tugas paper check sheet mmt
DESCRIPTION
paper check sheetTRANSCRIPT
1
PAPER
Check Sheet
Oleh :
Luqvi Riski Syahputra ( NPM. 0915031015 ) Ahmad Surya Arifin ( NPM. 1015031024 ) Yudi Eka Putra ( NPM. 1015031020 ) Budi Wahyu Nugroho ( NPM. 1015031024 ) Joelisca Saputra ( NPM. 1015031040 ) Victor Farhan Wijaya ( NPM. 1015031084 ) Andri Gunawan ( NPM. 1015031027 ) Wendy Dwi Lesmana ( NPM. 1015031085 ) Imam Sholeh Maulana ( NPM. 1015031037 )
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2012
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajement Mutu Terpadu. Paper ini berisi tentang “Seven Tools yaitu metode
Check sheet” yang menggunakan berbagai teknik pengambilan keputusan
berdasarkan TQM. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata
kuliah Manajemen Mutu Terpadu dan juga temen-teman satu kelompok serta
temen – teman mahasiswa yang mengambil matakuliah MMT ini. Paper ini masih
memiliki beberapa kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah modulasi sudut ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis
3
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
MATERI PENGANTAR .................................................................. 1
SEVEN TOOLS ................................................................................. 6
CHECK SHEET................................................................................. 9
CONTOH CHECK SHEET............................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 21
4
METERI PENGANTAR
I. Pengertian Kualitas
Menurut Juran, kualitas diartikan sebagai cocok untuk digunakan (fitness
for use) dan definisi ini memiliki 2 aspek utama, yaitu :
1. Ciri-ciri yang memenuhi permintaan pelanggan
Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan
kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan
pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat
dijual dengan harga jual yang lebih tinggi.
2. Bebas dari kekurangan
Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat
kesalahan dan produk gagal, mengurangi inspeksi dan pengujian,
mengurangi ketidakpuasan pelanggan, sehingga akhirnya dapat menekan
pemborosan.
Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang dapat diterima secara
universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa persamaan, yaitu :
Kualitas melebihi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas di masa mendatang).
Berdasarkan elemen-elemen tersebut Goetsch dan Davis mendefinisikan kualitas
sebagai berikut :
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
5
II. Definisi Total Quality Management
Menurut Ishikawa, TQM adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan
ke dalam suatu falsafah yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Untuk memudahkan
pemahamannya, pengertian TQM dapat dibedakan dalam aspek. Aspek pertama
menguraikan apa itu TQM dan aspek kedua membahas bagaimana mencapainya.
TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa karakteristik
berikut ini :
Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.
Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
Memiliki komitmen jangka panjang.
Membutuhkan kerjasama tim (team work).
Memperbaiki proses secara kontinu.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
Memberikan kebebasan yang terkendali.
Memiliki kesatuan tujuan.
Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
III. Langkah Pemecahan Masalah
Sejak awal tahun 1980-an, teknik pemecahan masalah dengan pendekatan
proses Plan Do Check Action sudah mulai dikenal oleh berbagai kelompok
peningkatan mutu di perusahaan-perusahaan/organisasi/instansi di Indonesia,
terutama yang menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan Jepang. Pada
mulanya Jepang memperkenalkan teknik pemecahan masalah bagi kalangan
karyawan pelaksana, dengan proses Delapan Langkah PDCA. Delapan Langkah
PDCA merupakan proses kegiatan continuous improvement. Perubahan tersebut
dimaksudkan agar sistem manajemen mutu lebih luwes dalam menghadapi
kecepatan perubahan dunia usaha yang sangat tinggi dengan memperhatikan
6
kebutuhan pelanggan. Berikut ini adalah langkah dalam 7 langkah pemecahan
masalah.
