the anticipation of roles childhood...

28
the Anticipation of R oles the Anticipation of R oles Dr.J an Prase tyo ,SpKJ (K)

Upload: truongthu

Post on 09-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Childhood and Childhood and the Anticipation of Rolesthe Anticipation of Roles

Dr. J an Prasetyo, SpKJ (K)

• Seorang anak harus mengetahui mau menjadi orang yang seperti apa DIRINYA kelak. lalu ia meng-identifikasikan dirinya dengan orangtuanya, yang tampak baginya penuh kekuatan dan cantik, meskipun sering unreasonable (tak masuk akal), disagreeable (marah-marah) dan dangerous (berbahaya).

• 3 macam perkembangan yg mendukung fase ini :1) Anak belajar uNtUk bergerak bebas DAN

lepas dENgAn tujuan-tujuan yANg tak terbatas.

2) Kemampuan berbahasa anak meningkat sampai taraf mengerti dan bANyAk bertanya tentang segala hal, tApI bisa disalahartikan oleh anak.

3) Bahasa dan lokomotor membuat anak dApAt mengembangkan imajinasinya dAlAm bANyAk peran, dimana HAL-HAL YANG MENAKUTKAN DIRINYA tIdAk dPt dihindari dENgAn hal apa yANg DIimpikan

• Hal ini merupakan a sense of initiative sEbAgAI dasar uNtUk rasa ambisi dan tujuan yANg realistik.

• KRITERIA S ense of initiative yANg utuh:krisis mengalami resolusi ketika anak tAmpAk “lebih menjadi dirinya”, lebih mencintai, lebih rIlEks dan LEBIH cerdas dAlAm pertimbanganNYA Anak tampak lebih aktif.

• Anak jUgA mempunyai energi lebih sehingga dENgAn cepat melupakan kegagalan dan menghampiri daerah baru yANg diinginkanNYA, sekalipun tAmpAk berbahaya, dENgAn semangat yANg menyala-nyala dan peningkatan sense of direction.

• PAdA akhir tahun ke-3:anak SUDAH DAPAT berjalan DENGAN

MUDAH. ANAK mulai membuat perbandingan dan

mengembangkan suatu rasa ingin tahuNYA tENtANg perbedaan-PERBEDAAN dAlAm ukuran, tERmAsUk perbedaan tENtANg seksual dan usia.

ANAK mencoba uNtUk memahami peranan masa dEpAn yANg memUNgkInkan dan menghubungkannya dENgAn usianya sendiri.

DibAwAh bimbingan anak yANg lebih tua atau pembimbing wanita khusus, ANAK masuk dAlAm infantile politics di taman kanak-kanak, sudut jalan dan pekarangan.

ANAK belajar dENgAn intrusive dan giat yANg membuatnya terlepas dari keterbatasannya dan menuju kePADA kemUNgkInan-KEMUNGKINAN di masa dEpAn.

• The Intrusive Mode:perilaku yANg mendominasi fase ini ditandai dENgAn aktivitas dan fantasi yANg “menyerupai”, TERMASUK:1) intrusi pAdA ruang dENgAn gerakan

yANg penuh semangat.2) intrusi pAdA sesuatu yANg tIdAk

diketahui dENgAn penuh keingintahuan.3) intrusi pada telinga dan pikiran orANg

dENgAn suara yANg agresif.

4) intrusi pAdA tubuh dENgAn serangan pAdA fisik.

5) dan sering yANg paling menakutkan pikiran phallus mengintrusi tubuh ♀

DIsebut the phallic stage dAlAm teori seksual infantil fase keingintahuan infantil

terhadap eksitabilitas genital, preokupasi dan kepedulian yANg berlebihan terhadap hal seksual seperti hilangnya penis pAdA anak perempuan.

• “Genital” disini tentu saja rudimenter, bahkan sering tidak terlalu diperhatikan. Bila tidak secara spesifik diprovokasi ke dalam manifestasi prekoks terutama oleh praktik seduktif atau ditunjuk oleh larangan dan ancaman “cutting it off” hal ini mengarah tidak lebih dari suatu seri pengalaman yang menarik yang dengan segera akan menjadi menakutkan dan cukup tanpa makna untuk direpresi.

• Freud menyebutnya “Periode Laten” suatu penundaan panjang yang memisahkan seksualitas infantil dan maturasi seksual secara fisik disertai oleh pengenalan fakta bahwa walaupun telah berusaha dengan imajinasi dirinya yang dapat menjadi seorang ibu dan ayah kelak akan menjadi ayah yang akan berhubungan seksual dengan ibu, atau sebaliknya.

Emosional yang sangat dalam memberi konsekuensi dengan adanya insight dan magic fears oleh Freud disebut Oedipus Com plex.

• Berdasarkan pada logika perkembangan yang memutuskan bahwa anak laki-laki melekatkan first genital affection-nya pada ibu (maternal adult) yang memberikan kenyamanan pada tubuhnya dan anak laki-laki mengembangkan first sexual rivalry-nya melawan ayah.

• Anak perempuan kecil menjadi lengket dengan ayahnya dan laki-laki penting lainnya dan menjadi cemburu terhadap ibunya Perkembangan ini membuatnya menjadi sangat cemas.

• Anak perempuan sering mengalami suatu perubahan pada fase ini mereka mengobservasi secara cepat atau lambat bahwa lokomotor, mental dan intrusif sosial mereka sekuat anak laki-laki membuat mereka menjadi “tomboy” yang sempurna, namun mereka kekurangan satu hal yaitu “penis”. Anak laki-laki memiliki organ tsb yang tampak, dapat ereksi dimana ia dapat meraih mimpinya seperti orang dewasa.

