sn belom kelar

Upload: ridho-hidayatulloh

Post on 07-Aug-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    1/18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Anatomi Ginjal

    Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitonel dengan

     panjang ± 11-12 cm, di samping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah

    dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal

    kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis !! dan batas ba"ah ginjal kiri setinggi vertebra

    lumbalis !!!. Pada #etus dan in#ant, ginjal berlobulasi. $akin bertambah umur, lobulasi makin

    kurang, sehingga "aktu de"asa menghilang. Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula.

    $edula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah kira-kira %-1% buah, rata-rata 12 buah. &iap-

    tiap piramid dipisahkan oleh columna bertini. 'asar piramid di tutup oleh korteks, sedang

     puncaknya (papila marginalis) menonjol kedalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu

    menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau * ditiap ginjal. +aliks mayor minor ini bersatu

    menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter. +orteks sendiri terdiri atas

    glomerulus dan tubuli, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini

    akan membentuk ne#ron, satu unit ne#ron terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal, loop o# henle, tubulus distal (kadang-kadang di masukkan pula duktus koligentes) (Price, 21).

    &iap ginjal mempunyai ± 1, / 2 juta ne#ron, berarti pula ± 1, / 2 juta juta glomeruli.

    Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini #iltrat dimulai, #iltrat

    adalah isotonik dengan plasma pada angka 2% mosmol. Pada akhir tubulus proksimal %0

    #iltrat telah diabsorbsi, meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 2% mosmol. aat in#iltrate

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    2/18

     bergerak ke ba"ah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi #iltrate bergerak ke atas

    melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi

    hipoosmotik pada ujung atas lengkung, saat #iltrate bergerak sepanjang tubulus distal, #iltrat

    menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotik dengan plasma darah pada ujung duktus

    mengumpul. +etika #iltrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi

    #iltrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 0 air sudah direabsorbsi dan hanya

    sekitar 10 yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price, 21).

    II. Fisiologi Ginjal

    &elah diketahui bah"a ginjal ber#ungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat

     penting melalui ultra#iltrat yang terbentuk dalam glomerulus. &erbentuknya ultra#iltrat ini sangat

    dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20 dari seluruh cardiac output.. $enurut

    yari#uddin (22) 34ungsi ginjal yaitu mengeluarkan 5at-5at toksik atau racun6

    mempertahankan keseimbangan cairan6 mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa

    dari cairan tubuh6 mempertahankan keseimbangan garam-garam dan 5at-5at lain dalam tubuh6mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak7.

    &iga tahap pembentukan urine 8

    • 4iltrasi glomerular 

    Pembentukan kemih dimulai dengan #iltrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler 

    tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relati# bersi#at impermiabel terhadap protein plasma

    yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam

    amino, glukosa, dan sisa nitrogen. 9liran darah ginjal (:B4 ; :enal Blood 4lo") adalah sekitar 

    20 dari curah jantung atau sekitar 12 mlmenit. ekitar seperlima dari plasma atau sekitar 

    12 mlmenit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bo"man. !ni dikenal dengan laju #iltrasi

    glomerulus (G4: ; Glomerular 4iltration :ate). G4: normal de"asa 8 12 ccmenit1,

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    3/18

    >at-5at yang di#illtrasi ginjal dibagi dalam * bagian yaitu 8 non elektrolit, elektrolit dan

    air. etelah #iltrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selekti# 5at-5at tersebut kembali lagi 5at-5at

    yang sudah di#iltrasi.

    • ekresi

    ekresi tubular melibatkan trans#or akti# molekul-molekul dari aliran darah melalui

    tubulus kedalam #iltrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh

    (misalnya penisilin). ubstansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan

    kalium serta ion- ion hidrogen. Pada tubulus distalis, trans#or akti# natrium sistem carier yang

     juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. 'alam hubungan ini, tiap kali

    carier memba"a natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium

    kedalam cairan tubular 3perjalanannya kembali7 jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,

    hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.

