skripsi pricillia limbono influencer marketing mohini

34
87 LAMPIRAN

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

87

LAMPIRAN

Page 2: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

88

INSIGHTS KONTEN INFLUENCER MELALUI INSTAGRAM

MOHINI RESORT KOMODO (@mohiniresort)

1. Awkarin

Page 3: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

89

Page 4: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

90

2. Febrian and the gang (Kabu Tipis, Her Journeys, Agnes Oryza)

Page 5: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

91

Page 6: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

92

BUKTI WAWANCARA

( Shorten link wawancara: https://drive.google.com/drive/folders/1At3tcosKbiWq0EJSlJAGTM2Yc3WkJ2tT?usp=sharing )

1. Wawancara online dengan Bayu Tarigan melalui Zoom Meeting (video)

Rabu, 26 Mei 2021, 13.55 WITA.

2. Wawancara online dengan Sonia melalui Zoom Meeting (audio)

Jumat 28 Mei 2021, 20.08 WITA.

Page 7: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

93

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Transkrip Wawancara dengan Bayu Tarigan

Via Zoom Video Call BAYU TARIGAN Rabu, 26 Mei 2021 (13.55 WITA) Durasi: 38:47 P: “Halo, Kak Bayu” B: “Halo” P: “Apa kabar, kak?” B: “Iya, baik. Gimana-gimana?” P: “Thank you banget ya kak udah mau bantuin aku” B: “Haha iya, aku jawab sebisanya ya tapi” P: “Iya, siap kak. Apapun hasilnya hahaha. Jadi gini kak, aku kan lagi bikin skripsi nih…” B: “Aku belum mandi tapi ngga apa-apa ya hahaha” P: “Iya kak ngga apa-apa hahaha. Nah, jadi skripsiku ini membahas seputar Mohini dan judulnya ‘Strategi Influencer Marketing dalam Pembentukan Brand Awareness melalui Instagram Mohini Resort Komodo’ Nah…” B: “Iya…” P: “Sebelumnya, aku boleh… ini untuk sesi interview ini aku boleh record ya kak buat bukti” B: “Ini aku ngga ada videonya nanti kan?” P: “Bisa ngga kak cuman audio-nya aja” B: “Oh oke ngga apa-apa sih” P: “Iya. Sebelumnya aku boleh minta kakak untuk memperkenalkan diri dulu ngga nih? Jadi, nama lengkap, terus untuk jabatannya, job desk kakak, sama tanggung jawab yang kakak miliki di Mohini” B: “Oke, thank you. Ini aku panggilnya apa ya ini ya?” P: “Panggil Icil aja ngga apa-apa kak” B: “Oke, thank you Icil. Perkenalkan, saya Bayu dan nama lengkapnya Ahmad Bayu Putra Tarigan. Kebetulan, disini menjabat sebagai… kalo di Mohini jabatannya sebagai Komisaris Mohini di struktur organisasinya. Jadi, kebetulan kalo di Mohini sendiri itu… kebetulan kan ini sebenernya kayak salah satu milik sendiri yah… Jadi bukan bekerja di lokasi Mohininya gitu loh, jadi kalo misalnya di struktur organsasi kan mungkin ada yang Managerial yang emang langsung bekerja di situ. Kalo ini kan fungsi aku, eh bukan fungsi maksudnya sebagai Komisaris di Mohini dan salah satu dari owner-nya juga begitu…” P: “Sorry kak, audionya ngga ada” B: “…lebih ke managing juga sih kalo di Mohini sendiri”

Page 8: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

94

P: “Oke, thank you kak. Sama berarti kakak juga yang in-charge sama kegiatan Marketing-nya di Mohini ya?” B: “Iya, kebetulan kan salah satu apa namanya… owner-nya bukan cuman aku ya. Ada Mike (Mike Nazeki) juga, ada Bernard (Bernard Lau) juga. Jadi, kita bagi-bagi tugas juga gitu. Kebetulan kalo di Mohini sendiri yang lebih banyak in-charge lebih sering kan aku sama Mike nih, gitu kan. Kalo Mike sendiri lebih banyak kayak… apa ya? Kalo aku sih bilangnya kayak yang bagian kasar sama bagian halus gitu loh. Kalo kasar, mungkin ada perbaikan apa atau harus beli-beli apa tapi kalo aku lebih ke Marketing, kayak ke promosi itu ke aku.” P: “Oh… oke paham-paham. Oke, thank you kak. Jadi, kalau begitu kita langsung mulai ke sesi wawancaranya aja ya kak” B: “Oke” P: “Oke. Jadi, pertama-tama aku pengen tau nih kak. Aku liat-liat ini kan Mohini sering melakukan kegiatan influencer marketing yah… lewat Instagram. Kira-kira apa sih tujuan utama yang pengen dicapai sama Mhini dengan melakukan kegiatan influencer marketing ini? Apakah Mohini ingin membentuk brand awareness, atau mendapatkan consideration, atau conversion of action, atau production?” B: “Oke… kalau mengingat dari Mohini sendiri kan masih baru ya Icil ya… Sebenernya kita baru bener-bener running di Instagram 2019 akhir. Jadi, kenapa pakai bisa dibilang social media influencer ataupun selebgram atau apalah itu bahasanya… yang pasti pertama kali itu untuk brand awareness. Nah, kenapa pakai social media atau pakai influencer marketing itu karena sebenarnya kalau dari sisi cost juga itu lebih bisa di-reduce daripada kita harus pakai iklan, itu sih pada awalnya. Sebenernya sih bisa aja sih kalau kita pakai mungkin… Tapi, sebenarnya kalau untuk sekarang ya… salah satu media atau cara untuk promosi yang paling tepat dan paling langsung hit the point itu sebenarnya ya lewat social media influencer itu. Karena sekarang kalau kita cerita tentang iklan atau apa yang paling banyak sering dibuka kan lewat social media sekarang. Orang setiap hari bukanya sekarang social media ya, ngga ada lagi yang buka koran atau baca koran atau nonton iklan lewat TV udah kurang… Jadi sekarang pakai ini (social media) sih lebih itu… Nah, untuk social media influencer itu sendiri sih ya awalnya ya untuk brand awareness. Tapi, sekarang mungkin sebenarnya masih brand awareness juga soalnya kan yang namanya brand awareness masih harus dilakuin terus-terusan tapi sekarang kalo menurutku lebih ke retensi. Jadi, kan awal brand awareness dengan memperkenal-memperkenalkan ke masyarakat lah… ke mass gitu kan. Kalau sekarang lebih ke retensi karena kan ngga mungkin dong nanti tiba-tiba hilang gitu kan… Jadi lebih ke retensi tapi tetap juga masih brand awareness kepada orang-orang yang masih belum tau tentang Mohini” P: “Oh oke… jadi brand awareness secara continual ya gitu ya kak?” B: “Iya… jadi tetap membentuk brand awareness tapi secara continuous gitu…” P: “Oh oke siap… Nah, selanjutnya kan melihat dari Instagramnya nih. Menurut kakak, siapa sih target audience yang ingin digapai sama Mohini ketika melakukan kegiatan influencer marketing? Kayak misalnya secara demografis mereka ada di kota-kota besar kah? Atau misalnya kayak age range-nya mereka

