skripsi - 156.67.221.169
TRANSCRIPT
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM REFRIGERASI CASCADE
UNTUK MENINGKATKAN COEFFICIENT OF PERFORMANCE
DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 PADA SISI HIGH
STAGE DAN R600 PADA SISI LOW STAGE
SKRIPSI
DIRGA WIJAYA JUMAIL
2015-12-048
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN BISNIS ENERGI
PROGRAM STUDI SARJANA
TEKNIK MESIN
JAKARTA, 2020
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
EXPERIMENTAL STUDY OF CASCADE REFRIGERATION
SYSTEM TO IMPROVE COEFFICIENT OF PERFORMANCE
USING REFRIGERAN R22 ON HIGH STAGE AND R600 ON LOW
STAGE
SKRIPSI
DIRGA WIJAYA JUMAIL
2015-12-048
FACULTY OF TECHNOLOGY AND ENERGY BUSINESS
UNDERGRADUATE
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
JAKARTA, 2020
i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Dirga Wijaya Jumail
NIM : 201512048
Fakultas/ Program Studi : FTBE/ S1 Teknik Mesin
Judul Skripsi : Studi Eksperimental Sistem Refrigerasi
Cascade Untuk Meningkatkan Coefficient Of
Performance Menggunakan Refrigeran R22
Pada Sisi Hight Stage dan R600 Pada Sisi Low
Stage
Telah di sidangkan pada Semester Genap Tahun Akademik 2019/2020 dan
dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada Fakultas Teknologi dan Bisnis Energi
Program Studi Sarjana Strata satu Program Studi Teknik Mesin Institut
Teknologi-PLN pada Tanggal 31 Agustus 2020
No Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1 Hendri, S.T, M.T. Dosen Pembimbing
2 Eri Prabowo, Dr. Ir, M. Kom. Ketua Penguji
3 Roswati Nurhasanah, S.T., M.T. Sekretaris
4 Suhengki, A.Pi, M.T Anggota
Mengetahui,
Kepala Program Studi Sarjana Teknik Mesin
(Roswati Nurhasanah, S.T, M.T)
ii
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan ini saya :
Nama : Dirga Wijaya Jumail
Nim : 201512048
Departemen / Prodi : Teknik Mesin / Sarjana
Menyatakan mengucapkan terimakasih kepada :
Bapak Hendri, S.T, M.T
Selaku pembimbing skripsi yang penuh kesabaran memberikan arahan, saran
serta bimbinganya sehingga skripsi ini dapat di selesaikan dengan lancar.
Terimaksih saya juga saya sampaikan kepada Bapak Suhengki, A.Pi, M.T selaku
kepala laboratorium Fenomena Dasar Mesin mengizinkan dan membantu dalam
melakukan pengujian dan pengambilan data di laboratorium Fenomena Dasar
Mesin
Jakarta, 31 Agustus 2020
Dirga Wijaya Jumail
NIM : 201512048
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Insitut Teknologi PLN, saya yang bertanda tanga
dibawah ini :
Nama : Dirga Wijaya Jumail
Nim : 201512048
Departemen : Teknik Mesin
Program Studi : Sarjana Teknik Mesin
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi PLN Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusive
Royalty Free Reight) Atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM REFRIGERASI CASCADE UNTUK
MENINGKATKAN COEFFICIENT OF PERFORMANCE DENGAN MENGGUNAKAN
REFRIGERAN R22 PADA SISI HIGH STAGE DAN R600 PADA SISI LOW STAGE”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi PLN berkak menyimpan, mengalih media /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis / pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian Pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 31 Agustus 2020
Yang menyatakan
Dirga Wijaya Jumail
v
ABSTRAK
STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM REFRIGERASI CASCADE
UNTUK MENINGKATKAN COEFFICIENT OF PERFORMANCE
DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 PADA SISI HIGH
STAGE DAN R600 PADA SISI LOW STAGE SISI LOW STAGE
DIRGA WIJAYA JUMAIL
2015–12–048
Telepon : 082198541424
E-mail : [email protected]
Dibawah bimbingan Hendri, S.T, M.T
Refrigerasi secara umum adalah proses penyerapan kalor dari ruangan
bertemperatur kemudian memindahkan kalor tersebut menuju ke suatu substansi
tertentu yang memiliki suhu lebih rendah dan diharapkan mampu menjaga
kondisi tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan. Kebutuhan
akan ruang penyimpanan temperature rendah yang berada dibawah temperature
rendah kurang dari -20oC tidak bisa menggunakan sistem refrigerasi tunggal,
tetapi menggunakan sistem cascade. Sampai saat ini, system refrigerasi
cascade telah banyak diteliti untuk diuji kinerjanya guna mencari modifikasi
system cascade yang baik untuk kemudian dipasarkan. Maka dari itu penelitian
ini berfokus untuk menguji sebuah mesin refrigerasi cascade yang ada baru saja
selesai dirakit untuk diuji kinerjanya terlebih dahulu, pada sisi high stage
refrigeran yang digunakan yaitu R22 sedangkan pada sisi low stage digunakan
refrigeran R600. Mesin pendingin pada sisi low stage merupakan friser rumahan
yang hanya mampu mencapai temperatur evaporator –20oC, temperature
tersebutlah yang menjadi standar minimal dalam pengujian nantinya. Hasil
pengujian pada system low stage menunjukkan kinerja yang tergolong baik.
Namun setelah system high stage dinyalakan, terjadi keadaan abnormal berupa
terjadinya penurunan tekanan suction pada sisi low stage hingga pada posisi
dibawah 0 Psig. Hal ini menyebabkan terjadinya kenaikan temperature
evaporator dan tidak menyebabkan alat penukar kalor belum bekerja secara
optimal. Maka dari itu dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menganalisa kejadian
tersebut.
Kata Kunci : Cascade, Refrigeran, Refrigerasi
vi
ABSTRACT
EXPERIMENTAL STUDY OF CASCADE REFRIGERATION SYSTEM TO IMPROVE COEFFICIENT OF PERFORMANCE
USING REFRIGERAN R22 ON HIGH STAGE AND R600 ON LOW STAGE
DIRGA WIJAYA JUMAIL
2015 – 12 -048
Telpon : 082198541424
E-mail : [email protected]
Guidance by Hendri, S.T, M.T
Refrigeration in general is the process of absorbing heat from a room with a temperature then transferring the heat to a certain substance that has a lower temperature and is expected to be able to maintain these conditions as desired or needed. The need for a low temperature storage room that is below a low temperature of less than -20°C cannot use a single refrigeration system, but uses a cascade system. Until now, the cascade refrigeration system has been widely researched to test its performance in order to find a good cascade system modification to be marketed later. Therefore, this study focuses on testing an existing cascade refrigeration machine that has just been assembled to test its performance first, on the high stage refrigeran used, namely R22, while on the low stage, R600 refrigeran is used. The cooling machine on the low stage side is a home frizer that can only reach the evaporator temperature -20°C, this temperature is the minimum standard in later testing. The test results on the low stage system showed relatively good performance. However, after turning on the high stage system, an abnormal condition occurs in the form of a decrease in suction pressure on the low stage until it is below 0 Psig. This causes an increase in the evaporator temperature and does not cause the heat exchanger not to work optimally. Therefore, further research is needed to analyze the incident.
Keywords : Cascade, Refrigeran, Refrigeration
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR NOTASI ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................... 3
1.2.1 Identifikasi masalah ............................................................................. 3
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................... 3
1.2.3 Rumusan masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................................. 4
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap .............................................................. 6
2.2 Sistem Refrigerasi Cascade .................................................................... 11
viii
2.2.1 Komponen Sistem Refrigerasi Cascade ............................................ 13
2.2.2 Persamaan pada Sistem Refrigerasi Cascade .................................. 16
2.3 Refrigeran ................................................................................................ 18
2.3.1 Refrigeran Alternatif yang Ramah Lingkungan .................................. 19
2.3.2 Refrigeran R22 .................................................................................. 20
2.3.3 Refrigeran R600a .............................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 23
3.1 Metode Penelitian .................................................................................... 23
3.2 Lokasi Penelitian...................................................................................... 23
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................... 24
3.4 Alat & Bahan Pengujian ........................................................................... 25
3.4.1 Alat Pengujian ................................................................................... 25
3.4.2 Alat Ukur dan Alat Bantu ................................................................... 31
3.4.3 Bahan Pengujian ............................................................................... 36
3.4.4 Prosedur Pengujian dan Pengambilan Data ...................................... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 40
3.5.1 Pengarahan ....................................................................................... 40
3.5.2 Pengamatan Langsung (observation methode) ................................. 40
3.5.3 Pengamatan Tidak Langsung ............................................................ 40
3.5.4 Metode Wawancara (Interview Methode) .......................................... 41
3.5.5 Metode studi literature/kepustakaan .................................................. 41
3.6 Teknik Pengolahan Data ......................................................................... 44
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................ 45
3.8 Software .................................................................................................. 45
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 46
4.1 Hasil Pengujian ........................................................................................ 46
4.1.1 Hasil Pengujian disisi Low Stage ....................................................... 46
4.1.2 Hasil Pengujian disisi High Stage ...................................................... 47
4.2 Hasil Perhitungan Data Hasil Pengujian Sistem Refrigerasi Cascade Pada
Sisi Low Stage dan High Stage ...................................................................... 48
4.2.1 Perhitungan Mesin Pendingin Bagian Low Stage .............................. 48
4.2.2 Perhitungan Mesin Pendingin Bagian High Stage ............................. 49
4.2.3 Perhitungan COP Cascade dan Heat Rejection Ratio (HRR) ........... 50
4.3 Analisa dan Pembahasan ........................................................................ 52
4.3.1 Kinerja Mesin Pendingin Cascade Bagian High Stage dan Low Stage
................................................................................................................... 52
4.3.2 Analisa Hasil Perhitungan Coefficient of Perfomance dan Heat
Rejection Ratio ........................................................................................... 58
4.3.3 Analisis Faktor Pengaruh Naik atau Turunnya Nilai Coefficient Of
Performance (COP) Dengan Diagram Fishbone ........................................... 60
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 66
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 66
5.2 Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN........................................................................................................ 69
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus kompresi uap ........................................................................ 6
Gambar 2.2 Kompresor ...................................................................................... 8
Gambar 2.3 Kondensor ....................................................................................... 9
Gambar 2.4 Evaporator .................................................................................... 11
Gambar 2.5 P-h Diagram sistem refrigerasi cascade ....................................... 12
Gambar 2.6 Sistem refrigerasi cascade dan T-s diagram ................................. 12
Gambar 2.7 Tabung Refrigeran R22 ................................................................. 21
Gambar 2.8 Tabung Refrigeran R600 ............................................................... 22
Gambar 3.1 Peta Lokasi Institut Teknologi PLN ............................................... 23
Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah .................................................... 24
Gambar 3.3 Mesin Refrigerasi Cascade ........................................................... 25
Gambar 3.4 Kompresor sisi High Stage ............................................................ 27
Gambar 3.5 Kondensor sisi HS ......................................................................... 27
Gambar 3.6 Pipa kapiler sisi HS ...................................................................... 28
Gambar 3.7 Kompresor sisi LS ......................................................................... 28
Gambar 3.8 Evaporator sisi LS ......................................................................... 29
Gambar 3.9 Pipa kapiler sisi LS ........................................................................ 29
Gambar 3.10 Penukar Kalor (PHE) ................................................................... 30
Gambar 3.11 Pressure Gauge High dan Low ................................................... 31
Gambar 3.12 Thermocouple digital tipe K ......................................................... 32
