studi mengenai keputusan pembelian jasa...
TRANSCRIPT
1
STUDI MENGENAI KEPUTUSAN PEMBELIAN JASA
WEDDING AND EVENT ORGANIZER
(Studi kasus di Mahkota Wedding and Event organizer Semarang)
DYAH AYU KUSUMAWARDANI
NIM. C2A607052
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Augusty Tae Ferdinand, MBA, DBA
ABSTRACT
This research aimed lo investigate factors that could influence consumer buying decision concerning service of both Wedding and Event organizer. Used factors were price, promotion, company reputation and service quality that been hypopthesized influence to buying decision of both Wedding and Event organizer services.
Analysis method used to analysing influence of price variable, promotion, reputation and service quality to buying decision was by using double regression analysis support by statistical SPSS for window version 16 and hipothesis examination which oriented to, when probability value < 0.05 therefore conclude that Ha accepted and when Probability value > 0.05 therefore Ha rejected.
Research result obtained that all of independent variable have positive and significant influence to the independent variable was buying decision. From statistical result of double regression analysis by using SPSS program assistance, regression equation of Y = 0.536 X| + 0.187 X2 + 0.319 X3 + 0.410 X4. simultaneously price variable (XI), promotion (X2), company reputation (X3) and service quality (X4) reasonable to explain it binding variable, was buying decision because calculation F test coefficient about 28.106 and signification level < 0.05 was 0.000.
Keywords : price, promotion, company reputation, service quality and buying decision
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha sangatlah ketat, hal ini ditandai dengan
banyaknya perusahaan yang berusaha untuk merebut market share dan new market melalui
beragam cara dan inovasi yang ditampilkan dalam produk atau jasa yang mereka hasilkan.
Perusahaan harus bisa menentukan strategi pemasaran yang tepat agar usahanya dapat
bertahan dan tujuan utama dari perusahaan tersebut dapat tercapai. Ada beberapa faktor yang
menjadi alasan suatu perusahaan bisa mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat,
misalkan bagaimana sebuah perusahaan menetapkan harga yang kompetitif, melakukan
promosi yang efektif, membentuk citra dan membangun reputasi perusahaan yang baik di
mata konsumen serta kualitas yang baik dan memuaskan dari produk yang mereka tawarkan
kepada konsumen.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah perusahaan jasa Event organizer, yaitu
Mahkota Wedding and Event organizer dengan alasan dan pertimbangan bisnis ini begitu
menjanjikan dan memiliki peluang besar di masa seperti sekarang dimana pola dan gaya
hidup masyarakat semakin sibuk dan individualis sehingga butuh bantuan sebuah Event
organizer untuk menangani segala kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan acara tertentu
baik itu perhelatan pernikahan, gathering, ulang tahun maupun acara-acara lainnya. Harga
ialah pengorbanan riil dan materil yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh atau
memiliki produk, dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti membanding- bandingkan
harga sebelum menggunakan layanan jasa, memilih layanan jasa yang harga dasarnya murah,
memilih layanan jasa yang harganya sebanding dengan kualitasnya atau berbagai alasan
lainnya. Harga juga merupakan nilai pertukaran atas manfaat produk ( bagi konsumen
maupun produsen ) yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter ( Budiarto dan
Tjiptono: 1997 ). Promosi sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan mengkomunikasikan
produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kepada khalayak luas, agar khalayak luas atau
masyarakat menjadi sadar akan keberadaan produk tersebut di pasaran. Pada dasarnya
promosi merupakan usaha marketing yang memberikan berbagai upaya insentif jangka
pendek untuk mendorong keinginan, mencoba atau membeli suatu produk atau jasa ( Kotler,
1997:205 ). Biasanya konsumen akan mencari informasi tentang merek ( brand information )
sebelum mereka memilih suatu merek produk atau layanana jasa. Informasi melalui merek
atau jasa biasanya mereka dapatkan dari iklan ataupun promosi yang dilakukan oleh
perusahaan. Promosi merupakan salah satu komponen bauran pemasaran, Willian J. Stanton
3
memberikan definisi “ promotion is an exercise in information, persuation and
communication “ ( Buchari Alma, 2002: 135 ). Perusahaan jasa sering dikaitkan dengan
reputasi perusahaan disamping jasa atau produknya sendiri, Zeithaml ( 1988 )
mengemukakan kualitas yang dirasakan dari suatu produk atau jasa erat hubungannya dengan
reputasi yang diasosiasikan dengan nama brand tertentu, berarti memang benar adanya jika
kualitas yang diterima dari sebuah produk atau jasa memang memiliki keterkaitan dengan
reputasi perusahaan. Perusahaan jasa juga semakin menyadari peranan konsumen sangat
penting dalam menentukan masa depan perusahaan mereka, oleh karena itu perusahaan jasa
seperti Wedding and Event organizer harus mengetahui bahwa setiap konsumen memiliki
pandangan atau persepsi yang berbeda mengenai jasa atau service yang ditawarkan.
Definisi jasa atau service menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong ( 2004:276 )
adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak lain yang pada dasarnya tanpa
wujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Definisi jasa adalah suatu kegiatan yang
memiliki beberapa unsur ketidakberwujudan ( intangibility ) yang melibatkan beberapa
interaksi dengan konsumen atau properti dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan
transfer kepemilikan. Persepsi konsumen mengenai service didefinisikan sebagai sesuatu
yang khusus. Dengan memahami apa harapan dan keinginan konsumen dari suatu layanan
jasa atau service maka akan didapat suatu nilai tambah tersendiri bagi perusahaan tersebut.
Suatu pelayanan yang diberikan secara umum dan berkala adalah bentuk pelayanan biasa
yang dilakukan oleh semua kegiatan usaha kepada konsumen. Hal tersebut merupakan bentuk
usaha jasa atau service yang belum lengkap, tetapi apabila jasa atau service tersebut disajikan
dengan pelayanan khusus secara berkala dan dengan penyajian yang berbeda atau tidak biasa
dari penyajian yang pernah dilakukan oleh pelaku usaha sejenis sebelumnya, maka pelayanan
tersebut membuat pelanggan atau konsumen mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang
mereka harapkan sebelumnnya. Objek peneliti dalam penelitiannya adalah perusahaan yang
bernama Mahkota yang bergerak di bidang jasa yang menangani berbagai macam Event.
Awalnya Mahkota bernama Praktis yang merupakan usaha Event organizer di Semarang yang
berfokus pada acara pernikahan, karena sebelumnya memang belum pernah ada layanan jasa
sejenis di kota Semarang, kalaupun ada pasti bukan menangani acara pernikahan atau hanya
berkutat pada bidang-bidang tertentu seperti musik atau entertaint lainnya. Dari data yang
didapat melalui penelitian langsung (wawancara). Jumlah Event yang ditangani Mahkota
Wedding and Event organizer. Dari bulan Januari sampai bulan Desember 2009 terlihat
jumlah Event yang ditangani Mahkota Wedding and Event organizer sejumlah 110 Event
4
yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2010 dari bulan Januari sampai bulan
Desember yang hanya menangani 85 Event saja. Dalam menghadapi situasi ini, manajemen
pengelola Mahkota Wedding and Event organizer harus mencari tahu mengapa hal ini bisa
terjadi dan terus berusaha memberikan kepercayaan kepada konsumen agar konsumen tetap
mau menggunakan layanan jasa mereka. Dari tabel, kita juga bisa melihat pada bulan – bulan
tertentu seperti bulan Mei, Juni, dan Juli konsumen banyak yang mengadakan acara
pernikahan atau Wedding, bahkan di akhir tahun pun semakin banyak Event yang ditangani.
Hal ini dikarenakan memasuki masa liburan dan banyak konsumen yang berencana
melaksanakan pesta pernikahan sebelum bulan puasa dan ada pula yang ingin melaksanakan
pesta setelah Hari Raya Idul Fitri maupun Natal. Walaupun ada beberapa Event Wedding
pada bulan Agustus sampai September, tetapi tidak seramai bulan – bulan sebelumnya atau
sesudahnya karena pada bulan ini biasanya Mahkota juga melaksanakan Grand Wedding
Expo yang diadakan rutin setiap tahun. Setelah itu baru pada bulan selanjutnya diramaikan
lagi dengan berbagai Event Wedding baik yang dilaksanakan secara international maupun
traditional.
Dalam menjalani bisnis Wedding and Event organizer, perusahaan harus paham dan
cermat ada bulan – bulan efektif dimana banyak konsumen yang mau menyelengarakan
pestanya untuk itu harus mengetahui cara yang tepat agar konsumen mau menyelenggarakan
pestanya dengan menggunakan jasa Mahkota. Perusahaan juga harus memaklumi bahwa baik
di kalangan masyarakat Chinese ataupun pribumi masih mempercayai adanya hari baik
maupun bulan baik untuk menyelenggarakan sebuah acara, untuk itu Mahkota tidak bisa
memaksakan jadwal dan waktu yang tepat dalam melaksanakan Event yang ingin diadakan
oleh konsumen, hal inilah yang dapat dijadikan pemicu perusahaan dibidang jasa WO seperti
Mahkota untuk lebih mengerti apa yang diinginkan konsumennya dan justru sebagai
perusahaan jasa, hendaknya bisa memberi masukan kapan, bagaimana, dan seperti apa pesta
atau perayaan yang tepat di selenggarakan oleh konsumen sesuai dengan budget dan
kebutuhan mereka. Untuk layanan jasa Mahkota yang khusus menangani tradisional Wedding
bernama Tiara Enterprise, walaupun berbeda nama, manajemen perusahaan tetap sama
dibawah pengawasan Mahkota EO, harga yang ditawarkan pun sama, hanya personil kru
lapangan yang berbeda karena dalam traditional Wedding ada beberapa rangkaian adat yang
harus dilaksanakan dan butuh orang yang mumpuni dibidangnya. Adapun jenis paket yang
ditawarkan Mahkota Wedding and Event organizer kepada konsumennya untuk menentukan
pilihan mereka sesuai budget dan selera masing – masing konsumen. Dengan ini secara tidak
5
langsung, konsumen juga dapat melakukan perbandingan harga dan fasilitas yang dimiliki
Mahkota dengan EO Wedding lainnya sesuai dengan keinginan konsumen itu sendiri.
Mahkota menentukan besarnya dana ( price list )dengan varian harga tertentu yang
harus dikeluarkan oleh konsumen disesuaikan dengan jumlah tamu yang rencananya akan
diundang. Harga di yang ditetapkan ( berkisar 10 juta sampai 20 juta rupiah ) adalah harga
untuk Wedding organizer-nya saja dan harga tersebut sudah meliputi sejumlah kru yang akan
membantu pelaksanaan acara dari rumah, pemberkatan / akad nikah sampai acara resepsi di
gedung. Selain itu konsumen juga mendapat fasilitas one stop service, konsultasi gratis
mengenai vendor mana yang baik untuk dipakai dalam menyelenggarakan acara mereka serta
mendapatkan jadwal meeting minimal tiga kali guna membahas konsep serta susunan acara
atau Event yang akan diselenggarakan.
Untuk acara Wedding biasanya konsumen membutuhkan jasa profesional usher
( pagar ayu/bagus ) guna membantu para tamu pada saat acara resepsi di gedung, terutama di
acara international Wedding party yang biasanya mengadakan acara jamuan menggunakan
meja ( round table ). Harga untuk profesional usher adalah Rp 350.000 ( sudah termasuk
make up, gaun atau kebaya, serta transpor ). Berbeda dengan Event non – Wedding seperti
launching produk suatu perusahaan atau acara ulang tahun, gathering dan sebagainya,
Mahkota menetapkan harga yang relatif dan ditentukan oleh konsep acara tersebut ingin
dilaksanakan seperti apa.