Page 9: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

95

ada di sekitar kategori generasi X atau millennials atau berapa nih? Dan misalnya lebih banyak perempuan atau laki-laki kah? Atau mungkin hobi mereka?” B: “Kalau untuk special target kita sih sebenarnya ngga ada ya… sampai kayak harus laki-laki atau perempuan. Cuman, kalau kita lihat dari historical, jadi yang mungkin paling banyak yang mungkin yang paling aware dengan social media influencer kan millennials yah… Tapi untuk targetnya sendiri, kalau kita baca a bit dari SES-nya itu sebenarnya lebih ke millennials yang hobinya travelling gitu…” P: “Oh oke…” B: “Iya, jadi lebih ke sekarang kan banyak orang yang bisa dibilang millennials-millennials tapi ngga suka jalan, nah itu ngga masuk ke sasarannya kita… Kalau misalnya dia hobinya travelling, atau hobinya untuk… tapi kalau misalnya kita bilang dari SES-nya atau standar keuangannya sih ya kita ngincernya lebih ke middle class. Karena emang dari target awalnya Mohini kan kita emang ngincernya ke yang middle class gitu dan bukan yang high-end gitu, kalo high-end mereka nyarinya yang five stars atau apa. Tapi kalo kita, emang yang middle sih tapi bukan yang kayak very very low budget gitu ngga sih” P: “Oh… jadi bukan kayak buat backpacker gitu ya kak?” B: “Uhm… kalau backpacker sih, some of backpacker ada juga yang dating ke Mohini juga sih ya sebenarnya tapi ya mereka tidak menjadi mayoritas” P: “Oh, I see oke kak. Selanjutnya nih, Mohini Resort tuh punya kayak spesifikasi KPI (Key Performance Indicators) yang kakak ingin dituju pas lagi melakukan kegiatan si influencer marketing ini. Misalkan, oh dengan melakukan influencer marketing pengen nih adanya traffic di medsos. Either itu dari reach, kenaikan sales, atau misalnya pengen supaya views dari konten video-nya banyak, sampai kenaikan dari followers. B: “Kalo tujuan dari menggunakan social media influencer sih pastinya adalah untuk kenaikan sales-nya yah… Karena, menurutku no matter kita punya viewers banyak atau punya likes banyak ujung-ujungnya pasti di sales-nya. Karena gini, menurutku juga ya social media itu memang untuk brand awareness kalau dilihat dari sisi Marketingnya, tapi kalau dilihat dari sisi tujuan kita mempunyai bisnis kan ya bukan cuman untuk brand awareness-nya aja tapi juga supaya angka sales-nya naik. Ngga ada gunanya kalau misalkan menurutku brand awareness-nya bagus tapi angka sales-nya ngga bagus. Karena kan emang tujuan kita sebenarnya menjadi pelaku bisnis itu dari angka cuannya kan… dari orang datang dan angka sales-nya. Kalau misalnya brand awareness tapi menurutku itu menjadi first entry dari sebuah bisnis juga tapi karena aku juga salah satu pelaku bisnis, tetap angka sales itu juga salah satu aspek yang penting. Jadi, kalaupun kita menggunakan influencer marketing yang kita lihat pertama ya tentunya dari angka reach-nya terus likes-nya banyak nih dan jadi banyak yang aware sama si Mohini ini, dan ternyata engagement-nya kemudian mempengaruhi si angka sales-nya… oh yang booking ternyata banyak nih setelah melihat si influencer A datang ke Mohini. P: “Oh oke-oke baik kak. Nah, sekarang kalau dari kakak sendiri ada ngga sih tipe influencer marketing yang biasanya digunakan sama Mohini. Kan biasanya pakai social media Instagram ya… misalnya kayak lebih sering minta untuk nge-

Page 10: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

96

post single feed post aja either itu posting-an untuk influencer yang datang maupun konten dari Instagram Mohini yang dibuat oleh tim Mohini sendiri. Itu ada ngga sih tipe yang biasanya dipakai? Kayak single post aja atau dicampur dengan fitur IG story, IG live, atau fitur swipe up gitu misalnya? B: “Kalau dari si influencer sendiri, kita ngga ada patokan bakunya mereka harus post berapa atau dalam bentuk apa aja sih. Tapi kalau dari kriteria dan tipe influencer-nya sendiri biasanya aku lebih dominan mencari yang konten mereka itu isinya tentang travelling. Aku bukan tidak mau cuman aku lebih berpikir ulang misalnya ada artis atau social media influencer yang followers-nya berjuta-juta tapi kontennya itu ngga seragam. Kayak misalnya hari ini dia post jalan-jalan tapi besoknya dia post produk kecantikan terus besoknya dia post jualan baju online. Nah, itu kan menurutku ngga konsisten… memang jumlah followers-nya 5 juta cuman si 5 juta ini tuh terbagi-bagi ke orang-orang yang minatnya berbeda-beda. Aku kemudian akan cari atau lebih memilih influencer yang oh followers-nya hanya sekitar 200.000 atau 300.000 tapi emang konten yang dia produce dan followers-nya dia itu emang mem-follow mereka untuk konten travelling, gitu… untuk jalan-jalan dan kasih informasi tentang itu. Karena, kalau misalnya hari ini dia nge-post misalnya baju terus besoknya produk bayi… nah jadinya aku ngga tau ini sebenarnya honest review atau ngga dan orang-orang yang mem-follow dia juga itu gimana. Justru aku juga sedikit menghindari ya kalau ternyata followers si influencer itu mayoritas ibu-ibu. Kenapa? Karena target aku bukan ibu-ibu yang punya anak kecil. Karena menurutku mereka ngga bisa jalan-jalan ke Labuan Bajo yang emang bukan kids friendly dan stay di Mohini. Lain ceritanya kalau misalkan orang jualan produk baju atau produk bayi, nah itu bisa masuk ke mereka. Nah, kalo aku walaupun mereka followers-nya 5 juta itu ngga masuk ke situ gitu… Mereka pasti akan cuman ‘Oh, ke Labuan Bajo’ that’s it gitu loh, ngga yang sampai ke langkah untuk mengenal lebih lagi sampai melakukan booking atau nanya… ya palingan hanya sekadar nanya doang. Jadi, mungkin aku lebih cari ke influencer dengan followers atau yang posting-annya lebih relate ke travelling atau jalan-jalan, gitu…” P: “Oh oke, I see I see. Kira-kira nih kak, dari kayak konten-konten yang dinaikkin ke Instagram Mohini yang contohnya kayak IG story, single post, atau yang lain-lainnya ini kayaknya ngga cocok nih untuk dimasukkin ke Mohini karena mungkin reach-nya kurang atau kayanya orang-orang lebih…” B: “Ini lebih dari orang-orang si social media influencer-nya atau dari kitanya?” P: “Dari Instagram Mohininya” B: “Maksudnya kita ambil postingan-nya dia?” P: “Misalkan Instagram Mohini ngeluarin konten, terus oh kayaknya konten yang kayak gini reach-nya kurang deh atau kayak engagement-nya kurang deh dan ngga sesuai sama tujuan yang ingin dicapai sama Mohini from the first place” B: “Oh! Kalo aku liat… ini berdasarkan yang aku liat ya… kalau orang-orang yang follow Mohini itu lebih senang kalau isi kontennya itu influencer dibandingin cuman kalo kayak mungkin..., oh sama special spot di Labuan Bajo. Nah, dibandingin sama let’s say post soal makanan atau greetings-greetings selamat hari apa… itu reach-nya kurang. Tapi kalau misalnya lagi nge-post si… walaupun misalnya si selebgram itu udah balik dari kapan tapi baru nge-post

