sehingga berat badan menurun. Peningkatan metabolisme pada sistem
kardiovaskuler terlihat dalam bentuk peningkatan sirkulasi darah dengan
penambahan curah jantung sampai 2-3 kali normal, juga dalam istirahat.
Irama nadi naik dan tekanan denyut bertambah sehingga menjadi pulses seler
dan penderita mengalami takikardi dan palpitasi. Beban miokard, dan
rangsangan persarafannya dapat meningkatkan kekacauan irama jantung
berupa fibrilasi atrium
Pada saluran cerna sekresi maupun peristalsis meningkat sehingga sering
timbul diare. Hipermetabolisme susunan saraf biasanya menyebabkan tremor,
penderita bangun di waktu malam dan sering terganggu mimpi yang tidak
karuan. Selain itu, penderita mengalami ketidakstabilan emosi, kegelisahan,
kekacauan pikiran dan ketakutan yang tidak beralasan yang sangat
mengganggu. Pada saluran nafas hipermetabolisme berupa dispnea dan
takipnea yang tidak terlalu mengganggu. Kelemahan otot biasanya cukup
mengganggu, demikian juga menoragia. Kelainan mata disebabkan oleh
reaksi autoimun pada jaringan ikat di dalam rongga mata. Jaringan ikat
dengan jaringan lemaknya menjadi hiperplasik sehingga bola mata terdorong
keluar dan otot mata terjepit. Akibat terjadi eksoftalmus yang dapat
menyebabkan rusaknya bola mata akibat keratitis. Gangguan faal otot mata
yang menyebabkan strabismus. Ata dapat dikatakan sebagai berikut :
a. Kecemasan
b. Iritabilitas
c. Sulit tidur
d. Kelelahan
e. Sebuah denyut jantung cepat atau tidak teratur
f. Getar yang baik tangan atau jari
g. Peningkatan keringat
h. Sensitivitas terhadap panas
i. Berat badan, walaupun asupan makanan normal
j. Rambut rapuh
k. Pembesaran kelenjar tiroid (gondok)
l. Perubahan siklus haid
m. Sering buang air besar
n. Kesulitan hamil
o. Kelemahan otot
Graves 'ophthalmopathy ringan ini dapat menyebabkan tanda-tanda dan
gejala:
a. Kelebihan robek dan sensasi grit atau pasir di salah satu atau kedua mata
b. Mata memerah atau meradang
c. Pelebaran ruang antara kelopak mata Anda
d. Pembengkakan pada kelopak dan jaringan di sekitar mata
e. Kepekaan cahaya
Kurang sering, Graves 'ophthalmopathy dapat menghasilkan serius ini tanda-
tanda dan gejala:
a. Borok pada kornea
b. Penglihatan ganda
c. Gerakan mata terbatas
d. Kabur atau dikurangi visi
Graves 'dermopathy Sebuah tanda jarang penyakit Graves adalah kemerahan
dan pembengkakan kulit, sering pada tulang kering dan di bagian atas kaki
Anda, yang disebut Graves 'dermopathy.
5. Etiologi
a. Pada penderita graves terdapat sel limfosit T yang berlebihan dan sensitive
terhadap preparat tiroid (antige
Selain itu, dari sumber lain dijelaskan sebagai berikut :
Pemicu untuk auto-produksi antibodi tidak diketahui. Tampaknya ada sebuah
genetik predisposisi untuk penyakit Graves, menunjukkan bahwa beberapa
orang lebih rentan daripada orang lain untuk mengembangkan mengaktifkan
antibodi reseptor TSH karena penyebab genetik. HLA DR (terutama DR3)
tampaknya memainkan peran penting.
Sejak penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang muncul tiba-tiba, kerap
terlambat dalam hidup, adalah berpikir bahwa suatu virus atau bakteri infeksi
dapat memicu silang antibodi yang bereaksi dengan reseptor TSH manusia
(fenomena yang dikenal sebagai antigen mimikri, juga terlihat di beberapa
kasus diabetes tipe I).
Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah bakteri Yersinia enterocolitica
(sepupu Yersinia pestis, agen pes). Namun, meskipun ada bukti tidak
langsung struktural kesamaan antara bakteri dan reseptor Thyrotropin
manusia, adalah bukti-bukti penyebab langsung terbatas. Yersinia tampaknya
tidak menjadi penyebab utama penyakit ini, tetapi dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan tiroid autoimun yang timbul karena alasan lain
dalam rentan secara genetik individu. Hal ini juga telah diusulkan bahwa Y.
enterocolitica infeksi bukan penyebab tiroid auto-imun penyakit, melainkan
hanya merupakan dikaitkan kondisi; dengan keduanya memiliki kerentanan
Warisan bersama. Lebih baru-baru ini peran Y. enterocolitica has been
disputed. Enterocolitica telah diperdebatkan.
6. Patofisiologi
Antigen IgG reseptor TSH
Merangsang fungsi tiroid tanpa tergantung pada TSH hipofisis
Penyakit graves
Hipertiroid
Mitokondria bengkak secara tidak teratur
peningkatan hipermetabolisme & nafsu makan pening rangsang simpatis
proses posporilasi oksidasi peristaltik sal. cerna meningkatenergy yang dilepas tidak tersimpan mual, muntah, diareefisien dalam ikatan energy : ATP
BB turunmeningkatkan konsumsi O2
meningkatkan panas diaphoresis perubahan nutrisi
kalorigenesis perubahan kenyamanan
katabolisme protein otot skelet
otot lemah
kelelahan
intoleran aktivitas
Hipertiroid
Hipermetabolisme hyperplasia otot ekstraokuler & peningk. Rsg simpatis
Gang. Faal otot ekstraokularPeningkatan sirkulasi darah
eksoftalmusmeningkatkan aliran darah
menarik saraf optic kelopak mata tidak beban jtg meningkat dapat menutup sempurna
ggn. Penglihatanpalpitasi, bradikardia kerusakan itegritas jar.
