survei serologis brucellosis pada sapi...
TRANSCRIPT
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
SURVEI SEROLOGIS BRUCELLOSIS PADA SAPI DAN KERBAU DALAM RANGKA PROGRAM PEMBERANTASAN BRUCELLOSIS
DI PULAU SUMBA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 - 2014
(Brucellosis Serological Survey in cattle and buffalo related to eradication program of Brucellosis in Sumba Island, East Nusa
Tenggara 2012 – 2014)
I Ketut Narcana, Ni Luh Dartini, A.A. Semara Putra, Mamak Rohmanto
Balai Besar Veteriner Denpasar
ABSTRAK
Reaktor Brucellosis di pulau Sumba, dilaporkan pertama kali pada tahun 1996 pada uji RBPT. Data hasil uji di laboratorium BBVet Denpasar sampai dengan tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi reactor Brucellosis di pulau Sumba masih sangat rendah (kurang dari 1%). Untuk itu pulau Sumba memiliki potensi yang cukup besar untuk bebas dari Brucellosis. Surveilans terstruktur dalam upaya pemberantasan Brucellosis di pulau Sumba, sudah dilakukan pada tahun 2012, 2013, dan 2014. Program pemberantasan dilakukan dengan metode test and slaughter. Pada tahun 2012 dilakukan pengumpulan data dasar (populasi ternak, data kecamatan, data desa) serta pengambilan dan pengujian serum. Pada tahun 2013 dilakukan pengambilan dan pengujian sampel serum secara sensus pada populasi target (sapi/kerbau umur > 1 tahun), sedangkan pada tahun 2014 penelusuran didesa positif CFT dan pengambilan sampel yang belum diambil pada tahun 2013. Hasil survei menunjukkan bahwa satu sampel positif CFT dari 50.716 (0,002%) ditemukan tahun 2013 di desa Patawang, kecamatan Umalulu, kabupaten Sumba Timur. Setelah dilakukan penelusuran kembali ke lokasi yang sama pada tahun 2013 (228 sampel) dan 2014 (41 sampel), hasilnya semua negatif antibodi Brucellosis. Berdasarkan data tahun 2012 – 2014 (bulan Juli) dapat ditentukan status desa yang ada di pulau Sumba, yaitu dari 426 desa yang ada, 187 (43,90%) desa dengan status monitoring negatif, 239 (56,10%) sebagai desa dengan uji massal negatif dan tidak ada desa dengan status desa tertular. Berdasarkan ketentuan yang ada (OIE, 2009), maka pulau Sumba dapat dipertimbangkan untuk ditetapkan sebagai pulau bebas Brucellosis khususnya pada sapi dan kerbau.
Kata Kunci : Brucellosis, Brucella abortus, RBPT, CFT, Pulau Sumba.
ABSTRACT
Brucellosis reactors in Sumba Island, was first reported in 1996 using RBPT test. Data on laboratory test results at BBVet Denpasar up to 2011, showed that the prevalence of Brucellosis reactors in Sumba Island is very low (less than 1%). Based on the fact for that Sumba has considerable potential to be has considered potentially to be freedom of Brucellosis. Structured surveillance in an effort to eradicate Brucellosis in Sumba Island, has been conducted in 2012, 2013, and 2014. The eradication program was conducted using a test and slaughter method. In 2012 the preliminari data (cattle population, the data sub-district, village data) has collected togetherly with serum collection and testing. In 2013, sensus method hs held to collected tested sample serum. Population target (cow / buffalo aged > 1 year), whereas in 2014 tracing activity in positive village and colleting sample in the village that has not been collected in 2013 in done. The survey result showed one of 50.716 (0.002%) CFT positive was found in 2013 at Patawang Village, Umalulu Subdistrict, East Sumba
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
District. After tracing back to the same location in the year 2013 (228 samples) and 2014 (41 samples), the results were all negative Brucellosis antibodies. Based on data from the year 2012 - 2014 (July), the status of village in Sumba Island has determined 187 (43,90%) village was negative monitoring status, 239 (56,10%) was negative village using mass detection and no village found as infected village status. Related with this result and under OIE (2009) provision, Sumba Island is considerable as a Brucellosis free especially in cattle and buffalo.
Keywords: Brucellosis, Brucella abortus, RBPT, CFT, Sumba.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Sumba dengan luas wilayah 10.710 km2, terbagi menjadi empat kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya (11 kecamatan), Sumba Barat (6 kecamatan), Sumba Tengah (5 kecamatan) dan Sumba Timur (22 kecamatan). Reaktor Brucellosis di Pulau Sumba pertama kali dilaporkan tahun 1996 positif pada uji RBT, selanjutnya positif pada uji CFT tahun 1997 yaitu di Kabupaten Sumba Timur ( Putra, dkk.,1997).
