scorpionmodel: bahan pelatihanmemantapkan niat
TRANSCRIPT
ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat Berwirausaha (Bagian ke-2 dari “Pengembangan Bahan Pelatihan Model Scorpion Untuk Memantapkan Niat
Berwirausaha”)
Oleh:
Purwiyanto
Dosen STIE Indocakti Malang
Abstrak. Secara umum penelitian dan pengembangan ini bertujuan
untuk menghasilkan Model pelatihan untuk memantapkan niat
berwirausaha. Adapun spesifikasi produk yang diharapkan adalah:
1. Kerangka kerja model. 2. Pedoman penggunaan model. 3. Materi
pelatihan. 4. Skenario pelatihan. Penelitian dan pengembangan
menggunakan berdasar pada The Theory of Planned Behavior
dengan pendekatan Design Based Research. Untuk mengetahui
tingkat kelayakan desain bahan pelatihan yang dikembangkan,
sebelum uji coba lapangan bahan pelatihan divaidasi oleh 4 orang
ahli: 1. Profesor ahli di bidang teknologi pembelajaran. 2. Profesor
ahli di bidang kewirausahaan. 3. Doktor ahli bidang motivasional,
dan 4. Doktor ahli psikologi.Desain model juga divalidasi oleh 3
orang dosen pengampu mata kuliah pengantar bisnis. Sedangkan
untuk mengetahui efektivitas desain bahan pelatihan, peneliti
menganalisis menggunakan pendekatan before-after dan teknik
analisis t-tes. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan
produk bahan pelatihan yang sangat efektif untuk memantapkan
niat mahasiswa dalam berwirausaha. Bahan Pelatihan ini
kemudian diberi nama “Bahan Pelatihan Model Scorpion” dengan
spesifikasi: 1. Kerangka kerja model. 2. Pedoman penggunaan
model. 3. Materi pelatihan. 4. Skenario pelatihan. Pengembangan
materi dan media dalam model pelatihan ini sebagian besar
berorientasi pada cara pandang seorang muslim. Oleh sebab itu,
pengembangan produk selanjutnya disarankan bisa
mengembangkan materi dan media yang relevan untuk semua
kalangan (penganut agama). Juga perlu dikembangkan materi
pelatihan yang relevan untuk mahasiswa dari kalangan ekonomi
menengah ke atas. Atau bahkan perlu pengembangan lanjutan yang
tidak saja berhenti pada pemantapan niat, tetapi sampai pada
munculnya perilaku berwirausaha secara aktual.
Kata kunci: pengembangan, bahan pelatihan, model scorpion, niat,
berwirausaha
Artikel ini merupakan bagian ke-2
dari artikel hasil penelitian dan
pengembangan yang berjudul
“pengembangan bahan pelatihan
model scorpion untuk meningkatkan
niat berwirausaha”. Pada artikel
bagian pertama telah teridentifikasi
masalah dan kebutuhan terkait
dengan “pengembangan bahan
pelatihan model scorpion” sebagai
berikut.
Masalah yang teridentifikasiantara
lain: Mayoritas mahasiswa
mempunyai apresiasi positif
terhadap karir wirausaha tetapi
ragu untuk memulai merintis
usaha karena merasa kesulitan: a)
modal untuk memulai
berwirausaha. b).mengembangkan
usaha, c). memilih dan
menentukan produk baru,
d).mengevaluasi keberhasilan
usaha, dan e) merasa tidak berani
memulai berwirausaha.
Sedangkan masalah yang melekat
pada dosen dan program studi
antara lain: Sebagian besar dosen
belum berpengalaman sebagi
pelatihkewirausahaan; Belum ada
upaya secara terprogram dan
berkelanjutan oleh program studi
dalam menyelenggarakan
pelatihan memantapkan niat
mahasiswa dalam berwirausaha.
Kebutuhan yang teridentifikasi,
antara lain perlu: a)Mendesain
kerangka kerja pelatihan. b)
Mendesain materi pelatihan yang
bisa: mengembangkan sikap
positif mahasiswa terhadap karir
wirausaha; memberikan
pemahaman tentang norma
subyektif (harapan dan tuntutan
lingkungan); meyakinkan peserta
pelatihan bahwa mereka mampu
berwirausaha. Semua materi
pelatihan diorientasikan untuk
usaha kecil dan mikro. c)
Mendesain pedoman penggunaan
model pelatihan, dan f) Mendesain
skenario pembelajaran dalam
pelatihan. Merujuk berbagai teori
yang dijadikan pijakan, model
pengembangan bahan pelatihan ini
bisa digambarkan sebagai berikut.
Dari gambar model di atas bisa
dijelaskan sebagai berikut:
Pengembangan model pelatihan
mengaplikasikan The Theory of
Planned Behavior (Ajzen, 1991).
Teori menjelaskan bahwa
determinan niat adalah: sikap
positif, norma subyektif, dan
persepsi pengendalian perilaku.
Penggunaan The Theory of
Planned Behavior sebagai dasar
pengembangan dengan alasan teori
ini telah sangat teruji dari
penelitian di berbagai bidang
praktek dan keilmuan. Selain itu,
sepengetahuan peneliti belum
pernah ada model pelatihan
kewirausahaan yang
dikembangkan berdasar The
Theory of Planned Behavior.
Langkah pengembangan
menggunakan pendekatan Design
Based Research (DBR) yang
meliputi 6 (enam) langkah:
Identifikasi masalah, identifikasi
tujuan, penyusunan desain produk,
evaluasi hasil uji desain produk,
serta komunikasi hasil uji desain
produk.Pemilihan pendekatan
DBR dengan alasan karena
kelebihan-kelebihannya sebagai
berikut.
Jika ada keyakinan bahwa
konteks memiliki arti penting
dalam belajar dan kognisi,
paradigma penelitian yang
hanya meneliti proses-proses
sebagai variabel-variabel
terpisah dalam laboratorium
atau konteks partisipasi yang
disederhanakan akan
memunculkan pemahaman
yang tidak lengkap terkait
relevansinya dalam situasi
yang lebih nyata (Brown,
1992).
Penelitian berbasis desain
menghubungkan intervensi
desain dengan teori yang ada,
2) penelitian berbasis desain
mampu membuat teori baru,
tidak hanya sekedar menguji
teori yang telah ada (Barab,
2004). Penelitian berbasis desain
lebih dari sekedar
menjelaskan desain dan
kondisi yang digunakan untuk
melakukan perubahan.
Eksperimen desain memiliki
tujuan mengembangkan teori,
tidak hanya melakukan upaya
empirik untuk mengetahui
„apa yang berhasil‟.Penelitian
berbasis desain memiliki
upaya teori dengan
memandang landasan desain
sebagai konteks yang bisa
memunculkan teori. Tipe
upaya ini dilakukan berulang
kali dengan komitmen untuk
waktu yang lama untuk terus
memperbaiki klaim teoritis
sehingga bisa menghasilkan
“inovasi ontologis”. Penelitian
berbasis desain memberikan
peluang untuk pembuatan dan
pengujian teori yang dapat
digunakan untuk membuat,
memilih, dan memvalidasi
alternatif desain tertentu;
mengungkap betapa banyak
desain yang bisa dihubungkan
dengan asumsi teoritis yang
berbeda dengan konsekuensi
yang berbeda untuk
pembelajaran(diSessa dan
Cobb, 2003).