Diplopia korneapenurunan CO
permukaan epitel mata kering Pening. Stimulasi SSP
Mudah iritasi/infeksiTremor eksitasi pada sinaps mening. Kec. Berpikir
Resiko cedera pening. RAS disosiasi berlebihan
Klien siaga kecemasan yg berlebihan
Gangguan tidur
Penyakit Graves adalah autoimmune disorder, di mana tubuh menghasilkan antibodi
terhadap reseptor untuk thyroid-stimulating hormone (TSH). (Antibodi untuk
thyroglobulin dan ke hormon tiroid T3 dan T4 juga mungkin dihasilkan.). Antibodi ini
menyebabkan hipertiroidisme karena mereka mengikat reseptor TSH dan kronis
merangsang itu. TSH reseptor yang dinyatakan pada sel-sel folikel kelenjar tiroid (sel-sel
yang menghasilkan hormon tiroid), dan hasil dari rangsangan kronis adalah abnormal
produksi yang tinggi dari T3 dan T4. Hal ini pada gilirannya menyebabkan gejala klinis
hipertiroidisme, dan pembesaran kelenjar tiroid terlihat sebagai gondok. Para infiltrative
exophthalmos yang sering dijumpai telah dijelaskan oleh mendalilkan bahwa kelenjar
tiroid dan otot extraocular berbagi antigen umum yang diakui oleh antibodi. Antibodi
mengikat ke otot extraocular akan menyebabkan pembengkakan di belakang bola mata.
Yang "kulit jeruk" kulit telah dijelaskan oleh antibodi infiltrasi di bawah kulit,
menyebabkan reaksi peradangan dan plak fibrosa berikutnya. Ada 3 jenis autoantibodies
ke reseptor TSH saat ini diakui:
a. TSI, tiroid merangsang immunoglobulin : ini antibodi (terutama IgG) bertindak
sebagai LATS (Long Acting Thyroid Stimulan), mengaktifkan sel-sel dalam cara
yang lebih lama dan lebih lambat daripada TSH, yang mengarah kepada peningkatan
produksi hormon tiroid.
b. TGI , Thyroid growth immunoglobulins: antibodi ini mengikat secara langsung ke
reseptor TSH dan telah terlibat dalam pertumbuhan folikel tiroid.
c. TBII , Thyrotrophin Binding-Inhibiting Immunoglobulins: antibodi ini menghambat
penyatuan normal TSH dengan reseptornya. Beberapa akan benar-benar bertindak
seolah-olah mengikat TSH itu sendiri ke reseptornya, sehingga merangsang fungsi
tiroid. Jenis lain dapat tidak merangsang kelenjar tiroid, tetapi akan mencegah TSI
dan TSH dari mengikat dan merangsang reseptor.
Efek lain hipertiroidisme adalah hilangnya tulang dari osteoporisis, disebabkan oleh
peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor dalam air seni dan tinja. Efek dapat
diminimalkan jika hipertiroidisme diobati dini. Tirotoksikosis dapat juga meningkatkan
tingkat kalsium dalam darah sebanyak 25%. Hal ini dapat menyebabkan sakit perut,
buang air kecil yang berlebihan, dan gangguan fungsi ginjal.
7. Komplikasi
a) Masalah jantung. Beberapa komplikasi yang paling serius dari hipertiroidisme
melibatkan hati. Hal ini termasuk cepat denyut jantung, gangguan irama jantung yang
disebut atrial fibrilasi dan gagal jantung kongestif - suatu kondisi dimana jantung
Anda tidak dapat bersirkulasi cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda.
Komplikasi ini umumnya reversibel dengan pengobatan yang tepat.
b) Rapuh tulang. Hipertiroidisme yang tidak diobati juga bisa menyebabkan lemah,
rapuh tulang (osteoporosis). Kekuatan tulang Anda tergantung, sebagian, pada jumlah
kalsium dan mineral lainnya yang dikandungnya. Terlalu banyak hormon tiroid
mengganggu kemampuan tubuh Anda untuk memasukkan kalsium ke dalam tulang
Anda.
c) Thyrotoxic krisis. Hipertiroidisme juga menempatkan Anda pada risiko krisis
thyrotoxic - intensifikasi tiba-tiba dari tanda-tanda dan gejala, yang menyebabkan
demam, denyut nadi cepat dan bahkan delirium. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi
jika hal itu terjadi, segera mencari perawatan medis.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Graves termasuk antitiroid obat-obatan yang mengurangi produksi
hormon tiroid, radioiodine (radioaktif iodin saya-131), dan tiroidektomi (bedah eksisi
kelenjar). Sebagai beroperasi pada pasien hipertiroid sejujurnya berbahaya, sebelum
sebelum operasi tiroidektomi antitiroid perawatan dengan obat-obatan diberikan untuk
membuat pasien "euthyroid" (yaitu normothyroid).
Bahkan kemudian, setelah penghentian obat-obatan, negara yang hipertiroid dapat
kambuh. Efek samping dari obat antitiroid termasuk pengurangan fatal di tingkat sel
darah putih. Terapi dengan radioiodine adalah pengobatan yang paling umum di Amerika
Serikat, sementara antitiroid obat-obatan dan / atau tiroidektomi lebih sering digunakan di
Eropa, Jepang, dan sebagian besar dunia.
a) Obat antitiroid
Thionamides, terdiri atas :
Propythiouracil (PTU) : tablet 100 mg
Methimazole : tablet 5, 10 mg
Carbimazole
Methylthiouracil
Efek samping
Agranulositosis
Papular rash, arthralgia
Indikasi
Pengobatan hipertiroidisme
d) terapi definitif Grave’s disease
e) thyroid storm
f) supresi sebelum pembedahan
Supresi TSH pada non toxic goiter
b. Radioaktif iodine
Indikasi :
Hipertiroidisme : pada pasien tua
Grave’s disease : peristen, relaps, gagal terapi setelah tirroidektomi
Toxic medular goiter
Karsinoma tiroid metastatik
Diagnostik nodul tiroid (panas, hangat, dingin)
Kontraindikasi :
Kehamilan
Pasien usia muda
ophthalmopathy (relative; itu dapat memperburuk penyakit mata tiroid)
sendirian nodul.
Sediaan :
NaI131 kapsul untuk oral
Solution untuk IV
Efek samping :
Resiko perubahan neoplastik
Hipotiroidisme
Dosis : 0,03 mcg I131 dosis tunggal
Kerugian dari perawatan ini adalah insiden tinggi hipotiroidisme (hingga 80%)
hormon tiroid akhirnya membutuhkan suplemen dalam bentuk pil setiap hari (s).