Gambar 3.13 Tang Amper ................................................................................ 33
Gambar 3.14 Charging Manifold ....................................................................... 33
Gambar 3.15 Panel Kontrol .............................................................................. 34
Gambar 3.16 Pompa vacuum ........................................................................... 34
Gambar 3.17 Anemometer ............................................................................... 35
Gambar 3.18 Multimeter 6 in 1 .......................................................................... 35
Gambar 3.19 Refrigeran R22 ............................................................................ 36
Gambar 3.20 Refrigeran R600 .......................................................................... 37
Gambar 3.21 Proses Persiapan ........................................................................ 38
Gambar 3.22 Aplikasi CoolPack ....................................................................... 32
xi
Gambar 4.1 Grafik hasil perhitungan kerja kompresor LS ................................ 53
Gambar 4.2 Grafik hasil pertihungan kalor yang dibuang dikondensor LS ....... 54
Gambar 4.3 Grafik hasil perhitungan kalor yang diserap dievaporator LS ........ 54
Gambar 4.4 Grafik hasil perhitungan Coefficient Of Performance LS ............... 55
Gambar 4.5 Grafik hasil perhitungan kerja kompresi HS .................................. 56
Gambar 4.6 Grafik hasil perhitungan kerja kompresi LS ................................... 56
Gambar 4.7 Grafik hasil pertihungan kalor yang dibuang dikondensor HS ....... 57
Gambar 4.8 Grafik hasil pertihungan kalor yang dibuang dikondensor LS ....... 57
Gambar 4.9 Grafik hasil perhitungan kalor yang diserap dievaporator HS ....... 58
Gambar 4.10 Grafik hasil perhitungan kalor yang diserap dievaporator LS ...... 58
Gambar 4.11 Grafik hasil perhitungan COP cascade terhadap waktu .............. 59
Gambar 4.12 Grafik hasil perhitungan HRR terhadap waktu ............................ 60
Gambar 4.13 Diagram fishbone Coefficient Of Performance ............................ 61
xii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Karakteristik CFC, HFC, dan HC Refrigeran ..................................... 20
Table 3.1 Spesifikasi Peralatan Mesin Cascade ............................................... 26
Table 3.2 Tabel rencana pengujian ................................................................... 41
Table 4.1 Tabel data hasil pengujian sisi Low Stage ........................................ 47
Table 4.2 Tabel data hasil pengujian sisi High Stage ....................................... 48
Table 4.3 Tabel hasil perhitungan performa sisi LS .......................................... 49
Table 4.4 Tabel hasil perhitungan performa sisi HS ......................................... 50
Table 4.5 Tabel hasil perhitungan COP Cascade ............................................. 51
Table 4.6 Tabel hasil perhitungan Heat Rejection Ratio (HRR) ........................ 52
Table 4.7 Analisis diagram fishbone naik atau turunnya COP .......................... 62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ..................................................................... 68
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi ............................................................ 69
Lampiran 3 Surat Pernyataan Pengambilan Data ............................................. 70
Lampiran 4 Data Hasil Pengujian ...................................................................... 71
Lampiran 4 Lembar Revisi ................................................................................ 73
xiv
DAFTAR NOTASI
Wc= Daya kompresor (watt)
ṁ = Laju aliran massa xivocalxivaxivant (kg/s)
h1 = Entalpi xivocalxivaxivant masuk kompresor low stage (kj/kg)
h2 = Entalpi xivocalxivaxivant keluar kompresor low stage (kj/kg)
Qc = Laju pengeluaran kalor kondensor (kW)
ṁHS = Laju aliran massa xivocalxivaxivant high stage (kg/s)
m= Laju aliran massa refrigeran low stage (kg/s)
h7 = Entalpi xivocalxivaxivant keluar kondensor high stage (kj/kg)
h6 = Entalpi xivocalxivaxivant masuk kondensor high stage (kj/kg)
Qe= Kapasitas pendinginan (kW)
h4 = Entalpi xivocalxivaxivant masuk evaporator (kJ/kg)
h1 = Entalpi xivocalxivaxivant keluar evaporator (kJ/kg)
Wtotal = Daya total kompresor high stage dan low stage(watt)
Evap Q = Energi panas yang diterima udara (kW)
COP = Coeffiecient Of Performance
HRR = Heat Rejection Ratio
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakangi
Refrigerasi secara umum ialah proses diserapnya kalor dari
ruangan/subtansi bertemperatur kemudian memindahkan kalor tersebut menuju
ke suatu substansi tertentu yang memiliki suhu lebih rendah dan diharapkan
mampu menjaga kondisi tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau
dibutuhkan. Pada umumnya, efek refrigerasi dimanfaatkan untuk mengatur
keadaan atau suhu udara suatu ruangan. Kondisi ini dimanfaatkan untuk
menunjang kenyamanan para orang yang berada di suatu ruang perkantoran dan
industri ataupun juga dimanfaatkan untuk mendukung serta menjaga kualitas
hasil produksi. [1]
Kebutuhan akan ruang penyimpanan temperature rendah yang berada
dibawah temperature rendah kurang dari -40oC tidak bisa menggunakan sistem
refrigerasi tunggal, tetapi menggunakan sistem cascade. Secara umum sistem
refrigerasi cascade minimal terdiri atas dua system yang bekerja secara mandiri
yang dihubungkan dengan penukar kalor. Sistem refrigersi tersebut dikenal
sirkuit temperature tinggi (HTC) dan siskuit temperature rendah (LTC). [2]
Mesin refrigerasi hingga saat ini telah dan masih menjadi kebutuhan dasar
bagi masyarakat baik yang ada di perkotaan maupun di pedesaan, hal tersebut
mengacu pada fungsi mesin refrigerasi yang sangat penting. Terutama pada
kegiatan farmasi atau penelitian terhadap sampel biomedis yang membutuhkan
penyimpanan suhu rendah atau cold storage yang mampu menyimpan sampel
pada suhu sangat rendah yaitu mencapai temperature -80 oC. Namun apabila
dilihat dari sistem refrigerasi yang banyak digunakan seperti halnya
kulkas/freezer dengan sistem refrigerasi siklus tunggal hanya dapat mencapai
temperatur -40oC tapi dengan efisiensinya yang bisa semakin memburuk karna
tekanan evaporasi. Maka untuk bisa mencapai temperature yang lebih rendah
lagi maka digunakan sistem refrigerasi cascade. Penggunaan sistem refrigerasi
cascade harus lebih memperhatikan dalam hal pemakaian zat atau fluida yang
mengalir dalam sistem refrigerasi atau disebut dengan refrigeran. Pemilihan
2
refrigeran yang baik dan tepat untuk sebuah mesin pendingin dapat lebih
meningkatkan performa sistem refrigerasi itu sendiri dan dengan pemilihan
refrigeran yang ramah lingkungan akan mempengaruhi dampak terhadap
kerusakan lapisan ozon bumi dan GWP yang akan semakin berkurang. [3]
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencari dan menggali informasi tentang
bagaimana cara untuk mendapatkan mesin refrigerasi yang mampu mencapai
temperature yang lebih rendah dibandingkan system refrigerasi tunggal seperti
kulkas atau freezer menggunakan mesin pendingin yang telah dirancang untuk
diuji coba. Penulis mempelajari dan mengaplikasikannya untuk diuji pada mesin
pendingin dengan sistem refrigerasi cascade yang dilakukan di laboratorium
Fenomena Dasar Mesin yang berada di kampus Institut Teknologi PLN. Untuk
bagian HS (High Stage) digunakan sepaket mesin pendingin berupa kondensor,
dan penukar kalor berupa PHE (Plate Heati Exchanger) serta menggunaka dua
jenis pipa kapiler dengan diameter yang berbeda di bagian LS (Low Stage)
digunakan sebuah friser rumahan bervolume 220 liter yang telah dimodifikasi
agar bisa menggunakan PHE sebagai penukar kalornya dan juga ditambahkan
sebuah evaporator tambahan kemudian juga di variasikan dengan pipa kapiler
yang memiliki diameter yang berbeda. Kemudian untuk jenis refrigerannya,
digunakan refrigeran kalangan hidrokarbon pada bagian LS yang memiliki efek
ODP dan GWP yang sangat rendah dibanding dengan refrigeran yang lain. Pada
sisi LS digunakan refrigeran R600 sebagai refrigeran yang memiliki karakteristik
yang baik dan juga kompatibel dengan spesifikasi dari kompresor LS itu sendiri,
kemudian pada sisi HS digunakan refrigeran R22 yang juga cocok dengan
kompresor bawaannya.
Berdasarkan dari pemaparan diatas maka, penulis tertarik untuk menguji
coba mesin pendingin cascade yang ada di laboratorium fenomena dasar mesin
untuk dibuktikan apakah mesin cascade tersebut mampu memcapai suhu rendah
sesuai yang diinginkan dengan menggunakan alat atau komponen yang sudah
dirakit, sehingga dari latar belakang tersebut penulis mengangkat judul “Studi
Eksperimental Sistem Refrigerasi Cascade Untuk Meningkatkan Coefficient Of
Performance Dengan Menggunakan Refrigeran R22 disisi High Stage dan R600
disisi Low Stage”
3
1.2 Permasalahan Penelitiani
1.2.1 Identifikasi Masalahi
Pengujian sistem refrigerasi cascade ini dilakukan di mesin pendingin
cascade yang telah dirakit untuk diuji kinerjanya, untuk sisi HS berupa sepaket
condensing unit yang terdiri dari kompresor, kondensor, dan akumulator yang
kemudian dimodifikasi jalur pemipaannya sehingga digunakan PHE sebagai
evaporatornya. Sedangkan pada sisi LS berupa friser rumahan dengan
temperature terendah maksimalnya -20oC yang telah di rakit dan dimodiikasi
beberapa komponenna seperti penambahan variasi pipa kapiler dan
penambahan variasi evaporator serta kondensornya yang telah dimodifikasi agar
menjadikan PHE sebagai kondensornya. Pengujian dan pengambilan data
dilakukan di laboratorium Fenomena Dasar Mesin yang berada di Institut
Teknologi PLN yang beralamat di Jl. Lingkar Luar Barat, Kelrahan Duri Kosambi,
Kecamatang Cengkareng, Kota Jakarta Barati, Provinsi DKI Jakarta, 11750,
Indonesia. Pengujian ini dilakukan secara coba-coba dengan meminta izin
kepada pihak penanggung jawab laboratorium serta di bimbing oleh kepala
laboratorium dan dosen yang menguasai bidang pendingin. Keadaan yang
dievaluasi adalah keadaan unsteady, dan pengujian dilakukan secara bertahap
sesuai SOP untuk mendapatkan kinerja yang optimal untuk membuktikan bagus
tidaknya alat yang telah dirakit. Hasil dari pengujiannya akan diolah kemudian di
analisis kelebihan dan kekurangannya kemudia pemberian solusi.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalahi
Dalamo peneitian ini untuk mempermudah penelitian digunakan ruang
lingkup masalah, Adapun ruang lingkup masalah tersebut adalah :
1. Penelitian ini fokus untuk melihat hasil penurunan temperatur evaporator
pada sisi LS yang mana akan berpengaruh pada besarnya nilai COP.
2. Penelitian ini fokus untuk membuktikan mesin pendingin cascade yang
telah dirakit untuk dianalisa performanya.
3. Keadaan yang dievaluasi adalah keadaan unsteady
4
4. Pengaruh temperature lingkungan dianggap sama karena pengujian
dilakukan pada ruangan yang tertutup dandapat diatur suhunya
(menggunakan AC)
1.2.3 Rumusani Masalahi
Berdasarka latar belakang dan permasalashan diatas maka perumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah sistem refrigerasi cascade dapat meningkatkan COP yang
dievaluasi dalam keadaan unsteady?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Ditinjau dari latar belakangi dan juga rumusan masalah peneltian, sehingga
tujuan dan manfaat yaitu sebagai berikut :
Tujuan:
Untuk mengetahui dan menganalisa apakah mesin refrigerasi cascade
yang telah dirakit mampu meningkatkan COP dan melebihi temperature
evaporator bawaan dari mesin pendingin sisi low stage yaitu -20°C
Manfaat:
Memberikan wawasan tentang system refrigerasi cascade dan juga
sebagai pembuktian dari mesin cascade yang telah dirakit untuk dianalisa
kekurangan serta kelebihannya.
5
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematka penulisani laporan penelitian ini dibagi menjadi Iima babm, dimana
setiap bab diuraikan sebagaii berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab in menerangkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, 5ocal5a
masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan dari penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang dasar teori dari topik yang dikaji dan kemudian
digunakan untuk dijadikan landasan dalan memecahkan masalah, dan
menganalisia permasalahan. Bab ini juga menjelaskan beberapa teori dasar
yang diperlukan untuk mengembangkan analisis perbandingan refrigeran.
Adapun beberapa teori dasar yang dibahas antara lain: Prinsip kerja mesin
pendingin, komponen-komponen mesin pendingin, katalog refrigeran, dan lain
lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Babi ini menjelaskan tentng metode perancangan serta langkqh-langkah
pengoperasian dan pengujian serta pengambilan data yang dilakukan dalam
memperoleh hasil yang nantinya akan diidentifikasi performa dan efisiensinya,
serta variabel-variabel yang nantinya akan diukur
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Babl ini menjelaskan tentang hasil dari pembahasan yg berisi hasil pengujian
eksperimenatl. Bab ini juga menjelaskan tentang data-data perhitungan dan
analisis perhitungan.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpuland dari hasil analisis yang dilakukan terhadap
permasalahani dan juga saran hasil penelitian untuk penelitian selanjutnya.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sistem refrigerasi kompresi uap ideal konsepnya mengacu kepada konsep
dari sistem carnot dimana sistem ini diperoleh dari jumlah energi masuk yang
digunakan dan akan sama dengan energi yang diperoleh untuk dimanfaatkan.
