strategi pemasaran usaha tekstil dan … pemasaran usaha tekstil dan produk tekstil (studi kasus...
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMASARAN USAHA TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
(Studi Kasus Usaha Produk Pakaian Jadi Yasra Studio di Jakarta Pusat)
SANG SANIAKA TAJULFITRI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ABSTRACT
SANG SANIAKA TAJULFITRI. Marketing Strategy on Trade of Textile and Textile Products. (Case Study of Ready to Wear Clothes Product from Yasra Studio in Jakarta Center). Supervised by H. Musa Hubeis as Chief and H. Ma'mun Sarma as Member.
The number of small – medium effort business (UKM) of national
textile industry and textile product (TPT) grew from 4.873 business unit in 2003 to 5.569 business in 2004. The number of employed labor at small and medium industries in TPT industry in general increased 14% from 584.786 employee in 2003 to 668.372 in 2004. The case study is Yasra Studio, established which represent the IKM textile and textile products at household scale in producing and product marketing of ready to wear clothes, such as woman blues, party dress, etc.
The problems of the study are (1) What are internal and external factors which influence the marketing of ready to wear clothes product of Yasra Studio in Central Jakarta ? (2) How are the choice of product marketing strategies of ready to wear clothes by the small scale business in Central Jakarta region, especially by Yasra Studio ? The main objective of this research is to identify and to analyze the marketing strategies of ready to wear clothes product. The specific objectives are : (1) to identify the internal and external factors which influence the product marketing of ready to wear clothes company and (2) to formulate the alternatives of product marketing strategy for ready to wear clothes company.
The result of the chi-square test show that the type of ready to wear clothes product ordered by consumers at Yasra Studio depends on the age group of consumer. The calculated chi-square is bigger than the chi-square in the table, (4,605 at alpha = 10 % and 5,991 at alpha = 5 %). The level degree of satisfaction of the ready to wear clothes product consumer depends on the types of the ready to wear products. The calculated chi-square of the party and bridal clothes (10,41) is bigger than that of the chi-square on the table (7,779 at alpha = 10 % and 9,488 at alpha = 5 %). The advertisement in wedding magazine depend on the age group of woman (21-35 years and 36-50 years), with the calculated chi-square (4,31) is higher than that of the chi-square on the table (2,706 at alpha = 10 % and 3,041 at alpha = 5 %). This analysis was done by using chi-square (χ²) and matrix of strategic factor (SWOT). Based on the IE matrix of SWOT analysis (the value of EFE 2,178 and IFE 2,613), the result shows that Yasra Studio is located in the V quadrant in the box, which represents the stable and grow area. The formulated strategy alternatives are to do market penetration, product development and market development.
Total of 88,46% respondents express to satisfy to the party clothes, 60% responder express to satisfy to the bridal clothes, and 76,67% responder express to satisfy to the bride committee clothes and for that reason the quality should be maintained and there are 3 main strategy alternatives should be selected, namely market penetration strategy, product development and market development.
RINGKASAN
Sang Saniaka Tajulfitri. Strategi Pemasaran Usaha Tekstil Dan Produk Tekstil (Studi Kasus Usaha Produk Pakaian Jadi Yasra Studio di Jakarta Pusat). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Ma’mun Sarma sebagai Anggota. __________________________________________________________________
Era globalisasi yang terjadi saat ini telah memaksa produk industri kecil
menengah (IKM) secara langsung bersaing dengan produk perusahaan
multinasional. Tuntutan konsumen terhadap mutu produk yang semakin tinggi
dengan berpatokan pada produk-produk luar negeri, telah membuat
tersingkirkannya pengusaha kecil akibat munculnya pedagang eceran skala besar
nasional dan internasional di sekitar pasar tradisional. Saat ini, perkembangan
jumlah usaha menengah kecil (UKM) pada industri Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT) Nasional pada tahun 2004 adalah 5.569 unit usaha. Jumlah ini lebih besar
dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya berjumlah 4.873 unit usaha. Jumlah
tenaga kerja yang terserap pada usaha kecil dan menengah dalam industri TPT ini
pada tahun 2004 sebanyak 668.372 orang atau lebih besar dibandingkan tahun
2003 yang berjumlah 584.786 orang, secara umum dapat dikatakan mengalami
kenaikan 14 %.
Salah satu IKM Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dikaji adalah Yasra
Studio yang berdiri pada tahun 1995 dan merupakan salah satu usaha rumah
tangga yang bergerak dalam pembuatan dan pemasaran produk pakaian jadi
seperti pakaian muslim wanita, kebaya pesta, dan pakaian pesta. Perumusan
masalahnya adalah (1) Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang
mempengaruhi pemasaran produk pakaian jadi Yasra Studio di Jakarta Pusat dan
(2) Strategi pemasaran produk pakaian jadi bagaimanakah yang dijadikan pilihan
oleh perusahaan skala kecil di wilayah Jakarta Pusat, khususnya Usaha Produk
Pakaian Jadi Yasra Studio.
Tujuan dari kajian ini secara umum untuk mengidentifikasi dan
menganalisis strategi pemasaran, khususnya dalam produk pakaian jadi.
Sedangkan tujuan kajian secara khusus adalah (1) Mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran produk pakaian jadi pada Yasra
Studio; dan (2) Merumuskan alternatif strategi untuk pemasaran produk pakaian
jadi pada perusahaan tersebut. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada
responden dan wawancara langsung dengan pengusaha dan konsumen di
lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka yang relevan dengan
kajian penelitian. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji khi-kuadrat dan
matriks faktor strategik.
Berdasarkan uji khi-kuadrat didapatkan bahwa, jenis produk pakaian jadi
yang dipesan oleh konsumen pada Yasra Studio tergantung pada kelompok usia
yang membelinya, dengan khi-kuadrat hitung lebih besar dibandingkan dengan
khi-kuadrat tabel, yaitu 7,59 > 4,605 dan 5,991 pada α 10% dan 5%. Tingkat
kepuasan konsumen terhadap produk pakaian jadi bergantung pada jenis produk
pakaian jadi, yaitu pakaian pesta, pakaian pengantin dan pakaian wanita panitia
pengantin, dengan khi-kuadrat hitung lebih besar dibandingkan dengan khi-
kuadrat tabel, yaitu 10,41> 7,779 dan 9,488 pada α 10% dan 5%. Iklan rubrik
majalah Perkawinan bergantung pada kelompok wanita umur 21-35 tahun dan 36-
50 tahun, dengan khi-kuadrat hitung lebih besar dibandingkan dengan khi-kuadrat
tabel, yaitu 4,31 > 2,706 dan 3,841 pada α 10% dan 5%.
Hasil analisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) pada Yasra Studio menyatakan : (1) Faktor kekuatan yang
dimiliki adalah letak perusahaan strategik, lingkungan kerja kekeluargaan, produk
bermutu, adanya komunikasi dua arah antara pemilik dengan karyawan, kegigihan
dan keuletan dari pemilik perusahaan dalam mengelola usahanya, promosi yang
baik, dan jumlah tenaga kerja yang banyak; (2) Faktor kelemahan adalah harga
produk pakaian mahal, biaya promosi tinggi, dan mesin jahit sudah tua, (3)
Faktor peluang adalah jumlah penduduk Indonesia semakin banyak, ketersedian
bahan baku yang cukup, meningkatnya permintaan pasar, adanya dukungan
pemerintah yang tinggi dalam pengembangan industri TPT dan pasar dalam
negeri yang besar; (4) Faktor ancaman adalah impor (ilegal) produk dari luar
(Cina), kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik,
kondisi ekonomi, hukum, sosial dan politik belum stabil dan pesaing aktif dalam
melakukan inovatif dan pemasaran produk dan industri pendukung yang belum
berkembang.
Analisis SWOT menghasilkan 4 (empat) jenis alternatif strategi S-O, W-O,
S-T dan W-T berikut : (1) Strategi S-O (Strengths-Opportunities) : .
mempertahankan mutu produk, meningkatkan mutu tenaga kerja, melakukan
penetrasi dan pengembangan pasar, mempertahankan pembeli potensial; (2)
Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) : mengembangkan atribut produk
baru/modifikasi rupa dan bentuk, membeli mesin baru serta mengembangkan
harga jual sesuai segmen konsumen; (3) Strategi S-T (Strengths-Threats) :
meningkatkan program pemasaran produk, melakukan kerjasama dengan
pengusaha produk sejenis lainnya; (4) Strategi W-T (Weaknesses- Threats) :
mengoptimalkan litbang di bidang pertekstilan dan pakaian .
Berdasarkan matriks IE, diperoleh hasil bahwa usaha Yasra Studio tersebut
berada pada kotak kuadran V (lima) yang digambarkan sebagai daerah stabil dan
tumbuh, maka rumusan alternatif strateginya adalah melakukan penetrasi pasar,
pengembangan produk dan pengembangan pasar.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dan data dalam laporan akhir saya yang berjudul : ” Strategi Pemasaran Usaha Tekstil dan Produk Tekstil (Studi Kasus Usaha Produk Pakaian Jadi Yasra Studio di Jakarta Pusat)” merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, April 2007 Sang Saniaka Tajulfitri F052044025
STRATEGI PEMASARAN USAHA TEKSTIL DAN
PRODUK TEKSTIL (Studi Kasus Usaha Produk Pakaian Jadi Yasra Studio di Jakarta Pusat)
SANG SANIAKA TAJULFITRI
Laporan Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul Laporan Akhir : Strategi Pemasaran Usaha Tekstil dan Produk Tekstil (Studi Kasus Usaha Produk Pakaian Jadi Yasra Studio di Jakarta Pusat)
Nama Mahasiswa : Sang Saniaka Tajulftri
Nomor Pokok : F052044025
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, April 2007
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Industri Kecil Menengah Wakil Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 28 Maret 2007 Tanggal Lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Laporan Akhir : Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Maret 1963, sebagai anak
kedua dari dua bersaudara dari Almarhum Bapak H. Muhammad Abdul Gani, MA
dan Almarhumah Dra. Tj Rahma MA. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan
Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, dan lulus pada tahun
1992. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil
Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja pertama kali pada Departemen Perdagangan dari tahun
1994-1996 dengan penempatan pertama di Bagian Perencanaan Pengembangan
Ekspor, Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Perdagangan. Pada
tahun 1997-2002 penulis ditempatkan pada Sub Direktorat Australia dan Pasifik
pada Direktorat Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Pada tahun 2002 – bulan Juli 2006, penulis
diperbantukan pada Ke Deputian Bidang Perikanan dan Kelautan di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan mulai bulan Agustus 2006 sampai dengan
sekarang sepenuhnya bekerja pada Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
Penulis menikah pada tahun 1995 dengan Dina Yuliana dan saat ini
dikaruniai seorang putra dan putri bernama Muhammad Nur Sandy (11 tahun) dan
Rahma Andisa Qurrota’ain (6 tahun).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini.
Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir ini tidak akan tersusun tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS Dipl.Ing, DEA, sebagai Ketua Komisi
Pembimbing atas bimbingan, arahan, dorongan dalam penulisan dan
penyelesaian Laporan Akhir.
2. Dr.Ir.H.Ma’mun Sarma, MS, MEc, sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas
bimbingan, arahan dalam penulisan dan penyelesaian Laporan Akhir.
3. Dr.Ir. Nora H Panjaitan, selaku Penguji Luar Komisi dalam pengujian tesis
Laporan Akhir.
4. Seluruh staf pengajar dan staf pada Program Studi Industri Kecil Menengah,
Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor, selama kuliah berlangsung.
5. Ibu Ir.Yasra Hayati pemilik usaha pakaian jadi yang telah membantu dalam
memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan dan penyelesaian
Laporan Akhir ini.
6. Kedua orang tua penulis (Almarhum dan almarhumah) yang secara tidak
langsung juga memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk terus
menyelesaikan penulisan laporan akhir ini.
7. Istri penulis Dina Yuliana dan putra putri tercinta Muhammad Nur Sandy dan
Rahma Andisa Qurrota’ain dengan segala dukungan, cinta kasih dan doa,
sehingga penulisan Laporan Akhir ini terselesaikan dengan baik.
8. Teman-teman Angkatan V dan VI Program Studi Industri Kecil Menengah,
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya Laporan Akhir ini.
Akhirnya penulis berharap agar Laporan Akhir ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk
kemajuan dunia pendidikan dan penelitian.
Bogor, Maret 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1 A. Latar Belakang............................................................................. 1 1. Sejarah Perusahaan............................................................... 4 2. Produk Perusahaan................................................................ 5 B. Perumusan Masalah..................................................................... 6
II. ANALISIS MASALAH.................................................................... 7 A. Prinsip-prinsip Analisis............................................................... 7 1. Tujuan................................................................................... 16 2. Implementasi di Lapangan..................................................... 16 B. Metode Analisis........................................................................... 16 1. Metode................................................................................... 16 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode...................................... 28
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 30 A. Kondisi usaha produk pakaian jadi.............................................. 30 B. Uji Khi Kuadrat............................................................................ 31 1. Karakteristik produk pakaian jadi........................................... 31 2. Karakteristik kepuasan konsumen.......................................... 32 3. Karakteristik iklan rubrik majalah Perkawinan...................... 34 C. Analisis Faktor Internal................................................................ 35 D. Analisis Faktor Eksternal............................................................. 37 E. Analisis Strategi Pemasaran......................................................... 38 1. Strategi S-O................................................................................... 41 2. Strategi W-O................................................................................. 42 3. Strategi S-T................................................................................... 43 4. Strategi W-T................................................................................. 44
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 48 Kesimpulan....................................................................................... 48 Saran.................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50
LAMPIRAN............................................................................................... 51
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan perusahaan dan pekerja industri TPT Nasional pada tahun 2001-2004..............................................................
2
2. Perkembangan jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri pakaian jadi di Propinsi DKI Jakarta tahun 2001-2004...........
3
3. Perkembangan konsumsi komoditi TPT pada tahun 2001-2004..........................................................................................