Yodium radio-tindakan pengobatan perlahan-lahan (selama bulan sampai tahun)
untuk menghancurkan kelenjar tiroid, dan penyakit Graves hipertiroidisme terkait
tidak disembuhkan dalam semua orang oleh radioiodine, tetapi mempunyai tingkat
kambuh yang bergantung pada dosis yang dikelola radioiodine.
c. Pembedahan
Semua kelenjar tiroid akan dihapus. Dalam kebanyakan kasus, orang-orang yang
telah menjalani operasi untuk Graves 'Penyakit akan mengembangkan tiroid kurang
aktif (hipotiroidisme, kebalikan dari hipertiroidisme), dan harus mengambil
penggantian hormon tiroid seumur hidup mereka.
Keuntungan adalah: segera menyembuhkan dan menghilangkan potensi
karsinoma. Risiko cedera dari laringeus rekuren saraf, Hipoparatiroidisme (akibat
pengangkatan kelenjar paratiroid), hematoma (yang dapat mengancam hidup jika
menekan trakea) dan jaringan parut. Pengangkatan biopsi kelenjar lengkap
memungkinkan untuk dilakukan untuk memiliki bukti yang pasti kanker di mana pun
di tiroid (Jarum biopsi tidak begitu akurat memprediksi keadaan jinak tiroid). Tidak
ada perawatan lebih lanjut tiroid diperlukan, kecuali kanker terdeteksi. Radioiodine
perawatan dapat dilakukan setelah pembedahan, untuk memastikan bahwa semua sisa
(berpotensi kanker) sel tiroid (yaitu, dekat saraf ke pita suara) dihancurkan. Selain itu,
satu-satunya yang tersisa akan Synthroid perawatan, atau penggantian tiroid pil yang
akan diambil untuk sisa hidup pasien.
Kerugian adalah sebagai berikut. Seorang bekas luka dibuat di leher tepat di atas
garis tulang leher. Namun, bekas luka sangat tipis, dan akhirnya bisa surut dan
muncul sebagai tidak lebih dari satu lipatan di neck.Patient dapat menghabiskan
malam di rumah sakit setelah operasi, dan menanggung efek dari total anestesi (yaitu,
muntah), serta seperti sakit tenggorokan, suara serak, batuk dari memiliki tabung
pernapasan menempel di tenggorokan selama operasi.
d. Perlakuan terhadap penyakit mata
Kasus ringan diobati dengan tetes mata pelumas atau non steroid
antiinflammatory tetes. Kasus yang parah mengancam visi (kornea paparan atau
Optic Nerve kompresi) yang diobati dengan steroid atau dekompresi orbital. Dalam
semua kasus penghentian merokok sangat penting. Penglihatan ganda dapat diatasi
dengan kacamata prisma dan pembedahan (yang terakhir hanya ketika proses telah
stabil untuk sementara waktu). Kesulitan menutup mata dapat diobati dengan gel
pelumas pada malam hari, atau dengan selotip di mata untuk mengaktifkan penuh,
dalam tidur. Dekompresi orbital dapat dilakukan untuk memungkinkan mata melotot
untuk mundur kembali ke dalam kepala. Dihapus dari tulang tengkorak di belakang
mata, dan ruang dibuat untuk otot dan jaringan lemak untuk jatuh kembali ke dalam
tengkorak.
Operasi kelopak mata dapat dilakukan pada bagian atas dan / atau menurunkan
kelopak mata untuk membalikkan efek Graves pada kelopak mata. Otot-otot kelopak
mata dapat menjadi erat dengan Graves, sehingga tidak mungkin untuk menutup mata
sepanjang jalan. Operasi kelopak mata melibatkan sayatan sepanjang lipatan alami
kelopak mata, dan menggoreskan menjauh dari otot yang memegang kelopak mata
terbuka. Hal ini membuat otot lemah, yang memungkinkan untuk memperluas
kelopak mata atas bola mata secara lebih efektif. Pembedahan kelopak mata
membantu mengurangi atau menghilangkan gejala mata kering
b) GOITER
1. Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat memiliki fungsi
kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid (hipotirotdisme) atau kelebihan
produksi hormon (hipetroidisme).
2. Klasifikasi Goiter
a. Goiter congenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering
terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat, dekompensasi
dan kipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada
populasi yang tinggal disepanjang laut.
c. Goiter sporadic
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditisxx fositik yang terjadi
lazim pada saudara kandung, di mulai pada awal kehidupan dan kemungkinan
bersama dengan hiperrvoidisme yang merupakan petunjuk penting untuk diagnosa.
Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
1) Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanyakeras dan membesar secara difus, dan
pada beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.
2) Goiter sederhana (Goiter kollotd)
Yang tidak diketahui asal-muasalnya. Pada pasien bistokgis tirord tampak normal
atau menunjukan berbagai ukuran follikel, koloid dan efitel pipih.
3) Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau bsnyak nodulus yang
dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
d. Goiter intra trakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mokusa trakhes dan sering berlanjut dengan tiroid
extratrakea yang terletak secara normal.
Klasifikasi Goiter menurut WHO :
a. Stadium O-A: tidak ada Goiter.
b. Stadium O-B: Goiter terdeteksi dari Palpasi tetapi tidak terlihat walaupun leher tereks
tensi penuh.
c. Stadium I : Goiter Palpasi dan terlihat hanya jika leher terkstensi penuh
d. Stadium II : Goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
e. Stadium III: Goiter yang besar terlihat dari Darun.