Berdasarkan hasil uji di laboratorium BBVet Denpasar tahun 1996 sampai dengan tahun 2011, diketahui bahwa prevalensi reaktor Brucellosis di pulau Sumba dibawah 1%. Dilihat dari prevalensi reaktor Brucellosis yang masih rendah di bawah 1%, maka pulau Sumba memiliki potensi yang cukup besar terhadap kemungkinan bebas dari Brucellosis. Tindakan pemberantasan merupakan upaya terbaik sebelum berkembang menjadi yang lebih besar. Menurut Putra, dkk 2002, arah pemberantasan sebaiknya bertumpu pada desa dengan memandang jumlah ternak (sapi/kerbau) yang ada di suatu desa sebagai satu kawanan
ternak (herd) atau satu unit epidemiologi. Keberhasilan dari program pemberantasan, selanjutnya dapat dievaluasi berdasarkan penetapan status desa, yang dibedakan menjadi 9 status desa. Klasifikasi status desa ini akan sangat bermanfaat sebagai tolok ukur dalam penilaian kemajuan program pemberantasan. Pembrantasan Brucellosis di pulau Sumba, mengacu pada pola pemberantasan Brucellosis di pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Dalam rangka program pemberantasan Brucellosis di pulau Sumba maka pada tahun 2012, 2013 dan 2014 dilakukan surveilans pengambilan dan pengujian sampel serum sapi/kerbau umur 1 tahun atau lebih.
Tujuan
1. Mengamati dan memetakan kasus Brucellosis dan menetapkan status desa di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur;
2. Untuk melakukan kajian dalam menentukan keputusan/kebijakan terhadap langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka pemberantasan Brucellosis di pulau Sumba
3. Untuk membuat kesimpulan dari hasil pelaksanaan
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
surveilans dan pengujian Brucellosis, layak tidaknya pulau Sumba dinyatakan sebagai daerah bebas Brucellosis dengan membandingkan data epidemiologi dan ketentuan internasional yang tercantum dalam O.I.E. (2009), Terresterial Animal Health Code, Chapter 11.3, Article 11.3.2.
II. MATERI DAN METODA
Materi
Dalam pelaksanaan program pemberantasan Brucellosis di pulau Sumba dilakukan pengumpulan data dasar, pengambilan sampel serum sapi/kerbau dan diuji secara serologis.
Metoda
Surveilans dilakukan dengan mengambil sampel serum dari sapi dan kerbau umur ≥ 1 tahun, sampel serum diuji secara bertahap yaitu dengan Rose Bengal Plate Test (RBPT) sebagai uji pendahuluan/skrining dan apabila ada yang positif dilanjutkan dengan uji konfirmasi Complemen Fixation Test (CFT) (Alton.et al, 1975, OIE.2009). Ternak yang positif CFT dinyatakan sebagai reaktor, bila ada reaktor positif akan dipotong bersyarat dan diawasi oleh petugas Dinas Peternakan setempat serta organ reproduksi diambil kemudian dikirim ke laboratorium BBVet Denpasar untuk isolasi dan identifikasi bakteri Brucella abortus. Unit pengamatan yang digunakan
adalah desa, pengambilan serum dilakukan di seluruh desa yang ada di pulau Sumba. Apabila ditemukan reaktor di suatu desa maka seluruh populasi sapi dan kerbau ≥ 1 tahun di desa tersebut dilakukan pengambilan ulang sampel serum dan diuji kembali untuk meyakinkan bahwa tidak ada lagi reaktor di desa tersebut. Pengambilan sampel serum juga dilakukan di desa terdekat dengan desa tertular dan di desa lainnya yang dicurigai merupakan desa lokasi penyebaran sapi bibit yang berasal dari desa tertular. Pengambilan sampel dilakukan bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten se pulau Sumba dan melibatkan medik veteriner dan paramedik veteriner pada puskeswan yang tersebar di pulau Sumba serta Badan Karantina Kelas I Kupang.
Untuk menilai keberhasilan program pemberantasan, maka desa-desa yang merupakan unit pengamatan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, seperti yang sudah pernah diterapkan dalam program pemberantasan Brucellosis di pulau Lombok dan Sumbawa (Putra, dkk., 2002), yaitu Desa yang belum pernah diperiksa/not assessed (BD), desa yang dicurigai tertular Brucellosis/suspected (DC), desa yang secara historis bebas Brucellosis / historically free (HF), desa dengan uji massal negatif/tested negatif (UMN), desa monitoring negatif/monitored negatif (MN), desa tertular Brucellosis/infected (TTL), desa karantina/restricted (KTN), desa bebas Brucellosis sementara/ provissionally free (BS), desa yang dinyatakan bebas
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Brucellosis/declared/ officially free (DB).