3
4. Kontingensi..............................................................................
18
5. Matriks EFE............................................................................
19
6. Matriks IFE..............................................................................
20
7. Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan dengan metode matriks banding berpasangan………………………..
21
8. Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan dengan metode matriks banding berpasangan………………………
22
9. Matriks SWOT………………………………………………
27
10. Nama perusahaan produk pakaian jadi...................................
30
11. Kontingensi produk pakaian jadi…………………………..
31
12. Perhitungan Khi Kuadrat untuk jenis produk pakaian jadi.....
32
13. Kontingensi kepuasan konsumen…………………………..
33
14. Perhitungan Khi Kuadrat untuk kepuasan konsumen...........
33
15. Kontingensi iklan rubrik majalah Perkawinan.....................
34
16. Perhitungan Khi Kuadrat untuk iklan rubrik di majalah Perkawinan............................................................................
34
17. Hasil IFE……………………………………………………
36
18. Hasil EFE………………………………………………….
37
19. Perumusan strategi usaha Yasra Studio dengan matriks SWOT 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur organisasi Yasra Studio……………………….. 5
2. Beberapa pendekatan analisis dalam perumusan strategi
Pemasaran……………………………………………….
8
3. Sistem pemasaran total……………………………….... 9
4. Rantai kelahiran teknologi……………………………. 10
5. Hubungan antara perilaku konsumen dengan strategi pemasaran………………………………………………
12
6. Pengambilan keputusan konsumen……………………. 13
7. Bauran Pemasaran……………………………………… 15
8. Matriks IE……………………………………………… 24
9. Hasil matriks IE……………………………………… 39
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Bagian pengisian matriks berpasangan............................ 52
2. Bagian pengisian rating................................................... 58
3. Daftar pertanyaan konsumen.......................................... 63
4. Gambar pohon industri tekstil......................................... 65
5. Gambar pre sales design room proces............................ 66
6. Gambar nama perusahaan dan proses produk pakaian jadi 67
7. Surat izin usaha perdagangan kecil Yasra Studio............. 71
8. Surat keterangan penelitian pada perusahaan Yasra Studio 72
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi yang terjadi saat ini telah memaksa produk industri
kecil menengah secara langsung bersaing dengan produk perusahaan
multinasional. Banyaknya tuntutan konsumen terhadap mutu produk yang
makin tinggi dengan berpatokan pada produk-produk luar negeri, semakin
tersingkirkannya pengusaha kecil akibat munculnya pedagang eceran skala
besar nasional dan internasional di sekitar pasar tradisional. Dampak yang
paling dirasakan adalah semakin ketatnya persaingan di sektor industri. Untuk
membangun sektor industri agar mampu berkembang dalam arena persaingan
pada saat ini dan sekaligus menjadikannya motor penggerak perekonomian di
masa depan, maka sektor industri perlu memiliki potensi dan daya saing yang
tinggi, yaitu tingginya peningkatan nilai tambah dan produktivitas di
sepanjang rantai nilai produksi dan dukungan dari seluruh sumber daya
produktif yang dimiliki oleh bangsa Indonesia (Media Industri dan
Perdagangan, 2005).
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(Perpres No 7 tahun 2005) dan fokus pembangunan industri pada jangka
menengah (2004-2009) adalah dengan penguatan dan penumbuhan klaster-
klaster industri inti, yaitu industri tekstil dan produk tekstil (Media Industri,
2005). Nitimihardja (2005) mengatakan pengembangan klaster industri inti
tersebut, dilakukan secara komprehensif dan integratif, serta ditunjang industri
terkait (related industries) dan industri pendukung (supporting industries).
Nitimiharja (2005) dalam Kebijakan Industri Nasional, menyatakan
bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu dari 10
industri andalan yang saat ini didorong pengembangannya, mengingat industri
tersebut merupakan industri yang padat modal dan padat tenaga kerja.
Terpuruknya daya saing industri TPT disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kondisi mesin yang sudah tua/teknologi yang sudah tertinggal, banyaknya
produk impor TPT illegal, terutama dari China yang masuk, masih terbatasnya
2
mutu dan kuantitas sumber daya manusia (SDM), terutama di bidang desain
dan terbatasnya pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) tekstil,
terutama dalam penanganan desain produk (nasional), akses pasar dan
manajemen mutu.
Saat ini, perkembangan jumlah usaha kecil menengah (UKM) pada
industri TPT Nasional pada tahun 2004 adalah 5.569 unit usaha, di mana
jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya berjumlah
4.873 unit usaha. Sedangkan jumlah tenaga kerja pada usaha kecil dan
menengah dalam industri TPT ini pada tahun 2004 menunjukkan 668.372
orang atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah
584.786 orang atau secara umum mengalami kenaikan 14 % (Tabel 1)1 .
Tabel 1. Perkembangan perusahaan dan pekerja industri TPT Nasional pada tahun 2001-2004
Kelompok 2001 2002 2003 2004Perubahan(%) Perubahan(%) Perubahan(%)
2002-2001 2003-2002 2004-2003Perusahaan Menengah-Kecil 6.009 5.293 4.873 5.569 -11,915 -7,935 14,28 Tenaga Kerja Menengah-Kecil 721.193 635.201 584.786 668.372 -11,923 -7,936 14,29 Sumber : BPS, 2005.
Sementara itu, perkembangan jumlah perusahaan industri pakaian jadi
pada tahun 2004 di propinsi DKI Jakarta, adalah sebesar 410 unit usaha, di
mana jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya
berjumlah 452 unit usaha atau mengalami penurunan sebesar 9,29%.
Sedangkan, jumlah tenaga kerja tahun 2004, adalah sebesar 105.728 orang, di
mana jumlah ini lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
mencapai sebesar 100.962 orang atau mengalami kenaikan 4,72% (Tabel 2).
Dengan semakin berkembangnya kondisi perekonomian dunia yang
terus bergerak ke arah globalisasi ekonomi, maka dunia usaha di dalam negeri
dituntut untuk meningkatkan potensi dan mempunyai daya saing yang tangguh
dalam menghadapi persaingan global.
1 Kompas, 28 Februari 2006, China Serobot Jaringan Tekstil
3
Tabel 2. Perkembangan jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri pakaian jadi di
Propinsi DKI Jakarta tahun 2001-2004
Uraian 2001 2002 2003 2004
Perubahan Perubahan Perubahan 2002-2001 2003-2002 2004-2003
(%) (%) (%) Perusahaan 571 493 452 410 -13,66 -8,32 -9,29 Tenaga Kerja
100.831 108.737 100.962 105.728 7,84 -7,15 4,72
Sumber : BPS DKI, 2005.
Perkembangan konsumsi rataan nasional produk TPT tahun 2001-2004
adalah 4 kg/kapita atau mengalami kenaikan/perubahan 7,18 % dan konsumsi
rata-rata dunia 8 kg/kapita (Media Industri dan Perdagangan, 2004). Hal ini
menunjukkan, masih ada harapan bagi industri TPT di Indonesia, karena
masih ada potensi pasar. Sedangkan tingkat pertumbuhan TPT Dunia
menunjukkan perkembangan yang positif 0,13 % dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan nasional yang mengalami penurunan sebesar 0,40 % (Tabel 3).
Tabel 3. Perkembangan konsumsi komoditi TPT pada tahun 2001-2004 (Kg/Kapita)
Sumber : API, 2005.
Berkaitan dengan itu, dalam rangka meningkatkan potensi industri
TPT (pakaian jadi), maka perlu dilakukan suatu kajian untuk dapat
meningkatkan posisi industri TPT (pakaian jadi) di dalam persaingan pasar
dalam dan luar negeri. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), dalam mencapai
tujuan, perusahaan dapat menggunakan konsep pemasaran untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga memberikan kepuasan
pelanggan secara lebih efektif dan efisien.
Konsumsi 2001 2002 2003 2004
Rata-rata 2001-2004
Pertumbuhan Perubahan
2002-2001 (%)
Perubahan 2003-
2002 (%)
Perubahan 2004-
2003 (%)
2001-2004
(%) Nasional 4,20 4,00 3,90 4,18 4,10 -0,40 -4,76 -2,50 7,18
Internasional 7,96 7,97 7,98 7,99 8,00 0,13 0,1256 0,1255 0,1253
4
1. Sejarah Perusahaan
Awalnya usaha Yasra Studio berdiri pada tahun 1995 dan
merupakan salah satu usaha rumah tangga yang bergerak dalam
pembuatan dan pemasaran produk pakaian jadi. Lokasi pertama kali usaha
Yasra Studio ini, berada pada Jalan Mesjid II No 26 Pejompongan dan
akhirnya menempati lokasi di Jalan Danau Matana Blok D II No 7
Pejompongan, Kelurahan Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang, di
Jakarta Pusat. Pada saat ini rumah tersebut telah dijadikan sebagai tempat
usaha dan juga sebagai tempat tinggal pemilik usaha tersebut.
Usaha ini, sudah berjalan selama lebih kurang 11 tahun dan
menunjukkan perkembangan semakin baik. Modal awal dari usaha ini
adalah sebesar Rp. 15.000.000,-, yang berasal dari modal sendiri yang
dimiliki oleh pemilik usaha Yasra Studio. Modal awal usaha digunakan
oleh pemilik usaha tersebut untuk menyewa rumah, membeli beberapa
mesin jahit dan mesin obras, serta menggaji ± 3 karyawan. Dengan
semakin berkembangnya usaha yang dijalankan saat ini, maka pemilik
usaha Yasra Studio tersebut, menambah ruangan untuk memperlancar
produksi usaha yang dijalankannya
Usaha Yasra Studio telah terdaftar pada tanggal 12 April tahun
2006 pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta Pusat dan telah
mendapatkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil dengan Nomor :
0545/1.824.51. Sedangkan struktur organisasi usaha produk pakaian jadi
Yasra Studio, dapat dilihat pada Gambar 1 :
5
.
Gambar 1. Struktur organisasi perusahaan Yasra Studio
Perkembangan usaha ini semakin maju, terutama tingginya
permintaan pembuatan produk pakaian jadi yang dipesan pada saat hari
besar nasional, acara perkawinan, dan acara penting lainnya. Jumlah
produk rataan per bulan usaha Yasra Studio, adalah sebesar 54 potong
untuk pakaian pesta, 3 potong pakaian pengantin dan pakaian panitia
wanita pengantin sebanyak 36 potong.
Perusahaan Yasra Studio merupakan salah satu dari 4 usaha rumah
tangga dalam pembuatan produk pakaian jadi, yang ada di daerah
Pejompongan Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Bendungan Hilir,
Jakarta Pusat, dimana tingkat persaingan usaha antara keempat perusahaan
tersebut sangat tinggi dan ini merupakan salah satu ancaman (keadaan
eksternal organisasi) yang berpotensi menimbulkan kesulitan bagi usaha
Yasra Studio.
2. Produk Perusahaan
Produk yang dihasilkan dari usaha Yasra Studio ini adalah produk
pakaian jadi seperti pakaian muslim wanita, kebaya, pesta, dan lain-lain.
Proses produksi dari pembuatan produk pakaian jadi ini tidak rumit,
karena proses tesebut dilakukan dengan menggunakan teknologi mesin
(jahit, obras dan bordir) dan pembuatan tangan (hand made) seperti
membuat manik-manik pada produk pakaian jadi tersebut. Proses
pembuatan produk pakaian jadi ini dimulai dari pengukuran, pembuatan
pola, pemotongan bahan, pembordiran (jika dibordir), dan penjahitan
Pemilik Perusahaan
Manajer Pemasaran
Pekerja
6
(penambahan payet dan lain-lain). Produk pakaian jadi yang dihasilkan
sangatlah banyak dan bervariasi sesuai dengan keinginan konsumen.
Dalam menetapkan harga jual produk pakaian jadi tersebut,
pemilik usaha telah mempertimbangkan harga bahan baku, biaya produksi
dan biaya pemasaran. Produsen ini menetapkan harga jual produk pakaian
jadi kepada para pelanggan atau konsumen berdasarkan per produk jadi
tergantung jenis pakaian yang dihasilkan, misalkan produk pakaian pesta
dengan harga Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000, produk pakaian pengantin
dengan harga Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 dan pakaian panitia wanita
pengantin berkisar Rp.1.000.000,- sampai dengan Rp.1.500.000,-.. Hal ini
tentunya didasarkan atas pesanan model permintaan dari konsumen itu
sendiri.
Pemilik usaha Yasra Studio ini, selalu menjaga dan meningkatkan
mutu produk yang dihasilkan dengan menggunakan bahan - bahan baku
yang mutu dan melalui tahapan proses produksi yang baik dan bermutu
(desain tertentu sesuai dengan permintaan konsumen). Bahkan produk
pakaian jadi ini, telah diiklankan pada salah satu majalah terkenal bulanan
calon pengantin “PERKAWINAN” edisi bulan April sampai dengan
bulan Oktober 10/VII/ 2006 dan juga pada tahun yang sama, pemilik usaha
Yasra Studio dan pengusaha produk sejenis lainnya melakukan kerjasama
mengikuti kegiatan fashion show di salah satu hotel berbintang 5 di kota
Jakarta.
B. Perumusan Masalah
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang mempengaruhi
pemasaran produk pakaian jadi Yusra Studio di Jakarta Pusat ?
2. Strategi pemasaran produk pakaian jadi bagaimanakah yang dijadikan
pilihan oleh perusahaan skala kecil di wilayah Jakarta Pusat, khususnya
Usaha produk pakaian jadi Yasra Studio ?
II. ANALISA MASALAH
A. Prinsip-prinsip Analisis
Produk pakaian jadi seperti kebaya, pakaian muslim (jilbab), baju
pesta, baju pengantin dan produk pakaian jadi lainnya, merupakan produk
yang sering kita jumpai dikehidupan sehari-hari baik dalam event perayaan
hari besar nasional, hari raya agama Islam / non Islam, pesta perkawinan serta
event lainnya. Pemasaran produk pakaian jadi usaha ini, dipasarkan melalui
pembelian langsung di lokasi produksi, majalah, fashion show, word of mouth
(komunikasi dari mulut ke mulut) dari para pelanggan yang sudah menjadi
pelanggan tetap dari produk pakaian jadi tersebut .