Page 11: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

97

cuman kalau orangnya terkenal itu hit-nya juga banyak. Tapi… emang beda-beda sih ya menurutku ya, orang-orang yang follow kan karakteristiknya beda-beda” P: “Oh iya benar si kak. Tapi kalau misalnya dalam bentuk foto atau video gitu, ketertarikan si audiensnya itu lebih ke mana kak? Kayak mereka akan lebih banyak engaged di post itu kalau posting-annya dalam bentuk apa? Atau kalau influencer pasti banyak?” B: “Hmm… ngga semua influencer likes-nya banyak, ngga juga… Jadi, satu juga ya kalau nge-post itu menurutku kita juga harus liat jam-jamnya juga ya, ada yang mungkin jam peak hour. Ada juga jam-jam yang lebih sepi, kadang aku post tengah malam terkadang di tengah malam justru malah lebih banyak yang lihat dibandingin dengan jam kerja siang gitu. Jadi, emang harus liat timing-nya juga dan ngga selalu influencer yang followers-nya banyak itu pasti likes-nya juga banyak, kadang ada yang biasa aja. Sekarang aku mainnya bukan di influencer sih ya, aku mainnya lebih ke micro influencer” P: “Oh… oke” B: “Karena terkadang micro influencer yang mereka punya followers di bawah 100.000 atau bahkan di bawah 10.000, mereka punya engagement yang lebih bagus… kemudian apa namanya dengan followersnya. Jadi, menurutku kadang mereka yang si micro influencer, mereka itu lagi ada di dalam tahapan untuk menjadi influencer atau selebgram dengan followers sekian. Jadi, let’s say mereka punya followers cuman berapa puluh ribu atau mungkin berapa belas ribu, mereka pasti ingin menjadi yang punya followers 100.000 atau 200.000. Nah, apa yang akan mereka lakukan? Mereka akan membangun engagement yang bagus dengan followers-nya. Misalkan ada yang tanya, mereka akan balas. Dan misalnya oke nih let’s say ada selebgram A, si A ini ingin menjadi travel blogger. Mereka akan bikin konten yang bagus, mereka akan mejawab pertanyaan ke netizen dengan bagus dibanding orang yang punya followers 500.000. Nah, itu terkadang ngga dibales… kan orang Indonesia atau netizen gitu ya sekarang budayanya malas membaca, kadang pengennya komen nanya ‘itu dimana?’ atau ‘itu berapa?’ padahal udah ada informasi di situ tapi mereka akan tetap nanya. Jadi orang yang followers-nya udah banyak, mereka ngga akan ngelayanin yang kayak gitu dan ngga akan diladenin. Sedangkan, mereka yang baru punya followers 11.000 menuju kea tau pengen jadi banyak, mereka akan baik nih… jadi aku lebih senang sekarang ke micro influencer” P: “Hmm… iya karena mereka lebih interaktif gitu ya sama audiensnya” B: “Yes! Iya, menurutku lebih ke situ gitu loh orang-orang akan lebih in-touch dan ngga neko-neko atau minta yang banyak-banyak. Karena mereka sadar diri gua baru seberapa dibandingin orang yang punya berapa ratus ribu (followers)… menurutku sih kayak gitu” P: “Oh… iya iya oke” B: “Karena aku juga harus lihat benefit and cost-nya juga kan…” P: “Oh… iya sih, oke deh kalau begitu. Oke kak pertanyaan selanjutnya nih, menurut kakak sendiri melihat dari insights yang ada di Mohini. Kira-kira ada ngga kak unique insights dari audience Instagram Mohini sendiri, ataupun potential influencer yang nantinya akan dipilih?”

Page 12: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

98

B: “Kalo unique insights sih sebenarnya ngga ada ya, karena ngga terlalu spesifik banget dan ngga terlalu dominan sekali antara orang yang nge-post mereka lagi ngapain itu ngga ada sih semuanya sama aja. Kalo menurutku, yang banyak engagement-nya dari insights yang aku lihat itu seberapa terkenal dia (influencer) di social media sama… karena aku lihat nih di Instagram kan mereka ada algorithm-nya sendiri. Nah, ketika dia rajin membalas atau aktif di media sosial, maka posting-annya akan lebih banyak ke blast lebih banyak. Jadi kalau misalnya si selebgram yang cuman banyak nge-post doang itu sebenarnya dia ngga banyak nge-reach orang-orang pengguna Instagram. Jadi biasanya aku lihat, oh ini orangnya kayaknya engagement-nya lebih banyak nih… nah itu biasanya dia yang akan lebih ngaruh sih” P: “Hmm… oke kak I see… oke oke. Tadi kan kakak udah sempet bilang ya kalau misalnya mau cari influencer tuh yang emang fokus ke travelling gitu ya kak? Nah, selain yang fokus ke travelling kira-kira ada ngga sih kak yang kakak piker ternyata oh ternyata oke juga nih. Ketika kakak pilih influencer tertentu yang bukan fokus di travelling tapi ternyata engagement-nya bagus juga di Instagram Mohini” B: “Sempet sih ada dulu yang agak viral yang waktu Awkarin datang ke Mohini kan ya dan sempet datang ke Nazeki juga kan ya… sebenarnya kan itu kontennya juga bukan travelling ya, karena dia kan ya random menurutku ya… Hampir semua dia terima yang mana yang menguntungkan mungkin ya. Tapi dia juga cukup ada efeknya, tapi efeknya bukan yang langsung bisa dirasakan pada saat itu. Menurutku gini, ada beberapa kegiatan social media yang buat naikkin followers… Nah, itu Awkarin memang ngaruh tapi Awkarin juga ada pengaruhnya sama sales naik tapi ngga langsung, tapi lama. Kayak beberapa kali sempat ada beberapa orang yang datang ke Mohini aku tanya ‘tau Mohini dari mana?’ terus mereka jawab ‘iya, aku pernah liat di posting-annya Awkarin’ tapi bukan efek yang langsung jadi kayak setelah beberapa bulan kemudian baru tau. Jadi ngga langsung ada efeknya juga ngga… ada juga yang ngga ada efeknya sama sekali, itu juga ada. P: “Oh, oke…” B: “Kayak, duh ni orang followers-nya banyak, mintanya ABCD pas udah gua kasih tapi efeknya ngga ada juga. Ada juga, yang sebenarnya aku mungkin misalnya ada orang… bolak balik ke Labuan Bajo gitu. Lama-lama kan orang juga udah mulai bosan liat mereka tuh, nah yang kayak gitu itu juga bisa dihindarin atau misalnya ada juga orang yang ngga konsisten. Karena sekarang netizen juga udah pintar, mereka akan tau mana yang sebenarnya honest review dan mana yang fake review” P: “Iya betul banget kak” B: “Nah, iya kan.. Jadi kalau misalnya semua posting-an dia bilang… Misalnya gini nih, kan sekarang lagi musim juga ada orang-orang yang jadi hotelier kalau kamu pernah dengar. Nah, jadi dia tuh emang orangnya minta endorsement ke para pelaku hotel. Tapi kan jadinya lebih ke fake review menurutku. Aku juga kan pribadi sebagai pengelola Mohini melihat review yang dikasih sama para hotelier itu, dan menurutku itu its’ not real review dan bukan honest review gitu

