skenario a

32
Skenario A Dr. Belagak, a popular neurosurgeon in America spent his vacation in Sekayu. Because of hot weather, he swam in the river for couple of hours. After swimming, around 12 a.m. he felt hungry, but his grandma asked him to perform prayer in the mosque. When he went back home, he smelt a nice aroma of “Pindang Patin” which was cooked by his aunty and he felt hungrier. Suddenly his salivary gland’s produced a lot of saliva. He ate the food as much and as fast as he could because he did not eat “Pindang Patin” for long time. Being too greedy made him chock and he has to drink lots a water. He asked you what happened to him. 1. Klarifikasi Istilah a. Neuro Surgeon : Dokter ahli bedah saraf b. Salivary Gland : Bermacam-macam kelenjar yang menghasilkan berbagai cairan, khususnya ludah ke dalam rongga mulut, terdiri dari kel. Parotid, submandibular dan sublingual. c. Saliva : Sekret kelenjar ludah yang mengandung enzim d. Hungry : perasaan lapar e. Chock : tersedak f. Diglusi : menelan 2. Identifikasi Masalah a. Karena suhu panas, dr. Belagak berenang di sungai selama beberapa jam, sampai pukul 12 siang sehingga Ia merasa lapar, tapi neneknya menyuruhnya sholat dulu di Mesjid. b. Ketika mencium aroma Pindang Patin, ia merasa tambah lapar dan kelenjar ludahnya memproduksi ludah. 1

Upload: mohammad-areza-bin-boonie

Post on 05-Jul-2015

326 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario A

Skenario A

Dr. Belagak, a popular neurosurgeon in America spent his vacation in Sekayu. Because of hot weather, he

swam in the river for couple of hours. After swimming, around 12 a.m. he felt hungry, but his grandma asked him

to perform prayer in the mosque. When he went back home, he smelt a nice aroma of “Pindang Patin” which was

cooked by his aunty and he felt hungrier. Suddenly his salivary gland’s produced a lot of saliva. He ate the food as

much and as fast as he could because he did not eat “Pindang Patin” for long time.

Being too greedy made him chock and he has to drink lots a water. He asked you what happened to him.

1. Klarifikasi Istilah

a. Neuro Surgeon : Dokter ahli bedah saraf

b. Salivary Gland : Bermacam-macam kelenjar yang menghasilkan berbagai cairan, khususnya

ludah ke dalam rongga mulut, terdiri dari kel. Parotid, submandibular dan sublingual.

c. Saliva : Sekret kelenjar ludah yang mengandung enzim

d. Hungry : perasaan lapar

e. Chock : tersedak

f. Diglusi : menelan

2. Identifikasi Masalah

a. Karena suhu panas, dr. Belagak berenang di sungai selama beberapa jam, sampai pukul 12 siang

sehingga Ia merasa lapar, tapi neneknya menyuruhnya sholat dulu di Mesjid.

b. Ketika mencium aroma Pindang Patin, ia merasa tambah lapar dan kelenjar ludahnya memproduksi

ludah.

c. Ia makan sebanyak dan secepatnya , sehingga ia tersedak dan banyak minum air.

3. Analisis Masalah

a.

i. Bagaimana homeostasis tubuh dr. Belagak saat suhu panas?

ii. Bagaimana homeostasis tubuh dr. Belagak saat Ia berenang?

iii. Bagaimana pengaruh lama waktu berenang dengan perasaan lapar?

iv. Bagaimana pengaruh lama waktu berenang dengan suhu tubuh?

v. Bagaimana mekanisme rasa lapar?

vi. Bagiamana akibat penundaan waktu makan dengan rasa lapar?

b.

i. Bagaimana pengaruh aroma makanan terhadap rasa lapar dan produksi saliva?

1

Page 2: Skenario A

ii. Bagaimana mekanisme produksi saliva?

iii. Apa fungsi air ludah?

iv. Bagaimana stimulus pencernaan?

v. Bagaimana struktur kelenjar ludah?

c.

i. Bagaimana proses system pencernaan?

ii. Bagaimana mekanisme tersedak dan pengaruhnya terhadap system saraf otonom?

iii. Bagaimana pengaruh makan cepat dan banyak dengan tersedak?

iv. Bagaimana pengaruh makanan Pindang Patin dengan banyak minum?

v. Bagaimana pengaruh tersedak terhadap proses pernapasan, anoxia (kekurangan oksigen)?