3. Tanda dan Gejala
a. Kelainan fisik (asimetris leher )
b. Saat goiter tumbuh terjadi sesak napas, serak atau nyeri pada palpasi
c. Batuk, stridor
d. Dapat disertai hipotirirodisme
4. Etiologi
a. Defisiensi Yodium.
b. Peningkatan sekresi hormone tirotropik kelenjar pituitary dalam responnya terhadap
penurunan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi
c. Proses infiltrative yang dapat berupa radang atau neoplastik
d. Tiroiditis rumfositik
e. Pemberian lithium karbonal dan gotor darum
f. Rangsangan goitrogenik ringan berlangsung lama
5. Patofisiologi dan penyimpangan KDM
Defisinesi Yodium Obat antitiroid anomaly
peradangan & tumor
Kapasitas kelenjar tiroid
Sekresi hormone tiroid terganggu Menekan sekresi hormone tiroid
Produksi T3, T4 & kalsitonin turun Sekresi TSH tidak adekuat
karbon hormone tiroid dalam darah turun
Mekanisme umpan balik negative
Produksi hormone
Tiroglobulin meningkat Pelepasan TSH oleh kel.hipofisi meningkat
Peningkatan aktivitas kel.tiroid untuk Peningkatan TSH sekresi hormon
Kelainan kel.tiroid Hipertropi/hyperplasia folikel kel.tiroid
Mempengaruhi organ sekitarnya
Bila ke arah luar
Terbentuknya benjolan yang akan bertambah besar
Perubahan bentuk leher (leher bertambah besar simetris/asimetris)
Perubahan status kesehatan Gangguan konsep diri
Kecemasan
Kesalahan interpretasi
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Mempengaruhi organ sekitar
Bagian posterior medial dari kelenjar tiroid
Berlebihan/kompresi
Trachea Oesophagus Pita suara
Saluran nafas Sal.pencernaan bagian atas Suara jadi serak & parau
Obstuksi Kesulitan menelan disfagia Resti gangguan komnukiasi verbal
Jalan nafas Perubahan nutrisi kurang Perubahan status kesehatan
Tidak efektif dari kebutuhan
Kecemasan
6. Terapi farmako & non farmakoa. Farmako
1) Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : goiter
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement
regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/
m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi
setiap 8 jam.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala,
ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambat
oksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin.
Resiko khusus : Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena
PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
2) Methimazole
Nama generik : methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara
0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk dewasa:
ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15
mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung,
edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan
myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)
3) Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : goiter
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada
kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai
blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan
tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian
disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala,
ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui.
4) Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : goiter
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40
mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah
fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis
pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada
kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
2. Non farmako
Terapi hormone tyroid diberikan untuk mengurangi aktivitas kelenjara tyroid dan
produksi trioglobulin,. Jika terdapat gejala hipotyridisme hormone tyroid harus
diresepkan. Tindakan beda diperlukan jika gejala penekan tetap ada
c) THYROIDITIS
1. Defenisi
Tyroiditis merupakan inflamasi kelenjar tyroid, keadaan ini bisa bersifat akut, subakut,
atau kronis masing-masing tipe ditandai oleh inflamasi fibrosis atau infiltrasi limfositik
pada kelenjar tyroid.
a. Tyroiditis akut, tyroiditis akut merupakan kelainan langka yang disebabkan infeksi,
bakteri, jamur, mikobakteri atau parasit pada kelenjar tyroid. Secara khas, penyakit
ini menyebabkan rasa nyeri serta pembengkakan leher bagian anterior, panas,
dispagia, dan disfonia. Faringitis atau gejala sakit leher sering ditemukan.
Pemerikasaan dapat menunjukan rasa hangat, eritema(kemerahan), nyeri tekan pada
kelenjar tyroid. Terapi tyroiditis akut mencakup pemberian preparat antibiotic dan
penggatian cairan. Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tyroiditis subakut, dapat berupa tyroiditis glandulomatosa subakut atau tyroiditis
tanpa nyeri. Tyroiditis ini sering terjadi setelah infeksi respiratorius. Kulit diatasnya
sering tampak kemerahan dan terasa hangat. Terapi yang digunakan bertujuan untuk
mengendalikan inflamasi. Secara umum, preparat anti inflamasi non streroid
(NSAID) digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada leher. Penggunaan asam asetil
salisilat (aspirin) perlu dihindari bila gejala hipertiroiditsme timbul karena aspirin
akan mengusir hormone tyroid dari tempat pengikatannya hingga meningkatkan
jumlah hormon dalam darah
c. Tyroiditis kronik (tyroiditis hasimoto)
Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun) adalah peradangan kelenjar tiroid yang
sering menyebabkan hipotiroidisme dimana Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh
melawan dirinya sendiri dalam suatu reaksi autoimun, membentuk antibodi yang
menyerang kelenjar tiroid. Penegakkan diagnosisnya dilakukan berdasarkan
gambaran histologis kelenjar tyroid yang mengalami inflamasi.tujuan terapi yang
digunakan adalah untuk mengurangi ukuran kelenjar tyroid dan mencegah
hipotyroidisme. Terapi hormone tyroid diberikan untuk mengurangi aktivitas
kelenjara tyroid dan produksi trioglobulin,. Jika terdapat gejala hipotyridisme
hormone tyroid harus diresepkan. Tindakan beda diperlukan jika gejala penekan tetap
ada.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pada tyroiditis subakut terjadi kelainan inflamasi pada kelenjar tyroid yang terutama
menyerang wanita berusia 40 hingga 50 tahun (sakiama, 1993). Kelaianan ini ditemukan
sebagai pembengkakan yang nyeri pada bagian leher anterior dan berlangsung selama
satu atau dua bulan dan kemudian menghilang spontan tanpa gejala sisa. Sedangkan pada
tyroiditis kronis paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun.
Predisposisi genetic tampaknya merupakan faktor yang bermakna dalam menyebabkan
penyakit kronis ini. Jjika tidak diobati, tyroiditis kronis akan berjalan lambat, tetapi
progres sehingga akhirnya akan terjadi hipityroidisme.
3. Gejala
Gejala yang ditimbulakan pada tyroiditis akut ialah menimbulkan rasa hangat, iritema
(kemerahan) dan nyeri tekan pada kelenjara tyroid. Sedangkan pada tyroiditis subakut
gejala yang timbul biasanya kesulitan menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman.
Iritabilitas, kegeglisahan, insomnia, dan penurunan berat badan. Banyak juag ditemukan
gejala demam dan menggigil. Pada tyroiditis kronis gejala yang dapat timbul adalah
sering dimulai dengan pembesaran kelenjar tiroid yang tidakmenimbulkan nyeri atau rasa
penuh di leher. Jika diraba, kelenjar terasa membesar, teksturnya seperti karet tetapi tidak
lembut; kadang terasa berbenjol-benjol. 20% penderita memililki kelenjar tiroid yang
kurang aktif, sisanya memiliki kelenjar yang berfungsi normal. Banyak penderita yang
juga memiliki kelainan endokrin lainnya (seperti diabetes (kencing manis), kelenjar
adrenal yang kurang aktif atau kelenjar paratiroid yang kurang aktif) dan penyakit
autoimun lainnya (misalnya anemia pernisiosa, artritis rematoid, sindroma Sj?gren atau
lupus eritematosus sistemik). EDIT
4. Etiologi
a. Pengobatan terhadap penyakit Graves
b. Rendahnya kadar hormone tiroid yang disebbakan oleh antibody yang menghambat
pembentukan hormone tiroid
c. Infeksi virus
d. Autoimun
e. Otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tirod. Hal
ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat
umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi
tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini.
