documenttb

Upload: muh-nuer

Post on 09-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tuberkulosis

TRANSCRIPT

  • 10

    Kebiasaan Tinggal di Rumah Etnis Timor Sebagai Faktor Risiko Tuberkulosis Paru

    The Living habit in Timorese Ethnic House as a Risk Factor for Pulmonary Tuberculosis

    Alice Ximenis Naben, Suhartono, Nurjazuli

    ABSTRACTBackground : Pulmonary Tuberculosis disease is a disease that can infect directly that is caused by Mycobacteriumtuberculosis that can be transmitted from patients with Pulmonary Tuberculosis through spray of sputum mediatedby the air. In the year 2010, the District of Northern Central Timor was ranked as the five for East Nusa TenggaraProvince and had ethnic houses that if were viewed from healthy house requirements were very far from fulfillingthe requirements. The purpose of this study is to view the habit of living in Timorese ethnic houses as a risk factorfor tuberculosis.Methods : The type of study is observational with case control approach. There were 100 samples that consistedof 50 cases and 50 controls that were collected at random. Data from study results were then analysed inunivariate and bivariate analyses using chi square statistic with conditional method.Results : of analyses on 8 variables, there were 6 variables that had significant associations i.e. the habit of livingin Timorese ethnic house (OR= 3,8; 95%CI= 1,6 - 8,7), area of ventilation (OR= 6,2; 95%CI = 2,5 - 15,7), crossventilation (OR= 4,2; 95%CI =1,8 - 9,7), the type of wall of the house (OR= 4,7; 95%CI =1,9 - 11,4), the type offloor of the house (OR= 3,7; 95%CI The results of multivariate analyses showed that there were 1 variables thatwere dominant in causing pulmonary tuberculosis i.e. crowdedness of home (OR= 9,2; 95%CI= 3,5 - 24,5).Conclusion : that there is a relationship between the habit of living in Timorese ethnic houses, area of ventilation,the presence of cross ventilation, the type of wall of the house, the type of floor of the house and the crowdednessof home with the occurrence of pulmonary tuberculosis.

    Keywords : Habit of living, pulmonary tuberculosis, physical environment of home, preventive practice.

    PENDAHULUANPenyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan

    penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatanmasyarakat diberbagai belahan dunia. Penyakittuberkulosis merupakan penyakit menular yangkejadiannya paling tinggi. Tuberkulosis adalah penyakitinfeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang(basil) dikenal dengan nama Mycobacteriumtuberculosis.(1) Penularan penyakit ini adalah penderitayang mengandung basil tuberkulosis paru melalui ludahatau dahak. Penderita pada waktu batuk butir-butir airludah beterbangan di udara dan terhisap oleh orang yangsehat dan masuk ke dalam paru yang kemudianmenyebabkan penyakit tuberkulosis paru.(2)

    World Health Organization (WHO) memperkirakanbakteri ini telah membunuh sekitar 2 juta jiwa setiaptahunnya, dan antara tahun 2002 - 2020 diperkirakansekitar 2 miliar penduduk dunia akan terinfeksiMycobacterium tuberculosis, 5% - 10 % diantara infeksiakan berkembang menjadi penyakit, 40% diantara yangsakit dapat berakhir dengan kematian. Perkiraan dariWHO, yaitu sebanyak 2 - 4 orang terinfeksi tuberkulosis

    setiap detiknya dan hampir 4 orang setiap menitmeninggal karena tuberkulosis. Kecepatan penyebarantuberkulosis bisa meningkat lagi sesuai denganpeningkatan penyebaran Human Immunodeficiency Virus(HIV)/Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)dan munculnya kasus TB - MDR (multy drug resistant)kebal terhadap bermacam obat.(3)

    Data terbaru yang dikeluarkan WHO pada bulanNovember 2010 dalam Global TB Control Report 2010,menunjukan bahwa pada tahun 2009, prevalensituberkulosis dunia diperkirakan sebesar 14 juta kasusatau berkisar antara 12 - 16 juta kasus tuberkulosis atausetara dengan 200 kasus per 100.000 penduduk, angkaini merupakan indikator kuat beban penyakit yangdisebabkan oleh kuman tuberkulosis.(4)

    Tingkat kejadian tuberkulosis secara globaldiperkirakan turun menjadi 137 kasus per 100.000penduduk pada tahun 2009, setelah memuncak padatahun 2004 dengan 142 kasus per 100.000. (5)Indonesiasekarang berada pada ranking kelima negara denganbeban tuberkulosis tertinggi di dunia. Estimasi prevalensituberkulosis semua kasus adalah sebesar 660.000 (WHO,

    _________________________________________________Alice Ximenis Naben, ST, M.Kes UPTD Pelatihan Tenaga Kesehatan KupangDr. dr. Suhartono, M.Kes, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIPDr. Nurjazuli, SKM, M.Kes Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP

    Jurnal Kesehatan Lingkungan IndonesiaVol. 12 No. 1 / April 2013

  • 11

    2010) per tahun.Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar

    (RISKESDAS) tahun 2010, menunjukan penyakittuberkulosis di Indonesia merupakan pembunuh nomorsatu diantara penyakit menular dan penyebab kematiannomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakitpernapasan akut pada seluruh kalangan usia.(6)