    III. Sindrom Nefrotik A. Definisi

    indroma ?e#rotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia

    dan hiperkolesterolemia, kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan penurunan #ungsi

    ginjal (?gastiyah, 2). indroma ?e#rotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh

     peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria,

    hipoalbumenemia, hiperlipidemia, dan edema (Bet5, @ecily dan o"den, Ainda. 22).

    indroma ?e#rotik merupakan kumpulan gejala yang di sebabkan oleh injuri oleh glomerular 

    yang terjadi pada anak dengan karakteristik6 proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia,

    hiperlipidemia, dan edema (uriadi dan :ita uliani, 21). indroma ?e#rotik merupakansekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massi# (lebih dari mgkg BB2C jam),

    hipoalbuminemia (kurang dari 2, gram1 ml) yang disertai atau tidak di sertai dengan edema

    dan hiperkolesterolemia (:au#, 22).

    B. Etiologi

    ecara klinis sindrom ne#rotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu 8

    • Sindrom nefrotik primer , #aktor etiologinya tidak diketahui. 'ikatakan sindrom ne#rotik 

     primer oleh karena sindrom ne#rotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada

    glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai padaanak. &ermasuk dalam sindrom ne#rotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital , yaitu

    salah satu jenis sindrom ne#rotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di ba"ah 1

    tahun.

    +lasi#ikasi kelainan glomerulus pada sindrom ne#rotik primer 

    a. +elainan minimal (+$)

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    4/18

     b. Glomerulopati membranosa (G$)

    c. Glomerulosklerosis #okal segmental (G4)

    d. Glomerulone#ritis membrano-proli#erati# (G?$P)

    indrom ne#rotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa sindrom ne#rotik 

    tipe kelainan minimal. Pada de"asa prevalensi sindrom ne#rotik tipe kelainan minimal jauh lebihsedikit dibandingkan pada anak-anak.

    'i !ndonesia gambaran histopatologik sindrom ne#rotik primer agak berbeda dengan

    data-data di luar negeri. Dila Dirya menemukan hanya CC.20 tipe kelainan minimal dari *EC

    anak dengan sindrom ne#rotik primer yang dibiopsi, sedangkan ?oer di urabaya mendapatkan

    *.

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    5/18

    lah yang menyebabkan permeabilitas mbg terganggu sehingga eritrosit, protein dan lain-lain

    dapat mele"ati mbg sehingga dapat dijumpai dalam urine.*

     Perubahan Elektrokemis

    elain perubahan struktur mbg, maka perubahan elektrokemis dapat juga mneimbulkan proteinuria. 'ari beberapa percobaan terbukti bah"a kelainan terpenting pada glomerulus berupa

    gangguan #ungsi elektrostatik ( sebagai sa"ar glomerulus terhadap #iltrasi protein ) yaitu

    hilangnya #iIed negative ion yang terdapat pada lapisan sialo-protein glomeruli. 9kibat

    hilangnya muatan listrik ini maka permeabilitas mbg terhadap protein berat molekul rendah

    seperti albumin meningkat sehingga albumin dapat keluar bersama urine.*

    D. Patofisiologi

     PROTE!"RA

    Proteinuria (albuminuria) masi# merupakan penyebab utama terjadinya sindrom ne#rotik,

    namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. alah satu teori yang dapat

    menjelaskan adalah hilangnya muatan negati# yang biasanya terdapat di sepanjang endotel

    kapiler glomerulus dan membran basal. ilangnya muatan negati# tersebut menyebabkan

    albumin yang bermuatan negati# tertarik keluar menembus sa"ar kapiler glomerulus.

    ipoalbuminemia merupakan akibat utama dari proteinuria yang hebat. Fdema muncul akibat

    rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma dengan

    konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.

    Pada ?, proteinuria umumnya bersi#at masi# yang berarti eksresi protein J

    mgkgBBhari atau JC mgm2jam atau secara kualitati# proteinuria KKK sampai KKKK. Lleh

    karena proteinuria paralel dengan kerusakan mbg , maka proteinuria dapat dipakai sebagai

     petunjuk sederhana untuk menentukan derajat kerusakan glomerulus. Madi yang diukur adalah

    !ndeI electivity o# Proteinuria (!P). !P dapat ditentukan dengan cara mengukur ratio antara

    @learance !gG dan @learence &rans#erin.

    !P ; @learance !gG

    @learance &rans#erin

    Bila !P N ,2 berarti !P meninggi (ighly elective Proteinuria) yang secara klinik 

    menunjukkan kerusakan glomerulus ringan dan respons terhadap kortikosteroid baik. Bila !P J

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    6/18

    ,2 berarti !P menurun (Poorly elective Proteinuria) yang secara klinik menunjukkan

    kerusakan glomerulus berat dan tidak adanya respons terhadap kortikosteroid.