4. Hipotesis

1. Rasa lapar merupakan bentuk homeostasis dari aktivitas berenang dr. Belagak.

2. Dr. Belagak tersedak karena ia makan terlalu banyak dan terburu-buru yang mengakibatkan

proses menelannya terganggu.

5. Learning Issue

Pokok

Bahasan

What I

Know

What I don`t

Know

What I have to

prove

How I will

Learn

1. Homeostasis

Suhu Tubuh

Cara Suhu

Tubuh

Berpindah ke

Lingkungan

Buku,Diktat,

Internet

2. Sistem Saraf

Otonom

Pengatur

Pusat lapar

Mekanisme

Lapar

Buku,Diktat,

Internet

3. Kelenjar

Saliva

Fungsi

Saliva

Struktur dan

Sekresi Saliva

Buku,Diktat,

Internet

4. Proses

Menelan

Mekanisme

Menelan

Mekanisme

Tersedak dan

Komplikasinya

Buku,Diktat,

Internet

2

Page 3: Skenario A

Learning Objective

1. Explain the mechanism of hungry

2. Explain the mechanism of saliva production

3. Explain the autonomic neuron

4. Explain the mechanism of deglutition and chock

6. Kerangka Konsep

7. Sintesis

3

Dr. Belagak

Cuaca Panas

Radiasi

Suhu Kulit Naik

Konveksi Konduksi Evaporasi

Udara Air

Berenang

Lapar

Kadar Glukosa Energi Keluar

Minum

Haus

Kehilangan Cairan

Viskositas RendahFrekuensi TinggiAroma Pindang

Diterima oleh reseptor sel-sel olfaktoriusMakan banyak + Lapar

Penundaan Makan Dibawa ke Hipotalamus

Menstimuli ke arah LateralJam Biologi

Volume bolus besar

Tersedak Minum

Hypoxia

Page 4: Skenario A

7. Sintesis

Homeostasis

REGULASI SUHU (TEMPERATUR TUBUH)

Termoregulator (Myers 1984): Proses fisiologis yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang terintegrasi

dan terkoordinasi, yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh, melawan perubahan suhu

lingkungan. Rentangan suhu tubuh normal lebih kurang 0,6 C dari 37 C yang terus dipertahankan agar kerja

enzim ooptimal dan fungsi sel selalu normal. Kenaikan temperatur tubuh dikhawatirkan dapat menimbulkan

kerusakan enzim-enzim yang berperan dalam sejumlah besar reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel,

sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam metabolisme tubuh.

Suhu tubuh dapat dibedakan menjadi 2 macam:

1) Suhu Inti

Suhu yang berasal dari tubuh bagian dalam yang terus dipertahankan agar tetap konstan lebih kurang 0,6 C dari

hari ke hari.

2) Suhu Kulit

Berubah sesuai dengan suhu lingkungan, merupakan indikator kemampuan kulit dalam melepaskan panas tubuh

ke lingkungan.

Pengaturan suhu tubuh merupakan keseimbangan antara pembentukan panas dengan laju hilangnya panas.

Laju pembentukan panas > Laju hilangnya panas Kenaikan suhu

Laju pembentukan panas < Laju hilangnya panas Penurunan suhu

Pusat pengaturan suhu tubuh di Hipotalamus Anterior dan Posterior (Pre-Optic Area). Hipotalamus

anterior lebih berperan dalam upaya tubuh untuk melepaskan panas, seperti vasodilatasi pembuluh darah kulit,

aktivasi kelenjar keringat. Sementara, hipotalamus posterior memegang peranan penting dalam meningkatkan

simpanan panas tubuh, dengan menurunkan aliran darah (vasodilatasi), piloerektil, menggigil, meningkatkan

sekresi hormon dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin, serta meningkatkan laju metabolisme tubuh.

Secara fisiologis, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan koordinasi dari sistem syaraf (simpatis

dan parasimpatis) serta sistem hormonal (contoh: TRH / TSH).

Aliran darah dari inti tubuh ke permukaan kulit digunakan tubuh dalam proses perpindahan panas inti ke

permukaan (besarnya aliran darah dari pembuluh ke kapiler darah di kulit). Semakin besar aliran darah ke kapiler

semakin cepat laju perpindahan panas ke permukaan kulit, demikian pula sebaliknya.

Peran syaraf otonom dalam mekanisme ini:

1) Syaraf Simpatis

Vasokonstriksi pembuluh darah << aliran darah << pelepasan panas tubuh (saat tubuh mengalami penurunan

suhu; kondisi lingkungan dingin).

* Aktivasi kelenjar keringat pengeluaran keringat >>.