The Design-Based Research
Collective (2003) mengutip
dari berbagai sumber: 1).
Penelitian berbasis desain
memiliki peran dalam
perkembangan kapasitas
manusia untuk reformasi
pendidikan selanjutnya, 2).
Penelitian berbasis desain
(Brown, 1992; Collins, 1992)
merupakan paradigma baru
untuk studi belajar dalam
konteks melalui desain
sistematis dan studi strategi
dan alat pengajaran. Penelitian
berbasis desain dapat
membantu menciptakan dan
memperluas pengetahuan
untuk mengembangkan,
melaksanakan dan
melanjutkan lingkungan
belajar inovatif, 3). Penelitian
berbasis desain memiliki
keunggulan dengan lima
karakteristik seperti berikut:
Pertama, terdapat saling
keterhubungan antara tujuan
inti pendesainan lingkungan
belajar dan pengembangan
teori atau “prototeori” belajar.
Kedua, pengembangan dan
penelitian berlangsung dalam
bentuk siklus desain,
pelaksanaan, analisis dan
pendesainan kembali yang
terus berputar (Cobb, 2001;
Collins, 1992). Ketiga,
mampu memunculkan teori-
teori umum yang dapat
mengomunikasikan implikasi
yang relevan kepada praktisi
dan desainer pendidikan
lainnya (Brophy, 2002).
Keempat, penelitian
mempertimbangkan fungsi
desain dalam situasi nyata.
Kelima, selalu
mendokumentasikan dan
menghubungkan proses
pelaksanaan dengan hasil
penelitian.
Pengembangan materi
pembelajaran dalam pelatihan
menggunakan pendekatan Multiple
Learning Perspective (Dick and
Carey, 2004) dengan mengadopsi
pendekatan behaviorisme,
kognitivisme, dan konstruktivisme.
Namun yang lebih mewarnai
adalah Teori Penguatan Skinner
dan Teori Stimulus-Respon
Watson (Schunk, 2011), Teori
Kognitif Sosial Bandura (Schunk,
2011), serta berbagai Teori
Motivasi, khususnya pemahaman
keuntungan jika kebutuhan
terpenuhi, pengenalan cara mudah
dalam mencapai kebutuhan dan
tujuan (Teori Motivasi Kognitif)
(Vroom, 1964), juga pemanfaatan
emosi sebagai pemantik/pelecut
motivasi.
Pengembangan proses
pembelajaran (skenario
pembelajaran) mengadopsi
carascorpion menjaga dan
mempertahankan eksistensinya,
yaitu capit (pembukaan proses
pembelajaran), gigit (inti proses
pembelajaran), dan sengat
(penutup proses pembelajaran).
Metode
Penelitian mengambil lokasi di STIE
PENGUSAHA Malang, dengan
pertimbangan dianggap mewakili
perguruan tinggi berbasis ekonomi
dengan karakteristik mahasiswa yang
sesuai dengan tema penelitian, yaitu
perlu pemantapan niat berwirausaha.
Penelitian dan pengembangan
model pelatihan ini didasarkan pada
The Theory of Planned Behavior,
sedangkan langkah-langkah
pengembangan menggunakan
pendekatan Design based Research
(DBR) dengan tahapan: 1. Identifikasi
masalah. 2. Identifikasi kebutuhan, 3.
Penyusunan desain dan struktur isi
bahan pelatihan. 4. Uji Coba. 5.
Evaluasi hasil uji coba. 6.Komunikasi
hasil evaluasi dengan revisi akhir.
Untuk memberi jaminan validitas
setiap tahapan pengembangan, peneliti
melakukan uji validitas sebagaimana
tersaji pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Teknik uji validitas proses pengembangan
No TAHAP BENTUK UJI VALIDITAS
1 Identifikasi masalah
kebutuhan
Teknik Focus Group Discussion
2 Pengembangan Desain
Model
Validasi ahli, diskusi dengan pengguna
(kelompok kolaborasi)
3 Ujicoba terbatas Content Validation (Kerangka kerja, pedoman,
materi, skenario).
Contruction Validation (rancangan model dan
proses)
4 Evaluasi komprehensif Teknik verifikasi dengan pengguna model
5 Komunikasi hasil evaluasi Verivikasi antar akademisi, peneliti, warga
belajar, dosen, ahli, pelatih, pejabat (atau
disebut dengan kelompok kolaborasi)
Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam
penelitian dan pengembangan ini
adalah:
Data masalah dan kebutuhan
penyelenggara, pejabat, dosen,
pelatih, dan mahasiswa STIE
PENGUSAHA tentang model
pelatihan memantapkan niat
mahasiswa dalam berwirausaha.
Data tingkat niat mahasiswa untuk berkarir sebagai
wirausahawan.
Data yang berupa respon tentang kefektifan produk.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang
akan digunakansebagai berikut.
Focus Group Discussion
(FGD). FGD dilakukan bersama
penyelenggara, pejabat, dosen,
pelatih, dan mahasiswa STIE
PENGUSAHA untuk menjaring
data tentang kebutuhan akan
bahan pelatihan memantapkan
niat mahasiswa dalam
berwirausaha.
Angket tertutup dan terbuka validasi ahli dan pengguna
untuk mengetahui kelayakan
produk yang dirancang.
Angket untuk mengukur perbandingan niat peserta
pelatihan antara sebelum dan
setelah intervensi.
Balikan pelatihan yang diisi
oleh peserta pelatihan.
Lembar observasi serta rubrik penilaian yang digunakan oleh
pengamat untuk mengamati
penyajian materi pelatihan.
Teknik Analisis Data
Focus Group Discussion (melibatkan peneliti,
penyelenggara, pejabat, dosen,
pelatih, dan mahasiswa STIE
PENGUSAHA) untuk
mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan dalam
mengembangkan bahan
pelatihan memantapkan niat
berwirausa sebagai acuan dalam
menyusun prototipe produk.
Mengukur respon pengguna dan
tim ahli terkait kelayakan
prototipe produk yang dirancang. Pengukuran
dilakukan dengan formula
berikut
Jumlah skor jawaban
x 100% ....... (Sudarwati, 2012)
Skor kriteria tertinggi
Hasil perhitungan dikonversikan dengan tabel katagori interval berikut.
0 – 25 26 - 50 51 – 75 76 - 100
kurang cukup efektif sangat
efektif efektif efektif....... (Sugiono, 2010)
Membandingkan niat mahasiswa
untuk berwirausaha antara
sesudah dengan sebelum
mengikuti pelatihan dengan teknik
before-aftersebagai berikut.