Penelitian ini dikhususkan pada konsumen di wilayah Kota semarang sebagai sampel.
Dengan melakukan penelitian mengenai analisis strategi penetapan harga, promosi, reputasi
perusahaan dan kualitas pelayanan jasa untuk meningkatkan jumlah konsumen, diharapkan
dapat membantu para pelaku bisnis di bidang Wedding and Event organizer dalam memilih
dan menentukan apakah bentuk kegiatan ini cukup efektif dalam mempengaruhi konsumen,
dan dapat menyusun strategi agar perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang kuat,
sehingga perusahaan dapat bertahan dan terus maju dalam persaingan dunia usaha yang
semakin ketat.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, sedikit banyak
memberikan gambaran mengenai jenis layanan jasa yang di tawarkan Mahkota beserta
harganya, baik untuk international Wedding maupun traditional Wedding. Dari penjelasan dan
data yang ditampilkan sebelumnya pula, kita dapat mengetahui bahwa jumlah konsumen
yang menggunakan jasa Mahkota Wedding and Event organizer berfluktuasi, dimana tahun
6
2009 Event yang ditangani Mahkota jumlahnya lebih besar yaitu 110 Event daripada Event
yang ditangani pada tahun 2010 yang hanya 85 Event dalam setahun. Dari angka penurunan
jumlah konsumen Mahkota inilah muncul permasalahan dan kondisi semacam ini tentunya
harus mendapatkan perhatian dan segera ditindak lanjuti oleh perusahaan, untuk itu dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana sikap konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian terhadap layanan jasa yang ditawarkan yang bertujuan meningkatkan
jumlah konsumen Mahkota Wedding and Event Organizer. Dari masalah penelitian itulah
muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah harga layanan jasa yang ditawarkan berpengaruh terhadap keputusan konsumen
dalam menggunakan jasa Mahkota Wedding and Event organizer ?
2. Apakah strategi promosi yang diterapkan berpengaruh terhadap keputusan konsumen
dalam menggunakan jasa Mahkota Wedding and Event organizer ?
3. Apakah reputasi perusahaan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
menggunakan jasa Mahkota Wedding and Event organizer ?
4. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
menggunakan jasa Mahkota Wedding and Event organizer ?
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi layanan jasa dalam dunia bisnis di bidang Wedding and Event organizer
sangat berkembang pesat dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Gaya hidup
masyarakat yang semakin modern menuntut segala kemudahan dan efisiensi dalam segala
aktivitas mereka. Apalagi jika berhubungan dengan layanan jasa, masyarakat terutama yang
berada di kota besar pasti akan lebih kritis menilai segala bentuk jasa atau produk yang
ditawarkan kepada mereka. Untuk itu perusahaan jasa seperti Wedding and Event organizer
perlu memperhatikan beberapa aspek yang dapat menarik perhatian konsumen sehingga
mereka tertarik dan berminat untuk menggunakan jasa atau service yang ditawarkan.
Kotler (1994) mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya mungkin berkaitan dengan produk fisik
atau tidak. Di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa,
meskipun puhak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan merupakan
barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas, dan aktivitasaktivitas tersebut tidak berwujud
(Lupiyoadi,2001)
7
Dalam usaha Wedding and Event organizer. Setiap konsumen memiliki kriteria
tertentu dalam memilih EO atau WO mana yang tepat untuk mengatur jalannya Event yang
akan diselenggarakan. Ada konsumen yang menginginkan EO atau WO dengan harga yang
terjangkau, adapula konsumen yang menginginkan EO atau WO yang mempunyai reputasi
tinggi, sudah terkenal, serta kualitas layanan cepat, efisien, akses yang mudah kapan saja dan
dimana saja dengan mengabaikan biaya yang besar yang nantinya harus dikeluarkan .
2.1 Keputusan Pembelian ( buying decision )
Dalam membeli dan mengkonsumsi sesuatu terlebih dahulu konsumen membuat
keputusan mengenai produk apa yang dibutuhkan, kapan, bagaimana dan dimana proses
pembelian atau konsumsi itu akan terjadi. Dengan kata lain diperlukan suatu proses
pengambilan keputusan untuk membeli sesuatu baik barang atau jasa. Menurut Setiadi
(2003), pengambilan keputusan yang diambil oleh seseorang dapat disebut sebagai suatu
pemecahan masalah. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau
perilaku yang ingin dicapai atau dipuaskan. Selanjutnya konsumen membuat keputusan
perilaku mana yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Proses pengambilan
keputusan menurut Engel, Blackwell dan Miniard ( 1995 ) meliputi 6 tahap, yaitu :
1. Pengenalan kebutuhan
Didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan
dengan keadaan sebenarnya yang akan membangkitkan dan mengaktifkan proses
keputusan
2. Pencarian informasi
Tahap selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang
memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka
proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan
masalah (pencarian eksternal)
a. Sumber pribadi atau opini dari orang lain
b. b.Sumber bebas seperti kelompok konsumen dan badan pemerintah
c. Sumber pemasaran seperti karyawan penjualan dan iklan
d. Sumber pengalaman langsung seperti mencoba langsung produk
3. Evaluasi alternatif
Mengevaluai pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan
4. Pembelian
Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih
8
5. Konsumsi
Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih
6. Evaluasi alternatif setelah pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan
sesudah digunakan. Beberapa konsumen akan mengalami keraguan atau kecemasan
tentang keputusan pembeliann yang dikenal sebagai pertentangan pasca pembelian atau
post purchase dissonance (Munandar, 2001 ). Untuk mengurangi pertentangan tersebut
individu menggunakan strategi (Schiffman & Kanuk, 1983 ) :
a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan terbaik
b. Mencari informasi yang mendukung pilihannya dan menghindari produk yang
berbeda
c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli produk yang sama
d. Merasa puas pada produk untuk menentramkan diri.
Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan
berakibat jauh setelah pembelian. Di dalam setiap pembelian yang dilakukan, setiap
konsumen akan melewati keenam tahapan pengambilan keputusan sebagai tahapan proses di
dalam melakukan tindakan pembelian. Pengambilan keputusan membeli pada konsumen
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat individual ( internal ) maupun yang
berasal dari lingkungan eksternal. Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan seperti
budaya, kelas sosial, pengaruh kelompok dan keluarga dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputrusan sesorang. Adapun beberapa hal yang dapat mempengaruhi yaitu
sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap dan kepribadian serta
gaya hidup dan demografi ( Engel dkk, 1995 ). Dengan demikian konsumen dalam memilih
suatu produk akan memilih berdasarkan pada apa yang paling dibutuhkan dan apa yang
paling sesuai dengan dirinya yang salah satunya adalah gaya hidup ( lifestyle ).
2.2 Harga ( Price )
Valerie Zeithaml (1998) mengatakan bahwa menurut sudut pandang konsumen, harga
adalah sesuatu diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh suatu produk. Menurut
Augusty Ferdinand (2000), harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran, di
mana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli
suatu produk, karena berbagai alasan. Alasan ekonomis akan menunjukkan bahwa harga yang
rendah atau harga yang selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk
meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga
9
justru merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu instrumen
penjualan sekaligus sebagai instrumen kompetisi yang menentukan. Menurut Kotler dan
Amstrong ( 2003 ) harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa atau
jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau
menggunakan barang dan jasa.
Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan teori yang telah dijelaskan di
atas, maka dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut :
H1 = Semakin kompetitif harga layanan jasa yang ditawarkan semakin cepat proses
keputusan pembelian jasa.
2.3 Promosi ( promotion )
Aktivitas promosi merupakan usaha marketing yang menberikan berbagai upaya
intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau
jasa ( Kotler, 1997: 205 ). Latin dan Bucklin mengungkapkan bahwa aktivitas promosi
mempengaruhi ekspektasi konsumen.
Promosi (promotion) yang bagus agar menarik minat beli konsumen dilakukan
melalui bauran promosi (promotion mix) yaitu penjualan perorangan , periklanan, promosi
penjualan, kehumasan, mulut ke mulut serta pemasaran langsung (Lupiyoadi dan Hamdani,
2006: 120). Promosi menurut Henry Simamora (2000:753) merupakan fungsi dari
pemberitahuan, pembujukan dan pengimbasan keputusan pembelian konsumen. Jika suatu
produk dipromosikan lebih sering, konsumen akan memiliki kesempatan yang lebih besar
untuk mengekspos-nya sehingga mereka mengingat merek tersebut dengan lebih baik
( Krishna, Currim and Shoemaker, 1991: 7 ).
Rambat Lupiayoadi (2006 : 120) mengatakan bahwa kegiatan promosi bukan saja
berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dalam kegiatan
pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Promosi merupakan jenis kegiatan pemasaran perusahaan yang ditujukan untuk
mendorong permintaaan. Semakin gencar kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan maka
konsumen akan semakin tertarik dan terpengaruh sehingga akhirnya konsumen akan membeli
produk yang dihasilkan dan ditawarkan oleh perusahaan. Berikut ini beberapa definisi lain
mengenai promosi yang penulis kutip dari beberapa ahli :
10
Menurut Cravens ( 1996 : 76 ) mengemukakan pengertian promosi adalah sebagai berikut :
“Promosi adalah menginformasikan kepada orang-orang mengenai produk dan
meyakinkan para pembeli dalam pasar sasaran suatu perusahaan, organisasi saluran, dan
masyarakat umum untuk membeli barang-barangnya”.
Menurut Dharmesta dan Irawan ( 2005 : 349 ) mengemukakan pengertian promosi
adalah sebagai berikut :
“Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam
pemasaran”.
Menurut Stanton yang dikutip oleh Saladin (2006 : 171) mengemukakan pengertian
promosi sebagai berikut :
“Promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang
didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang produk
perusahaan”.
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
Sebaik apapun bentuk pelayanan suatu produk atau jasa namun apabila konsumen belum
pernah mendengar bahkan melihat bagaimana praktek jasa itu diterapkan dan mendengar
langsung dari konsumen lain yang pernah menggunakan maka produk atau layanan jasa
tersebut tidak akan menjadi pilihan mereka untuk menggunakannya.
Dalam penelitian yang dilakukan Estika Hendaradi (2005) mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan jasa penerbangan Garuda
indonesia, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa promosi berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian. Prihati Muji Lestari (2005) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam memilih program studi ekstensi Fakultas
Sastra Undip menyatakan bahwa promosi ternyata berpengaruh positif dalam keputusan
pembelian. Penelitian oleh Nanda Irawan ( 2006 ) mengenai analisi pengaruh kualitas produk,
promosi, harga dan layanan purna jual terhadap keputusan pembelian honda jazz juga
menyatakan bahwa promosi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan teori yang telah dijelaskan di
atas , maka dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut :
H2 = Semakin tinggi aktivitas promosi perusahaan semakin cepat proses keputusan
pembelian jasa.
11
2.4 Reputasi Perusahaan ( corporate reputation )
Menurut Zeithaml (1988) kualitas jasa yang dirasakan dari suatu produk atau jasa erat
hubungannya dengan reputasi yang diasosiasikan dengan nama merek. Selness (1993)
menyatakan bahwa dalam industri jasa dan bisnis, merek seringkali dikaitkan dengan reputasi
perusahaan daripada produk atau jasa itu sendiri. Berarti kualitas yang diterima dari sebuah
produk atau jasa adalah berhubungan dengan reputasi perusahaan yang digabungkan dengan
nama merek produk atau jasanya. Menurut Fandy Tjiptono ( 1999 ), reputasi perusahaan
merupakan bagian dari konsep citra perusahaan ( corporate image ) dimana corporate image
merupakan bagian dari konsep kausalitas total jasa, sedangkan menurut Lau dan Lee ( 1999 )
menganggap reputasi perusahaan sebagai salah satu faktor terpenting dari karakteristik
perusahaan yang dapat membentuk kepercayaan pelanggan terhadap merek. Reputasi
menurut kamus Bahasa Indonesia ( 1998 : 201 ) adalah nama baik.
