the effect of kaizen culture on employee...

21
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018 1 THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE PERFORMANCE AT CV.REZKI ABADI BALIKPAPAN COMPANY Rezki Pradika Halik, B. Mardjono STIE Madani Balikpapan ABSTRACT This study aims to determine: the influence of kaizen culture (education and training, employment relationship, workplace, work discipline) on employee performance at CV. Rezki Abadi Balikpapan. This type of research is a quantitative research. The company's population is employee CV. Rezki Abadi. Sampel taken is all employees CV. Rezki Abadi because of the number of employees who only 30 people. The required data is obtained directly from the official CV. Rezki Abadi. The analytical method used is multiple linier regression analysis method using SPSS 20.0. The results of this study indicate that education and training, work relations, workplace, and work discipline simultaneously affect the performance of the company CV. Rezki Abadi. However, education and training, employment, and work discipline have no effect on the performance of employees. CV Rezki Abadi Only workplaces affect employee performance. The researcher's suggestion for subsequent research should do research on other kaizen variables that have not been contained in this study or add variable to better know other factors that can affect employee performance. Keywords: Education and training, work relations, workplace, work discipline, and employee performance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : pengaruh budaya kaizen (pendidikan dan pelatihan, hubungan kerja, tempat kerja, disiplin kerja) terhadap kinerja karyawan pada perusahaan CV. Rezki Abadi Balikpapan. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.Populasi perusahaan ini adalah karyawan CV. Rezki Abadi.Sampel yang diambil adalah semua karyawan CV. Rezki Abadi karena jumlah karyawan yang hanya 30 orang. Data yang diperlukan diperoleh langsung dari kantor resmi CV. Rezki Abadi. Metode analisi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 20.0. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan, hubungan kerja, tempat kerja, dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan CV. Rezki Abadi. Namun pendidikan dan pelatihan, hubungan kerja, dan disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi. Hanya tempat kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian terhadap variabel-variabel kaizen lain yang belum termuat dalam penelitian ini atau menambah variabel untuk lebih mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

1

THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE PERFORMANCE

AT CV.REZKI ABADI BALIKPAPAN COMPANY

Rezki Pradika Halik, B. Mardjono

STIE Madani Balikpapan

ABSTRACT

This study aims to determine: the influence of kaizen culture (education and

training, employment relationship, workplace, work discipline) on employee

performance at CV. Rezki Abadi Balikpapan. This type of research is a

quantitative research. The company's population is employee CV. Rezki Abadi.

Sampel taken is all employees CV. Rezki Abadi because of the number of

employees who only 30 people. The required data is obtained directly from the

official CV. Rezki Abadi. The analytical method used is multiple linier regression

analysis method using SPSS 20.0. The results of this study indicate that education

and training, work relations, workplace, and work discipline simultaneously affect

the performance of the company CV. Rezki Abadi. However, education and

training, employment, and work discipline have no effect on the performance of

employees. CV Rezki Abadi Only workplaces affect employee performance. The

researcher's suggestion for subsequent research should do research on other

kaizen variables that have not been contained in this study or add variable to

better know other factors that can affect employee performance.

Keywords: Education and training, work relations, workplace, work discipline,

and employee performance

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : pengaruh budaya kaizen (pendidikan

dan pelatihan, hubungan kerja, tempat kerja, disiplin kerja) terhadap kinerja

karyawan pada perusahaan CV. Rezki Abadi Balikpapan. Jenis Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif.Populasi perusahaan ini adalah karyawan CV.

Rezki Abadi.Sampel yang diambil adalah semua karyawan CV. Rezki Abadi

karena jumlah karyawan yang hanya 30 orang. Data yang diperlukan diperoleh

langsung dari kantor resmi CV. Rezki Abadi. Metode analisi yang digunakan

adalah metode analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 20.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan, hubungan

kerja, tempat kerja, dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan CV. Rezki Abadi. Namun pendidikan dan pelatihan, hubungan

kerja, dan disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki

Abadi. Hanya tempat kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Saran

peneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian terhadap

variabel-variabel kaizen lain yang belum termuat dalam penelitian ini atau

menambah variabel untuk lebih mengetahui faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kinerja karyawan.

Page 2: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

2

Kata kunci : Pendidikan dan pelatihan, hubungan kerja, tempat kerja,

disiplin kerja, dan kinerja karyawan

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang dapat memberikan

informasi mengenai kondisi keuangan, perubahan-perubahan, serta hasil yang

dicapai selama periode tertentu dengan hasil yang wajar. Laporan keuangan juga

dapat dijadikan sebagai media untuk menghubungkan berbagai pihak, baik

internal maupun eksternal perusahaan untuk pertimbangan pengambilan

keputusan ekonomi. Pihak internal dan eksternal yang dimaksud sebagai

pengguna laporan keuangan antara lain manajemen, pemegang saham, kreditur,

pemerintah, karyawan, pemasok, konsumen, dan masyarakat umum (belkaoui,

2011:250).

Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan

adalah informasi mengenai laba. Karena laba mengandung informasi potensial

yang sangat penting bagi perusahaan. Sulistiawan, dkk (2011:11) menyatakan

bahwa informasi laba adalah informasi yang paling penting diminati diantara

informasi lain dalam laporan keuangan. Sebagaimana yang disebutkan dalam

Statement og Financial Accounting Concept (SFAC) no 1, bahwa informasi laba

pada umumnya menjadi perhatian utama dalam menaksir atau pertanggung

jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain yang

berkepentingan dalam menaksir kekuatan laba suatu perusahaan dimasa yang akan

datang. Hal ini berarti informasi laba memiliki peran yang sangat besar bagi pihak

investor maupun perusahaan dalam pengambilan keputusan. Bagi investor yang

mempunyai sifat risk adeverse atau menghindari risiko, kestabilan laba

merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan

fluktuasi laba yang tinggi mencerminkan adanya ketidakpastian, sehingga

semakin fluktuatif laba suatu perusahaan, dapat dikatakan semakin berisiko. Oleh

karena itu, wajar jika investor, calon investor, dan seluruh pihak yang

berkepentingan memberikan perhatian yang besar terhadap informasi laba

tersebut.

Perhatian yang besar yang diberikan investor pada informasi laba yang

diberikan oleh suatu perusahaan, dapat memicu manajeman untuk melakukan

disfunctional behavior (perilaku tidak semestinya) dengan tujuan untuk

memperoleh laba yang stabil, seperti dengan melakukan perekayasan laba

(earning management) yaitu perataan laba (income smoothing). Dengan

dilakukannya perataan laba perusahaan dapat memperoleh hasil laba yang sesuai

dengan target yang telah diingikan. Adapun pengertian perataan laba (income

smoothing) menurut Belkaoui (2011:73) adalah pengurangan fluktuasi laba dari

tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi

pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.

