tffiffi$affiak peiidai{iauan

8
PHNGAffiLJffi Kffiffi&ffiffru&ffiH ffiAh{Aru PffiruYAffiAK FCIRMALIN DAN $Y&$TAru YffiffiH&ffi&P KUALNTA$ KULIT IKAN PARI Tffiffi$AffiAK (THH ftrF&dJtrtr#ffi ffitr ffi#JkfffistrAffiCIru OF F&RrvtALtN AND SYNTAru AS trAruru#ru# Affiffi$WP ffitr ffifffi QI'AETY OF TANNED sydruffiffiAw{_€ArngRJ Latif Sahufu aux&r), A::rbar Fartiwiningrum'), Adityo Triarso Famungkas') Hurail : f,atifs ahub atv aZAA 4 @yaho o. com Diterima: X 3 Res*i:nher 2Sl0 Disetujui: l3 September 20ll ABSTKACT Thtis resercrclz rxr.wed. ta $eferwp{.pae tlae effc*t af tke cambinatian af tanning materials fonnalin arcd qtwtnn) t* {ke qgu*{ity *ttnmwed stingruy leather" Campasitians oftanningmaterials that being tested wep"e: '$ 9'a "{"*rw*,afive a 6 I'a syretan (sarnple A) , 4 %formnlin + 8 ah syntan (sarnple B), 6 %forrns,lin + 6 96 $,ftgsn!'t" is*.ntp{e C} und 6 %formalin + I Ya syntan (sample D). Test parameters tleat were nbserved: tke tensile strength Qd/cm'), tear strength (N/cm), shrinkage temperature ("C), conterct oil l-{''at ffi, und water cantent (a/a). Data results were then compared with standard v*fue frcw *f s{iwgray ts.zened leather fram SNI (Indonesian National Standard) SNL 06-6121-199p" T"he a*rnparerj data were then analyzed by variance analysis with significantly af 95 Ya (w"0.[}5)" Resufts from variance analysis shawed that a combination of tanning agent B ('f 8"4'f"*rrwniira, symtaw I Ya) was the best treutment material to produce the best result, with tensile str*mgth st 2,81A,A8 N/cm2, tear strength at 672.96 N/cm, wrinkle temperatut"e at 79.67 "C, msisture e*ntent at ]4,99 ok and fat content at 4.38 %. The results suggest that the carnbiwatiaw, uf 4%.forma,lin, syntan I ok praduce the best result of all test parameters tkerefore mafcing tke tewwed stingray leather qwalifu the requirements of SNI standard 06-6 I 2 I ^ I I I I to be w,s *.d ei,s r*w watet ials f,or leather gaods. Keywords: eaml;{wati*n, fawmireg agewt,forrrculirc, syntan, qwality, tanned stringray leather ABSTRAK Penelitian bertu"jr.aa:a u'ntuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan penyamak (formalin dan syntan) terhadap kualltas sampel kulit ikan pari tersamak. Periakuan yang dicobakan ps5ing-rnasfurg: eampwan foruonatrin4e/n+ syntan 6%(A), campuran forrnalin 4Yo+ syntan 8% @), campuran formalin 6n/a + syrtan 6 % (C), dan carnpuran formalin 6Yo + syntan 8 % (D). Parameter uji yang diarmati n"lelip*ti: kekuatan tarik (N/cnt'), kekuatan sobek (I.{/cm), suhu kerut (oC), kadar minyak/lemak (%), dan kadar ak (%). Data hasitr penelitian dibandingkan dengan SNI kulit pari tersamak (SNI. 06-612 t - X 999), kernudian dianalisis dengan analisa varian pada tingkat kepercayaan 95 % {u.S,05}" Hasil analisa varian menunjukkan bahwa kombinasi bahan penyamak (forrnalin 4 o/o, syntnn I %) ralerupakan perlakuan terbaik dengan nilai kekuatan tarik 2.810,08 N/cm', kekuatan sclbek 672,96 N/cm, suhu kerut 79,67 oC, kadar atr 74,99 Yo,kadar lemak 4,38Va, dan telah memienuhi persyaratan SNI 06-6121-1999, sebagai bahan baku kulit tersamak untuk bareng kulit. Kata kunci: konrbinasi, bahan penyamrak, fonnalin, syntan, kuatritas, kulit ikan pari tersamak PEIIDAI{IAUAN berpotensi ekonomi untuk peningkatan Perairan taut trnd*mesia r-"nenmitiki pendapatan dan kesejalreraan neiayan, namun sumber daya perikamnm snngat hesa,r, kenyataannyamasihjauhdariharapan. Sering ') Jurusan Perikanan, Fakultas Fertaniad U&M, ' F rkoltru Peternaica:l IIGM ffiAJAtAhl KULI-|, KARET EAN PL/{ST|K Vol. 27 No. 1 Desember Tahun 2011 : 3845

Upload: phungnhan

Post on 09-Feb-2017

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PHNGAffiLJffi Kffiffi&ffiffru&ffiH ffiAh{Aru PffiruYAffiAK FCIRMALINDAN $Y&$TAru YffiffiH&ffi&P KUALNTA$ KULIT IKAN PARI