1. Penentuan Judul
2. Menganalisa Penyebab
3. Menguji dan Menentukan Penyebab Dominan
4. Membuat Rencana dan Melakasanakan Perbaikan
5. Meneliti Hasil
6. Membuat Standar Baru
7. Mengumpulkan Data Baru dan Menentukan Rencana Berikutnya
IV. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan teknik yang sangat bermanfaat agar
suatu perusahaan dapat mengetahui kualitas produknya sebelum dipasarkan
kepada konsumen. Teknik pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan
dalam mengetahui kelayakan kualitas produk berdasarkan batas-batas kontrol
yang telah ditentukan. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang pengendalian
kualitas.
V. Definisi dan Sejarah Pengendalian Kualitas
Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis,
pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. Kualitas suatu produk diartikan
sebagai derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu
memuaskan keinginan dari konsumen (fitness for use). Kualitas menjadi faktor
dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk, karena konsumen
akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan tertentu yang
lebih berkualitas daripada saingan-sainganya. Alasan-alasan mendasar pentingnya
kualitas sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):
1. Meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen
yang kuat akan penampilan kualitas.
2. Kemampuan produk.
7
3. Peningktan tekanan biaya pada tenaga kerja,energi dan bahan baku.
4. Persaingan yang semakin intensif.
5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktifitas melalui program
keteknikkan kualitas yang efektif.
Pengertian pengendalian kualitas adalah aktifitas pengendalian proses
untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau
persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada
perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari
pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau jasa yang
dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat
tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan cacat dan
meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas
memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi,
bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen. Aktifitas
pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan berikut
(Purnomo, 2004):
1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.
2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standaryang
berlaku.
3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan
yang cukup signifikan, dan jika perlu perlu dibuat tindakan-tindakan untuk
mengoreksinya.
VI. Pengaruh Kualitas
Kualitas adalah elemen penting dalam operasi, selain itu kualitas juga
memiliki beberapa pengaruh lain. Beberapa alasan yang membuat kualitas
menjadi penting, yaitu sebagai berikut (Heizer, 2006):
1. Reputasi perusahaan.
2. Keandalan produk atau jasa.
3. Penurunan biaya.
8
4. Pertanggung jawaban produk atau jasa.
5. Peningkatan pangsa pasar.
6. Keterlibatan global
7. Penampilan produk atau jasa.
Definisi kualitas sebagaimana yang diambil oleh American Society for
Quality adalah keseluruhan karakteristik produk atau jasa yang mampu
memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar. Definisi kualitas terbagi
atas beberapa kategori yaitu, definisi yang berbasis pengguna dengan arti kualitas
bergantung pada pemirsa. Definisi yang berbasis manufaktur yaitu kualitas yang
lebih tinggi dengan arti kinerja yang lebih baik, fitur yang lebih baik dan
perbaikan lainya yang terkadang memakan biaya (Heizer, 2006).
VII. Konsep Dasar Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualiatas statistik adalah alat bantu manajemen untuk
menjamin kualitas, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan
oleh suatu proses produksi itu sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya
variasinya. Pengujian statistik diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti
ini, dalam pengendalian kualitas statistik teknik-teknik tersebut diaplikasikan
guna memeriksa dan menguji data untuk menentukan standar dan mengecek
kesesuaian produk untuk mencapai operasi manufaktur yang maksimum, dan
biasanya menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan menaikkan tingkat
posisi kompetitif. Rancangan percobaan dapat digunakan dalam hubungannya
dengan pengendalian proses statistik untuk meminimumkan variabilitas proses,
yang menghasilkan produksi yang pada akhirnya bebas cacat (Purnomo, 2004).
VIII. Keuntungan Pengendalian Kualitas Statistik
Pengendalian kualitas statistik merupakan alat manajemen secara ilmiah.
Beberapa keuntungan jika digunakan pengendalian kualitas statistik adalah
sebagai berikut (Purnomo, 2004):
1. Perbandingan antara kualitas dan biaya.
2. Menjaga kualitas lebih seragam.
9
3. Penyediaan bahan baku yang lebih baik.
4. Penggunaan alat produksi yang lebih efisien.
5. Mengurangi kerja ulang atau pembuangan.
6. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.