O1 >< O2
O1 adalah skor niat mahasiswa
untuk berwirausaha sebelum
mengikuti pelatihan. O2 adalah
skor niat mahasiswa berwirausaha
setelah mengikuti pelatihan.
Efektivitas pelatihan diukur
dengan cara membandingkan
antara skor O1 dengan O2. Jika
skor O2 lebih besar daripada O1,
maka pelatihan model scorpion
efektif memantapkan niat
mahasiswa dalam berwirausaha.
Signifikansi keberbedaan skor O1
dengan skor O2 dianalisis
menggunakan uji-t.
Hasil Penelitian
Identifikasi Masalah dan
kebutuhan
Telah dipaparkan di muka,
bahwa identifikasi masalah dan
kebutuhan telah ditulis pada bagian 1
artikel ini. Inti masalah dan
kebutuhan pengembangan bahan
pelatihan model scorpion
sebagaimana terpaparkan pada awal
artikel ini.
Fase Perancangan Desain
M A T E R I
INSPIRATIF
EFEKTIF
ATRAKTIF
IMPRESIF
M A T E R I
INSPIRATIF
EFEKTIF
ATRAKTIF
IMPRESIF
M A T E R I
INSPIRATIF
EFEKTIF
ATRAKTIF
IMPRESIF
I N T E R V E N
S
I
KEYAKINAN KEMAMPUAN
SIKAP
POSITIF
NIAT SEBELUM INTERVENSI
NIAT
SESUDAH INTERVENSI
:
NORMA SUBYEKTIF
Sesuai dengan hasil identifikasi
masalah dan kebutuhan terkait
dengan pengembangan bahan
pelatihan model scorpion untuk
memantapkan niat berwirausaha,
beberapa desain yang perlu
dirancang adalah:
Kerangka Kerja Pelatihan
Model Scorpion
Beberapa indikator yang
digunakan sebagai acuan dalam
menyusun kerangka kerja
pelatihan Model Scorpionadalah:
1. Berorientasi tujuan, 2.
Kejelasan, 3. Operasional, dan 4.
Kemanfaatan. Desain kerangkan
kerja sebagaimana pada bagan 1
berikut.
Bagan 1 Kerangka kerja model scorpion
Penjelasan bagan Pelatihan Model
Scorpion sebagai berikut.
Label Scorpion
Dasar pengembangan model
pelatihan ini adalah The Theory of
Planned Behavioryang menjelaskan
terdapat 3 (tiga) determinan yang
menentukan niat individu dalam
memilih perilaku tertentu (termasuk
berwirausaha), yakni: sikap, norma
subyektif, dan persepsi kemampuan
pengendalian perilaku.
Atas adanya tiga determinan
niat itu, mengingatkan peneliti pada
seekor binatang yang dalam menjaga
eksistensinya juga mengandalkan
tiga kekuatan (determinan), yakni:
mencapit, menggigit, dan menyengat
(capit, gigit, dan sengat). Binatang
dengan karakteristik seperti ini
adalah Kalajengking (Scorpion).
Terinspirasi dari cara
Kalajengking membangun
eksistensinya (capit, gigit, dan
sengat), model membangun niat yang
juga mengandalkan tiga determinan
itu dinamakan “Model Scorpion”,
dengan harapan proses pelatihan
benar-benar mampu:
Mencapit (mencengkeram) niat
awal peserta pelatihan untuk
tetap menjadi wirausahawan
(tidak goyah untuk memilih karir
lain).
Menggigit. Pelatihan harus
mampu menyajikan materi yang
“menggigit” (atraktif, impresif,
dan inspiratif) sehingga efektif
meyakinkan peserta bahwa
berwirausaha adalah karir
prioritas pertama untuk mencapai
kesuksesan hidup.
Menyengat emosi dan motivasi
peserta pelatihan (mahasiswa)
sehingga gandrung berwirausaha.
Penjelasan Alur Bagan
Sasaran penyelenggaraan
pelatihan adalah mahasiswa.
Proses pelatihan mengintervensi
3 (tiga) ranah psikologis peserta
pelatihan untuk: a)
mengembangkan sikap positif
terhadap karir wirausaha, b)
memberikan pemahaman tentang
norma subyektif dan c)
memberikan keyakinan bahwa
peserta pelatihan mampu
berwirausaha.
Materi dan proses pelatihan harus
disusun sesuai dengan
identifikasi masalah dan
kebutuhan peserta pelatihan.
Menyusun skenario pelatihan
yang menarik, mengesankan, dan
menginspirasi (atraktif, impresif,
dan inspiratif) sehingga efektif
dalam mencapai tujuan pelatihan.
Menyelenggarakan intervensi
sesuai dengan skenario yang
telah disusun.
Melakukan evaluasi
penyelenggaraan pelatihan. a)
Pretes untuk mengukur niat
peserta pelatihan dalam
berwirausaha sebelum intervensi.
2). Postes untuk mengukur niat
peserta pelatihan setelah
menerima intervensi. 3.
Membandingkan hasil pretes
dengan postes.
Hasil evaluasi digunakan sebagai
umpan balik bahan koreksi.
Pedoman Penggunaan Bahan
Pelatihan Model Scorpion
Struktur isi Pedoman
Penggunaan Bahan Pelatihan Model
Scorpion meliputi: Pengantar
pelunya pedoman penggunaan,
Tujuan, Kualifikasi pelatih, Syarat
peserta pelatihan, Materi pelatihan,
Sarana dan prasarana pelatihan,
Media pelatihan, Skenario
pembelajaran, Waktu
penyelenggaraan dan durasi waktu
yang dibutuhkan, dan Teknik
evaluasi hasil pelatihan.
Selain berdasar pada
identifikasi kebutuhan yang telah
divalidasi, beberapa indikator yang
digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan pedoman penggunaan
Bahan Pelatihan Model Scorpion
adalah: 1. Operasional, 2.
Keterbacaan, 3. Kelengkapan, dan 4.
Kemanfaatan.
Materi Pelatihan
Sesuai dengan identifikasi
masalah dan kebutuhan, karakteristik
materi pelatihan antara lain:
o bertujuan untuk membetuk sikap
positif terhadap karir wirausaha,
meyakinkan peserta pelatihan
bahwa mereka mampu
berwirausaha, serta
meningkatkan pemahaman
tentang norma subyektif. Untuk
tujuan ini dikembangkan materi:
1) Kuadran Karir (Kiyosaki,
2011), Berjuta Keuntungan
Berwirausaha, Fakta Yang
Bicara; 2) Resep Mudah dan Jitu
Memulai Usaha, Resep Mudah
dan Jitu Mengembangkan Usaha,
Resep Mudah dan Jitu
Mengevaluasi Keberhasilan
Usaha, dan 3) Indonesia
Memanggil, Wasiat Rosul, dan
Kebahagiaan Orang Tercinta.
o Materi pelatihan diorientasikan
untuk usaha mikro dan kecil.
o Materi dikembangkan berdasar
teori belajar: behavioristik,
kognitif, dan konstruktivistik
(Multiple Learning Perspectives).