• Klitoris anak perempuan hanya mimpi buruk tentang kesamaan seksual, dan bahkan ia tidak memiliki payudara yang analog dengan ukuran masa depannya.

• Ibu yang mendominasi rumah tangga, anak laki-laki dapat mengembangkan rasa inadekuatnya karena ia belajar pada fase ini bahwa dirinya dapat berbuat baik saat bermain dan bekerja, ia tidak pernah menjadi “boss” terhadap rumahnya, ibunya atau saudara-saudara perempuannya yang lebih tua.

• Karena kepentingan kehidupan ekonomi dan sosial membuat peran pria dan wanita dapat dimengerti memberikan sesuatu yang salah secara dini tentang perbedaan seksual lebih mudah terintegrasi ke dalam corak budaya untuk diferensiasi peran seksual.

• Baik anak laki-laki dan perempuan mengapresiasi harapan secara luar biasa bahwa kelak mereka akan menjadi sebaik ayah atau ibunya – mungkin lebih baik.

• Pada fase ambulatory bermain dan infantil secara genital, menambah penemuan modalitas sosial dasar pada kedua jenis kelamin yang “membuat” (“making”), childlike sense of “being on the make”.

• modalitas sosial dasar kenikmatan pada kompetisi, desakan pada tujuan, kesenangan pada penaklukan.

• Anak mengembangkan cikal bakal inisiatif maskulin atau feminin sexual self-images menjadi bagian yang penting dalam aspek positif dan negatif identita s s eks ua l di kemudian hari.

• S ense of guilt yang dalam dibangkitkan suatu rasa aneh, untuk menyiratkan bahwa tiap manusia telah melakukan perbuatan dan kejahatan.

• Sementara perjuangan untuk otonomi memburuk yang terkonsentrasi pada persaingan lebih pada suatu ekspresi jealous rage yang sering secara langsung melawan saudaranya yang lebih muda.

• Cemburu dan persaingan sering menyakiti hati menjadi klimaks pada kontes akhir untuk mendapatkan posisi yang disayangi oleh ayah atau ibunya kegagalan menyebabkan rasa bersalah dan cemas.

• Castration Com plex:pada anak laki-laki : ketakutan kehilangan

penis.pada anak perempuan : ia kehilangan

penis sebagai hukuman atau fantasi dan perbuatan rahasia.

• Pemimpin tertinggi dari initiative adalah suara hati (conscience).

• Seorang anak tidak hanya merasa takut tapi juga mendengar “inner voice”-nya terhadap self-observation, self-guidance, dan self-punishment yang terbagi-bagi dalam dirinya merupakan dasar moralitas.

• Suara hati anak dapat primitif, kejam dan tidak kompromi yang dapat diobservasi pada kejadian dimana anak belajar untuk mengkonstriksi dirinya terhadap semua larangan; ketika mereka menjadi patuh seperti yang diharapkan orangtuanya;

ketika mereka regresi dan marah karena orangtuanya tidak memperhati kan suara hati mereka salah satu konflik terdalam dalam hidup disebab kan oleh kebencian terhadap orangtua nya yang pada awalnya sebagai model dan eksekutor suara hatinya, tapi kemudian mencoba untuk “meloloskan diri” (“get away with”) dari pelanggaran dimana anak tidak dapat mentoleransinya.

• Kecurigaan dan pengelakan yang ditambahkan pada kualitas “all-or- nothing” dari superego membuat bahaya besar yang potensial terhadap dirinya dan para pengikutnya.

• Moralitas dapat menjadi sinonim dengan “mendendam” dan supresi terhadap orang lain.

• Konsekuensi patologis pada fase ini tidak muncul sampai nanti ketika Konflik atas inisiatif diekspresikan sebagai Hysterical Denial atau S elf Restriction yang mempertahankan seseorang untuk hidup dengan kapasitas dalam dirinya atau kekuatan imajinasi dan perasaannya, bila tidak dalam hubungannya dengan impotensi seksual atau frigiditas.

• Banyak orang dewasa yang merasa “berharga sebagai orang” pada apa yang mereka tuju di masa datang, bukan apa yang mereka lakukan saat ini.

• Konsekuensinya tubuh terus dipacu sekalipun sedang istirahat berkontribusi besar dalam penyakit psikosomatis.

• Dalam perkembangan identitas orang dewasa menceritakan contoh-contoh tentang kehidupan yang hebat dan kehebatan masa lalunya, menawarkan anak-anak ini tentang ethos of action dalam bentuk tipe yang ideal dan teknik-teknik yang cukup menyenangkan untuk menggantikan tokoh pahlawan yang ada di buku cerita atau dongeng.

• Permainan (play) kapan dimulainya, kapan harus dihentikan, apa yang “tidak boleh”, apa sanksinya bila dilanggar.

• Untuk anak identifikasi baru yang menjanjikan inisiatif yang luas tapi kurang menimbulkan konflik dan rasa bersalah terhadap persaingan di rumah.

• Dalam hubungannya dengan kegiatan bermain dan bekerja Persahabatan (companionship) dapat berkembang antara ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak perempuan dan masyarakat.

• Pada Fase Oedipal tidak hanya moral sense apa yang diperbolehkan atau tidak, tetapi juga mengatur arah apa yang mungkin dan nyata yang melibatkan impian infantil dalam berbagai tujuan teknologi dan budaya.

• “I am what I can imagine I will be” Kekecewaan yang luas atas kesenjangan antara infantile ideals dan adolescent reality yang lepas menjadi guilt and violence cycle yang berbahaya untuk eksistensinya.

TERIMAKASIH