IX. Dimensi Kualitas
Kualitas memiliki dimensi yang banyak, sehingga sulit mendefinisikannya.
David Gorvin menyarankan delapan dimensi kualitas, yaitu sebagai berikut
(Nasrullah, 1997):
1. Performansi atau prestasi dari fungsi yang diperlihatkan oleh produk.
2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (feature), yang menjadikan suatu
produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.
3. Keandalan, kemampuan produk untuk tidak mogok dalam masa kerjanya.
4. Kecocokan dengan standar industri.
5. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan.
6. Daya tahan produk terhadap waktu.
7. Keindahan penampilan.
8. Persepsi konsumen.
X. Manajemen Kualitas
Manajemen kualitas sangat berpengaruh besar terhadap produk yang akan
diproduksi, Dr. Deming adalah pakar manajemen kualitas Amerika Serikat. Dr.
Deming menyarankan 14 butir manajemen mutu sebagai berikut (Nasrullah,
1997):
1. Ciptakan stabilitas motivasi untuk memperbaiki produk, mempunyai daya
saing, dan memberikan lapangan kerja.
2. Hilangkan ketergantungan pada pemeriksaan produk untuk mencapai
produk bermutu. Hilangkan kebutuhan untuk inspeksi produk secara
massal dengan membangun mutu sejak awal proses.
3. Akhiri kebiasaan menghargai bisnis atas dasar potongan harga.
10
4. Terus menerus perbaiki sistem produksi dan pelayanan, agar mutu dan
produktifitas tentu diperbaiki, dan dengan demikian diupayakan tanpa
henti penurunan ongkos.
5. Lembagakan pelatihan pada saat bekerja.
6. Lembagakan pengawasan.
7. Bersihkan rasa takut, sehingga setiap orang bekerja dengan efektif.
8. Hapus penghalang antar departemen.
9. Hilangkan slogan-slogan dan target-target yang harus dicapai para pekerja,
jika tidak dilengkapi dengan cara-cara mencapainya.
10. Hilangkan standar kerja yang menyarankan angka target kerja bagi
operator, ganti dengan pertolongan dan pengawasan.
11. Hapus penghalang antara pekerja tidak tetap dengan haknya untuk bangga
dengan kemampuan kerjanya.
12. Lembagakan program ketat pendidikan dan pelatihan.
13. Letakkan setiap orang di perusahaan untuk bekerja melaksanakan
pengubahan bahan baku menjadi barang jadi.
11
SEVEN TOOLS
Seven tools adalah tujuh alat perbaikan mutu yang digunakan pada
kegiatan siklus quality control. Tujuh Alat Dasar Quality Management merupakan
pendekatan yang sangat praktis dan sangat mudah untuk diimplemantasikan,
sehingga sangat layak untuk digunakan di tingkat pelaksana. Pada level yang lebih
tinggi, pemecahan masalah tidak sekedar pada masalah yang sudah jelas
diketahui, tetapi juga terhadap potensi masalah, atau terhadap kemungkinan akan
munculnya masalah dari suatu program. Tujuh alat baru ini merupakan jawaban
atas tuntutan di atas.
Pengendalian Proses Statistik (Statistical Process Control)
Statistik adalah seni pengambilan keputusan tentang suatu proses atau
populasi berdasarkan suatu analisis informasi yang terkandung didalam suatu
sampel dari populasi itu. Metode statistik memainkan peranan penting dalam
jaminan kualitas. Metode statistik itu memberikan cara – cara pokok dalam
pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya dan informasi didalam
data itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan.
Lagipula statistik adalah bahasa yang digunakan oleh insinyur pengembangan,
pembuatan, pengusahaan, manajemen, dan komponen – komponen fungsional
bisnis yang lain untuk berkomunikasi tentang kualitas. (Montgomery, 1993)
Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau
produk yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap titik origin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan
memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan. Hal ini disebut Statistical
Process Control (SPC).