5. Patofisiology dan penyimpangan KDM
Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang
disebut dengan nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang
terlokalisir pada tiroid. Kelenjar tiroid menjadi lunak dan biasanya timbul demam yang
tidak terlalu tinggi (37,2-38,3?elsius). Nyeri bisa berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya,
menyebar ke rahang dan telinga dan terasa lebih nyeri jika penderita menggerakkan
kepalanya atau jika penderita menelan. Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu
penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut nyeri tenggorokan, meskipun
sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid. Penyakit ini seringkali
terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut nyeri
tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid.
Peradangan biasanya menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon
tiroid, sehingga terjadi hipertiroidisme, yang hampir selalu diikuti oleh hipotiroidisme
sementara. Banyak penderita yang merasakan kelelahan yang luar biasa
6. Terapi
a. Farmakologi
1) Metimazol (tapazole).
Adapun mekanisme kerja:
menghambat transformasi yodium inorganik menjadi yodium organik. Tiroksin
tak dapat dibentuk tanpa yodium organic. Juga menghambat perangkaian
iodotirosin. Tidak ada efek klinis yang diamati selama beberapa hari.
Indikasi:
Agen antitiroid. Mengendalikan hipertiroid sampai pembedahan atau terapi I131 .
terapi obat jangka panjang untuk menghindari pembedahan atau terap I131. Kira-
kira separuh pasien akan tetap eutiroid jika abat dihentikan setelah penggunaan
lama.
Efek samping:
hipotiroid sementara (obati dengan tiroksin), agranulositosis, ruam, tiroid
hiperplastik. Tidak di berikan pada wanita yang mungkin hamil dalam wak 3
tahun. Menghancurkan tiroid janin. sakit kepala, vertigo, mual muntah,
konstipasi, nyeri lambung, edema.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil
Bentuk sediaan:
Tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai :
untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari).
maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari;
hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Resiko khusus :
pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression,
kehamilan.
Farmakokinetik:
PO. Diekskresi dalam urin. Sesuia dosis pada pasien dengan insufisiensi ginjal
Catatan:
yang perlu diperhatikan bahwa terapi memerlukan ketaatan pasien yang baik dan
pementauan ketat oleh tenaga medis.
2) Propiltiourasil (PTU).
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi :
Hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh
diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai :
Untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8
jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme
berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari;
dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk
orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping :
Ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat:
Menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan
menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin.
3) Yodium/yodida
Mekanisme kerja:
Menghambat pelepasan tiroksin dari kelenjar tiroid. Efek lebih cepat (1-3 hari)
tapi lebih lemah daripada metimazol atau PTU. Berguna untuk dua minggu, lalu
kelenjar beradaptasi dan mulai kembali sekresi tiroksin.
Indikasi:
Terapi tambahan digunakan bersama obat-obat yang tertera diatas. Membuat
pemulihan cepat pada pasien yang sakit berat. Digunakan untuk devaskularisasi
kelenjar tiroid sebelum tiroidektomi.
Efek samping:
Menyebabkan folikulitis dan demam.
Farmakokinetik:
PO/IV. Pemeberian IV menyebabkan efek yang lebih cepat.
4) Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi :
Blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa
menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai :
30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20
mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement
regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping :
Ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus :
Penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al,
2006).
5) Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai :
Untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10
mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8
minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping :
Alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
b. Non farmakologi
Terapi hormone tyroid diberikan untuk mengurangi aktivitas kelenjara tyroid dan
produksi trioglobulin,. Jika terdapat gejala hipotyridisme hormone tyroid harus
diresepkan. Tindakan beda diperlukan jika gejala penekan tetap ada.
ASUHAN KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DILEHER
1. Asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroidisma !
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,
Kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat.
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3) Eliminasi
Gejala : Urine dalam jumlah banyak. Perubahan dalam feses : diare.
4) Integritas Ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
5) Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak. Nafsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan. Mual dan Muntah:
Tanda : Pembesaran tirod, goiter. Edema non pitting terutama daerah pretibial
6) Neurosensori
Tanda : Bicaranya cepat dan parau. Gangguan status mental dan perilaku
seperti bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis,
stupor, koma. Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak-sentak. Hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotofobia
8) Pernapasan
Gejala : Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea. Dispnea. Edema paru
(pada krisis tirotoksikosis)
9) Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan. Alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan)
Tanda : Suhu meningkat diatas 37,4ºC, diaphoresis. Kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus. Eksoftalmus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair. Pruritis, lesi eritema (sering terjadi
pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
Tanda : Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten
b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada
leher,penekanan trahea
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi
3) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan), mual dan muntah.
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
5) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7) Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
c. Perencanaan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada
leher,penekanan trahea:
Tujuan : Menunjukkan pola napas yang efektif
Kriteria hasil : Dalam 3 x 24 jam,pasien:
-RR = 16 -20x mnt
-Ekspansi dada simetris
-Tdk menggunakan otot bantu napas
Intervensi :
a) Pantau frekwensi pernafasan,kedalaman,dan kerja pernafasan
Rasional : Mengetahui adanya gangguan pernapasan
b) Posisikan klien agar leher tidak tertekuk /posisikan semi ekstensi atau ekstensi
pada saat beristirahat
Rasional : Menghindari terjadinya penekanan pada jalan nafas unutk
meminimalkan penyempitan jalan nafas
c) Ajarkan klien tehnik nafas dalam
Rasional: Untuk menstabilkan pola nafas
d) Kolaborasi untuk tindakan operasi
Rasional : Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi utamanya pernafasan
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energi, menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan
aktivitas.
Intervensi :
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat takikardia
(diatas 160 x/m) mungkin akan ditemukan.
b) Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
Rasional : Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan
hipermetabolik yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan
aktivitas.
c) Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan
stimulasi sensori, warna-warna yang sejuk dan music santai.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif dan insomnia.
d) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istrahat
ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan.