Praktik perataan laba adalah salah satu tindakan yang dilakukan

manajemen untuk meningkatkan market returns. Tindakan tersebut sengaja

dilakukan untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi

perusahaan guna menarik investor untuk berinvestasi (Ria, 2013). Tindakan yang

Page 3: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

3

dilakukan untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih sehat adalah suatu

bentuk manipulasi laba, dimana dalam perataan laba tindakan yang dilakukan

dengan sengaja yang pada dasarnya adalah suatu perataan akuntansi yang

menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum untuk meratakan laba. Karenanya perataan laba adalah suatu bentuk

akuntansi yang dirancang (Belkaoui,2011:73). Seperti yang tercantum dalam

Ratnasari (2012) bahwa perataan laba merupakan perilaku yang rasional,

didasarkan pada asumsi dalam teori akuntansi positif bahwa agen (manajemen)

merupakan individual rasional yang memperhatikan kepentingan dirinya. Namun

apabila dilihat dari sisi investor dan pemegang saham, pratik perataan laba ini

tentu tidak mereka harapkan, karena dengan adanya praktik ini artinya mereka

tidak tahu keadaan yang sebenarnya dari perusahaan.

Di Indonesia kasus perusahaan yang melakukan praktik perataan pernah

terjadi pada perusahaan PT Ades Alfindo. Kasus ini terungkap pada tahun 2004

ketika manajemen baru PT Ades Alfindo menemukan adanya inkonsistensi

pencatatan atas penjualan dari tahun 2001 sampai 2004. Hasil penelurusan

menunjukkan adanya perbedaan angka penjualan untuk setiap triwulan yaitu lebih

tinggi 0,6 – 3,9 juta galon dibandingkan angka produksinya. Kesalahan tersebut

terjadi karena PT Ades tidak memasukkan volume penjualan dalam laporan

keuangan yang telah diaudit. Akibatnya laporan keuangan yang disajikan PT Ades

pada tahun 2001-2004 lebih tinggi dari yang seharusnya. (Bapepam 2012).

Selain itu, Fenomena manipulasi laporan keuangan perataan laba juga

terjadi pada perusahaan milik Grup Bakri. Indonesia Coruption Watch (ICW)

melaporkan penjualan tiga perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie

kepada Direktorat Jendral Pajak. ICW menduga rekayasa pelaporan yang

dilakukan PT Bumi Resources Tbk., dan anak usaha sejak 2003-2008 tersebut

menyebabkan kerugian negara sebesar US$ 620,49 juta. Koordinator Divisi

Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, mengatakan dugaan

manipulasi laporan penjualan terjadi PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin

Indonesia (Arutmin), dan induk kedua perusahaan tersebut, yakni PT Bumi

Resources Tbk (Bumi). Berdasarkan hasil perhitungan ICW menunjukkan laporan

penjualan PT Bumi selama 2003-2008 lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang

sebenarnya. Akibatnya, selama itu pula diperkirakan kerugian negara dari

kekurangan penerimaan Dana Hasil Produksi Batubara (royalti) sebesar US$

143,29 juta (www.tempo.com Senin, 15 Februari 2010).

Adanya kasus perataan laba tersebut dapat menyebabkan informasi laba

menjadi menyesatkan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan. Selain itu adanya kasus tersebut juga

membuktikan bahwa manajer berusaha untuk menyembunyikan informasi yang

sebenarnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dan

cenderung menunjukkan informasi yang seolah-olah menunjukkan kinerja

perusahaan baik. Selain itu dilakukannya perataan laba oleh perusahaan juga

untuk mengurangi pembayaran pajak yang tinggi dan meningkatkan kepercayaan

investor karena adanya laba yang stabil tidak memiliki risiko yang tinggi.

Adanya praktik perataan laba tentu saja tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang diduga dapat mempengaruhi

manajer melakukan perataan laba, yaitu risiko keuangan. Risiko Keuangan

merupakan risiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan sebuah usaha

Page 4: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

4

atau ukuran keuangan usaha. Dalam penelitian Cahayani (2012) menunjukkan

pengaruh risiko keuangan terhadap praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi risiko keuangan maka perusahaan akan cenderung untuk

melakukan praktik perataan laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Zuhriya dan

Wahidahwati (2015) Risiko keuangan juga berpengaruh terhadap perataan laba.

Tetapi dalam Arfan dan Wahyuni (2010) Risiko keuangan tidak mempunyai

pengaruh terhadap perataan laba, hal ini bermakna bahwa perusahaan yang

memilki tingkat hutang yang tinggi cenderung tidak melakukan perataan laba.

Selain itu, ukuran perusahaan juga diduga menjadi salah satu faktor

perataan laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat

mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain :

total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain (Sandra dan Indra, 2005:5). Dalam

penelitian Arfan dan Wahyuni (2010) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh

positif terhadap perataan laba. Albretch dan Richardson (1990) dalam Rahmawati

(2012) mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar

mempunyai dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan

perusahaan yang ukurannya lebih kecil, karena perusahaan besar diteliti dan

dipandang dengan lebih kritis oleh para investor dibandingkan perusahaan kecil.

Berdasarkan pada political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif, ukuran

perusahaan yang besar dapat mendorong manajer untuk melakukan pengelolaan

laba (Belkaoui dan Riahi, 2012:189). Namun dalam penelitian Fahmi (2015) dan

Nuvita (2012) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan

laba.

Kebijakan dividen juga menjadi salah satu faktor pendorong manajemen

untuk melakukan praktik perataan laba. Menurut Sartono (2001) kebijakan

dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba

ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang. Perusahaan yang

menerapkan dividend payout ratio yang tinggi akan memberikan kepastian kepada

investor bahwa perusahaan dapat memberikan tingkat pengemblian yang tinggi

dan akhirnya akan menarik minat investor untuk berinvestasi (Shintya, 2016). Hal

ini terbukti dalam penelitian Noviana dan Yuyetta (2011) kebijakan dividen

memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan untuk melakukan

praktik perataan laba. Namun dalam penelitian Ginantara dan Putra (2015)

dividend payout ratio tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba, yang

berarti kebijakan dividen tidak hanya ditentukan oleh manajemen selaku agen

tetapi ditentukan juga atas keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dan faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi perusahaan melakukan

perataan laba yaitu struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan saham pada suatu

perusahaan terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan

kepemilikan publik. Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya

mampu mempengaruhi manajemen untuk melakukan praktik perataan laba.