12
Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya “seven tools”. Seven
tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana
untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah:
1. Lembar pengamatan (check sheet)
2. Stratifikasi (run chart)
3. Histogram
4. Grafik kendali (control chart)
5. Diagram pareto
6. Diagram sebab akibat (cause and effect diagram)
7. Affinity Diagram
13
CHECK SHEET
check sheet dapat didefiniskan sebagai lembar yang dirancang sederhana
berisi daftar hal-hal yang perlukan untuk tujuan perekaman data sehingga
pengguna dapat mengumpulkan data dengan mudah, sistematis, dan teratur pada
saat data itu muncul di lokasi kejadian. Data dalam check sheet baik berbentuk
data kuantitatif maupun kualitatif dapat dianalisis secara cepat (langsung) atau
menjadi masukan data untuk peralatan kualitas lain, misal untuk masukan data
Pareto chart.
Check sheet adalah alat bantu manajemen mutu sederhana yang bentuknya
menyerupai tabel dan digunakan untuk mengoleksi data. Check sheet dalam
pengertian yang sebenarnya tak lain adalah tempat menuliskan catatan tentang
jumlah sesuatu, dimana jumlah tersebut diisikan satu demi satu, sehingga pada
akhirnya dapat dijumlahkan nilai totalnya. Pengumpulan data menggunakan check
sheet dapat diterapkan pada hampir semua jenis aktifitas yang bertujuan mencatat
sejumlah data kategorik.
Suatu form atau sheet sederhana berbentuk tabel yang memuat data
kategorik, suatu tanda yang mirip angka 1 (atau garis lurus tegak = I) biasanya
ditambahkan dan dituliskan pada tabel setiap kali data dari kategori tertentu
muncul dalam pemeriksaan. Pembuatan check sheet bertujuan untuk memfasilitasi
pengumpulan analisa data.
Check sheet dapat dibuat kapan saja dibutuhkan adanya pencatatan data,
meski demikian dalam penerapannya untuk tujuan manajemen mutu, perlu
dilakukan analisa terlebih dahulu terhadap jenis kategorinya. Oleh karena itu
dalam penyusunan check sheet perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Tentukan tujuan pengumpulan data.
2. Lakukan terlebih dahulu brainstorming untuk menentukan jenis-
jenis kategori yang perlu diamati.
14
3. Defenisikan tiap-tiap kategori dengan baik agar pengumpulan
data dilakukan dengan konsisten.
4. Tentukan keadaan atau keterangan lain mengenai darimana data tersebut
akan diperoleh, misalnya pada hari apa, shift berapa dan dimesin yang
bagaimana.
5. Tentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan data
6. Buatlah petunjuk singkat tentang tata cara pengumpulan data
dan sampaikan kepada penanggung jawab pengumpulan data
beserta anggotanya yang terlibat.
7. Buatlah tabel check sheetnya berdasarkan jenis kategori yang
telah ditentukan.
8. Lakukan uji coba pengumpulan data untuk memastikan bahwa semua data
telah dimasukkan ke kategori yang sesuai.
I. Kapan check sheet digunakan?
Kapan kita menggunakan check sheet? Menurut Tague (2005) adalah sebagai
berikut:
1. Ketika data dapat diamati dan dikumpulkan berulang kali oleh orang yang
sama atau di lokasi yang sama.
2. Ketika mengumpulkan data mengenai frekuensi atau pola kejadian,
masalah, cacat, lokasi cacat, penyebab cacat, dan sebagainya.
3. Ketika mengumpulkan data proses produksi.
II. Prosedur check sheet
Prosedur check sheet yang diuraikan oleh Tague (2005) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kejadian atau permasalahan apa yang akan diamati, kemudian
kembangkan definisi operasional.