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism.
e) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage,
bedak yang sejuk.
Rasional : Dapat menurunkan energy dalam saraf yang selanjutnya
meningkatkan relaksasi.
f) Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang seperti
membaca, mendengarkan radio dan menonton televise.
Rasional : Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruksi
dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
g) Hindari membicarakan topic yang menjengkelkan atau yang mengancam
pasien. Diskusikan cara untuk berespon terhadap perasaaan tersebut.
Rasional : Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan
pasien mudah untuk terangsang, agitasi dan emosi yang berlebihan.
Kolaborasi :
h) Berikan obat sesuai indikasi
Sedatif untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif dan insomnia.
3) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
Nafsu makan baik,berat badan normal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a) Auskultasi bising usus
Rasional : Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung
yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah, kelemahan umum/nyeri, nyeri
abdomen.
Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi
insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria,
perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan (tanda asidosis metabolic).
c) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari dan
laporkan adanya penurunan.
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
d) Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga
makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah
dicerna.
Rasional : Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk
menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh
adanya hipermetabolik.
e) Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus (mis. teh,
kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (apel,
jambu).
Kolaborasi :
f) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein,
karbohidrat, dan vitamin.
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang
paling sesuai.
g) Berikan obat sesuai dengan indikasi :
Glukosa, Vitamin B Kompleks. R : Diberikan untuk memenuhi kalori yang
diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia. Insulin R : Dilakukan
dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata,
terbebas dari ulkus
Intervensi :
a) Observasi adanya edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata,
lapang pandang penglihatan yang sempit, air mata yang berlebihan. Catat
adanya fotofobia, rasa adanya benda diluar mata dan nyeri pada mata.
Rasional : Manifestasi umum dari stimulasi adrenergic yang berlebihan
berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung
sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
b) Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau
pandangan ganda (diplopia).
Rasional : Oftalmopati infiltratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan
jaringan retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari
otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. Munculnya gangguan
penglihatan dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan
perjalanan klinis penyakit.
c) Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup
dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata
dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
d) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada
indikasi.
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang
mana dapat memperberat eksoftalmus.
e) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
f) Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang
perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh untuk meningkatkan gambaran
diri.
Rasional : Bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak
menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan
kaca mata.
Kolaborasi :
g) Berikan obat sesuai dengan indikasi.
Obat tetes mata metilselulosa. R : Sebagai lubrikasi mata.
ACTH, prednison. R : Diberikan untuk menurunkan radang yang berkembang
dengan cepat.
Obat antitiroid. R : Dapat menurunkan tanda/gejala atau mencegah keadaan
yang semakin memburuk.
Diuretik. R : Dapat menurunkan edema pada keadaan ringan.
5) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi,
pasien tampak rileks.
Intervensi :
a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas.
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat
menimbulkan perasaan terancam, terror, ketidakmampuan untuk bicara dan
bergerak, berteriak-teriak.
b) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi,
insomnia.
Rasional : Peningkatan pengeluaran penyekat beta adrenergic pada daerah
reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormone tiroid, menimbulkan
manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar
epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.
c) Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau
menjawab kekuatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
Rasional : Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun
perasaan pasien diluar control, lingkungannya tetap aman.
d) Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar
oleh pasien.
Rasional : Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan
distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas atau
ketakutan.
e) Bicara singkat dengan kata yang sederhana.
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang,
yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
f) Kurangi stimulasi dari luar, tempatkan pada ruangan yang yang tenang, berikan
kelembutan, music yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi
jumlah orang yang berhubungan dengan pasien.
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik, menunjukan penerimaan
bahwa aktifitas unit/personal dapat meningkatkan ansietas pasien.
g) Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai
dengan perkembangan terapi obat.
Rasional : Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan itu
adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan.
Kolaborasi :
h) Berikan obat antiansietas (transquilizer, sedative) dan pantau efeknya. R : dapat
digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari
sekresi hormone tiroid yang berlebihan.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan criteria
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
Intervensi :
a) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan
pilihan berdasarkana informasi.
b) Berikan informasi yang tepat.
Rasional : Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi
yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
c) Identifikasi sumber stress.
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini.
d) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5
kemudian.
e) Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap
pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut.
Rasional : Obat antitiroid (baik sebagai terapi utama atau dalam persiapan untuk
tiroidektomi ), memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama untuk
menghambat produksi hormone. Agranulositosis merupakan efek samping yang
paling serius yang dapat terjadi dan obat alternative dapat diberikan ketika
masalah tersebut muncul.
f) Identifikasi tanda dan gejala awal yang memerlukan pengawasan ulang
terhadap pengobatan seperti demam, sakit tenggorok, dan adanya erupsi pada
kulit.
Rasional : Identifikasi dini reaksi toksik (terapi tiourea) dan intervensi awal
penting dalam pencegahan terhadap terjadinya agranulositosis.
g) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat.
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan, menurunkan kebutuhan
metabolism.
h) Tinjau kebutuhan untuk diet makanan dan tinjau ulang secara periodic
mengenai nutrisi ini, menghindari kopi, makanan dengan pengawet, makanan
dengan pewarna.
Rasional : Memberikan nutrien yang adekuat membantu keadaan
hipermetabolik. Zat iritatif dan zat yang menstimulasi harus dibatasi untuk
menghindari efek akumulasi sistemik.
i) Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur.
Rasional : Penting sekali untuk menentukan efektivitas dari terapi dan
pencegahan terhadap komplikasi fatal yang sangat potensial terjadi..
d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1) Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
2) Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy.
3) Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
4) Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari
ulkus.
5) Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
6) Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
5.Tujuan pembelajaran selanjutnya:
Setelah menyelesaikan tugas modul diharapkan dapat:
Menyebutkan penyakit penyakit yang memberikan gejala benjolan dileher
Dapat menjelaskan patomekanisme terjadinya penyakit – penyakit yang
berhubungan dengan gejala benjolan dileher:
- Menguraikan histology dan histopatologi dari organ hipotesa
Menjelaskan fisiologi sistem endokrin yang berhubungan dengan gejala benjolan
dileher
Menjelaskan tentang penatalaksanaan penyakit atau gangguan dengan benjolan di
leher secara farmakologi dan non- farmakologi
Menjelaskan tentang cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
benjolan dileher.
