step 7 sken4
TRANSCRIPT
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 1/7
BAB VII
BERBAGI INFORMASI
7.1. Tatalaksana epistaksis
Prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu: memperbaiki
keadaan umum disertai tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan, mencari
sumber pendarahan, menghentikan pendarahan, mencari faktor penyebab untuk
mencegah berulangnya pendarahan, dan mencegah komplikasi. Tindakan yang
dapat dilakukan antara lain:
a) Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk
kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok.
b) Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, pendarahan dapat
dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping
hidung ditekan ke arah septum selama 10-15 menit metode Trotter).
c) Tentukan sumber
pendarahan dengan memasang tampon anterior yang telah dibasahi denganadrenalin 1!5000-1!10000 dan pantokain!lidokain "#, serta bantuan alat
penghisap untuk membersihkan bekuan darah.
d) Pada epistaksis anterior, $ika sumber perdarahan dapat dilihat dengan $elas,
dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti "0#-%0#, asam
trikloroasetat 10# atau dengan elektrokauter. &ebelum kaustik diberikan
analgesia topikal terlebih dahulu dan sesudahnya diberikan krim
antibiotik.
Gambar 1. Metode Trotter
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 2/7
e) 'ila dengan kaustik pendarahan anterior masih terus berlangsung,
diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa
sebanyak "-( buah yang diberi pelumas aselin atau salep antibiotika.
Pemakaian pelumas diperlukan agar tampon mudah dimasukkan dan tidak
menimbulkan pendarahan baru saat dimasukkan atau dicabut. *apat $uga
dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita dengan
lebar kurang + cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke
puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal
perdarahan dan dapat dipertahankan selama 1-" hari, setelah 1-" hari,
harus diambil untuk mencegah infeksi hidung. 'ila pendarahan masih
belum berhenti, dipasang tampon baru &oepardi, "00).
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya
perdarahan hebat dan sulit dicari sumber perdarahan dengan rinoskopi
anterior." pistaksis posterior dapat diatasi dengan menggunakan tampon
posterior , bolloon tamponade , ligasi arteri dan embolisasi.
1. Tampon Posterior
Prosedur ini menimbulkan rasa nyeri dan memerlukan anestesi
umum atau setidaknya dengan anestesi lokal yang adekuat. Prinsipnya
tampon dapat menutup koana dan terfiksasi di nasofaring untuk
menghindari mengalirnya darah ke nasofaring. emudian dilakukan
pemasangan tampon anterior.
Tekhnik ini pertama sekali diperkenalkan oleh 'elloc/ , dengan
menggunakan tampon yang diikat dengan tiga pita band ). asukkankateter karet kecil melalui hidung kedalam faring, kemudian u$ungnya
dipegang dengan cunam dan dikeluarkan dari mulut agar dapat diikat pada
kedua u$ung pita yang telah disediakan.
ateter ditarik kembali melalui rongga hidung sehingga tampon
tertarik ke dalam koana melalui nasofaring. 'antuan $ari untuk
memasukkan tampon kedalam nasofaring akan mempermudah tindakan
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 3/7
ini. pabila masih tampak perdarahan keluar dari rongga hidung, maka
dapat pula dimasukkan tampon anterior ke dalam kaum nasi.
edua pita yang keluar dari nares anterior kemudian diikat padasebuah gulungan kain kasa didepan lubang hidung, supaya tampon yang
terletak di nasofaring tidak bergerak. Pita yang terdapat di rongga mulut
dilekatkan pada pipi pasien. 2unanya untuk menarik tampon keluar
melalui mulut setelah " 3 % hari. dam, "01")
2. Tampon Balon
Pemakaian tampon balon lebih mudah dilakukan dibandingkan
dengan pemasangan tampon posterior konensional tetapi kurang berhasil
dalam mengontrol epistaksis posterior. da dua $enis tampon balon, yaitu:
kateter 4oley dan tampon balon yang dirancang khusus. &etelah bekuan
darah dari hidung dibersihkan, tentukan asal perdarahan. emudian
lakukan anestesi topikal yang ditambahkan asokonstriktor. ateter 4oley
no. 1" - 1 4 diletakkan disepan$ang dasar hidung sampai balon terlihat di
nasofaring. emudian balon diisi dengan 10 -"0 cc larutan salin dan
kateter 4oley ditarik kearah anterior sehingga balon menutup rongga
hidung posterior. 6ika dorongan terlalu kuat pada palatum mole atau bila
terasa sakit yang mengganggu, kurangi tekanan pada balon. &elan$utnya
dipasang tampon anterior dan kateter difiksasi dengan mengunakan kain
kasa yang dilekatkan pada cuping hidung. pabila tampon balon ini gagal
mengontrol perdarahan, maka dilakukan pemasangan tampon posterior.