2. Menentukan kapan data akan dikumpulkan dan berapa lama.
15
3. Merancang form isi sedemikian rupa sehingga data dapat direkam dengan
hanya memberikan tanda cek (V) atau tanda silang (X) atau simbol serupa
sehingga data tidak perlu diperbanyak ulang untuk analisis.
4. Memberikan etiket setiap daerah kosong pada form.
5. Menguji check sheet secara singkat untuk memastikan ketepatan check
sheet dalam mengumpulkan data yang diinginkan, juga memastikan
apakah check sheet mudah digunakan atau tidak?
6. Merekam data pada check sheet setiap kali ditemukan kejadian atau
masalah yang ditargetkan.
III. Fungsi check sheet dalam pengendalian kualitas
Menurut Ishikawa (1982), check sheet memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pemeriksaan distribusi proses produksi (production process distribution
checks)
2. Pemeriksaan item cacat (defective item checks)
3. Pemeriksaan lokasi cacat (defective location checks)
4. Pemeriksaan penyebab cacat (defective cause checks)
5. Pemeriksaan konfirmasi pemeriksaan (check-up confirmation checks)
6. Dan lain-lain.
16
Berdasarkan fungsinya kemudian dikenal beberapa model check sheet, yaitu
sebagai berikut:
1. Process Distribution Check Sheet
Check sheet ini mengukur frekuensi satu item di berbagai pengukuran, secara
visual menunjukkan distribusi yang interpretasikan sebagai histogram-histogram,
Gambar 1 di bawah ini menunjukan contoh process distribution check sheet.
Gambar 1. Pemeriksaan Ketebalan Item dengan Process Distribution Check Sheet
Seperti terlihat pada Gambar 1, analisis check sheet ini akan menggunakan
teori kurva normal seperti yang ada dalam ilmu statistik. Ketika pengukuran
selesai, pemeriksaan check sheet harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
Apakah tanda cek membentuk kurva lonceng (kurva normal)? Apakah
berbentuk miring (skewness )? Apakah ada lebih dari satu puncak? Apakah
ada outlier?
Apakah tanda cek jatuh seluruhnya diantara garis LSL (lower specification
limit) dan USL (upper specification limit)? Atau sebagian besar tanda cek
jatuh di luar garis LSL atau USL?
17
Jika terbukti data tidak normal atau jika data signifikan di dekat atau di luar garis
LSL/USL, maka usaha improvement harus dilakukan untuk menghilangkan
special cause of variation, yaitu: variasi yang terjadi karena faktor eksternal (dari
luar sistem).
2. Defective Item Check Sheet
Check sheet ini menghitung dan mengklasifikasikan cacat menurut jenisnya,
seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini. Hasil check sheet ini dapat dijadikan
analisis Pareto, di mana data kemudian akan diurutkan dari yang terbesar sampai
dengan yang terkecil. Asumsi analisis Pareto adalah mengidentifikasi 20%
penyebab masalah vital (ranking tertinggi) untuk mewujudkan 80% improvement
secara keseluruhan.
Gambar 2. Defective Item Check Sheet pada Final Inspection di Lini Sewing
Pabrik Sepatu
18
3. Defect Location Check Sheet (atau Location Plot atau Concentration
Diagram)
Check sheet ini menggunakan gambar item untuk ditandai posisi cacatnya
sehingga dapat diketahui di mana cacat terbanyak terjadi dalam proses, seperti
terlihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Defect Location Check Sheet untuk Upper Sepatu
4. Defective Cause Check Sheet
Check sheet ini bertujuan untuk mengkorelasikan sebab dan akibat dengan
memasukkan faktor-faktor penyebab yang mungkin, seperti waktu, operator,
mesin, dan lokasi.
Sebagai contoh lihat Gambar 4, nama-nama operator, jam sebelum makan
siang, jam setelah makan siang, dan beberapa workstation dirangkum pada
selembar check sheet dalam rangka mengidentifikasi trend di lintas kelompok.