6.Infomasi tambahan
Gejala-gejala penyakit tiroid
Hipertiroidisme Hipotiroidisme
Denyut jantung yg cepat Denyut nadi yg lambat
Tekanan darah tinggi Suara serak
Kulit lembat & berkeringat banyak Berbicara menjadi lambat
Gemetaran Alis mata rontok
Gelisah Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai penambahan berat badan
Tidak tahan cuaca dingin
Sulit tidur Sembelit
Sering buang air besar & diare Penambahan berat badan
Lemah Rambut kering, tipis, kasar
Kulit diatas tulang kering menonjol & menebalKulit kering, bersisik, tebal, kasarKulit diatas tulang kering menebal & menonjol
Mata membengkak, memerah & menonjol Sindroma terowongan karpal
Mata peka terhadap cahaya Kebingungan
Mata seakan menatap Depresi
Kebingungan Demensia
KANKER TIROID
1. Bagaimana itu kanker tiroid
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan
leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme
tubuh. Karsinoma umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan
dan perjalanan penyakit yang lambat serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Namun
sebagian kecil adapula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal.
Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus
recurrent, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit.
Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen
biasanya di paru, tulang, otak dan hati.
2. Faktor resiko
Faktor resiko yang menyebabkan karsinoma tiroid adalah sebagai berikut:
a. Usia; terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia kurang lebih 45
tahun.
b. Sex; wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
c. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada karsinoma
ini.
d. Ras; ras Asia dan Kulit Putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi.
e. Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma nodosa
mengalami degenrasi maligna.
f. Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya menderita
karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah endemik goiter
umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
g. Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat
menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%.
3. Gejala Kanker Tiroid
a. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
b. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
c. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
e. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
f. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
4. Etiologi
Radiasi merupakan merupakan salah satu faktor resiko yang bermakna. Kurang lebih
25% orang yang mengalami radiasi pada usia muda kemudian timbul struma nodosa dan
kurang lebih 25% dari struma ini akan menjadi adenokarsinoma tiroid. Bila radiasi
tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 korelasinya kurang bermakna. Masa laten
mungkin lama sekali, sampai puluhan tahun seperti terlihat pada penduduk hiroshima dan
penderita lain yang mengalami radiasi pada lehernya dalam bentuk apappun.
Stimulasi TSH yang lama merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid.
Pemberian diet tanpa garam Jodium pada binatang percobaan, pemberian zat radioaktif
atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi STH meninngkat dan dalam jangka waktu
yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid (SOEKIMIN). Faktor lain yang dijuga
dilaporkan berhubungan dengan terdinya karsinoma tiroid adalah jenis kelamin dan
kelainan benigna pada tiroid.
5. Patofisiologi dan penyimpangan KDM
Mengenai perjalanan penyakit dapat dilihat untuk berbagai jenis karsinoma tiroid.
Menurut Mc Kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang
dipakai untuk pelaksanaan sehari-hari, yaitu:
a. Karsinoma Tiroid Papilar
Tipe ini yang palng banyak ditemukan sekitar 60-70% dari ke empat tipe di atas.
Umumnya tipe ini tumbuh lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum
menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid,
prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total.
Termasuk golongan yang berdiferensiasi baik. Biasanya terdapat pada usia kurang
dari 40 tahun dan wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada pria. Diagnosis
biasanya dapat ditegakkan dengan biopsi jarum halus dan pemeriksaan sitologi.
Gambaran histopatologik karakteristik adalah ditemukan struktur papiler dan sel-sel
ganas yang uniform baik ukuran maupun intinya. Kadang-kadang tipe ini disertai
adanya folikuler di tengah-tengah struktur yang papiler. Penyebaran terutama melalui
sistem getah bening yang mula-mula ke kelenjar regional. Dapat juga bermetastase
jauh ke paru-paru, tulang. Biasanya terdapat multisentris atau bilateral. Tumor primer
atau recurent dapat menginfiltrasi trakhea atau esophagus sehingga menimbulkan
gejala obstruksi. Occult papilary carcinoma hanya diketahui secara kebetulan waktu
operasi karena ukuran yang kecil, yaitu <> 40 tahun. Lebih sering unilateral daripada
bilateral.
b. Karsinoma Tiroid Folikular
Gambaran histopatologi menunjukkan struktur kelenjar. Penyebaran terutama melalui
sistem vaskuler (hematogen), matastase jauh ke tulang, alat-alat viscera seperti hati
dan paru. Jarang ke kelenjar getah bening regional. Kemungkinan untuk mengalami
transformasi menjadi akarsinoma anaplastik dua kali lebih besar dibandingkan
karsinoma papiler. Diagnosa jenis folikuler didasarkan pada ada atau tidaknya invasi
sel tumor ke kapsul tiroid atau pembuluh darah.
Karakteristik dari tipe ini adalah terjadi pada usia 40-60 tahun, wanita lebih sering
daripada pria, tumor soliter dan berkapsul, pada orang-orang yang terpajan sinar
radiasi, menginvasi struktur vaskuler dan penyebaran biasanya melalui hematogen ke
paru, hati, tulang, badder, otak dan kulit. Dapat melekat/menempel di trakea, otot
leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta
disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi
serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa
ditetapkan.
Pembedahan untuk jenis karsinoma ini adalah lobektomi total pada sisi yang terkena.
Juga karena sel karsinoma ini menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131
dapat digunakan dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang
digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor.
c. Karsinoma Tiroid Medular
Sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun). Berasal dari sel c atau parafolikuler
kelenjar gondok yang banyak mengandung amiloid, yang merupakan sifat khasnya.
Juga mengeluarkan kalsitonin yang dapat diukur dengan radioimmunoassay yang
dapat digunakan untuk screening atau follow up studi dari penyakit ini. Di samping
itu, ACTH, prostaglandin, dan histamin. Disebut juga karsinoma solidum karena jenis
ini keras seperti batu. Sering didapatkan bersamaan dengan penyakit atau gangguan
hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid, pheokromositoma. Tipe ini bersifat
familier dan herediter. Penyebaran melalui sistem getah bening, tidak berhubungan
dengan riwayat radiasi, sering residitif dan bisa dipantau melalui kadar kalsitonin
darah. Prognosis buruk bila usia > 50 tahun, pria, terdapat metastase dan bila ada
tumor kelenjar endokrin lain yang menyertai. Bentuk-bentuk kelainan klinis tipe
medulare:
1) sporadic, 80% dari tipe medulare. Biasanya unilateral dan tidak berhubungan
dengan kelainan di organ endokrin lain. Onset pada 40-60 tahun. Wanita:pria =
3:2 dan dapat disertai diare.