Dimana semakin besar tingkat struktur kepemilikan perusahaan maka perusahaan

cenderung melakukan praktik perataan laba. Hal ini dikarenakan manajer selalu

dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan

laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor agar investor mau terus

menginvestasikan dananya pada perusahaan. Hal ini terbukti dalam penelitian

Cahyani (2012) bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap perataan laba,

Page 5: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

5

yang artinya besarnya struktur kepemilikan dapat mempengaruhi manajer

melakukan perataan laba.

Alasan peneliti melakukan penelitian pada perusahaan sektor industri

dasar dan kimia dikarenakan sektor ini sangat berhubungan dengan masyarakat

dan yang lainnya, seperti dalam sub sektor semen, porselen, logam, kaca, plastik,

kayu, keramik, di mana tanpa sektor industri ini maka proses pembangunan yang

ada di Indonesia tidak bisa berjalan dengan baik. sehingga dengan hal ini dapat

membuat Investor tertarik untuk menanamkan modalnya dengan perusahaan

dalam sektor industri ini, dimana sektor industri dasar dan kimia memiliki

karakteristik khusus dan melibatkan tenaga kerja yang banyak, teknologi tinggi

dan modal investasi yang cukup besar. Sehingga peneliti tertarik untuk

menjadikan perusahaan sektor industri dasar dan kimia sebagai objek penelitian

pada penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti

tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Risiko Keuangan, Ukuran

Perusahaan, Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Perataan

Laba Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI)”, dengan rumusan masalah sebagai berikut: Pertama:

Apakah Budaya Kaizen pelatihan dan pendidikan, hubungan kerja, tempat kerja,

dan disiplin kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan CV.

Rezki Abadi?; Kedua: Apakah pelatihan dan pendidikan berpengaruh terhadap

kinerja karyawan CV. Rezki Abadi?; Ketiga: Apakah hubungan kerja berpengaruh

terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi; Keempat: Apakah tempat kerja

berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi dan terakhir Apakah

disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi?

TELAAH PUSTAKA

Gambaran Umum Objek Penelitian

Sektor industri dasar dan kimia adalah industri yang terdiri dari perusahaan

yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinya akan diolah lagi menjadi

barang jadi. Indonesia sebagai negara berkembang telah mengalami

perkembangan cukup pesat pada beberapa sektor industri, khususnya sektor

industri dasar kimia yang terdiri dari beberapa sub sektor, antara lain semen,

keramik, porselen dan kaca logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan,

kayu dan pengolahannya serta pulp dan kertas. Sektor industri industri dasar dan

kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian

berjumlah 64 perusahaan dari 146 perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI), artinya dari keseluruhan perusahaan manufaktur, 43,84 %

(persen) adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor industri industri dasar

dan kimia.

Landasan Teori

A. Teori Keagenan

Teori agensi (agency theory) merupakan suatu hubungan yang berdasarkan

pada kontrak yang terjadi antara principal dan agen. Menurut Jensen dan

Meckling (1976), agency relationship (hubungan keagenan) sebagai suatu

Page 6: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

6

kontrak dimana satu atau lebih principal (pemilik atau pemegang saham)

memperkerjakan seseorang agen (manajemen) untuk melaksanakan pekerjaan

untuk kepentingan mereka dengan cara mendelegasikan beberapa kebijakan

dalam pengambilan keputusan. Anthony dan Govindarajan (2004) menjelaskan

bahwa teori keagenan menunjukkan hubungan antar principal dengan agen,

dimana prinsipal memperkerjakan agen untuk melakukan berbagai pekerjaan

atas kepentingan prinsipal, termasuk memberikan otoritas pendelegasian untuk

membuat suatu keputusan.

Teori agensi (agency theory) merupakan pendekatan yang digunakan dalam

pembahasan konsep manajemen laba dan perataan laba. Berdasarkan pendekatan

teori keagenan yang mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba

dipengaruhi oleh perbedaan kepentingan yaitu antara principal dan agen untuk

memperoleh keuntungan yang diinginkannya. Sehingga hal ini menimbulkan

ketidakseimbangan informasi, yang dinamakan dengan asimetri informasi.

Asimetri Informasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Adverse Selection

b. Moral Hazard

B. Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif merupakan pengembangan dari teori normatif. Teori

akuntansi positif dan normatif timbul akibat adanya perbedaan sasaran teori dan

bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori. Teori akuntansi

positif digunakan sebagai pendekatan untuk melihat perataan laba (Noviana dan

Yuyetta, 2011). Teori akuntansi positif didefinisikan sebagai hubungan prediksi

yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan

bagaimana perusahaan akan merespon untuk menunjukan standar akuntansi

yang baru (Rahmawati,2012:86). Selain itu menurut Watts dan Zimmerman

dalam Imam Ghozali dan Anis (2007:69) Positive Accounting Theory (PAT)

dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika

manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT

didasarkan pada proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan

(agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor,

kreditor, auditor, pihak-pihak pengelola pasar modal, dan instalasi pemerintah.

Menurut Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto (2011:45) ada tiga

hipotesis dalam teori akuntansi positif yang menjadi dasar untuk pengembangan

hipotesis yang berkaitan dengan manajemen laba, yaitu:

a. Bonus Plan Hypothesis

Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan berjanji

bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja perusahaan

mencapai jumlah tertentu . perjanjian bonus ini lah yang membuat manajer

untuk mengelola dan mengatur labanya pada tingkat tertentu sesuai dengan

yang disyaratkan agar dapat menerima bonus.

Jika kinerja perusahaan berada di bawah syarat yang ditentukan untuk

memperoleh bonus, maka manajer akan melakukan manajemen laba. Tetapi,

jika kinerja perusahaan di peroleh manajer jauh dari jumlah yang disyaratkan

untuk memperoleh bonus, maka manajer akan mengelola dan mengatur laba

agar tidak terlalu tinggi pada saat dilaporkan. Upaya ini akan membuat

manajer akan memperoleh bonus dari period eke periode.