Chandler dalam Rangkuti (2003) menyatakan bahwa Strategi adalah
tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi
semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep-
konsep strategi tersebut antara lain : Distinctive Competence dan Competitif
Advantage. Menurut Day and Wensley dalam Rangkuti (2003) identifikasi
Distinctive Competence dalam suatu organisasi adalah :
a. Keahlian tenaga kerja, dengan menghasilkan produk yang mutunyanya
lebih baik dibandingkan dengan produk pesaing, dengan cara memahami
secara detail keinginan konsumen dan membuat program pemasaran yang
lebih baik daripada program pesaing.
b. Kemampuan sumber daya seperti penggunaan sumber bahan baku yang
tinggi kualitasnya, proses produksi yang canggih dan lain-lain.
Rangkuti (2003) menyebutkan bahwa analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
perusahaan.
Pemasaran menurut Bennet dalam Tjiptono (2002), merupakan fungsi
yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal
8
perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan
eksternal. Strategi pemasaran merupakan pernyataan mengenai bagaimana
suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya. Sementara itu, Kahle dalam
Tjiptono (2002) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental
yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar
yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar
sasaran tersebut.
Menurut Corey dalam Tjiptono (2002), strategi pemasaran terdiri atas
lima elemen yang saling berkait (Gambar 2). Kelima elemen tersebut adalah
pemilihan pasar, perencanaan produk (misal desain), penetapan harga, sistem
distribusi dan komunikasi pemasaran (promosi).
Gambar 2. Beberapa pendekatan analisis dalam perumusan strategi pemasaran
(Corey dalam Tjiptono, 2002)
Selain itu, Koeswara (1995), membagi sistem pemasaran menjadi 3
(tiga) peubah, yaitu :
1. Peubah internal, yang dapat dikendalikan
Kekuatan dan kelemahan Perusahaan
* Teknologi
* Pelanggan
Sasaran dan Tujuan
* Pangsa Pasar
* Laba
Formulasi Strategi
* Pemilihan Pasar
* Produk
* Harga
* Periklanan
* Promosi
Analisis Ekonomi
* Kemungkinan
kehilangan pelanggan
* Peluang pasar baru
Analisis Pasar
* Perilaku Pembelian
(tempat pembelian)
* Posisi Pasar pesaing
9
2. Peubah eksternal yang tidak dapat dikendalikan
3. Peubah internal/eksternal yang dapat dikendalikan sebagian.
Ketiga peubah tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
LITBANG PRODUKSI FINANSIAL
KEBIJAKSANAAN
&
TUJUAN
PERUSAHAAN
PEUBAH PERENCANAAN YANG DAPAT
DIKENDALIKAN PASAR
MARKETING MIX
PRODUK/JASA HARGA DISTRIBUSI PROMOSI
PEUBAH INTERNAL/
SALURAN EKSTERNAL YANG
DISTRIBUSI DAPAT DIKENDALIKAN
PASAR
PEMBELI
INDUSTRI
PEUBAH EKSTERNAL/
LINGKUNGAN YANG TIDAK DAPAT
EKSTERNAL DIKENDALIKAN
EKONOMI POLITIK BUDAYA PERSAINGAN TEKNOLOGI SOSIAL
Gambar 3. Sistem pemasaran total (Koeswara, 1995)
10
Hubeis (2005) menyatakan bahwa dalam pengembangan produk,
pemahaman rantai kelahiran teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi untuk pembinaan dan pengembangan perusahaan/industri
melalui dukungan kelembagaan seperti kawasan bisnis dan lain-lainnya dalam
menghasilkan kegiatan ekonomi yang berdaya dan berhasil guna bagi semua
pihak. Adapun rantai kelahiran teknologi tersebut dapat dilihat pada (Gambar
4 ).
Gambar 4. Rantai kelahiran teknologi (Hubeis, 2005)
Keterangan :
(1) Gagasan/produk/jasa
(2) Pengembangan prototipe produk (teknis dan ekonomis) melalui formulasi,
pemasaran dan pengembangan
(3) Spesifikasi produk, harga dan potensi pasar
(4) Integrasi tahap 1-3 (realisasi pabrikasi awal) melalui tahap pengendalian
internal dan eksternal
(5) Pabrikasi penuh dan strategi pemasaran (produk, harga, promosi, merek
dan distribusi)
(6) Komersialisasi produk/jasa secara total, baik yang sudah ada atau belum
ada di pasar kepada konsumen
Selain itu, Hubeis (2005) juga menyatakan bahwa pengembangan
produk itu penting baik dalam pengembangan produk seperti old product
development (OPD) maupun new product development (NPD), dimana kedua
jenis pengembangan tersebut merupakan kunci perusahaan untuk bertahan
dan bersaing di pasar, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang
berupa keunggulan komparatif (mutu, harga dan teknologi), keunggulan
kompetitif (SDM), organisasi dan pelayanan) dan kemampuan menarik
konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi produk lokal ataupun global.
OPD mencakup hal modifikasi, peningkatan dan perluasan merk yang ada
Ide (1)
Evaluasi (2)
Layak (3)
Pengem-bangan (4)
Uji (5)
Pemasaran (6)
11
oleh perusahaan, sedangkan NPD merupakan pengembangan produk yang
benar-benar dilakukan oleh perusahaan. Adapun tantangan pada
pengembangan produk ditentukan oleh 2 (dua) faktor berikut :
1. Eksternal meliputi inflasi, pasar segmentasi, teknologi baru yang
berdampak negatif terhadap produk-produk yang sudah di pasar,
perubahan demografi dan bertambah banyaknya produk-produk luar negeri
yang ada di pasar.
2. Internal meliputi ide-ide yang tercipta, seleksi ide dari bagian yang ada di
organisasi, evaluasi awal (untung/rugi, nilai tambah, pemenuhan
permintaan pasar, dan lain-lain), pengembangan jangka pendek dan
panjang dari formulasi dan uji coba produk hingga ke pasar dan tahap
komersialisasi yang dimulai dari penetpaan jumlah dan mutu hingga cara
memasarkan.
Irawan (2002) mengatakan ada 10 Prinsip Kepuasaan Pelanggan, yaitu
:
1. Mulailah dengan Percaya akan Pentingnya Kepuasaan Pelanggan
2. Pilihlah Pelanggan dengan Benar untuk Membangun Kepuasan Pelanggan
3. Memahami Harapan Pelanggan adalah Kunci
4. Carilah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Anda
5. Faktor Emosional adalah Faktor Penting yang Mempengaruhi Kepuasan
Pelanggan
6. Pelanggan yang Komplain adalah Pelanggan Anda yang Loyal
7. Garansi adalah Lompatan yang Besar dalam Kepuasan Pelanggan
8. Dengarkanlah Suara Pelanggan Anda
9. Peran Karyawan Sangat Penting dalam Memuaskan Pelanggan
10. Kepemimpinan adalah Teladan dalam Kepuasan Pelanggan
Hal yang dikemukakan Irawan (2002) selaras dengan pendapat Peter
dan Olson dalam Prasetijo dan Ihalaw (2004), strategi pemasaran dirancang
untuk meningkatkan peluang dimana konsumen akan memiliki anggapan dan
perasaan positif terhadap produk, jasa dan merek tertentu, akan mencoba
produk, jasa atau merek tersebut lalu membelinya berulang-ulang. Untuk
12
mengembangkan strategi pemasaran yang kompetitif, maka pemasar perlu
mengetahui konsumen yang cenderung membeli produknya, faktor-faktor apa
yang kira-kira dapat menyebabkannya menyukai produk tersebut, kriteria apa
yang dipakai dalam memutuskan membeli produk, bagaimana memperoleh
informasi tentang produk dan lain sebagainya.
Prasetijo dan Ihalaw (2004), menjelaskan bahwa perilaku konsumen
berfungsi sebagai dasar pembentukan komponen-komponen strategi
pemasaran yang terdiri dari segmenting, targeting dan positioning (STP)
seperti yang dimuat dalam Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara perilaku konsumen dengan strategi pemasaran (Prasetijo dan Ihalaw, 2004)
Selain itu, Schiffman dan Kanuk dalam Prasetijo dan Ihalaw (2004)
menjelaskan bahwa, beberapa faktor yang mempengauhi dalam pengambilan
keputusan konsumen antara lain faktor eskternal seperti pemasaran (4P) dan
lingkungan sosial budaya sebagai input; faktor internal, misalnya motivasi,
persepsi, kepribadian, sikap dan pengalaman dan komponen output yang
menunjuk kepada dua macam kegiatan pasca keputusan yang saling
berhubungan erat, yaitu perilaku pembeli dan evaluasi pasca beli. Adapun
pengambilan keputusan konsumen tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
Perilaku Konsumen
Strategi Pemasaran
Segmenting Targeting Positioning
Keunggulan Kompetitif
13
Pengaruh eksternal
Input
Pengambilan keputusan konsumen
Proses
Perilaku pasca keputusan
Output
Gambar 6. Pengambilan keputusan konsumen (Prasetijo dan Ihalaw, 2004)
Hurriyati (2005), menyatakan bahwa promosi adalah salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun mutu suatu
Usaha-usaha Pemasaran perusahaan
4P product, price, place
dan promotion
Lingkungan sosial budaya
Sadar akan kebutuhan
Mencari sebelum
membeli
Mengevaluasi alternatif
Area psikologis 1. Motivasi 2. Persepsi 3. Pembelajaran 4. Kepribadian 5. Sikap
Pengalaman
Pembelian 1. Percobaan
2. Pembelian ulang
Evaluasi pasca beli
14
produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa
produk tersebut akan berguna baginya, maka tidak akan pernah membelinya.
Pada hakekatnya, promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Secara
rinci, tujuan promosi dapat dijabarkan sebagai berikut : menginformasikan
(informing); membujuk pelanggan sasaran (persuading) dan mengingatkan
(reminding).
Kotler dalam Hurriyati (2005) mengemukakan definisi bauran
pemasaran adalah sekumpulan alat pemasaran (marketing mix) yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalm pasar
sasaran. Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
marketing mix merupakan unsur–unsur pemasaran yang salig terkait ,
dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, seklaigus memutuskan kebutuhan
dan keinginan konsumen.
Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005), menjelaskan bahwa untuk
pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang lebih luas (expanded marketing
mix for services) dengan penambahan unsur non tradisional marketing mix,
yaitu people (orang), physical evidence (fasilitas fisik) dan process (proses),
sehingga menjadi tujuh unsur (7P), dimana masing-masing dari tujuh unsur
bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama
lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik
segmennya. Unsur-unsur bauran pemasaran jasa (7P) ini dapat dilihat pada
Gambar 7.
15
Gambar 7. Bauran pemasaran jasa (Hurriyati, 2005)
Pakar pemasaran Kotler (2005), menyatakan bahwa ada 3 (tiga)
kategori khusus untuk siklus hidup produk yang berhubungan dengan gaya
(styles), fashions dan mode (fads). Mode melalui 4 tahap, yaitu Tahap
kekhasan (distinctiveness stage), Tahap peniruan (emulation stage), Tahap
mode masal (mass-fashion stage) dan Tahap penurunan (decline stage).
Hartanto dan Watanabe (1993), pembuatan pakaian meliputi tiga
proses, yaitu memotong, menjahit dan penyempurnaan kain yang telah dibuat
melalui proses pemintalan perajutan atau pertenunan pencelupan dan
sebagainya untuk produksi pakaian sebagai produk akhir. Hal ini memegang
peranan penting karena nilai pakaian tergantung dari teknik pembuatan
pakaian yang diterapkan pada kain bermutu tinggi.
Roesco dalam Sugiyono (2004) memberikan saran-saran tentang
ukuran contoh sebagai berikut :
1. Ukuran contoh yang layak digunakan dalam penelitian adalah antara 30
sampai dengan 500.
2. Untuk penelitan eksperimen yang sederhana yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol maka jumlah anggota sampel masing-
masing 10 sampai dengan 20.
1. Product * Quality level, * Accesssories, * Packaging, * Warranties, * Product Line, * Branding
3. Promotion * Promotion blend * Media types * Publicity
2. Place * Channel type * Exposure * Intermediaries * Outlet location * Transportation * Storage
4. Price * Flexibility * Price level * Discounts
7. Process * Flow of activities * Customer involment
6. Physical Evidence
* Fasilitas design * Equipment * Business cards
5. People * Employees * Training * Motivation * Rewards
16
Statistik nonparametrik menurut Sugiyono (2006), terutama digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas
distribusi (tidak harus normal). Data nominal biasanya diperoleh dari
penelitian yang bersifat eksploratif atau survei dan menyatakan uji Khi
kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif bila datanya berbentuk
nominal dan contohnya besar dengan menggunakan Tabel Kontingensi.
1. Tujuan
Tujuan dari kajian ini secara umum untuk mengidentifikasi dan
menganalisis strategi pemasaran, khususnya dalam strategi pemasaran
produk pakaian jadi. Sedangkan tujuan kajian secara khusus adalah untuk :
a. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pemasaran produk pakaian jadi pada perusahaan tersebut.
b. Merumuskan alternatif strategi pemasaran produk pakaian jadi pada
perusahaan tersebut.
2. Implementasi di Lapangan
Produsen pakaian jadi, melihat ada peluang emas dalam membuat
produk pakaian jadi, karena permintaan akan produk pakaian jadi semakin
lama semakin meningkat, baik dalam permintaan sehari-hari maupun pada
waktu acara khusus lainnya.
Pemilihan lokasi pemasaran didasarkan atas pertimbangan bahwa
konsumen yang dituju mempunyai daya beli tinggi, sementara promosi
yang dilakukan melalui pemasaran langsung melalui majalah, pembuatan
brosur dan lain-lain.