Herbig, milewicz and Golden ( 1994 ) menyatakan bahwa reputasi perusahaan dapat
dilihat dari kompetensi perusahaan tersebut dan keunggulan dibandingkan dengan
kompetitornya. Adapun menurut Doney dan Cannon ( 1997 ) reputasi perusahaan
berhubungan dengan sejarah atau riwayat perusahaan terutama dalam hubungannya dengan
pihak lain, apakah memiliki hubungan yang lebih baik atau tidak. Anderson dan Maclnnis
( 1999 ) mendefinisikan reputasi sebagai suatu pandangan publik atas suatu perusahaan yang
dinilai baik atau tidak yang dipandang secara global atas hal-hal seperti keterbukaan, kualitas
dan lainnya sehingga dapat dikatakan sebagai pandangan atas dasar gerak langkah
perusahaan.
Reputasi perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan.
Reputasi atau merek menjadi sebuah masalah dari sikap dan kepercayaan terhadap kesadaran
pada merek dan image ( Maltz, 1992 : 9 ). Dalam penelitian terdahulu oleh Gunawan ( 2006 )
mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah menabung di PT.
BRI ( persero ) bahwa reputasi perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian, serta dalam penelitian yang dilakukan M. Rhendria dalam penelitiannya mengenai
analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian juga menyatakan bahwa reputasi
perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dan teori yang telah dijelaskan di atas , maka dalam penelitian ini
diusulkan hipotesis sebagai berikut :
H3 = Semakin baik reputasi perusahaan jasa semakin cepat keputusan pembelian jasa.
12
2.5 Kualitas Pelayanan ( service quality )
Kualitas merupakan senjata perusahaan agar dapat memenangkan persaingan, namun
hampir semua perusahaan terutama perusahaan yang bergerak dibidang jasa berupaya
menghasilkan kualitas yang sama. Untuk itu kualitas bukan satu-satunya jalan ampuh yang
ditempuh perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitornya. Menurut American
Society for Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-
karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten ( Lupiyoadi 2001:144 ). Menurut Triyana
( dalam Ferdinand, 2006 ) service atau pelayanan merupakan bagian yang penting dari
kegiatan pemasaran produk. Pihak konsumen menuntut pula bagaimana pelayanan purna jual
dari produk yang dibelinya. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry ( 1988 ) mendefinisikan
kualitas pelayanan sebagai suatu bentuk sikap, berkaitan tetapi tidak sama dengan kepuasan,
sebagai hasil dari pembandingan antara harapan dengan kinerja. Sedangkan definisi lain
menurut Llosa, Chandon dan Orsingher (1998) menyatakan bahwa service quality adalah
suatu instrumen yang digunakan oleh pelanggan untuk menilai pelayanan atau jasa yang
diberikan oleh perusahaan. Kotler (1997) mengatakan bahwa kualitas jasa (service quality)
harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan, persepsi
pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu
pelayanan.Menurut Siagian ( 1998 ) pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang
diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan
mereka.
Lima dimensi dari kualitas jasa (service quality) yang diidentifikasikan oleh
Parasuraman, Zeithaml, Berry (1988) yaitu :
1. Tangibles, atau bukti fisik yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain
sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta
penampilan pegawainya.
2. Empathy, yaitu syarat untuk peduli, memiliki pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
13
3. Reliability, atau keandalan meliputi kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, sikap simpatik
dan akurasi yang tinggi
4. Responsiveness, atau ketanggapan meliputi kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayananan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan informasi yang
jelas.
5. Assurance, atau jaminan dan pengetahuan yaitu pengetahuan, kesopan santunan dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan
kepada perusahaan.
Kualitas pelayanan suatu produk memiliki esensi penting bagi strategi perusahaan
untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan. Dalam
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Adi Mulato mengenai analisi pengaruh
pelayanan, harga, kualitas produk dan lokasi terhadap keputusan pembelian menyatakan
bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Pradhita Widya Herfiana mengenai amalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pemilihan pasar swalayan sebagai tempat belanja juga
menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan teori yang telah dijelaskan di
atas, maka dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut :
H4 = Semakin baik kualitas pelayanan perusahaan jasa semakin cepat keputusan
pembelian
jasa.
2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan tujuan penelitian maka
kerangka pemikiran antara faktor-faktor yang menpengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan menggunakan layanan jasa dapat dilihat pada Gambar 2.1 sbb :
14
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : Akhsay R. Rao dan Kent B. Monroe (1989 ), Kotler ( 2001 ), Miles and Covin (
2000 ), Parasuraman, Zeithaml, Berry ( 1988 ) dan Howard and Shay ( 1988 ) yang
dikembangkan penulis dalam skripsi ini ( 2011 ).
2.7 Dimensionalisasi Variabel
Pada bagian ini akan dijelaskan serta memaparkan dimensi dari masing masing
variabel.
2.7.1 Variabel Harga ( price )
Menurut penelitian Akshay R. Rao dan Kent B. Monroe (1989) dalam Suwendra
Kumar (2005), menyatakan bahwa konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang
positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara
produk yang satu dengan yang lainnya dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk
membeli suatu produk. Atribut harga dibentuk oleh tiga indikator, yaitu : Harga terjangkau
oleh daya beli konsum, Perbandingan harga dengan kompetitor, dan Kesesuaian harga
dengan kualitas seperti pada gambar 2.2 :
Gambar 2.2
Model Variabel Harga ( price )
Keputusan
Pembelian Jasa (Y)
H1
H2
H3
Harga (X1)
Promosi (X2)
Reputasi
perusahaan
(X3)
Kualitas
Pelayanan
H4
X1
Harga X2
X3
15
Sumber : Akhsay R. Rao dan Kent B. Monroe (1989, Journal of Marketing Research )
Harga terjangkau oleh daya beli konsumen.............................................X1
Perbandingan harga dengan kompetitor...................................................X2
Kesesuaian harga dengan kualitas............................................................X3
2.7.2 Variabel Promosi ( promotion )
Berkaitan dengan variabel promosi, Peter dan Oslon ( 2000 ) mengemukakan bahwa
promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada konsumen untuk
melakukan pembelian, sedangkan menurut Deighton, Henderson dan Neslin ( 1994 )
menekankan pentingnya iklan karena bentuk komunikasi ini mempunyai pengaruh bagi
pelanggan untuk berubah merek ( dalam hal ini layanan jasa ). Teori menurut Henry Assael
( 1995 ), Kotler ( 2000), Louden serta Kasali ( 1999) menyatakan bahwa promosi
berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen membeli suatu produk barang atau
jasa, Purnomo ( 2000 ) menyatakan bahwa secara parsial iklan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian. Atribut promosi dibentuk oleh tiga indikator, yaitu
: kontak langsung dengan konsumen, kuantitas penyampaian pesan dalam iklan, dan kualitas
penyampaian pesan dalam iklan, seperti gambar 2.3 :
Gambar 2.3
Model Variabel Promosi ( promotion )
Sumber : Kotler ( 2001 )
Kontak langsung dengan konsumen..........................................................X4
kuantitas penyampaian pesan dalam iklan................................................X5
kualitas penyampaian pesan dalam iklan..................................................X6
2.7.3 Variabel Reputasi Perusahaan ( corporate reputation )
Sikap dan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan akan mempengaruhi sikap dan
kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut
( Simon and Lynch, 1991 dan Brown and Dacin, 1997 ). Oleh Sullivan ( 1998 ) dibuktikan
Promosi
X4
X5
X6
16
bahwa reputasi dari perusahaan dalam sudut pandang konsumen untuk menilai kualitas
produk atau jasa. Reputasi merupakan suatu intagible asset atau goodwill perusahaan yang
memiliki efek positif pada penilaian pasar atas perusahaan. Atribut reputasi perusahaan
( corporate reputation ) dibentuk oleh tiga indikator, yaitu : kredibilitas, keandalan
perusahaan dan nama baik. seperti gambar 2.4 :
Gambar 2.4
Model Variabel reputasi Perusahaan ( corporate reputation )
Sumber : Miles and Covin ( 2000, jurnal Sains Pemasaran Indonesia )
kredibilitas ...............................................................X7
keandalan perusahaan...............................................X8
nama baik .................................................................X9
2.7.4 Variabel Kualitas Pelayanan ( service quality )
Menurut Storey dan Easing wood ( 1998 ) berpendapat bahwa manajemen harus
memahami keseluruhan layanan yang ditawarkan dari sudut pandang pelanggan atau
konsumen. Dalam studi pelanggan di Swedia, Fornell ( 1992 ) membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara kualitas yang dirasakan ( kinerja ) dengan kepuasan. Dari definisi pada teori
– teori sebelumnya maka atribut untuk variabel kualitas pelayanan ( service quality ) dibentuk
oleh lima indikator yaitu : kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan oleh suatu
perusahaan, kemauan untuk membantu pelanggan, pengetahuan dan kesopanan, kepedulian
terhadap konsumen, serta penampilan fasilitas fisik, seperti terlihat pada Gambar 2.5 , sbb :
X7
Reputasi
perusahaan
X8
X9
17
Gambar 2.5
Model Variabel Kualitas Pelayanan
Sumber : Parasuraman, Zeithaml, Berry ( 1988, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia )
Kemapuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan oleh suatu
perusahaan ........................................................................................................ X10
Kemauan untuk membantu pelanggan .............................................................. X11
Pengetahuan dan kesopanan ............................................................................. X12
Kepedulian terhadap konsumen ....................................................................... X13
Serta penampilan fasilitas fisik ......................................................................... X14
2.7.5 Variabel Keputusan Pembelian ( buying decision )
Suatu perusahaan perlu mengidentifikasi konsumen, sasarannya dan proses keputusan
mereka. Walaupun banyak keputusan pembelian melibatkan hanya satu pengambilan
keputusan, keputusan yang lain mungkin melibatkan beberapa pesarta yang memerankan
peran, pencetus ide, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli dan pemakai. Atribut
keputusan pembelian jasa dibentuk oleh tiga indikator, yaitu : berfikir lama dalam
memutuskan karena faktor lingkungan, melakukan pertimbangan dengan mengumpulkan data
/ informasi, dan cepat memutuskan seperti pada gambar 2.6 :
Gambar 2.6
Model Variabel Keputusan pembelian
X10
X11
X12
X13
X14
Kualitas
Pelayanan
X15
X16
X17
Keputusan
Pembelian
18
Sumber : Howard dan Shay (1988, Jounal of Service marketing )
Berfikir lama dalam memutuskan karena faktor lingkungan…………………X15
Melakukan Pertimbangan dengan mengumpulkan data / informasi..... X16
Kecepatan Memutuskan......... ...............................................................X17
Untuk lebih jelasnnya , penentuan atribut dan indikator dalam penelitian ini
disajikan dalam tabel 2.8
2.8 Simpulan Bab
Pada bab ini telah dikembangkan kerangka pemikiran teoritis mengenai indikator dari
masing-masing variabel. Penelitian ini terdiri dari 5 variabel dimana empat diantaranya
merupakan variabel independen (bebas ) yaitu : harga ( price ), promosi ( promotion ),
reputasi perusahaan ( corporate reputation ) dan kualitas pelayanan ( service quality ) dan satu
variabel dependen ( terikat ) yaitu : keputusan pembelian ( buying decision) dan telah
dikembangkan empat hipotesis bersama pada sebuah model penelitian.