2) Syaraf Parasimpatis

Vasodilatasi pembuluh darah >> aliran darah >> pelepasan panas tubuh

(saat tubuh mengalami kenaikan suhu; kondisi lingkungan panas).

4

Page 5: Skenario A

* << Aktivasi kelenjar keringat.

Peran sistem hormon dalam mekanisme regulasi suhu tubuh:

Aktivasi TSH dan TRH sehingga memacu sekresi hormon tiroksin yang dapat meningkatkan laju metabolisme

tubuh dan meningkatkan panas tubuh. Sementara itu, inhibisi terhadap TSH, TRH dan tiroksin akan menurunkan

laju metabolisme, sehingga akan menurunkan suhu tubuh.

Mekanisme hilangnya panas tubuh:

1) Radiasi

60% total kehilangan panas tubuh, dalam bentuk gelombang panas (infra merah) ke segala penjuru.

Gelombang panas juga akan dipancarkan dari lingkungan ke tubuh. Bila suhu tubuh > suhu lingkungan, maka

panas tubuh akan dipancarkan ke lingkungan. Sebaliknya, bila suhu tubuh < suhu lingkungan, panas lingkungan

akan dipancarkan ke tubuh.

2) Konduksi

Terjadi kontak langsung antara kulit (tubuh) dengan suatu objek, sehingga terjadi perpindahan suhu,

sampai suhu tubuh sama dengan suhu objek tersebut.

3) Konveksi

Aliran panas yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat (contohnya: aliran udara).

*Konveksi (Efek Pendinginan Tubuh oleh Angin)

Pajanan tubuh oleh angin menggantikan lapisan udara yang berdekatan dengan kulit dengan udara

baru mempercepat hilangnya panas tubuh.

*Konduksi dan Konveksi Panas dengan Berdiam di Air

Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih besar daripada udara. Setiap unit bagian air yang

berdekatan dengan kulit dapat mengabsorpsi jumlah panas tubuh yang lebih besar (konduktivitas panas di air >

konduktivitas panas di udara) kecepatan hilangnya panas ke air beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan

hilangnya panas ke udara.

4) Evaporasi

Penguapan yang terjadi dari tubuh, sebagai upaya melepaskan panas (ekskresi keringat). Melepaskan

panas 0,58 Kkal/ 1 gram air. Evaporasi yang tidak terlihat (bila tidak berkeringat) tetap terjadi melalui kulit dan

paru-paru sebanyak 600-700 ml/ hari (16-19 kal/ jam).

Fisiologi Lapar

(Fisiologi Guyton hal 915)

Pusat saraf yang mengatur asupan makanan.

1. Nukleus lateral hipotalamus, berfungsi sebagai pusat makan

2. Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang

3. Nukleus paraventrikular, dorsomedial, dan arkuata

Faktor-faktor yang mengatur jumlah asupan makanan.

Pengaturan jumlah asupan makanan dapat dibagi menjadi:

5

Page 6: Skenario A

1. Pengaturan jangka pendek, yang terutama mencegah perilaku makan yang berlebihan di setiap

waktu makan.

Pengisian saluran cerna menghambat perilaku makan.

Bila saluran cerna teregang, terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi yang teregang

akan dihantarkan terutama melalui nervus vagusn untuk menekan pusat makan,sehingga nafsu makan

berkurang.

Faktor hormonal saluran cerna menghambat perilaku makan

Kolesistokinin terutama dilepaskan sebagai respon terhadap lemak yang masuk ke duodenum dan

memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilaku makan lebih lanjut.

Selain itu,adanya makanan dalam usus akan merangsang usus tersebut mensekresikan peptide

mirip glucagon, yang selanjutnya akan meningkatkan sekresi insulin terkait glukosa dan sekresi dari

pancreas, yang keduanya cendrung untuk menekan nafsu makan.

Ghrelin, suatu hormone gastrointestinal meningkatkan perilaku makan.

Kadar Ghrelin meningkat disaat puasa, meningkat sesaat sebelum makan, dan menurun drastic

setelah makan yang mengisyaratkan bahwa hormone ini mungkin berperan untuk meningkatkan nafsu

makan.

Reseptor mulut mengukur jumlah asupan makanan

Berkaitan dengan perilaku makan, seperti mengunyah, salivasi, menelan, dan mengecap yang

akan “mengukur” jumlah makanan yang masuk, dan ketika sejumlah makan telah masuk, maka pusat

makan dihipotalamus akan dihambat.

2. Pengaturan jangka panjang, yang terutama berperan untuk mempertahankan energy yang

disimpan di tubuh dalam jumlah normal.