Tffiffi$AffiAK(THH ftrF&dJtrtr#ffi ffitr ffi#JkfffistrAffiCIru OF F&RrvtALtN AND

SYNTAru AS trAruru#ru# Affiffi$WP ffitr ffifffi QI'AETY OF TANNEDsydruffiffiAw{_€ArngRJ

Latif Sahufu aux&r), A::rbar Fartiwiningrum'), Adityo Triarso Famungkas')Hurail : f,atifs ahub atv aZAA 4 @yaho o. com

Diterima: X 3 Res*i:nher 2Sl0 Disetujui: l3 September 20ll

ABSTKACTThtis resercrclz rxr.wed. ta $eferwp{.pae tlae effc*t af tke cambinatian af tanning materials

fonnalin arcd qtwtnn) t* {ke qgu*{ity *ttnmwed stingruy leather" Campasitians oftanningmaterialsthat being tested wep"e: '$ 9'a "{"*rw*,afive a 6 I'a syretan (sarnple A) , 4 %formnlin + 8 ah syntan (sarnpleB), 6 %forrns,lin + 6 96 $,ftgsn!'t" is*.ntp{e C} und 6 %formalin + I Ya syntan (sample D). Testparameters tleat were nbserved: tke tensile strength Qd/cm'), tear strength (N/cm), shrinkagetemperature ("C), conterct oil l-{''at ffi, und water cantent (a/a). Data results were then comparedwith standard v*fue frcw *f s{iwgray ts.zened leather fram SNI (Indonesian National Standard)SNL 06-6121-199p" T"he a*rnparerj data were then analyzed by variance analysis withsignificantly af 95 Ya (w"0.[}5)" Resufts from variance analysis shawed that a combination oftanning agent B ('f 8"4'f"*rrwniira, symtaw I Ya) was the best treutment material to produce the bestresult, with tensile str*mgth st 2,81A,A8 N/cm2, tear strength at 672.96 N/cm, wrinkletemperatut"e at 79.67 "C, msisture e*ntent at ]4,99 ok and fat content at 4.38 %. The resultssuggest that the carnbiwatiaw, uf 4%.forma,lin, syntan I ok praduce the best result of all testparameters tkerefore mafcing tke tewwed stingray leather qwalifu the requirements of SNIstandard 06-6 I 2 I ^ I I I I to be w,s *.d ei,s r*w watet ials f,or leather gaods.

Keywords: eaml;{wati*n, fawmireg agewt,forrrculirc, syntan, qwality, tanned stringray leather

ABSTRAKPenelitian bertu"jr.aa:a u'ntuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan penyamak (formalin

dan syntan) terhadap kualltas sampel kulit ikan pari tersamak. Periakuan yang dicobakanps5ing-rnasfurg: eampwan foruonatrin4e/n+ syntan 6%(A), campuran forrnalin 4Yo+ syntan 8%@), campuran formalin 6n/a + syrtan 6 % (C), dan carnpuran formalin 6Yo + syntan 8 % (D).Parameter uji yang diarmati n"lelip*ti: kekuatan tarik (N/cnt'), kekuatan sobek (I.{/cm), suhu kerut(oC), kadar minyak/lemak (%), dan kadar ak (%). Data hasitr penelitian dibandingkan dengan SNIkulit pari tersamak (SNI. 06-612 t - X 999), kernudian dianalisis dengan analisa varian pada tingkatkepercayaan 95 % {u.S,05}" Hasil analisa varian menunjukkan bahwa kombinasi bahanpenyamak (forrnalin 4 o/o, syntnn I %) ralerupakan perlakuan terbaik dengan nilai kekuatan tarik2.810,08 N/cm', kekuatan sclbek 672,96 N/cm, suhu kerut 79,67 oC, kadar atr 74,99 Yo,kadarlemak 4,38Va, dan telah memienuhi persyaratan SNI 06-6121-1999, sebagai bahan baku kulittersamak untuk bareng kulit.

Kata kunci: konrbinasi, bahan penyamrak, fonnalin, syntan, kuatritas, kulit ikan pari tersamak

PEIIDAI{IAUAN berpotensi ekonomi untuk peningkatanPerairan taut trnd*mesia r-"nenmitiki pendapatan dan kesejalreraan neiayan, namun

sumber daya perikamnm snngat hesa,r, kenyataannyamasihjauhdariharapan. Sering

') Jurusan Perikanan, Fakultas Fertaniad U&M, ' F rkoltru Peternaica:l IIGM

ffiAJAtAhl KULI-|, KARET EAN PL/{ST|K Vol. 27 No. 1 Desember Tahun 2011 : 3845

menjadi berita hangat bahwa masyarakatnelayan hidup dalam kondisi serbakekurangan (marginal) sehingga tidak mampumemberikan kebutuhan sosial-ekonomikeluarga yang layak. Kondisi tersebut tidaklepas dari rendahnya Iptels, keterbatasanmodal, serta fasilitas dalam mengembangkanusaha perikanan. Peningkatan kesejahteraannelayan diusahakan melalui pemberdayaanketerampilan keluarga nelayan dalammengolah hasil samping penangkapan. Salahsatu model pemberdayaan yaitu peningkatanketerampilan penyamakan kulit, terutamakulit ikanpari yang memiliki nilai jual tinggt.