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1. Variabel penelitian
Pengertian variabel penelitian menurut Sugiono ( 1999 ) adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hatch dan
Fardahany ( 1987: dalam Sugiono, 1999 ), secara teoritis variabel sendiri dapat didefinisikan
sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :
1. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama peneliti. Hakekat
sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel dependen yang
digunakan dalam sebuah model. Variabilitas dari atau atas faktor inilah yang berusaha
untuk dijelaskan oleh seorang peneliti ( Ferdinand,2006 ). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah keputusan pembelian jasa ( Y ).
2. Variabel independen
Variabel independen yang dilambangkan dengan ( X ) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang
pengaruhnya negatif ( Ferdinand,2006 ).
19
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Harga (X1)
b. Promosi ( X2 )
c. Reputai perusahaan ( X3 )
d. Kualitas pelayanan ( X4 )
3.1.2. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut J Soeprapto ( 2003 ) adalah terdiri dari upaya mereduksi
konsep dari tingkat abstraksi ( tidak jelas ) menuju ke tingkat yang lebih konkret, dengan
jalan merinci atau memecah menjadi dimensi kemudian elemen, diikuti dengan upaya
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan elemen-elemen, dimensi dari suatu
konsep.
Beberapa variabel yang termasuk dalam penelitian ini antara lain :
a. Variabel Independen ( Variabel bebas )
1. Variabel Harga ( X1 )
Harga merupakan penilaian konsumen tentang kelayakan harga atau jasa produk.
Keputusan penetapan harga oleh perusahaan disesuaikan dengan perekonomian
masyarakat yanga ada.
Indikator yang digunakan untuk variabel harga adalah ( Akhsay R. Rao dan Kent B.
Monroe (1989 ) :
• Harga terjangkau oleh daya beli konsumen
• Perbandingan harga dengan kompetitor
• Kesesuaian harga dengan kualitas
2. Variabel Promosi ( X2 )
Promosi adalah suatu kegiatan yang mengkombinasikan keunggulan produk dan
menunjuk konsumen untuk membeli. Indikator yang digunakan untuk variabel
promosi adalah ( Kotler, 2001; 128 ) :
• Kontak langsung dengan konsumen
• Kuantitas penyampaian pesan dalam iklan
• Kualitas penyampaian pesan dalam iklan
3. Variabel Reputasi perusahaan ( X3 )
Sebuah perusahaan yang baik pasti mempunyai nilai tambah yang bisa digunakan
sebagai factor penentu keberhasilan dalam usahanya, Aaker ( 1995, dalam
Ferdinand:2006 ) menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut salah satunya adalah
20
reputasi perusahaan selain reputasi produk, keunggulan pelayanan dan sebagainya.
Indikator yang digunakan untuk variabel reputasi perusahaan adalah ( Miles and
Covin:2000 ) :
• kredibilitas
• keandalan perusahaan
• nama baik
4. Variabel Kualitas pelayanan ( X4 )
Dalam perusahaan jasa pelayanan menjadi salah satu keunggulan yang harus
diutamakan karena jasa berhubungan erat dengan pelayanan. Kualitas pelayanan
bersifat dinamis, yaitu berubah-ubah sesuai dengan tuntutan pelanggan. Indikator
yang digunakan untuk variabel kualitas pelayanan (Parasuraman, Zeithaml,
Berry,1988 ) adalah :
• Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan oleh suatu perusahaan
• Kemauan untuk membantu pelanggan
• Pengetahuan dan kesopanan
• Kepedulian terhadap konsumen
• Serta penampilan fasilitas fisik
b. Variabel Dependen ( Variabel terikat )
Keputusan Pembelian ( Y )
Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan
oleh penjual. Indikator yang digunakan untuk variabel keputusan pembelian adalah (
Howard dan Shay, dalam Basu Swasta Dharmesta: 1998 ) :
• Berfikir lama dalam memutuskan karena faktor lingkungan
• Melakukan Pertimbangan dengan mengumpulkan data / informasi
• Cepat Memutuskan
3.1.3. Penentuan Populasi dan Sampel
3.1.3.1. Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang
yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang penelit, karena
itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian ( Ferdinand,2006: 189 ). Menurut bambang
Supomo ( 1999 ) populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang
21
mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Mahkota
Wedding and Event organizer yang tidak bisa dihitung jumlah pastinya, karena pertimbangan
populasi yang terlalu banyak, serta keterbatasan biaya dan waktu, maka penelitian ini
dilakukan secara sampling. Ada dua pendekatan umum yang biasanya digunakan dalam
penelitian manajemen, yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa apabila seorang peneliti tidak mengetahui besarnya populasi
secara pasti, dapat digunakan non-probability sampling ( bersifat tidak acak ). Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, teknik
ini dipilih karena peneliti telah memahami bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh
dari satu kelompok sasaran tertentu yang mampu memberikan informasi yang dikendaki.
3.1.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian elemen-elemen populasi yang digunakan dalam penelitian,
sedangkan unit sampel adalah suatu elemen atau sekelompok elemen yang menjadi dasar
untuk dipilih menjadi sampel ( Bambang Supono, 1999 ). Besarnya sampel sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tujuan penelitian. Jika penelitian bersifat
deskriptif, maka umumnya membutuhkan sampel yang besar, tetapi jika penelitiannya hanya
menguji hipotesis dibutuhkan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit ( Ferdinand,2006:
191 ).
Dari berbagai sumber seperti Roscoe 1975 ( dalam Ferdinand, 2006:225 ) ada beberapa
pedoman umum dalam menentukan sampel penelitian, salah satunya apabila dalam penelitian
multivariate ( termasuk penelitian yang menggunakan analisis regresi multivariate ) besarnya
sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel independen. Penelitian ini menggunakan 4
variabel independen sehingga analisis regresi dengan 4 variabel independen dikali 25
menghasilkan 100 sampel responden yang akan digunakan peneliti.
3.2. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapaun
penjelasan dari data primer dan sekunder adalah :
1. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian. Sumber data primer
adalah kuesioner dan wawancara kepada responden tentang pengaruh harga, promosi dan
peran SDM terhadap keputusan pembelian.
22
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media cetak seperti buku, katalog
perusahaan, dan keterangan lain yang berhubungan dengan pokok penelitian, seperti
gambaran umum perusahaan serta jumlah penjualan . Sumber data sekunder adalah studi
pustaka yang berhubungan dengan harga, promosi dan peran SDM tehadap keputusan
pembelian.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah suatu metode dalam mengumpulkan data-data primer dengan cara
mencari keterangan-keterangan kepada sasaran penelitian, yaitu di perusahaan Mahkota
Wedding and Event Organizer.
b. Questioner
Questioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan lembaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada responden atau
konsumen pengguna jasa atau calon pengguna jasa Mahkota Wedding and Event
Organizer, yaitu pengaruh harga, promosi, reputasi perusahaan serta kualitas pelayanan
dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Pengukuran variabel penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan kuesioner secara personal (Personality Quesitionnaires). Data
dikumpulkan dengan menggunakan angket tertutup, yaitu angket yang digunakan untuk
mendapatkan data tentang harga, promosi, reputasi perusahaan, kualitas pelayanan dan
keputusan pembelian. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini dibuat dengan
menggunakan skala 1-10 untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor
atau nilai. Penggunaan skala 1-10 ( skala genap ) untuk menghindari jawaban responden
yang cenderung memilih jawaban tengah sehingga akan menghasilkan respon yang
mengumpul di tengah (grey area), berikut ini kategori pengukurannya :
Untuk kategori pertayaan dengan jawaban sangat tidak setuju atau sangat setuju :
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c. Wawancara
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka langsung kepada responden yang akan menggunakan
23
layanan jasa dari Mahkota untuk mengetahui data-data mengenai pengaruh penetapan
harga, promosi, reputasi perusahaan, serta kualitas pelayanan terhadap keputusan
pembelian.
d. Studi pustaka
Di dalam melaksanakan metode kepustakaan, peneliti mencari benda-benda tertulis
seperti buku-buku, jurnal, artikel dan sebagainya. Studi pustaka dalam penelitian ini
adalah literatur tentang pengaruh harga, promosi, reputasi perusahaan serta kualitas
pelayanan terhadap keputusan pembelian.
3.4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana variabel yang mempengaruhi variabel lain agar data yang dikumpulkan tersebut dapat
bermanfaat maka harus diolah atau dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Analisis yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif.
Metode analisis yang bersifat menggambarkan keterangan-keterangan dan
penjelasan dari hasil koefisien yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menggambarkan saran. Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan suatu
gambaran mengenai responden dalam penelitian ini, terutama variabel penelitian yang
digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis indeks untuk
menggambarkan persepsi responden atas beberapa item pertanyaan yang diajukan
( Ferdinand, 2006:296 ). Dalam penelitian ini teknik penilaian dimulai dari angka 1 sampai
angka 10, maka indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Nilai Indeks : ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3) + (%F4x4) + (%F5x5) + (%F6x6 ) +
(%F7x7 ) + (%F8x8) + (%F9x9) + (%F10x10)) /10
Dimana : F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1
F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2, dan seterusnya F10 untuk
yang menjawab 10 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
b. Analisis Kuantitatif.
Metode analisis ini dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil jawaban
kuesioner dan digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk angka-angka dan
perhitungan dengan metode statistik. Data tersebut harus diklasifikasikan dalam kategori
tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu untuk memudahkan dalam menganalisis,
24
untuk itu akan digunakan program analisis SPSS. SPSS adalah suatu software yang
berfungsi untuk menganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik
parametrik maupun non-parametrik dengan basis windows ( Ghozali, 2002:15 ). Dalam
penelitian ini akan menggunakan program SPSS for Windows versi 16. Adapun alat
analisis yang digunakan antara lain :
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung ( correlated item-total correlations )
dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung > r tabel dan bernilai positif maka pertanyaan
tersebut dikatakan valid ( Ghozali, 2005 )
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai (α) 0,60 (
Ghozali,2005 ).
3.4.2. Uji Asumsi klasik
Agar mendapat regresi yang baik harus memenuhi asumsi yang disyaratkan yaitu
memenuhi Uji asumsi Normalitas dan bebas dari Multikolineritas, heteroskedastisitas, dan
Auto korelasi.
a. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas jika variabel bebas berkorelasi maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas = 0. Multikolineritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan
variance Inflation Factor ( VIF ). Menurut Imam Ghozali ( 2001:63-64 ) cara mendeteksi
terhadap adanya multikolineritas dalam model regresi adalah sebagai berikut :
25
• Besarnya variabel inflation Factor ( VIF ), pedoman suatu model regresi yang bebas
Multikolineritas yaitu nilai VIF ≤ 10
• Besarnya Tolerance pedoman suatu model regresi yang bebas Multikoneritas yaitu
nilai Tolerance ≥ 0,1.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan apakah dalam model regresi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari
residual pengamatan yang lain tetap, disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi dengan cara melihat grafik scatter plot antara
nilai prediksi variabel terikat ( ZPRED ) dengan residual (SRESID). Dasar analisis :
• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
( bergelombang, melebar kemudian menyempit ), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebut diatas dan dibawah adalah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak ada heteroskedastisitas ( Ghozali, 2005 ).
3.4.3. Uji Normalitas
Menurut imam Ghozali ( 2001 : 183 ) cara normal probabiliti plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari
distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal jika distribusi normal data
adalah normal maka garis menggambarkan data.
Sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya atau dengan kata lain media Grafik
histogram dan Grafik Normal plot ( Imam Ghozali 2001 : 186 ).
• Jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogram menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi
Normalitas.
• Jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi
asumsi Normalitas.