Efek kadar glukosa, as.amino, dan lipid dalam darah terhadap rasa lapar dan perilaku makan.

Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan rasa lapar, yang menimbulkan suatu

perilaku yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa lapar dan perilaku makan, teori lipostatik

dan teori aminostatik.

Peningkatan kadar glukosa darah akan meningkatkan kecepatan bangkitan neuron glukoreseptor di

pusat kenyangdi nucleus ventro medial dan paraventrikulat hipotalamus.

Peningkatan kadar gula juga secara bersamaan menurunkan bangkitan neuron glukosensitif di pusat

lapar hipotalamus lateral.

Pengaturan suhu dan asupan makan

Saat udara dingin, kecendrungan untuk makan akan meningkat.

Sinyal umpan balik dari jaringan adipose mengatur asupan makanan.

Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan mengirimkan impuls tersebut

ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan

serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat

cukup nutrisi yang ditentukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di

6

Page 7: Skenario A

nucleus ventromedial di hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan, sehingga kita akan berhenti

makan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa lapar pada manusia adalah:

1. Hipotesis Lipostatik

Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau mengukur persentase lemak dalam

sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut rendah, maka akan membuat hipotalamus menstimulasi

kita untuk merasa lapar dan makan.

2. Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan

Makanan yang ada di dalam saluran gastrointestinal akan merangsang munculnya satu atau lebih

peptida, contohnya kolesitokinin. Kolesitokinin berperan dalam menyerap nutrisi makanan. Apabila

jumlah kolesitokinin dalam GI rendah, maka hipotalamus akan menstimulasi kita untuk memulai

pemasukan makanan ke dalam tubuh.

3. Hipotesis Glukostatik

Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah. Makanan yang kita

makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya glukosa)akan dibawa oleh darah dan diedarkan

ke seluruh tubuh, jika dalam darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan memerintahkan otak untuk

memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran asam lambung.

4. Hipotesis Termostatik

Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point, maka hipotalamus akan meningkatkan

nafsu makan kita. Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck menyatakan bahwa manusia

lapar saat suhu badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa

menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak makan di waktu musim hujan/dingin.

5. Neurotransmitter

Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka berpengaruh terhadap nafsu makan. Misalnya

saja, adanya norepinephrine dan neuropeptida Y akan membuat kita mengkonsumsi karbohidrat. Apabila

adanya dopamine dan serotonine, maka kita tidak mengkonsumsi karbohidrat.

6. Kontraksi di Duodenum dan Lambung

Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam atau lebih.

Kontraksi ini merupakan kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung. Ketika kontraksi

sangat kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius selama 2-3 menit.

Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah. Bila kontraksi lapar terjadi

tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah lambung yang disebut hunger pangs (rasa nyeri

mendadak waktu lapar. Hunger pans biasanya tidak terjadi sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang

7

Page 8: Skenario A

terakhir. Pada kelaparan, hunger pangs mencapai intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan kemudian

melemah secara bertahap pada hari-hari berikutnya.

7. Psikososial

Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai manusia,

kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan kognitif (pengetahuan)

dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya,

termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar.

Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga memperngaruhi rasa

lapar. Stres juga dapat berpengaruh terhadap nafsu makan, tetapi ini bergantung pada masing-masing

individu.

Kebiasaan juga mempengaruhi rasa lapar. Seperti orang normal yang biasa makan 3 kali sehari bila

kehilangan 1 waktu makan, akan merasa lapar pada waktunya makan walaupun sudah cukup cadangan zat

gizi dalam jaringan-jaringannya.

Saat berenang, tubuh akan menggunakan energy sebesar 500 kalori per jamnya. Semakin lama berenang

makan jumlah energy yang terpakai pun semakin besar. Hal ini akan menurunkan kadar gula didalam tubuh.

Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan rasa lapar, yang menimbulkan suatu perilaku yang

disebut teori glukostatik pengaturan rasa lapar dan perilaku makan, teori lipostatik dan teori aminostatik.

Penurunan kadar glukosa darah akan menurunkan kecepatan bangkitan neuron glukoreseptor di pusat

kenyang di nucleus ventromedial dan paraventrikulat hipotalamus.

Penurunan kadar gula juga secara bersamaan meningkatkan bangkitan neuron glukosensitif di pusat

lapar hipotalamus lateral.