Hasil sampingan kulit ikan pari dapatditingkatkan nilai ekonomlnya melalui teknikpenyamakan untuk menghasilkan bahan bakukulit (larlit stabil), sebagai upaya peningkatanpendapatan dan kesej ahteraan nelayan, karenadapat diolah menjadi barang jadi sepertidompet, tas, jaket, ikat pinggang, sepatu, danproduk kulit lainnya yang bernilai ekonomis.Produk kulit yang dihasilkan memiliki cirikfias dimana terdapat manik-manik danbutiran mutiara keras pada permukaan kulityang berkilau-kilau dengan daya tank yangmenakjubkan (Tambunan, 1992 ; Sahubawadan Pertiwiningrum, 2008). Menurut (Untari,1997) serta (Sahubawa dan Pertiwiningrum,2008), ikan pari mempunyai kulit dan rajahyang menarik setelah disamak dan diolahmenjadi produk karena adanya manik-manikdan mutiara yang tidak dimiliki jenis ikan lainserta memperlihatkan orisinilitas produk.

Ikan pari hasil sampingan penangkapan(by-catch) jaring purse-seine, gill-net, dantrawl yang selama ini belum dimanfaatkansecara optimal sebagai sumber penghasilannelayan, temyata dapat diolah menjadi bahanbaku industri dan betbagai produk yangmemiliki nilai tambah (value-added) sangatbesar untuk pasar lokal maupun ekspor. Jenisby-catch rni dirasakan sangat penting danmendesak untuk dimanfaatkan sebagai bahanbaku kulit non konvensional untuk produkturunan sebagai usaha ekonomi produkmasyarakat. Ikan pari merupakan salah satuhasil tangkapan nelayan yang didaratkansepanjang tahun dengan produksi cukup tinggidi setiap tempat pendaratan ikan (TPI) diIndonesia dan khususnya di pantai SelatanPulau Jawa (Sahubawa, 2007).

Penyamakan kulit adalah teknikpengolahan untuk mengubah kulit mentahhewan besar (hides) dan hewan kecil (sfuns)yang bersifat labil menjadi kulit tersamak(leather) yang stabil terhadap perubahan danatau perlakuan fisik (suhu dan kelembaban),kimia (bahan kimia reaktif), sertamilaobiologis (bakteri, kapang, dan jamw)sehingga kulit tersamak menjadi awet, kuatserta dapat dipakai untuk bahan baku produkkulit (Tambunan, 1,992; Untari, 1997 ;

Sahubawa dan Pertiwiningrum, 2008). Kulitikan pari yang dimanfaatkan hanya bagianpunggung yang memiliki manik-manik danmutiara. Pada proses penyamakan, butiranmanik-manik dan mutiara harusdipertahankan tetap utuh, sehingga dapatdiolah menjadi produk kulit yang menarik.Mutu kulit pari tersamak sangat baik, sertalebihkuat dan tahanterhadap perubahan fisik,kimia dan mikrobiologis dikernbangkan jeniskulit lainnya, berpola spesifft, bahkan sangatmenarik dan memiliki nilai ekonomi tinggidibandingkan kulit konvensional (kerbau,sapi, domba, karnbing, dan lainJain). Polayang spesifik pada kulit ikan pari, menjadikanproduk kulit pari lebih istimewa, bahkanmemiliki dayatarik (preferensi) konsumenyang cukup besar (Sahubawa danPeriwiningrum, 2008). Agar limbah kulit ikanpari dapat dimanfaatkan dan diaplikasikannelayan sebagai usaha ekonomi produktifaltematif, maka diperlukan penelitian lebihlanjut tentang efektivitas camprran bahanp enyamak formalin dan syntan.

Penyamakan kombinasi adalahpenggunaan dua atau lebih bahan penyamaksebagai suatu perlakuan dalam prosespenyamakan untuk menghasilkan kulittersamak yang berkualitas tinggi.Penggunaan campuran bahan penyamakbertujuan untuk memperbaiki danmeningkatkan kualitas kulit tersamak karena6ssing-masing bahan penyamak dapat salingmenutupi kekurangan sifat melaluikeunggulan yang dimiliki. Syntanmenghasilkan kulit tersamak yang cukuplcmas dan cerah, sedangkan formalinmenghasilkan kulit tersamak dengan sifatkelemasan, kekuatan tarik, dan kekuatansobek yang tinggi (Pumomo, I 99 1 ).

l(A.,lAN PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENYAMAK..............'...(Latif S., dkk) 39

Tujuan penelitian adalah: mengetahuipengaruh kombinasi bahan penyamakformalin dan syntan terhadap lualitas fisik-kimia kulit ikan pari tersamak. Manfaat yangdiharapkan adalah sebagai salah satu sumberpendapatan alterratif untuk nelayan sertasebagai usaha ekonomi produktif untukinvestor yang tertarik di bidang pengolahanproduk kulit ikan khususnya dan produk kulitumumnya.