Page 7: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

7

b. Debt (Equity) Hypothesis

Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur

labanya agar kewajiban hutang yang seharusnya diselesaikan pada tahun

tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini merupakan upaya

manajer untuk mengelola dan mengatur jumlah laba yang merupakan

indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban

hutangnya. Upaya yang dilakukan manajer ini agar perusahaan dapat

menggunakan dananya untuk keperluan lain.

c. Political Cost Hypothesis

Sejauh ini ada beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah yang

berkaitan dengan dunia usaha, misalkan undang-undang perpajakan, anti-trust

dan monopoli, dan sebagainya. Undang-undang yang mengatur jumlah pajak

yang akan ditarik dari perusahaan-perusahaan laba yang diperoleh perusahaan

selama periode tertentu. Perusahaan yang memperoleh laba lebih besar akan

ditarik pajak yang lebih besar pula dan perusahaan yang memperoleh laba

lebih kecil akan ditarik pajak yang lebih kecil pula.

Upaya lain yang dilakukan perusahaann untuk menghemat pajak adalah

dengan mempemainkan laba pada saat ada pergamtian peraturan perundang-

undangan yang memberlakukan tariff pajak lebih rendah dimasa depan.

C. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk mencapai tingkat laba

yang diinginkan atas suatu unit tanpa mengakibatkan peningkatan atau

penurunan, profitabilitas jangka panjang, namun tetap mengacu pada prinsip

akuntansi yang berterima umum. Menurut Scott (2006) dalam Rahmawati

(2012:147) manajemen laba adalah informasi earnings memainkan peranan yang

signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.

Manajer memiliki kepentingan yang sangat kuat dalam pemilihan kebijakan

akuntansi untuk mengelola earnings agar tampak bagus secara financial

berdasarkan standar akuntansi yang ada. Konsep manajemen laba dapat dimulai

dari pendekatan keagenan dan signalling theory. Kedua teori ini membahas

masalah perilaku manusia yang memilki keterbatasan rasional (bounded

rationality) dan menolak risiko (risk averse). Teori keagenen menyatakan bahwa

praktik manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara

agen (manajemen) dengan principal (pemilik/pemegang saham) yang timbul

ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat

kemakmuran yang dikehendakinya.

Scott (2000) dalam Rahmawati (2012:146) Bentuk-bentuk Manajeman laba

yaitu:

1) Taking a Bath, tindakan manajemen dengan cara melaporkan biaya-biaya

pada masa mendatang di masa kini dan menghapus beberapa aktiva atau pola

ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan

melaporkan kerugian dalam jumlah besar,

2) Income Minimization, dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat

profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang

diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode

sebelumnya,

Page 8: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

8

3) Income Maximization, dilakukan pada saat laba menurun dengan tujuan

melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar,

4) Income Smoothing, dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang

dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar

karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

D. Perataan Laba

Perataan laba (income smoothing) dapat dipandang sebagai upaya yang

sengaja dilakukan untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai keuntungan

atau tingkat laba yang diinginkan. Menurut Beidelman dalam Riahi-Belkaoui

(2000:56) perataan laba adalah upaya yang sengaja dilakukan manajemen

perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yang

diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.

Selain itu, menurut Korch (1981) dalam Arfan dan wahyuni (2010)

mendefinisikan perataan laba adalah suatu cara yang digunakan oleh manajemen

untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang

diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil

melalui transaksi.

Pada dasarnya dimensi perataan laba merupakan suatu alat yang digunakan

untuk melakukan perataan laba. Dimensi perataan laba dibedakan menjadi 2

dimensi yaitu :

1) Riil Smoothing

Mengacu pada transaksi actual yang terjadi maupun tidak terjadi dalam hal

pengaruh perataannya terhadap pendapatan.

2) Artificial Smoothing

Mengacu pada metode pelaporan akuntansi yang diimplementasikan terhadap

pergeseran biaya dan atau pendapatan dari satu periode ke periode lain.

Menurut Biedlemen ada dua alasan manajemen melakukan perataan laba,

alasan pertama yaitu bahwa suatu aliran yang stabil dapat mendukung dividen

dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang berfluktuasi,

dan memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan

seiring dengan risiko keuangan perusahaan yang menurun. Alasan kedua

berdasarkan pada kemampuan untuk mengantisipasi fluktuasi laba yang

dilaporkan. Dan menurut Hepwort (1953) dalam Budiasih (2009) alasan

manajemen melakukan perataan laba yaitu sebagai rekayasa untuk mengurangi

laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang

pajak, dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan

dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan.

Untuk membedakan perusahaan yang melakukan perataan laba atau tidak

melakukan perataan laba, dilakukan pengukuran dengan menggunakan suatu

indeks yaitu indeks eckel. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

menggunakan perhitungan indeks eckel (Sari, 2014) :

1) Menghitung perubahan laba bersih dan perubahan pendapatan atau

penjualan

2) Menghitung rata-rata perubahan laba bersih dan rata-rata perubahan

pendapatan atau penjualan

Page 9: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

9

3) Menghitung koefisien variansi penjualan (CVΔS) dan koefisien variansi

laba (CVΔI) perusahaan yang diteliti.

4) Dengan diperolehnya CVΔS dan CVΔI maka perhitungan indeks eckel

perusahaan yang diteliti dapat dilakukan dengan membagi CVΔI dan CVΔS.

Jika nilai indeks eckel kurang dari satu, maka perusahaan ersebut

digolongkan sebagai perusahaan yang melalukan perataan laba, dan jika lebih

dari satu maka perusahaan tersebut digolongkan sebagai perusahaan yang tidak

melakukan perataan laba.

E. Risiko Keuangan

Risiko keuangan adalah perbandingan antara hutang dan aktiva yang

menunjukkan beberapa bagian akiva tetap yang digunakan untuk menjamin

hutang. Ukuran ini berkaitan dengan suatu persetujuan utang (Noviana dan

Yuyetta, 2011). Brigham dan Houston (2011:164) menjelaskan bahwa risiko

keuangan merupakan suatu tambahan risiko bagi pemegang saham yang

diakibatkan oleh penggunaan leverage keuangan. Leverage keuangan mengacu

pada penggunaan sekuritas yang memberikan penghasilan tetap (hutang dan

saham preferen). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar

perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan

membahayakan perusahaan. Karena perusahaan akan masuk dalam kategori

ekstreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang

yang tinggi sehingga sulit untuk melepaskan beban utang. Oleh karena itu

perusahaan sebaiknya menyeimbangkan utang yang diperoleh dan sumber yang

dipakai untuk membiayai utang tersetbut. (Fahmi, 2011:127), adapun menurut

Kasmir (2012:151) leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar

beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

F. Ukuran Perusahaan

Menurut Suwito dan Herawaty (2005), ukuran perusahaan (firm size) adalah

suatu skala yang dapat mengklasifikasi besar kecilnya perusahaan menurut

berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total asset, dan total modal.