Akibat penundaan lapar adalah terjadi kontraksi peristaltic yang ritmis di korpus lambung , ketika kontraksi

berturut – turut tersebut sangat kuat , kontraksi – kontraksi ini menimbulkan kontraksi tetanik yang continue dan

kadang berlangsung selama 2 sampai 3 menit. Kontraksi ini sangat meningkat ketika kadar gula darah lebih

rendah dari normal. Kontraksi ini dapat menimbulkan rasa nyeri ringan di bagian bawah lambung , disebut

Hunger Pans. Hunger pans tidak terjadi sampai waktu 12 sesudah masuknya makanan terakhir. Selain jika

penundaan ini belangsung dalam waktu yang lebih lama maka akan terjadi metabolic lemak dan protein untuk

menggantikan kadar gula yang turun.

Saliva

Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis,

dan sublingualis. Sekresi saliva normal sehari-hari berkisar antara 800-1500

mililiter dengan pH sekitar 6 sampai 7. Saliva terutama mengandung

sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat, kebalikan dari plasma

dimana lebih banyak mengandung ion natrium dan klorida.

8

Page 9: Skenario A

Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama:

1. Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase), sebuah enzim untuk mencernakan serat.

2. Sekresi mukosa yang mengandung musin, sebuah glikoprotein yang melubrikasi makanan dan memproteksi

mukosa oral. Musin juga mengandung IgA, sistem imun

yang pertama menghadang bakteri dan virus; lisozim,

berfungsi menghacurkan dinding bakteri; laktoferin,

mengikat zat besi; dan protein kaya akan prolin,

memproteksi gigi. Oleh karena itu pada keadaan defisit saliva

(xerostomia) ronga mulut menjadi berulserasi, terinfeksi, dan

karies gigi akan meluas.

Masing-masing kelenjar

menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.

Kelenjar Tipe sekresi Sifat sekresi Persentase dari total

saliva * (1,5 L)

Parotis Serosa Berair 20

Submandibularis Serosa dan mukosa Agak kental 70

Sublingualis Mukosa kental 5

*5% volume saliva total dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar minor di rongga mulut.

Kelenjar submaksilaris mengandung asinus mukosa maupun asinus serosa. Sekresi primer dihasilkan oleh

kedua asinus ini yang berupa ptialin dan/atau musin. Sewaktu sekret primer mengalir melalui duktus, terjadi dua

proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva.

1. Ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius

(interkalatus), dan ion-ion natrium disekresi secara aktif sebagai pengganti

natrium. Oleh karena itu, konsentrasi natrium dari saliva sangat berkurang,

sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Karena reabsorbsi ion natrium

melebihi sekresi ion kalium, menyebabkan konsentrasi ion klorida turun menjadi

sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.

2. Ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini

sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion

klorida.

9

Page 10: Skenario A

Hasil akhir dari transpor aktif adalah pada kondisi istirahat, konsentrasi masing- konsentrasi natrium

klorida akan meningkat sekitar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam plasma, sedangkan konsentrasi

kalium turun hanya empat kali konsentrasi dalam plasma.

Sekresi air liur dapat dibagi menjadi 2 jenis:

1. Refleks Saliva Sederhana (Tidak Terkondisi)

Terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya

makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di saraf aferen yang membawa

informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf

otonom ekstrinsik ke kelenjar liur untuk meningkatkan sekresi air liur . Tindakan-tindakan gigi mendorong

sekresi air liur walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang

terdapat di mulut.

2. Refleks Saliva Didapat (Terkondisi)

Pengeluaran air liur terjadi tanpa rangsangan oral. Hnaya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu

makanan lezat yang dapat memicu pengeluaran air liur melalui refleks ini. Refleks ini merupakan respons yang

dipelajari sebelumnya berdasarkan pengalaman. Masukan berasal dari luar mulut dan secara mental berkaitan

dengan kenikmatan makan bekerja melalui korteks serebrum untuk merangsang pusat saliva di medula.

Sekresi saliva rata-rata 1-2 Liter per hari, dimana terdiri dari 99,5 % H2O, dan 0,5% protein dan elektrolit.

Protein terpenting :

Amylase

Mucus

Lisozim

Fungsi :

1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut oleh kerja amylase (enzim yang memecah polisakarida menjadi

disakarida)

Korteks Serebrum

Pusat Saliva Di Medula

Reseptor Tekanan dan kemoreseptor di

mulut

Refleks Sederhana

Masukan Lain

Saraf Otonom

Kelenjar Liur

Sekresi Air Liur meningkat

Refleks Terkondisi

10

Page 11: Skenario A

2. Mempermudah proses menelan.

Membasahi partikel makanan sehingga menyatu

Menghasilkan mucus yang kental dan licin sebagai pelumas

3. Memiliki efek anti bakteri, yaitu efek ganda lisozim

Enzim yang menghacurkan atau melisiskan bakteri tertentu

Membilas bahan yang munkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.