dam, "01")
. !i"asi Arteri
Penanganan yang paling efektif untuk setiap $enis perdarahan
adalah dengan meligasi pembuluh darah yang ruptur pada bagian
proksimal sumber perdarahan dengan segera. Tetapi kenyataannya sulit
untuk mengidentifikasi sumber perdarahan yang tepat pada epistaksis yang
berat atau persisten. da beberapa pendekatan ligasi arteri yang mensuplai
darah ke mukosa hidung.
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 4/7
a. !i"asi Arteri #arotis Eksterna
7igasi biasanya dilakukan tepat dibagian distal a. tiroid superior
untuk melindungi suplai darah ke tiroid dan memastikan ligasi arteri
karotis eksterna.1" Tindakan ini dapat dilakukan diba8ah anestesi lokal.
*ibuat insisi hori9ontal sekitar dua $ari diba8ah batas mandibula
yang menyilang pinggir anterior m. sternokleidomastoideus. &etelah flap
subplatisma dieleasi, m. sternokleido-mastoideus di retraksi ke posterior
dan diseksi diteruskan ke arah ba8ah menu$u selubung karotis. 7akukan
identifikasi bifurkasio karotis kemudian a. karotis eksterna dipisahkan.
*ian$urkan untuk melakukan ligasi diba8ah a. faringeal asendens,
terutama apabila epistaksis berasal dari bagian posterior hidung atau
nasofaring.10 rteri karotis eksterna diligasi dengan benang %!0 silk atau
linen. dam, "01")
$. !i"asi Arteri Maksilaris Interna
7igasi arteri maksilaris interna dapat dilakukan dengan
pendekatan transantral. Pendekatan ini dilakukan dengan anestesi lokal
atau umum lalu dilakukan insisi ald8ell 3 7uc dan buat lubang pada fosa
kanina. &etelah di$umpai antrum maksila, secara hati-hati buang dinding
sinus posterior dengan menggunakan pahat kecil, kuret atau bor, dimulai
dari bagian inferior dan medial untuk menghindari trauma orbita. &etelah
terbentuk $endela 8indo8) pada tulang, lakukan insisi pada periostium
posterior.
*engan operating microscope pada daerah itu lakukan obserasi
untuk melihat adanya pulsasi yang menandakan letak arteri. 6aringan
lemak dan $aringan ikat pada fosa pterigopalatina didiseksi dengan
menggunakan hemostat, alligator clips, bayonet forcep dengan bipolar
electrocauter dan nerehook. &etelah a. maksila interna diidentifikasi,
arteri ini diretraksi dengan menggunakan nerehook dan identifikasi
cabang-cabangnya. *ibuat nasoantral 8indo8 dan masukkan tampon yang
telah diberi salap antibiotik selama "( $am. dam, "01")
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 5/7
%. !i"asi Arteri Etmoi&alis
Perdarahan yang berasal dari bagian superior konka media paling baik diterapi dengan ligasi a. etmoidalis anterior atau posterior, atau
keduanya. 7igasi dilakukan pada tempat arteri keluar melalui foramen
etmoidalis anterior dan posterior yang berada pada sutura frontoetmoid.
4oramen etmoidalis anterior berada kira-kira 1,5 cm posterior dari krista
lakrimalis posterior. 4oramen etmoidalis posterior berada hanya ( - mm.
sebelah anterior n. ;ptikus.
<nsisi etmoid eksterna dilakukan untuk mencapai daerah ini.
=etraktor orbita digunakan untuk meretraksi periostium orbita dan sakus
lakrimalis. *iseksi dilakukan disebelah posterior disepan$ang garis sutura
pada lamina subperiosteal. *ua klem arteri diletakkan pada a. etmoidalis
anterior, dan rongga hidung diealuasi kembali. 6ika perdarahan berhenti,
a. etmoidalis posterior tidak diganggu untuk menghindari trauma n.
optikus. Tetapi bila perdarahan persisten, a. etmoidalis posterior
diidentifikasi dan diklem. >idarkan pemakaian kauter untuk menghindari
trauma. dam, "01")
'. An"io"ra(i &an Em$olisasi
Teknik embolisasi perkutan pada a. maksilaris interna dengan
menggunakan absorbable gelatin sponge untuk epistaksis yang persisten.