    Secara umum meningkatnya masalah tuberkulosisdi dunia disebabkan oleh keadaan seperti kemiskinan diberbagai negara, malnutrisi, daya tahan tubuh, kondisiperumahan yang kumuh, tidak cukupnya fasilitaskesehatan, terlambatnya atau kurangnya biaya programtuberkulosis.(6) Di Indonesia tuberkulosis masih sulitdikendalikan karena penyakit tersebut mempunyaidimensi sosial dan ekonomi. Tuberkulosis terkait dengankemiskinan dan kepadatan penduduk. Di daerah yangpadat penduduk dan miskin biasanya pemukiman rapatdan tidak memenuhi syarat rumah sehat, kesadaranmasyarakat akan kesehatan lingkungan juga masihrendah.(7) Kejadian penyakit tuberkulosis merupakanhasil interaksi antara komponen lingkungan yakni udarayang mengandung basil tuberkulosis dengan masyarakatyang mempunyai kebiasaan dan perilaku diantaranyamerokok, kontak dengan perokok adanya kontak denganpenderita tuberkulosis, riwayat imunisasi dan kepadatanhunian serta pengaruh berbagai variabel lainnyadiantarnya jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosialekonomi dan faktor risiko lingkungan yakni kepadatanhunian, lantai rumah, ventilasi dan cross ventilasi,pencahayaan dan kelembaban.(8)

    Lingkungan rumah merupakan salah satu faktoryang memberikan pengaruh besar terhadap statuskesehatan penghuninya, dimana kuman tuberkulosisdapat hidup selama 1 - 2 jam bahkan sampai beberapahari hingga berminggu - minggu tergantung pada adatidaknya sinar ultarviolet, ventilasi yang baik,kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghunirumah.(8)

    Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun2011, proporsi pasien tuberkulosis paru Basil Tahan Asam(BTA) positif Provinsi Nusa Tenggara Timur mendudukiperingkat ke 25 dari 33 Provinsi di Indonesia.(9) ProfilDinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur padatahun 2011 ditemukan 25.661 kasus dengan dengan gejalaklinis 3.006 kasus dengan BTA positif diobati sebanyak3.419 kasus dan 2.346 kasus dinyatakan sembuh(68,8%).(10)

    Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2010menduduki peringkat ke - 5 dari 21 kabupaten se - ProvinsiNusa Tenggara Timur untuk penyakit tuberkulosisdengan jumlah suspek yang diperikasa sebanyak 3.401yang terdiri dari BTA positif 196 dan dengan BTA negatifrontgen positif sebanyak. Tahun 2011 terjadi peningkatansuspek yang diperikasa sebanyak 4.475 dengan BTApositif 200, BTA negatif rontgen positif sebannyak 58,

    pada tahun 2012 sampai akhir triwulan pertama suspekyang diperiksa sebanyak 866 dengan BTA positif 50 danBTA negatif rontgen positif 6.(10)

    Kecamatan Miomafo Timur dan Kecamatan KotaKefa merupakan bagian dari wilayah kerja KabupatenTimor Tengah Utara dengan jumlah kasus terbanyak.Dilihat dari data profil Dinas Kesehatan Kabupaten TimorTengah Utara tahun 2011 dikemukan kasus BTA positifsebanyak 62, BTA negatif rontgen positif sebanyak 18dan pada tahun 2011 ditemukan penyakittuberkulosisBTA positif sebanyak 69. Pada tahun 2012pada triwulan pertama jumlah suspek 270 dengan BTApositif 16.(11)

    Selain sebagai penyumbang penderita tuberkulosisurutan kelima dari 21 Kota/Kabupaten se - Provinsi NusaTenggara Timur juga Kabupaten Timor Tengah Utaramemiliki rumah etnis yang unik yang biasa disebut umebubu. Rumah etnis dilihat dari persyaratan rumah sehattidak memenuhi syarat karena tidak memiliki jendela,ventilasi dan pintu yang memenuhi syarat, sehinggakondisi dalam rumah suhunya panas, gelap dan lembab.Rumah etnis sering digunakan sebagai upacara adatmaupun sebagai tempat penyimpanan makanan namunkarena masyarakat yang memiliki ekonomi yang rendahtidak dapat membuat rumah yang sehat maka rumah etnisini sering digunakan sebagai tempat tinggal.

    MATERI DAN METODEJenis penelitian ini merupakan penelitian

    observasional dengan pendekatan kasus kontrol, denganpertimbangan waktu penelitian relatif pendek, sampelyang dibutuhkan lebih kecil dan banyak faktor risiko yangbisa diteliti secara bersamaan. Sampel terdiri dari 50 kasusdan 50 kontrol. Dengan demikian jumlah sampel dalampenelitian ini adalah 100 responden denganmemperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi :

    Kriteria Inklusi :Bersedia sebagai respondenpenelitian, berumur 15 tahun ke atas bertempat tinggal diKabupaten Timor Tengah Utara minimal 2 tahun dan tidaksedang bepergian, kelompok kasus adalah respondenyang hasil pemeriksaannya sputum secara mikroskopisBTA positif, kelompok kontrol adalah responden yangtidak bertempat tinggal atau serumah dengan kelompokkasus, berusia setara atau selisih maksimal 2 tahundengan kelompok kasus.

    Kriteria Eksklusi : responden dalam keadaan sakitselain penyakit TB paru, reponden tidak bersedia menjadisampel penelitian, responden pindah ke kabupaten lain,rumah dalam tahap renovasi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN1. Analisis Univariat

    Hasil analisis diketahui bahwa karakteristikresponden menurut jenis kelamian adalah pada kelompokkasus dan kontrol laki laki 30 (60%) dan perempuan 20

    Alice Ximenis Naben, Suhartono, Nurjazuli

  • 12

    (40%), sedangkan berdasarkan golongan umur padakelompok kasus paling banyak pada golongan umur 15-30 tahun sebanyak 23 responden (46%) paling sedikitpada kelompok umur 31-46 tahun sebanyak 7 responden(14%), pada kelompok kontrol yang paling banyak padakelompok umur 47 62 sebanyak 11 responden (22%)sedangkan yang sedikit pada kelompok umur 7responden (14%).