Pada kondisi semacam ini tidak terdapat perubahan yang berarti untuk
mempengaruhi unjuk kerja siklus. Akan tetapi siklus ideal ini dapat menghasilkan
efisiensi yang tinggi, yang tidak dapat dilampaui oleh siklus refrigerasi kompresi
uap actual. Untuk gambar siklus ada pada Gambar 2.1.[5]
Proses pada siklus refrigerasi kompresi uap terbagi menjadi 4 macam
yaitu :
1. Proses Kompresi
2. Proses Kondensasi
3. Proses Ekspansi
4. Proses Evaporasi
Gambar 2.1 Siklus kompresi uap [10]
7
1. Proses Kompresi
Proses kompresi sendiri lazim terjadi di kompresor yang merupakan salah
satu komponen penting dalam system pendingin, dimana fasa cair jenuh
refrigeran yang masuk ke kompresor dalam kondisi uapi jenuh. Dengan kondisi
tekanan dan suhu yang rendah. Proses kejar yang diberikan pada refrigeran
dilakukan dengan cara memompakanya agar tekanannya naik sehingga
temperaturnya pun ikut naik. Proses ini menyebabkan uap dalam kondisi jenuh
refrigeran menjadi uap superheat yang akan keluar dari kompresor dengan
kondisi bertekanan tinggi, selanjutnya uap refrigeran yang bertemperatur tinggi
atau superheat dan bertekanan tinggi masuk menuju kondensor. Proses
kompresi yang berlangsung di kompresor dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.1).
𝑊 = ṁ. 𝑤
𝑤 = (ℎ2 − ℎ1)
𝑊 = ṁ (ℎ2 − ℎ1) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.1)
Dimana :
W = Kerja compresi (kW)
h1 = Entalpi refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = Entalpi refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
ṁ = Laju alira massa refrigeran (kg/s)
Jantung dari sistem kompresi uap adalah kompresor, karena pemompa
bahan pendingin keseluruh sistem dilakukan oleh kompresor . Dalam sistem
kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan refrigerasi, sehingga bahan
pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke bagian yang lain dalam sistem [7].
Karena ada perbedaan tekanan antara sisi tekanan rendah dan sisi tekanan
tinggi, maka bahan pendingin dapat menggalir melalui alat pengatur bahan
pendingin ke evaporator.
Kompresor dalam sistem refrigerasi berfungsi untuk [10].
1. Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga evaporator dapat
membuat fluida menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap
panas lebih banyak dari ruang.
8
1
2. Memanpatkan gas dengan Menghisap bahan pendingin gas dari
evaporator dengan suhu rendah dan tekanan rendah lalu dimanpatkan
menjadi gas suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kemudian mengalirkan ke
kondensor, lalu megembun dari panasnya fluida yabng melalui.
Gambar 2.2 Kompresor [8].
Untuk menentukan beberapa suhu yang harus dicapai oleh evaporator,
Hal ini bergantung dari bahan pendingin dan macam kompresor yang dipakai
antara lain ditentukan oleh beberapa rendah suhu penguapan di evaporator. [6].
2. Proses Kondensasii[2]
Kondenser merupakan tempat berlansungnya kondensasi dalam siklus,
kondisi kondensasi yang terjadi dikarena temperature refrigeran lebih tinggi dari
pada temperature lingkungan, sehingga panas dari refrigeran akan dibuang atau
dilepas melalui permukaan pipa kondens0r ke lingkungan sekitarnya. Proses
tersebut terjadi secara konveksi, dan proses konveksi pada refrigeran tersebut
bisa dilakukan secarq konveksi alami atau natural maupun secqra konveksi
paksa dengan bantuan kipas.
Ketika uap refrigeran yg berawal dari sisi discharge kompresor masuk
kekondensor, maka uapn (superheat) itu akan didiinginkan lalu diembunkan pada
tekanan yang kontan hingga terjadi kondensasi.
Kalor yg dilepas dikondensor Qc dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan (2.2).
5
Keterangan :
1. Kompresor rotary
2. Acumulator
3. Capasitor fan
4. Capasitor compresor
5. Pengisian refrigeran
6. Terminal conect
listrik (outpuot)
4
6
3
2
9
𝑄𝑐 =. 𝑞𝑐
𝑞𝑐 = ℎ2 − ℎ3
𝑄𝑐 = ṁ (ℎ2 − ℎ3) … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
Dimana :
Qc = Kalor yg dilepas di kondensor (kW)
h2 = Entalpi refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
h3 = Entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran(kg/s)
qc = Efek pemanasan (kondensasi) per unit massa (kJ/kg)
Ada tiga jenis tip kondensor yang sering digunakan, yaitu
1. Kondensor dengan pendinginan udara ( air cooled )
2. Kondensor dengan pendinginan air ( water cooled )
3. Kondensor dengan pendinginan campuran udara dan air ( evaporative )
Faktor penting yang menentukan kapasitas kondensor dengan
pendinginan udara adalah [7] :
1. Luas permukakaan yang didinginkan dan sifat perpindahan kalornya.
2. Jumlah udara permenit yang dipakai untuk mendinginkan.
3. Perbedaan suhu antara bahan pendingin dengan udara luar.
4. Sifat dan karakteristik bahan pendingin yang dipakai.
Gambar 2.3 Kondensor [9]
10
3. Proses Ekspansi [6]
Ekspansi merupakan proses yang terjadi pada bagian katup, setelah
refrigeran melepaskan kalor di kondensor, refrigeran dari condenser (fluida cair)
akan menuju katup ekspansi agar diturunkan tekanan dan temperaturnya.
Temperatur setelah ekspansi diharapkan lebih rendah dari pada suhu
lingkungannya, sehingga refrigeran bisa menyerap panas atau kalor secara
maksimal ketiks berada di evaporator. Proses terjadinya ekspansi dalam
keadaan entalpi kontan, sehingga h3 = h4. [6]
4. Proses Evaporasi [3]
Proses evaporasi terjadi dibagian komponen evaporat0r, kondisi
temperatur refrigeran saat didalam pipa evaporat0r lebih berada pada keadaan
rendah dari sekitar ruang refrigerasi, hingga terjadilah proses penguapan pada
fluida refrigeran karena refrigeran telah menyerap kalor dari beban pendingin
yang ada disekitar ruang refrigerasi. Setelah masuk ke bagian evaporat0r,
kondisi fluida refrigeran mengalami prubahan fasa dari fasa campuran cairan dan
uap menjadi fasa uap jenuhi kembali.
Kalor yang diserap di evaporator Qe didapat dengan persamaan (2.3) [5].
𝑄𝑒 = ṁ. 𝑞𝑒
𝑞𝑒 = ℎ1 − ℎ4
𝑄𝑒 = 𝑚 (1ℎ1 − ℎ41) … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … … … ( 2.3 )
Dimana :
Qe = panas yang diserap di evaporator (kW)
h1 = Entalphi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = Entalphi refrigeran masuk evaporator (kJ/kg)
ṁ = Laju aliran masa refrigeran (kg/s)
qe = Efeki refrigerasi per unit masa (kJ/kg)
Evaporator berperan sebagai penyerap kalor dari udara atau benda di
dalqm lemari atau box lalu mendinginkannya. Kemudian membuang kalor
tersebut melalui kondensor diruang yang tidak didinginkan. Kompresor yang
11
sedang bekerja menghisap refrigeran dalam bentuk gas dari evaporator,
sehingga tekanan didalam evaporator menjadi rendah dan vakum [10].
Fungsi evaporator berbanding terbalik dengan kondens0r, yaitu melepas
kalor ke lingkungan atau udara sekitar tuntuk menyerap panas dari udara atau
substansi yang ada sekitarnya. Perencanaan evaporator wajib memerhatikan
hal-hal berikut ini [9] :
1. Penguapan yang efektif dari bahan pendingin dengan penurunan tekanan
yang minimumdan pengambilan panas dari zat yang didinginkan secara
efisien.
2. Perencanan evaporator tergantung dalam penempatan dan zat atau fluida
yang akan didinginkan apakah berfasa cair atau gas
3. Pada setiap keadaan beban, refrigeran akan menguap sewaktu mengalir
disepanjang pipa evaporator atau permukaan media evaporator dan
diusahakan agar fluida tetap membasahi tiap bagian-bagian dari
evaporator.
Gambar 2.4 Evaporator [9]
2.2 Sistem Refrigerasi Cascade [1]
Sistem yang menggabungkan dua sistem refrigerasi dimana uap standar
yang ada di kondensor pada siklus dengan tekanan kerja lebih rendah atau
disebut dengan kondisi High Stage, membuang kalor yang diambil langsung dari
lingkungan menuju ke evaporator siklus dengan tekanan kerja lebih tinggi dan
disebut dengan kondisi Low Stage, dimana pada eksperimen ini pertukaran kalor
terjadi pada sebuah plate heat exchanger yang berfungsi seperti kondensor pada
Low Stage dan evaporator pada High Stage yang disusun secara seri ini disebut
dengan sistem refrigerasi cascade.
12
Gambar 2.5 P-h diagram system refrigerasi cascade [1]
Sistem refrigerasi cascade dioperasikan dengan menggunakan
kompresor yang terdiri dari dua buah, kemudian satu buah evaporator Low
Stage, satu buah kondensor High Stage, dua buah katup ekspansi (Expansion
Valve) dan satu buah plate heat exchanger. Perbedaan yang mendasar dari High
Stage dan Low Stage adalah pada penggunaan refrigeran yang bekerja pada
kedua sistem tersebut dimana refrigeran temperatur menengah-tinggi di sisi High
Stage dan suhu menengah-rendah disisi Low Stage. [3]
Gambar 2.6 Sistem Refrigerasi Cascade dan T-s diagram [1]
Pada bagian cascade temperatur tinggi (HS) dihasilkan fluida refrigerasi
dengan temperatur rendah tertentu. Cascade temperatur rendah (LS)
menghasilkan refrigerasi temperatur lebih rendah dibandingkan HS. Dengan
13
menggunakan efek refrigerasi pada cascade temperatur tinggi yang mana untuk
temperatur evaporator HS digunakan untuk membuang kalor dikondensor LS.
Hal yang perlu diperhatikan pada setiap cascade mempunyai temperatur yang
berbeda. Setiap refrigeran dapat dipilih, seperti halnya refrigeran beroperasi
dengan baik dalam batas kisaran temperatur yang diperlukan. Contohnya High
temperature cascade menggunakan refrigeran dengan titik didih tinggi (high
boiling refrigeran) seperti NH3 atau R-22 sementara itu untuk low temperature
cascade menggunakan refrigeran temperatur rendah seperti CO2 , ethane,
propane,methane, dan lain-lain tergantung kebutuhan.
Sistem seperti ini, memiliki hasil temperatur yg sangat rendah, namun
dapat berdampak pada tingginya daya kompresor yg digunakan karena sistim
cascade menggunakan dua kompresor. Sehingga mengakibatkan COP yang
dihasilkan dapat menjadi rendah.Untuk itu diperlukan optimasi supaya daya
kompresor yang dibutuhkan rendah, tanpa mengorbankan tujuan awal yaitu
mencapai temperatur evaporasi yang rendah. Pada sistem refigerasi cascade,
Pada sistem refigerasi cascade, nilai kerja kompresor total didapatkan dengan
cara menjumlahkan kerja kompresor pada system HS dan LS.
2.2.1 Komponen Sistem Refrigerasi Cascadei[3]
Adapun komponen - komponen utama sistem refrigerasi cascade secara
umum yaitu sebagai berikut.
Komponen – komponen tersebut adalah :
1. Kompresori
Fungsi kompresor itu adalah untuk menekan fluida refrigeran pendingin
supaya refrigeran tetap bersirkulasi di dalam sistem pendingin. Nilai
kinerja atau performa nyata kompresor dapat dilihat dari daya yang
diberikan pada kompresor dengan persamaan:
W = ṁ x (h2 – h1) (2.4)
Adapun untuk daya kompresor dapat dicari dengan menggunakan
rumus :
Wc = P = V × I × cos φ (2.5)
14
2. Kondensor
Kondensor merupakan salah satu komponen yang berada pada daerah
tekanan tinggi dari sistem pendingin. Fungsi dari kondensor sendiri
merupakan alat pembuangan kalor (heat rejection) yang dari dalam
sistem ke luarsistem. Pada saat refrigeran memasuki kondensor maka
uap refrigeran tersebut akan mengembun (kondensasi) dan berubah
fasa dari uap menjadi cair (terkondensasi). Tipenya compact heat
exchanger. Menjadi alat penukar panas yang sering digunakan sebagai
kondensor pada high stage.
Qcond = ṁ x (hin – hout) = ṁHS x (h6 – h7) (2.6)
Subcool = Tkondensasi – Toutkondensor
3. Ekspansi
Refrigeran yang telah dikondensasi dikondensor,masuk melalui
ekspansi guna mengatur banyaknya refigeran yang akan menuju ke
evaporat0r. Ekspansi sendiri memiliki banyak jenis, diantaranya adalah
pipa kapiler,katup ekspansi 0tomatis dan katup ekspansi termostatik.
Dalam eksperimen kali ini digunakan ekspansi pipa kapiler yang dinilai
efisien.