'eberapa laporan terakhir mendiskusikan kegunaan angiografi dalam
menentukan sumber perdarahan. penggunaan embolisasi untuk pengobatan
telangiektasi hemoragik herediter, epistaksis primer dan traumatik),
angiofibroma nasofaring, tumor ganas dan penyakit pendarahan dam,
"01").
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 6/7
7.2. #omplikasi &an Pro"nosis epistaksis
Komplikasi omplikasi dapat ter$adi sebagai akibat langsung dari epistaksis atau
sebagai akibat dari penanganan yang kita lakukan.kibat pemasangan tampon
anterior dapat timbul rinosinusitis karena ostium sinus tersumbat), air mata yang
berdarah (bloody tears) karena darah mengalir secara retrograd melalui duktus
nasolakrimalis, septikemia, toxic shock syndrome, sinekia, dan gangguan fungsi
tuba eustachius. kibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media,
hematotimpanum, disfagia, sinekia , toxic shock syndrome, gangguan fungsi tuba,
disfagia, hipoentilasi, mati mendadak, serta laserasi palatum mole dan sudut bibit
bila benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang ditarik.omplikasi
akibat kauterisasi adalah sinekia dan perforasi septum. omplikasi akibat ligasi
arteri maksilaris interna transantral adalah resiko anestesi, rinosinusitis, fistula
oroantral, anestesia infraorbital, dan trauma dental. &edangkan komplikasi akibat
ligasi arteri maksilaris internal transoral adalah resiko anestesia, anestesia pipi,
trismus, dan pareestesia lidah. omplikasi akibat ligasi arteri etmoidalis anterior
atau posterior adalah resiko anestesi, rinosinusitis, trauma duktus lakrimalis, dan
kebutaan. omplikasi akibat embolisasi adalah nyeri pada 8a$ah, trismus,
paralisis 8a$ah, nekrosis kulit, kebutaan, dan stroke *iamond 7, "01().
Prognosis
?ntuk sebagian besar populasi, epistaksis dianggap hanyalah gangguan
ringan. Tetapi, masalah ini kadang-kadang dapat mengancam nya8a, terutama
pada pasien usia lan$ut dan pasien dengan masalah kesehatan. ?ntungnya,kematian $arang dan biasanya karena komplikasi dari hipoolemia, dengan
pendarahan berat atau keadaan penyakit penyebabnya.
&ecara keseluruhan, prognosisnya baik tapi beragam@ dengan pera8atan
yang benar, sangatlah baik. ketika penanganan suportif mencukupi dan penyakit
penyebabnya terkontrol, sebagian besar pasien $arang mengalami pendarahan
berulang. 'eberapa dapat mengalami rekurensi minor yang dapat berhenti secara
7/26/2019 Step 7 Sken4
http://slidepdf.com/reader/full/step-7-sken4 7/7
spontan atau dengan pera8atan minimal oleh diri sendiri. &ebagian kecil pasien
mungkin memerlukan tampon atau pera8atan yang lebih agresif.
Pasien dengan epistaksis yang ter$adi karena membran kering atau traumaringan biasanya baik-baik sa$a, tanpa dampak $angka pan$ang. Pasien dengan
>>T cenderung mengalami rekurensi yang banyak 8alaupun telah dilakukan
pengobatan. Pasien dengan pendarahan karena masalah hematologi atau kanker
memiliki prognosis yang beragam. Pasien yang telah men$alankan tampon nasal
adalah sub$ek dalam peningkatan morbiditas. Tampon posterior dapat
menyebabkan sumbatan $alan nafas dan depresi pernafasan. Tampon di manapun
dapat menyebabkan infeksi *iamond 7, "01().
*apus
&oepardi, &p.T>T, Prof. *r. fiaty rsyad, Prof. *r. Aurbaiti <skandar, &p.T>T, Prof. *r.
6enny 'ashiruddin, &p.T>T, and *=. *r. =atna *8i =estuti, &p.T>T. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala !eher "disi Keenam.
6akarta: 4akultas edokteran ?niersitas <ndonesia, "00.
Adams,G.L.2012. Dalam:Boies,Buku Ajar Penyakit TT. !G",
#akarta.
Diamond, Linda. $201%&. Managing Epitaxis. #ournal o' t(e
Ameri)an A)ademy o' P(ysi)ian Assistants