    Karakteristik responden berdasarkan tingkatpendidikan pada kelompok kasus terbanyak dengantingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 24 responden(48,0%), yang sedikit pada responden yang tidak sekolahsebanyak 2 responden (4,0%) sedangkan pada kelompokkontrol terbanyak pada tingkat pendidikan SLTPsebanyak 25 responden (50,0%) dan yang paling sedikitpada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 10 responden(20,0%). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaandari 50 responden pada kelompok kasus yang terbanyakadalah yang tidak bekerja sebanyak 21 responden (42,0%)dan yang paling sedikit adalah responden dengan jenispekerjaan pedagang 1 responden (2,0%). Kelompokkontrol dari 50 responden yang terbanyak adalah pegawenegeri sipil sebanyak 14 responden (28,0%) dan yangpaling sedikit adalah responden dengan jenis pekerjaansebagai pensiuan 2 responden (4,0%). Karakteristikresponden berdasarkan tingkat penghasilan dari 50

    responden dari kelompok kasus yang tingkatpenghasilannya di bawah UMR sebanyak 35 responden(70,0%), yang tingkat penghasilannya e UMR ada 15responden (30,0%). Kelompok kontrol yangberpenghasilan di bawah UMR sebanyak 19 responden(38,0%), sedangkan yang berpenghasilan e UMRsebanyak 31 responden (62,0%). Karakteristik respondenmenurut indeks masa tubuh, pada kelompok kasus ada37 responden (74,0%) yang memiliki indeks masa tubuhkategori kurus sedangkan 13 responden (26,0%) yangmemiliki indeks masa tubuh yang normal. Kelompokkontrol yang memiliki indeks masa tubuh kategori kurussebanyak 24 responden (48,0%), sedangkan yangmemiliki indeks masa tubuh kategori normal sebanyak 26responden (52,0%).1. Faktor Risiko Lingkungan Rumah yang

    Berhubungan dengan Kejadian TB Paru diKecamatan Kota Kefa dan Kecamatan MiomafoTimur di Kabupaten Timor Tengah UtaraHasil uji statistik deskriptif menunjukan bahwa suhu

    rata - rata dalam rumah responden yang tinggal padarumah etnis timor 31,870C dengan suhu minimum 300Cdan suhu maksimum 350C dengan standar deviasi 1,275.Hasil uji statistik deskriptif menunjukan bahwa suhu rata- rata dalam ruang keluarga rumah responden yangtinggal pada rumah non etnis 29,700C dengan suhu

    Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik kasus dan kontrol.

    Distribusi Status Responden

    Responden Kasus Kontrol

    Jenis Kelamian Laki - Laki 30 (60%) Perempuan 20 (40%)

    Laki - Laki 30 (60%) Perempuan 20(40%)

    Umur 15-30thn 23 (46%) 31-46thn 7 (14%) 47-62thn 12 (24%) 63-78thn 8 (16%)

    15-30thn 24 (48%) 31-46thn 8 (16%) 47-62thn 11 (22%) 63- 78thn 7 (14%)

    Tk. Pendidikan Tdk sekolah 2 (4%) SD 24 (48%) SLTP 18 (36%) SLTA 6 (12%)

    Tdk sekolah 0% SD 15 (30%) SLPT 25 (30%) SLTA 10 (20%)

    Pekerjaan Tidak kerja 21(42%) Swasta 3 (6%) Pedagang 1 (2%) Petani 13 (26%) PNS 5 (10%) Pensiun 3 (6%) Ojek 4 (8%)

    Tidak kerja 11 (22%) Swasta 6 (12%) Pedagang 4 (8%) Petani 9 (18%) PNS 11 (22%) Pensiun 2 (4%) Ojek 4 (8%)

    Penghasilan < UMR 37 (70%) > UMR 15 (30%)

    >UMR 19 (38%) < UMR 31 (62%)

    IMT Kurus 37 (74%) Normal 13 (26%)

    Kurus 24 (48%) Normal 26 (52%)

    Alice Ximenis Naben, Suhartono, Nurjazuli

  • 13

    minimum 280C dan maksimum 330C dengan standardeviasi 1,297. Suhu rata - rata dalam kamar tidurresponden yang tinggal pada rumah non etnis 29,370C,suhu minimum 280C dan maksimum 330C dengan standardeviasi 1,218.

    Kelembaban rata - rata dalam rumah etnis timoradalah 81,57% dengan kelembaban minimum 60% danmaksimum 90% dengan standar deviasi 6,052.Kelembaban rata- rata dalam ruang keluarga rumah nonetnis adalah 69,46%, kelembaban maksimum 85% dankelembaban minimum 60%, dengan standar deviasi 9,901sedangkan untuk kamar tidur kelembaban rata - rataadalah 66,20%, kelembaban maksimum 85% dankelembaban minimum 60% dengan standar deviasisebesar 8,510.

    Pencahayaan alami rata - rata pada responden yangtinggal pada rumah etnis timor sebesar 46,89 lux dengantingkat pencahayaan minimum adalah 28 lux danpencahayaan maksimum 59 lux dengan standar deviasisebesar 7,268. Responden yang tinggal pada rumah nonetnis pencahayaan rata - rata pada ruang keluarga sebesar79,04 lux dengan tingkat pencahayaan minimum sebesar45 lux dan pencahayaan maksimum 180 lux denganstandar deviasi sebesar 35,120, pencahayaan alami rata -rata pada kamar tidur 73,70 lux dengan tingkatpencahayaan minimum sebesar 45 lux dan pencahayaanmaksimum 180 lux dengan standar deviasi sebesar 33,049.

    Kelompok kasus yang mendiami rumah dengankondisi suhu yang tidak memenuhi syarat (300C) sebanyak 44 responden (88,0%), sedangkanresponden yang mendiami rumah dengan suhu yangmemenuhi syarat sebanyak 6 responden (12,0%),Kelompok kontrol yang mendiami rumah yang tidak

    memenuhi syarat (300C) sebanyak 20responden (40%), sedangkan yang mendiami rumah yangmemenuhi syarat sebanyak 30 responden (60,0%).