B. Metode Analisis
1. Metode
Kajian dalam penelitian ini dilakukan terhadap usaha rumah tangga
pembuatan dan pemasaran produk pakaian jadi seperti kebaya, baju
pengantin dan lain-lain. Penentuan lokasi dilakukan secara purposif di
daerah Pejompongan Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Bendungan
Hilir, Jakarta Pusat, yaitu kasus 1 usaha produk pakaian jadi dari beberapa
pesaing produk usaha yang sejenis lainnya. Aspek kajian yang dianalisis
17
adalah mencakup kondisi internal dan eskternal yang dihadapi oleh
perusahaan tersebut.
a. Pengumpulan Data
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder,
baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif Data primer diperoleh
dari pengamatan langsung di lapangan, hasil pengisian kuesioner
(Lampiran 1) dan wawancara langsung dengan responden penelitian
(pengusaha, manajer pemasaran, pegawai instansi Departemen
Perindustrian dan konsumen).
Wawancara dan kuesioner dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan, serta penentuan bobot dan peringkat untuk masing-masing
faktor tersebut. Untuk data sekunder dikumpulkan melalui studi
pustaka dan data statistika yang relevan dengan kajian penelitian.
Data sekunder digunakan sebagai data tambahan dalam
menunjang analisis kajian ini. Data sekunder diperoleh dari majalah,
surat kabar, literatur yang berkaitan dengan pakaian jadi dan ulasan-
ulasan para pakar pakaian jadi yang dipublikasikan dalam buletin,
jurnal ilmiah melalui sarana internet.
b. Pengolahan dan Analisa Data
Jumlah responden yang dijadikan contoh dalam penelitian ini
adalah 92 orang, sebagaimana data di lapangan menunjukkan bahwa
jumlah populasi adalah sebesar 124, maka sesuai dengan penjelasan
pada Tabel Krecjie dalam Sugiyono (2006) dimana jumlah populasi
adalah 120 dan 130 dengan sampel yang diambil adalah 92 dan 97.
Metode pengambilan contoh dilakukan adalah dengan cara penarikan
contoh purposif yaitu pengusaha Yasra Studio yang melakukan
produksi pakaian jadi dan pelanggan yang melakukan pemesanan
pakaian jadi (pesta, pengantin dan lainnya) pada perusahaan tersebut.
Pengolahan dan analisa data menggunakan uji khi kuadrat dan
matriks faktor strategik. Rinciannya sebagai berikut :
18
1) Khi-kuadrat (χ²)
Uji Khi-kuadrat digunakan untuk menganalisis frekuensi dua
peubah dengan kategori berganda untuk menentukan apakah kedua
perubah independen. Rinciannya sebagai berikut :
χ ² = ∑ (fo-fe)²/fe , dimana :
χ ² = Khi-kuadrat
fe = frekuensi yang diharapkan
fo = frekuensi yang diamati
Uji Independensi digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antar dua peubah. Uji independensi merupakan uji dua
arah antara dua peubah, yaitu peubah kesatu dalam kolom dan
peubah kedua dalam baris atau yang biasa dikenal dengan Tabel
Kontingensi (Tabel 4). Tabel Kontingensi adalah tabel berisi data
dengan ukuran baris r dan kolom c yang berisi data yang diperoleh
dari contoh. Tabel kontingensi menghubungkan dua peubah yaitu
jenis produk pakaian jadi pada kolom dan usia pembeli
(konsumen) pada baris. Uji Independensi dimaksudkan untuk
melihat apakah ada hubungan antar dua peubah, yaitu jenis produk
pakaian jadi dan usia pembeli (konsumen). Pada kolom A, A2 dan
A3 dimana terdapat 3 kategori (c = 3). Pada baris adalah kelompok
umur pembeli (konsumen) terdapat 3 kategori (r = 3) yaitu
kelompok umur A, B dan C tahun. Nilai-nilai yang terdapat pada
perpotongan kolom dan baris, adalah isi tabel kontingensi dan
merupakan frekuensi yang teramati.
Tabel 4. Kontingensi
Kelompok A B C (dan lain-lain) Total D E F
Jumlah
19
Langkah-langkah yang diperlukan adalah :
1. Menyusun hipotesa. Hipotesa Ho menyatakan tidak ada
hubungan antara dua peubah, sedangkan H1 menyatakan ada
hubungan antar dua peubah.
2. Mengetahui nilai χ² tabel dengan taraf nyata α dan derajat
bebas db = (r-1) x (c -1), dimana r adalah baris dan c adalah
kolom.
3. Menentukan frekuensi harapan (fe) dimana fe untuk setiap sel
dirumus-kan :
Fe = Jumlah menurut baris x Jumlah menurut kolom/ Jumlah
total.
4. Mencari nilai χ² dengan rumus : (χ²) = ∑ (fo-fe)²/fe
5. Menentukan apakah menerima Ho dan menolak Ho.
2) Matrik EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal
Factor Evaluation)
Matrik EFE (Tabel 5) digunakan untuk menganalisa faktor-faktor
eksternal, mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman
bagi perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan.
Tabel 5 . Matriks EFE
Faktor Strategis
Eksternal
Bobot Rating Skor
Peluang :
1. .........................
10. ........................
Ancaman :
1. .........................
10. ........................
20
Matriks IFE (Tabel 6) digunakan untuk menganalisa faktor-faktor
internal, mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan
bagi perusahaan dan selanjutnya dilakukan pembobotan.
Tabel 6. Matriks IFE
Faktor Strategis
Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan :
1. .........................
10. ........................
Kelemahan :
1. .........................
10. ........................
Tahap-tahap untuk mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal dan
internal dalam matriks EFE dan IFE sebagai berikut :
a) Susunlah dalam kolom 1, tentukan faktor-faktor strategis
eksternal yang menjadi peluang dan ancaman serta faktor-
faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-
faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak
terhadap faktor strategis.
c) Penentuan bobot setiap peubah dilakukan dengan cara
mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal
kepada pihak manajemen perusahaan. Penilaian dilakukan
dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara
satu elemen dengan elemen lainnya. Metode tersebut
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap
faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot
setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
21
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal.
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator
vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator
vertikal
Indikator horisontal dan indikator vertikal adalah variabel-variabel
kekuatan dan kelemahan pada faktor strategis internal serta
variabel peluang dan ancaman pada faktor eksternal. Metode ini
membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif
berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha
pemasaran produk pakaian jadi.
Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil
penilaian tadi untuk menentukan elemen mana yang memiliki
prioritas tertinggi dan terendah. Perbandingan berpasangan
merupakan kuantifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga
tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua
parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembadingan
atau perbandingan yang diskalakan secara berpasangan. Bentuk
penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan dengan metode matriks banding berpasangan
Faktor Strategik
Internal
F1 F2 F3 ........... Bobot
F1
F2
F3
...........................
Total
22
Tabel 8. Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan dengan metode matriks banding berpasangan
Faktor Strategik
Eksternal
F1 F2 F3 ........... Bobot
F1
F2
F3
...........................
Total
Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai setiap
peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan
menggunakan rumus (Kinnear and Taylor, 1991) berikut :
Xi
ai =
n ∑ i i = 1
ai = bobot peubah ke –i Xi = nilai peubah ke –i
i = 1,2,3, ..............n
n = jumlah peubah
Pada kolom tiga matrik EFE dan IFE diberikan rating. Penentuan
peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan
dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi
perusahaan. Pada EFE untuk menunjukkan seberapa efektif
strategis perusahaan ini menjawab masing-masing peubah tersebut
23
digunakan sesuai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3 dan
4.
Pemberian nilai rating pada matrik EFE untuk faktor peluang dan
ancaman, yaitu :
1 = jawaban buruk 3 = jawaban di atas rataan
2 = jawaban rataan 4 = jawaban terbaik (superior)
Penentuan rating pada matriks IFE untuk faktor kelemahan dan
kekuatan, yaitu :
1 = kelemahan utama 3 = kekuatan kecil
2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan utama
Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada
tiap faktor sehingga menghasilkan skor. Total skor pembobotan
diperoleh dari semua hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara
vertikal. Hasil pembobotan dn peringkat (rating) berdasarkan
analisa situasi perusahaan dalam matriks.
5. Pada kolom 4, kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada
kolom 3, untuk memperoleh nilai bobot skor masing-masing
variabel. Selanjutnya total skor pembobotan diperoleh dari semua
hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara vertikal.
6. Jumlahkan nilai yang dibobot, untuk setiap peubah untuk
menetukan total nilai yang dibobot untuk perusahaan.
3) Matriks Internal Eksternal
Setelah matrik IFE dan EFE dibuat, langkah selanjutnya
adalah menyusun Matriks Internal Eksternal (IE) yang merupakan
pemetaan dari skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari
audit eksternal dan internal perusahaan.
Nilai total IFE ditunjukkan pada sumbu horizontal dari
matriks IE, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan skor total
EFE. Nilai pada sumbu horizontal berkisar 1,00 - 1,99
menunjukkan posisi internal perusahaan yang lemah, skor 2,00 -
24
2,99 menunjukkan kondisi rataan perusahaan sedangkan nilai 3,00
- 4,00 menunjukkan posisi internal perusahaan yang kuat.
Nilai pada sumbu vertikal berkisar 1,00 - 1,99 menunjukkan
posisi eksternal perusahaan yang rendah, nilai 2,00 - 2,99
menunjukkan pengaruh eksternal yang sedang sedangkan nilai
3,00 - 4,00 menunjukkan pengaruh eksternal yang tinggi. Contoh
mengenai Matriks IE disajikan pada Gambar 8.
Nilai Tertimbang Faktor Internal
Nila
i Ter
timba
ng F
akto
r E
kste
rnal
Kuat Rataan Lemah
I II III
Tinggi
Pertumbuhan Pertumbuhan Penurunan
(merubah
haluan)
Sedang
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
dan Stabilitas
VI
Divestasi
VII VIII IX
Rendah Pertumbuhan Diversifikasi Likuidasi
Gambar 8. Matriks IE (Rangkuti, 2003)
Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan
internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan
penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis
ditingkat korporat yang lebih rinci. Diagram tersebut dapat
mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada
prinsipnya ke sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga
strategi utama, yaitu :
a. Strategi Growth yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu
sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
25
Hal ini disain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, aset, laba atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini
dapat dicapai dengan cara menurunkan harga, mengembangkan
produk baru, menambah mutu produk atau meningkatkan akses
ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan cara meminimalkan biaya untuk meningkatkan laba.
Growth strategy dilakukan dengan intergrasi vertikal (hulu dan
hilir); intergrasi horisontal; diversifikasi (concentric dan
conglomerate diversification); merger dan joint venture.
b. Strategi Stability adalah strategi yang diterapkan tanpa
mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Menurut Crown
yang dikutip oleh Dirgantoro (2004) menyebutkan bahwa
strategi ini biasanya diterapkan oleh perusahaan yang berada
pada industri dengan tingkat pertumbuhan yang rendah/ sudah
tidak tumbuh (jenuh).
c. Retrechment Strategi (sel 3, 6 dan 9) adalah usaha memperkecil
atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan. Menurut
Crown yang dikutip oleh Dirgantoro (2004) membagi strategi
ini menjadi : (1) turnaround strategy (menghilangkan terhadap
produk yang tidak menguntungkan, mengurangi jumlah tenaga
kerja, dan lain-lain); (2) divestment strategy (pemisahan bagian
perusahaan); (3) liquidation strategy (aset yang dijual).
4) Metode SWOT
SWOT adalah singkatan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) di dalam suatu
lingkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi
faktor-faktor tersebut dan strategi yang menggambarkan kecocokan
paling baik diantaranya.
26
Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi
yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara
akurat, asumsi sederhana ini mempunyai kekuatan yang sangat
besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil. Penjabaran dari
komponen analisis SWOT sebagai berikut :
a. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan organisasi suatu perusahaan. Kecenderungan-
kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.
Identifikasi sumber terbaik, perubahan pada situasi regulasi,
perubahan teknologi dapat memberikan peluang bagi
organisasi. Ancaman adalah situasi penting yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan.
Ancaman merupakan pengganggu utama bagi keadaan
sekarang dan keadaan yang diinginkan di masa mendatang.
b. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan-
keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar
yang dilayani atau ingin dilayani oleh organisasi perusahaan.
Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence)
yang memberikan keunggulan komparatif (comparative
advantage) bagi suatu organisasi. Kekuatan dapat terkandung
pada sumber daya keuangan, citra dan faktor-faktor lainnya.
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius
menghambat kinerja efektif suatu organisasi. Fasilitas sumber
daya keuangan dan kapabilitas manajemen semuanya dapat
menjadi sumber kelemahan.
Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
membantu analisis strategis. Cara yang paling baik adalah
memanfaatkannya sebagai kerangka acuan logis yang menjadi
pedoman perubahan sistematik tentang situasi organisasi dan
alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan. Sebagai
27
hasilnya, analisis ini memberikan kerangka yang dinamik dan ber-
manfaat untuk analisis strategik. Secara keseluruhan analisis
SWOT menunjukkan peran penting dari identifikasi kekuatan dan
kelemahan internal dalam pencarian strategi efektif oleh para
manajer (pemegang keputusan). Pencocokan yang akurat dan
cermat antar kekuatan dan kelemahan merupakan inti dari
formulasi strategik yang tepat. Secara sederhana diagram analisis
SWOT disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks SWOT
INTERNAL
EKSTERNAL
Strengths (S)
Tentukan beberapa faktor
kekuatan internal
Weakness (W)
Tentukan beberapa faktor
kelemahan internal
Opportunities (O)
Tentukan beberapa faktor
peluang eksternal.
Strategi S-O
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang.
Strategi W-O
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemah-
an untuk memanfaatkan
peluang.
Threats (T)
Tentukan ancaman eksternal
Strategi S-T
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemah-
an dan menghindari
ancaman
Sumber : Rangkuti, 2003.
Sel 1 (strategi pertumbuhan) menunjukkan situasi yang paling
disukai suatu organisasi. Organisasi menghadapi beberapa peluang
lingkungan dan banyak kekuatan yang mendorong dimanfaatkannya
peluang tersebut. Situasi ini menyarankan strategi yang berorientasi pada
pertumbuhan (growth oriented strategy) untuk memanfaatkan situasi yang
menguntungkan ini.