III. HASIL
Hasil Uji Serologis
Surveilans pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2012 selain melakukan pengambilan dan pengujian sampel, juga melakukan pengumpulan data dasar baik terhadap jumlah
populasi ternak, data jumlah desa serta kecamatan yang ada di pulau Sumba (Tabel 1a). Hasil uji sampel tahun 2012 terhadap 3.165 sampel serum, hasilnya semua sampel negatif antibodi brucella (Tabel 1b). Data tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menentukan program pembebasan Brucellosis selanjutnya di tahun 2013.
Tabel 1a.
Data Populasi Ternak Sapi dan kerbau masing-masing Kabupaten di Pulau Sumba
No Kabupaten Jumlah Desa
Populasi Sapi
Populasi Kerbau
Populasi Sapi & Kerbau ≥ 1 th
1 Sumba Barat Daya 131 2.684 14.699 10.845
2 Sumba Barat 74 1.138 9.946 6.046
3 Sumba Tengah 65 7.497 8.759 8.905
4 Sumba Timur 156 35.814 27.407 25.733
Total 426 47.133 60.811 51.529
Tabel 1b.
Hasil Uji Brucellosis di Pulau Sumba Tahun 2012
Pelaksana Jumlah Spesimen Sapi/kerbau ≥ 1 thn
Total Hasil Uji
Kerbau Btn
Kerbau Jtn
Sapi Btn
Sapi Jtn
Disnak Sumba Barat Daya 423 195 139 32 789 Negatif
Disnak Sumba Barat 491 230 85 7 813 Negatif
Disnak Sumba Tengah 291 98 394 60 843 Negatif
Disnak Sumba Timur 267 120 240 93 720 Negatif
Jumlah 1.472 643 858 192 3.165 Negatif
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Total 2.115 1.050
Tabel 2a.
Hasil Surveillans Brucellosis Pulau Sumba Tahun 2013
Pelaksana Jumlah Spesimen Sapi/kerbau ≥ 1 thn
Total Hasil Uji
Kerbau Btn
Kerbau Jtn
Sapi Btn
Sapi Jtn
Disnak Sumba Barat Daya 6.966 3.177 561 201 10905 Negatif
Disnak Sumba Barat 6.969 7 336 44 7356 Negatif
Disnak Sumba Tengah 4.272 1.048 3862 631 9813 Negatif
Disnak Sumba Timur 6.130 1.865 8702 2250 18947 Negatif
Kontrol BB-Vet Denpasar 1.416 324 661 149 2.550 Negatif
PemantauanKarantina Kupang 0 0 981 164 1145 1 positif
Jumlah 25.753 6.421 15.103 3.439 50.716 0,002%
Total 32174 18542
Tahun 2013 hasil surveillans Brucellosis di pulau Sumba dari jumlah spesimen yang diuji 50.716 spesimen (Tabel 2a), ditemukan hanya satu reaktor terdapat di Kabupaten Sumba Timur.
Jumlah dan hasil uji sampel yang diambil pada tahun 2013 dengan sebaran dimasing-masing kecamatan pada setiap kabupaten di pulau Sumba disajikan pada tabel 2b, 2c, 2d dan 2e.
Tabel 2b.
Hasil Uji Serum dari Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2013
Kecamatan Jumlah Spesimen Hasil Uji RBPT Disnak
Sumba Barat Daya
BB-Vet Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total
Kodi 1.127 74 49 1.250 Negatif
Kodi Utara 1.691 0 58 1.749 Negatif
Kodi Blaghar 457 0 0 457 Negatif
Kodi Bangedo 1.227 0 0 1.227 Negatif
Kota Tambolaka 1.198 158 79 1.435 Negatif
Laura 1.085 190 79 1.354 Negatif
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Wewewa Tengah 762 131 11 904 Negatif
Wewewa Timur 840 0 10 850 Negatif
Wewewa Barat 1.447 55 0 1.502 Negatif
Wewewa Selatan 744 31 0 775 Negatif
Wewewa Utara 327 30 0 357 Negatif
Jumlah 10.905 669 286 11.860 Negatif
Tabel 2c.
Hasil Uji Serum dari Kabupaten Sumba Barat Tahun 2013
Kecamatan Jumlah Spesimen Hasil Uji RBPT
Disnak
Sumba Barat
BB-Vet
Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total
Kota Waiakabubak 876 13 31 920 Negatif
Loli 943 40 28 1.011 Negatif
Tana Righu 769 146 155 1.070 Negatif
Lamboya 1.337 175 0 1.512 Negatif
Lamboya Barat 1.843 159 57 2.059 Negatif
Wanokaka 1.588 76 0 1.664 Negatif
Jumlah 7.356 609 271 8236 Negatif
Tabel 2d.
Hasil Uji RBPT Serum dari Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2013
Kecamatan Jumlah Sampel Hasil Uji
RBPT Disnak
Sumba Tengah
BB-Vet
Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total
Katikutana 852 24 0 876 Negatif
Katikutana Selatan 976 29 0 1005 Negatif
Mamboro 2.430 279 92 2801 Negatif
Umbu Ratu Ngae Barat 1.769 190 38 1997 Negatif
Umbu Ratu Ngae 3.786 0 161 3947 Negatif
Jumlah 9.813 522 291 10626 Negatif
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Tabel 2e.