Page 13: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

99

menurut aku. Kayak masa sih? Kayaknya lebay banget deh… ininya dia, nah itu kan sebenarnya harusnya bisa dihindarin juga kalau menurut aku” P: “Iya, karena semuanya jatohnya dikasih review yang bagus semua ya kak?” B: “Hm..mmm… kan kita juga kalau misalnya mau nginep maunya bukan fake review ya maunya honest review kan gitu kan…?” P: “Iya… iya…” B: “Orang juga atau pihak dari kita juga pasti akan kasih service yang luar biasa kepada dia karena dia selebgram… karena dia influencer… gitu kan, kadan kita juga butuh bukan cuman dari si selebgram itu, kita juga pengen lihat dong dari orang-orang yang emang honest review. Kalau kita datang ke sana, bakal dapat service kayak begitu ngga?” P: “Kayak what to expect kalau misalnya buat orang yang bukan influencer datang liburan untuk ke tempat itu” B: “Iya…” P: “Oh, oke paham… paham…” B: “Harusnya Sonia juga ngerti juga lah sekarang mana social media influencer mana yang… ya tau sendiri lah Sonia sama gua juga tau lah aduh anjir nih orang ngeselin banget, gitu kan ada hahaha” P: “Hahaha… iya kayak jadi tau busuk-busuknya gitu ya kak?” B: “Iya… tau, udah tau semuanya hahaha… itu sih si Sonia udah makan hati banget, kita bareng-bareng udah kayak udah lah sabar-sabar aja…” P: “Iya… hahaha habis ini aku interview dia kak” B: “Oh iya? Ini kamu lagi di Nazeki bukan sih?” P: “Iya betul hahaha…” B: “Iya kan?” (44:07) P: “Iya kak… Oke lanjut ya kak… Nah, selanjutnya aku pengen ngebahas persoalan mengenai budget, media planning, dan targetnya sendiri. Ada ngga sih kak? Budget yang digunain khusus untuk melakukan kegiatan si influencer marketing ini sendiri?” B: “Oh.. okay actually we are very very bad dalam budgeting ya… maksudnya adalah awalnya sih waktu pertama-tama kita running Mohini sempet sih kepikiran kalau oke kita harus ada budget marketing dan budget promotion itu harus ada. Tapi, sambil berjalannya itu yang kita lihat adalah kita ngga pakai budget dalam artian…” (disconnecting…) (back on 45:37) P: “Halo kak, sorry banget kayaknya tadi ke disconnect” B: “Iya, ngga apa-apa hahaha” P: “Sorry banget kak tadi jadi kepotong…” B: “Iya, it’s okay…” P: “Jadi tadi sampai di bagian budgeting ya kak…”

Page 14: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

100

B: “Ah iya, jadi kalau untuk budgeting sendiri awalnya emang sempat kita mau melakukan endors ya… tapi ternyata cost untuk endors itu emang mahal banget. Jadi setelah aku pegang Mohini juga aku tau sekarang ada yang namanya endorsement dan ada juga yang namanya collaboration. Yang kita lakukan sekarang, kita ngga pernah melakukan yang namanya endorsement tapi yang kita lakukan adalah collaboration. Apa sih yang paling membedakan endorsement dan collaboration? Kalau endorsement itu kita yang nentuin semuanya, kita nentuin tanggalnya, nentuin post-nya gimana, dan mereka punya tarifnya sendiri. Tapi kalau misalnya collaboration adalah orang-orang (influencer) yang mau datang ke Labuan Bajo dan contact kita gitu… jadi kayak eh Mohini, gue mau ke Labuan Bajo nih… Ada kamar atau ngga? Kita bisa collaboration atau ngga? Itu jatohnya akan lebih murah, bahkan kalau di kita jatohnya kita bisa dibilang ngga keluar uang sama sekali. Paling yang kita keluarnya adalah kita siapin kamar, mungkin mereka ada yang minta sarapan pagi atau makan siang, that’s all. Tapi kalau misalnya kita melakukan endorsement, misalnya aku mau endors Icil nih… nanti aku bilang eh Cil datang dong ke Mohini, oke… nanti lo bakal bilang ke gua tanggal berapa, oh tanggal sekian… oke tarif gue sekian, tiket pesawatnya sekian, harian gua sekian. Itu mahal banget… gitu loh dan itu aku udah pernah. Dan efeknya sama, mereka akan nge-post juga, sama kan bentuk-bentuknya tapi cost yang kita keluarkan untuk endorsement itu besar banget. Jadi, akhirnya kita berpikir kita ngga mau endorsement. Kita ngga menerima endorsement yang kita bayar, tapi kalau misalnya mau datang ke Labuan Bajo dan mereka mau collab berapa malam, oke kita ngga apa-apa. Tapi kalau ditanya berapa sih maksimal yang kita terima untuk collaboration? Yang pasti kita ngga akan ngejual the whole rooms untuk collaboration aja ngga… Kita akan lihat juga ini lagi high season atau low season, kalau lagi low season sih kita akan lebih flexible lah… Mungkin orang itu mau lebih dari satu kamar atau lebih satu malam. Yang pasti kita ngga pernah menolak tamu untuk kegiatan collaboration, karena kita ngga mungkin dong booking-an udah penuh kita cancel itu kan ngga mungkin. Kita akan oke mohon maaf untuk tanggal segini kita full atau ada ngga alternatif tanggal lain (untuk melakukan collaboration), nah kita akan menawarkan seperti itu. Soalnya ngga mungkin dong yang udah bayar kita tolak atau kita batalin” P: “Oh oke, paham… oke berarti sebenarnya ngga ada kayak spesifikasi budget secara nominalnya ya kak, jadi lebih ke service-service yang ditawarin sama Mohini aja gitu ya?” B: “Iya, jadi lebih ke service aja. Jadi kalau misalnya keluar uang, jatohnya kita lebih banyak keluarnya tapi yang kita dapat sama” P: “Kira-kira kalau di persentase-in gitu ada angkanya ngga kak? Misalnya kalau untuk Marketing nih ditotal-totalin semuanya mereka stay di Mohini berapa lama gitu, kira-kira ada ngga ya kak persentasenya?” B: “Hmm… ngga ada sih, kita maksimal kasih satu hari dua hari sih kita ngasihnya ngga ada yang lebih dari dua hari sih…” P: “Oh… oke…”