Sel 2 (strategi diversifikasi) adalah kondisi organisasi dengan
kekuatan–kekuatan tertentu menghadapi lingkungan yang tidak
28
menguntungkan. Dalam situasi ini strateginya adalah akan memanfaatkan
kekuatan untuk memaksimalkan peluang-peluang.
Sel 3 (berbenah diri) adalah kondisi dimana organisasi menghadapi
peluang yang impresif tetapi dikendala oleh kelemahan-kelemahan
internal, sehingga fokus strateginya adalah meniadakan atau memperbaiki
kendala internal untuk mengefektifkan peluang yang ada.
Sel 4 (strategi defensif) adalah kondisi yang paling tidak disukai oleh
suatu organisasi. Organisasi menghadapi ancaman lingkungan yang besar
dan kelemahan internal yang kritis sehingga fokus strateginya adalah
dengan memperbaiki kelemahan analisis SWOT untuk menghadapi
ancaman lingkungan. Analisis SWOT menghasilkan 4 jenis alternatif
strategi, yaitu S-O, W-O, S-T dan W-T. Untuk mementukan prioritas
alternatif strategi yang dipilih oleh perusahaan disesuaikan dengan posisi
perusahaan berdasarkan Matriks IE.
Pengolahan dan analisa data tersebut, dilakukan melalui tahapan
berikut :
a. Tahap pengumpulan berkas data dari responden
b. Tahap pengecekan dari hasil pengamatan, yaitu meneliti kelengkapan
dalam pengisian data dan mengevaluasi kesesuaian pengisian data
dibandingkan dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
c. Membuat format tabel untuk pengolahan data selanjutnya.
d. Melakukan pengelompokkan data.
e. Melakukan perhitungan besaran setiap pengubah, lalu dituangkan ke
dalam tabel yang telah disediakan.
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode
1. Kelebihan dan kekurangan metode Khi-kuadrat (Suharyadi dan Purwanto,
2004) yang digunakan dalam kajian ini adalah :
a. Tidak memerlukan pembuatan asumsi tentang bentuk distribusi atau
bebas distribusi dan tidak memerlukan asumsi terhadap populasi yang
akan diuji.
29
b. Dapat menggunakan ukuran contoh yang sangat kecil sehingga
distribusi contohl atau populasi tidak mendekati normal
c. Dapat digunakan pada hasil pengukuran menggunakan data ordinal,
berperingkat atau nominal
2. Kelebihan dan kekurangan dari uji χ2 dan metode SWOT yang digunakan
dalam kajian ini adalah :
a. Metode yang digunakan adalah sederhana, mudah dilakukan dan cepat
dalam pelaksanaannya.
b. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif,
karena keakuratan dan keabsahan data yang dapat dikuantifikasi diolah
dari hasil kuesioner dan wawancara dapat diyakini kebenarannya,
dengan asumsi bahwa kuesioner disebarkan dan wawancara dilakukan
langsung terhadap pengusaha produk pakaian jadi ini.
c. Pengamatan langsung di lapangan dengan pengisian kuesioner dan
wawancara dapat dibuktikan kebenarannya.
d. Kekurangan dari metode analisis yang digunakan adalah tidak dapat
digeneralisasikan sebagai strategi pemasaran yang digunakan oleh
suatu produk pakaian jadi, karena merupakan studi kasus, tetapi
setidaknya dapat menjadi referensi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi usaha produk pakaian jadi
Perkembangan usaha rumah tangga sejenis dalam pembuatan
produk pakaian jadi, di di daerah Pejompongan Kecamatan Tanah Abang,
Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, saat ini berjumlah ± 4 (empat)
perusahaan di daerah Pejompongan Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, yaitu (1) Rini Suwardy, (2) Hj. Said, (3)
Mumtaaz dan (4) Yasra Studio (Tabel 10).
Tabel 10. Nama perusahaan produk pakaian jadi di Pejompongan
No Nama Perusahaan
Alamat Jenis Produk
1 Rini Suwardy Jl. Bendungan Hilir V No 14, Jakarta Pusat
Pakaian jadi
2 Hj. Said Komplek LAN, Pejompongan, Jakarta Pusat
Pakaian jadi
3 Mumtaaz Jl. Penjernihan I No 29, Pejompongan, Jakarta Pusat
Pakaian jadi
4 Yasra Studio Jl. Danau Matana Blok D II No 7, Jakarta Pusat
Pakaian jadi
Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa usaha Yasra
Studio, saat ini telah mengembangkan konsep bauran pemasaran tradisional
terdiri dari 4P menjadi tujuh 7P, dengan melakukan beberapa tahapan-
tahapan seperti : (1). tahapan people, yaitu prilaku orang-orang yang terlibat
langsung dalam mempengaruhi produk yang ditawarkan kepada para
pelanggannya, seperti sikap dan tindakan karyawan dalam membina
hubungan baik dengan para pelanggannya, (2). tahapan sarana fisik
(physical evidence), yaitu tahapan yang turut mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk yang ditawarkan
melalui diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik
mungkin untuk menarik pelanggan, (3) tahapan proses pelaksanaan aktifitas
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, pentahapan promosi
(personal selling (tatap muka), mass selling (iklan dan publisitas), word of
mouth), adalah dengan menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk
31
pelanggan melalui cara mengingatkan pembeli bahwa produk yang
bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat.
B. Uji Khi-Kuadrat
Dalam kajian ini digunakan uji khi kuadrat dengan derajat bebas (db) =
(r-1) x (c-1). Frekuensi yang diharapkan (fe) untuk masing-masing kelompok
berbeda adalah didasarkan kategori banyak yang diharapkan. Hipotesa yang
digunakan adalah : Ho biasanya menyatakan tidak ada hubungan antara dua
peubah dan H1 menyatakan ada hubungan antar dua peubah.
1. Karakteristik Produk Pakaian Jadi
Berdasarkan data di lapangan, maka diperoleh tabel kontingensi dan
selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan nilai fe
seperti yang dimuat pada Tabel 11 dan 12.
Tabel 11. Kontingensi produk pakaian jadi
Kelompok Umur
(Tahun)
Pakaian Pesta
Pakaian Pengantin
Pakaian Panitia Wanita
Pengantin
Total (Frekuensi)
21-35 29 8 10 47 36-50 23 2 20 45
Jumlah 52 10 30 92
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa, total frekuensi tertinggi adalah
kelompok 21-35 tahun sedangkan total frekuensi terendah adalah
kelompok umur 36-50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
umur 21-35 tahun merupakan target pasar yang potensial sehingga
memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan kelompok umur lainnya.
Kelompok umur 21-35 tahun lebih banyak memilih pakaian pesta
dibandingkan jenis pakaian lainnya, sehingga perusahaan dapat
memprioritaskan pengembangan pakaian pesta yang diminati kelompok
umur 21-35 tahun.
32
Tabel 12. Perhitungan khi-kuadrat untuk jenis produk pakaian jadi Kelompok
Produk Pakaian
Jadi
Frekuensi Total Frekuensi fe fo (fo-fe) (fo-fe)² (fo-fe)²/fe
52 47 92 26,57 29 2,43 5,93 0,223 10 47 92 5,11 8 2,89 8,36 1,636 30 47 92 15,33 10 -5,33 28,37 1,851 52 45 92 25,43 23 -2,43 5,93 0,233 10 45 92 4,89 2 -2,89 8,36 1,709 30 45 92 14,67 20 5,33 28,37 1,933
(χ2) = 7,59
Dari data pada Tabel 12 dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
khi-kuadrat hitung 7,59 dengan derajat bebas (db) pada 2. Sedangkan
khi-kuadrat berdasarkan tabel perhitungan adalah 4,605 dan 5,991 pada α
0,10% dan 0,05%, khi-kuadrat hitung lebih besar dibandingkan dengan
khi-kuadrat tabel, yaitu 7,59 > 4,605 dan 5,991 pada α 10% dan 5%.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa jenis produk pakaian jadi yang
dipesan oleh konsumen pada Yasra Studio, bergantung pada kelompok
usia yang memesannya (menolak Ho dan menerima H1). Hal ini dapat
diartikan bahwa, jenis pakaian jadi yang diproduksi oleh Yasra Studio
disesuaikan dengan keinginan pemesannya dan setiap kelompok usia
pemesan mempunyai kecenderungan yang berbeda terhadap jenis
pakaian.
2. Karakteristik Kepuasan Konsumen
Data tentang karakteristik kepuasan konsumen dimuat pada Tabel
13 dan 14.
Produk Pakaian Jadi Sangat Puas
Puas Kurang Puas
Total (Frekuensi)
33
T
a
b
el 13. Kontingensi kepuasan konsumen
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa 88,46% responden menyatakan
puas terhadap pakaian pesta, 60% responden menyatakan puas terhadap
pakaian pengantin, dan 76,67% puas terhadap pakaian panitia wanita
pengantin. Hal ini menunjukkan bahwa, perusahaan harus mempertahankan
mutu produk pakaian jadi yang dihasilkan (pakaian pesta, pengantin dan
pakaian panitia wanita pengantin), sehingga kepuasan konsumen dapat
terus ditingkatkan secara keseluruhan.
Tabel 14. Perhitungan khi-kuadrat untuk kepuasan konsumen
Jumlah Tingkat
Kepuasan Frekuensi Total
Frekuensi fe fo (fo-fe) (fo-fe)² (fo-fe)²/fe
10 52 92 5,65 5 -0,65 0,43 0,075251 75 52 92 42,39 46 3,61 13,02 0,307202 7 52 92 3,96 1 -2,96 8,74 2,209269 10 10 92 1,09 3 1,91 3,66 3,366957 75 10 92 8,15 6 -2,15 4,63 0,568174 7 10 92 0.76 1 0,24 0,06 0,075155 10 30 92 3,26 2 -1,26 1,59 0,487536 75 30 92 24,46 23 -1,46 2,12 0,086744 7 30 92 2,28 5 2,72 7,38 3,234990
(χ2) = 10,41
Dari data pada Tabel 14 dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
khi-kuadrat hitung 10,41 dengan db 4. Khi-kuadrat berdasarkan tabel
Pakaian Pesta 5 46 1 52 Pakaian Pengantin 3 6 1 10 Pakaian Panitia Wanita Pengantin 2 23 5 30
Jumlah 10 75 7 92
34
perhitungan adalah 7,779 dan 9,488 pada α 0,10% an 0,05% (khi-kuadrat
hitung lebih besar dibandingkan dengan khi- kuadrat tabel, yaitu 10,41 >
7,779 dan 9,488 pada α 10% dan 5%. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa tingkat kepuasan konsumen terhadap produk pakaian jadi
bergantung pada jenis produk pakaian jadi seperti pakaian pesta, pakaian
pengantin dan pakaian wanita panitia pengantin (menolak Ho dan
menerima H1). Kepuasan konsumen terhadap pakaian jadi seperti pakaian
pesta, pakaian pengantin dan pakaian wanita panitia pengantin umumnya
tergantung dari kenyamanan pakaian tersebut, mode yang up to date, warna
dan motif yang menarik serta harga yang sesuai kemampuan masing-
masing konsumen.
3. Karakteristik Iklan Rubrik Majalah Perkawinan
Data tentang kontingensi iklan rubrik majalah perkawinan dimuat
pada Tabel 15 dan 16
Tabel 15. Kontingensi iklan rubrik majalah PERKAWINAN
Kelompok Umur (tahun)
Fashion Kecantikan Total (orang)
21-35 31 16 47 36-50 20 25 45
Jumlah 51 41 92
Tabel 16. Perhitungan khi kuadrat untuk iklan rubrik Majalah PERKAWINAN
Iklan
Rubrik Frekuensi Total Frekuensi fe fo (fo-fe) (fo-fe)² (fo-fe)²/
fe 51 47 92 26,05 31 4,95 24,46 0,93878741 47 92 20,95 16 -4,95 24,46 1,16775951 45 92 24,95 20 -4,95 24,46 0,98051141 45 92 20,05 25 4,95 24,46 1,219659
(χ2) = 4,31
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa kelompok umur 36-50 tahun
lebih memilih iklan kecantikan (55,55%), sedangkan kelompok umur 21-
35 tahun lebih memilih iklan fashion (65,96%) di rubrik majalah
35
PERKAWINAN. Hal ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan
bagaimana membuat iklan fashion di rubrik majalah PERKAWINAN yang
bisa menarik konsumen dari kelompok umur 21-35 tahun.
Dari data pada Tabel 16 dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
khi kuadrat hitung 4,31 dengan db 1. Khi-kuadrat berdasarkan tabel
perhitungan adalah 2,706 dan 3,841 pada α 0,10% dan 0,05% (khi kuadrat
hitung lebih besar dibandingkan dengan khi kuadrat tabel, yaitu 4,31 >
2,706 dan 3,841 pada α 10% dan 5%. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa iklan rubrik majalah PERKAWINAN bergantung pada kelompok
umur 21-35 tahun dan 36-50 tahun (menolak Ho dan menerima H1). Hal ini
disebabkan karena kelompok wanita umur 21-50 tahun lebih perhatian
dalam mempersiapkan keperluan perkawinan dibandingkan kaum pria.
Selain itu, sebagian besar kaum pria lebih mempercayakan persiapan acara
perkawinan pada kaum wanita.
B. Analisis Faktor Internal
Faktor internal dikelompokkan menjadi faktor yang memberikan
kekuatan (strengths) dan faktor yang memberikan faktor kelemahan
(weaknesses). Tripomo (2005) menyebutkan kekuatan sebagai situasi
internal organisasi berupa sumber daya yang dimiliki organisasi yang dapat
digunakan sebagai alternatif untuk menangani peluang dan ancaman.
Sedangkan kelemahan adalah situasi internal organisasi, dimana sumber
daya organisasi sulit digunakan untuk menangani kesempatan dan
ancaman. Pada Tabel 17 disajikan berupa hasil analisis Faktor Internal
dengan menggunakan metode IFE pada usaha Yasra Studio.