Hasil Uji RBPT Serum dari Kabupaten Sumba Timur Tahun 2013
Kecamatan Jumlah Sampel Hasil Uji
Disnak
Sumba Timur
BB-Vet
Denpasar
BPK
Kupang
Total RBPT CFT
Matawai La Pawu 653 131 0 784 Negatif Negatif
Pandawai 2.400 154 0 2.554 Negatif Negatif
Haharu 522 0 0 522 Negatif Negatif
Kahaungu Ety 770 0 0 770 Negatif Negatif
Katala Hamu Lingu 672 18 0 690 Negatif Negatif
Kambata Mapambuhang 934 0 0 934 Negatif Negatif
Kanatang 806 35 52 893 Negatif Negatif
Lewa 1.013 0 0 1013 Negatif Negatif
Umalulu 1.422 86 35 1543 Positif 1 Positif 1
Ngadu Ngala 678 0 0 678 Negatif Negatif
Rindi 2.040 51 126 2.217 Negatif Negatif
Pinupahar 601 0 0 601 Negatif Negatif
Nggaha Ori Angu 890 0 36 926 Negatif Negatif
Karera 599 0 0 599 Negatif Negatif
Lewa Tidahu 838 0 0 838 Negatif Negatif
Tabundung 1.018 0 0 1018 Negatif Negatif
Kambera 385 0 37 422 Negatif Negatif
Kota Waingapu 176 0 11 187 Negatif Negatif
Pahunga Lodu 1.017 275 0 1292 Negatif Negatif
Wulla Waijellu 679 0 0 679 Negatif Negatif
Mahu 500 0 0 500 Negatif Negatif
Paberiwai 334 0 0 334 Negatif Negatif
Jumlah 18.947 750 297 19.994 Positif 1 Positif 1
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Menindaklanjuti hasil uji CFT positif pada satu spesimen di desa Patawang, kecamatan Umalulu, kabupaten Sumba Timur (sampel hasil pemantauan Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang), maka Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur telah melakukan penelusuran/pengambilan spesimen ke lokasi yang sama dan pengujian spesimen pada tanggal 24 Juli 2013 dan 16 Agustus 2013 sebanyak 45 spesimen, hasilnya negatif antibodi Brucella. Penelusuran juga dilakukan oleh tim BBVet Denpasar dengan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur serta Karantina Pertanian Sumba Timur pada tanggal 2 September 2013 pada lokasi yang sama dengan jumlah spesimen 45 serum, hasilnya negatif. Pada tanggal 16 dan 17 Desember 2013 Dinas Peternakan Sumba Timur
kembali melakukan penelusuran di Desa Patawang dengan jumlah spesimen 138 serum, hasilnya negatif.
Pada tahap kedua program pemberantasan Brucellosis di pulau Sumba tahun 2014 rencananya dilakukan pengambilan spesimen sebanyak 5.400 spesimen, namun jumlah spesimen yang diambil secara keseluruhan 6.928 spesimen (Tabel 3a). Hasil pengujian menunjukan bahwa 1 (satu) spesimen dari Sumba Barat positif dengan uji RBT tetapi setelah dikonfirmasi dengan uji CFT hasilnya negatif. Di bulan Mei tahun 2014 telah dilakukan penelusuran kembali di desa tertular (positif CFT di desa Patawang) dengan pengambilan 41 spesimen serum sapi dan semuanya negatif antibodi brucella (Tabel 3b, 3c, 3d, dan 3e).
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Tabel 3a. Hasil Surveillans Brucellosis Pulau Sumba Tahun 2014
Pelaksana Jumlah Spesimen Sapi/kerbau ≥ 1
thn Total Hasil Uji
Kerbau Btn
Kerbau Jtn
Sapi Btn
Sapi Jtn
Disnak Sumba Barat Daya 826 318 70 19 1233 Negatif
Disnak Sumba Barat 526 0 37 0 563 Negatif
Disnak Sumba Tengah 292 87 123 38 540 Negatif
Disnak Sumba Timur 1.170 483 1315 570 3.538 Negatif
Kontrol BB-Vet Denpasar 127 156 135 48 466 Negatif
PemantauanKarantina Kupang
335 140 66 47 588 1 (+) RBT, (-) CFT
Jumlah 3.276 1.184 1.746 722 6.928
Total 4.460 2.468
Tabel 3b.