Page 15: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

101

B: “Karena juga mereka… beda dengan di Bali ya, kalau di Bali mereka mungkin bisa tinggal seminggu dan banyak yang bisa dilakuin. Kalau di Labuan Bajo, mayoritas kan mereka akan pergi sailing, bakal naik kapal” P: “On board ya kak?” B: “Iya, on board gitu kan dan ngga akan ada di hotel. Bosen banget karena kalau dua hari di hotel sih” P: “Oh… oke selanjutnya menurut Kak Bayu sendiri nih, dimana sih tingkat brand awareness dari Mohini sendiri sebelum melakukan kegiatan influencer marketing ini? Jadi ada beberapa tingkatan, yang pertama itu unaware of brand jadi mereka itu sama sekali belum mengetahui keberadaan dari brand tersebut, terus ada brand recognition itu dimana sedikit banget pengetahuan mereka akan sebuah brand kadang mungkin bisa juga lupa akan keberadaan si Mohini ini. Nah, yang ketiga itu brand recall dimana mereka bisa mengingat adanya atau disebut nama Mohini Resort, terakhir tingkatan paling tinggi itu top of mind jadi kalau inget tempat penginapan di Labuan Bajo, oh inget nih Mohini Resort… dan pasti utamanya Mohini Resort” B: “Kalau sebelum melakukan si influencer marketing melalui social media tadi, kita benar-benar di tingkat unaware sih… karena juga masih baru banget. Even di saat kita belum buka juga, ada yang datang coba-coba untuk mau nginep waktu di awal banget itu kalau kamu tau gengnya si Febrian and the gang tuh yang berlima. Itu mereka datang tuh, nah jadi emang sebelum aku mulai social media itu udah mereka berlima tuh yang datang. Jadi bisa dibilang sebelum melakukan influencer marketing lewat social media ini kita benar-benar unaware. Karena pas kita baru soft opening banget, mereka udah datang, kita pakai mereka, dan thanks God juga jadi mulai ada orang-orang yang tau. Ada teman-teman selebgram mereka yang juga ngehubungin kita gitu. Jadi, awalnya kita sebelum ngelakuin si social media influencer marketing ini kita benar-benar unaware bahkan zero lah. Tapi semenjak udah ada social media dibilang unaware banget juga ngga karena sekarang udah banyak yang tau juga ya… tapi kalau dibilang top of mind juga ya ada juga mungkin yang berpikir seperti itu. Nah, kalau apa itu satu lagi yang brand recognition ya? Nah itu juga ada yang kayak gitu, karena Mohini juga udah ada yang tau. Kalau top of mind, ya ada juga sih orang yang mau datang ke Labuan Bajo untuk menginap di Mohini. Tapi kalau unaware sih mungkin rata-rata mereka yang belum pernah datang ke Labuan Bajo atau yang belum pernah datang ke Mohini” P: “Oh, oke kak paham. Pertanyaan terakhir nih kak… setelah melakukan kegiatan si influencer marketing ini, perkembangannya… keliatan ngga kak perkembangannya secara signifikan? Jadi menggunakan influencer marketing sebagai tools utama dari marketing communication di Mohini berarti ya?” B: “Hmm… kalau tools utama mungkin iya ya, tapi kalau salah satu tools aja ngga ya karena masih ada tools-tools yang lain juga. Karena memang kalau menggunakan social media sih emang udah paling untuk tourism sekarang, emang menurutku paling tinggi ya engagement-nya dan insights-nya juga paling tinggi. Ya, pasti ngaruh banget sih kalau menurutku. Kalau ngga ada social media sih mungkin kita akan lebih susah untuk membuat marketing dan promotion… gitu sih menurutku”

Page 16: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

102

P: “Oke… oke… paham” B: “Kalau ditanya berapa angkanya kayak detail angkanya aku ngga terlalu… Sonia mungkin yang tau tuh karena justru Sonia kan emang dia yang megang kan… tapi kalau ceritanya mungkin aku bisa jelasin sih” P: “Oh… oke oke kak. Tadi kan kakak bilang bukan satu tools tapi tools utama. Nah, tools-tools lain yang digunain sama Mohini tuh apa aja kak?” B: “Kalau tools-tools yang lain, yang pasti kita juga kayak… kan disana juga banyak provider trip ya… Yang pasti kita juga kerjasama sama provider trip gitu kan, mereka misalnya punya trip kemana biasanya kita kerjasama. Kalau ada misalnya lu kesana gua kasih diskon ya kalau lu ke Mohini dan juga kayak kemarin aku kerjasama sama Garuda. Jadi kalau misalkan orang yang naik Garuda bisa dapat diskon untuk stay di Mohini juga, jadi kita bisa nebeng ke promosinya mereka juga” P: “Oke berarti lebih kayak ke bundling juga ya kak?” B: “Iya bundling, kerjasama juga, tapi sih menurutku juga yang bikin paling ngaruh selain mouth to mouth itu menurutku juga paling ngaruh sih. Jadi mulut ke mulut sih juga bisa jadi pengaruh yang paling tinggi juga, kalau misalnya kita nge-recommend orang kan orang itu bisa nge-recommend ke orang lain lagi ya… cuman kan emang ngga bisa keukur yah dan ngga ada strandarnya” P: “Iya sih benar kak, setuju… setuju… Mungkin banyak orang yang lihat dari Instagram tapi temannya ngga pernah lihat, mereka kan pasti taunya dari temannya gitu ya” B: “Iya… gua sendiri kan lebih enak ya kalau dengar rekomendasi dari teman sendiri dibanding cuman ngelihat doang. Karena kan sering ngga sih begitu kita cuman ngelihat doang sampai di sana, ya zonk gitu. Kalau kita dapat dari rekomendasi orang kan lebih meyakinkan kan dibanding cuman dari social media kalau menurutku ya…” P: “Karena real experience gitu ya kak?” B: “Iya… tapi emang ada beberapa juga yang ditanya tau Mohini dari mana dan bilangnya oh iya tau dari teman nih… dan temannya juga bukan influencer cuman mungkin temannya pernah datang ke sana terus puas dan senang dapat feedback kalau ke Labuan Bajo nginap di sana lagi” P: “Oh oke… pertanyaan dari aku sih itu aja sih kak. Kalau dari kakak ada yang mau ditambahin lagi ngga kak?” B: “Hmm… ngga sih, nanti kalau ada yang mau ditanyain lagi feel free to text aja sih…” P: “Hehehe siap kak, nanti kita juga akan ketemu kan kak?” B: “Iya, tanya Sonia aja dia juga pasti lebih banyak tau soal Mohini sih…” P: “Oke siap kak! Thank you banget ya kak aku boleh ganggu waktu liburnya” B: “Okay… sip sip byebye, aku leave ya…” P: “Oke kak… thank you…”