    Hasil analisis menunjukan bahwa dari kelembabandalam rumah responden yang tidak memenuhi syarat ( 60%) sebanyak 44 responden (88,0%),sedangkan kelompok kasus yang mendiami rumahdengan kelembaban yang memenuhi syarat (40% - 60%)sebanyak 6 responden (12,0%). Kelompok kontrol yangmendiami rumah dengan kelembaban yang tidakmemenuhi syarat (60%) sebanyak 32responden (64,0%), sedangkan yang mendiami rumahyang memenuhi syarat (40% - 60%) sebanyak 18responden (36,0%).

    Hasil analisis menunjukan bahwa pencahayaanalami pada kelompok kasus rumah responden yang tidakmemenuhi syarat (

  • 14

    memenuhi syarat (>10% luas lantai) sebanyak 29responden (58,0%).

    Hasil analisis menunjukan bahwa pada kelompokkasus yang rumahnya memiliki ventilasi silang sebanyak36 responden (72,0%) sedangkan yang tidak memilikiventilasi silang sebanyak 14 responden (28,0%).Kelompok kontrol yang rumahnya tidak memiliki ventilasisilang sebanyak 19 (38,0%), sedangkan yang memilikiventilasi silang sebesar 31 responden (62,0%).

    Hasil analisis menunjukan bahwa pada kelompokkasus yang mendiami rumah dengan jenis dinding yangtidak kedap air sebanyak 40 responden (80,0%),sedangkan yang kedap air sebanyak 10 responden(20,0%). Pada kelompok kontrol, jumlah responden yangmendiami rumah dengan jenis dinding yang tidak kedapair sebanyak 23 responden (46,0%), sedangkanresponden yang mendiami rumah dengan jenis dindingyang kedap air sebanyak 27 responden (54,0%).

    Hasil analisis menunjukan bahwa pada kelompokkasus yang mendiami rumah dengan lantai yang tidakkedap air yaitu sebanyak 40 responden (80,0%),sedangkan responden yang mendiami rumah denganlantai yang kedap air sebanyak 10 responden (20,0%).Kelompok kontrol jumlah responden yang mendiamirumah dengan lantai yang tidak kedap air sebanyak 26responden (52,0%), sedangkan yang mendiami rumahdengan lantai yang kedap air sebanyak 24 responden(48,0%).

    2. Praktik Pencegahan yang Berhubungan denganKejadian Tuberkulosis Parua. Kebiasaan Tinggal

    Hasil analisis menunjukan bahwa jumlahresponden pada kelompok kasus yangmenempati rumah etnis timor sebanyak 35responden (70,0%), sedangkan yang tidakmenempati rumah etnis timor sebanyak 15responden (30,0%). Kelompok kontrol yangmenempati rumah etnis timor sebanyak 19responden (38,0%) sedangkan yang tidakmenempati rumah etnis timor sebanyak 31responden (62,0%).

    b. Kepadatan Hunian RumahHasil analisis menunjukan bahwa kepadatanhunian yang tidak memenuhi syarat lebihbanyak pada kelompok kasus sebanyak 43responden (86,0%) sedangkan yang memenuhisyarat sebanyak 7 responden (14,0%).Kelompok kontrol kepadatan hunian yang tidakmemenuhi syarat sebanyak 20 responden(40,0%) dan yang memenuhi syarat sebanyak30 responden (60,0%).

    c. Kebiasaan MerokokHasil analisis menunjukan bahwa respondenyang mempunyai kebiasaan merokok padakelompok kasus adalah sebanyak 27 responden(54,0%), yang tidak merokok sebanyak 23

    Tabel 3. Hasil Analisis Univariat Faktor Lingkungan Fisik Dalam Rumah Terhadap Kejadian TuberkulosisParu diKecamatan Kota Kefa Dan Kecamatan Miomafo Timur

    Kasus Kontrol Jumlah Faktor Risiko

    n % n % n % Suhu < 180C dan >300C 44 88,0 20 40,0 64 64 180C - 300C 6 12,0 30 30,0 36 36 Kelembaban 60% 44 88,0 27 54,0 71 71 40% - 60% 6 12,0 23 46,0 29 29 Pencahayaan

  • 15

    responden (46,0%). Kelompok kontrol yangmempunyai kebiasaan merokok dan tidakmerokok sama sebanyaknya yaitu sebanyak 25responden (50,0%).

    d. Kebiasaan Kontak dengan PerokokHasil analisis menunjukan bahwa semuaresponden 100 responden (100%), baik kasusmaupun kontrol mempunyai kebiasaan kontakdengan perokok.

    2. Analisis Bivariata. Hubungan Kebiasaan Tinggal di Rumah Etnis Timor

    dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di KabupatenTimor Tengah Utara.Hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,001,

    odds rasio (OR) sebesar 3,8 dengan 95% confidenceinterval (CI) : 1,6 - 8,7. Karena nilai p < 0,05 dengandemikian dapat dinyatakan bahwa kebiasaan tinggal padarumah etnis timor merupakan faktor risiko terhadap

    kejadian tuberkulosis paru atau ada hubungan antarakebiasaan tinggal di rumah etnis timor dengan kejadiantuberkulosis paru. Besarnya hubungan kebiasaan tinggaldi rumah etnis timor dengan kejadian tuberkulosis parudilihat dari nilai OR sebesar 3,8 yang artinya bahwakebiasaan tinggal di rumah etnis timor berisiko 3,8 kalilebih besar untuk menderita tuberkulosis parudibandingkan dengan orang yang tidak tinggal di rumahnon etnis.b. Hubungan Luas Lubang Ventilasi dengan Kejadian

    Tuberkulosis paruHasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,0001

    odds rasio (OR) sebesar 6,3 dengan 95% Confidenceinterval (CI) = 2,5 - 15,7. Nilai p < 0,05 dengan demikiandapat dinyatakan bahwa luas ventilasi rumah merupakanfaktor risiko terhadap kejadian tuberkulosis paru atauada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadiantuberkulosis paru. Besarnya hubungan antara luasventilasi dengan kejadian tuberkulosis paru dilihat dari

    Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Dengan Uji ChiSquare Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah danPraktik Pencegahan Terhadap Kejadian TB Paru

    Tabel.4. Hasil Analisis Univariat Praktik Pencegahan Terhadap Kejadian TB Paru di Kecamatan Kota Kefa DanKecamatan Miomafo Timur

    Kasus Kontrol Jumlah Praktik Pencegahan

    n % n % n % Kebiasaan tinggal Rumah etnis timor 35 70,0 19 38,0 54 54 Rumah non etnis 15 30,0 31 62,0 46 46 Kepadatan hunian

  • 16

    nilai OR sebesar 6,3 yang artinya bahwa orang yangtinggal pada rumah dengan luas ventilasi kurang dari10% luas lantai berisiko 6,3 kali lebih besar untukmenderita tuberkulosis paru dibandingkan dengan orangyang tinggal pada rumah dengan luas ventilasi lebih besaratau sama dengan 10% luas lantai.c. Hubungan Ventilasi Silang Dengan Kejadian

    Tuberkulosis ParuHasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,001,

    odds rasio (OR) sebesar 4,2 dengan 95% confidenceinterval (CI) = 1,8 - 9,7, karena nilai p

  • 17

    3. Analisis MultivariatBerdasarkan hasil analisis bivariat, variabel - variabel

    yang bermakna secara statistik akan terpilih ke dalammodel yang akan dianalisis secara bersama - sama dengananalisis multivariat untuk melihat faktor - faktor yangpaling dominan. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwafaktor risiko dan praktik pencegahan yang mempunyaiangka kemaknaan p 300C), dan ada 36 (36,0%) responden yangmenempati rumah dengan suhu yang memenuhisyarat (suhu 180C - 300C). Kondisi suhu seperti inimenunjukan bahwa keberadaan kumanMycobacterium Tuberculosis dapat bertahan hidupdalam jangka waktu yang cukup lama, sehinggasangat memungkinkan seseorang terjangkit kuman

    tuberkulosis, apabila keberadaan kuman dalamlingkungan ada. Langkah yang perlu diambil adalahmelakukan pengendalian lingkungan dan perilakuyang baik misalnya tidak menempati rumah etnistimor sebagai tempat tinggal, bagi yang tidakmenempati selalu membuka jendela terutama di pagihari sehingga matahari pagi dapat masuk danmembunuh kuman tuberkulosis yang ada sertamembuat ventilasi dengan sirkulasi udara yang baik.Secara teoritis dikatakan bahwa kuman tuberkulosisdapat bertahan hidup bertahuan - tahun lamanya,dan dalam suhu kamar dapat hidup 6 - 8 bulan dandapat disimpan dalam lemari dengan suhu 200Cselama 2 tahun. Bakteri akan mati dalam lingkunganbertemperatur 60C selama 15 - 20 menit, juga bilaterkena sinar matahari langsung.(1)

    b. KelembabanKondisi kelembaban rumah responden baik padakelompok kasus maupun kelompok kontrolmenunjukan ada 76 responden (76,0%) menempatirumah dengan kelembaban yang tidak memenuhi

    syarat, sedangkan yang menempati rumah dengankelembaban yang memenuhi syarat sebanyak 24responden (24,0%). Hal ini menunjukan sebagianbesar responden menempati rumah dengankelembaban yang tidak memenuhi syarat kesehatan.Kelembaban yang tidak memenuhi syarat akanmendukung kehidupan kuman tuberkulosis, dimanadikatakan bahwa kuman tuberkulosis paru dapathidup beberapa jam ditempat yang gelap dankelembabannya >60%.(14) Kelembaban rumah sangatberhubungan dengan ventilasi dan pencahayaanalami dalam rumah. Ventilasi dan pencahayaan alamirumah yang tidak memenuhi syarat akanberpengaruh pada kelembaban sehingga dapatmeningkatkan risiko penularan penyakittuberkulosis paru.

    c. PencahayaanSalah satu sifat kuman tuberkulosis paru adalahrentan terhadap sinar ultarviolet, sinar mataharidalam rumah membantu mengurangi penyebarankuman tuberkulosis paru.(13)

    Hasil penelitian menunjukan 64 responden (64,0%)yang terdiri dari 42 (84,0%) kasus dan 22 (44,0%)kontrol menempati rumah dengan pencahayaanyang tidak memenuhi syarat, sedangkan yangmenempati rumah yang memenuhi syarat sebanyak36 responden (36%) yang terdiri dari kelompok kasussebanyak 8 responden (16,0%) sedangkan padakelompok kontrol sebanyak 28 responden (28%).Cahaya matahari selain berguna untuk menerangiruang juga mampu membunuh kuman pathogen.Beberapa literatur menyebutkan bahwa sinarmatahari dapat dimanfaatkan untuk mencegahpenyakit tuberkulosis paru, terutama sinar matahari

    Kebiasaan Tinggal di Rumah Etnis Timor

  • 18

    pagi karena mengandung sinar ultraviolet yangdapat mematikan kuman. Kuman ini juga akan matidengan lisol, karbol dan panas api.

    2. Hubungan Luas Lubang Ventilasi dengan KejadianTuberkulosis ParuVentilasi selain sebagai tempat keluar masuknya

    udara juga merupakan tempat untuk masuknya cahayaultraviolet.(13) Fungsi ventilasi sendiri adalah untukmenjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar,menjaga pergerakan udara antara udara dalam dan udaraluar rumah, mengeluarkan udara yang tercemar (bakteridan CO

    2) di dalam rumah dan menggantikan dengan udara

    yang segar dan bersih, disamping itu ventilasimempengaruhi proses dilusi udara dengan kata lainmengencerkan konsentrasi kuman tuberkulosis paru dankuman lain,

    Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubunganyang signifikan antara luas ventilasi dengan kejadiantuberkulosis paru. Nilai OR = 6,3, yang artinya orangyang tinggal pada rumah dengan ventilasi yang < 10%dari luas lantai memiliki risiko 6,3 lebih besar terhadapkejadian tuberkulosis dibandingkan dengan orang yangtinggal pada rumah dengan ventilasi e 10% luas lantai.