4. Sebagai pelarut molekul-molekul yang merangsang papil pengecap.

Hanya molekul dalam larutn yang dapat bereaksi dengan papil pengecap.

5. Membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah

6. Berperan penting dalan hygiene mulut dengan membantu menjaga kestabilan mulut dan gigi

7. Penyanggah bikarbonat pada saliva menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri

di mulut, sehinggan mencegah karies (lubang gigi)

(Fisiologi Sherwood Hal 548)

Sekresi saliva (Salivasi) diatur oleh syaraf parasimpatis Nukleus salivatorius superior dan inferior batang

otak (pertemuan pons dan medula), yang akan teraktivasi melalui stimulus taktil dan pengecapan dari lidah serta

daerah rongga mulut. Aroma makanan yang disukai juga dapat menstimulasi, dengan mengaktifkan daerah pusat

nafsu makan di otak (pusat parasimpatis hipotalamus anterior) memberikan respons terhadap sinyal dari daerah

penciuman dan pengecapan dari cortex cerebri / amigdala.

Sementara itu, syaraf simpatis hanya mengaktivasi pengeluaran saliva dalam jumlah sedikit.

PENGARUH STIMULUS PENCIUMAN TERHADAP PERILAKU MAKAN

Pusat syaraf yang mempengaruhi proses mekanik perilaku makan yakni di batang otak. Sementara

amigdala dan korteks pre frontal berdekatan dengan hipotalamus. Amigdala merupakan bagian utama dari N.

Olfaktorius.

Indera penciuman:

Membran olfaktorius (terdapat di bagian superior dari masing-masing lubang hidung, dengan luas

permukaan 2,4 cm)

Sel-sel olfaktorius (Kemoreseptor untuk sensasi bau; merupakan sel syaraf bipolar yang berasal dari

susunan syaraf pusat, pada ujung mukosanya keluar 4-25 silia olfaktorius yang akan bereaksi dengan bau di

udara).

Mekanisme:

-Substansi yang berbau kontak dengan membran olfaktorius menyebar secara difus ke dalam mukus yang

menutupi silia berikatan dengan protein reseptor di membran silia (teaptnya di bagian yang melipat ke luar,

sementara protein di bagian dalam akan saling berpasangan untuk membentuk protein G (terdiri dari 3 subunit)

Subunit a akan melepaskan diri dari protein G aktivasi adenilat siklase mengubah ATP intrasel cAMP

pembukaan gerbang kanal natrium >> ion natrium yang mengalir melewati membran ke reseptor dalam

sitoplasma sel >> potensial listrik + dalam membran (proses pelipatgandaan efek stimulus, bahkan untuk bau

11

Page 12: Skenario A

paling lemah sekalipunbulbus olfaktorius stimulasi N. Olfaktorius menjalarkan potensial aksi susunan

syaraf pusat.

Neurofisiologi Deglutasi

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan

harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang

baik dari 6 syaraf cranial, 4 masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15 mEq/liter, ion kalium

30 mEq/liter, ion bikarbonat 50-70 mEq/liter. Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah.

Kenapa? Karena sekresi primer oleh sel-sel asini meningkat 20 kali lipat [misal saat mengkonsumsi asam]. Oleh

karena sekresi saliva bertambah, syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.

 

FASE

ORAL

Pada fase

oral ini

akan

terjadi

proses

pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva

untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini

berlangsung secara di sadari.

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

 

 

Bibir

 

 

 

 

 

Mulut & pipi

n. V.2 (maksilaris)

 

 

n. V.2 (maksilaris)

 

 

 

 

 

n.V.2 (maksilaris)

N.V : m. Temporalis, m. maseter, m.

pterigoid

 

n. VII : m.orbikularis oris, m.

zigomatikum, m.levator labius oris,

m.depresor labius oris, m. levator anguli

oris, m. depressor anguli oris

 

n.VII: m. mentalis, m. risorius,

m.businator

12

Page 13: Skenario A

 

 

Lidah

 

 

n.V.3 (lingualis)

 

n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

 

 

 

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan

pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat

mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong

ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan

refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

 

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir

 

 

Mulut & pipi

 

 

Lidah

 

Uvula

n. V.2 (mandibularis), n.V.3

(lingualis)

 

n. V.2 (mandibularis)

 

 

n.V.3 (lingualis)

 

n.V.2 (mandibularis)

n. VII : m.orbikularis oris, m.levator labius

oris, m. depressor labius, m.mentalis

n.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris,

m.depressor anguli oris, m.risorius.

m.businator

n.IX,X,XI : m.palatoglosus

 

n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabut afferen

(sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).