Page 17: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

103

2. Transkrip Wawancara dengan Sonia

Via Zoom Voice Call Sonia Jumat, 28 Mei 2021 (20.08 WITA) Duration 22:20 P: “Halo, kak Sonya apa kabar?” S: “Halo Pricil, aku kabar baik. Gimana kabar kamu?” P: “Baik kak, sebelumnya thank you ya kak udah mau sisain waktunya di mala mini untuk interview sama aku” S: “Iya, sama-sama Pricil. Ngga masalah kok, aku juga pengen ngobrol sama kamu hihi” P: “Hahaha. Oke kak, jadi sebelumnya aku kan lagi bikin skripsi… nah objek penelitian aku itu Mohini Resort dan judul skripsiku itu ‘Strategi Influencer Marketing dalam Pembentukan Brand Awareness Melalui Instagram Mohini Resort Komodo’. Jadi, hari ini aku pengen ngobrolin seputar influencer marketing yang digunakan sama Mohini, gitu…” S: “Oke, baik…” P: “Oke, jadi kita langsung masuk ke sesi wawancaranya aja ya kak” S: “Boleh… boleh…” P: “Nah, aku pertama-tama pengen tau nih kak dalam melakukan kegiatan influencer marketing ini kira-kira Mohini Resort Komodo memiliki tujuan utama apa ya yang ingin dicapai? Misalnya itu ada dari tahap awareness, consideration, conversion of action, sampai production” S: “Oke… jadi kalau untuk tujuan kami itu pastinya itu awareness. Karena, bisa dibilang Mohini itu masih terbilang baru kalau dibandingkan dengan Ayana dan Plataran. Nah, semua orang kan pasti udah tau nih Ayana dan Plataran… nah kita juga pengen nih untuk semua orang supaya tau tentang Mohini Resort. Dan pasti untuk awareness itu ujung-ujungnya akan mempengaruhi ke angka sales kami, gitu…” P: “Oh, oke I see I see. Oke lanjut nih kita ke pertanyaan kedua, siapa sih menurut kakak target audience yang ingin digapai sama Mohini Resort Komodo pada saat melakukan kegiatan influencer marketing? Misalkan kayak secara demografis, ada dimana kah mereka lokasinya, atau secara age range masuk ke kategori generasi mana nih, terus gender, hobi atau interest mereka apa tuh?” S: “Oke, untuk target kami sih udah pasti lebih ke millennials dan Gen Z sih… Karena mereka kan yang pasti aktif tuh di Instagram dan kebetulan Mohini Resort ini kalau difoto itu sangat-sangat ‘instagramable’ kalau kata orang-orang sekarang, gitu loh. Nah, dan hobi atau interest-nya ya pasti travelling atau biasanya itu untuk new couple. Biasanya mereka datang ke Labuan Bajo untuk honeymoon. Kalau untuk gender sih ngga ada spesifikasinya sih Pricil, lebih ke mix”

Page 18: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

104

P: “Oke oke, paham paham. Kalau begitu, kita ke pertanyaan selanjutnya ya kak… Apakah Mohini Resort Komodo memiliki spesifikasi KPI atau Key Performance Indicators yang ingin dituju saat melakukan kegiatan influencer marketing. Misalnya kayak traffic di medsos kah, kenaikan sales, atau kenaikan followers. S: “Oke, kalau untuk KPI nya dari influencer marketing yang kita jalanin sih lebih ke cari engagement daripada likes ya… Karena engagement itu kita lihat dari berapa banyak yang nge-tag Mohini, berapa banyak yang nge-save postingan, terus juga nge-share. Nantinya juga bisa dilihat dari orang-orang yang nanya lewat dm atau juga whatsapp sampai ke action booking. Karena lumayan banyak juga sih yang… gini nih, misalnya ada influencer datang, terus mereka nanti share profile-nya Mohini terus nanti dia juga share tuh kegiatan yang dia lakukan di Mohini. Nah, automatis pasti yang nanya ke whatsapp itu dan sampai ke bookingan lumayan berpengaruh sampai dengan 20% gitu… dari satu influencer aja” P: “Oh I see I see… oke deh, nah lanjut nih kak nyambung ke pertanyaan yang selanjutnya… dalam melakukan si kegiatan influencer marketing ini, apakah Mohini Resort Komodo memiliki target yang ingin dituju per jangka waktu tertentu?” S: “Oke, ini kita ngomongin long-term atau short-term nih?” P: “Um, boleh long-term juga terus nanti dijabarin sampai ke short-term nya kalau misalnya ada boleh” S: “Oh oke boleh… boleh… Nah, kalau long-term itu kita pengennya sih ya Mohini Resort menjadi top of mind orang-orang kalau misalnya mereka berlibur ke Labuan Bajo sih. Jadi, kalau misalnya nih mereka mau ke Labuan Bajo langsung mikir oh iya langsung aja ke Mohini Resort atau misalnya orang-orang tuh langsung ngeh gitu loh kalau lagi ngomongin Mohini Resort. Dan kalau untuk short-termnya itu pasti nambah followers yah… karena sekarang followers itu lumayan… bukan lumayan malah menurutku sangat penting untuk di Instagram” P: “Kira-kira ada targetnya ngga kak? Kan misalnya mau kenaikan followers nih, kira-kira ada targetnya ngga nih kak dalam setahun harus naik berapa terus nanti oh dijabarin per bulannya harus naik berapa nih, gitu…” S: “Oh kalau target sih pasti sih Pricil, kalau targetnya itu ngga hitung per tahun atau per bulan tapi per influencer, biasanya sih kalau influencer-nya punya followers 100.000 berarti followers kita harus nambah 1.000 followers. Misalnya kita pernah tuh waktu itu kedatangan Awkarin, siapa yang ngga tau Awkarin kan? Followers Awkarin setau aku itu bisa sampai jutaan lebih ya… Nah, begitu Awkarin update soal Mohini Resort, followers kita benar-benar nambah melonjak sampai 10.000 followers tuh…” P: “Oh okeoke paham, selanjutnya aku mau nanyain soal tipe influencer marketing apa sih yang biasanya digunain sama Mohini Resort? Kan biasanya lewat Instagram ya kak, either itu menggunakan single post feeds, IG story, atau dicampur, IG live, sampai fitur swipe up. Nah, biasanya kalau di Mohini tuh apa aja sih kak yang digunain?” S: “Sejauh ini sih yang paling oke untuk digunakan ya paling IG story yang di mix sama IG single post feeds, mungkin karena post itu yang paling aman buat