4. Evaporator
Evaporator menyerap kalor dari substansi yang didinginkan.
Penyerapan kalor tersebut menjadikan refrigeran menguap kemudian
berubah nilai tekanannya sehingga refrigeran menjadi uap (kalor / panas
laten). Panas yang dipindahkan berupa :
1. Panas sensibel (perubahan temperatur)
Kondisi temperatur refrigeran yang masuk ke evaporator dari ekspansi
harus sampai pada kondisi temperature jenuh penguapan (evaporator
saturation temperatur). Kemudian setelah terjadi proses penguapan,
refrigeran berfasa uap dari evaporator dinaikkan temperaturnya untuk
mencapai kondisi uap panas lajut (super heated vapor).
15
Superheat = Tout evaporator – Tevaporasi
2. Panas laten (perubahan wujud)
Untuk terjadinya perubahan wujud pada fluida refrigeran, diperlukan
panas laten. Dalam hal ini perubahan wujud tersebut adalah dari cair
menjadi uap atau menguap (evaporasi). Lalu refrigeran akan menyerap
kalor dari subtansi disekelilingnya.
Terjadinya proses perpindahan kalor pada komponen evaporat0r yang
menghasilkan perubahan wujud cair menjadi uap. Kemampuan
evaporator untuk menyerap panas dalam periode waktu tertentu dan
sangat ditentukan oleh perbedaan temperatur evaporator disebut
dengan kapasitas evaporator. Kapasitas evaporator sangat dipengaruhi
oleh kemampuan menyerap atau memindahkan panas serta dari
kontruksi evaporator itu sendiri seperti tebal,Panjang,dan sirip. Alat
penukar kalor yang sering dijadikan sebagai evaporat0r pada sisi low
stage yaitu plate heat exchanger.
Qevap = ṁ x(hin–hout) = ṁLS x(h1 – h4) (2.7)
5. Plate Heat Exchanger (PHE)
Plate Heat Exhcanger adalah salah satu jenis HE yang mengguanakan
plat tipis sebagai komp0nen intinya. Plat yg dipakai berbentuk polos atau
bergelombang sesuai dengan desain yang dikembangkan. Intermediate
tipe plate ( Plat ) dimana plat tipis sebagai komponen utamanya. Jenis
intermediate HE yang digunakan pada eksperimen kali ini yaitu tipe plat.
Tipe Intermediate ini menjadi pilihan yang banyak digunakan pada dunia
industri, baik sebagai pendingin air, pendingin oli, dan sebagainya.
Dengan prinsip kerjanya dimana adanya gasket-gasket yang didesain
sedemikian rupa sehingga aliran dua atau lebih fuida kerja diatur oleh
masing-masing fluida kerja dapat mengalir di plat-plat namun
terdapatnya perberdaan pada saluran disetiap plat didesain sedemikian
rupa sehingga refrigeran akan terbagi ke setiap bagian plat. Plat dibentuk
16
tersusun berderet menghasilkan susunan batasan saluran bagian antara
low stage dan high stage secara berurutan yang merupakan pembatas
sekaligus ruang area perpindahan panas antara low stage dan high
stage.. Maka dapat digunakan kesetimbangan energi di bawah ini.
QcondensorLS = QevaporatorHS (2.8)
ṁLS x (h2 – h3) = ṁHS x (h5 – h8) (2.9)
2.2.2 Persamaan pada Sistem Refrigerasi Cascade
1. Coeficient of Performance (COP) Sistem Refrigerasi Cascadei[3]
Coeficient of performance pada system refrigerasi digunakan untuk
menemukan nilai efisiensi system atau rasio ketetapan dari
perbandingan kalor yg diserap sebagai energi yangtermafaatkan dengan
energi yg digunakan sebagai kerja,atau berdasarkan teori sederhananya
ditulis:
𝐶𝑂𝑃 =𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (2.10)
Secara aktualnya pada system pendingin cascade, COP dihasilkan dari
perbanndingan diantara efek refrigerasi dengan kerja total
16ocal16a16an atau:
COPrefrigerasi = 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑟𝑒𝑓𝑟𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=
𝑄𝑒
𝑊𝐿𝑆+𝑊𝐻𝑆 (2.11)
2. Laju Aliran Massa Refrigeran (ṁ) Sistem Refrigerasi Cascade [2]
Laju aliran massa refrigeran adalah jumlah berat reffrigeran yang
bersirkulasi didalam system persatuan waktu. Untuk system refrigerasi
cascade laju aliran massa refrigeran pasa sisi HS dan LS berbeda, pada
sisi HS dapat digunakan rumus kesetimbangan termal sebagai berikut:
Qref = Qudara ……………………………………………………… (2.12)
Qref = ṁref . RE ……………………………………………………. (2.13)
Q Ud = ṁud (kg/s).Cp ud (kj/kg °C).( Δt Ud ) °C …………………(2.14)
17
Dimana :
• Q ud adalah kalor yang dilepaskan oleh udara ( kJ/s )
• Q C adalah panas yang dibuang kondensor ( kJ/s )
• ṁud adalah massa laju alir udara pendingim (kg/s)
• CpUd adalah panas jenisnya udara pendingiin ( kJ/kg °C )
• Δt Ud adalah selisih 17ocal17a17ant gas udara pendingin keluar dan
masuk evaporator (°C)
ṁud = A (m2). V (m/s). ρud(kg/m3) ……………………… (2.15)
Dimana :
• A = luas fan evaporator (m2)
• V = kecepatan udara evaporator (m/s)
• ρud = massa jenis udara ( kg/ m3 )
ṁHS = 𝑄𝑢𝑑
𝑅𝐸…................................................................. (2.16)
Sedangkan untuk menghitung laku aliran massa pada sisi LS dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
ṁLS = 𝑊𝑐
( ℎ2−ℎ1 ) …………………………………………(2.17)
3. Persamaan Heat Rejection Ratio (HRR) Sistem Refrgerasi Cascadei[2]
Rasioi Pelepasan Kalori atau disebut jugas Heati Rejection Ratioi (HRR)
ialah lajui perpindahan kalor pada kondensor yang berkaitan dengan
kapasitasi pendinginan.i
𝐻𝑅𝑅 = Qcond HS
QevapLS
𝐻𝑅𝑅=ṁ𝐻𝑆 x ( h6−h5)
ṁ𝐿𝑆 x ( h1−h4 )… … … ….......................................(2.18)
18
2.8 Refrigeran[9]
Pada hakekatnya proses pendinginan atau refrigerasi merupakan proses
pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut.
Berdasarkan dari hukum kekekalan energi, kita tidak dapat menghilangkan
energi tetapi hanya dapat memindahkannya dari satu substansi ke substansi
lainnya. Untuk keperluan pemindahan energi panas ruang, dibutuhkan suatu
fluida penukar kalor yang selanjutnya disebut refrigeran.
Untuk keperluan mesin refrigerasi maka refrigeran harus memenuhi
persyaratan tertentu agar diperoleh performa mesin refrigerasi yang efisien.
Disamping itu refrigeran juga tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Oleh
karena itu, pada masa lalu pemilihan refrigeran hanya didasarkan atas sifat flsik,
sifat kimiawi dan sifat thermodinamik[2]. Sifat-sifat tersebut dapat memenuhl
persyaratan refrigeran yaitu :
-Titik penguapan yang rendah
-kestabilan tekanan
-Panas laten yang tinggi
-Mudah mengembun pada suhu ruang
-Mudah bercampur dengan oli pelumas dan tidak korosif
-Tidak mudah terbakar
-Tidak beracun
2.6.3 Refrigeran Alternatif yang Ramah Lingkungan[9]
Sejak tahun 1916, kelurga hydrocarbon seperti propan dan isobutane
telah diperkenalkan sebagai refrigeran, walaupun dikenal sebagai senyawa yang
mudah terbakar akan tetapi sifat termodinamikanya sangat bagus. Maka karna
ltu kejayaannya seketika hilang ditelan masa bersamaan dengan ditemukannya
CFC pada tahun 1930. Keluarga refrigeran CFC yg dulu ditemukan 60 tahun lalu,
adalah refrigeran yg memiliki sifat unik disamping memiliki sifat termodinamika
yang bagus juga dan tidak beracun serta tidak mudah terbakar. Tetapi setelah
19
beredar selama setengah abad lebih, dominasi CFC di pasaran refrigeran harus
menuai kenyataan yang pahit yaitu dihapus dari peredaran karena sudah terbukti
bahwa kandungan klor sebagai refrigeran tinggi terhadap rusaknya Iapisan ozon
dan terjadinya penemasan global. Maka dari itu diperlukan peninjauan
penggunan refrigeran alternatip yg ramah lingkungani.
Saat ini telah ditemukan beberapa refrigeran yg bisa digunakan sebagai
pengganti CFC dan HCFC. Refrigeran alternatif tersebut diambil dari keluarga
HFC (hidrofluorokarbon) dan HC (hidrokarbon) serta carbondioksida. Dari hasil
penelitian para ahli kita yang sudah dipublikasikan, dapat diketahui bahwa
keluarga HFC mempunyai sifat thermodinanik yang sama dengan keluarga CFC.
Disamping itu HFC mempunyai kandungan toxic (racun) yg juga rendah dan juga
tidak mudah terbakar [2].
Penelitian tentang refrigeran alternative refrigeran membutuhkan
pendalaman dalam pengembangannya yang tentu saja membutuhkan biaya yg
lumayan besar. Oleh karenanya refrigeran keluarga HFC jadi mahal biayanya
bila disandingkan dengan refrigeran keluarga CFC. Selain dari ltu walau
kontribusinya trhadap kerusakan ozon nol (0), namun HFC tetap memilikii
kontribusi yang lumayan besar pada pemanasn global sebesat 0,285. Maka
karena itu HFC masih belum sempurna untuk dikatakan alternative pengganti
refrigeran CFC dan HCFC dan menjadi refrigeran masa dapan. Sebenamya
HCFC-22 atau R-22 sebagai refrigeran alternatif juga memberikan peluang
cukup besar karena kontribusi terhadap perusakan ozon relatif sangat kecil
(0,05) dan kontribusinya terhadap efek rumah kaca sebesar 0,37. Akan tetapi
penggunaan senyawa ini sebagai refrigeran masa depan juga tidak dapat
diimplementasikan.
20
Tabel 2.1 Karakteristik CFC, HFC dan HC Refrigeran [2]
2.6.4 Refrigeran R22 [9]
CFC (Chloro-Flouro-Carbon) R22 memegang peranan penting dalam
system refrigerasi sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini dikarenakan CFC
sifat fisika dan termal yang baik sebagai refrigeran stabil, tidak mudah terbakar,
tidak beracun, dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan atau komponen
dalam system refrigerasi. Akan tetapi setelah kita mengetahui hipotesa bahwa
CFC termasuk Ozone Depleting Substance (ODS) atau zat yang menyebabkan
kerusaka pada ozon. Maka dari itu sebagai masyarakat yang baik,kita mulai
mencoba menghentikan pengunaannya dengan pembatasan secara bertahap
dengan cara berhentinya penggunaan refrigeran CFC pada unit atau mesin
pendingin yang baru dan kemudian digantikan dengan refrigeran yang lebih
ramah lingkungan. Adapun penghentian pemakaian bahan ODS telah
dituangkan kedalam beberapa konvensi, seperti Vienna Convention pada Maret
1985, Montreal Protocol pada September 1987 dan beberapa amandemen
lainnya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi hal tersebut melalui Keppres Ri
No.23 tahun 1992
Jenis Suhu
Uap oC
Tekanan Uap
Bar (55oC)
Tekanan Uap
Bar (-25oC)
Enthalpi
KJ/kg
CFC – 12
HFC – 134a
HCFC – 22
HC – 600
HC – 600a
HC – 290
- 29,8
- 26,2
- 40,7x
- 0,5
- 11,7
- 42,1
13,7
14,8
-
5,6
7,8
19,1
1,24
1,06
-
0,36
0,59
2,0
120,9
153
159,8
306
209,6
290
21
Gambar 2.7 Tabung Refrigeran R22
2.6.5 Refrigeran R600a [9]
Refrigeran hidrokarbon R600 dikenal juga dengan butana karena
senyawanya yang hampir 100% butana serta merupakan refrigeran yang
memiliki tingkat kemurnian paling tinggi. Refrigeran ini dapat beroperasi pada
tekanan yang rendah, dan memiliki efek pendinginan yang tinggi sehingga cocok
digunakan untuk bahan pendinginan AC. Bahan pendingin ini cocok digunakan
hampir semua mesin pendingin dan pelumas. Refrigeran digadang
tidakmenyebabkan rusaknya lapisan ozon dengan nilai ODP (Ozone Depleting
Potential) sama dengan nol (0) dan nilai GWP (Global Warming Potential ) yang
sangat rendah.