Asnawi dan Wijaya (2005:274) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan

merupakan variabel yang banyak dipertimbangkan dalam banyak penelitian

keuangan. Hal ini disebabkan banyaknya keputusan keuangan dipengaruhi oleh

ukuran perusahaan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, mengelompokan ukuran

perusahaan ke dalam 4 kategori yaitu perusahaan usaha mikro, usaha kecil,

usaha menengah dan usaha besar. Kriteria ukuran perusahaan juga diatur dalam

keputusan ketua BAPEPAM No. Kep-11/PM/1997, yang menyatakan bahwa

perusahaan menengah atau kecil adalah badan hukum yang didirikan di

Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp

100.000.000.000 (seratus milyar rupiah). Oleh sebab itu, jika perusahaan

memiliki total aset lebih dari Rp 100.000.000.000, maka dapat dikategorikan

sebagai perusahaan besar.

Page 10: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

10

Ukuran perusahaan dapat ditentukan bersadasarkan laba, aset, tenaga kerja,

dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Sawir, 2004:102) Namun,

menurut Asnawi dan wijaya (2005:274), secara umum biasanya size diproduksi

dengan total aset, karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan

dengan variabel keuangan lainnya.

Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan logaritma

natural dari total aset. Hal ini dikarenakan nilai total aset yang sangat besar dapat

menimbulkan terjadinya heteroskedastis, sehingga total aset perlu diubah

menjadi logaritma natural total aset (Asnawi dan Wijaya, 2005:274).

G. Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2001) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba

yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

dimasa mendatang. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk

membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali dalam

perusahaan. Apabila terjadi pembagian dividen lebih kecil dari yang diharapkan

investor maka akan mengkibatkan terjadinya pelepasan saham perusahaan dan

berdampak pada harga saham perusahaan terbsebut ikut menurun.

H. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang

saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para

manajer. Menurut Sugiarto (2009:59) struktur kepemilikan adalah struktur

kepemilikan saham yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang

dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan

kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional

dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam

menjalankan kegiatannya suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang

ditunjuk oleh pemegang saham (principles).

Struktur kepemilikan terbagi kedalam beberapa jenis. Adapun menurut

Jensen and Meckling (1976) struktur kepemilikan dibedakan menjadi tiga, yaitu

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik.

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah sebuah mekanisme yang penting untuk

meluruskan insentif manajer dengan para pemegang saham (rahmawati,

2012). Adanya kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan dapat menjadi

salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak

institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.

Kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang terbentuk institusi seperti

perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi

lain. Kepemilikan institusional merupakan satu alat yang didapatkan untuk

mengurangi kemampuan untuk mengurangi agency conflict. Kepemilikan

Page 11: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

11

intitusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen

melalui proses monitoring secara efektif.

c. Kepemilikan Publik

Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikam saham yang

dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu

meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh

baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal diperoleh dari

saham masyarakat (publik).

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Nuvita Dwi Cahyani (2012) yang berjudul

Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur

Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Jenis industri terhadap Praktek Perataan.

Hasil dari penelitian ini adalah Risiko keuangan, dan Stuktur kepemilikan

berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan untuk Ukuran perusahaan tidak

mempunyai pengaruh terhadap perataan laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yulfita (2014) yang berjudul pengaruh

profitabilitas, kebijakan deviden, dan pertumbuhan perusahaan terhadap praktek

perataan laba. Hasil penelitian ini menunjukkan kebijakan deviden berpengaruh

signifikan terhadap perataan laba, namun dengan arah yang negatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Noviana dan Yuyetta (2011) yang berjudul

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh

positif signifikan terhadap praktek perataan laba. Sedangkan untuk risiko

keuangan, kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

praktek perataan laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Mona Yulia (2013) yang berjudul pengaruh

ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan nilai saham terhadap

perataan laba. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Armanto Witjaksono dan Tediyanto (2011)

yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Hasil

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan risiko

keuangan berpengaruh terhadap pratik perataan laba, sedangkan kepemilikan

publik, tidak berpengaruh terhadap praktik.

Hipotesis

H1: Risiko keuangan berpengaruh terhadap praktik perataan laba

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba

H3: Kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik perataan laba

H4: Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap praktik perataan laba

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

penelitian yang mengungkapkan besar kecilnya suatu pengaruh atau hubungan

Page 12: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

12

antara variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara

mengumpulkan data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh

variabel-variabel yang bersangkutan.

Data Penelitian

A. Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh

secara tidak langsung dari dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu

www.idx.co.id.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi berupa laporan keuangan pada perusahaan sektor industri dasar dan

kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama tahun 2011-2015 yang berjumlah 60 perusahaan. Dari populasi tersebut,

dilakukan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling

dan yang hanya sesuai dengan kriteria hanya 12 perusahaan. Kriteria-kriteria

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan industri dasar dan kimia yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan tidak mengalami delisting selama periode dari 2011

sampai dengan 2015

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode

pengamatan

3. Laporan keuangan yang disajikan dalam mata uang rupiah

4. Perusahaan yang menyediakaan data lengkap untuk mendukung penelitian.

5. Perusahaan tidak mengalami kerugian secara berturut-turut selama periode

tahun 2011 - 2015

Definisi Operasional (Variabel)

A. Variabel Dependen (Y)

Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah perataan laba

(income smoothing).

Pengukuran perataan laba dalam penelitian menggunakan indeks eckel.

Digunakannya indeks eckel untuk mengindikasikan perusahaan yang melakukan

perataan laba (nilai indeks eckel dibawah 1) dengan yang tidak melakukan

perataan laba (nilai indeks eckel diatas 1). Perhitungan indeks eckel dilakukan

dengan rumus sebagai berikut (Eckel, 1981).

Page 13: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

13

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐸𝑐𝑘𝑒𝑙 =𝐶𝑉𝛥𝐼

𝐶𝑉𝛥𝑆

Keterangan :

ΔI = Perubahan laba dalam satu periode

ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dari perubahan

laba dan perubahan penjualan dibagi dengan nilai yang diharapkan dari perubahan laba (I) dan perubahan penjualan (S).

B. Variabel Independen (X)

1. Risiko Keuangan

Dalam penelitian ini risiko keuangan diproksikan dengan tingkat Leverage

yang menggunakan debt to asset ratio sebagai pengukurannya, dengan

formulasi sebagai berikut :

DTA/DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑠𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑠𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

2. Ukuran Perusahaan

Secara umum ukuran perusahaan biasanya diukur dengan total aset.