Hasil analisis faktor internal (kekuatan) yang disajikan pada Tabel
17, terdapat 7 (tujuh) kekuatan dengan nilai diatas 10% yang dimiliki
Yasra Studio, yaitu :
1. Mutu karyawan dalam menyelesaikan produk (0,331)
2. Desain produk yang baik (0,299)
3. Promosi yang baik (0,288)
4. Letak perusahaan strategic (0,282)
36
5. Fasilitas ruangan yang dimiliki cukup baik (0,275)
6. Jumlah tenaga kerja yang banyak (0,245)
7. Produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen (0,208)
8. Produk bermutu (0,160)
9. Adanya komunikasi 2 arah antara pemilik perusahaan dengan
karyawan (0,129)
10. Lingkungan kerja kekeluargaan (0,123)
Tabel 17. Hasil IFE
Faktor Strategik Internal Bobot (a)
Rating (b)
Nilai (a x b)
Kekuatan Letak perusahaan strategik 0,094 3,000 0,282 Lingkungan kerja kekeluargaan 0,041 3,333 0,123 Produk bermutu 0,044 3,667 0,160 Adanya komunikasi dua arah antara pemilik perusahaan dengan karyawan
0,043 3,000 0,129
Kegigihan dan keuletan dari pemilik perusahaan dalam mengelola usahanya
0,085 3,000 0,254
Promosi yang baik 0,079 3,000 0,288 Jumlah tenaga kerja yang banyak 0,082 3,000 0,245 Produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen
0,069 3,000 0,208
Fasilitas ruangan yang dimiliki cukup baik 0,083 3,333 0,275 Mutu karyawan dalam menyelesaikan produk 0,083 4,000 0,331 Desain produk yang baik 0,090 3,333 0,299 Kelemahan Mesin sudah tua 0,097 1,000 0,097 Biaya promosi tinggi 0,102 1,000 0,102 Harga produk pakaian mahal 0,104 1,000 0,104
Total 1,00 2,896
Hasil analisis faktor internal (kelemahan) yang disajikan pada Tabel 17,
terdapat 3 (tiga) kelemahan dengan nilai dibawah 10%, yaitu :
1. Mesin sudah tua (0,104)
37
2. Biaya promosi tinggi (0,102)
3. Harga produk pakaian mahal (0,097)
C. Analisis Faktor Eksternal
Faktor strategik eksternal yang dimiliki oleh perusahaan meliputi
peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Tripomo (2005)
menegaskan bahwa peluang adalah situasi eksternal organisasi yang
berpotensi menguntungkan. Sedangkan ancaman adalah suatu keadaan
eksternal yang berpotensi menimbulkan kesulitan. Hasil jawaban (respon)
perusahaan terhadap identifikasi faktor eksternal peluang disajikan pada
Tabel 18.
Tabel 18. Hasil EFE
Faktor Strategik Eksternal Bobot (a)
Rating (b)
Skor (a x b)
Peluang Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak
0,140 2,000 0,281
Adanya dukungan pemerintah yang tinggi dalam pengembangan industri TPT
0,098 2,667 0,267
Ketersedian bahan baku cukup 0,092 3,000 0,275 Meningkatnya permintaan pasar 0,079 3,000 0,236 Pasar dalam negeri yang besar 0,079 2,667 0,209 Ancaman Impor (ilegal) produk dari luar (Cina) 0,095 1,667 0,157 Kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik
0,105 1,000 0,105
Kondisi ekonomi, hukum, sosial dan politik belum stabil
0,126 1,000 0,126
Pesaing aktif dalam melakukan inovatif dan pemasaran produk
0,081 3,000 0,243
Industri pendukung yang belum berkembang
0,104 2,667 0,279
Total 1,00 2,178
38
Hasil respon kuesioner usaha tersebut terhadap identifikasi faktor
eksternal (peluang) disajikan pada Tabel 18 berikut :
1. Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak (0,281)
2. Ketersedian bahan baku cukup (0,275)
3. Adanya dukungan pemerintah yang tinggi dalam pengembangan
industri TPT (0,267)
4. Meningkatnya permintaan pasar (0,236)
5. Pasar dalam negeri yang besar (0,209)
Hasil respon kuesioner usaha tersebut terhadap identifikasi faktor
eksternal (ancaman) disajikan pada Tabel 18 yaitu :
1. Industri pendukung yang belum berkembang (0,279)
2. Pesaing aktif dalam melakukan inovatif dan pemasaran produk (0,243)
3. Impor (illegal) produk dari luar (Cina dan Vietnam) (0,157)
4. Kondisi ekonomi hukum, sosial dan politik belum stabil (0,126)
5. Kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik
(0,105)
D. Analisis Strategi Pemasaran
Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya
digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, didapatkan matrik EFE dan
IFE, dengan nilai rataan EFE 2,178. Hasil tersebut menunjukan pengaruh
eksternal bagi Yasra Studio. Dalam hal ini, Yasra Studio dinilai sedang dan
matriks IFE 2,896 (Gambar 9) menunjukkan posisi internal Yasra Studio
berada dalam nilai sedang.
Dari hasil matrik IE tersebut, terlihat perusahaan berada pada kotak
kuadran V (lima) yaitu tumbuh dan stabil. Strategi yang disarankan pada
kondisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar, pengembangan produk dan
pengembangan pasar, artinya perusahaan Yasra Studio tetap terus melakukan
strategi pemasaran yang telah dilakukan dan tetap menjaga mutu produk yang
dihasilkan.
39
Berdasarkan analisis matriks IFE dan EFE sebelumnya, maka dapat
disusun analisis SWOT untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis dalam merumuskan strategis perusahaan. Perumusan strategi
perusahaan Yasra Studio dengan matriks SWOT disusun pada Tabel 19.
SKOR Tertimbang Faktor Internal Kuat Rataan Lemah
(3.00-4.00)
(2.00-2.99) (1.00-1.99)
SKO
R T
ertim
bang
Fak
tor E
kste
rnal
4.0 I II III
Tinggi
Growth Growth Retrenchment Turnaround
(berbenah diri) dgn reduksi
biaya/reduksi aset
3.0
IV V Growth dan
VI Retrenchment
Atau
Sedang
Stability
Stability
Divestasi (menjual suatu unit utk mendapatkan
tambahan sumberdaya
2.0
VII VIII IX
Rendah
Growth Diversifikasi Konsentrik
(kesamaan pasar, produk, teknologi)
Growth Diversifikasi
Konglomerat (risiko finansial)
Likuidasi (menutup suatu usaha)
Gambar 9. Hasil Matriks IE
40
Tabel 19. Perumusan strategi usaha Yasra Studio dengan Matriks SWOT
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strengths/Kekuatan (S) 1. Letak perusahaan strategik 2. Lingkungan kerja kekeluargaan 3. Produk cukup bermutu 4. Adanya komunikasi dua arah
antara pemilik dengan karyawan5. Kegigihan dan keuletan dari
pemilik/manajer perusahaan dalam mengelola usahanya
6. Promosi yang baik 7. Produk cukup dikenal dan
disukai oleh konsumen 8. Fasilitas ruangan yang dimiliki
cukup baik 9. Mutu karyawan dalam
menyelesaikan produk cukup baik
10. Desain produk yang baik 11. Jumlah Tenaga kerja banyak
Weaknesses/Kelemahan (W) 1. Harga produk mahal 2. Biaya promosi tinggi. 3. Mesin sudah tua
Opportunities/Peluang (O) 1. Jumlah penduduk Indonesia
semakin banyak 2. Adanya dukungan pemerintah
yang tinggi dalam industri TPT
3. Ketersedian bahan baku cukup 4. Meningkatnya permintaan
pasar 5. Pasar dalam negeri yang besar
Strategi SO a. Mempertahankan mutu produk
(S:3,7,9,10,11; O:2,3,4,5) b. Meningkatkan mutu tenaga
kerja (S:2,4,5,8,9,10; O:1,2) c. Melakukan penetrasi dan
pengembangan pasar (S:1,2,3,6,7,9,10; O:1,2,3,4,5)
d. Mempertahankan pembeli potensial (S:1,3,6,7,8,10; O:1,2,4,5)
Strategi WO a. Mengembangkan atribut
produk baru/modifikasi rupa dan bentuk produk (W:3; O:1,3,4,5)
b. Membeli mesin baru (W: 2; O:1,2,4,5)
c. Menyesuaikan harga jual sesuai segmen konsumen (W: 1; O: 1,4)
Threats /Ancaman (T) 1. Impor (ilegal) produk TPT dari
luar (Cina, Vietnam) 2. Kenaikan biaya produksi
akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik
3. Kondisi ekonomi (makro dan mikro), hukum, sosial dan politik Indonesia belum stabil
4. Pesaing yang aktif dalam melakukan inovasi dan pemasaran produk
Strategi ST a. Meningkatkan program
pemasaran produk (S:1,6,7,9,10; T:1,2,4)
b. Melakukan kerjasama dengan pengusaha produk sejenis lainnya (S:1,3,5,7,9,10; T:1,2,3,4)
Strategi WT a. Mengoptimalkan
pengembangan di bidang pertekstilan dan pakaian (W: 1,3; T:1,2,3,4)
b. Fokus pada produk dengan segmen yang terbesar (W:1,2; T: 2,4)
41
5. Industri pendukung yang belum berkembang
Keterangan : - (Si;Oi) atau (Si;Ti) atau (Wi;Oi) atau (Wi;Ti) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi.
- i = 1, 2, ................. n
Berdasarkan Tabel 19, terdapat 4 (empat) jenis alternatif strategi yang dapat
dilakukan, yaitu :
1. Strategi S - O (Strengths – Opportunities)
Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang adalah :
a. Mempertahankan mutu produk (didasarkan pada faktor kekuatan internal : 3, 7, 9,10,11 dan faktor peluang eksternal : 2, 3,4,5)
Mutu produk sangat menentukan perjalanan perusahaan, terutama
perusahaan yang memproduksi produk jadi. Walaupun produk sudah
dinilai bermutu dan cukup dikenal, serta disukai konsumen, namun
diperlukan kemampuan manajerial untuk mengelola dan
mempertahankan mutu produk yang telah dihasilkan, karena mutu
dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih produk yang
diinginkan.
b. Meningkatkan mutu tenaga kerja (didasarkan pada faktor
kekuatan internal : 2, 4, 5, 8, 9,10 dan faktor peluang eksternal : 1, 2).
Tenaga kerja sebagai sumber daya yang digunakan dalam proses
produksi merupakan aset yang harus dijaga dan mendapat perhatian
serius, karena berhubungan dengan kemampuan teknis, diantaranya
pengalaman dan kecakapan yang dimiliki sangat mempengaruhi tenaga
kerja dalam menghasilkan produk akhir bermutu.
Peningkatan mutu tenaga kerja sebagai aset vital akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja dan mutu kerja, serta hasil yang akan
dicapai, disamping loyalitas dalam bekerja akan meningkat dengan
sendirinya. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu cara yang dapat
42
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja, diantaranya
dilakukan secara berkala.
c. Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar (didasarkan pada faktor kekuatan internal : 1, 2, 3, 6, 7, 9, 10 dan faktor peluang eksternal : 1, 2, 3, 4, 5)
Dalam upaya memanfaatkan potensi pasar yang masih besar dan
akan terus berkembang, maka kegiatan promosi yang baik dan letak
perusahaan yang strategis sangat memungkinkan untuk melakukan
pengembangan pangsa pasar yang telah ada. Selain itu, penetrasi pasar
dapat dilakukan melalui optimasi jumlah produk yang dijual ke target
pasar sasaran yang telah ada, sehingga memungkinkan terpenuhinya
permintaan pasar.
d. Mempertahankan pembeli potensial (didasarkan pada faktor
kekuatan internal : 1, 3, 6, 7, 8, 10 dan faktor peluang eksternal : 1, 2, 4, 5)
Konsumen merupakan segalanya bagi produsen, maka untuk
menjaga agar konsumen loyal terhadap produk yang dihasilkan, selain
mutu dan desain produk yang baik dan tetap dipertahankan, juga
pelayanan yang diberikan akan membuat konsumen merasa puas
dengan produk yang dibelinya. Customer Relationship Management
sangat diperlukan untuk menjaga agar konsumen “tidak lari” dan
terpuaskan dengan apa yang telah diterima.
2. Strategi W - O (Weaknesess – Opportunities)
Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang adalah :
a. Mengembangkan atribut produk baru/modifikasi rupa dan bentuk (didasarkan pada faktor kelemahan internal : 3 dan faktor peluang eksternal : 1, 3, 4, 5)
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk,
terutama dalam usia dewasa, gaya dan pola hidup masyarakat setiap
saat selalu berubah. Dalam berpakaian, terutama mode merupakan
43
suatu peluang besar bagi industri fashion yang sarat dengan perubahan
gaya. Walaupun produk yang dihasikan saat ini sudah cukup dikenal
dan disukai konsumen, penyesuaian model yang sesuai dengan trend
dan tingkat preferensi konsumen harus mendapat perhatian khusus,
untuk mengantisipasi berkurangnya pangsa pasar, dan brand image
akan produk lokal yang dihasilkan harus terus ditanamkan di benak
konsumen dengan memperbaharui model sesuai dengan tuntutan mode.
Kecenderungan memproduksi lebih dari satu jenis model
merupakan salah satu alternatif strategi guna memenuhi kebutuhan
pasar, dengan komposisi dari setiap jenis dan model yang harus
disesuaikan dengan perhitungan menurut biaya yang dikeluarkan dan
tingkat permintaan berdasarkan pengamatan pasar.
b. Membeli mesin baru (didasarkan pada faktor kelemahan internal :
2 dan faktor peluang eksternal : 1, 2, 4, 5)
Untuk lebih meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
penyelesaian produk, pihak IK perlu dipikirkan untuk investasi
peralatan/ mesin baru yang dapat membantu peralatan yang sudah ada
dan tua. Penambahan mesin baru diperkirakan dapat menambah volume
produksi dan membantu pengembangan atribut produk baru.
c. Mengembangkan harga jual sesuai segmen konsumen (W: 1; O: 1, 4)
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak seiring dengan
semakin beragamnya daya beli masyarakat. Harga produk yang mahal
menyebabkan kemampuan membeli konsumen rendah sehingga
diperlukan segmentasi dalam pemasaran produk, sehingga konsumen
terpuaskan dengan mutu produk yang sudah dikenal.