BAIIANDANMETODEBahanPenelitianBahan baku utama yaitu kulit ikan pari segaryang berasal dari nelayan Pantai GesingGunungkidul, bahan penyamak fonnalin dansyntan, air leding, enzim pankreas sapi yangdiperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPII)Fakultas. Peternakan UGM, NazCO:, NazS,amonium sulfida, minyak sintetis, teefol,NaHCOr, Ca(OH)2, HCOOH, HzSO+,antiseptik, garam, dan bahan tambahanlainnya.

AlatPenelitianPeralatan yang digunakan yaitu: ember

plastik, pisau seset (pisau fleshing),lipfangan, gelas ukur, manglnrk, kertas pH,termometer, sarung tangan, alat peregang kulit(stacking manual), papan pentang, sofutesstester merk, tensile strength merk.

CaraPercobaanPenelitian didesain dengan 4 (empat)

perlakuan campuran bahan penyamak,masing-masing: perlakuan A (campuranformalin 4 Yo + syntan 6 %) ; perlakuan B(campuran formalin 4 o/o + srytan 8 %) ;perlakuan C (campuran formalin $/s+ syntan6%); dan perlakuan D (campuran formalin 6o/o * syntan 8 %).Masing-masing perlakuandibuat 3 (tiga) kali pengulangan enalisadengan tujuan untuk mendapatkan datayanglebihvalid.

Pelaksanaan PenelitianPelaksanaan penelitian dilakukan

dengan tahap sebagai berikut:l. Pengawetankulit.

Sampel kulit ikan pari diawetkan dengangaram kristal secaxa berlapis dalam bokspenyimpanan sampel, disimpan dalamcold-storage selama 1 (satu) minggu.

2. Penyiapansampel.Keluarkan sampel kulit dalam boks yangdisimpan dalam cold-storage, cuci dalamair mengalir untuk menghilangkan garamdan mencairkan kebekuan kulit.

3. Sampel kulit dilakukan prosesperendaman dalam larutan teepol (afu 200Yo, NaHCO 0,5 o , teepol 0,5 o ),aduk/diputar *20 menit, selanjutnya dicucidengan air mengalir sampai bersih.

4. Pengapuran.Sampel kulit dilakukan proses pengapurandalam larutan kapur (400% ak,2o/oNazS),diaduk selama 30 menit, tan:.frlah 6 %kapur, dan aduk selama 20 menit, diamkanselama 60 menit, aduk selama 10 menit,diarnkan selama 60 menit, simpan selama24 jam, aduk selama 30 menit, kemudiancuci bersih dengan air mengalir

5. Pembuangandaging.Kulit disikat dengan sikat kawat sampaibersih, cuci dengan air mengalir hinggabersih, kemudian hilangkan dagingnya.

6. Pengapuranulang.Kulit direndam dalam larutan kapur (400Yo ak, 6 Yo kaprr, 0,5 Yo teepo[), adl*-selama I 0 menit diamkan selama 60 menit(diulangi 2I<aIi), dibiarkan selama satumalam, kemudian disikat dan dicucihinggakulitbersih.

7. Pembuangankapur.Kulit direndam dalam larutan (400 %o au,2% ZA), diaduk selama 30 menit,ditambahkan 0,5 Yo FA dalam larutansecaxa bertahap sambil diaduk selama 15menit, kemudian uji pH larutan (7-8).

8. Pembuangan lemak/minyak.MasukJcan sampel kulit dalam larutanteepol, tambahkan lanfian b ating sebanyakI o/o, a&skselama 30 menit, kemudian cucibersih.

9. Pengikisanprotein.Sampel kulit direndam dalam larutankimia hasil proses pembuangan kapur,ditambahkan dengan enzim, diadukselama 60 menit, kemudian uji denganthumb test dengan caxa menekan kulit.

10. Pengasaman.Sampel kulit dimasul&an dalam larutan

Q00 % atr, 17 Vo garam dan 0,5 Yo

minyak), aduk selama 10 menit,

MAJALAH KULIT, KARET DAN PLAST|KVol.2T No. I DesemberTahun 2011 : 38.d5

tambahkan 1 % FA (secara bertahap, 2kali)dengan pengadukan selama 15 menit,tambahkan 1,5 oA asam sulfat (secarabertahap, 3 kali) dengan selang waktu 15

menit, diaduk selama 60 menit (periksa pH*3), adukkembali selama l jam, kemudianrendam semalam. Hari berkuftrya, sampeldiaduk selama 30 menit dengan conftol pH3,5-4,0.