Hasil Uji RBPT Serum dari Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2014
Kecamatan Jumlah Sampel Hasil Uji RBPT
Disnak
Sumba Barat Daya
BB-Vet
Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total
Kodi 107 59 12 178 Negatif
Kodi Utara 193 33 0 226 Negatif
Kodi Blaghar 262 0 0 262 Negatif
Kodi Bangedo 60 0 0 60 Negatif
Kota Tambolaka 289 0 41 330 Negatif
Laura 33 0 0 33 Negatif
Wewewa Tengah 0 130 0 130 Negatif
Wewewa Timur 0 1 0 1 Negatif
Wewewa Barat 289 0 0 289 Negatif
Wewewa Selatan 0 0 97 97 Negatif
Wewewa Utara 0 0 0 0 Negatif
Jumlah 1.233 223 150 1.606 Negatif
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Tabel 3c.
Hasil Uji RBPT Serum dari Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014
Kecamatan Jumlah Sampel Hasil Uji
Disnak
Sumba Barat
BB-Vet
Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total RBT CFT
Kota Waiakabubak 80 0 0 80 Negatif Negatif
Loli 106 0 153 259 Positif 1 Negatif
Tana Righu 85 0 0 85 Negatif Negatif
Lamboya 100 0 0 100 Negatif Negatif
Lamboya Barat 112 0 0 112 Negatif Negatif
Wanokaka 80 0 0 80 Negatif Negatif
Jumlah 563 0 153 716 Negatif Negatif
Tabel 3d.
Hasil Uji RBPT Serum dari Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2014
Kecamatan Jumlah Sampel Hasil Uji
RBPT Disnak
Sumba Tengah
BB-Vet
Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total
Katikutana 70 0 0 70 Negatif
Katikutana Selatan 180 0 0 180 Negatif
Mamboro 90 0 154 244 Negatif
Umbu Ratu Ngae Barat 50 0 0 50 Negatif
Umbu Ratu Ngae 150 0 0 150 Negatif
Jumlah 540 0 154 694 Negatif
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Tabel 3e.
Hasil Uji RBPT Serum dari Kabupaten Sumba Timur Tahun 2014
Kecamatan Jumlah Sampel Hasil Uji
RBPT
Disnak
Sumba Timur
BB-Vet
Denpasar
BPK Kelas I
Kupang
Total
Matawai La Pawu 46 0 0 46 Negatif
Pandawai 0 0 0 0 Negatif
Haharu 369 0 0 369 Negatif
Kahaungu Ety 240 0 0 240 Negatif
Katala Hamu Lingu 62 0 0 62 Negatif
Kambata Mapambuhang 0 0 0 0 Negatif
Kanatang 50 0 0 50 Negatif
Lewa 150 0 0 150 Negatif
Umalulu 0 41 0 41 Negatif
Ngadu Ngala 83 0 0 83 Negatif
Rindi 100 0 0 100 Negatif
Pinupahar 350 0 0 350 Negatif
Nggaha Ori Angu 186 0 0 186 Negatif
Karera 331 0 131 462 Negatif
Lewa Tidahu 55 0 0 55 Negatif
Tabundung 200 0 0 200 Negatif
Kambera 216 0 0 216 Negatif
Kota Waingapu 230 0 0 230 Negatif
Pahunga Lodu 250 110 0 360 Negatif
Wulla Waijellu 200 0 0 200 Negatif
Mahu 143 0 0 143 Negatif
Paberiwai 277 92 0 369 Negatif
Jumlah 3.538 243 131 3.912 Negatif
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Data Status Desa di Pulau Sumba Tahun 2013
Dari 426 desa yang ada di pulau Sumba, pada tahun 2013 sebanyak 346 desa yang disampling. Dari 346 desa tersebut ditemukan satu reaktor Brucellosis, yaitu di desa Patawang, kecamatan umalulu, kabupaten Sumba Timur, dan dikategorikan sebagai desa tertular. Tahun 2014 telah dilakukan penelusuran pada desa tertular tersebut dan hasilnya
negatif, sehingga bisa dikategorikan sebagai desa monitoring negatif.
Hasil surveillans terstruktur program pemberantasan Brucellosis dari tahun 2012 sampai bulan Juli tahun 2014 seluruh desa yang ada di Pulau Sumba (426 desa) telah diperiksa, dengan kategori sebagai desa monitoring negatif 187 dan desa sebagai desa uji masal negatif 239 desa (Tabel 4).
Tabel 4.
Data Status Desa-Desa di Pulau Sumba terhadap Brucellosis
No
Satus Desa
Kabupaten Jumlah Total
Sumba
Barat Daya Sumba Barat
Sumba Tengah
Sumba Timur
1 Belum Diperiksa
2 Dicurigai
3 Historis Bebas
4 Uji Masal Negatif 67 55 41 76 239
5 Monitoring Negatif 64 19 24 80 187
6 Tertular
7 Karantina
8 Bebas sementara
9 Dinyatakan bebas
Jumlah 131 74 65 156 426
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Hasil Pengamatan Gejala Klinis Brucellosis
Berdasarkan laporan Dinas Peternakan se-pulau Sumba dan hasil pengamatan petugas surveillans BBVet Denpasar selama program pemberantasan tidak ditemukan adanya gejala klinis yang mengarah ke Brucellosis, seperti keguguran, retensi plasenta, orchitis, epididimitis, arthritis/hygroma, ataupun gejala lainnya yang mengarah ke Brucellosis.