     #PER$P%E&A

    iperlipidemia muncul akibat penurunan tekanan onkotik, disertai pula oleh penurunan

    aktivitas degradasi lemak karena hilangnya a-glikoprotein sebagai perangsang lipase. 9pabila

    kadar albumin serum kembali normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian in#us

    albumin, maka umumnya kadar lipid kembali normal. 'ikatakan hiperlipidemia karena bukan

    hanya kolesterol saja yang meninggi ( kolesterol J 2 mg1 ml ) tetapi juga beberapa

    konstituen lemak meninggi dalam darah. +onstituen lemak itu adalah kolesterol, Ao" 'ensity

    Aipoprotein(A'A), Oery Ao" 'ensity Aipoprotein(OA'A), dan trigliserida (baru meningkat bila

     plasma albumin N 1gr1 mA. 9kibat hipoalbuminemia, sel-sel hepar terpacu untuk membuat

    albumin sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan sintesis albumin ini, sel sel hepar juga akan

    membuat OA'A. 'alam keadaan normal OA'A diubah menjadi A'A pleh lipoprotein lipase.

    &etapi, pada ? aktivitas en5im ini terhambat oleh adanya hipoalbuminemia dan tingginya kadar 

    asam lemak bebas. 'isamping itu menurunnya aktivitas lipoprotein lipase ini disebabkan pula

    oleh rendahnya kadar apolipoprotein plasma sebagai akibat keluarnya protein ke dalam urine.

    Madi, hiperkolesteronemia ini tidak hanya disebabkan oleh produksi yang berlebihan , tetapi juga

    akibat gangguan katabolisme #os#olipid.

     #POA$'"&!E&A

    ipoalbuminemia terjadi apabila kadar albumin dalam darah N 2, gr1 ml.

    ipoalbuminemia pada ? dapat disebabkan oleh proteinuria, katabolisme protein yang

     berlebihan dan nutrional de#iciency. ipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik 

    koloid plasma intravaskuler. +eadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus

    dinding kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema.

    Penurunan volume plasma atau volume sirkulasi e#ekti# merupakan stimulasi timbulnya retensi

    air dan natrium renal. :etensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha kompensasi tubuh untuk 

    menjaga agar volume dan tekanan intravaskuler tetap normal. :etensi cairan selanjutnya

    mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan demikian menurunkan tekanan onkotik plasma

    yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang interstitial.

    Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu rentetan

    aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron dengan akibat retensi natrium dan air, sehingga

     produksi urine menjadi berkurang, pekat dan kadar natrium rendah. ipotesis ini dikenal dengan

    teori underfill . 'alam teori ini dijelaskan bah"a peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron

    adalah sekunder karena hipovolemia. &etapi ternyata tidak semua penderita sindrom ne#rotik 

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    7/18

    menunjukkan #enomena tersebut. Beberapa penderita sindrom ne#rotik justru memperlihatkan

     peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron,

    sehingga timbullah konsep baru yang disebut teori  oerfill . $enurut teori ini retensi renal

    natrium dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak tergantung pada stimulasi

    sistemik peri#er. :etensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan cairan

    ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat oerfilling   cairan ke dalam

    kompartemen interstitial. &eori oerfill  ini dapat menerangkan volume plasma yang meningkat

    dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia.

     E%E&A

    Pembentukan edema pada sindrom ne#rotik merupakan suatu proses yang dinamik dan

    mungkin saja kedua proses underfill   dan oerfill  berlangsung bersamaan atau pada "aktu

     berlainan pada individu yang sama, karena patogenesis penyakit glomerulus mungkin merupakansuatu kombinasi rangsangan yang lebih dari satu.*Fdema mula-mula nampak pada kelopak mata

    terutama "aktu bangun tidur. Fdema yang hebat anasarca sering disertai edema genitalia

    eksterna. Fdema anasarca terjadi bila kadar albumin darah N 2 gr 1 ml. elain itu, edema

    anasarca ini dapat menimbulkan diare dan hilangnya na#su makan karena edema mukosa usus.