11. Penyamakan"Sampel kulit direndam dalam 200 %larutanpickle, tambah 1 % sodakue, adukselama 20 menit (pada 2 tahap), masing-masing 10 menit hingga mencapai pH 5,tambahkan 0,5 o minyak, aduk selama10 menit, tambahkan perlakuan(perbandingan carnpuran formalin dansyntan: 4 0/o:6 %; 4 %:8%; 6 %:6 %; 6 o/o:8

%), aduk selama 3 jam, tambahkan t,5 o

soda kue (3 tahap) masing-masing selama20 menit, aduk kembali selama 3 jam, tespHx7, diamkan selama satu malam. Hariberikutnya, aduk kembali selama 30 menitUntuk mengetahui kematangan kulit,dilakukan boiling test dengan caramemasukkan kulit pada air panas bersuhu75-80 oC, selanjutnya sampel kulit dicucibersih.

12. Netalisasi.Masukkan sampel kulit dalam larutanNaHCOT 1,5 o , tambabkan air Untukmengetahui kematangan kulit, dilakukanboiling test dengan cara memasulftan kulitpada ak panas bersuhu 70-80 oC,

selanjufirya sampel kulit dicuci bersih.l3.Penyamakanulang.

Sampel kulit dimasukftan dalam 200 % anhangat bersuhu 40 "Cditanrbah bahansyntan 6 o/o, dradttk selama 60 menit,kemudian dicuci bersih.

14. Peminyakan.Sampel kulit direndam dalam 200 % atrhangat dengan suhu 60"C, talrn;bahkan 6%minyak sulfonasi, aduk selama 90 menit,tambahkan I %FA dan aduk selama 20menit. Periksa pH larutan (pH 3-4),kemudian dicuci bersih.

15. Selanjutnya arnpel kulit dilakukan aging,st a cking, dan brus hing.

16. Pembasahanulang.Sampel kulit dilalcukan pembasahan ulang400 % ak hangat (suhu 40 "C), ditambah

wetting agent, 0,5 Vo ammoniak, diadukselama 30 menit dan cuci bersih. Rendamkembali dalam air hangat sebanyak 4 00 yo,

aduk selama 10 menit, selanjutnya dicucibersih.

17. Pewamaan.Pewamaan dasar dilalokan menggunakanair 50 % dan cat dasar I Yo, dan diadukselama 60 menit tambahkan I % EA adukselama20menit.

18. Finishing.Sebelum dilakukan finishing dilakukanpengeringan, pementangan, pelemasan,danpengamplasan.

ParameterUjiParameter uji yang diamati sesuai SNL

06-6121 -1999 (peruntukftan kulit pari sebagaibahan baku barang kulit), yaitu: kekuatan tarik(N/cr#), kekuatan sobek (N/cm), suhu kerut('C), kadar lemak/minyak (%), dan kadar air(%).

MetodeAnaHsisDataData hasil uji dari 4 (empat) perlakuan

yang dicobakan, dibandingkan dengan SNI06-6121-1999, dengan tujuan mengkaji mutukulit pari tersamak yang dihasilkan sebagaibahan baku barang kulit. Selanjutrya, datahasil pengamatan diuji secara statistik dengananalisis sidik ragam untuk melihat pengaruhfaktor sebagai sumber perlakuan serta ujiperbandingan berganda (Uji BNI) dengantujuan untuk melihat perbedaan antarperlakuan terhadap kualitas kulit paritersamakpada tingkat signifftansi 95 %.

HASILDAI\PEMBAHASANKekuatan Ta rik (Ten sil e S tr en gth, N t crf)

Kekuatan tarik adalah besa:nya gayatarik maksimal alat untuk menarik kulitsampai putus (N/"trf). Hasil pengujian sifatkekuatan tarik sampel kulit ikanpari tersamakdari masing-masing perlakuan: A (formalin 4ls * syntan 6 Yo), B (formalin 4 % + syntan9yo), C (formalin 6 o/o + syntan 6 oh), dan D(formalin 6 o/o + syntan 8 %) yutu: 2.168,04N/cm'; 2.8 10.08 N/cm'; 2.263,72N/cm'; dan2290.95 N/cm'. Nilai kekuatan tarikcenderung meningkat sejalan denganpeningkatan penggunaan konsenfrasi bahanpenyamak, dan nilai tertinggi dihasilkan pada

KAJIAN PENGARUH KOMBINASI

perlakuan B (Gambar l). Nilai yangdihasilkan lebih tinggi dibandingkan denganSNI 06-612l-1999. Berdasarkan hasil uji BNJpada tingkat signifikansi 95 yo, terlihat adapengaruh nyata dari perlakuan yang dicobakanterhadap nilai kekuatan tarik sampel kulit paritersamak. Menurut SNI 06-6121-1999,standar nilai kekuatan tarik kulit ikan pariuntuk barang kulit minimal 2000 N/cnn'z.

Hasil penelitian menunjul&an bahwasemua perlakuan yang dicobakan dapatmenghasilkan nilai kekuatan tarik cenderungmeningkat sejalan dengan peningkatanpenggunaan konsentrasi bahan penya:nak, dannilai tertinggi dihasilkan pada perlakuan B(Gambar l). Nilai yang dihasilkan lebihtinggidibandingkan dengan SNI 06-6121-1999.Berdasarkan hasil uji BNJ pada tingkatsignifikeins i 9 5 yo, terlihat ada pengaruh nyatadari perlakuan yang dicobakan terhadap nilaikekuatan tarik sampel kulit pari tersamak.Menurut SNI 06-6121-1999, standar nilaikekuatan tarik kulit ikan pari untuk barangkulit minimal 2000 N/cm'.