Program Pemberantasan
Sesuai ketentuan OIE di daerah dengan prevalensi Brucellosis di atas 2% dilakukan program vaksinasi dan prevalensi di bawah 2% dilakukan program test and slaughter. Prevalensi Brucellosis di pulau Sumba rendah, dibawah 2% sehingga program pemberantasan Brucellosis di dilaksanakan dengan test and slaughter.
IV. PEMBAHASAN
Pada tahap pertama, surveillans pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2012 selain melakukan pengambilan dan pengujian spesimen, juga melakukan pengumpulan data dasar baik terhadap jumlah populasi ternak, data jumlah desa serta kecamatan yang ada di pulau Sumba. Hasil uji spesimen tahun 2012 terhadap 3.165 spesimen, masing-masing berasal dari, Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 789 spesimen, hasilnya negatif RBPT, Sumba Barat sebanyak 813 spesimen, hasilnya negatif RBPT, Sumba Tengah sebanyak 843
spesimen (dua sampel positif dengan uji RBPT, dilanjutkan dengan uji CFT hasilnya negatif) dan Sumba Timur sebanyak 720 spesimen, hasilnya negatif RBPT. Data tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menentukan program pembebasan Brucellosis selanjutnya di tahun 2013.
Pada tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan terhadap spesimen serum sapi dan kerbau yang berumur ≥ 1 tahun, sebanyak 49.571, dengan hasil pengujian semuanya negatif sebagai reaktor Brucellosis. Spesimen tersebut diambil di 346 desa dari 426. Namun demikian pada tahun yang sama, Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang juga melakukan pengambilan dan pengujian spesimen untuk Brucellosis, dimana dari 1.145 spesimen yang diuji, satu spesimen diantaranya positif antibodi Brucellosis secara CFT. Berdasarkan hasil tersebut, maka BBVet Denpasar melakukan penelusuran tentang asal dan lokasi pengambilan spesimen yang positif tersebut, bekerjasama dengan BKP Kelas I Kupang dan Dinas peternakan se Pulau Sumba. Dari hasil penelusuran tersebut diketahui bahwa spesimen tersebut diambil dari desa Patawang, kecamatan Umalulu, kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan hasil tersebut BBVet Denpasar, Disnak Sumba Timur dan BKP Kelas I Kupang melakukan penelusuran kembali dengan pengambilan spesimen serum sapi dan kerbau di desa Petawang dan desa-desa yang kemungkinan pernah menerima ternak dari desa
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Petawang, yakni desa Kombapari kecamatan Hamu Lingu, desa Hanggororu kecamatan Rindi dan kelurahan Kambajawa kecamatan Kota Waingapu. Dari 233 sampel yang diambil, hasilnya semua negatif sebagai reaktor. Untuk klarifikasi terhadap status desa tersebut, maka pada tahun 2014 dilakukan pengambilan spesimen kembali di lokasi ditemukan CFT tersebut.
Pada tahap kedua (tahun 2014) kembali dilakukan pengambilan dan pemeriksaan spesimen di 80 desa yang berstatus belum diperiksa dan di desa yang berstatus monitoring negatif serta pengambilan spesimen di satu desa tertular (lokasi positif CFT hasil uji tahun 2013). Adapun hasil penelusuran di lokasi positif CFT, pada tahun 2014 diambil dan diperiksa spesimen dengan hasil uji RBT negatif. Hasil pengujian spesimen di tahun 2014 sebanyak 6.928 (sapi/kerbau) spesimen menunjukan satu spesimen dari Sumba Barat positif RBPT namun dikonfirmasi dengan uji CFT hasilnya negatif. Sedangkan spesimen yang lainnya menunjukan hasil yang negatif.
Berdasarkan data surveilans sampai Juli 2014, maka status desa di pulau Sumba dapat dikategorikan sebagai berikut, dari 426 desa yang ada di pulau Sumba : 187 (43,90%) desa dengan status monitoring negatif, 239 (56,10%) sebagai desa dengan uji massal negatif dan tidak ada desa dengan status desa tertular.
Laporan Dinas Peternakan se-pulau Sumba dan hasil pengamatan petugas surveillans BBVet Denpasar selama program pemberantasan tidak ditemukan adanya gejala klinis yang mengarah ke Brucellosis, seperti keguguran, retensi plasenta, orchitis, epididimitis, arthritis/hygroma, ataupun gejala lainnya yang mengarah ke Brucellosis. Pengawasan lalu lintas ternak dari satu desa ke desa lainnya di pulau Sumba perlu dilakukan secara ketat, hal ini dilakukan untuk mempertahankan status desa yang sudah diketahui, mengingat antara desa yang satu dengan desa yang lainnya di pulau Sumba berada dalam satu daratan yang lalu lintas ternaknya cukup tinggi dan sulit dilakukan pengawasan. Pengawasan lalu lintas ternak perlu mendapat perhatian serius, untuk hal tersebut, peran aktif dari Karantina Pertanian sangat diperlukan setelah pulau Sumba dinyatakan bebas Brucellosis.