Selain berdasar pada identifikasi
kebutuhan yang telah divalidasi,
beberapa indikator yang
digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan materi pelatihan
adalah: 1. Relevansi dengan
tujuan, 2. Ruang lingkup, 3.
Kedalaman, dan 4. Keterbacaan.
Skenario Pelatihan
Berdasar pada desain pedoman
penggunaan model dan materi,
selanjutnya disusun scenario
pembelajaran pelatihan dengan
indikator: 1. Atraktif, yaitu Skenario
pelatihan dirancang untuk proses
pembelajaran yang menarik, 2.
Impresif, yaitu Skenario pelatihan
dirancang untuk proses pembelajaran
yang mengesankan, 3. Inspiratif,
yaitu Skenario pelatihan dirancang
untuk proses pembelajaran yang
menginspirasi, dan 4. Efektif, yaitu
Skenario pelatihan dirancang untuk
proses pembelajaran yang berdaya
guna.
Berdasar identifikasi kebutuhan
dan indicator penyusunan scenario
pembelajaran dalam pelatihan,
disusunlah skenario sebagai berikut.
Sesi I: mengembangkan sikap positif terhadap karir wirausaha disusun
skenario sebagai berikut.
TAHAP MATERI/KEGIATAN PENDUKUNG
PEMBUKA
CAPIT
(30 menit)
EDIFIKASI: oleh MC
SALAM
APERSEPSI
TUJUAN
MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA:
berdiri, tangan mengepal di dada, mengikuti lagu
dari soundsystem,
Lagu“Indonesia raya”
(WR. Supratman)
Slide Keuntungan
Wirausahawan
INTI
GIGIT
(60 menit)
PRESENTASI: Mengembangkan sikap positif
terhadap karir wirausaha
TARGET: memberi apresiasi positif terhadap
karir wirausaha.
MATERI: Kuadran Karir, Hakikat
Wirausahawan. Peran Penting Wirausahawan,
Pancadarma Wirausahawan. Fakta Yang Bicara.
PENUTUP
SENGAT
(30 menit)
MENYAKSIKAN VIDEO “Panggilan
Kemenangan Dari Makkah”
Video “ Adzan
Subuh di Masjidil
Haram”
MEMAKNAI VIDEO “Panggilan kemenangan
dari Makkah”
MEMBUAT RENCANA: melaksanakan ibadah
haji beserta keluarga.
MEMBUAT RENCANA: Pilihan karir yang
cocok agar segera bisa menunaikan ibadah haji ke
Makkah.
RANGKUMAN PELATIH
SALAM
PENUTPAN: Oleh MC
Diadopsi dari: Sultoni (2012)
Sesi II
Pada pelatihan sesi II bertujuan untuk meyakinkan bahwa peserta mampu
berwirausaha disusun skenario pelatihan sebagai berikut.
TAHAP MATERI/KEGIATAN PENDUKUNG
PEMBUKA
CAPIT
(30 menit)
EDIFIKASI: oleh MC
SALAM
APERSEPSI
TUJUAN
MENYAKSIKAN VIDEO “Selalu Ada Cara”
Video “Iklan Pepsi”
(Roberto Carlos
Bikin Gol dan
pendekar Pepsi)
MEMAKNAI: Video “Selalu Ada cara”
INTI
GIGIT
PRESENTASI: Berwirausaha itu Mudah
TARGET: Meyakinkan peserta bahwa ia mampu
(60 menit) berwirausaha.
MATERI: Resep Mudah dan Jitu Memulai Usaha
(“Ati Mapan”) . Resep Mudah dan Jitu
Mengembangkan Usaha (SOP. Resep Mudah dan
Jitu Mengevaluasi Keberhasilan Usaha.
PENUTUP
SENGAT
(30 menit)
MENYAKSIKAN FILM: “Paralympic” Film “Paralympic”
(Media Promosindo)
MEMAKNAI FILM: “Paralympic”
MENULIS RENCANA BISNIS YANG
DIMINATI
Lagu “Kita Pasti
Bisa”
RANGKUMAN PELATIH
SALAM
PENUTUPAN: oleh MC
Diadopsi dari: Sultoni (2012)
Sesi III
Pada pelatihan sesi III bertujuan memberikan pemahaman tentang norma
subyektif (harapan dan tuntutan lingkungan) disusun skenario pelatihan
sebagai berikut.
TAHAP MATERI/KEGIATAN PENDUKUNG
PEMBUKA
CAPIT
(30 menit)
EDIFIKASI: oleh MC
SALAM
APERSEPSI
TUJUAN
MENYAKSIKAN VIDEO “Pidato Bung Tomo” Video “Pidato Bung
Tomo” (Youtube)
MEMAKNAI: “Pidato Bung Tomo”
MENYANYI: “Bangun Pemuda-Pemudi” Lagu Nasional
INTI
GIGIT
(60 menit)
PRESENTASI: Meningkatkan pemahaman akan
norma subyektif
TARGET: Meningkatnya pemahaman akan
norma subyektif.
MATERI: Indonesia Memanggil. Wasiat Rosul.
PENUTUP
SENGAT
(30 menit)
RENUNGKAN KEMBALI: jasa ayah dan ibu.
Berjanji menjadi orang sukses untuk
membahagiakan ayah dan ibu
Lagu “Ibu” (Iwan
Fals)
TULIS SURAT: janji kepada ayah dan ibu Lagu “Ayah” (Ebiet
G. Ade)
RANGKUMAN PELATIH
Kebahagiaan Orang-Orang Tercinta.
Lagu “Bunda”
(Serina Munaf)
SALAM
PENUTUPAN: oleh MC
Diadopsi dari: Sultoni (2012)
Analisis Kelayakan Desain Produk
Menurut Kelompok Kolaborasi
Untuk memberikan jaminan
bahwa model benar-benar layak
pakai, peneliti melibatkan kelompok
kolaborasi untuk proses validasi.
Kelompok kolaborasi terdiri dari
pejabat struktural, Ketua Bidang
Akademik, dosen program studi
manajemen dan akuntansi pengampu
matakuliah Pengantar Bisnis. Skor
masing-masing item kuesioner yang
diberikan oleh kelompok kolaborasi.
Untuk mengetahui kelayakan
model yang telah didesain dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
Menentukan skor tertinggi
Menghitung skor kelompok
kolaborasi
Membagi skor kelompok
kolaborasi dengan skor tertinggi
dan dikalikan dengan 100%.
Mengonversikan dengan skala
kelayakan Sugiono (2010)
sebagaimana dipaparkan pada
bagian Metoda.
Mengambil keputusan.
Dengan mengikuti langkah-
langkah di muka, diketahui bahwa
skor maksimal dari kelompok
kolaborasi adalah 24 x 5 x 3 =
360. Sedangkan perolehan skor
riil dari kelompok kolaborasi
sebesar 316. Sehingga bisa
diperoleh tingkat kelayakan
sebagai berikut.