Hasil penelitian menunjul&an bahwasemua perlakuan yang dicobakan dapatmenghasilkan nilai kekuatan tarik yangmemenuhi persyaratan SNI. Hal ini didugakuat terkait dengan reaktivitas bahanpenyamak (formalin dan syntan) dalammematangkan serat-serat kolagen sehinggadapat menghasilkan kulit dengan kualitasterbaik.

Formalin mengandung aldehida dengankadar 10-40 Yo dengan nrmus kimia I{2CO,sifabrya berupa gas dapat bereaksi dengangugus fungsional NHz secaxa sempurnasehingga mrurlpu merubah sifat-sifat fisikprotein kolagen (Anonim, 2009). SarphausecitUntaxi (2001), mengatakan bahwa syntanmemiliki kemampuan ionisasi yang tinggidalam proses penyamakan dibandingkanbahan penyamak lainnya (mimosa) sehinggaterjadi gaya tarik-menarik (ikatan) yang kuatdengan protein kolagen. Syntan memiliki zataktif kompleks (poly hidrory benzoles) yangmemiliki gugus hidroksil (bermuatan positifdan negatif) dalam jumlah besar sehinggamakin banyak gugus fungsional proteinkolagen yang terikat dengan syntan untukmenghasilkan kulit tersamak dengan lualitasyanglebihbaik.

Gambar 1. Kekuatan tarik sampel kulit ikanpari tersamak pada setiap perlakuan

Kekuatan Sobek (Teartng Strengh, N/cm)Kekuatan sobek kulit adalah besarnya

gaya maksimal yang diperlukan alat untukmenyobek sampel sampai tersobek semua(S}rII 06-6121-1999). Hasil pengujian sifatkekuatan sobek sampel kulit ikan paritersamak masing-masing perlakuan sebagaiberiknt: A: 699,86 N/cm ;B: 672,96 N/cm;C : 865,85 N/cm dan D : 1.036.65 N/cm.

Hasil analisis tersebut memperlihatkanbahwa makin besar penambahanperbandingan bahan penyamak formalin dansyntan, makin tinggr nilai kekuatan sobeksampel kulit pari (Gambar 2).Hal ini didugakuat terkait dengan tingginya konsentrasibahan penyamak yang diberikan makinbanyak bahan aktif yang berikatan denganserat-serat protein kolagen sehingga makinmatang dan padat serat-serat yang dibentuk,yang pada akhimya makin kuat (tahan putusdan tahan sobek) kulit pari tersamak yangdihasilkan.

Penggunaan formalin dm syntan padakonsentrasi >7,5 %o dalam proses penyamakanmampu diserap secara sempuma karena sifat-sifat ionisasi yang tinggr terhadap asam amino(protein) kolagen kulit pada kisaran pH yangluas, serta memiliki kekuatan daya ionik tarik-menarik melalui penyrsutan atr yang stabilsehingga menghasilkan kulit yang padat(Anonim, 2010). Lebih lanjut dikatakanAnonim (2010), bahwa fomralin dan syntanlarut dan terionisasi secara sempuma dalamair, stabil terhadap semua bahan penyamakserta mampu berikatan dengan protein secarakuat dan sempurna sehingga dapatmenghasilkan kulit yang padat dan kuat.

MAJALAH KULIL KARET DAN PLASTIKVoI.2T No. { DesemberTahun 2011 : 3845

Dari hasil uji BNJ tingkat siguifftansi 95Yo, terhhat tidak terdapat beda nyata nilaikekuatan sobek dari masing-masing perlakuanpercobaan. Menurut SNI 06-6121-1999,standar nilai kekuatan sobek kulit paritersamak untuk produk barang kulit minimal300 N/cm. Dari hasil penelitian menunjukkanbahwa semua perlakuan yang dicobakan dapatmenghasilkan nilai kekuatan sobek yangmemenuhi persyaratan SNI.

Gambar 2. Kekuatan sobek kulit ikan paritersamak pada setiap perlakuan

Suhu Kerut (Shrinkage Temp erature r' C)Suhu kerut adalah suhu kulit tersamak

saat sampel mengalami pengkerutan dengancara pemanasan bertahap dalam medium air(Judoamidjojo, 1982), atau dengan kata lainsuhu dimana terjadi pengkerutan stnrkturkolagenkulit.

Hasil pengujian suhu kerut sampel kulitpari tersamak setiap perlakuan sebagaiberikuf 7 6,67 "C ; 7 9,67'C ; 7 6,67'C ; danT 6oc.

Menurut SNI 06-6121-1999, standarsuhu kerut kulit pari tersamak sebagai bahanbaku produk kulit minimal 70 "C. Hal inimenunjukkan bahwa suhu kerut sampel kulitpari dari setiap perlakuan memenuhi SM.Kisaran nilai yang dihasilkan mssing-masingperlakuan tidak memperlihatkankecenderungan peningkatan dan ataupenurunan sejalan dengan pertambahankonsentrasi bahan penyamak (hampir samauntuk setiap perlakuan), tetapi hanyaperlakuan B yang menghasilkan nilai suhukerut tertinggi (Gambar 3 ).