22
Gambar 2.8 Tabung Refrigeran R600
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian sangat membantu penulis dalam melakukan
penyusunan laporan penelitian atau skripsi. Penulis mampu melakukan
penelitian dengan baik dan benar karena telah terdapat langkah - langkah yang
akan digunakan dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode gabungan yaitu metode studi kasus dan metode
observasi langsung atau dengan pola kuantitatif-interaktif, yang mana
kebanyakan metode ini digunakan dalam penulisan laporan atau skripsi fakultas
teknik. Penelitian ini berdasarkan studi kasus dan di perkuat dengan beberapa
dasar teori yang di peroleh melalui studi literature serta dari buku maupun jurnal
yang berkaitan sebagai referensi pendukung dalam penelitian kemudian
dibuktikan melalui observasi langsung dengan cara meneliti langsung kepada
objek yang akan diujikan untuk kemudian diambil data-data yang diperlukan
kemudian diolah serta dianalisa.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dan uji coba dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
yang berada di Institut Teknologi PLN Jakarta, Yang beralamat di Menara PLN,
Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750.Telp.
(021)-5440342, Fax. (021) 5440343.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Institut Teknologi PLN
24
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk mempermudah peneliti untuk memahami apa dilakukan dalam
penelitian ini,maka digunakanlah flow chart sebagai berikut:
Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah
Temperatur
Evaporator LS < -20°C
Pengolahan Data PENGOLAHAN DATA
Nilai COP Naik
Ya
25
3.4 Alat & Bahan Pengujian
Alat serta bahan yg digunakan didalam pengujian ini mencakup alat utama
berupa mesin pendingin cascade serta alat pembantu dan alat ukur lainnya yang
digunakan pada saat proses pengambilan data, kemudian bahannya berupa dua
jenis refrigeran hidrokarbon. Adapun Alat dan bahannya sebagai berikut:
3.4.1 Alat Pengujian
Alat utama yang digunakan yaitu berupa mesin pendingin cascade yang
ada di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin IT-PLN, pada sisi LS didesain
dengan temperature evaporasi mencapai -20°C. Mesin pengujian utama berupa
25ocal25a25an, kondensor, evaporator, expantion valve,dan heat exchanger tipe
plat atau PHE. Sedangkan komponen pendukung serta alat pengukur berupa
akumulator,oil separator,filter dryer, pressure gauge, thermocouple, hand valve,
dan sight glass. Pada sisi HS merupakan satu paket condensing unit yang
ditargetkan mampu membantu menurunkan temperature evaporasi sesuai
desainnya.
Gambar 3.3 Mesin Pendingin Cascade
Adapun spesifikasi mesin pendingin cascade adalah sebagai berikut :
26
Tabel 3.1 Spesifikasi Peralatan Mesin Cascade
Sisi High Stage Penukar Kalor Sisi Low Stage
Kompresor
-Jenis : Hermetic (torak)
-Made in : France
-Daya : ¾ HP
-Refrigeran : R22/R502
-Tegangan : 220-240 V
-Frekuensi : 50Hz
Heat Exchanger
-Jenis : Plate Heat
Excahnger (PHE)
Friser rumahan
-Merk: RSA
-Model: CF-220
-Volume: 220 L
-Arus : 0,74 A
-Tegangan : 220/1/50
-Suhu : -15 ~ -20°C
-Refrigeran : R600a
-Massa refrigran: 42gram
-Berat bersih : 34 Kg
-Made in : China
Kondensor
-Model:Embapast
M4Q045-EA-01-A4/C0.
-Jenis : Shell and Coil Air
Cooled Condensor
-Material : Pipa tembaga
Ekpansi
-Model : Pipa kapiler
-Material : pipa tembaga
-Dimensi :
27
Komponen-komponen utama pada mesin pendingin cascade ialah
sebagai berikut:
A. Sisi High Stage
1. Kompresor
Kompresor pada sisi HS berjenis 27ocal27a27 dan memiliki daya ¾ PK
yang mampu diisi refrigeran sekitar 500 gr dan memiliki tekanan kerja
sekitar 25 Psia pada sisi suction dan 180 Psia pada sisi discharge.
Gambar 3.4 Kompresor sisi High Stage
2. Kondensor
Kondensor pada sisi HS juga memiliki kapasitas yang sama seperti
kompresornya yaitu ¾ PK dan berjenis shell and coil air cooled condenser.
Gambar 3.5 Kondens0r sisi HS
28
3. Ekspansi
Ekspansi yg ddipakai dipengujian ini berjenis pipa kapiler dengan
28ocal28a 100 cm dan berdiameter 0,70
Gambar 3.6 Pipa Kapiler sisi HS
B. Sisi Low Stage
1. Kompresor
Kompresor pada sisi LS menggunakan kompresor bawaan dari sebuah
friser rumahan berkapasitas 220L, kompresor sisi LS memiliki daya 1/6 PK
atau lebih kecil dari kompresor yang ada pada sisi HS. Kompresor low
stage di isi dengan refrigeran R600 sebanyak 45 gram.
Gambar 3.7 Kompresor sisi LS
29
2. Evaporator
Evaporator pada sisi LS menggunakan evaporator evaporator kulkas
nofrost 6U berukuran 30 cm x 18 cm dan sudah sepaket dengan filter
dryer serta sirip evaporator. Evaporator ini diletakkan di dalam kabin
sebua friser box rumahan berkapasitas 220 L
Gambar 3.8 Evaporator sisi LS
3. Ekspansi
Ekspansi pada sisi LS memiliki jenis yang sama dengan ekpansi yang
ada pada sisi HS yaitu berjenis pipa kapiler, Panjang pipa kapilernya pun
sama dan yang membedakan yaitu diameternya yang berukuran 0,28
atau lebih kecil dari sisi HS
Gambar 3.9 Pipa Kapiler sisi LS
30
4. Penukar Kalor / Heat Exchanger
Penukar kalor yang digunakan pada pengujian ini berjenis Plate Heat
Exchanger (PHE), jenis ini telah banyak digunakan dalam skala
laboratorium. PHE inilah yang berperan penting dalam system refrigerasi
cascade karena komponen ini merupakan evaporator untuk sisi HS dan
kondensor untuk sisi LS
Gambar 3.10 Penukar Kalor (PHE)
31
3.4.2 Alat Ukur dan Alat Bantu
Dalam pengujian ini terdapat alat ukur sebagai parameter dari data yang
akan di dapatkan serta alat bantu yang berfungsi untuk membantu proses retrofit
refrigeran. Adapun alatnya sebagai berikut :
1. Pressure Gauge
Alat ini merupakan parameter untuk melihat nilai tekanan yang ada pada
system pendingin dengan satuan Psig, alat ini terdiri dari pressure gauge
low dan pressure gauge high yang mana perbedaannya ada pada range
tekanan yang mampu diukur. Untuk pressure gauge low, mampu
mengukur tekanan dari 0-230 psig sedangkan pressure gauge high
mampu mengukur tekanan dari 0-550 psig. Kedua alat ini masing-
maasing dipasang pada sisi LS dan HS
Gambar 3.11 Pressure Gauge High dan Low
2. Thermocouple
Thermocouple merupakan alat ukur temperatur yang banyak digunakan
dalam skala industri, dan ada beberapa tipe thermocouple contohnya
thermocouple tipe K dan tipe J. Thermocouple tipe K lebih banyak
digunakan dan lebih populer dibanding tipe J karena range yang tipe K
mampu dapatkan lebih bagus dibanding tipe J, maka dari itu jenis
32
thermocouple yang digunakan pada pengujian ini adalah thermocouple
digital tipe K
Gambar 3.12 Thermocouple digital tipe K
3. Clamp Meter / Tang Amper
Alat ini digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur nilai arus pada
kompresor HS dan LS. Alat ini juga bisa digunakan untuk mengukur
tegangan AC dan DC.
33
Gambar 3.13 Tang Amper
4. Charging Manifold
Alat ini merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengisi refrigeran
melalui pentil sisi suction dari kompresor, alat ini juga dapat digunakan
sebagai media penyambung untuk dilakukannya vacum.
Gambar 3.14 Charging Manifold
5. Panel Kontrol
34
Alat ini digunakan sebagai pengatur power dari berbagai komponen mesin
pendingin dan didalamnya telah dilengkapi dengan MCB untuk melindungi
kelistrikan komponen dari arus berlebih.
Gambar 3.15 Panel Kontrol
6. Pompa Vakum
Alat ini merupakan alat bantu sangat penting, pompa vacuum berfungsi
untuk mengeluarkan udara atau oksigen yang ada didalam instalasi mesin
pendingin dan juga yang ada di dalam instalasi pemipaan, udara tersebut
dikeluarkan dari system agar tidak bercampur dengan refrigeran yang
dapat menurunkan performa mesin
Gambar 3.16 Pompa vacuum
35
7. Anemometer
Anemometer atau pengukur kecepatan udara digunakan untuk mengukur
kecepatan angin yang dihembuskan dikondensor pada sisi HS.
Gambar 3.17 Anemometer
8. Multimeter Arus AC 6 in 1
Alat ini digunakan untuk mengukur cosphi atau power factor pada sisi LS,
namun alat ini juga bisa mengukur tegangan, arus, frekuensi, kapasitas
penggunaan listrik, dan daya yang digunakan.
Gambar 3.18 Multimeter 6 in 1
36
3.4.3 Bahan Pengujian
Adapun dalam penelitian ini digunakan dua jenis 36ocal36a36ant yang
berbeda yang mana pada sisi HS menggunakan refrigeran R22 dari kelas CFC
sedangkan pada sisi LS menggunakan refrigeran R600a dari kelas hidrokarbon
menggakan tetapi masih compatible berdasarkan spesifikasi alat yang akan
menjadi media penguji kemudian akan diujikan pada satu alat penelitian yang
sama dan tanpa ada mengubah apapun. Tiga jenis 36ocal36a36ant tersebut
ialah :
1. Refrigeran R22
R22 merupakan refrigeran yang sangat baik dari segi termodinamikanya,
akan tetapi CFC yang menjadi unsur senyawanya menyebabkan
kerusakan pada lapisan ozon. Refrigeran R22 mayoritas digunakan pada
AC komersil dan beberapa system air conditioning lainnya.
Gambar 3.19 Refrigeran R22
37
2. Refrigeran R-600
Gambar 3.20 Refrigeran R600
Pemakaian refrigeran R-600 mayoritas digunakan pada sistem refrigerasi
dengan tekanan kerja yg rendah seperti misalnya freezer, cold storage, display
cases dan banyak lagi pada pemakaian sistem refrigerasi suhu rendah.
.
3.4.4 Prosedur Pengujian dan Pengambilan Data
Prosedur pengujian dan pengambilan data terdiri dari proses persiapan,
proses pengujian, dan proses pengambilan data, penjelasannya dapat dilihat
dibawah ini :
1. Proses Persiapan
Proses persiapan diawali dengan pengecekan kondisi alat penelitian
berupa mesin pendingin cascade beserta komponen pendukungnya,
pengecekan dilakukan dengan running test, instalasi kelistrikan dan tes
38
kebocoran untuk melihat kondisi dan performa mesin yang kemudian akan
dilakukan perbaikan jika ditemukan kerusakan atau kegagalan. Kemudian
setelah itu dilakukan pengecekan alat pengukuran yang telah terpasang pada
alat penelitian dan yang telah disediakan di dalam laboratorium. Setelah alat
sudah dianggap siap dan layak untuk digunakan maka akan dilanjutkan untuk
proses pengujian serta pengambilan data.
Gambar 3.21 Proses Persiapan
2. Proses Pengujian
Pengujian dilakukan dengan mempertimbangkan SOP dan K3 yang
berlaku umum di bidang refrigerasi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
dikarenakan salah satu bahan yang digunakan merupakan refrigeran yang
memiliki katakteristik mudah terbakar. Kemudian kondisi lingkungan dilakukan
pada kondisi yang sama dikarenakan alat penelitian berada di dalam ruangan
ber-AC sehingga ruangan tersebut dapat diatur temperaturnya. Pengujian
dimulai dengan menentukan tekanan pengisian refrigeran optimum dan rasio
kompresi minimum yang menghasilkan COP maksimum sesuai dengan tekanan
kerja masing-masing refrigeran. Pengujian dilakukan secara bertahap dengan
cara menyalakan sisi LS terlebih dahulu hingga mencapai temperatur evaporator
rendah maksimalnya kemudian menyalakan sisi HS untuk kemudian dilihat
efeknya.