3.4.4. Analisis regresi Linier Berganda
Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lebih dari satu
variabael bebas terhadap satu variabel terikat ( Ghozali,2002:7 ), yaitu :
26
Rumus = Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Keterangan :
Y = keputusan pembelian ( Y )
a = konstanta
B = koefisien dari variabel bebas ( X )
X1 = harga
X2 = promosi
X3 = reputasi perusahaan
X4 = kualitas pelayanan
b1 = koefisien regresi dari harga
b2 = koefisien regresi dari promosi
b3 = koefisien regresi dari reputasi perusahaan
b4 = koefisien regresi dari kualitas pelayanan
e = faktor pengganggu
3.4.5 Menilai Goodness of Fit suatu model
Ketepatan regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of
fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, dan nilai
statistik F. Untuk uji statistik t digunakan menguji seberapa besar pengaruh variabel
independen dalam mempengaruhi variabel independennya. Perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya beradadalam daerah kritis ( daerah
dimana Ho ditolak ). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah dimana Ho diterima ( Ghozali,2002: 83 ).
Koefisien Determinasi ( R2 )
Uji koefisiensi determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas
dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel terikat ( Ghozali, 2005 ).
Uji Signifikansi Simultan ( Uji F )
Uji F pada dasarnya merupakan sebuah uji statistik kesetaraan varians dari dua
variabel ( Malhotra, 2006: 153 ). Malhotra ( 2006 ) menulis bahwa uji F diajukan untuk
27
menguji “ the null hypothesis for the overall test is that the coefficient of multiple
determination in the population, R2 pop is Zero “ .
Ho = R2pop = 0
Uji overall ini dapat dilakukan dengan menggunakan statistik F sebagai berikut :
F = SSReg/K SS Res/(n-k-1) = R2/k (1-R2)/(n-k-1)
Dalam penelitian ini menunjukkan apakah variabel independen yang terdiri dari
variabel harga, promosi, reputasi peru ahaan dan kualitas pelayanan layak untuk menjelaskan
variabel terikatnya, yaitu keputusan pembelian.
3.4.6. Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji t ) Uji t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/bebas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel terikat (Ghozali, 2005 : 84 ). Menurut Malhotra ( 2006 : 149 ) uji t
merupakan sebuah uji untuk menguji hipotesis rata-rata, uji t dapat dilakukan atas dua rata-
rata satu sampel atau dua sampel pengamatan. Pengujian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh variabel bebas ( harga, promosi, reputasi perusahaan, dan kualitas pelayanan )
terhadap variabel terikat ( keputusan pembelian ) secara terpisah ataupun bersama - sama.
Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y secara
terpisah maupun bersama - sama, maka digunakan uji t. Rumus yang digunakan (Umar,
2004:104 ) :
1
1
Sb
Bt =
Dimana :
t : nilai t hitung
b1 : koefisien regresi
Sb1 : Standar error/kesalahan standar dari koefisien regresi.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Variabel Penelitian
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai responden
penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel penelitian yang digunakan. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis indeks, untuk menggambarkan persepsi
responden atas item-item pertanyaan yang diajukan.
Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimum 1 dan
maksimum 10. Oleh karena itu, angka jawaban responden tidak dimulai dari nol tetapi
dimulai dari angka 1 dan maksimal adalah 10. Angka indeks yang dihasilkan dimulai dari
angka 10 hingga 100 dengan rentang sebesar 90, rentang sebesar 90 ini yang kemudian akan
dibagi menggunakan kriteria 3 kotak (Three-box Method), maka akan menghasilkan rentang
sebesar 30 yang akan digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks. Penggunaan 3 kotak
(Three-box Method) terbagi sebagai berikut ( Ferdinand, 2006 : 297 ) :
10,00 - 40,00 = Rendah
18
40,01 - 70,00 = Sedang
70,01 - 100 = Tinggi
Peneliti menentukan indeks persepsi responden terhadap variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
4.1.1.1. Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Harga (X1)
Variabel harga pada penelitian ini diukur melalui 3 buah item pertanyaan. Hasil
jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel harga dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga (X1)
Sumber : Data primer yang diolah , 2011
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 0 0 7 18 17 18 11 16 10 3 489 48.90
2 0 0 6 11 24 24 14 10 8 3 494 49.40
3 0 0 7 24 15 21 12 15 5 1 523 52.30
502 50.20
SkorItem
No Σ f x s
Rata-
rata
Rata-rata
29
Nilai indeks = ((0 x10) + (0 x 9) + (7 x 8 ) + (18 x 7) + (17 x 6) + (18 x5) + (11 x 4) + (16 x
3) + (10 x 2) + (3 x1)) / 10
= 48,90
Dengan cara yang sama perhitungan indeks lainnya dilakukan
Nilai Indeks total = (48,90 + 49,30 + 52,0) / 3
= 50,20
Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa harga jasa yang ditawarkan
oleh Mahkota EO Semarang belum menunjukkan kondisi seperti yang diharapkan. Hal ini
ditunjukkan dengan diperolehnya rata-rata indeks skor sebesar 50,20. Kondisi demikian
mencerminkan bahwa harga layanan jasa yang ditawarkan Mahkota EO Semarang relatif
memerlukan biaya yang tidak murah.
Pada item pertama yaitu mengenai “Keterjangkauan harga layanan jasa”
menunjukkan rata-rata skor sebesar 48,9%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
menggunakan jasa Mahkota EO untuk menyelenggarakan suatu acara tidak bisa dikatakan
harga yang tergolong relatif murah.
Pada item kedua yaitu mengenai “Harga yang lebih murah dari EO lain”
menunjukkan rata-rata skor sebesar 49,4%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa harga yang ditawarkan oleh Mahkota EO
tidaklah murah. Di Semarang ada beberapa EO atau WO sejenis yang menawarkan harga
jauh dibawah harga yang ditetapkan oleh Mahkota, Mahkota EO memiliki alasan tersendiri
mengapa mereka menetapkan harga yang bisa dibilang tidak “ murahan” atau obral karena
Mahkota membidik konsumen pada segmen dan kalangan tertentu.
Pada item ketiga yaitu mengenai “Kesesuaian harga dengan kualitas.” menunjukkan
rata-rata skor sebesar 52,3% yang menunjukkan berada pada kategori sedang. Indeks ini
menunjukkan indeks yang tertinggi dari variable Harga. Kondisi demikian menceminkan
bahwa beberapa jenis layanan jasa yang ditawarkan Mahkota EO kepada konsumen dapat
dikatakan penetapan harga yang dilakukan perusahaan disesuaikan dengan kualitas yang akan
didapatkan oleh konsumen
4.1.1.2. Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Promosi (X2)
Variabel promosi pada penelitian ini diukur melalui 3 buah item pertanyaan. Hasil
jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel promosi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
30
Tabel 4.6
Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Promosi (X2)
Tabel 4.6
Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Promosi (X2)
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa promosi produk layanan jasa
yang ada di Mahkota EO Semarang masih menunjukkan berada pada kondisi sedang. Hal ini
ditunjukkan dengan diperolehnya rata-rata indeks skor sebesar 67,9. Kondisi demikian
mencerminkan bahwa promosi Mahkota EO masih dalam kategori menengah atau biasa saja.
Pada item pertama yaitu mengenai “promosi langsung melalui expo atau sesi iklan di
televisi lokal” menunjukkan rata-rata skor sebesar 66,3%. Hal ini menunjukkan berada pada
kategori sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa Mahkota EO sudah berupaya
memperkenalkan keberadaanya melalui iklan di televisi lokal. Namun demikian masih ada
beberapa kalangan masyarakat atau konsumen yang belum mengetahui informasi tersebut dan
pendapat tersebut dirasa benar karena banyak masyarakat yang jarang menonton saluran
televisi lokal. Pada item kedua yaitu mengenai “kemudahan mengingat dan memahami iklan
Mahkota EO” menunjukkan rata-rata skor sebesar 68,4%. Hal ini menunjukkan berada pada
kategori sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa beberapa iklan yang
mempromosikan Mahkota EO Semarang tidaklah cukup efektif dan efisien. Hal ini
dikarenakan Informasi iklan Mahkota EO hanya berupa iklan standar melalui bilboard, iklan
yang jarang dan kurang memperhatikan sisi efektivitas sehingga masyarakat mudah lupa dan
kurang paham mengenai pesan yang disampaikan.
Pada item ketiga yaitu mengenai “menarik atau tidaknya variasi iklan” menunjukkan
rata-rata skor sebesar 69,0%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori sedang. Walaupun
tema yang diusung Mahkota selalu berbeda setiap tahunnya, tidak selalu bersifat persuatif
atau dapat menyita perhatian konsumen dan calon konsumen karena bisa saja dalam
melakukan promosi, Mahkota EO kurang mengembangkan sisi menarik dan unik dari
Mahkota itu sendiri, sehingga masyarakat banyak yangkurang paham dan menjadi kurang
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 8 8 17 22 19 11 10 2 3 0 663 66.30
2 4 20 12 21 21 11 7 4 0 0 684 68.40
3 6 13 23 21 15 11 6 3 2 0 690 69.00
679 67.90
SkorItem
No Σ f x s
Rata-
rata
Rata-rata
31
tertarik, adapun faktor lainnya disebabkan model pembuatan iklan yang terlalu minimalis,
kurangnya perusahaan advertising di Semarang juga menjadikan promosi bersifat monoton
dan kurang variatif.
4.1.1.3. Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Reputasi Perusahaan
(X3)
Variabel reputasi pada penelitian ini diukur melalui 3 buah item pertanyaan. Hasil
jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel reputasi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Tabel 4.8 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Reputasi Perusahaan (X3)
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa Mahkota EO Semarang sudah
menunjukkan memiliki reputasi yang cukup baik (sedang). Hal ini ditunjukkan dengan
diperolehnya rata-rata indeks skor sebesar 68.23. Kondisi demikian mencerminkan bahwa
perusahaan jasa pengelolaan acara Mahkota EO di Semarang sudah memiliki reputasi yang
cukup baik.
Pada item pertama yaitu mengenai “Pengakuan kehandalan Mahkota EO untuk
menangani berbagai Event secara professional” menunjukkan rata-rata skor sebesar 68,1%.
Hal ini menunjukkan berada pada kategori sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa
ada pengakuan yang cukup positif mengenai keberadaan Mahkota EO. Kemampuan SDM
dan keteraturan dalam mempersiapkan dan melaksanakan acara oleh Mahkota EO diakui
berjalan dengan baik. Banyak acara yang ditangani oleh Mahkota EO berlangsung dengan
cukup sukses.
Pada item kedua yaitu mengenai “Pemberian pelayanan yang cepat dan sesuai
keinginan” menunjukkan rata-rata skor sebesar 69,0%. Hal ini menunjukkan berada pada
kategori sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa ada pengakuan yang cukup baik atas
reputasi Mahkota EO dalam menangani acara dengan memberikan respon atau tanggapan
yang cepat dengan mengkonsep acara yang sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 4 18 14 24 17 8 12 3 0 0 681 68.10
2 8 12 16 22 20 14 6 2 0 0 690 69.00
3 6 13 20 20 17 7 11 6 0 0 676 67.60
682.33 68.23
SkorItem
No Σ f x s
Rata-
rata
Rata-rata
32
Kreativitas SDM Mahkota EO sudah cukup baik dan banyak yang cukup menguasai
bidangnya masing-masing.
Pada item ketiga yaitu mengenai “Nama baik Mahkota EO untuk dikenal di
masyarakat” menunjukkan rata-rata skor sebesar 67,6%. Hal ini menunjukkan berada pada
kategori sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa Mahkota EO sudah memiliki
“nama” di kota Semarang dan Jawa Tengah sebagai EO yang cukup berkualitas. Pengalaman
menangani dan mengatasi masalah dalam suatu Event dirasa sudah dimiliki oleh Mahkota
EO, misalnya dalam menyelenggarakan acara yang umum dan biasa ditangani seperti
pernikahan, ulang tahun pernikahan maupun acara besar semacam acara peresmian kantor,
peresmian organisasi ternama, gathering maupun acara-acara rutin lainnya yang biasa
dilaksanakan oleh para pejabat dan pengusaha terkenal di Kota Semarang dan Jawa Tengah.