 

FASE FARINGEAL

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks

menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi menyebabkan

palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah

nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X)

berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m.

Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

13

Page 14: Skenario A

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X,

n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti

oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke

inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini

hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

 

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

 

 

 

Palatum

 

Hyoid

 

 

Nasofaring

Faring

 

 

 

Laring

Esofagus

n.V.3

 

 

 

n.V.2, n.V.3

 

n.Laringeus superior cab

internus (n.X)

 

n.X

n.X

 

 

 

 n.rekuren (n.X)

 n.X

n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

n.V  : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

 n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor

faring sup, m.konstriktor faring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

n.IX :m.stilofaring 

n.X  : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V,

n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannya melihat

adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang

mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring. 

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat terangkatnya laring ke

atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas.

Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot

longitudinal esofagus bagian superior.

 

FASE ESOFAGEAL

14

Page 15: Skenario A

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari

fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

 

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1.       dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi

otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini

akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2.       Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak

diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara

teratur menuju ke distal esofagus.

 

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan

berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-

otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

 

PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons

dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus

solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius

yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses

menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah.

Biologi Sistem Pencernaan

DEFINISI

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:

- menerima makanan

- memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)

- menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah

- membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum

dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,

hati dan kandung empedu.

15

Page 16: Skenario A

Sistem pencernaan

Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan.

Bagian dalamdari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah

rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yangberfungsi untuk merasakan dan

mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh

organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan

relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi

bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.

Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan

kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan

menyerang bakteri secara langsung.

Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan

tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang

(palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung. Kerongkongan

(esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.

Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan

oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.

Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian

yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk

cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya

kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan

dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:

- lendir

- asam klorida

- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim. Setiap kelainan pada

lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori atau karena aspirin), bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat

16

Page 17: Skenario A

asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai

penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. Pelepasan asam dirangsang oleh:

- saraf yang menuju ke lambung

- gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)

- histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung).

Pepsin bertanggungjawab atas pemecahan sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang

mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging. Hanya beberapa zat yang

bisa diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang sangat

kecil.

Usus halus

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama

dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna

oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang

masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari

proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara

mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.

Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan,

tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan

bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari

usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama

bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya

yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.

Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan

makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan

lemak.

Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam

duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati

usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.

Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:

- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

- Pulau pankreas, menghasilkan hormon.

17

Page 18: Skenario A

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.

Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus

pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya

akan masuk ke dalam duodenum. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan

lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan

dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga

melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan

asam lambung.

3 hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah:

- Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah

- Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah

- Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan glukagon).

Hati

Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan

dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah

yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih

besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-

pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.

Darah diolah dalam 2 cara:

- Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang

- Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh.

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,

darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam

tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk

membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.

18

Page 19: Skenario A

Kandung empedu & Saluran empedu

Empedu mengalir dari hati melalui

duktus hepatikus kiri dan kanan, yang

selanjutnya bergabung membentuk duktus

hepatikus umum. Saluran ini kemudian

bergabung dengan sebuah saluran yang

berasal dari kandung empedu (duktus sistikus)

untuk membentuk saluran empedu umum.

Duktus pankreatikus bergabung dengan

saluran empedu umum dan masuk ke dalam

duodenum.

Sebelum makan, garam-garam empedu

menumpuk di dalam kandung empedu dan

hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati.

Makanan di dalam duodenum memicu

serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf

sehingga kandung empedu berkontraksi.

Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam

duodenum dan bercampur dengan makanan.

Empedu memiliki 2 fungsi penting:

- Membantu pencernaan dan penyerapan

lemak

- Berperan dalam pembuangan limbah

tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan

kolesterol.

Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:

- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk

membantu proses penyerapan.

- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.

- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang

dihancurkan.

- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.

- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.

19

Page 20: Skenario A

Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam

empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami

sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus

besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari

unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.

Usus besar

Usus besar terdiri dari:

- Kolon asendens (kanan)

- Kolon transversum

- Kolon desendens (kiri)

- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon

asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi

menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika

mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk

fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di

dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah

diare.

Rektum & Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di

anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.

Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda

mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian

anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)

menjaga agar anus tetap tertutup.