39
3. Proses Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan seperti yang telah dijelaskan dalam proses
pengujian yaitu dengan cara menyalakan sisi LS terlebih dahulu kemudian
menyalakan sisi HS ketika suhu terendah evaporator sisi LS telah tercapai,
Adapun untuk detail proses pengambilan datanya dijelaskan dengan langkah
sebagai berikut:
A. Pengambilan data pada sisi LS
- Catat temperatur lingkungan
- Pastikan pembukaan katup telah benar sesuai jalur pemipaan
- Nyalakan mesin
- Catat tekanan suction dan tekanan discharge yang ada pada alat
ukur pressure gauge di awal dan selanjutnya setiap 10 menit
selama dua jam
- Catat temperatur masuk PHE dan temperatur keluar PHE yang
ada pada alat ukur themocouple digital di awal dan selanjutnya
setiap 10 menit selama dua jam
- Catat temperatur evaporator, temperatur kabin dan temperatur
PHE yang ada pada alat ukur themocouple digital di awal dan
selanjutnya setiap 10 menit selama dua jam
- Catat Arus listrik kompresor, tegangan dan cosphi yang ada
pada alat ukur clamp meter (tang amper) dan alat multimeter
B. Pengambilan data pada sisi HS
- Catat temperatur lingkungan
- Pastikan pembukaan katup telah benar sesuai jalur pemipaan
- Nyalakan mesin
- Catat tekanan suction dan tekanan discharge yang ada pada alat
ukur pressure gauge di awal dan selanjutnya setiap 10 menit
selama satu jam
40
- Catat temperatur masuk PHE dan temperatur keluar PHE yang
ada pada alat ukur themocouple digital di awal dan selanjutnya
setiap 10 menit selama satu jam
- Catat temperatur evaporator, temperatur kabin dan temperatur
PHE yang ada pada alat ukur themocouple digital di awal dan
selanjutnya setiap 10 menit selama satu jam
- Catat Arus listrik kompresor dan tegangan yang ada pada alat
ukur clamp meter (tang amper) dan alat multimeter
Adapun untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini yang memaparkan tentang rencana pengujian
3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Supaya tujuan seperti yg telah diutarakan diatas dapat dicapai
secara baik dan akurat, oleh karena itu dibutuhkan data-data yang akurat
untuk dijadikan dasar penelitian dan analisa. Data yang dijadikan dasar
untuk penelitian ini penulis dapatkan dengan melalui cara-cara berikut ini:
3.5.1. Pengarahan
Peneliti mendengarkan penjelasan mengenai mesin pendingin dan
jenis pengunaan refrigeran secara umum, mendengarkan masukan dan
anjuran bagaimana mendapatkan data yang baik dan benar dengan
dosen pembimbing sebelum melakukan penelitian.
3.5.2. Pengamatan langsung ( observation methode )
Peneliti melakukan pengamatani secara langsung pada
komponen-komponen pengujian serta bahan refrigent yang akan diujikan
guna mendapatkan data harian yang akan diolah .Pengamatan dilakukan
secara lamgsung dengan pembimbing lab dan dosen yang berkaitan.
Penulis juga ikut langsung membantu dalam perakitan alat pendingin
41
cascade ini agar dapat lebih memahami prinsip kerja dan konsep
penelitian yang akan penulis bahas nantinya.
3.5.3 Pengamatan Tidak langsung
Pada metode ini penulis melakukan pengamatan secara tidak
langsung yaitu mengambil data sheat bahan dari refrigent guna
perbandingan sifat dan kandungannya yang didapat dari jurnal maupun
artikel ilmiah.
3.5.4 Metode Wawancara ( Interview Methode )
Mengajukan pertanyaan kepada mentor serta dosen dalam
melakukan penelitian uji coba ini di laboratorium Fenomena Dasar Mesin.
3.5.5 Metode studi literature/kepustakaan
Mempelajari buku-buku dari perpustakaan serta, Jurnal ilmiah yang
berkaitan dengan system refrigerasi cascade dan materi pendukung
lainnya yang pasti dapat membantu penulis dalam memudahkan
penyelesaian penelitan ini.
Adapun rencana pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 3.2 Tabel rencana pengujian
Tanggal Kegiatan Keterangan
22 s/d 28
Juli
Studi literatur Penyusunan BAB I dan BAB II, Studi
literatur mengenai sistem refrigerasi
cascade melalui jurnal dan literatur lain
yang ditemukan di perpustakaan dan
internet
29 Juli–7
Agustus
Pegecekan dan
perakitan alat uji
Penyusunan BAB III, pemasangan
masing-masing komponen, pengelasan
pemipaan, pemasangan insulasi,
pemasangan kelistrikan, dan tes running
8-17
Agustus
Persiapan
Pengujian
Cek kebocoran, pemasangan alat ukur
tekanan, temperatur, dan arus
42
27
Agustus
Proses Pengujian
dan Pengambilan
Data
Pengujian sisi low stage selama tiga jam
kemudian data dicatat setiap 10 menit,
pengujian sisi high stage selama satu
jam kemudian data dicatat setiap 10
menit. Parameter pengambilan data
berupa temperatur lingkungan,
tegangan, arus, cosphi, tekanan suction
dan discharge LS dan HS, temperatur
evaporator, PHE dan kabin, temperatur
keluar kompresor HS, temperatur keluar
dan masuk kondensor (PHE) LS,
temperatur keluar dan masuk evaporator
(PHE) HS.
28
Agustus
Perhitungan data
hasil pengujian
Dengan bantuan aplikasi CoolPack
dapat diketahui nilai entalpi dari setiap
data kemudian dihasilkan perhitungan
kerja kompresor, kalor yang diuang
dikondensor, kalor yang diserap
dievaporator, nilai COP, dan nilai HRR
29-30
Agustus
Analisis hasil
perhitungan
menggunakan
grafik serta
penarikan
kesimpulan serta
saran
Analisis grafik hasil perhitungan data
terhadap waktu berupa analisis kerja
kompresi, analisis kalor yang dibuang
dikondensor, analsis kalor yang diserap
dievaporator, analisis COP, analisis COP
cascade, analisis HRR, dan Analsis
diagram fishbone nail turunnya nilai
COP. Kemudian penarikan kesimpulan
dan saran dari hasil analisa.
43
3.1 Teknik Pengolahan Data
Didalam tekhnik pengolahan data in, peneliti ingin memaparkan tntang
pengolahan data yg didapatkan oleh peneliti sebagai acuan dalam mengerjakan
laporan penelitian ini, dan pengolahan data ini dilakukan untuk mengetahui hasil
uji coba mesin pendingin cascade yang telah dirakit. Adapun penulis disini
menjelaskan tentang pengolahan data sebagai berikut :
1. Pembacaan P-h diagram serta data karatkeristik refrigeran dari
aplikasi coolpack
2. Menghitung daya kompresor pada sisi LS menggunakan rumus 2.5
3. Menghitung laju aliran massa refrigeran pada sisi HS menggunakan
rumus 2.12 – 2.16
4. Menghitung laju aliran massa refrigeran pada sisi LS menggunakan
rumus 2.17
5. Menghitung kerja kompresor pada sisi LS dan HS menggunakan
rumus 2.5
6. Menghitung kalor yang dilepas di kondensor pada sisi LS dan HS
menggunakan rumus 2.6
7. Menghitung kalor yang diserap di evaporatorpada sisi LS dan HS
menggunakan rumus 2.7
8. Menghitung kesetimbangan thermal yang terjadi di heat exchanger
menggunakan rumus 2.8 dan rumus 2.9
9. Menghitung COP system cascade menggunakan rumus 2.11
10. Menghitung HRR pada system refrigerasi cascade menggunakan
rumus 2.18
3.7 Teknik Analisis Data
Dari data harian hasil pengujian refrigeran serta data ukuran parameter
pendukung pada mesin pendingin Cascade yang didapat dan literatur dimana
berkaitan dengan permasalahan, seperti buku-buku literatur atau buku manual
Analisis datai dilakukan secarai langsung dan tidakn langsung.
1. Analisis grafik hasil perhitungan kerja kompresor LS
44
2. Analisis grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor LS
3. Analisis grafik hasil perhitungan kalor yang diserap dievaporator LS
4. Analisis grafik hasil perhitungan coefficient of performance LS
5. Analisis grafik hasil perhitungan kerja kompresi HS
6. Analisis grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor LS
7. Analisis grafik hasil perhitungan kalor yang diserap dievaporator LS
8. Analisis grafik hasil perhitungan COP cascade
9. Analisis grafik hasil perhitungan HRR
10. Analisis diagram fishbone naik atau turunnya nilai coefficient of
performance
3.8 Software
Untuk mempermudah pengerjaan tugas akhir ini, peneliti menggunakan
sebuah aplikasi bernama CoolPack. Aplikasi ini membantu peneliti dalam
menyelesaikan perhitungan – perhitungan dari data yang telah
didapatkan untuk mengetahui nilai performa dari sebuah mesin
pendingin.
Gambar 3.22 Aplikasi CoolPack
CoolPack merupakan aplikasi yang salah satu kegunaannya untuk
mengetahui nilai-nilai entalpi pada performansi suatu alat yang sering
digunakan para engineer atau mahasiswa yang sedang mendalami ilmu
refrigerasi dan tata udara.
45
Fitur di Cool Pack berupa simulasi sebagai berikut:
- Perhitungan serta perbandingan sifat refrigeran (property plot,data
thermodinamika & thermophysical,serta perbandingan refrigeran)
- Analisis siklus, contohnya perbandingan satu atau dua tahap analisis
- Sistem dimensioning, perhitungan ukuran komponen dari kriteria dimensi
umum
- Sistem simulasi, kondisi operasi perhitungan dalam suatu system dengan
komponen yang dikenal
- Evaluasi operasi, evaluasi efisiensi system dan saran untuk mengurangi
konsumsi energi
- Komponen perhitungan, perhitungan efisiensi komponen
- Simulasi transien pendinginan suatu objek, misalnya untuk evaluasi
periode pendinginan
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Berdasarkan data hasil pengujian pada system refrigerasi cascade sisi LS
dan HS pada range waktu selama 180 menit maka diperoleh nilai dari masing-
masing letak pemasangan sensor berupa temperature, tekanan, arus, tegangan,
dan cosphi. Maka hasil pengujian dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian LS dan
HS.
4.1.1 Hasil Pengujian disisi Low Stage
Disisi LS, mesin dinyalakan terlebih dahulu hingga mencapai suhu terendah
maksimalnya dan hal tersebut di dapatkan setelah mesin pendingin bagian LS
dijalankan selama 120 menit dengan suhu terendah -38,9 °C. Pengambilan data
dicatat setiap 10 menit selama dua jam dan Adapun hasil data pengujian pada
sisi LS dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Tabel data hasil pengujian sisi Low Stage
Menit
(m)
P suction
(Psia)
P discharge
(Psia)
Tin HE
(°C)
Tout HE
(°C)
Tevap
(°C)
Arus listrik
(A)
0 6 135 26,6 27,2 26,7 0,92
10 5 135 34,4 34,0 -9,3 0,75
20 5 135 35,3 34,8 -21,8 0,75
30 5 135 34,3 34,2 -27,9 0,72
40 4,5 135 33,5 33,4 -31,0 0,72
50 4,5 135 32,7 32,5 -32,6 0,71
60 4 135 31,9 31,8 -34,6 0,71
70 4 135 31,5 31,3 -35,8 0,70
80 4 130 30,9 30,7 -37,0 0,69
90 3 130 30,4 30,3 -37,9 0,68
100 3 130 30,0 29,9 -38,3 0,68
110 3 130 29,9 29,8 -38,9 0,69
47
120 3 130 29,7 29,6 -38,9 0,69
130 0 100 22,8 11.1 -24,6 0,98
140 0 95 22,1 12,5 -18,3 0,74
150 0 95 20,5 11,1 -15,2 0,68
160 0 95 18,2 13,1 -11,4 0,66
170 0 93 18,1 12,3 -8,1 0,64
180 0 93 17,5 9,6 -5,6 0,62
Keterangan : - Menggunakan refrigeran R600 dengan berat 40 gram
- Menggunakan pipa kapiler berukuran 0,28
- Cosphi stabil diangka 0,78
- Tegangan listrik stabil diangka 225 Volt
- Suhu ruangan laboratorium di setting menjadi 26 °C
4.1.2 Hasil Pengujian disisi High Stage
Disisi HS, mesin dinyalakan setelah sisi LS mencapai suhu terendah
maksimalnya terlebih dahulu kemudian mesin pendingin HS baru dinyalakan.