3. Strategi S-T (Strengths – Threats)
Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman adalah :
a. Meningkatkan program pemasaran produk (didasarkan pada faktor kekuatan internal : 1, 6, 7, 9, 10 dan faktor ancaman eksternal : 1, 2, 4)
44
Dengan semakin banyaknya produk impor yang masuk serta
banyaknya pesaing aktif dalam melakukan inovasi dan pemasaran
produknya, perlu dilakukan suatu strategi dengan meningkatkan
program pemasaran produk kepada konsumen. Dengan letak
perusahaan yang cukup strategis, maka dimungkinkan untuk
melakukan kegiatan pemasaran secara maksimal, diantaranya melalui
pemasangan spanduk, poster dan juga pemasangan iklan di media cetak
dan elektronik. Selain itu, dengan adanya dukungan dari pemerintah,
kegiatan seperti pameran dapat dilakukan, agar produk dapat lebih
dikenal masyarakat luas, baik daerah itu sendiri maupun ke luar daerah.
b. Melakukan kerjasama dengan pengusaha produk sejenis lainnya
(didasarkan pada faktor kekuatan internal : 1, 3, 5, 7, 9, 10 dan faktor ancaman eksternal : 1, 2, 3, 4)
Untuk mengimbangi membanjirnya produk-produk impor (ilegal),
terutama dari Cina dan Vietnam dan banyaknya pesaing yang dapat
membahayakan pangsa pasar, dibutuhkan adanya suatu kerjasama,
terutama dengan pengusaha sejenis. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
perebutan pasar antar produsen yang menghasilkan produk sama,
terutama pasar dalam negeri, sehingga segmen pasar yang dituju dapat
lebih terfokus. Terlebih kondisi perekonomian, hukum, sosial dan
politik Indonesia yang belum stabil, maka adanya kemitraan dengan
pengusaha produk sejenis dapat menambah pengalaman dan
memperluas jaringan.
4. Strategi W- T (Weaknesses – Threats)
Alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman adalah :
a. Mengoptimalkan pengembangan di bidang pertekstilan dan pakaian (didasarkan pada faktor kelemahan internal : 1, 3 dan faktor ancaman eksternal : 1, 2, 3, 4)
Saat ini, harga produk yang dihasilkan usaha Yasra Studio
tergolong cukup mahal. Hal itu disebabkan biaya promosi yang tinggi
yang berakibat melemahnya citra merek produk. Untuk itu, diperlukan
45
penanganan dan pengembangan terpadu yang dapat menyiasati kondisi
itu. Dengan mengoptimalkan kinerja bagian desain dan pemasaran,
diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada, agar konsistensi
dan kinerja perusahaan terus berjalan.
b. Fokus pada produk dengan segmen yang terbesar (didasarkan pada faktor kelemahan internal W:1,2; dan faktor ancaman eksternal T: 2,4)
Untuk itu, pihak pengusaha dan manajer pemasaran Yasra Studio,
mengurangi potensi biaya produksi tinggi dan meningkatkan daya
saingnya melalui kualitas desain yang lebih baik ( tren mode) yang ada
pada produk pakaian jadi.
Berdasarkan matriks IE, dapat dikatakan bahwa usaha Yusra Studio
tersebut berada pada kotak kuadran V yang digambarkan sebagai daerah stabil
dan tumbuh, maka rumusan alternatif strateginya adalah melakukan penetrasi
pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar.
1. Strategi Penetrasi Pasar (Meningkatkan penggunaan produk lama di
pasar lama)
Strategi ini mengarahkan sumber daya untuk mencapai pertumbuhan
hanya pada satu produk, di satu pasar dan dengan satu teknologi dominan.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Memberi insentif harga untuk penggunaan yang lebih banyak.
b. Memikat pelanggan dari pesaing, dengan cara menurunkan harga dan
meningkatkan usaha promosi.
2. Pengembangan produk (Mengembangkan produk baru untuk pasar
lama)
Dalam hal ini perlu dilakukan modifikasi cukup besar atas produk
lama atau penciptaan produk baru yang masih berkaitan yang dapat
dipasarkan kepada pelanggan lama melalui saluran yang sudah ada.
46
Strategi ini sering digunakan untuk memperpanjang daur hidup produk
yang sudah ada ataupun untuk memanfaatkan reputasi atau merek favorit.
Strategi pengembangan produk didasarkan pada penetrasi pasar
lama dengan melakukan modifikasi produk atau mengembangkan produk
baru yang kaitannya jelas dengan lini produk yang sudah ada. Dalam hal
ini, mutu produk pakaian jadi secara bertahap dapat ditingkatkan melalui
proses penggunaan bahan baku (benang, kain, mote dan lain lain), proses
produksi pakaian jadi (pemotongan, penjahitan, pembutan lubang kancing,
penyetrikaan dan pengepakan), penggunaan mesin yang bermutu tinggi dan
pemakaian mutu tenaga kerja (SDM) yang lebih baik.
3. Pengembangan pasar (Menjual produk lama di pasar baru)
Pengembangan pasar yang dimaksud adalah dengan penguasaaan
pasar dalam negeri dan meningkatkan informasi pasar. Selain itu dapat
dilakukan dengan memodifikasi produk kepada pelanggan di wilayah-
wilayah pasar yang terkait dengan menambah saluran distribusi atau
dengan mengubah isi iklan/promosi. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan, antara lain :
a. Membuka pasar pada daerah geografis baru
b. Memikat segmen pasar lain dengan mengembangkan versi produk
untuk memikat segmen lain, dengan cara menggunakan saluran
distribusi lain.
Dari hasil analisis terpadu dengan uji (χ2) dan analisis SWOT maka di
dapatkan rekapitulasi hasil sebagai berikut :
1. Pada hasil khi-kuadrat diketahui bahwa produk pakaian jadi, terutama
pakaian pesta banyak dikonsumsi kelompok umur 21-35 tahun,
sehingga diharapkan dapat memprioritaskan pengembangan pakaian
pesta yang diminati kelompok umur tersebut. Sebanyak 88,46%
responden menyatakan puas terhadap pakaian pesta, 60% responden
menyatakan puas terhadap pakaian pengantin dan 76,67% puas
terhadap pakaian wanita panitia pengantin dan untuk itu mutunya perlu
dipertahankan.
47
2. Dari hasil analisis SWOT didapatkan 3 alternatif strategi utama yang
dapat dipilih, yaitu strategi penetrasi pasar (meningkatkan penggunaan
produk lama di pasar lama), pengembangan produk (mengembangkan
produk baru untuk pasar lama) dan pengembangan pasar (menjual
produk lama di pasar baru).
Dari kedua butir hasil analisis terpadu, Yasra Studio harus menentukan
arah/kebijakan dalam pengembangan perusahaan, yaitu dalam jangka pendek
menerapkan strategi penetrasi pasar, dengan cara meningkatkan pemasaran
pakaian pesta untuk wanita kelompok umur 21-35 tahun; jangka panjang, dengan
melakukan pengembangan produk baru untuk target pasar lama, yang didukung
oleh SDM handal, agar konsumen tertarik dengan produk selain pakaian pesta.
Strategi terakhir adalah mencari pangsa pasar baru yang terkait erat dengan
pembuatan iklan yang menarik, sehingga tidak hanya kelompok umur 21-35 tahun
saja yang tertarik dengan iklan fashion di majalah PERKAWINAN (2005).
48
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) pada Yasra Studio terdiri atas :
1) Faktor kekuatan yang dimiliki adalah letak perusahaan yang strategik,
lingkungan kerja yang kekeluargaan, produk cukup bermutu, adanya
komunikasi dua arah antara pemilik dengan karyawan, kegigihan dan
keuletan dari pemilik perusahaan dalam mengelola usahanya, promosi
yang baik, produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen, fasilitas
ruangan yang dimiliki cukup baik, mutu karyawan dalam
menyelesaikan produk cukup baik, jumlah tenaga kerja banyak.
2) Faktor kelemahan adalah harga produk mahal, biaya promosi tinggi dan
mesin sudah tua.
3) Faktor peluang adalah jumlah penduduk Indonesia semakin banyak,
adanya dukungan pemerintah yang tinggi dalam industri TPT,
ketersedian bahan baku yang cukup, meningkatnya permintaan pasar
dan pasar dalam negeri yang besar.
4) Faktor ancaman adalah impor (ilegal) produk luar (Cina dan Vitenam);
kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik;
kondisi ekonomi (makro dan mikro), hukum, sosial dan politik
Indonesia belum stabil; pesaing aktif dalam melakukan inovatif dan
pemasaran produk; industri pendukung yang belum berkembang
b. Analisa SWOT menghasilkan 4 (empat) jenis alternatif strategi S-O, W-O,
S-T, dan W-T yang dapat dilaksanakan oleh pengusaha tersebut. Dalam hal
ini kuadran V (lima) dari matriks IE menunjukkan daerah stabil dan
tumbuh, maka rumusan alternatif strateginya adalah melakukan penetrasi
pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar.
c. Perusahaan Yasra Studio dapat menyusun dan menggunakan controllable
marketing variables dalam mengantisipasi perubahan dari uncontrolltable
marketing variables, dengan cara mengkombinasikan unsur-unsur (4P =
49
product, place, promotion, price) menjadi (7P = 4P + people, physical
evidence, process) dalam proporsi yang tepat, sehingga bauran
pemasarannya sesuai dengan lingkungan strategi internal perusahaaan
Yasra Studio.
2. Saran
a. Meningkatkan mutu SDM atau karyawan di perusahaanya melalui
pendidikan dan pelatihan dalam bidang desain, pembuatan pola, dan
fashion sehingga produk pakaian jadi Yasra Studio mampu mengikuti
selera pasar dan lebih dikenal oleh calon konsumen. Hal terakhir dapat
dilakukan melalui majalah khusus yang berisikan informasi tentang produk
pakaian jadi dan desain yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
b. Menyarankan Pemerintah agar mendorong bank-bank lokal agar dapat
diberikan kemudahan peminjaman kredit kepada (seluruh) perusahaan
tekstil (pakaian jadi) Yasra Studio untuk keperluan/modal usaha dan
memberikan dukungannya kepada para pengusaha pakaian jadi melalui
bantuan (subsidi bunga) peremajaan permesinan TPT untuk meningkatkan
daya saingnya melalui penggantian mesin yang sudah tua untuk lebih
meningkatkan mutu desain dan produk.
DAFTAR PUSTAKA
API. 2005. Apakah Industri TPT Indonesia Memasuki Sunset Industry ? Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jakarta.
BPS. 2005. Perkembangan Perusahaan dan Pekerja Industri TPT, Jakarta.
BPS DKI 2005. Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Pakaian Jadi di Propinsi DKI, Jakarta.
Cooklyn, G. 2004. Garment Technology for Fashion Designer. Backwell Publishing, USA.
Dirgantoro. C. 2004. Manajemen Stratejik. PT.Grasindo. Jakarta.
Hartanto, NS dan Watanabe S. 1993. Teknologi Tekstil. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Hubeis, M. 2005. Manajemen Kreatifitas dan Inovasi Dalam Bisnis. PT. Hecca Mitra Utama, Jakarta.
Hurriyati, R. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta, Jakarta.
Irawan, H. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Gramedia, Jakarta.
Kinnear and Taylor, 1991. Marketing Research and Applied Approach, Mc Graw Hill, New York.
Koeswara, S. 1995. Pemasaran Industri (Industrial Marketing), Djambatan, Jakarta.
Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. PT.Indeks (Kelompok Gramedia), Jakarta.
Media Industri dan Perdagangan. 2005. Perkembangan Klaster Industri TPT. N0. 19 (XI). Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta
Nitimihardja, A. 2005. Kebijakan Industri Nasional, Departemen Perindustrian, Jakarta.
Perkawinan. 2005. Romantic Rhapsody. Edisi 10/VII/Oktober 2006. Jakarta.
Prasetijo, R. dan J. Ihalaw. 2004. Perilaku Konsumen. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono. 2004. Statistika Non Parametris Untuk Penelitian. Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2004. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Salemba Empat, Jakarta.
Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Tripomo, T. 2005. Manajemen Strategi. Penerbit Rekayasa Sains, Jakarta.