Page 19: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

105

dapetin engagement dan likes yang bagus secara konsisten dan paling dibarengin sama fitur swipe up untuk ke booking inquiries aja sih… jadi kalau terms and conditions yang kita kasih ke influencer ketika collab itu kita pasti mewajibkan influencer itu untuk nge-tag di story minimal 3 post dalam sehari dan juga single post. Tapi itu juga bisa dipertimbangkan dengan jumlah kamar mereka menginap dan jumlah malam mereka menginap. Misalnya mereka menginap hanya dengan satu kamar dan semalam, itu it’s okay banget kalau mereka cuman post dua IG story dan satu post gitu… Tapi kadang kan ada ya, influencer itu datang sama timnya nih butuh 3-5 kamar dan automatis kita dari pihak Mohini Resort juga menuntut lebih seperti misalnya at least 5 IG story dalam sehari atau nge-post beberapa di IG feeds. Dan juga mereka pasti diwajibin untuk nge-tag Mohini Resort baik di IG story ataupun IG feeds” P: “Oh, berarti terms and cons-nya itu hanya dikasih lewat whatsapp aja atau ada kontrak yang ditandatangan gitu kak?” S: “Sejauh ini hanya by whatsapp aja ya, karena aku ngerasa kita juga harus bisa flexible. Karena menurut aku ya, aku lebih suka influencer itu yang lebih flexible juga gitu… ngga kaku dan ngerasa mereka wajib untuk nge-post tapi akhirnya mereka tetap nge-post dengan sendirinya” P: “Oh oke, kalau begitu sebaliknya nih kak. Ada ngga yang ngga cocok buat digunain sama Mohini Resort, kayak misalnya oh untuk post ini kurang cocok nih karena engagement-nya kurang bagus atau kurang banyak” S: “Pasti ada sih, biasanya itu lebih ke posting-an soal family. Karena emang Mohini Resort itu emang kurang family friendly, kayak yang misalnya punya bayi atau punya balita. Nah, pernah tuh ya waktu itu Mohini Resort collab sama artis terkenal di Indonesia. Artisnya sangat terkenal nih, tapi aku ngga mau sebut nama ya… mereka ini semua orang di Indonesia pasti tau mereka itu siapa. Dan yang akhirnya diharapkan oleh Mohini Resort pasti kan engagement naik, followers naik, dan sales juga naik. Eh tapi malah kok kita ngerasanya dampaknya ngga se-signifikan itu ya… ngga se dahsyat kalau influencer yang datang gitu” P: “Padahal namanya bagus tapi malah jadinya zonk ya kak?” S: “Iya…” P: “Nah, sekarang aku pengen ngebahas soal influencer-nya dan proses kreatif kontennya. Kalau dari Mohini Resort atau dari kakak Sonia sendiri punya ini ngga sih unique insights dari audience Instagram Mohini Resort maupun potential influencer yang nantinya akan dipilih untuk melakukan kegiatan influencer marketing?” S: “Okeoke, kalau untuk itu sih sudah pasti… karena gini, yang kita jual dari Mohini Resort itu kolam berenang kami dan juga view yang emang luar biasa. Jadi kalau misalnya Mohini itu nge-post influencer yang ada kolam berenang itu di dalamnya, likes sama engagement-nya akan sangat banyak. Terus juga kalau kita post soal view yang ada di Mohini, automatis akan banyak banget tuh yang share post itu. Jadi, menurut aku yang menjual dari Mohini itu kolam dan view-nya sih kayak view bukit dan lautnya” P: “Oh oke I see, selanjutnya nih kak apakah dalam proses pemilihan seorang influencer terdapat indikator-indikator tertentu seperti: kesamaan value dengan

Page 20: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

106

brand, letak kategori influencer, domisili influencer, dan audience yang dimiliki influencer tersebut?” S: “Kalau influencer sih kita sebenarnya beragam ada dari travel influencer, lifestyle influencer, dan selebgram karena beda-beda juga sih tujuannya. Kalau travel influencer dan lifestyle influencer itu lebih ke engagement Instagram sama traffic orang-orang yang nanya soal booking-an. Tapi kalau selebgram biasanya lebih ke angka share and saved post-nya dan naikkin angka followers sih” P: “Oh oke deh kalau begitu, last nih kak untuk topik mengenai influencer… kalau dari Mohini kira-kira ada ngga penyesuaian konten yang nantinya akan diproduksi oleh influencer berdasarkan peminatan audience Instagram dari influencer tersebut?” S: “Kalau untuk penyesuaian konten sih menurut aku… aku ngga bisa ngatur influencer-nya juga ya soalnya. Tapi dari Mohini kan tetap memberikan best service baik untuk micro influencer maupun macro influencer. Jadi harusnya mereka merasa senang dan mereka automatis akan update soal Mohini Resort. Soalnya kan yang jual dari Mohini Resort emang dari service-nya ya… Oh iya, sama satu lagi nih aku lupa soalnya kalau di Mohini itu kita lebih mengutamakan collaboration dibandingkan endorsement. Nah, kalau di proses collaboration di Mohini itu lebih kayak influencer yang nge-reach kita jadi mereka ‘halo Mohini, aku mau ke Labuan Bajo nih dan mau stay disana. Kira-kira boleh ngga aku stay di sana dan nanti aku promosiin Mohini Resort secara gratis, gitu… Nah, tapi nih kalau endorsement itu kita harus bayar ke influencer dan mereka mengunjungi Mohini Resort sesuai dengan ketentuan kita. Tapi menurutku ngga worth it, karena dengan mereka menginap di Mohini Resort aja itu udah ngeluarin budget yang cukup besar” P: “Oh gitu kak… oke paham paham. Oke lanjut pas banget nih kak aku next pengen ngomongin tentang budget yang dikeluarkan Mohini. Kira-kira spesifikasi budget yang digunakan khusus untuk melakukan kegiatan influencer marketing di Mohini Resort Komodo” S: “Oke… kalau untuk budget itu Mohini emang ngga ada budget untuk influencer. Karena seperti yang udah aku bilang Mohini jualnya lebih ke service buat si influencer bukan dalam bentuk rupiah. Yang aku harus fokusin itu lebih ke timing si influencer ini datang ke Labuan Bajo, jadi aku juga ngga bisa nentuin nih budget buat influencer bulan ini segini nih. Karena kan kalau mereka datang ya akan datang, tapi kalau emang lagi musimnya ngga ke Labuan Bajo atau misalnya cuaca lagi ngga mendukung nih jadi orang yang datang ke Labuan Bajo sedikit” P: “Oh iya soalnya kalau di Mohini kan collab ya kak bukan endors, jadi lebih ke influencer-nya yang contact ke Mohini duluan” S: “Iya benar…”