Penetapan status desa, sebagian desa dengan status uji massal negatif sudah merupakan desa bebas Brucellosis karena banyak dari desa tersebut sudah diuji massal lebih dari sekali. Kurang akuratnya data populasi ternak antar waktu pengambilan sampel, menjadi salah satu kendala yang dapat membuat kurang akuratnya penilaian status desa apakah tergolong sebagai desa dengan status uji massal negatif atau monitoring negatif. Hal tersebut menyebabkan pengertian massal dapat saja tidak konsisten pelaksanaannya pada berbagai kondisi lapangan. Walaupun
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
demikian pengambilan sampel darah di setiap desa setidak-tidaknya sudah dapat memenuhi tingkat kepercayaan 95%, sehingga dapat dikatakan mewakili populasi ternak yang ada di setiap desa.
Selama program pemberantasan Brucellosis yang dilaksanakan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, secara keseluruhan telah diambil sebanyak 60.809 spesimen, dengan hasil uji seluruh spesimen negatif. Sesuai ketentuan OIE Chapter 11.3 of the OIE Manual of Standards for Diagnostic Tests and Vaccines (OIE, 2009), bahwa negara/wilayah yang dikategorikan sebagai daerah bebas Brucellosis jika telah memenuhi persyaratan antara lain :
1. Penyakit Brucellosis atau yang dicurigai Brucellosis wajib dilaporkan
2. Seluruh ternak disuatu wilayah dibawah pengawasan petugas yang berwenang dan prevalensi reaktor tidak lebih dari 0,2%.
3. Uji serologis dilakukan secara berkala dalam setiap kelompok ternak.
4. Semua reaktor sudah dipotong.
5. Pemasukan ternak baru hanya berasal dari daerah bebas Brucellosis.
Mengacu pada persyaratan tersebut diatas, maka pulau Sumba sudah memenuhi syarat untuk diusulkan menjadi pulau bebas Brucellosis khususnya
pada sapi dan kerbau. Untuk dapat tetap mempertahankan pulau Sumba bebas Brucellosis diperlukan komitmen yang kuat dari semua instansi terkait, dan tertuang dalam regulasi yang jelas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengujian Brucellosis tahun 2012 – 2014 di pulau Sumba dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Prevalensi reaktor Brucellosis di pulau Sumba adalah 0%.
2. Dari 426 desa yang ada di pulau Sumba, sebanyak 187 (43,90%) desa dengan status monitoring negatif, 239 (56,10%) sebagai desa dengan uji massal negatif dan tidak ada desa dengan status desa tertular.
3. Pulau Sumba yang terdiri dari Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur dapat diusulkan sebagai pulau bebas Brucellosis.
Saran-Saran :
1. Agar dapat menjaga pulau Sumba dapat tetap bebas dari Brucellosis, perlu komitmen semua instansi terkait, dan tertuang dalam regulasi yang jelas.
2. Pengawasan lalu lintas ternak perlu mendapat
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
perhatian serius, untuk hal tersebut peran aktif dari Karantina Pertanian sangat diperlukan setelah pulau Sumba dinyatakan bebas Brucellosis.
3. Pelaksanaan surveillans tetap dilaksanakan, walaupun pulau Sumba telah mendapatkan status bebas Brucellosis.
Ucapan terimakasih
Terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang NTT, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur, yang telah membantu dalam pengumpulan data, pengambilan sampel dan pendampingan selama survei. Ucapan yang sama juga kami sampaikan kepada Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar atas fasilitas dan dukungan yang diberikan dalam pelaksanaan survei ini.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Alton.G.G.; Jones.L.M.; Angus.R.D.; Verger.J.M.; (1975). Techniques for The Brucellosis Laboratory. Hal.81-87.
Alton, G.G. (1981) The control of bovine brucellosis: Recent developments. World Animal Review 39: 17-24.
Dartini Ni Luh; Rince Morita Butarbutar; I Nyoman Suendra ; I Nyoman Suka ; I Nengah Suparta. (2006a). Laporan Surveilans Brucellosis di Provinsi Nusa Tenggara Timur. BPPV Regional VI Denpasar.
Dartini Ni Luh dan Rince Morita Butar Butar. (2006b). Deteksi Dini Reaktor Brucellosis di Kabupaten Ende dan Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2006. Bulletin Veteriner.