    9kibat anoreksia dan proteinuria masi#, anak dapat menderita PF$. ernia umbilikalis, dilatasi

    vena, prolaps rekstum dan sesak na#as dapat pula terjadi akibat edema anasarca ini. 1,*,C,

    Pada umumnya tipe ?+$ mempunyai gejala-gejala klinik yang disebut diatas tanpa

    gejala-gejala lain. Lleh karena itu, secara klinik ?+$ ini dapat dibedakan dari ? dengan

    kelainan histologis tipe lain yaitu pada ?+$ dijumpai hal-hal sebagai berikut pada umunya 8

    • 9nak berumur 1-E tahun

    • &idak ada hipertensi

    • &idak ada hematuria makroskopis atau mikroskopis

    • 4ungsi ginjal normal

    • &iter komplemen @* normal

    • :espons terhadap kortikosteroid baik sekali.

    Lleh karena itulah, bila dijumpai kasus ? dengan gejala-gejala diatas dan mengingat

     bah"a ?+$ terdapat pada

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    8/18

    9papun tipe sindrom ne#rotik, mani#estasi klinik utama adalah edema, yang tampak pada

    sekitar 0 anak dengan sindrom ne#rotik. eringkali edema timbul secara lambat sehingga

    keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada #ase a"al edema sering bersi#at intermiten6

     biasanya a"alnya tampak pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah

    (misalnya daerah periorbita, skrotum atau labia). 9khirnya edema menjadi menyeluruh dan masi# 

    (anasarka).

    Fdema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai edema muka pada pagi

    hari "aktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas ba"ah pada siang

    harinya. Bengkak bersi#at lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Pada

     penderita dengan edema hebat, kulit menjadi lebih tipis dan mengalami oo5ing. Fdema biasanya

    tampak lebih hebat pada pasien ?+$ dibandingkan pasien-pasien G4 atau G?$P. al

    tersebut disebabkan karena proteinuria dan hipoproteinemia lebih hebat pada pasien ?+$.

    Fdema paling parah biasanya dijumpai pada sindrom ne#rotik tipe kelainan minimal

    (?+$). Bila ringan, edema biasanya terbatas pada daerah yang mempunyai resistensi jaringanyang rendah, misal daerah periorbita, skrotum, labia. Fdema bersi#at menyeluruh, dependen dan

     pitting. 9sites umum dijumpai, dan sering menjadi anasarka. 9nak-anak dengan asites akan

    mengalami restriksi perna#asan, dengan kompensasi berupa tachypnea. 9kibat edema kulit, anak 

    tampak lebih pucat.

    Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit sindrom ne#rotik.

    'iare sering dialami pasien dengan edema masi# yang disebabkan edema mukosa usus.

    epatomegali disebabkan sintesis albumin yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada

     beberapa pasien, nyeri perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom ne#rotik yang

    sedang kambuh karena edema dinding perut atau pembengkakan hati.

     ?a#su makan menurun karena edema. 9noreksia dan terbuangnya protein mengakibatkan

    malnutrisi berat terutama pada pasien sindrom ne#rotik resisten-steroid.

    9sites berat dapat menimbulkan hernia umbilikalis dan prolaps ani. Lleh karena adanya

    distensi abdomen baik disertai e#usi pleura atau tidak, maka pernapasan sering terganggu, bahkan

    kadang-kadang menjadi ga"at. +eadaan ini dapat diatasi dengan pemberian in#us albumin dan

    diuretik.

    9nak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit berat dan

    kronik umumnya yang merupakan stres nonspesi#ik terhadap anak yang sedang berkembang dan

    keluarganya. +ecemasan dan merasa bersalah merupakan respons emosional, tidak saja pada

    orang tua pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri. +ecemasan orang tua serta pera"atan

    yang terlalu sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak menjadi terganggu.

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    9/18

    ipertensi dapat dijumpai pada semua tipe sindrom ne#rotik. Penelitian !nternational

    tudy o# +idney 'isease in @hildren (+'@) menunjukkan *0 pasien ?+$ mempunyai

    tekanan sistolik dan diastolik lebih dari th persentil umur.2

    &anda sindrom ne#rotik yaitu 8

    • &anda utama sindrom ne#rotik adalah proteinuria yang masi# yaitu J C mgm2jam atau J

    mgkg2C jam6 biasanya berkisar antara 1-1 gram per hari. Pasien ?+$ biasanya

    mengeluarkan protein yang lebih besar dari pasien-pasien dengan tipe yang lain.

    • ipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. +adar albumin serum N 2. gdA.

    • iperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom ne#rotik, dan umumnya,

     berkorelasi terbalik dengan kadar albumin serum. +adar kolesterol A'A dan OA'A

    meningkat, sedangkan kadar kolesterol 'A menurun. +adar lipid tetap tinggi sampai 1-

    * bulan setelah remisi sempurna dari proteinuria.• ematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom ne#rotik, namun tidak dapat

    dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe sindrom ne#rotik.

    4ungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat a"al penyakit.

    Penurunan #ungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin serum biasanya terjadi pada

    sindrom ne#rotik dari tipe histologik yang bukan ?+$.

    &idak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom ne#rotik. Pada

     pemeriksaan #oto toraks, tidak jarang ditemukan adanya e#usi pleura dan hal tersebut berkorelasi

    secara langsung dengan derajat sembab dan secara tidak langsung dengan kadar albumin serum.

    ering pula terlihat gambaran asites. HG ginjal sering terlihat normal meskipun kadang-kadang

    dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas yang normal..

    F. Diagnosis

    'iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan #isik dan pemeriksaan penunjang.

     Anamnesis

    +eluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di kedua kelopak mata,perut, tungkai,atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. +eluhan lain juga dapat

    ditemukan seperti urin ber"arna kemerahan.

     Pemeriksaan fisis

    Pada pemeriksaan #isik sindrom ne#rotik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata,

    tungkai, atau adanya asites dan edema skrotumlabia. +adang-kadang ditemukan hipertensi.

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    10/18

     Pemeriksaan penunang 

    Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan 8

    Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan albumin secara kualitati# K2 sampai KC. ecara

    kuantitati# J mgkgBBhari ( diperiksa memakai reagen FB9@ ). Pada sedimen ditemukanoval #at bodies yakni epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai

    eritrosit, leukosit, toraks hialin dan toraks eritrosit.2,*,C,

    Pada pemeriksaan darah didapatkan protein total menurun (?8E,2-%,1 gm1ml),

    albumin menurun (?8 C-,% gm1ml), 1 globulin normal (?8 ,1-,* gm1ml), 2 globulin

    meninggi (?8,C-1 gm1ml), Q globulin normal (?8 ,- gm1ml), R globulin normal

    (?8,*-1 gm1ml), rasio albuminglobulin N1 (?8*2), komplemen @*  normalrendah (?8%-

    12 mg1ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal kecuali ada penurunan #ungsi

    ginjal, hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat. 2,*,C

    4oto &horaI P9 dan A'+ dilakukan bila ada sindrom gangguan na#as untuk mencari

     penyebabnya apakah pneumonia atau edema paru akut.

    Pemeriksaan histologik yaitu biopsy ginjal. ?amun biopsy ginjal secara perkutan atau

     pembedahan bersi#at invasive, maka biopsy ginjal hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan bila

    orang tua dan anak setuju.

    G. Diagnosis Banding

    • Fdema non-renal 8 gagal jantung kongesti#, gangguan nutrisi, edema hepatal.

    • Glomerulone#ritis akut

    Aupus sistemik eritematosus.

    !. Penatalaksanaan "m"m

    Bila diagnosis sindrom ne#rotik telah ditegakkan, sebaiknya janganlah tergesa-gesa

    memulai terapi kortikosteroid, karena remisi spontan dapat terjadi pada -10 kasus. teroid

    dimulai apabila gejala menetap atau memburuk dalam "aktu 1-1C hari. Hntuk menggambarkan

    respons terapi terhadap steroid pada anak dengan sindrom ne#rotik digunakan istilah-istilah

    seperti tercantum pada tabel berikut 8

    !stilah yang menggambarkan respons terapi steroid pada anak dengan sindrom ne#rotik 

    :emisiProteinuria negati# atau seangin, atau proteinuria N C mgm2jam selama *

    hari berturut-turut.

    +ambuhProteinuria 2 K atau proteinuria J C mgm2jam selama * hari berturut-

    turut, dimana sebelumnya pernah mengalami remisi.