Tingkat kelayakan =
316/360 x 100% = 87,78%.
Selanjutnya hasil tingkat
kelayakan ini dikonversikan
dengan tabel sebagai berikut.
0 – 25 26 - 50 51 – 75 76 - 100
kurang cukup efektif sangat
efektif efektif efektif
Mengacu pada skala di atas,
dapatlah diketahui bahwa tingkat
kelayakan 87,78% berada pada posisi
sangat efektif. Dengan demikian bisa
disimpulkan bahwa desain awal
“Pelatihan Model Scorpion” menurut
kelompok kolaborasi sangat layak
untuk digunakan.
Uji Validasi Ahli
Kritik, saran, dan komentar dari para
ahli bisa dipaparkan sebagai berikut.
Prof. Dr. Punaji, M.Pd. secara
umum berpendapat sebagai
berikut.
Kerangka Kerja Pelatihan
Model Scorpion sudah dapat
membantu alur pikir
pekerjaan/kegiatan.
Pedoman mudah dipahami,
namun perlu ada kejelasan
hal-hal yang perlu
dilakukan. Atas komentar
ini, peneliti menyampaikan
bahwa pada setiap kegiatan,
dalam pedoman sudah
dilengkapi dengan
rekomendasi tentang
kegiatan yang harus
dilakukan pelatih. Setelah
mencermati pedoman
penggunaan Bahan Pelatihan
Model Scorpion secara
seksama, Prof. Punaji, M.Pd.
menyatakan menerima.
Materi cukup dan bisa
dikembangkan dalam proses
pelatihan.
Skenario mudah diikuti dan
dilakukan.
Prof. Dr. Sudarmiatin, M.Si.
secara umum berpendapat bahwa
Bahan Pelatihan Model Scorpion
layak digunakan dalam pelatihan
kewirausahaan. Namun
seyogyanya pelatihan
kewirausahaan dikemas menarik
berdasarkan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Atas masukan ahli
kewirausahaan itu, peneliti
menyampaikan argumentasi
bahwa Bahan Pelatihan Model
Scorpion dimaksudkan untuk
pelatihan memaantapkan niat
berwirausaha. Sehingga,
aksentuasinya pada ranah
kognitif dan afektif. Atas
argumentasi peneliti, Prof. Dr.
Sudarmiatin, M.Si., sebagai bisa
menerima.
Dr. Sultoni, M.Pd. secara umum
Bahan Pelatihan Model Scorpion
layak dijadikan model pelatihan
untuk memantapkan niat
mahasiswa dalam berwirausaha.
Namun, Sultoni mengritisi: 1)
perlu dipertimbangkan untuk
diujicobakan kepada peserta yang
tidak berminat berwirausaha. 2)
perlu disusun power point untuk
trainer sesuai dengan urutan
materi.
Atas masukan ahli motivasi ini
peneliti menyampaikan, bahwa
pada desain pedoman
penggunaan model memang
tertulis jika peserta pelatihan
adalah mahasiswa yang berminat
berwirausaha.Untuk
mengakomodasi saran ahli,
peneliti mengoreksi persyaratan
peserta pelatihan dengan kata-
kata, “peserta pelatihan
dianjurkan dari mahasiswa yang
berminat berwirausaha”.Dengan
demikian mahasiswa yang tidak
berminat pun bisa mengikuti
pelatihan kewirausahaan dengan
Model Scorpion.
Selanjutnya atas masukan
perlunya power point untuk
trainer yang disusun sesuai
dengan materi, peneliti
menyatakan menerima, karena di
dalam pedoman penggunaan
Bahan Pelatihan Model Scorpion
juga sudah dijelaskan bahwa
media yang direkomendasikan
adalah materi presentasi yang
dikemas secara menarik minimal
dengan program Power Point.
Untuk keperluan ini peneliti
berusaha melengkapi media
pelatihan dengan materi
presentasi yang dikemas dalam
program Power Point.
Latipun, Ph.D. sebagai ahli di
bidang psikologi terutama
mencermati kuesioner untuk
mengukur sikap positif,
kepedulian terhadap norma
subyektif, dan persepsi
pengendalian perilaku. Ahli
bidang psikologi ini selanjutnya
menyatakan bahwa kuesioner
yang dirancang telah layak untuk
maksud mengukur niat individu
dalam menekuni karir wirausaha.
Uji Kelayakan Oleh Tim Ahli
Selain melibatkan kelompok
kolaborasi, peneliti juga melibatkan
tim ahli untuk proses uji kelayakan.
Skor untuk masing-masing item
kuesioner yang diberikan oleh Tim
Ahli.
Dengan langkah-langkah
sebagaimana mengetahui tingkat
kelayakan dari kelompok kolaborasi,
diperoleh skor riil dari tim ahli
sebesar 395.
Sehingga bisa diperoleh
tingkat kelayakan sebagai berikut.
Tingkat kelayakan =
395/480 x 100% = 82,29%.
Selanjutnya hasil tingkat kelayakan
ini dikonversikan dengan tabel
sebagai berikut.
0 – 25 26 - 50 51 – 75 76 - 100
kurang cukup efektif sangat
efektif efektif efektif
Mengacu pada skala di atas bisa
diketahui bahwa tingkat kelayakan
82,29% berada pada posisi sangat
efektif. Dengan demikian bisa
disimpulkan bahwa desain awal
bahan pelatihan“Model Scorpion”
menurut tim ahli sangat layak untuk
digunakan. Kesimpulan ini juga
sama dengan kesimpulan menurut
kelompok kolaborasi.
Uji Coba
Setelah kelompok kolaborasi
dan tim ahli berkesimpulan bahwa
desain produk sangat layak
digunakan sebagai bahan pelatihan
memantapkan niat berwirausaha,
langkah selanjutnya adalah uji coba
untuk mengetahui tingkat efektivitas
Bahan Pelatihan Model Scorpion
dalam memantapkan niat
berwirausaha.
Beberapa hal yang perlu
dilaporkan terkait aktivitas uji coba
adalah:
Subyek coba adalah mahasiswa
yang secara sukarela berminat
mengikuti pelatihan
memantapkan niat berwirausaha.
Peserta uji coba sebanyak 96 orang mahasiswa.
Pelatih diperankan oleh peneliti dengan pengamat anggota
kelompok kolaborasi: 1)dosen
Pengantar Bisnis dan 2) Ketua
Program Studi untuk mengamati
kesesuaian proses pelatihan
dengan pedoman model yang
telah didesain.
Instrumen pengukur efektivitas produk berupa tes skala sikap.
Evaluasi dilakukan dengan
mekanisme pretes dan postes.
Uji coba dilakukan pada Sabtu, 16 Februari 2013 pukul 10.300 –
15.30 di Hall STIE
PENGUSAHA Malang.
Skor pretes dan postes yang
diperoleh peserta pelatihan pada
saat uji coba produk
.