Dolan, L. A. (1980) Latent carrier of brucellosis. Veterinary Record 106: 241-243.
Esuruoso, G. G. (1980) Current status of brucellosis in Nigeria and a preliminary evaluation of the probable cost and benefit of a proposed brucellosis control program for the country. Veterinary Epidemiology and Economics. Proceedings of the second international symposium. Australian Goverment Publishing Service, Canberra, pp.644-649.
Hamidjojo, A. N. (1984) Epidemiologi brucellosis pada ternak sapi di Sulawesi Utara. Penyakit Hewan XVI: 246-248.
Lapraik, R. D. and Moffat R. (1982) Latent bovine brucellosis. Veterinary Record 111: 578-579.
Miller, L. And Fite, R. (1999) Risk assessment Bovine brucellosis in Australia. APHIS-PPD-RAS. Report.
OIE (2009) Bovine Brucellosis. chapter 11.3, article 11.3.2 dan 11.3.3: 581 – 584.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
Partodihardjo, S., Noordin M., Darodjat S. M., Sugijanto dan Djojosoedarmo S. (1979) Survei serologik terhadap brucellosis dan leptospirosis pada ternak potong di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Media Veteriner 1: 30-34.
Putra, A.A.G. (2001) Kajian epidemiologi dan dampak ekonomi brucellosis terhadap pendapatan petani, daerah dan nasional: Dengan penekanan pada Propinsi Nusa Tenggara Timur. Buletin Veteriner XIII (58): 8-18.
Putra, A.A.G., Muthalib, A., Arsani, N.M., Sunarya, G.M. dan Yuwana, W.S. (2002a) Evaluasi pemberantasan brucellosis pada sapi dan kerbau di pulau Lombok. Dalam “Brucellosis. Program dan evaluasi pemberantasan: Suatu model Pemberantasan di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat”. Monograph No. 1, Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI Denpasar, 1-93.
Putra, A.A.G. (2002b) Prevalensi reaktor bovine brucellosis di Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara. Buletin Veteriner XIV (60): 7-12.
Putra, A.A.G. (2002c) Evaluasi pemberantasan brucellosis dengan vaksinasi di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur. Buletin Veteriner XIV (60): 13-20.
Putra, A.A.G. (2005) Analisis faktor risiko berjangkitnya bovine brucellosis di breeding farm Baturraden Jawa Tengah dan upaya pemberantasannya. Laporan BPPV Regional VI Denpasar.
Putra, A.A.G. dan Arsani, N.M. (2005) Evaluasi tahun ke tiga pemberantasan brucellosis pada sapi/kerbau di pulau Sumbawa: Data surveilans sampai dengan Desember 2004. Laporan BPPV Regional VI Denpasar.
Putra, A.A.G., I G.M. Ekaputra, A.A.G. Semara Putra dan N.L. Dartini (1995) Prevalensi dan distribusi reaktor brucellosis di kawasan Nusa Tenggara pada tahun 1994-1995. Laporan BPPH Wilayah VI Denpasar.
Putra, A.A.G., Sulaiman, I., Loasana, A., Hendrina dan Ben, R. (2001) Pemberantasan brucellosis dengan test and slaughter: Suatu model dengan pendekatan desa. Buletin Veteriner XIII (59): 1-15.
Roza, M. (1958) Beberapa segi dari pemberantasan brucellosis bang. Hemera Zoa LXV (No. 3-4): 128-149.
Seit, B. (1958) Brucellosis in man and animals, with special respect to denish laws concerning brucellosis bovis and the eradication of the disease. Hemera Zoa LXV (No. 3-4): 150-172.
Siregar, E.M. (2000) Pendekatan epidemiologik pengendalian brucellosis untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia. Orasi ilmiah guru besar tetap Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, 9 September 2000.
Sudiana, E., Hirst, R.G., and Patten, B. (1989) Epidemiological
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X
study on brucellosis in dairy cattle in the Bogor area. Proceedings Seminar Nasional Epidemiologi Veteriner ke I, Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjennak, Jakarta, 95-102.
Sulaiman, I. (1996) Beberapa aspek mengenai program penanggulangan dan pemberantasan brucellosis. Laporan BPPH VII Maros.
Sulaiman, I. (2005) Hasil sero-survey brucellosis di pulau Jawa. Laporan disajikan pada Rapat Koordinasi Penanggulangan Penyakit Zoonosis pada Ternak Besar di Pulau Jawa, diselenggarakan oleh Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah di Semarang pada tanggal 22-23 Mei 2005.
Thrusfield., M., 2007. Veterinary Epidemiology. Third Edition. Blackwell Science. UK.
Witono, S., Poermadjaja, B., Usman, T.B., dan Sapardi, M. (1999) Letupan brucellosis pada suatu peternakan sapi perah di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Makalah disajikan pada Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah Kesehatan Hewan, Ditjennak, Yogyakarta 03-06 Nopember1999.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X