    +ambuh tidak +ambuh N 2 kali dalam masa E bulan, atau N C kali dalam periode 12

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    11/18

    sering bulan.

    +ambuh sering+ambuh 2 kali dalam E bulan pertama setelah respons a"al atau C kali

    kambuh pada setiap periode 12 bulan.

    :esponsi#-steroid

    :emisi tercapai hanya dengan terapi steroid saja.

    'ependen-

    steroid

    &erjadi 2 kali kambuh berturut-turut selama masa tapering terapi steroid,

    atau dalam "aktu 1C hari setelah terapi steroid dihentikan.

    :esisten-steroidGagal mencapai remisi meskipun telah diberikan terapi prednison E

    mgm2hari selama C minggu.

    :esponder 

    lambat

    :emisi terjadi setelah C minggu terapi prednison E mgm2hari tanpa

    tambahan terapi lain.

     ?onresponder 

    a"al

    :esisten-steroid sejak terapi a"al.

     ?onresponder 

    lambat

    :esisten-steroid terjadi pada pasien yang sebelumnya responsi#-steroid.

     P:L&L+LA PF?GLB9&9?

    !nternational tudy o# +idney 'isease in @hildren (!+'@) menganjurkan untuk memulai

    dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar E mgm

    2

    hari dengan dosis maksimal %mghari selama C minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar C mgm2hari

    secara selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama C minggu, lalu setelah itu pengobatan

    dihentikan.

    @' ;C minggu

      9'!' ;C minggu &app.o##(remisi)

      top

    $g 1 2 * C E < %

    :emisi :emisi

    Gambar protocol pengobatan sindrom ne#rotik (serangan 1)

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    12/18

    @' ; @ontinuous day 8 prednisone Emgm2hari atau 2 mgkgBBhari

    !' ; !ntermittent day 8 prednisone Cmgm2hari atau 2* dosis @',diberikan * hari berturut

    turut dalam 1 minggu

    9' ; Pemberian prednisone berselang-seling sehari

    Sindrom nefrotik serangan pertama

    1. Perbaiki keadaan umum penderita 8

    • 'iet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Protein 1-2 grkgBBhari,

     bila ureum dan kreatinin meningkat diberi protein ,-1 gr. +alori rata-rata 1

    kalorikgBBhari. Garam dibatasi bila edema hebat. Bila tanpa edema, diberi 1-2 mghari.

    Pembatasan cairan bila terdapat gejala-gejala gagal ginjal. :ujukan ke bagian gi5i

    diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan #ungsi ginjal.• &ingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan trans#usi plasma atau albumin

    konsentrat.

    • Berantas in#eksi.

    • Aakukan "ork-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.

    • Berikan terapi suporti# yang diperlukan8 &irah baring bila ada edema anasarka. 'iuretik 

    diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. $etode yang lebih e#ekti# 

    dan #isiologik untuk mengurangi edema ialah merangsang diuresis dengan pemberian

    albumin (salt poor albumin) ,-1 mgkgBB selama 1 jam disusul kemudian oleh

    #urosemid !O 1-2 mgkbBBhari. Pengobatan ini dapat diulang setiap E jam kalau perlu.

    'iuretik yang biasa dipakai ialah diutetik jangka pendek seperti #urosemid atau asam

    etakrinat.

    • Mika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.

    2. &erapi prednison

    &erapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 1C hari setelah diagnosis sindrom

    ne#rotik ditegakkan untuk memastikan apakah penderita mengalami remisi spontan atau tidak.

    Bila dalam "aktu 1C hari terjadi remisi spontan, prednison tidak perlu diberikan, tetapi bila

    dalam "aktu 1C hari atau kurang terjadi pemburukan keadaan, segera berikan prednison tanpa

    menunggu "aktu 1C hari.

    Sindrom nefrotik kambuh (relapse)

    • Berikan prednison sesuai protokol relapse, segera setelah diagnosis relapse ditegakkan.

    • Perbaiki keadaan umum penderita.