Fase Evaluasi
Evaluasi Hasil Uji Coba
Berdasar paparan data yang
tersaji pada lampiran 3, bisa
diketahui bahwa skor rata-rata
peserta pelatihan sebelum mengikuti pelatihan memantapkan niat
berwirausaha (pretes) dengan Model
Scorpion adalah 4.40. Sedangkan
rata-rata skor yang diperoleh peserta
pelatihan setelah mengikuti pelatihan
(postes) adalah 4,82.
Selain uji melalui rata-rata
skor pretes dan postes di muka,
peneliti juga melakukan uji statistik
(Uji-t) untuk mengetahui tingkat
perbedaan niat mahasiswa
berwirausaha antara sebelum dan
sesudah mengikuti pelatihan
menggunakan Model Scorpion.
Uji-t dengan bantuan program
SPSS 16.0 for Windows memberikan
out put:
Paired Samples Statistics
memberikan angka mean pada
pretes sebesar 4.3948 sedangkan
pada postes sebesar 4.8235.
Samples Correlations memberikan angka indek korelasi antara skor
pretes dan postes 0,665 dengan
taraf signifikansi 0.027. Taraf
signifikansi 0,027 yang lebih kecil
dari 0,05 menunjukkan bahwa
terdapat korelasi positif yang
signifikan antara skor pretes dan
postes.
Paired Samples Test memberikan nilai t-hitung -5,334 pada taraf
signifikansi 0,000 atau
signifikansi sig (2-tailed) < dari
0,05.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sikap positif
terhadap karir wirausaha,
pemahaman norma subyektif, dan
persepsi kemampuan berwirausaha
peserta pelatihan berbeda secara
signifikan antara sebelum dan
sesudah mengikuti pelatihan melalui
Model Scorpion.
Dengan kata lain dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Pelatihan Model Scorpion efektif untuk mengembangkan sikap
positif peserta pelatihan terhadap
karir wirausaha.
Pelatihan engan Model Scorpion
efektif untuk mengembangkan
pemahaman peserta pelatihan
tentang norma subyektif.
Pelatihan dengan Model Scorpion efektif untuk meyakinkan peserta
pelatihan bahwa mereka mampu
berwirausaha.
Pelatihan kewirausahaan dengan Model Scorpion efektif untuk
memantapkan niat peserta
pelatihan dalam berwirausaha.
Validasi kelompok kolaborasi atas
proses uji coba
Komentar, kritik, dan saran
kelompok kolaborasi sebagai
berikut.
Mengikuti dan mengamati proses
pelatihan, kelompok kolaborasi
menyatakan bahwa proses
pelatihan telah dilakukan sesuai
dengan pedoman yang disusun.
Proses pelatihan berjalan secara atraktif , impresif, dan ispiratif
sebagaimana yang diharapkan.
Sangat wajar jika terjadi perbedaan niat mahasiswa dalam
berwirausaha secara signifikan
antara sebelum dengan sesudah
mengikuti pelatihan.
Bahan Pelatihan Model Scorpion
efektif digunakan sebagai model
pelatihan memantapkan niat
mahasiswa dalam berwirausaha.
Revisi Produk
Setelah melakukan
pengamatan proses dan hasil uji coba
produk kelompok kolaborasi
menyatakan bahwa struktur isi Bahan Pelatihan Model Scorpion
sudah sangat memadai. Sehingga
belum memerlukan revisi, artinya
produk yang digunakan dalam uji
coba bisa dikemas menjadi produk
jadi.
Fase Komunikasi Produk
Ellis dan Levy (2010)
menyatakan, bahwa komunikasi
revisi produk merupakan akhir dari
keseluruhan kegiatan mulai dari
identifikasi masalah sampai dengan
uji coba produk yang bersifat
fleksibel dan alamiah (apaadanya).
Sehingga, komunikasi produk bisa
berupa kritik, saran, dan komentar
dari pengguna (user), kelompok
kolaborasi, dan tim ahli. Secara
detail kegiatan revisi produk mulai
dari revisi produk pra uji coba, revisi
produk pasca uji coba berikut.
Revisi desain produk pra uji coba
Revisi pada tahap ini dilakukan
terhadap desain produk pra uji coba
berdasar kritik, saran, dan komentar
dari kelompok kolaborasi dan tim
ahli. Berbagai kritik dan saran
terutama diarahkan pada struktur isi
model, kerangka kerja (bagan),
pedoman penggunaan, materi, dan
skenario.Secara rinci dapat
dilaporkan sebagai berikut.
Kritik, masukan, dan komentar
tentang Desain Kerangka Kerja
Model terutama diarahkan untuk
menambah kejelasan penjelasan
alur bagan, juga terkait pada
posisi di mana pretes dan postes
dilakukan.
Kritik, masukan, dan komentar tentang Desain Pedoman
Penggunaan Model terutama
diarahkan untuk menambah
tingkat keterbacaan pedoman.
Kritik, masukan, dan komentar tentang Desain Materi Pelatihan
terutama diarahkan untuk
menambah tingkat keterbacaan
materi, misalnya: pemerian bab-
sub bab hendaknya menggunakan
notasi yang konsisten, perlu
dicantumkan contoh standard
operating procedure (SOP), dan
koreksi aspek pengetikan serta
penggunaan istilah.
Terhadap desain skenario pelatihan tidak ada kritik dan
saran. Namun komentar dari
anggota Tim Ahli dan kelompok
kolaborasi bahwa skenario yang
dirancang sudah inovatif dan
mudah diikuti.
Revisi Desain Produk Pasca Uji
Coba
Pasca uji coba, kelompok
kolaborasi menyatakan puas terhadap
rancangan produk, yakni: kerangka
kerja, pedoman, materi, dan
skenario. Oleh karena itu, pada tahap
ini kelompok kolaborasi tidak ada
kritik dan masukan untuk
penyempurnaan produk. M.
Rofiudin, SE., M.Si. sebagai anggota
kelompok kolaborasi hanya
menghimbau agar Pidato Bung
Tomo yang digunakan sebagai
pembangkit semangat peserta
pelatihan sebaiknya tidak
ditampilkan secara utuh, karena
memakan durasi waktu agak lama.
Terkait masukan ini peneliti
menyampaikan argumentasi, bahwa
Pidato Bung Tomo sebaiknya tetap
ditampilkan secara utuh dengan
pertimbangan: a) .agar bisa
menginspirasi peserta pelatihan
tentang bagaimana para pahlawan
telah berjuang dengan bertaruh jiwa
dan raga untuk memerdekakan
bangsanya dari kekejaman penjajah.
Pidato tersebut memberi pesan
kepada generasi muda sekarang agar
mengisi kemerdekaan dengan
membangun bangsa ini, termasuk
pembangunan di bidang ekonomi
melalui berwirausaha. b) waktu
yang dibutuhkan untuk memutar
Pidato tersebut tidak terlalu lama,
karena hanya sekitar 6 menit. Atas
argumentasi ini kelompok kolaborasi
menyatakan sepakat.