2) MEN II-A (SIPPLE SINDROM) yaitu karsinoma medulare bilateral,
hiperparatiroid. Sindrom ini berhubungan dengan adanya defek pada genetik.
Puncak onset yaitu pada usia 30 tahun-an. Wanita dan pria sama insidennya.
3) MEN II-B yaitu karsinoma medulare, pheokromositoma, ganglioneuroma pada
mukosa dan habitus marfanoid. Berhubungan dengan defek genetic juga.
Biasanya muncul pada usia 30 tahun-an. Wanita dan pria sama insidennya.
d. Karsinoma Tiroid Anaplastik.
Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Dalam beberapa pekan atau bulan
sudah menyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa
gejala obstruksi pernapasan atau obstruksi esofagus. Keadaan umum cepat menurun
dan tumor cepat mengadakan metastase jauh. Sering disertai rasa nyeri dan nyeri alih
ke daerah telinga dan suara dapat menjadi serak karena ada infiltrasi ke nervus
rekurens, sering juga menyebabkan disfagia dan dispnea.
Tipe ini secara histopatologi terdiri dari anaplastikspindle cell, giant cell dam small
cell. Banyak ditemukan mitosis dan penyebaran melalui sistem getah bening. Pada
beberapa keadaan, jenis ini berasal dari karsinoma jenis papiler yang tidak diobati
atau karsinoma papiler yang sudah diobati dengan radiasi. Karakteristik dari tipe ini:
1) Rasio wanita lebih besar dibanding pria (2:1)
2) Sangat jarang pada anak
3) Onset pada usia <65> 60 tahun
4) Riwayat radiasi leherJenis kelamin pria dengan nodul soliter.
5) Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar
6) Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa
sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi
metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHs untuk menilai fungsi tiroid.
2) Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin
dan VMA.
b. Radiology
1) foto polos leher AP dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan posisi
leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2) Dilakukan pemeriksaan foto thorax PA untuk menilai ada tidaknya metastase dan
pendesakkan trakea.
3) Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke
esophagus.
4) Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke
tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk mengevaluasi
staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase
terjadi.
b) Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara klinis
belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran KGB. Di
samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat
dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan FNAB.
c) Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take I 131 maka pemeriksaan scanning ini
dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.
Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
1) Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
2) Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti nodul
soliter.
3) Memperlihatkan retrosternal struma
4) Mencari occul neoplasma pada tiroid.
5) Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
6) Mengindentifikasi ektopik tiroid
Hipotiroidisme
1. Pengertian hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon
tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini
kadang-kadang disebut miksedema.
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh
Kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya _ hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis
hipotiroidisme tersier
a. Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktifm
atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
a. Sekunder : kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau
kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)
2. Gejala
Gejala pada bayi baru lahir.
Gejala-gejalanya jarang terlihat saat lahir. Kapan munculnya gejala dan berat ringannya
hipotiroid tergantung pada fungsi kelenjar tiroid bayi. Gejala yang bisa diamati:
a. Pada bulan-bulan pertama kelahiran, nafsu makan (menyusu) rendah dan sering tersedak
saat menyusu. Berat dan tinggi badan tidak menaik, sembelit, susah bernafas, tangis
parau, kuning, dan lesu. Perut bayi bisa membengkak dan pusatnya bodong. Kulitnya
terasa dingin dan burik. Kelamin, tangan, dan kaki tampak membengkak.
b. Tanda-tanda berikutnya kulit kering dan berkerak, lambatnya pertumbuhan
rambutdankuku, dan terlambat tumbuh gigi. Pertumbuhan bayi seperti berhenti. Jari
tangandankakinya lebih pendek dibanding anak sehat.Kepala anak terliha tmembesar dan
lidah tampak bengkak.
Jika hipotiroid terjadi setelah anak berusia 3 tahun, keterbelakangan mental biasanya tidak
terjadi. Namun jika tidak ditangani akan menghambat pertumbuhan fisik maupun fungsi
seksual. Gejala-gejalanya:
a. Gejala awal bisa berupa perubahan perilaku, perubahan prestasi belajar, dan sakit perut
yang menetap. Gejala ini lebih tampak pada anak yang orangtua atau saudaranya juga
mengalami gangguan tiroid.
b. Ada kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh, namun tidak separah jika
hipotiroid terjadi saat bayi. Perkembangan seksual terganggu, masa puber terlambat, dan
wajah pun terlihat lebih muda dibanding usianya. Anak mengalami pertambahan berat
namun pada kecepatan yang lebih rendah
Hipotiroid pada anak dan remaja juga ditangani dengan hormon tiroid sintetik. Dengan
penanganan yang benar, berat dan tinggi anak akan menyamai anak sebayanya yang sehat.
Penanganan ini juga mesti dilakukan seumur hidup.
Gejala-gejala hipotiroid secara umum
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tak kentara. Mereka adalah tidak spesifik (yang
berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah
seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak
mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata
ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan
suatu perlambatan metabolisme tubuh. Gejala-gejala umum didaftar dibawah:
a. Kelelahan
b. Depresi
c. Kenaikkan berat badan yang sedang
d. Ketidaktoleranan dingin
e. Ngantuk yang berlebihan
f. Rambut yang kering dan kasar
g. Sembelit
h. Kulit kering
i. Kejang-kejang otot
j. Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k. Konsentrasi menurun
l. Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m. Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak sekeliling mata-mata,
suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung.
Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma
yang mengancam nyawa (myxedema coma).
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11, EGC, Jakarta
Marilynn. E. Doengoes (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, EGC. Jakarta
Nanda (2010). Diagnosa Keperawatan Defenisi Dan Klasifikasi. EGC. Jakarta
Price A. Sylvia dan Wilson M. Lorraine (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 4. EGC. Jakarta
Wilkinson Judith M (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC
\