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Bagian Pengisian Matriks Berpasangan Petunjuk pengisian
a. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suatu elemen yang
ada di kolom sebelah kiri dengan elemen yang ada disebelah atas
b. Jawaban dari pertanyaa tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat
keentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan.
c. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberika mempunyai nilai antara
1 sampai dengan 3 atau kebalikannya
Identitas kepentingan Definisi Nilai
1 Jika indikator horisontal kurang penting variabel indikator
vertikal
2 Jika indikator horisontal sama penting variabel indikator
vertikal
3 Jika indikator horisontal lebih penting variabel indikator
vertikal
54
Lanjutan lampiran 1
1) Dalam Penentuan Prioritas Faktor Eksternal Ada Atribut Yang Harus
Diperbandingkan
Responden : Ir . Yasra
FAKTOR A B C D E F G H I J TOTAL BOBOTA - 3 3 2 2 3 3 2 3 2 23 0.12994 B 1 - 3 2 3 3 2 1 1 3 19 0.10734 C 1 1 - 1 2 1 1 1 2 1 11 0.06215 D 2 2 3 - 3 2 2 2 3 1 20 0.11299 E 2 1 2 1 - 1 1 1 2 1 12 0.06780 F 1 1 3 2 3 - 1 1 2 2 16 0.09040 G 1 2 3 2 3 2 - 2 3 3 19 0.10734 H 2 3 3 2 3 3 2 - 3 2 23 0.12994 I 1 3 2 1 2 2 1 1 - 3 16 0.09040 J 2 1 3 3 3 2 1 2 1 - 18 0.10169 TOTAL 177 1.000
Responden : Manajer Pemasaran
FAKTOR A B C D E F G H I J TOTAL BOBOTA - 3 3 3 3 3 3 2 3 2 25 0.13966 B 1 - 2 1 2 1 1 1 2 1 12 0.06704 C 1 2 - 1 2 1 1 1 2 2 13 0.07263 D 1 3 3 - 3 1 1 1 3 2 18 0.10056 E 1 2 2 1 - 1 1 1 3 3 15 0.08380 F 1 2 2 3 3 - 1 1 2 2 17 0.09497 G 1 3 3 3 3 3 - 1 3 2 22 0.12291 H 2 3 3 3 3 3 2 - 3 3 25 0.13966 I 1 2 2 1 1 2 1 1 - 1 12 0.06704 J 2 3 2 2 3 2 2 1 3 - 20 0.11173 TOTAL 179 1.000
55
Lanjutan lampiran 1
Responden : Kantor Dinas Depperindag
FAKTOR A B C D E F G H I J TOTAL BOBOTA - 3 3 3 3 1 1 2 3 2 21 0.15108 B 1 - 3 1 3 1 2 1 1 1 14 0.10072 C 2 1 - 3 3 1 1 1 1 1 14 0.10072 D 1 2 1 - 2 1 1 1 1 1 11 0.07914 E 1 2 2 2 - 1 1 1 1 1 12 0.08633 F 2 2 2 2 2 - 1 1 1 1 14 0.10072 G 1 1 2 2 1 2 - 1 1 1 12 0.08633 H 2 2 2 2 2 1 2 - 1 1 15 0.10791 I 2 2 1 2 1 2 1 1 - 12 0.08633 J 1 2 1 2 2 2 2 1 1 - 14 0.10072 TOTAL 139 1.000
56
Lanjutan lampiran 1
Keterangan :
Peluang
A Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak B Adanya dukungan pemerintah yang tinggi dalam pengembangan industri TPT C Ketersedian bahan baku cukup D Meningkatnya permintaan pasar E Pasar dalam negeri yang besar
Ancaman
F Impor (ilegal) produk dari luar (Cina) G Kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik H Kondisi ekonomi (makro dan mikro), hukum, sosial dan politik belum stabil I J
Pesaing aktif dalam melakukan inovasi dan pemasaran produk Industri pendukung yang belum berkembang
Kekuatan
A Letak perusahaan strategik B Lingkungan kerja kekeluargaan C Produk bermutu D Adanya komunikasi dua arah antara pemilik dengan karyawan E Kegigihan dan keuletan dari pemilik perusahaan dalam mengelola usahanya F Promosi yang baik G H I J
Produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen Fasilitas ruangan yang dimiliki cukup baik Mutu karyawan dalam menyelesaikan produk cukup baik Desain produk baik
K Jumlah tenaga kerja yang banyak
Kelemahan
L M
Harga produk pakaian yang mahal Biaya promosi tinggi
N Mesin sudah tua
57
Lanjutan lampiran 1
2) Dalam Penentuan Prioritas Faktor Internal Ada Atribut Yang Harus Diperbandingkan Responden : Pengusaha
FAKTOR A B C D E F G H I J K L M N TOTAL BOBOTA - 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 28 0.0906 B 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 0.0421 C 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 0.0421 D 1 2 3 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 13 0.0421 E 3 2 3 3 - 3 3 3 3 3 1 1 1 1 27 0.0874 F 3 2 3 2 3 - 3 3 2 2 2 1 1 1 25 0.0809 G 3 2 3 3 3 3 - 3 2 2 2 1 1 1 26 0.0841 H 3 2 2 3 3 1 3 - 2 2 3 1 1 1 21 0.0680 I 3 2 2 3 3 3 3 3 - 2 2 1 1 1 26 0.0841 J 3 2 3 3 3 3 2 3 3 - 1 1 1 25 0.0809 K 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 - 1 1 1 26 0.0841 L 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 - 1 1 30 0.0971 M 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 - 1 31 0.1003 N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 - 33 0.1068 TOTAL 309 0.8738
Responden : Manajer Pemasaran
FAKTOR A B C D E F G H I J K L M N TOTAL BOBOT A - 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 30 0.0926 B 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 0.0401 C 1 1 - 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 14 0.0432 D 1 1 3 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 0.0370 E 3 3 3 3 - 3 3 3 3 3 3 2 1 1 30 0.0926 F 3 2 3 1 3 - 3 3 3 1 3 1 1 1 25 0.0772 G 2 3 3 3 3 3 - 3 3 2 3 1 1 1 28 0.0864 H 3 2 2 2 3 1 3 - 3 2 3 1 2 1 21 0.0648 I 3 3 2 2 3 3 3 3 - 2 3 1 1 1 27 0.0833 J 3 3 2 1 3 3 3 3 3 - 3 1 1 1 27 0.0833 K 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - 1 1 1 30 0.0926 L 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 - 1 1 31 0.0957 M 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 - 1 33 0.1019 N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 - 33 0.1019 TOTAL 324 0.8796
58
Lanjutan lampiran 1
Responden : Kantor Dinas Depperindag
FAKTOR A B C D E F G H I J K L M N TOTAL BOBOTA - 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 32 0.0997 B 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 0.0405 C 1 3 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 0.0467 D 1 3 3 - 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 16 0.0498 E 3 3 3 3 - 3 2 2 3 1 1 1 1 1 24 0.0748 F 3 2 3 2 3 - 3 3 2 2 2 1 1 1 25 0.0779 G 3 3 3 3 3 3 - 2 2 1 1 1 1 1 24 0.0748 H 3 3 2 3 3 3 3 - 2 2 2 1 2 1 24 0.0748 I 3 3 2 2 3 3 3 3 - 2 2 1 1 1 26 0.0810 J 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - 1 1 1 27 0.0841 K 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - 1 1 1 30 0.0935 L 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 - 1 1 31 0.0966 M 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 - 1 33 0.1028 N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 - 33 0.1028 TOTAL 321 0.8629
59
Lampiran 2 . Bagian pengisian rating
A. Berikan rating pada kolom ranting dengan skala 1- 4 sebagai jawab (respon)
perusahaan pada masing-masing faktor eksternal yang disebutkan di bawah ini Untuk
faktor peluang dan ancaman yaitu : (1) jawaban jelek; (2) jawaban rata-rata; (3) jawan
di atas rata-rata dan (4) jawaban superior.
Responden : Ir . Yasra
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang A Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak 2 B Adanya dukungan pemerintah tinggi dalam industri TPT 3 C Ketersediaan bahan baku cukup 3 D Meningkatnya permintaan pasar 3 E Pasar dalam negeri yang besar 3 Ancaman F Impor (ilegal) produk TPT dari luar (Cina) 2
G Kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik 1
H Kondisi ekonomi, hukum, sosial dan politik Indonesia belum stabil 1
I Pesaing aktif dalam melakukan inovasi dan pemasaran produk 3 J Industri pendukung yang belum berkembang 3
60
Lanjutan lampiran 2
Responden : Manajer Pemasaran
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang A Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak 2 B Adanya dukungan pemerintah tinggi dalam industri TPT 3 C Ketersediaan bahan baku cukup 3 D Meningkatnya permintaan pasar 3 E Pasar dalam negeri yang besar 3 Ancaman F Impor (ilegal) produk TPT dari luar (Cina) 2
G Kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik 1
H Kondisi ekonomi, hukum, sosial dan politik Indonesia belum stabil 1
I Pesaing aktif dalam melakukan inovasi dan pemasaran produk 3 J Industri pendukung yang belum berkembang 3
Responden : Kantor Dinas Depperindag
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang A Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak 2 B Adanya dukungan pemerintah tinggi dalam industri TPT 2 C Ketersediaan bahan baku cukup 3 D Meningkatnya permintaan pasar 3 E Pasar dalam negeri yang besar 2 Ancaman F Impor (ilegal) produk TPT dari luar (Cina) 1
G Kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif BBM, pajak dan listrik 1
H Kondisi ekonomi, hukum, sosial dan politik Indonesia belum stabil 1
I Pesaing aktif dalam melakukan inovasi dan pemasaran produk 3 J Industri pendukung yang belum berkembang 3
61
B. Berikan rating pada kolom ranting dengan skala 1-4 , pada masing-masing faktor
internal yag ada dalam perusahaan dengan keadaan saat ini . Untuk faktor kekuatan
dan kelemahan yaitu (1) kelemahan utama ; (2) kelemahan kecil; (3) kekuatan kecil
dan (4) kekuatan utama.
Responden : Ir . Yasra (Pengusaha)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan A Letak perusahaan strategik 3 B Lingkungan kerja kekeluargaan 3 C Produk bermutu 4 D Adanya komunikasi dua arah antara pemilik
dengan karyawan 3 E Kegigihan dan keuletan dari pemilik perusahaan
dalam mengelola usahanya 3 F Promosi yang baik 3 G Produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen
3 H Fasilitas ruangan yang dimiliki cukup baik 3 I Mutu karyawan dalam menyelesaikan produk
cukup baik 4 J Desain produk baik 4 K Jumlah tenaga kerja banyak 3 Kelemahan J Harga produk pakaian yang mahal 1 K Biaya promosi tinggi 1 L Mesin sudah tua 1
62
Lanjutan lampiran 2. Responden : Manajer Pemasaran Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan A Letak perusahaan strategik 3 B Lingkungan kerja kekeluargaan 3 C Produk bermutu 4 D Adanya komunikasi dua arah antara pemilik
dengan karyawan 3 E Kegigihan dan keuletan dari pemilik perusahaan
dalam mengelola usahanya 3 F Promosi yang baik 4 G Produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen
3 H Fasilitas ruangan yang dimiliki cukup baik 3 I Mutu karyawan dalam menyelesaikan produk
cukup baik 4 J Desain produk baik 3 K Jumlah tenaga kerja banyak 3 Kelemahan J Harga produk pakaian yang mahal 1 K Biaya promosi tinggi 1 L Mesin sudah tua 1
63
Lanjutan lampiran 2. Responden : Kantor Dinas Depperindag Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan A Letak perusahaan strategik 3 B Lingkungan kerja kekeluargaan 3 C Produk bermutu 3 D Adanya komunikasi dua arah antara pemilik
dengan karyawan 3 E Kegigihan dan keuletan dari pemilik perusahaan
dalam mengelola usahanya 3 F Promosi yang baik 4 G Produk cukup dikenal dan disukai oleh konsumen
3 H Fasilitas ruangan yang dimiliki cukup baik 4 I Mutu karyawan dalam menyelesaikan produk
cukup baik 4 J Desain produk baik 3 K Jumlah tenaga kerja banyak 3 Kelemahan J Harga produk pakaian yang mahal 1 K Biaya promosi tinggi 1 L Mesin sudah tua 1
Lampiran 3. Daftar pertanyaan Petunjuk pengisian. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang tersedia yang sesuai dengan kondisi saudara Data konsumen 1. Nama
2. Alamat
3. Apakah anda suka /sering menggunakan jasa jahitan pada Yasra Studio ini ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
4. Sudah berapa lama anda menggunakan jasa jahitan pada Yasra Studio ini ?
a. < 1 tahun b. 1-2 tahun c. 2 tahun
5. Bagaimana menurut anda, apakah harga jasa jahitan pada Yasra Studio ini ?
a. Mahal b. Tidak mahal c. Alasan lainnya ....................................................................................
6. Menurut anda, desain apa yang paling anda sukai ?
a. Pakaian pesta b. Pakaian perkawinan c. Dll (pakaian kerja)
7. Mana yang paling penting bagi anda :
a. Menarik b. Cantik c. Sehat bugar
8. Perlukah Yasra Studio lebih meningkatkan usaha promosinya ?
a. Sangat perlu b. Perlu c. Tidak perlu
9. Menurut anda, perlukah harga produk pakaian pada Yasra Studio di
kurangi ? a. Perlu b. Tidak perlu
65
Lanjutan lampiran 3
10. Apakah anda sering membaca iklan majalah perkawinan ?
a. Sering b. Tidak terlalu sering
11. Bagian rubrik, manakah yang anda baca dari majalah perkawinan ?
a. Kecantikan b. Fashion
12. Pernahkah anda merasakan tidak puas atas mutu produk yang dihasilkan Yasra
Studio ? a. Tidak pernah b. Pernah
13. Menurut anda, puaskah terhadap hasil produk pakaian jadi pada Yasra Studio ?
a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas
14. Menurut anda, apakah Yasra Studio perlu membuat majalah yang khusus
memamerkan hasil produknya ? a. Sangat perlu b. Perlu c. Tidak perlu
15. Apa yang membuat anda tertarik membeli dan membaca Perkawinan ?
a. Warna covernya b. Penampilan modelnya c. Judul-judul artikel yang ditampilkan di cover
16. Apa yang ada harapkan muncul lebih banyak, lebih sedikit, atau tetap dari
Perkawinan ? a. Fashion (modis) b. Beauty (kecantikan) c. Dan lain-lain
TERIMA KASIH
Lampiran 6. Nama perusahaan dan proses produksi pakaian jadi
(1) Nama Perusahaan : Yasra Studio
(2) Penulis bersama dengan pemilik perusahaan (Ir.Yasra Hayati)
69
Lanjutan Lampiran 6.
Pembuatan pola dan Pemotongan : (3), (4) (5)
Pembuatan bordir, penjahitan , pelubangan kancing (6) (7) (8)
70
Lanjutan Lampiran 6
Penempelan manik (payet), pengepasan pakaian pada patung, mesin press dan mesin bordir
(9) (10) (11) (12)
Alat penguapan, bahan baku (manik, payet, benang) dan bahan kain (13) (14) (15) (16)
71
Lanjutan Lampiran 6.
Produk pakaian jadi : (17)
Perusahaan produk pakaian jadi di daerah Pejompongan, Jakarta Pusat
(18) (19) (20) (21) Yasra Studio Hj Said Mumtaaz Rini S