Page 21: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

107

P: “Berarti kalau misalnya budget yang di hitung dari service yang diberikan Mohini kira-kira kalau dihitung-hitung dan ditotalin itu bisa sampai berapa ya kak?” S: “Oke, sebelumnya aku kasih tau kamu juga ya biar kamu ada bayangan tipe kamar di Mohini dan ada apa aja di Mohini. Tipe kamar di Mohini itu ada dari standard, superior dan juga suite. Nah, yang biasanya kita kasih ke influencer itu tipe kamar suite yang emang best-nya kita sih karena di kamar itu udah keliatan banget view yang bagus banget, terus emang desain dari si kamar suite ini emang yang paling unik banget juga daripada tipe kamar yang lain. Untuk harga dari kamar tipe suite itu 1.800.000 per malam include breakfast untuk dua orang, dan biasanya influencer itu minta kolaborasi di kamar suite selama dua malam. Jadi ditotalin deh tuh 1.800.000 dikali dua, bisa juga kadang influencer itu minta request untuk di airport pick-up atau airport drop-off itu biasanya di harga 200.000” P: “Oh okeoke berarti kalau itu semuanya ditambahin dan dihitung-hitung itu masuknya ke budget per influencer ya kak?” S: “Iya benar…” P: “Oke next aku mau ngebahas pengaruh dari si influencer marketing ini terhadap pembentukkan brand awareness. Menurut Kak Sonia, dimanakah letak tingkatan brand awareness dari Mohini Resort sebelum menggunakan kegiatan influencer marketing? Jadi ada beberapa tahap nih kak, ada dari tahap unaware of brand, brand recognition, brand recall, sampai dengan top of mind” S: “Oke, menurut aku nih ya jujur… Kalau Mohini Resort tanpa influencer, Mohini Resort itu ngga bakal jadi apa-apa. Karena Mohini itu start gaining followers, peningkatakan sales itu benar-benar dari mulai digunakannnya si influencer marketing ini. Mungkin kamu tau travel influencer Febrian and the gang?” P: “Oh iya tau-tau kak…” S: “Iya mereka tuh menurut aku sangat amat informatif. Kan ada tuh influencer yang misalnya datang cuman buat supaya menginap gratis aja. Tapi menurutku kalau Febrian and the gang itu benar-benar memberikan informasi yang jelas dan apa yang memang mereka rasakan saat berkunjung ke Mohini Resort. Nah, jadi pas banget nih influencer pertama yang kerjasama dengan kita awal-awal nih si Febrian and the gang” P: “Oh iya berarti pas banget ya kak pertama-tama langsung sama si Febrian and the gang ini…” S: “Iya…” P: “Nah pertanyaan terakhir nih kak, menurut kak Sonia apakah terdapat perkembangan dari digunakannya influencer marketing sebagai ya bisa dibilang tools utama dari komunikasi pemasarannya di Mohini Resort kan ya kak?”

Page 22: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

108

S: “Jelas perkembangannya sangat pesat sih menurut aku. Karena Mohini itu baru 2 tahun meggunakan influencer marketing dan followers di Mohini itu sudah cukup banyak yaitu 25k. Nah, dan itu juga sangat berpengaruh ke angka penjualan kami… dan itu terlihat secara signifikan juga perkembangannya” P: “Oh I see I see… oke kak kita sudah selesai nih untuk sesi interview-nya. Kira-kira kalau dari kak Sonia ada yang mau ditambahin ngga kak?” S: “Hmm.. kalu untuk ditambahin sih ngga ada sih pricil, kurang lebih udah mencakup semuanya” P: “Oke deh kalau begitu terima kasih banyak ya kak Sonia, see you next time” S: “Iya sama-sama Pricil, bye see you!”

Page 23: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

109

FORM BIMBINGAN

FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR

NIM : 00000020802

Nama Mahasiswa : Pricillia Limbono

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Nama Dosen Pembimbing : Theresia LV Lolita, M.I.Kom.

NO TANGGAL BIMBINGAN CATATAN BIMBINGAN TANDA TANGAN

PEMBIMBING

1 17 Febuari 2021 (via Zoom)

- Trim dan revisi Latar Belakang - Rumusan masalah diperjelas - APA Style Citation - Cari Konsep Influencer Marketing - Narasumber minimal 2 orang - Fokus ke BAB 1

2 28 Febuari 2021 (via Zoom)

- Ganti judul jadi ke brand awareness - Cari indikator brand awareness - Buku untuk pedoman wawancara - Buku untuk strategi influencer

marketing - Fokus ke BAB 2 - Trim bagian media sosial

3 2 Mei 2021 (via Kami App)

- Revisi Latar Belakang - Buat deskripsi analisis SWOT - Penelitian Terdahulu diperjelas

sumbernya - Tentukan konsep utama yang mau

digunakan sebagai pedoman wawancara

- Kerangka Penelitian pakai turunan konsep

- Perjelas profil narasumber wawancara

Page 24: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

110

4 10 Mei 2021 (via Zoom)

- Review hasil revisi yang diberikan pada tanggal 2 Mei 2021

5 19 Mei 2021 (via Kami App)

- Review pertanyaan wawancara - Buat tabel berdasarkan kategori

konsep utama yang dijadikan acuan pembuatan pertanyaan wawancara

6 23 Mei 2021 (via Whatsapp)

- Buat jadwal wawancara dengan narasumber

- Contoh pedoman wawancara - Kolom evidensi isinya bukti/kondisi

yang ada sekarang (fakta)

7 24 Mei 2021 (via Kami App)

- Hubungkan antara dimensi dan indikator dalam variabel (kreativitas dll)

- Bahas mengenai target dan media planning

- Perjelas dengan menanyakan tingkatan brand awareness sebelum dan sesudah menggunakan influencer marketing

- Pertanyaan dikaitkan dengan strategi kampanye

8 31 Mei 2021 (via Kami App)

- Perbaiki semua kesalahan typo dan penulisan berdasarkan KBBI

- Lengkapi Abstrak, Daftar Isi, dll - Bridging sebelum membahas Labuan

Bajo - Tulisan Judul Tabel diletakkan di atas

tabel - Shorten link tempat rekaman

wawancara di-upload ke google drive

- Lengkapi Form Bimbingan dan Uji Turnitin

Page 25: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

111

CAT *Minimal bimbingan Skripsi/TA adalah 8 kali, Form wajib dilampirkan di laporan Skripsi

Tanda Tangan Pembimbing

(___________________) Theresia LV Lolita, M.I.Kom.

Page 26: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

112

HASIL TURNITIN

Page 27: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

113

Page 28: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

114

Page 29: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

115

Page 30: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

116

Page 31: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

117

Page 32: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

118

Page 33: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

119

Page 34: Skripsi Pricillia Limbono Influencer Marketing Mohini

120

DAFTAR RIWAYAT HIDUP