    • @ara pemberian pada relapse seperti pada serangan !, hanya @' diberikan sampai remisi

    (tidak perlu menunggu sampai C minggu)

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    13/18

      @'

    9'!' &app.L##  

      top

    $g1 2 * C

    :emisi :emisi

    Sindrom !efrotik !onresponder  8 &idak ada respons sesudah % minggu pengobatan prednisone

      @' pred @' imunosupresan K !' pred (Cmgm2hr)

      !' pred

    1 2 * C E < % 1 2 * C E < %

      :emisi (-)

    etelah % minggu pengobatan prednisone tidak berhasil, pengobatan selanjutnya dengan

    gabungan imunosupresan lain ( endoIan secara @' dan prednisone C mgm2

    hr secara !')

    Sindrom !efrotik *re+uent Relapser  8 initial responder yang relaps J; 2 kali dalam "aktu E

     bulan pertama.

    @' imunosupresan K @' prednisone ,2 mgkghr 

      1 2 * C E < %

    'iberikan kombinasi pengobatan imunosupresan lain dan prednisone ,2 mgkgBBhr,

    keduanya secara @'.

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    14/18

    Sindrom nefrotik kambuh tidak sering 

    !nduksi

    Prednison dengan dosis E mgm2hari (2 mgkg BBhari) maksimal % mghari,

    diberikan dalam * dosis terbagi setiap hari selama * minggu.

    :umatan

    etelah * minggu, prednison dengan dosis C mgm2C% jam, diberikan selang sehari

    dengan dosis tunggal pagi hari selama C minggu. etelah C minggu, prednison dihentikan.

    Sindrom nefrotik kambuh sering 

    !nduksi

    Prednison dengan dosis E mgm2hari (2 mgkg BBhari) maksimal % mghari,

    diberikan dalam * dosis terbagi setiap hari selama * minggu.

    :umatan

    etelah * minggu, prednison dengan dosis E mgm2C% jam, diberikan selang sehari

    dengan dosis tunggal pagi hari selama C minggu. etelah C minggu, dosis prednison diturunkan

    menjadi C mgm2C% jam diberikan selama 1 minggu, kemudian * mgm2C% jam selama 1

    minggu, kemudian 2 mgm2C% jam selama 1 minggu, akhirnya 1 mgm2C% jam selama E

    minggu, kemudian prednison dihentikan.

    Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklo#os#amid oral 2-* mgkghari

    diberikan setiap pagi hari selama % minggu. etelah % minggu siklo#os#amid dihentikan. !ndikasi

    untuk merujuk ke dokter spesialis ne#rologi anak adalah bila pasien tidak respons terhadap

     pengobatan a"al, relapse #rekuen, terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra steroid atau

    untuk biopsi ginjal.

    Tatalaksana kom#likasi sindrom nefrotik

    1) !n#eksi

    9danya teori mengenai peran imunologi pada sindrom ne#rotik yang menyebutkan bah"a

    terjadi penurunan sistem imun pada pasien dengan sindrom ne#rotik sehingga menyebabkan

     pasien ? mempunyai kerentanan terhadap in#eksi. 9pabila telah terbukti adanya komplikasi

     berupa in#eksi perlu diberikan antibiotik.

    Pada pasien ? !n#eksi yang sering terjadi adalah selulitis dan peritonitis primer.

    Penyebab tersering peritonitis primer adalah kuman gram negati# dan Strepto,o,,us pneumoniae.

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    15/18

    Hntuk pengobatannya diberikan pengobatan penisilin parenteral dikombinasi dengan

    se#alosporin generasi ketiga (se#otaksim atau se#triakson) selama 1-1C hari.

    Pneumonia dan in#eksi saluran napas atas karena virus juga merupakan mani#estasi yang

    sering terjadi pada anak dengan sindrom ne#rotik.

    2) &rombosis

    &erdapat suatu penelitian prospekti# dengan hasil 10 pasien ? relaps terdapat de#ek 

    ventilasi-per#usi pada pemeriksaan skintigra#i yang berarti terdapat trombosis pembuluh vaskular 

     paru yang asimtomatik. Pemeriksaan #isik dan radiologis perlu dilakukan untuk menegakkan

    diagnosis trombosis. 9pabila telah ada diagnosis trombosis, perlu diberikan heparin secara

    subkutan, dilanjutkan dengan "ar#arin selama E bulan atau lebih. aat ini tidak dianjurkan

     pencegahan tromboemboli dengan pemberian aspirin dosis rendah.