4.1.1.4. Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan
(X4)
Variabel kualitas pelayanan pada penelitian ini diukur melalui 5 buah item
pertanyaan. Hasil
jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel kualitas pelayanan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan (X4)
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang
diberikan oleh Mahkota EO Semarang menunjukkan dalam kondisi yang sedang. Hal ini
ditunjukkan dengan diperolehnya rata-rata indeks skor sebesar 68,8. Kondisi demikian
mencerminkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Mahkota EO dinilai sudah cukup baik.
Pada item pertama yaitu mengenai “pemberian pelayanan yang berkualitas”
menunjukkan rata-rata skor sebesar 68,1%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 22 18 20 12 12 7 5 2 0 681 68.10
2 4 18 16 20 15 12 9 3 3 0 671 67.10
3 7 18 21 16 16 8 9 4 1 0 698 69.80
4 4 17 22 17 17 14 4 5 0 0 691 69.10
5 9 11 24 23 7 17 5 2 2 0 699 69.90
688 68.80
SkorItem
No Σ f x s
Rata-
rata
Rata-rata
33
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa Mahkota EO secara nyata sudah memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Pelayanan EO yang berkualitas ditunjukkan dengan penyelesaian acara yang
dilakukan hingga selesai, meriah dan berakhir dengan sukses.
Pada item kedua yaitu mengenai “Pelayanan yang baik oleh staff Mahkota EO””
menunjukkan rata-rata skor sebesar 67,1%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa keberhasilan EO sangat ditunjang oleh
kinerja semua staff yang ada. Sebagai sebuah organisasi pemberi jasa, maka model pelayanan
yang baik, ramah dan selalu siap bekerja menjadi tolak ukur dari kualitas pelayanan yang
diberikan.
Pada item ketiga yaitu mengenai “Penguasaan pekerjaan yang sesuai bidang masing-
masing” menunjukkan rata-rata skor sebesar 69,8%. Hal ini menunjukkan berada pada
kategori sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa karyawan yang tergabung dalam
Mahkota EO banyak yang memiliki ketrampilan atau penguasaan yang sesuai dengan bidang
kerjanya.
Pada item keempat yaitu mengenai “Penanganan atas keluhan konsumen”
menunjukkan rata-rata skor sebesar 69,1%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa staff atau karyawan Mahkota EO dinilai
sudah mampu memberikan penanganan dengan cepat.
Penanganan keluhan yang baik dinilai dapat memperkecil rasa ketidakpuasan
konsumen.
Pada item kelima yaitu mengenai “Penampilan fisik staff dan kru” menunjukkan
rata-rata skor sebesar 69,9%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori sedang. Kondisi
demikian ditunjukkan dengan staff dan kru Mahkota EO selalu menggunakan pakaian
seragam ( jas atau kemeja ) dalam menjalankan aktivitasnya serta usher yang menggunakan
gaun atau jas sesuai dengan tema Event dan konsep acara.
4.1.1.5. Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian
(Y)
Variabel keputusan pembelian pada penelitian ini diukur melalui 3 buah item
pertanyaan. Hasil jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel keputusan
pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut :
34
Tabel 4.12 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel
Keputusan Pembelian (Y)
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa persepsi responden dalam
mempengaruhi keputusan pembelian adalah sedang yang ditunjukkan dengan besarnya nilai
indeks total sebesar 68.43. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian pada Mahkota
EO Semarang masih berada pada ketegori Sedang.
Pada item pertama yaitu mengenai “Kemantapan untuk memilih Mahkota EO”
menunjukkan rata-rata skor sebesar 68,7%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa beberapa responden sudah cukup memiliki
kemantapan untuk menggunakan jasa Mahkota EO yang dipercaya untuk menyelenggarakan
kegiatan yang akan diadakan oleh konsumen.
Pada item kedua yaitu mengenai “Pencarian informasi sebelum pembelian”
menunjukkan rata-rata skor sebesar 68,7%. Hal ini menunjukkan berada pada kategori
sedang. Kondisi demikian menceminkan bahwa ada cukup banyak cara dalam mencari
informasi yang bisa dilakukan konsumen sebelum akhirnya memutuskan Mahkota EO
sebagai pilihan akhir pembelian jasa EO.
Pada item ketiga yaitu mengenai “Kecepatan dan keyakinan menggunakan jasa
Mahkota EO” menunjukkan rata-rata skor sebesar 67,9%. Hal ini menunjukkan ada
keyakinan yang besar dari konsumen bahwa Mahkota EO adalah pilihan yang tepat dan bisa
dipercaya dalam menangani berbagai macam Event baik itu Event yang sifatnya kecil,
sedang, maupun Event yang besar sekalipun. Pengalaman dari konsumen sebelumnya yang
sudah pernah menggunakan, informasi yang diperoleh mengenai kemampuan Mahkota
sebagai EO dan WO yang berkompeten mendasari keyakinan atas pilihan konsumen dalam
menggunakan layanan jasa yang ditawarkan.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 3 9 29 16 23 15 4 1 0 0 687 68.70
2 2 12 23 20 23 17 3 0 0 0 687 68.70
3 2 9 27 21 20 14 4 3 0 0 679 67.90
684.33 68.43
SkorItem
No Σ f x s
Rata-
rata
Rata-rata
35
4.1.2. Uji Kuesioner
4.1.2.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini, validiatas dari
indikator dianalisis menggunakan df (degree of freedom) dengan rumus df = n-k-1, dimana n
= jumlah sampel, k = variabel independen. Jadi df yang digunakan adalah 100-2 = 98 dengan
alpha sebesar 5%, maka menghasilkan nilai r tabel (uji dua sisi) sebesar 0,197. Jika r hitung
(untuk tiap butir dapat dilihat nilai korelasi lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka
butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2001). Hasil perhitungannya dapat dilihat dalam
tabel 4.14 di bawah ini:
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Validitas
Variabel/item r-hitung r-tabel Keterangan
Harga (X1)
q1 0.906 0.197 Valid
q2 0.915 0.197 Valid
q3 0.927 0.197 Valid
Promosi (X2)
q1 0.927 0.197 Valid
q2 0.909 0.197 Valid
q3 0.937 0.197 Valid
Reputasi Perusahaan (X3)
q1 0.928 0.197 Valid
q2 0.895 0.197 Valid
q3 0.909 0.197 Valid
Kualitas Pelayanan (X4)
q1 0.894 0.197 Valid
q2 0.920 0.197 Valid
q3 0.908 0.197 Valid
q4 0.893 0.197 Valid
q5 0.874 0.197 Valid
Keputusan wisata (Y)
q1 0.924 0.197 Valid
q2 0.906 0.197 Valid
q3 0.916 0.197 Valid
Sumber: Data primer yang diolah , 2011
36
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa semua item indikator tersebut
dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel yaitu lebih besar dari
0,197.
4.1.2.2. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji reliabilitas
adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala/kejadian.
Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2006), suatu konstruk dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.6.
Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.15
berikut ini :
Tabel 4.15 Hasil Ringkasan Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Keterangan Harga (X1) 0.902 Reliabel Promosi (X2) 0.919 Reliabel Reputasi Perusahaan (X3) 0.897 Reliabel Kualitas Pelayanan (X4) 0.940 Reliabel Keputusan Pembelian (Y) 0.903 Reliabel
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
koefisien Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0.60 sehingga dapat dikatakan semua konsep
pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel. Dengan demikian item-item
pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.
4.1.3 Uji Asumsi Klasik
4.1.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan indepedennya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali,2006) . Uji
normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada Gambar 4.1
berikut :
37
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah , 2011
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot of regresison
standardized menunjukan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang
menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan atau menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar varia bel bebas atau independen ( Ghozali, 2001:63 ).
Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan menganalisis
nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF = 1/ Tolerance. Nilai
cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10 ( Ghozali, 2001:63-64 ).
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4.11 diketahui bahwa
seluruh variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data bebas dari masalah multikolinearitas. Berikut adalah tabel hasil uji
multikolinearitas dengan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS:
3210-1-2-3
Regression Standardized Residual
20
15
10
5
0
Fre
qu
en
cy
Mean = -1.72E-16Std. Dev. = 0.98N = 100
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Ex
pecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
38
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan Harga (X1) 0.953 1.049 Tidak ada Multikolinier Promosi (X2) 0.979 1.022 Tidak ada Multikolinier Reputasi Perusahaan (X3) 0.963 1.039 Tidak ada Multikolinier Kualitas Pelayanan (X4) 0.943 1.060 Tidak ada Multikolinier
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
4..3.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2006) pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel dependen ( terikat ) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplots antara SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi
dan sumbu X adalah residual.
Kriteria yang digunakan adalah jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur ( bergelombang, melebar kemudian menyempit ), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Uji Heterokedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah (2011).
Berdasarkan grafik scatterplots pada gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4..4. Hasil Analisis Regresi Berganda
420-2-4
Regression Standardized Predicted Value
3
2
1
0
-1
-2
-3
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Scatterplot
39
Analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi, nilai t
hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.17 berikut :
Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Berganda
Sumber : Data primer yang diolah , 2011
Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi dalam bentuk standardized
coefficient sebagai berikut :
Y = 0.536 X1 + 0.187 X2 + 0.319 X3 + 0.410 X4
Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel harga (X1) memiliki arah koefisien positif terhadap Keputusan penbelian (Y)
dengan nilai 0.536. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan variabel harga yang
kompetitif akan meningkatkan keputusan pembelian.
2. Variabel promosi (X2) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan pembelian (Y)
dengan nilai 0.187. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas promosi yang
dilakukan, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
3. Variabel Reputasi perusahaan (X3) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan
pembelian (Y) dengan nilai 0.319. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya penilaian
terhadap reputasi perusahaan, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
4. Variabel Kualitas pelayanan (X4) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan
pembelian (Y) dengan nilai 0.410. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penilaian
baik mengenai kualitas pelayanan, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
4.1.5. Menilai Goodness of fit suatu model
4.1.5.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu (Ghozali, 2001). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah
ini :
Coefficientsa
-1.463 2.280 -.641 .523
.447 .059 .536 7.540 .000 .953 1.049
.149 .056 .187 2.665 .009 .979 1.022
.265 .059 .319 4.512 .000 .963 1.039
.198 .034 .410 5.741 .000 .943 1.060
(Constant)
Harga (X1)
Promosi (X2)
Reputasi Perusahaan (X3)
Kualitas Pelayanan (X4)
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)a.
40
Tabel 4.18 Hasil Uji Determinasi
Sumber : Data primer yang diolah , 2011
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,523.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan seluruh variabel independen untuk
menjelaskan variasi pada variabel dependen adalah sebesar 52,3 persen dan selebihnya
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh.
4.1.5.2 Uji F
Uji F merupakan sebuah uji statistik kesetaraan varians dari dua variabel ( Malhotra,
2006 : 153 ). Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel independen
dalam penelitian ini layak untuk menjelaskan variabel dependen. Berikut adalah tabel hasil
uji F dengan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS.
Tabel 4.19 Hasil Uji F
Sumber : Data primer yang diolah , 2011
Berdasarkan hasil uji F pada tabel ANOVA pada Tabel 4.19 didapatkan Fhitung
sebesar 28.106 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan
bahwa variabel X1, X2, X3, dan X4 layak untuk menjelaskan variabel terikatnya yaitu
keputusan pembelian ( Y ).
Model Summaryb
.736a .542 .523 2.843Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X4),Promosi (X2), Reputasi Perusahaan (X3), Harga (X1)
a.