Perhitungan ukuran perusahaan dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

SIZE = Ln (Total Aset)

3. Kebijakan Dividen

Dalam penelitian ini rasio dividend payout ratio digunakan sebagai

pengukurannya dengan membandingkan dividend per share (DPS) dan

earning per share (EPS) dengan formulasi sebagai berikut :

Dividend Payout Ratio = 𝐷𝑃𝑆

𝐸𝑃𝑆

4. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan

publik. Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan saham yang

dimiliki oleh pihak luar dibawah 5 persen yang sumber pendanaannya

diperoleh dari saham masyarakat atau publik.

POWN = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Metode Analisis

A. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan gambaran umum dari semua variabel yang

digunakan dalam penelitian. Tabel statistik deskriptif menunjukkan jumlah

sampel, nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata (mean) serta standar

deviasi.

Page 14: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

14

B. Analisis Regresi Logistik

Analisa data menggunakan regresi logistik biner (Binary Logistic

Regression). Persamaan regresi yang digunakan adalah:

1. Uji Kelayakan Model Regresi (Overall Model Fit Test)

Uji normalitas tidak diperlukan pada model regresi logistik tetapi perlu

dilakukan pengujian kelayakan model regresi logistik (overall model fit)

yaitu:

a) Hosmer and Lemeshow

Pengujian ini dilakukan untuk menilai model dihipotesiskan agar data

sesuai dengan model. Jika nilai signifikan > 0,05, artinya model mampu

memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan data (Ghozali,

2016:328).

b) Likelihood

Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1,

maka menunjukkan model regresi yang baik (Ghozali, 2016:328).

c) Nagelkeke R Square

Nagelkeke R Square mengetahui seberapa besar variabel independen

mampu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali,

2016:329).

Pengujian Hipotesis

Pengujian regresi logistik biner untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian:

a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % atau taraf signifikasi 5

% (α = 0,05).

b. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi.

- Jika taraf signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

- Jika taraf signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian hipotesis

A. Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah data sebanyak

60. Diketahui bahwa variabel Y perataan laba memiliki nilai terendah 0 dan

nilai tertinggi 1. Nilai rata-rata sebesar 0,58 dan standar deviasi sebesar 0,497.

Kemudian variabel X1 risiko keuanga mempunyai nilai terendah sebesar

0,079, nilai tertinggi sebesar 0,764, nilai rata-rata 0,333, dan standar deviasi

sebesar 0,1767. Variabel X2 ukuran perusahaan mempunyai nilai terendah

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ECKEL 60 0 1 ,58 ,497

DAR 60 ,079 ,764 ,33337 ,176747

SIZE 60 21,713 28,842 25,41957 2,221049

DPR 60 ,035 5,667 ,58858 1,066435

POWN 60 ,038 ,519 ,33245 ,127432

Valid N

(listwise) 60

Page 15: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

15

sebesar 21,713, nilai tertinggi sebesar 28,842, nilai rata-rata 25,419 , dan

standar deviasi sebesar 2,221. Variabel X3 kebijakan dividen yang

diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR) mempunyai nilai terendah

sebesar 0,035, nilai tertinggi sebesar 5,667, nilai rata-rata 0,58858 , dan

standar deviasi sebesar 1,066435. Dan variabel X4 struktur kepemilikan yang

diproksikan dengan kepemilikan publik mempunyai nilai terendah sebesar

0,038, nilai tertinggi sebesar 0,519, nilai rata-rata 0,33245 , dan standar

deviasi sebesar 0,127432.

A. Uji Kelayakan Model Fit

1. Menilai Model Fit

Blok 0 : Beginning

Dari tabel Iteration History, Blok 0: Beginning dengan konstanta sebesar

81,503 atau memiliki distribusi X2 dengan df 59 (60-1).

Dan -2LogL yang kedua yaitu Blok 1: Method Enter sebesar 75,986 atau

memiliki distribusi X2 dengan df 55 (60-5). Dan menerima H0 dan model fit

dengan data.Dengan menselisihkan -2(L0-L1) yaitu 81,503 – 75,985 = 5,518

dan dengan df 4 (59-55), dan angka ini signifikan secara statistik bahwa H0

diterima dan model fit dengan data.

2. Nagelkerke R square Step -2 Log

likelihood Cox & Snell

R Square Nagelkerke R Square

1 75,985a ,088 ,118

Iteration History

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant

Step

0

1 81,503 ,333

2 81,503 ,336

3 81,503 ,336

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 81,503

c. Estimation terminated at iteration number 3 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Blok 1 : Method = Enter Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant DAR SIZE DPR POWN

Step

1

1 76,126 5,445 1,548 -,213 -,082 -,501

2 75,986 6,073 1,971 -,241 -,090 -,527

3 75,985 6,111 2,006 -,242 -,091 -,524

4 75,985 6,111 2,006 -,242 -,090 -,524

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 81,503

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than ,001.

Page 16: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

16

a. Estimation terminated at iteration number 8

because parameter estimates changed by less than ,001.

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Cox Snell’s R Square sebesar 0,088 dan

nilai Nagelkerke R square sebesar 0,118. Hal ini mengindikasi bahwa

variabilitas variabel dependen sebesar 11,8% sedangkan sisanya 89,2%

dijelaskan oleh variabel lainnya diluar variabel independen.

3. Hosmer and Lemeshow’s Test

Step Chi-square Df Sig.

1 13,016 8 ,111

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Chi-square sebesar 13,016 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,111. Dengan kesimpulan bahwa model telah cukup

menjelaskan data (fit).

4. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Persamaan Logistic Regression dapat dituliskan sebagai berikut:

Ln 𝜌

1−𝜌 = 6,111 + 2,006 – 0,242 – 0,90 – 0,524

Pembahasan Hasil Penelitian

A. Pengaruh risiko keuangan (X1) terhadap perataan laba

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel risiko keuangan yang

diproksikan dengan debt to asset ratio menunjukkan hasil signifikansi sebesar

0,261 > 0,05 yang membuktikan bahwa risiko keuangan tidak berpengaruh

terhadap perataan laba dan pengujian hipotesis pertama ditolak. Tidak

berpengaruhnya risiko keuangan diduga karena perusahaan yang mengalami

kesulitan keuangan mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki

perusahaan sesuai dengan jatuh tempo atau dengan menggunakan laba ditahan

untuk memenuhi kebutuhan dananya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bitner dan Dolan

(1996) dalam Aji dan Mita (2010) bahwa perusahaan yang memiliki risiko

keuangan yang tinggi akan menyebabkan manajemen cenderung untuk tidak

melakukan perataan laba karena perusahaan tidak ingin berbuat sesuatu yang

membahayakan dalam jangka panjang.