Uji Validasi Komunikasi Revisi
Produk
Dari hasil uji kelayakan desain
produk baik pra uji coba maupun
pasca coba dan hasil uji coba
menunjukkan kinerja model yang
sangat efektif. Hasil ini memberi
makna bahwa produk (Bahan
Pelatihan Model Scorpion) telah
layak digunakan sebagai model
pelatihan memantapkan niat
mahasiswa dalam berwirausaha.
Berikut adalah validasi ahli dan
kelompok kolaborasi mulai dari uji
kelayakan model pra uji coba sampai
dengan pasca uji coba.
Desain Kerangka Kerja Pelatihan Model Scorpion telah direvisi
pada penjelasan alur bagan
terutama pada saat mana pretes
dan postes dilakukan sehingga
menambah kejelasan kerangka
kerja sebagai panduan pelatihan.
Desain Pedoman Penggunaan
Model telah direvisi
terutamapada sistematika
penulisan sehingga bisa
menambah tingkat keterbacaan
pedoman.
Desain Materi Pelatihan telah direvisidengan melakukan
pemerian bab-sub babsecara
konsisten dalam penggunaan
notasi. Selain itu, contoh
standard operating procedure
(SOP) telah dicantumkan dan
koreksi aspek pengetikan serta
penggunaan istilah telah
dilakukan. Revisi bisa menambah
tingkat keterbacaan materi
pelatihan.
Secara keseluruhan, model telah disusun menjadi per bagian
sesuai dengan struktur isi model,
yakni: kerangka kerja, pedoman,
materi, dan skenario.
Penutup
Kajian Produk yang Sudah
Direvisi
Penelitian pengembangan ini
menghasilkan sebuah produk berupa
bahan pelatihan untuk memantapkan
niat berwirausaha. Produk hasil
penelitian pengembangan kemudian
di beri label “Bahan Pelatihan Model
Sorpion” dengan spesifikasi:
Kerangka Kerja Pelatihan untuk
memberikan panduanprogram
pelatihan
Pedoman Penggunaan untuk
memberikan panduan
penggunaan kepada pengguna
(training center) dalam hal
menerapkan pelatihan Model
Scorpion dalam pelatihan
memantapkan niat berwirausaha.
Materi Pelatihan yang
dikembangkan untuk membentuk
sikap positif terhadap karir
wirausaha, meningkatkan
pemahaman akan
harapan/tuntutan lingkungan,
serta meningkatkan keyakinan
peserta pelatihan bahwa mereka
mampu berwirausaha.
Skenario Pembelajaran dalam
Pelatihan dengan pola capit,
gigit, dan sengat. Sebuah
skenario yang dikembangkan
secara atraktif, impresif,
inspiratif, sehingga efektif dalam
mencapai tujuan pelatihan.
Pengembangan model dilakukan
sesuai dengan kaidah ilmiah sebagai
berikut.
Bahan Pelatihan Model Scorpion
dikembangkan berdasar The
Theory of Planned Behavior
sedangkan langkah-langkah
pengembangan dengan
pendekatan design-based
research dengan karakteristik
sebagai berikut.
Penelitian pengembangan
berdasar pada teori dan untuk
menghasilkan teori baru
(prototeori) atau setidak-tidaknya
proposisi. Dalam The Theory of
Planned Behavior dijelaskan
bahwa seseorang akan memilih
perilaku tertentu ditentukan oleh
niat. Sedangkan niat dipengaruhi
oleh sikap, norma subyektif, dan
persepsi pengendalian perilaku.
Implementasinya, untuk
memantapkan niat berwirausaha
di kalangan mahasiswa,
semestinya mahasiswa
mempunyai sikap positif
terhadap karir berwirausaha,
memahami harapan/ tuntutan
lingkungan (orang-orang
terdekat, bangsa dan negara,
bahkan agama) serta mempunyai
keyakinan bahwa mereka mampu
berwirausaha. Oleh karena itu
Scorpion Model memberikan
panduan penyelenggaraan
pelatihan yang bertujuan untuk:
1) mengembangkan sikap positif
mahasiswa terhadap karir
wirausaha, 2) memberikan
pemahaman kepada mahasiswa
tentang harapan/ tuntutan
lingkungan (norma subyektif),
dan 3) meyakinkan mahasiswa
bahwa mereka mampu
berwirausaha.
Untuk memberi jaminan bahwa
Bahan Pelatihan Model Scorpion
sesuai dengan kebutuhan
pengguna, proses
pengembangannya didahului
dengan memotret latar belakang
mahasiswa, profil dosen, profil
Program Studi, dan komitmen
pengguna. Selanjutnya struktur
isi bahan pelatihan model
scorpion dikembangkan secara
bersama-sama dengan pengguna
dan kelompok kolaborasi.
Pengembangan disesuaikan
dengan hasil pemotretan.
Bahan Pelatihan Model Scorpion
yang dikembangkan secara
alamiah bersama kelompok
kolaborasi sebelum diujicobakan
dimintakan validasi kepada para
ahli, yaitu: 1) Guru Besar ahli
media pembelajaran, 2) Guru
Besar ahli kewirausahaan, 3)
Doktor ahli pemotivasian, dan 4)
Doktor ahli bidang psikologi.
Sebelum diujicobakan, Bahan
Pelatihan Model Scorpion juga
telah lulus uji kelayakan dari tim
ahli dan kelompok kolaborasi.
Ujicoba dilakukan secara alamiah
tanpa rekayasa.
Pendekatan design-based
research memberikan panduan
bahwa pengembangan produk
melalui 6 (enam) langkah. Pada
setiap langkah selalu diikuti
dengan validasi dari kelompok
kolaborasi. Hal ini untuk
memberikan jaminan bahwa di
setiap langkah pengembangan
telah dilakukan sesuai dengan
karakteristik yang memerlukan
produk.
Melauipendekatan design-based
research, Bahan Pelatihan Model
Scorpiontelah diuji kelayakan
dan efektivitasnya secara
komprihensif, yaitu melalui
analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif. Semua hasil analisis
baik kuantitatif maupun kualitatif
selalu divalidasi oleh kelompok
kolaborasi melalui wawancara
mendalam.
Hasil pengembangan produk
mulai dari produk awal pra uji
coba, produk pasca uji coba
didokumentasikan secara rapi.
Melalui cara ini diketahui
metamorphosis produk dari awal
sampai dengan produk jadi.
Saran Pemanfaatan, Diseminasi,
dan Pengembangan Produk Lebih
Lanjut
Saran Pemanfaatan
Bagi yang ingin memanfaatkan
produk ini disarankan hal-hal
berikut.
Untuk menambah efektivitasnya,
lembaga training centerperlu
menyelenggarakan ToT (Training to Trainer) kepada
calon trainer (pelatih). Hal ini
mengingat pelatihan Model
Scorpion merupakan model baru
bahkan di Indonesia merupakan
satu-satunya model pelatihan
kewirausahaan yang
dikembangkan berdasar The
Theory of Planned Behavior.