    Keterkaitan antara lain luas ventilasi dengankejadian tuberkulosis paru adalah luas lubanh ventilasirumah yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syaratkesehatan) akan mengakibatkan berkurangnyakonsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasikarbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya.Tidak adanya ventilasi yang baik pada suatu ruanganmakin membahanyakan kesehatan atau kehidupan, jikadalam ruangan tersebut terjadi pencemaran kumantuberkulosis dari penderita tuberkulosis makakemungkinan untuk menularkan pada semua penghunirumah sangat besar. Di samping itu luas ventilasi yangtidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkanterhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahariyang masuk ke dalam rumah, akibatnya kumantuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluardan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Sehinggaakan dengan mudah penyakit tersebut ditularkan kepadaorang lain terutama bila kekebalan tubuh lemah, statusgizi buruk (berpengaruh pada sistem kekebalan).3. Hubungan Keberadaan Ventilasi Silang dengan

    Kejadian Tuberkulosis paruRumah sehat selain memiliki ventilasi, harus juga

    memiliki sistem sirkulasi udara yang baik yaitu denganmenbuat ventilasi silang (cross ventilasi). Secara prinsip,ruang menjadi nyaman jika terjadi aliran udara. Samahalnya dengan keberadaan ventilasi, kondisi ruang dalamrumah akan terasa nyaman jika udara mengalir padakecepatan 0,1 - 0,15 m/de, Keberadaan ventilasi silangyang dapat berfungsi dengan baik dapat mengeluarkanudara yang tercemar di dalam rumah dan menggantikandengan udara yang bersih dan segar.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa orang yangpada rumah yang tidak memiliki ventilasi silang berisiko4,2 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis parudibandingkan dengan orang yang rumahnya memilikiventilasi silang.

    Keterkaitan antara ventilasi silang dengan kejadiantuberkulosis paru adalah keberadaan ventilasi silangmencegah agar jangan sampai udara terjebak di dalamruangan tanpa jalan keluar karena akan menjadikanruangan tersebut menjadi lembab dan pengap karenadengan kondisi udara yang lembab dan pengapmerupakan saran yang baik untuk pertumbuhanmikroorganisme termasuk mycobacteriumtuberkulosis,(13) sehingga bila terjadi ventilasi silangmaka kuman tuberkulosis atau bakteri pathogen lainnyaakan tetap berada di dalam ruangan dan berkembangkarena didukung oleh suhu dan kelembaban udarasekitar, menyebabkan kuman dapat menginfeksi oranglain yang rentan dan menyebabkan penyakittuberkulosis. Disarankan agar dalam pembangunanrumah harus selalu memperhatikan kondisi ventilasi silangagar selalu terjadi aliran udara yang terus menerussehingga mempengaruhi proses sirkulasi udara, dengankata lain mengencerkan konsentrasi kuman tuberkulosisdan kuman lain, terbawa ke luar dan mati terkena sinarultraviolet.(13)

    4. Hubungan Jenis Dinding Rumah dengan KejadianTuberkulosis ParuDinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari

    gangguan hujan maupun angin serta melindungi daripengaruh panas, debu dari luar serta menjaga kerahasiaan(privacy) penghuninya.

    Hasil analisi menunjukan bahwa jenis dindingmerupakan faktor risiko yang berhubungan dengankejadian tuberkulosis paru, dimana orang yang tinggalpada rumah dengan jenis dinding yang tidak kedap airmempunyai risiko 4,7 kali untuk menderita tuberkulosisparu dibandingkan dengan orang yang tinggal padarumah dengan jenis dinding yang kedap air.

    Keterkaitan antara jenis dinding rumah dan penyakittuberkulosis paru adalah bahwa jenis dinding yang tidakpermanen akan sulit untuk dibersihkan atau dapat menjaditempat menempelnya kuman atau mikroba pathogen yangapabila didukung oleh kondisi suhu yang baik untukpertumbuhan maka kuman tersebut akan berkembangdan sewaktu - waktu akan menimbulkan penyakitterhadap orang - orang yang ada disekitar lingkunganrumah atau orang yang kontak dengan lingkungansekitar. Disamping itu dinding yang tidak permanen akanberpengaruh terhadap kelembaban, dimana dengankelembaban yang tinggi maka kuman tuberkulosis akanbertahan hidup dan berkembang dengan baik sehinggamenjadi mata rantai penularan tuberkulosis paru.5. Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian

    Tuberkulosis Paru

    Alice Ximenis Naben, Suhartono, Nurjazuli

  • 19

    Hasil analisis menunjukan bahwa ada hubunganantara jenis lantai rumah dengan kejadian tuberkulosisparu atau lantai rumah merupakan faktor risiko kejadiantuberkulosis paru, dimana orang yang tinggal pada rumahdengan lantai yang tidak kedap air mempunyai risiko 3,7kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis parudibandingkan dengan orang yang tinggal pada rumahdengan jenis lantai yang kedap air.

    Lantai rumah harus dibuat sedemikian rupasehingga tidak menimbulkan kelembaban serta mudahdibersihkan dan dikeringkan. Lantai yang baik adalahyang dibuat kedap air, lantai yang tidak kedap airdipandang dari sudut kesehatan tidak memenuhi syaratkesehatan, juga tidak baik dari segi kebersihan udaradalam rumah. Lantai yang tidak kedap air dapatmenimbulkan terjadinya kelembaban karena uap air dapatkeluar melalui tanah. Lantai rumah yang tidak kedap airdan sulit dibersihkan akan menjadi wahana untuk tumbuhdan berkembangnya mikroorganisme di dalam tanah.6. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian

    Tuberkulosis paruHasil penelitia menunjukan bahwa ada hubungan

    antara kepadatan hunian dengan kejadian tuberkulosisparu, dimana rumah dengan kepadatan hunian < 9 m2/orang berisiko menderita tuberkulosis paru 9,2 kali lebihbesar dibandingkan dengan rumah yang mempunyaikepadatan hunian e 9m2/orang. Di samping itutemukannya jumlah penderita tuberkulosis paru lebih darisatu orang yang tinggal pada rumah etnis timor.