Tidak berpengaruhnya risiko keuangan terhadap perataan laba dalam

penelitian ini juga didukung dari data mentah yang diteliti yang menunjukkan

bahwa perusahaan yang memiliki nilai DAR diatas rata-rata sebesar 0,3334

seperti PT. Trias Sentosa Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk, dan PT. Lionmesh

Prima Tbk, dengan masing-masing nilai indeks eckel sebesar 6,174, 4,777, dan

1,860 yang berarti perusahaan tersebut tidak melakukan perataan laba, karena

Tabel 4.8

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step

1a

DAR 2,006 1,785 1,263 1 ,261 7,434

SIZE -,242 ,132 3,397 1 ,065 ,785

DPR -,090 ,270 ,113 1 ,737 ,913

POWN -,524 2,133 ,060 1 ,806 ,592

Consta

nt

6,111 3,564 2,940 1 ,086 450,92

4

a. Variable(s) entered on step 1: DAR, SIZE, DPR, POWN.

Page 17: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

17

nilai indeks eckel diatas 1 (satu). Dan perusahaan yang memiliki nilai DAR

dibawah rata-rata 0,3334 Seperti PT. Asahimas Flat Glass Tbk, PT. Arwana

Citramulia Tbk pada tahun 2013 dan 2014, PT. Lion Metal Tbk, PT Ekadharma

International Tbk tahun 2012-2015, PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk dengan

masing-masing nilai indeks eckel sebesar -20,846, -3,349, -14,907, dan -0,368

yang berarti perusahaan tersebut melakukan praktik perataan laba karena indeks

eckel dibawah 1 (satu). Sehingga terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai

risiko keuangan (debt to total asset) tinggi atau diatas rata-rata tidak menjadi

pendorong manajer untuk melakukan perataan laba (income smoothing).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Noviana dan Yuyetta (2011) yang

menyatakan bahwa risiko keuangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perataan laba (income smoothing). Akan tetapi tidak sejalan dengan

hasil penelitian dari Cahyani (2012), Yulia (2013) bahwa risiko keuangan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba (income smoothing).

B. Pengaruh ukuran perusahaan (X2) terhadap perataan laba

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel ukuran perusahaan (size)

menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,065 lebih besar dari 0,05 yang berarti

ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap perataan laba dan

pengujian hipotesis kedua ditolak. Tidak berpengaruhnya ukuran perusahaan

diduga karena perusahaan besar atau yang telah go public cenderung kurang

memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan

yang lebih kecil karena perusahaan besar atau go public lebih diperhatikan oleh

masyarakat dan investor sehingga membuat manajer akan lebih berhati-hati

dalam melakukan pelaporan keuangan.

Tidak berpengaruhnya ukuran perusahaan terhadap perataan laba dalam

penelitian ini juga didukung dari data mentah yang diteliti, bahwa perusahaan

yang memiliki nilai size diatas rata-rata sebesar 25,4196 seperti PT. Trias

Sentosa Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk dengan masing-masing nilai indeks

eckel sebesar 6,174,dan 4,777 yang berarti perusahaan tersebut tidak melakukan

perataan laba, karena nilai indeks eckel diatas 1 (satu). Dan perusahaan yang

memiliki nilai size dibawah rata-rata 25,4196 Seperti PT. Asahimas Flat Glass

Tbk, PT. Arwana Citramulia Tbk, PT AKR Corporindo Tbk dengan masing-

masing nilai indeks eckel sebesar -20,846, -3,349, dan -1,291 yang berarti

melakukan praktik perataan laba karena indeks eckel dibawah 1 (satu). Sehingga

terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan yang tinggi

atau diatas rata-rata tidak menjadi pendorong manajer untuk melakukan

perataan laba (income smoothing).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuvita

(2012) dan Masodah (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size)

tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun tidak sejalan dengan

penelitian Budiasih (2009), Hasanah (2013), dan Yulia (2013) yang

membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan

laba.

C. Pengaruh kebijakan dividen (X3) terhadap perataan laba

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel kebijakan dividen yang

diproksikan dengan dividend payout ratio menunjukkan hasil signifikansi

Page 18: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

18

sebesar 0,737 > 0,05 yang berarti variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh

terhadap perataan laba dan pengujian hipotesis ketiga ditolak. Hasil penelitian

ini berarti menunjukkan semakin besar kebijakan dividen atau dividend payout

ratio suatu perusahaan bukan berarti menjadi pendorong manajer untuk

melakukan perataan laba.

Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap perataan laba dapat

dikarenakan bahwa dividend payout ratio dalam penentuannya melibatkan pihak

pemegang saham perusahaan sehingga manajemen akan enggan untuk

melakukan tindakan perataan laba. Berdasarkan teori, pembagian dividen juga

tidak hanya tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh, seperti yang

dijelaskan dalam kebijkan pembagian dividen stabil, dimana pembagian dividen

dilakukan dengan menetapkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham

secara tetap per lembar saham untuk jangka tertentu walaupun laba perusahaan

berfluktuasi. Tetapi apabila dalam waktu tertentu mengalami kenaikan dan

sudah dipastikan stabil dalam beberapa tahun kedepan, maka dividen akan

ditingkatkan selama beberapa tahun kedepan. Hal ini dibuktikan pada

perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk memiliki nilai dividen per lembar

saham dari tahun 2012-2014 tetap sebesar Rp 200 dengan laba yang berfluktuasi

dan tidak melakukan perataan laba karena nilai indeks eckel diatas 1 (satu)

sebesar 4,777.

Tidak berpengaruhnya kebijakan dividen terhadap perataan laba dalam

penelitian ini juga didukung dari data mentah yang menunjukkan bahwa

perataan laba tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang memilki DPR tinggi,

namun perusahaan yang memilki DPR rendah juga melakukan perataan laba.

Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa perusahaan yang memiliki nilai DPR

dibawah rata-rata 0,5886. Seperti PT. Ekadharma International dan Tbk, PT.

Asahimas Flat Glass Tbk dengan masing-masing nilai Indeks eckel sebesar

0,851, dan -20,846 yang berarti melakukan praktik perataan laba, sehingga

terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai DPR dibawah rata-rata juga

melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Dika (2012) yang menemukan bahwa kebijakan dividen atau Dividend Payout

Ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Namun penelitian

Yulfita (2014) menunjukkan kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik

perataan laba.