Melalui ToT diharapkan calon
pelatih benar-benar memahami
jiwa dan karakteristik pelatihan
dengan Model Scorpion. Bagi
lembaga Training Center yang
berminat menyelenggarakan ToT
tentang Model Scorpion bisa
menghubungi penggagas model
ini.
Bahan Pelatihan Model Scorpion
pengembangannya diorientasikan
untuk kontek mahasiswa kelas
menengah ke bawah. Namun
demikian, bagi training center
yang akan memanfaatkan
pelatihan memantapkan niat
berwirausaha bagi mahasiswa
yang berasal dari kelas atas,
Scorpion Model bisa digunakan
dengan memodifikasi materi dan
contoh pengembangan usaha
yang melibatkan modal relative
besar.
Bahan Pelatihan Model Scorpion masih relevan digunakan untuk
pelatihan bagi siswa-siswi
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Namun demikian
disarankan peserta pelatihan
adalah siswa-siswi yang sudah
mengikuti program praktek kerja
industri (prakerin). Oleh karena
itu Bahan Pelatihan Model
Scorpion kurang cocok untuk
siswa-siswi SMK kelas X yang
belum mengikuti program
prakerin.
Para pelatih tidak “diharamkan” memodifikasi materi dan media
pelatihan demi kesesuaian
dengan pengalaman peserta
pelatihan. Namun, materi yang
dikembangkan tetap bertujuan
untuk mengembangkan sikap
positif terhadap karir wirausaha,
mengembangkan pemahaman
terhadap norma subyektif, dan
mengembangkan keyakinan
bahwa peserta pelatihan mampu
berwirausaha. Modifikasi media
bisa dibenarkan selama media
yang digunakan tetap mempunyai
nilai-nilai: atraktif, impresif, dan
inspiratif.
Pelatih disarankan selalu
menyelenggarakan pretes dan
postes untuk mengetahui
keberhasilan penyelenggaraan
pelatihan dan dalam rangka
mendapatkan umpan balik demi
penyempurnaan pelaksanaan
pelatihan.
Diseminasi Produk
Agar produk segera dikenal
secara luas dan dimanfaatkan oleh
masyarakat yang membutuhkan,
diseminasi akan dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut.
Bahan Pelatihan Model Scorpion akan diterbitkan
menjadi buku sehingga bisa
didistribusikan melalui toko
buku.
Bahan Pelatihan Model
Scorpion sebagai hasil
penelitian pengembangan akan
dimasukkan dalam jurnal
ilmiah.
Bahan Pelatihan Model Scorpion sebagai hasil
penelitian pengembangan akan
di-uploadpada Portal Garba
Rujukan Digital (Portal Garuda)
sebuah website milik Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi
(Dirjen Dikti).
Penggagas secara aktif menawarkan pelatihan
menggunakan pendekatan
Model Scorpion kepada training
centerperguruan tinggi, Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK),
dan atau masyarakat yang
membutuhkan.
Saran Pengembangan Produk
Lebih Lanjut
Pengembangan materi dan
media dalam Bahan Pelatihan Model
Scorpion sebagian besar atau bahkan
secara keseluruhan berorientasi pada
cara pandang seorang muslim. Hal
ini semata-mata karena penggagas
hanya mampu memberikan sugesti
dan motivasi peserta pelatihan dari
“kaca mata” seorang muslim. Oleh
sebab itu, pada pengembangan
produk selanjutnya disarankan bisa
mengembangkan materi dan media
yang relevan untuk konsumsi semua
kalangan (penganut agama).Selain
itu juga perlu dikembangkan materi
pelatihan yang relevan untuk
mahasiswa yang berasal dari
kalangan ekonomi menengah ke atas.
Atau bahkan perlu pengembangan
lanjutan yang tidak saja berhenti
pada pemantapan niat, akan tetapi
sampai pada munculnya perilaku
berwirausaha secara aktual.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of
Planned Behavior.
Organizational Behavior and
Human Decision Processes,
Vol. 50, 179 – 211
Ajzen, Icek and Driver.B.L. 1991.
Prediction of Leisure
Participation from Behavioral,
Normative and Control Beliefs:
An Application of Theory of
Planned Behavior. Leisure
Sciences. Vol. 13, 185 – 204
Ajzen, Icek and Fishbein, Martin
.1969.The Prediction of
Behavioral Intentions in a
Choice Situation.Journal of
Experimental Social
Psychology, Vol. 5, 400 – 416
Ajzen, Icek and Fishbein, Martin
.2005. Theory-based Behavior
Change Interventions:
Comments on Hobbis and
Sutton. Journal of Health
Psychology Vol. 10, No. 1, 27–
31
Ajzen, Icek and Madden, Thomas J.
.1986. Prediction of Goal-
Directed Behavior: Attitudes,
Intentions, and Perceived
Behavioral Control. Journal of
Experimental Social
Psychology, Vol. 22, 453 - 474
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of
Planned Behavior,
Organizational Behavior and
Human Decision Processes,
50, 179-211.
Barab, S. & Squire, K. 2004. Design
Based Research: Putting a
Stake in the Ground. The
Journal of the Learning
Sciences.13 (1) pp. 1-14
Brown, A. L. 1992. Design
experiments: Theoretical and
methodological challenges in
creating complex interventions
in classroom settings. The
Journal of The Learning
Sciences. 2(2), 141–178.
Cobb, P., diSessa, A., Lehrer, R.,
Schauble, L. 2003. Design
experiments in educational
research. Educational
Researcher, 32(1), 9–13.
Collins, A., Joseph, D., & Bielaczyc,
K. 2004. Design research:
Theoretical and
methodological issues. Journal
of the Learning Sciences.
13(1), 15–42.
Dick, Carey & Carey. 2004. The
Systematic Design of Instruction
(6th Edition). Addison W esley
Educational Publisher, Inc.
Ellis, J., dan Levy, Y. 2010. A Guide
for Novice Researchers:
Design and Development
Research Methods, Proceeding
of Informing, Science and IT
Education Conference (insite)
2010, pp. 107-118.
Kiyosaki, Robert., T. 2001. The
Cashflow Quadrant.Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Schunk, Dale, H. 2011. Learning
Theories.Jakarta, Pustaka
Pelajar
Sudarwati, Ninik. 2012.
Pengembangan Modul
Pelatihan Kewirausahaan Pada
Lembaga Kursus Keterampilan
Jasa, Disertasi, Universitas
Negeri Malang.
Sugiono. 2010. Metoda Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, R & D).
Bandung. Alfabeta.
Sultoni. 2012. Pengembangan
Model Pelatihan Motivasional
untuk Mengaktualisasikan
Kompetensi Kepribadian Guru,
Disertasi, Pascasarjana,
Universitas negeri Malang.
The Design-Based Research
Colletive. 2003. Design-Based
Research: An Emerging
Paradigm for Educational
Inquiry. Educational
Researcher.Vol. 32 No. 1. Pp.
5-8.
Vroom, V. H. 1964. Work and
Motivation, New York: John
Wiley.