    Ukuran luas ruangan suatu rumah terhadap jumlahpenghuni erat kaitannya dengan kejadian tuberkulosisparu. Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepatpula udara di dalam rumah tersebut mengalamipencemaran. Jumlah penghuni yang semakin banyakakan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangantersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya.Dengan meningkatkan kadar CO

    2 di udara dalam rumah,

    maka akan memberi kesempatan tumbuh danberkembangbiak lebih lagi Mycobacterium tuberculosis.Semakin banyak kuman yang terhisap oleh penghunirumah melalui saluran pernafasan dan akan menyebabkanterjadinya penyakit tuberkulosis paru.

    Semakin padatnya penghuni dalam ruangan, makakondisi kamar atau ruangan yang terasa pengap dansulitnya untuk bernafas. Jumlah udara yang tidakmencukupi sehingga aliran udara bersih dari luar tidaksebanding dengan aliran udara dalam ruangan. Setiaphari penghuni rumah menghirup udara yang sudah turunkualitasnya, sehingga terjadi penurunan faal akan udarabersih, selanjutnya akan terjadi penurunan daya tahantubuh sehingga amat mudah terkena penyakit - penyakitberbasis lingkungan.7. Hubungan Kebiasaan Tinggal di Rumah Etnis

    Timor dengan Kejadian Tuberkulosis ParuRumah sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup

    manusia mempunyai arti yang sangat penting dalamkehidupan setiap orang. Rumah agar dapat berfungsidengan baik maka kegunaannya harus didasarkan padapersyaratan rumah sehat. Rumah sehat memilikipersyaratan antara lain, memenuhi kebutuhan physiologis,memenuhi kebutuhan psichologis, mencegah penularanpenyakit dan mencegah terjadinya kecelakaan.

    Hasil penelitian pada uji bivariat menunjukan bahwaada hubungan yang signifikan antara kebiasaan tinggaldi rumah etnis timor dengan kejadian tuberkulosis paru.Nilai OR = 3,8, Kaitanya antara tinggal di rumah etnistimor dengan kejadian tuberkulosis paru adalahpemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamisangat ditentukan oleh bentuk rumah yang memilikipintu, jendela, ventilasi yang baik dan memenuhi syaratkesehatan. Pintu, jendela dan ventilasi berfungsi sebagaisirkulasi udara dalam rumah agar dalam rumah tidak terasapanas, pengap, disamping itu sinar matahari pagi (sinarultraviolet) dapat masuk ke dalam rumah sehingga dapatmembunuh kuman tuberkulosis, influenza, penyakit matadan lain - lain. Rumah yang tidak memiliki sirkulasi udarayang baik bila terdapat penderita tuberkulosis atau kumantuberkulosis maka akan berkembangbiak sehingga dapatmenginfeksi orang lain yang sehat dan rentan terhadappenyakit.8. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

    Tuberkulosis ParuKebiasaan merokok akan merusak mekanisme

    pertahanan tubuh terutama paru yang disebutmuccociliary clearance. Hasil penelitian pada uji bivariatmenunjukan bahwa tidak ada hubungan antara merokokdengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p = 0,7dan 95% CI = 0,5 - 2,6. Tidak ada hubungan yangsignifikan ini bisa disebabkan karena distribusi respondenberdasarkan jenis kelamin yang hampir merata dan faktorperilaku responden dalam hal merokok yang hampir samaantara kasus dan kontrol. Keberadaan kasus padaresponden yang tidak merokok dapat disebabkan karenaadanya kontak dengan penderita tuberkulosis paru ataukeberadaan kuman tuberkulosis di lingkungan tempatresponden beraktifitas, sistem imun yang kurang baik,status gizi, kekebalan tubuh dan faktor lain yang dapatmenyebabkan terjadianya penyakit tuberkulosis paru.9. Hubungan Kebiasaan Kontak dengan Perokok

    dengan Kejadian Tuberkulosis ParuHasil penelitian pada uji bivariat menunjukan bahwa

    tidak ada hubungan antara kontak dengan perokokterhadap kejadian tuberkulosis. Tidak ada hubungan yangsignifikan ini bisa disebabkan karena semua respondenbaik kasus maupun kontrol setiap hari kontak denganperokok, baik itu di rumah, tempat kerja maupun dilingkungan sekitar. Keberadaan kasus pada respondenyang kontak dengan perokok dapat disebabkan karenaadanya kontak dengan penderita tuberkulosis paru ataukeberadaan kuman tuberkulosis di lingkungan tempat

    Kebiasaan Tinggal di Rumah Etnis Timor

  • 20

    responden beraktifitas, sistem imun yang kurang baik,status gizi, kekebalan tubuh dan faktor lain yang dapatmenyebabkan terjadianya penyakit tuberkulosis paru.

    Faktor Dominan Kejadian Tuberkulosis ParuUji regresi logistik pada analisis multivariat

    bertujuan untuk menentukan faktor dominan yangberhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru. Ujimultivariat dari 5 variabel yang dianalisis didapat satuvariabel dominan mempengaruhi kejadian tuberkulosisparu setelah dikontrol dengan variabel lain, yaitukepadatan hunian rumah dengan nilai OR 9,2, 95% CI =3,5 - 24,5, p = 0,001. Hasil probabilitas menunjukankepadatan hunian dalam rumah yang tidak memenuhisyarat kemungkinan menderita tuberkulosis paru sebesar7%. Tingginya nilai probabilitas dan nilai OR menunjukanbesarnya faktor risiko kejadian tuberkulosis parudisebabkan oleh orang yang tinggal pada rumah dengankepadatan hunian dalam rumah yang tidak memenuhisyarat kesehatan.