Contoh check sheet di bawah ini menunjukan bahwa jam setelah makan siang di
workstation 2 tampak paling rentan terhadap cacat. Tindak lanjutnya adalah pada
kebiasaan makan siang operator, ditambah pemeriksaan kondisi, perilaku
operator, dan kinerja operasi di workstation 2 setelah jam makan siang.
19
Gambar 4. Defective Cause Check Sheet pada 2 Workstation
5. Check-up Confirmation Check Sheet (atau Checklist)
Check sheet ini berisi daftar tindakan atau hasil tindakan yang akan dicentang
ketika telah selesai dilakukan (lihat Gambar 5). Setelah selesai dicentang
seluruhnya, check sheet ini menjadi semacam sertifikat penyelesaian. Di tempat
kerja, saya sering membuat checklist sederhana pada sticky note (lihat Gambar 6),
bagi saya ini membantu mengingat pekerjaan pokok saya yang kadang terlupakan
akibat over-load pekerjaan atau karena ada tambahan project.
Gambar 5. Check-up Confirmation Check Sheet pada Form Inspeksi SHAPE
(Safety, Health, Attitude, People & Environment)
20
Gambar 6. Contoh Check List Sederhana
21
CONTOH – CONTOH PENGGUNAAN CHECK SHEET
1. Distribusi Proses Produksi
Untuk mengetahui variasi dimensi, untuk macam tertentu komponen dengan spesifikasi permesinan 8,3 +/- 0,008.
22
2. Item yang rusak
Digunakan pada proses pemeriksaan akhir dari produk plastik cetak
tertentu. Untuk menunjukkan tipe rusak yang sering terjadi dan yang jarang
terjadi. Dari data, 42 rusak dari sejumlah 1525 buah, jumlah total rusak 62, sebab
kadang-kadang dua atau lebih rusak ditemukandalam sebuah produk.
23
3. Lokasi cacat
Misal untuk mengurangi cacat luar tergores dan titik kotor pada sebuah
produk, dari contoh dapat diamati distribusi terjadinya cacat. Perbaikan mutu akan
meningkat sebab menemukan sebab cacat menjadi lebih mudah dan kenapa
terkonsentrasi pada lokasi tersebut.
24
4. Sebab cacat
Untuk mencatat rusak yang terjadi dalam knob bakelit, dengan
memperhatikan kepada mesin, pekerja, hari dan tipe cacat. Analisa : pekerja B
banyak menghasilkan lot cacat, pada hari Rabu semua pekerja banyak
menghasilkan lot cacat (bisa disebabkan oleh bahan baku).
25
DAFTAR PUSTAKA
Andy Hunt, Dave Thomas. 2003. Pragmatic Unit Testing In C# with Unit Test. First Printing, March 2004. United State Of America.
http://www.balancedscorecard.org . Basic Tools For Improvement - Module 5 –Cause and Effect Diagram.
http://www.dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/193/8/8-ch6.pdf . Chapter Six - System Testing and Implementation
http://www.elucidata.com/refs/sdlc.pdf . The Software Development Life Cycle For Small to Medium Database Application
http://www.foundation.phccweb.org/Library/Articles/TQM.pdf . Total QualityManagement - A Continuous Improvement Processhttp://www.the-happy-manager.com/seven-step-problem-solving.html . The 7 Step Problem Solving Method
John D. McGregor, David A. Spikes. 2001. A Practical Guide To Testing Object Oriented Software. Addison-Wesley, 2001. United State Of Amerika
Komite Penggerak SGA Pusat Asia Pulp And Paper. 1999. Total Quality Management Manual. Asia Pulp And Paper, 1999. Serpong. R. Venkat
Rajendran. White Paper on Unit Testing. http://www.mobilein.com/whitepaperonunittesting.pdf
Vincent Garspersz. 2001. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka Utama, April 2002. Jakarta.