Tersedak

Tersedak dapat terjadi apabila makanan yang seharusnya masuk ke esofagus, tak tersengaja masuk ke trakea

(saluran pernapasan) akibat epiglotis yang membuka ketika makanan masuk. Saat menelan, epiglotis akan

menutup saluran pernapasan. Apabila kita makan terlalu cepat, banyak dan sambil bicara, maka epiglotis akan

menjadi kacau. Sehingga secara tak tersengaja, epiglotis akan terbuka ketika makanan terus masuk, karena waktu

20

Page 21: Skenario A

makanan masuk dengan waktu napas bersamaan, sehingga makanan masuk ke trakea. Maka, kita akan refleks

batuk untuk mengeluarkan makanan yang masuk ke trakea.

Akibat tersedak :

1.Henti Napas

Tersedaktersumbatnya jalan nafasO2 berkuranghipoksiakerja otot pernapasan meningkat

penumpukan sisa pembakaran (CO2)susunan saraf pusat terganggumenekan pusat nafas di system

saraf pusat tersebuthenti nafas.

2.Henti jantung

Tersedaktersumbatnya jalan nafas O2 berkuranghipoksiapasokan darah untuk jantung

Jantung tak dapat berkontraksihenti jantung

3.Pingsan (syncope)

Tersedak (tersangkutnya makanan di kerongkongan)perenggangan kerongkonganstimulasi saraf vagal

(refleksi abnormal )degup jantung mengendurvolume darah yang dipompa ke jantung menurunotak

kekurangan zat asam beberapa saatpingsan (KSP PMI Universitas Negeri Malang)

Jika tersedak tidak dapat di atasi maka dalam jangka waktu yang lama akan terjadi Hipoksia. Hipoksia jika

cukup berat dapat menyebabkan kematian sel – sel seluruh tubuh, tetapi pada derajat yang kurangn berat terutama

berakibat

1. Penekanan aktivitas mental

2. Menurunkan kapasitas kerja otot.

Selain itu bisa terjadi juga Hiperkapnia yaitu jumlah karbon dioksida yang berlebihan dalam cairan tubuh.

MEKANISME PERTAHANAN SISTEM PERNAPASAN

Sistem pernapasan kita diperlengkapi dengan mekanisme pertahanan untuk melindunginya dari kuman,

virus, lendir, atau benda asing (misalnya, makanan atau minuman yang tersedak). Mekanisme pelindung tersebut

adalah rambut getar yang halus yang terus bergerak ke satu arah, menyapu kotoran, kuman, lendir dari arah paru-

paru keluar ke arah tenggorokan.

Batuk, pada dasarnya merupakan suatu refleks yang pusat pengaturannya berada di otak. Refleks batuk ini

juga merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke saluran napas. Ketika

kita tersedak, maka kita akan batuk. Ketika kita terkena infeksi flu, maka lendir berlebihan akan dibatukkan oleh

tubuh kita. Perbanyak minum, maka batukpun akan mereda karena lendir menjadi lebih encer dan lebih mudah

untuk dikeluarkan.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang

peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus

menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring

serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.

21

Page 22: Skenario A

Sesuai dengan skenario ini, Pindang Patin memiliki viskositas yang rendah. Selain itu, dr. Belagak juga

melahap Pindang Patin ini dengan banyak dan cepat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, apabila volume

makanan yang ditelan besar, akan mempercepat proses menelan, begitu juga apabila viskositas yang rendah. Maka

dari inilah, biasanya orang sering tersedak apabila minum air terlalu cepat.

22

Page 23: Skenario A

DAFTAR PUSTAKA

Despopoulos, A, et all. Color Atlas of Physiology 5th Electronic Edition. 2003. USA: Thieme

Dorland, W.A. Newman, Kamus Kedokteran Dorland, 2002 ; alih bahasa, Huriawati Hartanto, dkk. ; editor edisi

bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, dkk. – Ed. 29 – Jakarta : EGC

Ganong, William F. Review of Medical Physiology 20th Electronic Edition. 2001. USA: McGraw-Hill

Guyton, Arthur C., dan John E. Hall, 1997, Buku ajar fisiologi kedokteran ; editor edisi bahasa Indonesia, Irawati

Setiawan. – Ed. 11– Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia:dari Sel ke Sistem. 2001. Jakarta : EGC

Vander. Human Physiology The Mechanism of Body Function 8th Electronic Edition. 2001. USA: McGraw-Hill

http://thtkl.wordpress.com/menelan_(deglutasi)_dan_gangguan_menelan.html

23