D. Pengaruh Struktur Kepemilikan (X4) terhadap Perataan laba

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel struktur kepemilikan

publik menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,806 > 0,05 yang berarti variabel

struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap perataan laba dan

pengujian hipotesis keempat ditolak. Hal ini diduga karena tingginya presentase

kepemilikan saham oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi kepemilikan

saham oleh publik, maka semakin banyak informasi mengenai perusahaan yang

diketahui oleh publik. Akibatnya dapat menghalangi manajer untuk tidak

melakukan perataan laba karena tidak ingin risiko yang tinggi.

Tidak berpengaruhnya kepemilikan publik terhadap perataan laba dalam

penelitian ini juga didukung dari data mentah yang diteliti, bahwa perusahaan

yang memiliki nilai POWN diatas rata-rata sebesar 0,33245 seperti PT. Trias

Sentosa Tbk, dan PT Semen Indonesia Tbk dengan masing-masing nilai indeks

Page 19: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

19

eckel sebesar 6,174, dan 6,777 berarti perusahaan tersebut tidak melakukan

perataan laba. Dan perusahaan yang memiliki nilai POWN dibawah rata-rata

0,33245. Seperti PT. Ekadharma International Tbk, dan PT. Asahimas Flat Glass

Tbk dengan masing-masing nilai Indeks eckel sebesar 0,851, dan -20,846 yang

berarti melakukan praktik perataan laba karena indeks eckel dibawah 1 (satu).

Sehingga terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai struktur kepemilikan

publik yang tinggi atau diatas rata-rata tidak menjadi pendorong manajer untuk

melakukan perataan laba.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan Aji dan Mita (2010), Suranta dan

Merdistusi (2004) bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap

perataan laba. Namun tidak sejalan dengan penelitian Cahyani (2012) dan Putra

dan Suardana (2016) yang menunjukkan bahwa struktur kepemilikan

berpengaruh terhadap perataan laba.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pengujian regresi data dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba

(income smoothing) pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun pengamatan 2011-2015.

2) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada

perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun pengamatan 2011-2015.

3) Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada

perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun penSgamatan 2011-2015.

4) Struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada

perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun pengamatan 2011-2015.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini, sebaiknya perusahaan mampu meningkatkan kinerja

perusahaan dalam pengolahan perusahaan yang lebih efektif dan efisien

sehingga tidak adanya keinginan untuk melakukan perataan laba (income

smoothing) yang bisa saja dapat merugikan investor dan perusahaan tersebut.

2. Bagi Investor dan Kreditur

Dari hasil penelitian ini, pihak investor dan kreditur yang hendak

melakukan investasi dan memberikan fasilitas kredit disarankan selain

melihat laporan keuangan, investor juga mengamati pada perusahaan secara

langsung atau dengan laporan tahunan perusahaan dengan melihat laporan

auditor, reputasi auditor atau KAP yang digunakan dalam perusahaan, dan

melihat catatan atas laporan keuangan (disclosure) karena dapat memberikan

Page 20: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018

20

informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu

perusahaan.

3. Bagi Akademis dan Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini, pihak akademis dan peneliti selanjutnya dapat

menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dalam melakukan

penelitian sejenis ataupun sebagai bahan pengetahuan dan diharapkan untuk

penelitian selanjutnya untuk

1) Memperluas objek penelitian dengan menggunakan perusahaan sektor

lain dan menggunakan jangka waktu penelitian yang lebih banyak lagi,

2) Menggunakan model indeks lain seperti model Michelson atau model

discretionary accrual seperti yang digunakan penelitian aji dan mita

(2010),

3) Menggunakan vaiabel-variabel bebas lainnya yang memungkinkan

mempengaruhi praktik perataan laba, seperti kompensasi bonus,

4) Dan jika peneliti selanjutnya mengambil objek penelitian di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yaitu berupa laporan keuangan, diharapkan agar

melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk mendeteksi perataan laba.

Setelah ditemukannya masalah tersebut peneliti sebaiknya mencari tau

kembali bagaimana prosedur dilakukannya perataan laba pada

perusahaan atau menanyakan kepada Bursa Efek Indonesia hingga bisa

dipublishnya laporan keuangan perusahaan tersebut di BEI. Hal ini

dilakukan untuk mendukung pendeteksian perataan laba secara teori dan

praktek dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Mia dan Nur Fadjrih Asyik. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage

Operasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Jurnal

Ilmu & Riset Akuntansi. Vol 3(6) : 1-16

Aji Dhamar Yudho dan Mita Aria Farah. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko

Keuangan, Niliai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek

Perataan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di BEI, SNA XIII, Purwokerto

Albrecht, W. D. and Richardson, F. M., 1990.“Income Smoothing by Economy

Sector”, Journal of Business Finance& Accounting, Vol. 17 (5), pp. 713-730.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku Satu, Alih Bahasa Marwata

S.E., Akt. Jakarta : Salemba Empat.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi

Kelima. Buku Satu&Dua. Jakarta : Salemba Empat.

Budiasih, Igan. 2009. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan

Laba. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 4, No. 1. Januari. hal: 44-50.

Cahyani, Nuvita Dwi. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Perusahaan, Nilai

Perusahaan, Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan, dan Jenis Industri

Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI

Periode 2005-2010.JURAKSI 1(2) : 15-30

Page 21: THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE …jurnalmadani.stiemadani.ac.id/assets/FILE/20190102_133904_Jurnal_10.pdf · jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau

The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan

Company

21

Dedhy Setiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia. 2011. Creative Accounting –

Mengungkap Manajeman Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba

Empat.

Eckel, N., 1981. “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, Abacus, Vol. 17,

pp. 28-40.

Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM

SPSS23. Edisi 8, PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam dan Dr. Anis Chariri. 2007. Teori AKuntansi Edisi Keempat.

Semarang: Universitas Diponegoro

Harahap, Sofyan Syafri. 2012. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Raja grafindo

Persada. Jakarta.

Jensen, M. C. dan Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior:

Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol.

3, No. 4, Hlm. 305-360.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers

Koch, Bruce S., 1981. “Income Smoothing : An Experient”. Accounting Review,

Juli, pp. 574-586.

Munawir. 2014. Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta.

Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi &

Auditing 8(1) : 69-81S

Sartono, Agus. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi ke empat.

Yogyakarta: BPFE.

Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory International Edition. New

Jersey : Prentice – Hall, Inc.

Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan

Keagenan dan Informasi Asimetri. Edisi Permata .Yogyakarta : Graha Ilmu

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta :

PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha

Ilmu

Yulia, Mona. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial

Leverage dan Nilai Saham terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)

pada Perusahaan Manufaktur, Keuangan, dan Pertambangan yang terdaftar

di BEI. Skripsi. Universitas Negeri Padang.