Mesiin pendingin sisi HS beroperasi selama satu jam dan ikut beroperasi
bersamaan dengan mesin pendingin sisi LS. Pengambilan data dicatat setiap 10
menit dan adapun hasil data pengujian pada sisi HS dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Tabel data hasil pengujian sisi High Stage
Menit
(m)
P suction
(Psia)
P discharge
(Psia)
Tin HE
(°C)
Tout HE
(°C)
Kecepatan
udara fan
(m/s)
Arus
listrik
(A)
0 25 180 28,4 29,1 5,7 2,70
10 25 180 -3,3 -4,5 5,7 2,45
20 25 180 -2,8 -2,4 5,7 2,23
30 25 180 -2,2 -1,9 5,7 2,24
48
40 25 180 -0,6 -1,1 5,7 2,23
50 25 180 -2,9 -3,1 5,7 2,20
60 25 180 -3,4 -5,2 5,7 2,23
Keterangan : - Menggunakan refrigeran R22 dengan berat 550 gram
- Menggunakan pipa kapiler ukuran 0,70
- Tegangan listrik stabil di angka 225
- Luas kipas kondensor 810 cm2
- Suhu ruangan masih tetap 26 °C
4.2 Hasil Perhitungan Data Hasil Pengujian Sistem Refrigerasi Cascade
Pada Sisi Low Stage dan High Stage
4.2.1 Hasil Perhitungan Data Hasil Pengujian Bagian Low Stage
Dari data hasil pengujian bagian LS diperoleh kinerja sistem dengan cara
memasukkan data pengukuran ke aplikasi CoolPack, kemudian didapatkan data
hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Tabel hasil perhitungan performa sisi LS
Menit
Kerja
Kompresi
(Qw)
Kalor yang
dibuang
dikondeor
(Qk)
Kalor yang
diserap di
evaporator
(Qe)
Coefficient
Of
Performance
LS
0 84,084 445,006 360,922 4,29
10 84,012 428,058 344,045 4,10
20 88,424 452,852 364,427 4,12
30 90,533 467,536 377,003 4,16
40 94,084 471,499 377,415 4,01
50 94,647 477,186 382,539 4,04
60 96,411 481,289 384,878 3,99
49
70 96,840 485,134 388,293 4,01
80 95,694 487,659 391,965 4,10
90 97,960 487,060 389,100 3,97
100 98,107 488,902 390,795 3,98
110 98,322 490,458 392,136 3,99
120 98,322 490,943 392,621 3,99
130 88,729 483,471 294,742 4,45
140 84,580 465,120 380,540 4,50
150 83,497 462,065 378,568 4,53
160 82,160 449,538 367,378 4,47
170 80,289 444,020 363,731 4,53
180 79,409 445,350 365,941 4,61
4.2.2 Hasil Perhitungan Mesin Pendingin Bagian High Stage
Dari data hasil pengujian bagian HS diperoleh kinerja sistem dengan cara
memasukkan data pengukuran ke aplikasi CoolPack, kemudian didapatkan data
hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Tabel hasil perhitungan performa sisi HS
Menit
Kerja
Kompresi
(Qw)
Kalor yang dibuang
dikondeor
(Qk)
Kalor yang diserap
di evaporator
(Qe)
COP
HS
0 49,252 246,546 197,294 4,01
10 48,536 243,159 194,622 4,01
20 42,888 218,276 175,387 4,09
30 43,397 219,506 176,109 4,06
40 43,553 220,322 176,769 4,06
50 43,163 218,851 175,688 4,07
60 42,751 217,546 174,795 4,09
50
4.2.3 Perhitungan COP Cascade dan Heat Rejecion Ratio (HRR)
A. Menghitung COP Cascade
➢ Data hasil perhitungan kinerja sisi high stage dan low stage pada
menit 130
COPrefrigerasi = 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑟𝑒𝑓𝑟𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=
𝑄𝑒
𝑄𝑤𝐿𝑆+𝑄𝑤𝐻𝑆
= 394,742
48,536+88,729
= 2,87
Untuk hasil perhitungan setiap menit COP Cascade dapat dilihat pada tabel
yang ada dibawah ini:
Tabel 4.4 Tabel hasil perhitungan COP Cascade
B. Menghitung Heat Rejection Ratio
➢ Data hasil perhitungan kinerja sisi high stage dan low stage pada
menit 130
𝐻𝑅𝑅 = Qcond HS
QevapLS
= 243,159
394,742
Menit COP Cascade
10 2.87
20 2.98
30 2.98
40 2.92
50 2.94
60 2.99
51
= 0,61 kJ/kg
Untuk hasil perhitungan setiap menit Heat Rejection Ratio (HRR) dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Tabel hasil perhitungan Heat Rejection Ratio (HRR)
Menit HRR
10 0.61
20 0.57
30 0.57
40 0.59
50 0.60
60 0.59
52
4.3 Analisa dan Pembahasan
4.3.1 Kinerja Mesin Pendingin Cascade Bagian High Stage dan Low Stage
A. Kinerja Mesin Pendingin Cascade Bagian Low Stage Menit
Dalam hal ini akan diuraikan beberapa grafik tentang kinerja mesin
pengingin cascade bagian low stage (LS) berupa kerja kompresi, kalor yang
dibuang di kondensor, kalor yang diserap di evaporator dan coefficient and
performance (COP). Data hasil perhitungan yg dibuat grafik adalah data hasil
perhitungan dari menit pertama hingga menit sebelum bagian HS beroperasi,
hal ini dilakukan terlebih dahulu guna mengetahui terlebih dahulu kinerja dari
mesin bagian LS yang telah dirakit
Gambar 4.1 Grafik hasil perhitungan kerja kompresi kompresor LS
Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kerja kompresi pada
kompresor LS sudah baik, hal ini dibuktikan dari kenaikan grafik yang cukup
signifikan mulai dari menit 30 hingga akhir. Adapun nilai tertinggi dari kerja
kompresinya yaitu terjadi pada menit 120 dengan angka 98,322 kJ/kg
75,000
80,000
85,000
90,000
95,000
100,000
menit 0 menit10
menit20
menit30
menit40
menit50
menit60
menit70
menit80
menit90
menit100
menit110
menit120
Kerja Kompresi LS (Qw)
53
Gambar 4.2 Grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor LS
Dari graifik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kalor yang dibuang
di kondensor juga baik, adanya penurun dari menit 10 ke menit 20 terjadi
dikarenakan mesin belum beroperasi dengan baik saat proses pengambilan
data serta data pada menit satu diambil pada saat mesin baru saja
dinyalakan
Gambar 4.3 Grafik hasil perhitungan kalor yang diserap dievaporator LS
390,000
400,000
410,000
420,000
430,000
440,000
450,000
460,000
470,000
480,000
490,000
500,000
menit 0 menit10
menit20
menit30
menit40
menit50
menit60
menit70
menit80
menit90
menit100
menit110
menit120
Kalor yang dibuang dikondensor LS (Qk)
310,000
320,000
330,000
340,000
350,000
360,000
370,000
380,000
390,000
400,000
menit0
menit10
menit20
menit30
menit40
menit50
menit60
menit70
menit80
menit90
menit100
menit110
menit120
Kalor yang diserap di evaporator LS (Qe)
54
Dari grafik diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sama halnya
dengan kalor yang dibuang di kondensor, kalor yang diserap di evaporator
juga memiliki kenaikan yg signifikan. Dua komponen penukar kalor pada
mesin cascade bagian LS telah memiliki kinerja yang baik untuk selanjutnya
digunakan pada pengujian cascade.
Gambar 4.4 Grafik hasil perhitungan Coeffiecient Of Performance LS
Dari grafik hasil perhitungan COP, ditemukan kenaikan dan penurunan
nilai COP dari menit pertama hingga menit 10 akan tetapi COP mulai stabil
pada menit selanjutnya. Hal ini dapat disebabkan karena evaporator yang
digunakan merupakan evaporator modifikasi atau bukan evaporator bawaan
asli dari kompresor, sehingga perbandingan antara efek refrigerasi dengan
kerja kompresi masih kurang maksimal.
3.8
3.9
4
4.1
4.2
4.3
4.4
menit0
menit10
menit20
menit30
menit40
menit50
menit60
menit70
menit80
menit90
menit100
menit110
menit120
Coefficient of Performance LS
55
B. Kinerja Mesin Pendingin Cascade Bagian HighStage dan Low
Stage
Dalam hal ini akan diuraikan beberapa grafik tentang kinerja mesin
pengingin cascade bagian high stage (HS) berupa kerja kompresi, kalor yang
dibuang di kondensor, kalor yang diserap di evaporator dan coefficient and
performance (COP). Data hasil perhitungan yang digunakan adalah saat
mesin low stage dan high stage beroperasi secara bersamaan di waktu yang
sama yaitu HS mana menit 0-60 dan LS pada menit 130-180.
Gambar 4.5 Grafik hasil perhitungan kerja kompresi HS
Gambar 4.6 Grafik hasil perhitungan kerja kompresi LS
38,000
40,000
42,000
44,000
46,000
48,000
50,000
menit 0 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Kerja Kompresi HS (Qw)
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
menit 0 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Kerja Kompresi LS (Qw)
56
Dari dua grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kerja kompresi
pada kompresor sisi HS mengalami penurunan, penurunan angka terbesar
ada pada menit 10 ke 20 yaitu dari angka 48,536 kJ/kg menjadi 42,888 kJ/kg.
Sama halnya dengan kerja kompresi pada HS, kerja kompresi pada sisi LS
menit 120-180 mengelami penurunan dari angka 98,322 kJ/kg menjadi
79,409 kJ/kg. Kedua penurunan kerja kompresi pada masing-masing
kompresor menunjukkan bahwa salah satu komponen belum bekerja dengan
baik.
Gambar 4.7 Grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor HS
Gambar 4.8 Grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor LS
200,000
205,000
210,000
215,000
220,000
225,000
230,000
235,000
240,000
245,000
250,000
menit 0 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Kalor yang dibuang dikondensor HS (Qk)
420,000
430,000
440,000
450,000
460,000
470,000
480,000
490,000
500,000
menit 0 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Kalor yang dibuang dikondensor LS (Qk)
57
Dari dua grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kalor yang
dibuang di kondensor LS dan HS mengalami penurunan, hal ini diduga terjadi
karena pressure drop yang terjadi pada PHE yang mana kapasitas
kompresor pada masing-masing system berbeda.
Gambar 4.9 Grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor HS
Gambar 4.10 Grafik hasil perhitungan kalor yang dibuang dikondensor LS
Dari dua grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kalor yang
didiserap LS dan HS juga mengalami penurunan, akan tetapi ada sedikit
perbedaan pada sisi low stage yang terlihat agak stabil, hal ini diduga terjadi
karena penurunan temperature evaporator sisi LS akibat pressure drop
160,000
165,000
170,000
175,000
180,000
185,000
190,000
195,000
200,000
menit 0 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Kalor yang diserap di evaporator HS (Qe)
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
menit 0 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Kalor yang diserap di evaporator LS (Qe)
58
4.3.2 Analisa Hasil Perhitungan Coefficient Of Performance dan Heat
Rejection Ratio
Berdasarkan hasil perhitungan dari data eksperimental, dari kedua sisi
baik high stage dan low stage dibuat grafik berdasarkan dari hasil
perhitungan COP Cascade dan HRR (Heat Rejection Ratio) untuk melihat
kinerja dan efisiensi dari mesin pendignin cascade yang telah diuji dan
diambil datanya.
Gambar 4.11 Grafik hasil perhitungan COP Cascade terhadap waktu
Dri grafik diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai COP mengalami
kenaikan dan penurunan. COP meningkat artinya bahwa efek refrigerasi pada
evaporator meningkat dan kerja kompresor pada kondisi steady semakin tetap.
bahwa jika temperature evaporasi, kerja kompresor bisanya akan turun
dampaknya COP akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan bahwa kenaikan
temperature subcooling dan kenaikan temperature superheating sebelum masuk
kompresor ada batasnya. Sehingga akan berakibat bahwa kenaikan
temperature logaritmik pada penukar kalor tidak linier dengan kenaikan COP
cascade.
.
2.8
2.82
2.84
2.86
2.88
2.9
2.92
2.94
2.96
2.98
3
menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
COP Cascade
59
Gambar 4.12 Grafik hasil perhitungan HRR terhadap waktu
Heat Rejection Rasio, yakni suatu angka yang menunjukan kemampuan
berapa panas yang dibuang oleh kondensor mampu diserap oleh evaporator.
HRR semakin kecil menujukkan bahwa kondensor bekerja dengan baik untuk
menyerap panas yang dibuang oleh evaporator.
Dalam suatu system refrigerasi baik siklus tunggal maupun siklus
cascade, biasanya bahwa sebelum refrigeran masuk kompresor disarankan
selalu ada pemansan lanjut setelah keluar evaporator, demikian pula harus harus
ada pendinginan lanjut sebelum masuk katub ekspansi agar supaya refrigeran
masuk evaporator tidak dalam kondisi uap agar supaya proses perpindahan
panasnya berlangsung sempurna..
Demikian pula berdasarkan data pada diatas bahwa kenaikan
temperature logaritmik pada penukar kalor cascade akan mengakibatkan heat
rejection rasio meningkat, akan tetapi setelah mencapai nilai optimum HRR akan
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa penukar kalor cascade yang dipasang
belum bekerja secara linier, artinya bahwa apa yang diharapkan jika terjadi
kenaikan temperature logaritmik atau kenaikan perpindahan panas, seharusnya
0.55
0.56
0.57
0.58
0.59
0.6
0.61
0.62
menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60
Heat Rejection Ratio
60
jumlah panas yang dibuang oleh kondensor dan yang diserap oleh evaporator
semakin meningkat. Dengan demikian penukar kalor cascade yang dipasang
belum optimal untuk memindahkan panas LS ke HS. Oleh karena itu pada kasus
ini perlu adanya penelitian lanjutan untuk menjelaskan fenomena masalah ini.