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)b.
ANOVAb
908.882 4 227.220 28.106 .000a
768.028 95 8.085
1676.910 99
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X4), Promosi (X2), ReputasiPerusahaan (X3), Harga (X1)
a.
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)b.
41
4.1.6. Pengujian Hipotesis
4.1.6.1 Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat ( Ghozali, 2005 : 84 ). Uji
t merupakan sebuah uji untuk menguji hipotesis rata-rata, uji t dapat dilakukan atas dua rata-
rata satu sampel atau dua sampel pengamatan. Pengujian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh variabel bebas ( harga, promosi, reputasi perusahaan, dan kualitas pelayanan )
terhadap variabel terikat ( keputusan pembelian ) secara terpisah ataupun bersama – sama (
Malhotra, 2006:149 )
Tabel 4.20
Hasil Uji t Vaiabel Bebas t hitung Signifikansi
Harga (X1) 7.540 0.000
Promosi (X2) 2.665 0.009
Reputasi Perusahaan (X3) 4.512 0.000
Kualitas Pelayanan (X4) 5.741 0.000
Sumber : data primer yang diolah , 2011
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut :
1. Nilai thitung pada variabel Harga (X1) adalah sebesar 7,540 dengan tingkat signifikansi
0,000. Karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan: variabel Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
2. Nilai thitung pada variabel Promosi (X2) adalah sebesar 2,665 dengan tingkat signifikansi
0,009. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan: variabel Promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
3. Nilai thitung pada variable Reputasi perusahaan (X3) adalah sebesar 4,512 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Kesimpulan: variabel Reputasi perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
42
4. Nilai thitung pada variabel Kualitas pelayanan (X4) adalah sebesar 5,741 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Kesimpulan: variabel Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam variasi keputusan pembelian dapat
dijelaskan oleh adanya variabel harga, promosi, reputasi perusahaan dan kualitas pelayanan.
Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa setidaknya 52,3% ( dalam uji determinasi ) keputusan
pembelian oleh konsumen dapat dijelaskan oleh keempat variabel tersebut.
1. Pengaruh Harga terhadap keputusan pembelian
Pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa harga memiliki pengaruh positif terhadap
keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik penerimaan konsumen
mengenai harga yang kompetitif, maka semakin besar keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen.
2. Pengaruh Promosi terhadap keputusan pembelian
Pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa promosi memiliki pengaruh positif terhadap
keputusan konsumen. Hal ini berarti bahwa promosi yang semakin intensif dan menarik
akan meningkatkan probabilitas semakin tingginya keputusan konsumen untuk
membelinya.
3. Pengaruh Reputasi perusahaan terhadap keputusan pembelian
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa reputasi perusahaan dapat memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian oleh konsumen. Hasil ini
menjelaskan bahwa penilaian yang baik mengenai perusahaan penyedia jasa seperti
Mahkota EO, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya
keputusan pembelian. Hal ini disebabkan karena seorang akan selalu mencari suatu lokasi
atau perusahaan yang memberikan satu spesifikasi yang sesuai dengan yang diharapkan
oleh konsumen.
4. Pengaruh Kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian
Pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa peningkatan kualitas pelayanan akan
meningkatkan keputusan pembelian. Konsumen yang menerima layanan jasa yang
berkualitas, maka dengan demikian ia akan mendapatkan nilai dari jasa yang telah dibeli
sebelumnya.
43
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN
Bab ini berisi simpulan dan implikasi kebijakan berdasarkan hasil analisis yang
diuraikan pada bab sebelumnya. Bagian pertama akan disimpulkan hasil–hasil dari pengajuan
hipotesis, kemudian dilanjutkan pada penarikan kesimpulan mengenai masalah penelitian.
Bagian berikutnya akan diuraikan mengenai implikasi –implikasi teoritis yang muncul dalam
penelitian ini, yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kemampuan manajerial
para pemilik perusahaan. Keterbatasan penelitian merupakan bagian khusus yang akan
menjelaskan tentang kendala – kendala dalam hal – hal yang membatasi peneliti. Bagian
akhir akan dibahas mengenai kemungkinan – kemungkinan pengembangan peneliti di masa
mendatang.
5.1 Hasil Uji Hipotesis
5.1.1 Hasil Uji Hipotesis 1
Hipotesis 1 : Semakin kompetitif harga akan semakin cepat keputusan pembelian
Pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa harga memiliki pengaruh positif terhadap
keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik penerimaan konsumen mengenai
harga, maka semakin besar keputusan pembelian yang diberikan oleh konsumen. Agar
berhasil dalam memasarkan suatu jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara
tepat kepada konsumen yang menjadi sasaran utamanya.
5.1.2 Hasil Uji Hipotesis 2
Hipotesis 2 : Semakin tinggi aktivitas promosi akan semakin cepat proses keputusan
Pembelian jasa Pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa promosi memiliki
pengaruh positif terhadap keputusan konsumen. Hal ini berarti bahwa promosi yang semakin
intensif dan menarik akan meningkatkan probabilitas tingginya keputusan konsumen untuk
membeli. Apabila konsumen semakin banyak mendengar aktivitas promosi dari perusahaan
maka akan semakin banyak mereka menerima informasi mengenai produk yang berpotensi
memenuhi kebutuhan mereka dan dapat menjadi sebuah keputusan final untuk melakukan
pembelian terhadap produk atau jasa tersebut.
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis 3
Hipotesis 3 : Semakin baik reputasi perusahaan akan semakin cepat proses keputusan
pembelian jasa
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa reputasi perusahaan dapat memberikan
pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian oleh konsumen. Hasil ini
menjelaskan bahwa penilaian yang baik mengenai perusahaan penyedia jasa seperti EO,
44
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya keputusan pembelian.
Hal ini disebabkan karena seorang akan selalu mencari tahu dimana lokasi perusahaan yang
memberikan satu spesifikasi yang sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.
5.1.4 Hasil Uji Hipotesis 4
Hipotesis 4 : Semakin baik kualitas pelayanan perusahaan akan semakin cepat proses
keputusan pembelian jasa
Pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa peningkatan kualitas pelayanan akan
meningkatkan keputusan pembelian. Konsumen yang menerima layanan jasa yang
berkualitas, akan mendapatkan nilai dari jasa yang telah dibeli sebelumnya walaupun mahal
sekalipun akan terbayar dengan kepuasan yang dirasakan konsumen.
5.2 Kesimpulan Masalah Penelitian
Sebagaimana dijelaskan pada Bab I, permasalahan penelitian adalah bagaimana
sikap konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap layanan jasa yang
ditawarkan dan hal ini terkait dengan upaya Mahkota EO untuk meningkatkan kembali
jumlah konsumennya. Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan model pada pengujian
empat variabel yaitu harga, promosi, reputasi perusahaan dan kualitas pelayanan terhadap
keputusan pembelian. Dari keempat variabel tersebut, harga memiliki pengaruh yang paling
kuat jika dibandingkan dengan ketiga variabel lainnya. Temuan ini menunjukkan perusahaan
sebaiknya memberikan perhatian lebih pada harga dan menetapkan suatu harga yang bersifat
kompetitif disamping kualitas layanan jasa yang sesuai dengan keinginan konsumen,
memberikan segala sesuatu yang maksimal dalam kualitas seperti good performance, dalam
hal ini berkaitan dengan aspek layanan atau service suatu jasa dan merupakan karakteristik
utama yang di pertimbangkan dalam membelibarang khusunya yang bersifat layanan jasa.
Hasil pengujian terhadap masalah penelitian seperti yang telah dilakukan pada Bab IV
membuktikan dan memberi kesimpulan untuk menjawab permasalahantersebut secara singkat
dan menghasilkan beberapa proses dasar untuk meningkatkan keputusan pembelian. Untuk
itu dengan diperolehnya hasil yang signifikan dalam pengujian 4 variabel tersebut selanjutnya
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses
terwujudnya sikap konsumen dalam melakukan pembelian. Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa sikap konsumen yang dibangun berbasis harga yang kompetitif pada
akhirnya akan mendorong terbentuknya keputusanpembelian. Hasil ini pula menyimpulkan
sebuah jawaban atas rumusan masalah penelitian bahwa harga merupakan faktor terbesar
45
pertama yang mempengaruhi sikap konsumen. Dari hasil pengujian diketahui indikator
kesesuaian harga dengan kualitas ( X1.3 ) merupakan indikator yang paling dominan pada
variabel harga. Calon konsumen akan mempertimbangkan seberapa besar uang yang akan
dikeluarkannya dengan kebutuhan dan kepuasan atas kesuksesan suatu Event yang akan
dibelinya. Pertimbangan biaya yang relatif murah untuk mendapatkan pelaksanaan acara
yang baik sebagaimana yang diharapkan sangat menjadi perhatian calon konsumen.
Kedua, peningkatan service quality atau kualitas pelayanan yang baik juga
merupakan salah satu proses terwujudnya sikap konsumen. Hasil dari peneliian ini
membuktikan bahwa sikap konsumen yang dibangun berbasis kualitas pelayanan yang baik
mampu mengarahkan dan pada akhirnya akan mendorong terbentuknya keputusan pembelian.
Hasil penelitian ini menyimpulkan jawaban atas rumusan masalah penelitian bahwa kualitas
pelayanan merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi sikap konsumen. Dari hasil
pengujian dapat diketahui bahwa indikator penampilan fisik yang baik (X4.5) merupakan
indikator yang paling dominan pada variabel kualitas pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa
performa dalam penyajian layanan jasa yang baik sangat diperhatikan oleh konsumen, baik
itu dari penampilan para karyawan, kru, maupun penampilan kualitas Event yang sedang
ditangani menjadi nilai tersendiri bagi konsumen, konsumen puas dengan apa yang ia
dapatkan, kemungkinan untuk menggunakan jasa yang sama lebih besar bahkan akan
merekomendasikan ke orang lain dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.
Ketiga, Reputasi yang baik yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan atau
mempercepat pengambilan keputusan untuk membeli. Hasil dari keputusan ini membuktikan
bahwa dengan terbentuknya reputasi yang baik dimata konsumen maka akan mengarahkan
dan mendorong terbentuknya keputusan pembelian. Hasil penelitian ini menyimpulkan
sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan penelitian bahwa reputasi perusahaan yang baik
merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi sikap konsumen. Dari hasil pengujian diketahui
bahwa indikator pelayanan yang cepat dan sesuai dengan keinginan konsumen (X3.2)
merupakan indikator yang paling dominan pada variabel reputasi. Hal ini menunjukkan
bahwa reputasi perusahaan dapat muncul dari kualitas service yang didapatkan berdasarkan
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Reputasi yang baik menunjukkan bahwa
konsumen memiliki informasi positif mengenai perusahaan beserta kinerjanya, maka
konsumen dapat berharap mendapatkan sesuatu sebagaimana yang pernah didengar atau
diperoleh sebelumnya.
46
Keempat, aktivitas promosi merupakan salah satu proses terwujudnya sikap
konsumen. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sikap konsumen yang dibangun berbasis
aktivitas promosi yang tinggi akan mengarahkan dan mendorong terbentuknya keputusan
pembelian. Hasil penelitian inimenyimpulkan sebuah jawaban atas rumusan masalah
penelitian bahwa aktivitas promosi yang tinggi merupakan faktor keempat yang
mempengaruhi sikap konsumen, variabel promosi menduduki posisi terendah dalam
mempengaruhi sikap konsumen dibandingkan dengan ketiga variabel sebelumnya pada
penelitian ini. Dari hasil pengujian diketahui bahwa indikator promosi menarik dan variatif
(X2.3) merupakan indikator yang paling dominan pada variabel promosi. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatanpromosi yang variatif akan menarik perhatian konsumen yang
secara tidak langsung berpengaruhterhadap keputusan pembelian.