Dari hasil uji BNJ pada tingkatsignifikansi 95 oh, diketahui tidak terdapatbeda nyata nilai suhu kerut dari masing-masing perlakuan. Suhu kerut erat kaitandengan kematangan kulit, dimana makinbanyak serat-serat kulit yang matang akibatpenefasi bahan penyamak, makin tinggi suhukerut kulit tersamak. Makin tinggi suhu kerutkulit, makin tinggi ketahanan kulit terhadappanas (hidrothermal) sehingga makin tinggikualitas kulit yang dihasilkan (Kumiani dkk,2007). Besarnya ketahanan kulit tesamakterhadap panas dipengaruhi oleh jenis danjumlah bahan penyamak yang berikatandengan serat-serat kolagen kulit. Pengkerutanterjadi karena adanya lipatan rantaipolipeptida akibat putusnya ikatan antaranyaman serabut karena kondisi ekstrimseperti pemanasan pada suhu tinggi (Sarkar,199 5 cit. Ayufita, 20A7).

Gambar 3. Suhu kerut kulit pari tersamakpada setiap perlakuan

KadarAir (%)Hasil pengujian kadar air sampel kulit

pari tersamak dari perlakuanA: 15,99 Yo;B:14,99 o/o; Q: S,A0 Yo dan D : 15 %. Nilaikadar air sampel kulit ikan pari tersamakmemenuhi standar mutu SNI 06-6121-1999,yakni malaimal 20 Yo. Datahasil uji kadar airkulit ikan pari tersa:nak pada semua perlakuantelah memenuhi standar produk kulit. Ifudarair sampel kulit pari tersamak dari setiapperlakuan dapat dilihat pada Garnbar 4.

Hasil uji BNJ pada tingkat signifikansi95 % (p>0,05), menunjukkan bahwa tidakterdapat perbedaan nyata antar perlakuanpercobaan, artinya interval nilai rerata yangdihasilkan antar perlakuan tidak

l(A.rIAN PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENYAMAK..................(Latif S., dkk)

t_

memperlihatkan sifat korelatif tehadapperubahankadararc.

. Menurut(Judoamidjojo, 19g2),molekulair dalam kulit tersamak memiliki 2 (dua)pengaruh, yakni akan mempengaruhikematangan serat protein kolagen L*enateg'ebak dalam sudut-sudut tetits yangberdampak pada rendahnya nilai kekuatantarik dan kekuatan sobek, serta sebagai mediatumbuhnya mikrobia (terutama kapang) padaproduk yang rendah kadar alr. Untut<menghiiangkan kadar air pada sudut ikatanhelils protein kolagen tersebut, kulit tersamakdapat dipanaskan dalam oven bersuhu 50-60"C selama waktu tertentu.

Kadar Lemak/lVlinyak (%)Hasil pengujian kadar minyat</lemak

sampel kulit pari tersamak dari masing-pasing perlakuan yaitu: A:3,16 o/o;B:4,igo/o ; C: 4,04 Yo; D: 6,06 %" Kadar minyaksampel kulit ikan ikan pari tersamak hisilpenelitian telah memenuhi SNI yangmempersyaratkan maksimal 12 %. Kadarlemak/minyak sampel kulit ikan pari tersarnakdari

- setiap perlakuan diperlihatkan pada

Gambar 5, dimana terdapat kecenderunganpeningkatan kadar minyaVlemak sejalandengan peningkatan konsentrasi bihanpenyanak. Hal ini menunjukkan bahwa makintinggi konsentrasi bahan penyamako makinrendah kualitas kulit ikan pari tersamak.Meskipun demikian, perlakuan Cmenghasilkan kadar minyaVlemak lebihrendah dibandingkan perlakuan B.

Gambar 5. Kadff minyak/lemak kulit paritersamak tiap perlakuan

Berdasarkan hasil uji BNJ pada tarafsignifikansi 95 yo, diketahui tidal terdapatbeda nyata nilai kadar lemak/minyak dari tiap_tiap perlakuan, arttnya intervai nilai reratayang dihasilkan antar perlakuan tidakmemperlihatkan sifat korelatif, sej alan denganpeningkatan dan atau penurunan konsentrasibahan penyamak terhadap kadarminyak/lemak sampel kulit pari tersamak.

.KandynSan minyak yang tinggt di bagianbawah permukaan kulit menjaOl pengnambatpenetrasi bahan penyamak ke dalam serat_serat kolagen kulit. Jika kadar minyak/lemakpada kulit tersamak atau produk kulit relatiftinggi, maka kemungkinan dapatmenimbulkan bau tengik jika dibiarkan diudara terbuka atau terkena sinar matahari.Hal ini disebabkan terjadi proses hidrolisis{engan uap air yang menghasilkan asamlemak bebas. Pembentukan asam lemak(terutama lemak tidak jenuh) akanmenimbulkan reaksi oksidasi. Oksidasi asamlemak _tidak jenuh dapat menghasilkanperoksida dan selanjutnya terbentuk aldehidayang menimbulkan bau tidak enak atau(tenglk). Kelembaban vdara, cahaya, suhutinggi adalah faktor penyebab meningkamyaketengikan lemak (poedjiadi, lgg 4).