4.3.3 Analisis Faktor Pengaruh Naik atau Turunnya Nilai Coefficient Of
Performance (COP) Dengan Diagram Fishbone.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa mengenai coefficient of
performance baik pada sisi LS, HS dan COP Cascade didapat nilai COP yang
naik turun. Maka dari itu penulis membuat diagram fishbone untuk mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi naik turunnya nilai COP pada mesin
refrigerasi cascade.
Gambar 4.13 Diagram fishbone Coefficient Of Performance
COP Rendah
Sistem
Refrigerasi
Cascade
61
Tabel 4.5 Analisis diagram fishbone naik atau turunnya COP
FAKTOR ANALISIS KETERANGAN
Lingkungan Temperatur
Lingkungan
Temperatur lingkungan yg
berubah disetiap waktunya
berdampak pada kinerja
mesin pendingin
dikarenakan temperature
lingkungan dari rendah ke
tinggi atau sebaliknya
mempengaruhi nilai kalor
yang dibuang dikondensor
sehingga untuk skala
penelitian dibutuhkan
ruangan yang mampu diatur
temperature lingkungannya
ada temperature lingkungan
tetap stabil dan tidak
mempengaruhi kinerja dari
mesin pendingin
Penyebab
SDM Kemampuan
(kompetensi)
Dalam hal ini, sumber daya
manusia dianggap telah
memiliki kompetensi atau
kemampuan dalam merakit
serta menguji alat yang
diteliti. Hal ini dikarenakan
peneliti dibimbing langsung
oleh dosen yang telah
memiliki banyak
pengalaman dalam bidang
teknik refrigerasi
Bukan Penyebab
Metode Perawatan Perawatan diperlukan guna
menjaga kinerja pada
Bukan Penyebab
62
sebuah mesin refrigerasi
seperti contohnya
pengecekan kebocoran rutin
dan pengecekan kondisi oli
kompresor serta proses
pemvakuman. Dalam hal ini
peneliti telah memiliki
pengalaman untuk
melakukan hal tersebut
sesuai SOP dan K3
Kesalahan
Operasi
Pembimbing dan peneliti
telah memiliki kompetensi
dalam pengoperasian mesin
pendingin cascade sesuai
SOP dan K3
Bukan Penyebab
Sistem
Refrigerasi
Cascade
Mesin refrigerasi cascade
yang telah dirakit yang
merupakan fokus utama uji
eksperimental pada
penelitian ini dianggap telah
beroperasi secara baik
secara garis besar, akan
tetapi ada beberapa
keadaan abnormal yang
menyebabkan performa dari
sistem ini mengalami
penurunan nilai COP
Penyebab
Material Material pipa
penukar
kalor
Dalam pengujian ini, semua
pipa dan penukar kalor
berasal dari material
tembaga yang terbukti sejak
lama memiliki kualitas yang
Bukan Penyebab
63
baik seperti contohnya
perpindahan panas material
tembaga lebih baik
dibandingkan material
aluminium yang artinya
tembaga mampu
memindahkan panas/dingin
lebih cepat dibanding
aluminium.
Mesin Ketelitian
Alat Ukur
Dalam pengujian ini
digunakan beberapa alat
ukur berupa alat ukur
temperature, tekanan, dan
tegangan serta aliran listrik.
Mayoritas dari alat tersebut
memiliki akurasi yang baik
dan posisi pemasangannya
juga telah sesuai, akan tetapi
masih ada alat ukur yang
masih berbasis analog
sedangkan alat lainnya telah
berbasis digital sehingga
tingkat ketelitian
pengambilan data pada alat
yang masih berbasis analog
akan kurang efektif dan
membutuhkan ketelitian
lebih dalam menentukan
angka yang ditunjukkan.
Penyebab
Pemilihan
Refrigeran
Meski memiliki fungsi yang
sama, akan tetapi refrigeran
memiliki karakteristik
Penyebab
64
termodinamikanya masing-
masing. Hal ini disebabkan
perbedaan senyawa dan
unsur kimia masing-masing
refrigeran, dan ada
refrigeran murni, campuran
serta natural. Dalam
penelitian ini digunakan
refrigeran yang sudah
sesuai dengan spesifikasi
kompresor mesin refrigerasi
cascade baik di sisi LS
maupun HS, meskipun
diawal sempat didapatkan
bahwa ada dua jenis
refrigeran yang sama akan
tetapi memiliki rumus kimia
yang berbeda dan bisa jadi
memiliki kemurnian yang
berbeda juga. Maka dari itu
ketelitian diperlukan dalam
pemilihan refrigeran karena
dapat mempengaruhi kinerja
dari mesin pendingin itu
sendiri.
Kapasitas
komponen
Dalam pengujian mesin
refrigerasi cascade ini
terdapat komponen yang
memiliki perbedaan
daya/kapasitas pada sisi HS
dan LS, seperti misalnya
daya kompresor pada sisi
65
HS adalah 3/4 PK
sedangkan daya kompresor
pada sisi LS adalah 1/6 PK.
Hal ini membuat kondisi
abnormal dari sisi tekanan
kompresor yang memiliki
tekanan discharge yang
tidak sama sehingga
menyebabkan terjadinya
pressure drop pada sisi
PHE. Sehingga cara
alternatif untuk membuat
mesin pendingin cascade
tetap beroperasi
sebagaimana mestinya
meski dengan daya
kompresor yang tidak sama
yaitu dengan cara
penambahan jumlah
refrigeran pada sisi LS
sehingga terjadi kenaikan
tekanan pada sisi LS yang
awalnya turun, akan tetapi
hal ini berdampak pada umur
kompresor yang sewaktu-
waktu dapat rusak akibat
tekanan yang terlalu tinggi.
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dasimpulkan bahwa
1. Terjadi kenaikan dan penurunan pada nilai COP, pada saat sistem
pendingin bagian LS beroperasi sendiri (tanpa cascade) nilai COP
tertinggi adalah 4.29 sedangkan pada saat sistem telah beroperasi secara
bersamaan (dengan cascade) nilai COP tertinggi adalah 4.61. Hal ini
membuktikan bahwa sistem refrigerasi cascade dapat meningkatkan nilai
COP.
2. Terjadi penurunan kalor yang dibuang di kondensor pada sisi LS pada
saat system mulai dinyalakan secara bersamaan sebanyak 38,121 kJ/kg,
penurunan juga terjadi pada kerja kompresi sebanyak 18,913 kJ/kg, begitu
pula penurunan nilai kalor yang diserap oleh evaporator sebesar 26,68
kJ/kg
3. Keadaan Abnormal terjadi dikarenakan kapasitas kompresor pada sisi HS
memiliki kapasitas yang berbeda dengan kompresor yang ada pada sisi
LS sehingga menyebabkan terjadinya preesure drop pada bagian tekanan
suction LS
4. COP dan HRR memiliki hubungan yang tidak linier terhadap perubahan
temperature cascade
67
5.2 Saran
1. Hasil pengujian pada sisi low stage di awal percobaan menunjukkan hasil
yang baik sehingga mesin pendingin pada sisi low stage dianggap bisa
digunakan untuk sistem cascade, akan tetapi pada saat sisi high stage
dinyalakan malah terjadi kondisi abnormal yang menyebabkan
temperature evaporator naik dan berdasarkan hasil analisis bahwa
penukar kalor belum bekerja secara optimal sehingga diperlukan
penelitian lanjutan untuk menganalisa fenomena ini.
2. Alternatif penambahan refrigeran pada sisi LS bisa dilakukan untuk
menguji seberapa kuat kompresor dapat bertahan ketika terjadi
penurunan tekanan pada sisi suction LS.
3. Berdasarkan hasil analisis, bahwa penukar kalor belum bekerja secara
optimal, maka diperlukan penelitian lanjutan
4. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa kapasitas kompresor sisi LS terlalu
kecil sehingga menyebabkan adanya pressure drop. Maka dari itu
dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menganalisa fenomena ini.
5. Untuk mendapatkan hasil pengukuran dan pengujian yang baik, maka
diperlukan alat ukur yang baik berupa alat ukur digital agar menunjukkan
hasil pengukuran yang lebih akurat
68
DAFTAR PUSTAKA
[1] Subrida, Faberto. 2013. Studi Variasi Laju Pengeluaran Kalor Kondensor
High Stage Sistem Refrigerasi Cascade Menggunakan Refrigeran Mc22 Dan
R404a Dengan Heat Exchanger Tipe Concentric Tube. Surabaya
:InstitutTeknologiSepuluhNopember Surabaya
[2] Gumilar, Ismu. 2012. Studi Eksperimetal Dengan Variasi Laju Pelepasan
Kalor Pada Kondensor High Stage Terhadap Unjuk Kerja Sistem Refrigerasi
Cascade. Surabaya :InstitutTeknologiSepuluhNopember Surabaya.
[3] P.Incropera, Frank.,P.Dewitt, David.,L.Bergman, Theodore.,S.Lavine,
Adrienne. 2007. Fundamental of Heat and Mass Transfer Seventh Edition.
Asia : John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.
[4] Trott, A. R., and Welch, T. 2000. Refrigeration and Air-Conditioning. Great
Britain :Butterworth-Heinemann
[5] ASHRAE Handbook, Refrigeration SI Edition, Atlanta, Georgia: American
Sosiaty of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineer, 2014.
[6] Cengel, Yunus. “Heat Transfer A Practical Approach Second Edition”. New
York : The McGraw-Hill Companies Inc. 2003
[7] Arismunandar, W & Saito,H, (1980), Penyegaran Udara, Edisi 1, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta.
[8] Althouse A.D. (1982), Modern Refrigeration and Air Conditioning, The
Goodheart-Wilcot,Inc.
[9] Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim (2018). From Montreal to
Kigali:Pengendalian Konsumsi Bahan Perusak Ozon di Indonesia.
Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim, Direktorat Jenderal Pengendalian
Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
[10] Stoecker, W.F & Jones,J.W, (1996), Refrigerasi dan Pengkondisian Udara,
Edisi 2, Terjemahan Supratman Hara, Erlangga, Jakarta.
69
LAMPIRAN
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Personal
Nama : Dirga Wijaya Jumail
NIM : 2015-12-048
Tempat/Tgl. Lahir : Jayapura, 12 Juli 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Fakultas/Program studi: FTBE/S1 Teknik Mesin
Alamat Rumah : BTN Pole Indah Mas, Blok A.05, Kel. Darma,
Kec. Polewali, Kab. Polewali Mandar, Sulawesi
Barat
No. Telepon : 082198541424
Email : [email protected]
Personal web : -
B. Riwayat Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN 060 Pekkabata - 2009
SMP PPM Al-Ikhlas - 2012
SMA SMAN 5 Parepare IPA 2015
Jakarta, 31 Agustus 2020
Mahasiswa Ybs,
Dirga Wijaya Jumail
71
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK MESIN
Nama : Dirga Wijaya Jumail
NIM : 2015-12-048
Fakultas : Fakultas Teknologi dan Bisnis Energi
Program Studi : Sarjana Teknik Mesin
Dosen Pembimbing : Hendri, S.T.,M.T.
Judul Skripsi : Studi Eksperimental Sistem Refrigerasi Cascade
Untuk Meningkatkan Coefficient Of Performance
Menggunakan Refrigeran R22 Pada Sisi Hight Stage
dan R600 Pada Sisi Low Stage
No Tanggal Materi Bimbingan
1 16 Juli 2020 Konsultasi pemilihan judul dan konsep penelitian
2 17 Juli 2020 Pengecekan mesin pengujian untuk bahan
penelitian
3 18 Juli 2020 Melengkapi perlengkapan mesin pengujian dan
menyusun BAB I
4 22 Juli 2020 Studi literatur mengenai mesin pengujian dan
konsultasi BAB II
5 28 Juli 2020 Konsultasi BAB I dan BAB II
6 3 Agustus 2020 Konsultasi BAB III dan persiapan pengujian
72
7 4 Agustus 2020 Konsultasi BAB I – BAB III
8 8 Agustus 2020 Konsultasi persiapan pengujian
9 18 Agustus 2020 Konsultasi pemasangan sensor tekanan dan
temperatur
10 21 Agustus 2020 Revisi BAB I – BAB III
11 24 Agustus 2020 Konsultasi konsep pengambilan dan evaluasi data
12 27 Agustus 2020 Konsultasi hasil pengamatan Data
13 28 Agustus 2020 Konsultasi BAB IV dan BAB V
14 30 Agustus Pengecekan ulang seluruh naskah
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Hendri, S.T, M.T
73
74
75
76
77
78
79