5.3 Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban dari responden sebagaimana yang
telah diuraikan pada
bab IV, maka beberapa implikasi teoritis yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Literatur mengenai keputusan pembelian menjelaskan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Basu swasta (1995:91) menggambarkan beberapa
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian diantaranya harga, produk dan
pelayanan. Konsumen mau mengorbankan uangyang dimilikinya untuk membeli produk
tertentu apabila produk tersebut mampu memenuhi harapannya ( Parasuraman:1991 ).
Menurut Zeithaml ( 1988 ) penilaian atas suatu produk atau layanan dengan beberapa
pertimbangan hanya ditentukan berdasarkan penampakan luarnya saja, seperti merek,
harga, atau kemasannya, secara langsung maupun tidak akan berpengaruh terhadap proses
keputusan pembelian.
2. Promosi yang dikemukakan oleh philip Kotler adalah sebagai berikut : "Promotion
encompasses all the tools in the marketing mix whose mayor is persuasive
communication". Promosi meliputi semua alat-alat dalam kombinasi pemasaran yang
peranan utamanya adalah untuk mengadakan komunikasi yang sifatnya membujuk.
Dalam hal ini membujuk adalah mempengaruhi konsumen dalam kaitannya untuk
menarik konsumen dan mengarahkan perilaku mereka untuk melakukan keputusan
pembelian dengan cepat.
3. Herbig, Milewicz and Golden ( 1994 ) menyatakan bahwa reputasi perusahaan dapat
dilihat dari kompetensi perusahaan tersebut dan keunggulan dibandingkan dengan
47
kompetitornya. Dengan demikian konsumen akan membandingkan antara produk atau
layanan jasa satu dengan yang lainnya sebelum sampai pada keputusan membeli suatu
produk.
4. Menurut Llosa, Chandon dan Orsinger ( 1998 ) menyatakan bahwa service quality adalah
suatu instrumen yang digunakan oleh pelanggan untuk menilai pelayanan atau service
yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini secara langsung dapat mempengaruhi pola pikir
konsumen sebelum memutuskan membeli jasa. Konsumen yang memiliki pemikiran
bahwa suatu perusahaan baik dalam hal service quality maka keputusan pembelian akan
semakin cepat dilakukan.
5.4 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian, variabel harga, promosi, reputasi perusahaan dan
kualitas pelayanan merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan
keputusan pembelian. Dengan demikian implikasi hasil penelitian ini dalam kaitannya
manajerial dapat dikembangkan berdasarkan hasil berikut :
1. Faktor harga dalam penelitian ini memiliki pengaruh positif yang signifikan dalam
membentuk keputusan pembelian yang dapat dilakukan oleh konsumen. Harga yang
ditawarkan Mahkota EO masih bisa diterima konsumen meskipun ada kesan bahwa harga
yang ditawarkan relative mahal. Konsumen nampaknya menilai bahwa kelebihan harga
yang ditawarkan oleh Mahkota EO merupakan bentuk substusisi dari sebuah kualitas
layanan dalam setiap Event yang ditangani oleh perusahaan. Namun demikian tak dapat
dipungkiri pula bahwa keberadaan harga yang terlalu mahal akan menjadi daya tolak
yang besar oleh konsumen berkaitan dengan keputusan pembeliannya. Untuk itu
penetapan harga atau tarif jasa Mahkota EO hendaknya perlu dikaji kembali agar
peningkatan jumlah konsumen pengguna jasa Mahkota juga semakin meningkat tanpa
mengesampingkan kualitas.
2. Promosi juga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan adanya
informasi, keberadaan sebuah usaha akan bisa diketahui dan semakin dikenal masyarakat,
maka promosi yang intensif sangat diperlukan untuk menginformasikan kepada calon
konsumen mengenai spesifikasi dan keungulan dari suatu perusahaan (dalam hal ini jasa).
Penggunaan berbagai media promosi dapat digunakan untuk melengkapi kegiatan
promosi itu sendiri. Di Semarang, keberadaan stasiun televisi swasta lokal sebenarnya
cukup berpotensi sebagai media beriklan.
48
3. Reputasi perusahaan menjadi salah satu aspek terciptanya pengaruh positif kepada calon
konsumen untuk menggunakan produk atau jasa dari suatu perusahaan. Mengingat
reputasi Mahkota EO sudah baik di mata masyarakat Semarang khususnya dan di Jawa
Tengah, maka dengan demikian pengelolaan untuk mempertahankan citra reputasi
perusahaan yang baik menjadi sebuah hal penting dan harus benar-benar dijaga demi
kelangsungan usaha yang dijalani sebuah perusahaan.
4. Kualitas pelayanan dalam banyak referensi mengenai usaha jasa menjadi topik utama
dalam menciptakan kepuasan. Kualitas pelayanan adalah salah satu alasan penting
seorang konsumen cepat melakukan keputusan pembelian. Di satu sisi kepuasan dari
sebuah kualitas pelayanan yang baik menjadi cikal bakal pada sebuah keputusan untuk
pembelian ulang suatu produk bahkan merekomendasikan produk tersebut kepada orang
lain. Profesionalisme dalam pekerjaan menjadi sebuah keharusan dalam menciptakan
sebuah usaha jasa yang handal dan bisa bertahan untuk menghadapi segala kemungkinan
ancaman yang muncul di masa yang akan datang.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah hasil penelitian
yang diluar dugaan peneliti serta penelitian ini menggunakan metode statistik SPSS yang
dirasa masih terbatas jika dibandingkan dengan metode-metode statistik modern lainnya :
1. Keterbatasan dalam hal analisis data, dimana analisis data yang dihasilkan diluar dugaan
peneliti. Variabel keputusan pembelian diharapkan mampu dijelaskan oleh empat variabel
seperti harga, promosi, reputasi dan kualitas pelayanan dengan pengaruh yang besar
diatas 65%, tetapi pada uji determinasi hasil yang didapatkan hanya sebesar 52.3% yang
berarti bahwa variabel keputusan pembelian mampu dijelaskan sebesar 52.3% oleh empat
variabel independen yang diuji oleh peneliti.
2. Keterbatasan lainnya adalah hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa harga sangat
sensitif pengaruhnya terhadap keputusan pembelian dengan besarnya koefisien sebesar
0.536 dimana koefisien ini paling besar dibandingkan dengan yang lain dan variabel
harga paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Hasil ini juga diluar
dugaan peneliti yang menduga bahwa service quality merupakan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian mengingat Mahkota merupakan EO
yang profesional dan baik dalam memberikan pelayanan kepada konsumennya.
5.6 Agenda Penelitian Mendatang
49
1. Penelitian mendatang disarankan untuk mereplikasi penelitian ini dengan menggunakan
sampel lebih besar dan luas secara geografis, demografis maupun cakupannya. Hal
tersebut dimaksudkan agar tercapai perkembangan pemahaman mengenai hubungan
antara harga, promosi, reputasi perusahaan, dan kualitas pelayanan terhadap keputusan
pembelian.
2. Pada penelitian di masa yang akan datang, mungkin pula dikembangkan indikator –
indikator lain secara lebih detail dalam mengukur variabel –variabel penelitian
DAFTAR PUSTAKA
50
Cravens, David W.2000. Pemasaran Strategis, Edisi Keempat,Alih Bahasa: Lina Salim.
Penerbit,Erlangga Jakarta.
Engel, James F., Blackwell, Roger D., and Miniard paul W. 1994., Perilaku Konsumen.
Terjemahan : Budiyanto, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Ferdinand, Augusty, 2006, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen
Aplikasi Model-model Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister dan
Desertasi Doktor, BP UNDIP, Semarang
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk
Skripsi, Thesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, BP UNDIP, Semarang
Ghozali, Imam, 2001, “ Aplikasi Analisis multivariate dengan Program SPSS “, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
___________, 2005, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
___________. 2006. Analisis Multivariat dengan SPSS, Edisi kedua, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Hair, J. F., Anderson, R. E. Tatham, R. L., & Black, W. C. (1998) Multivariate Data Analysis
(Fifth ed.). New Jersey: Pretince Hall
Handoko, T. Hani dan Swastha, Basu. 2000, Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku
Konsumen, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Howard, J.A. and Shay, R.P. (1988), Measuring The effect of Marketing Information on
Buying Intention. The Journal of Service Marketing, Vol.2, No.4 Fall,P.27-36.
Kotler, Philip 2000 ), Manajemen Pemasaran di Indonesia, Edisi Pertama, Terjemahan: AB.
Susanto, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
___________ (2001), Marketing, Planning, Implementing and Analizing, Milennium Edition,
Prentice Hall.
___________dan Armstrong ( 2001 ), Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedelapan, ,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
___________ ( 2005 ), Manajemen Pemasaran, Terjemahan: Hendra Teguh, Ronny A.
Rusli dan Benjamin Molan, Edisi Milenium, Penerbit PT. Indeks, Jakarta.
Lamb, Chales W., Hair, Joseph F., and McDaniel, Carl. 2001, Pemasaran, Buku Pertama,
Penerjemah: David Octarevia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
51
Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan. Jilid I Edisi IV.
Terjemahan Soleh Rusyadi dan Maryan, Ir. MM, Penerbit Index (PT.
Gramedia), Jakarta.
____________. 2006. Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan. Jilid II Edisi IV. Terjemahan
Soleh Rusyadi dan Maryan, Ir. MM, Penerbit Index (PT. Gramedia), Jakarta.
Margaretha, Moureen, 2004, Studi Mengenai Loyalitas Pelanggan Pada Divisi Asuransi
Kumpulan AJB Bumi Putera 1912 (Studi Kasus di Jawa Tengah), Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia : Vol. III, No. 3. p.289 - 308
___________.2005. Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan, Jilid II Edisi IV, Terjemahan
Soleh Rusyadi dan Maryan, Ir. MM, Penerbit Index (PT. Gramedia), Jakarta.
Purnawati, Linda. 2003, Atributisasi Pertimbangan Dokter Dalam Keputusan Meresepkan
Suatu Merek Obat. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia : Vol II. No. 2, p. 123-
140.
Samuel, Hatane. 2007, Pengaruh Stimulus Media Ikolan, Uang Saku, Usia dan Gender
Terhadap Kecenderungan perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk
Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran Vol. II, No. 1, p. 31-42
Sekaran, Uma . 2006, Metode Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat, Penerjemah: Kwan
Men Yon, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Stanton, William J. 1996, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh, Alih Bahasa: Y. Lamarto,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sugiyono, 1999, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Sujoko. 2007, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemakaian Jasa Warnet di
Kota Jember.Jurnal Manajemen Pemasaran : Vol II. No. 1, April 2007, p. 9-20
Swastha, Basu. 1996, Azas-Azas Marketing, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 1998, Strategi Pemasaran, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. 2000, Prinsip
dan Dinamika Pemasaran, J & J Learning, Yogyakarta
Tjiptono, Fandy. 2005. Manajemen Jasa. Andi Offset. Yogyakarta.
Yoestini dan Rahma, Eva. S. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Merek
terhadap Minat Beli dan Dampaknya pada Keputusan Pembelian.Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia: Vol. II No.1, P.261-276.
Yoestini dan Cempakasari, 2003, Studi Mengenai Pengembangan Hubungan Jangka Panjang
Perusahaan dan Pengecer, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia : p. 67 – 84.
52
Zeithaml V.A., (1988), Consumer Perception of Price, Quality and Value : A Means-End
Model and Synthesis of Evidence, Journal of Marketing, vol. 52.
Zeithaml, V. A., Berry, L. L., & Parasuraman, A. (1996). The behavioral consequences of
service quality. Journal of Marketing Research, 60, p.31–46.