KESIMPT]LANDAIYSARANKesimpulan1. Berdasarkan hasil analisis, nilai kekuatan

tarik, kekuatan sobek, suhu kerut, kadarair, dan kadar lemak/minyak sampel kulitikan pari tersamak dari setiap pirlakuan(A, B, C, dan D) telah

-memenuhi

Gambar 4.Kadar air kulit ikan pari tersamaktiap perlakuan.

4 MAJALAH KULIL KARET OAt pusnx

persyaxatan SNI kulit pari untuk bahanbakubarang kulit (SNI 06-6121-t999).

2. Perlakuan B dengan kombinasi bahanpenyamak (formalin 4 % dan syntan 8

Yo)menghasilkan sampel kulit paritersamak dengan kualitas terbaik dengannilai kekuatan tarik 2,810,08 N/cm',kekuatan sobek 672,96 N/cm, suhu kerut79,67 oC, kadar an 14,99 % dffi kadarlemak 4,38 Yo.

Saranl. Perlakuan B dapat dipakai sebagai rujukan

untuk penyamakan kulit ikan paritersamak.

2. Diharapkan pada peneliti-penelitianlanjutan menggunakan konsep kombinasibahan penyamak karena memiliki sifatkeunggulan masing-masing dan salingmemperbaiki sehingga dapatmenghasilkan kulit tersamak dengankualitas yang lebih baik dibandingkanpenggunaan satujenis bahan penyamak.

DAFTARPUSTAKAksnim 2009. Zat-Zat Berbahaya dalam

Produk - Produk China.http:/www.chemystri.org Diakses 20Agustus2009.

Ayufita, D. P., 2007. Pengaruh LamaPerendaman Dalam Gararn JenuhTerhadap Kualitas Fisik Kulit PariTersarnak Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada, Skripsi.

Judoamidjojo, R. M., 1982. Dasar-DasarTel+nologi dan Kimia Kulit, FakultasTeknologi Hasil Pertanian, InstitutPertanianBogor.

Judoamidjojo, R. M., 1984. Dasar-DasarTeknolo gi dan Kimia Kulfi. Penerbit CV.AngkasaBandung.

Kumiani, A.V., L. Sahubawa, dan B.L. IwanYusuf. 2007. Pengaruh MetodeP engawetan Mentah terhadap KualitasKulit Pari Tersarnak. Prosiding SeminsxNasional Hasil Penelitian Perikanan danKelautan Tahun 2A07, JurusanPerikanan Fakultas Pertanian UGM.

SM-06-6121-I999. Kulit Ikan Pari UntukBarang Kulrt. Dewan StandardisasiNasional, Jakarta.

Purromo, E., 2001. Penyamakan l{ulit Reptil.Penerbit PT. Kanisius Yogyakart4AnggotaIKAPI.

Poedjiadi, A, 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Sahubawa, L' 2007. Potensi, StrategiPengembangan serta KapusitasImprastruktur Kelautan Perikanandalam P eningkntan Aks es P emanfaatanSurnberdaya Perikanan Laut SelatanJawa. Hibah Imprastruktur danPengembangan SDM, LPPM UGM-Indonesian Facilities.

Salrubawa, L., 2008. Kreasi dan InovasiPengembangan Produk Kulit IkanBerbasis Elupor. Kajian PeningkatanNilai Tambah Produk Kulit lkan dalamRangka P engembangan Indus tri KreatifKulit, Bahan Kuliah TeknologiPengolahan Hasil Perikanan, JurusanPerikanan Fakultas Pertanian UGM.

Sahubawa, L. dan A. Pertiwiningrum, 2008.Pengembangan Usaha Produk KulitIkan B ernilai Ekonornis P enting. HibahVucer Pengabdian Masyarakat, BidangV LPPM UGM, TahunAnggaran 2008.

Tambunan, P. R., 1992. PerkernbanganPenyamakan Kulit lkan Pari. ProsidingTemu Karya Ilmiah. Pusat Penelitiandan Pengembangan Perikanan. Jakarta.

Untari, S., 1997. Cara-Cara Pengulitan danPengawetan Kulit lkan Pari. ProyekPengembangan dan PelayananTeknologi Industri Kulit, Karet danPlastik. Balai Besar Penelitian danPengembangan Industri Kulit, Karet,dan Plastik. Yogyakarta.

Untari, S., 1997. Penerapan TelcnologiPenyamakan lfulit untuk Bahan Tasdengan Sistem Samak Cepat. BalaiBesar Kulit, Karet, dan Plastik(BBKKP)Yogyakarta.

l(AllAN PENGARUH KOMBINASIBAHAN PENYAMAK................,.(Latlf S., dkk) 45