    Kepadatan hunian rumah erat kaitannya dengankejadian tuberkulosis paru dimana semakin banyakpenghuninya udara dalam rumah akan cepat tercemar.Dengan meningkatkan kadar CO

    2 di udara dalam rumah,

    maka akan memberi kesempatan tumbuh danberkembangbiak lebih lagi kuman MycobacteriumTuberculosis, bila berada pada rumah dengan tingkatkepadaan hunian tinggi akan cepat menular dari orangke orang. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinyapenularan, maka berbagai faktor lingkungan dan perilakuserta faktor manusia itu sendiri harus dapat dikendalikandengan baik untuk memutuskan mata rantai penularanpenyakit tuberkulosis.

    Temuan PentingHasil penelitian sesuai dengan hasil wawancara

    dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama rumah etnistidak dapat di ubah bentuknya karena merupakan rumahadat setempat. Dengan melihat kondisi ini maka yangharus dilakukan adalah melarang orang yang memilikirumah etnis untuk tinggal di dalam rumah tersebut ataumelakukan modifikasi rumah etnis timor tanpa merubahbentuk aslinya dengan dibuat ventilasi pada rumah etnistimor yang posisi di pagi hari dapat masuk sinar mataharisehingga mengurangi kelembaban dan terjadi sirkulasiudara yang baik.

    SIMPULANAda hubungan antara kebiasaan tinggal di rumah

    etnis timor, luas lubang ventilasi, keberadaan ventilasisilang, jenis dinding rumah, jenis lantai rumah dankepadatan hunian rumah dengan kejadian tuberkulosisparu.

    Dari 6 variabel yang bermakna setelah dianalisismultivariat dengan regresi logistik diperoleh 1 varibel

    yang dominan yaitu kepadatan hunian rumah dengannilai probabilitas sebesar 43%.

    DAFTAR PUSTAKA1. Van, Crevel R., Ottenhaff TH., Van der Meer JW.

    Innate Imunity To Mycobacterium Tuberculosis ClinMicrobio Rev. 2002 April; 309-294

    2. Bannister, B., Gillespie, S. & Jones, J. InfectionMicrobiologi And Management, Victoria, Australia,Blackwell Publishing

    3. World Health Organization. TB A Clinical Manualfor South East Asia. Geneva, 2010; 23-19.

    4. World Health Organization. Global TuberculosisControl Report 2010. Geneva, Switzerland, WHO,2010;16-5.

    5. Libert E., Rom WN., Princioles Of TuberculosisMenagement 2 ed. Philadelphia, Lippincott Williamsand Wilkins, 2004;713-28

    6. Angraeni D. Stop Tuberkulosis, PenerbitPusblishing House. Bogor,2011;40-1.

    7. Nastiti N,R. Intergrasi Program TB Nasional, PeranSektor Swasta dalam Penerapan Staregi DOTS padaPemberantasan TB di Indonesia. RSP Pertamina,Jakarta, 1999;41-37.

    8. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat,Prinsip Prinsip Dasar. Penerbit Rineka Cipta,Jakarta, 2003;329-36.

    9. Departemen Kesehatan RI. Profil KesehatanIndonesia. Jakarta, 2011.

    10. Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Profil DinasKesehatan Kota/Kabupaten se- Provinsi NTT.Kupang, 2010.

    11. Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara,Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Timor TengahUtara. Kefamenanu 2011.

    12. Jawetz,E., Melnick,JL., & Adelberg,EA., Review OfMedical Microbiology, Editor Gerard, Bonang,Penerbit Buku Kedokteran EGL,1992

    13. Dannenberg, AM., Rook GAW., Pathogenesis OfPulmonary Tuberculosis. Washington,1994;495-483

    14. Stanford, S., Jhon, P., Hubert, MS. Dasar Biologisdan Klinis Penyakit Infeksi, Edisi 4, TerjemahanSamik W. Yogyakarta, Gajah Mada University Press,1994.

    15. Departemen Kesehatan RI, Pedoman NasionalPenanggulangan Tuberkulosis. Jakarta,2008;11-2.

    16. Misnadiarly, Simanjuntak., Pudjar, Woto. PengaruhFaktor Gizi dan Pemberian BCG Terhadap TimbulnyaPenyakit Tuberkolusis Paru. Cermin DuniaKedokteran, 1990

    17. Arisman, MB. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC,Jakarta; 2004.

    18. Achmadi, F. Manajemen Penyakit BerbasisWilayah. Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005; 271-95.

    Alice Ximenis Naben, Suhartono, Nurjazuli

  • 21

    19. Crofton, Sri Jhon., Norman and Miller,Fred.,Tuberculosis Klinis, Widya Madika,Jakarta,2002;143

    20. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pinsip Prinsip Dasar. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,2003;329-36.

    21. Kusnoputranto, H., Susana, Dewi. KesehatanLingkungan. FKM Universitas Indonesia, Depok,2000;101.

    22. Departemen Kesehatan RI, Pengawasan KualitasKesehatan Lingkungan dan Pemukiman. Dirjen P2M& PLP, Jakarta, 1999.

    23. Septarina, Dwi., Tesis, Hubungan FaktorLingkungan Fisik Rumah dengan Status Mantouxpada Anak Balita di Kabupaten Bandung. Tahun2001, PpS-PSIKM Universitas Indonesia, Depok,2002;6.

    24. Notoatmojdo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu danSeni. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007;135-49.

    25. Djojosubroto, RD. RespirologiPenyakitParenkimParu. Jakarta, 2009;151-60.

    26. Sudigdo, Sastroasmoro., Sofyan Ismael. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta,2010;330-303.

    Kebiasaan Tinggal di Rumah Etnis Timor