    *) iperlipidemia

    +adar A'A, OA'A, trigliserida, dan lipoprotein meningkat pada sindrom ne#rotik relaps

    atau resisten steroid, tetapi kadar 'A menurun atau normal. +adar kolesterol yang meningkat

    tersebut mempunya si#at aterogenik dan trombogenik. al ini dapat meningkatkan morbiditas

    kardiovaskular dan progresivitas glomerulosklerosis. Hntuk itu perlu dilakukan diet rendah

    lemak jenuh dan mempertahankan berat badan normal. Pemberian obat penurun lipid seperti

    mg@o9 redu,tase inhibitor (contohnya statin) dapat dipertimbangkan.

    Peningkatan kadar A'A, OA'A, trigliserida, dan lipoprotein pada sindrom ne#rotik 

    sensiti# steroid bersi#at sementara sehingga penatalaksanaannya cukup dengan mengurangi diet

    lemak.

    C) ipokalsemia

    ipokalsemia pada sindrom ne#rotik dapat terjadi karena 8

    - Penggunaan steroid jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia

    - +ebocoran metabolit vitamin '

    Hntuk menjaga keseimbangan jumlah kalsium maka pada pasien ? dengan terapi

    steroid jangka lama (lebih dari * bulan) sebaiknya diberikan suplementasi kalsium 2-

    mghari dan vitamin ' (12-2 !H). 9pabila telah ada tetani perlu diberikan kalsium glukonas10 sebanyak , mlkgBB intravena.

    ) ipovolemia

    ipovolemia dapat terjadi akibat pemberian diuretik yang berlebihan atau pasien dengan

    keadaan ? relaps. Gejala-gejalanya antara lain hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin, dan

    sering juga disertai sakit perut. Penanganannya pasien diberi in#us ?a@l #isiologis dengan cepat

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    16/18

    sebanyak 1-2 mAkgBB dalam 2-* menit, dan disusul dengan albumin 1 gkgBB atau

     plasma 2 mAkgBB (tetesan lambat 1 tetes per menit). Pada kasus hipovolemia yang telah

    teratasi tetapi pasien tetap oliguria, perlu diberikan #urosemid 1-2 mgkgBB intravena.

    E) ipertensi

    ipertensi dapat ditemukan pada a"itan penyakit atau dalam perjalanan penyakit ?

    akibat dari toksisitas steroid. Hntuk pengobatanya dia"ali dengan 9@F (angiotensin ,onerting 

    en-yme) inhibitor , 9:B (angiotensin re,eptor blo,ker ), ,al,ium ,hanel blo,kers, atau antagonis

    Q adrenergik, hingga tekanan darah di ba"ah persentil .

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    17/18

    I. Kom#likasi

    +omplikasi mayor dari sindrom ne#rotik adalah in#eksi. 9nak dengan sindrom ne#rotik 

    yang relaps mempunyai kerentanan yang lebih tinggi untuk menderita in#eksi bakterial karena

    hilangnya imunoglobulin dan #aktor B properdin melalui urin, kecacatan sel yang dimediasiimunitas, terapi imuosupresi#, malnutrisi, dan edema atau ascites. Spontaneus ba,terial 

     peritonitis adalah in#eksi yang biasa terjadi, "alaupun sepsis, pneumonia, selulitis, dan in#eksi

    traktus urinarius mungkin terjadi. $eskipun Strepto,o,,us pneumonia merupakan organisme

    tersering penyebab peritonitis, bakteri gram negati# seperti  Es,heri,hia ,oli, mungkin juga

    ditemukan sebagai penyebab.

  • 8/20/2019 SN Belom Kelar

    18/18

    DAFTA& PUSTAKA

    Behrman. ?elson8 !lmu +esehatan 9nak. Makarta. FG@. 2

    Fric P.@ohen, $'. ?ephrotic yndrome. SLnlineT. 9vailable 4rom H:A 8

    http8emedicine.medscape.comarticle2CCE*1-overvie"

    ta# Pengajar !+9 4+ H. tandar Pelayanan $edik B!+9 4+H. Fdited by 'r. yari#udin

    :au#,dkk. B!+9 4+H. $akassar.2

    ta# Pengajar !+9 4+ H!. Buku +uliah !lmu +esehatan 9nak 4+H!. Ool.2. Fdited by

    'r.:usepno asan dan 'r.usein 9latas. !n#omedika. Makarta. 2