safe motherhood

69
USAHA SAFE MOTHERHOOD DAN MAKING PREGNANT SAFER Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri Ginekologi Sosial Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Garnis Yuniar 130103100007 2. Ai Rosmiati 130103100009 3. Febi Alvianti 130103100035 4. Putri Meita C B 130103100038 5. Lastiar Veronika S 130103100041 6. Siti Nurjanah 130103100066 7. Popy Meilia Anzani 130103100067 8. Sylvia Sulis 130103100068 9. Saskia Kusuma Wardhani130103100070 10. Irna Purwanti Rahayu 130103100073 11. Liriana Dita Pramestika 130103100075 Angkatan VI

Upload: raden-galung-imam-akbar

Post on 21-Nov-2015

94 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

okok

TRANSCRIPT

USAHA SAFE MOTHERHOOD DAN MAKING PREGNANT SAFER Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri Ginekologi Sosial

Disusun Oleh:Kelompok 31. Garnis Yuniar1301031000072. Ai Rosmiati1301031000093. Febi Alvianti1301031000354. Putri Meita C B1301031000385. Lastiar Veronika S1301031000416. Siti Nurjanah1301031000667. Popy Meilia Anzani1301031000678. Sylvia Sulis1301031000689. Saskia Kusuma Wardhani13010310007010. Irna Purwanti Rahayu13010310007311. Liriana Dita Pramestika130103100075

AngkatanVI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN2012

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kami curahkan kepada pemimpin umat dan teladan sepanjang hayat Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiiin dan tabiahum, serta umatnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti jejak mulianya.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan kami sebagai penyusun, serta dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah OBSTETRI GINEKOLOGI SOSIAL .Makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi kami dan pembaca yang memerlukan informasi yang terkandung didalamnya serta menjadi sumbangsih dalam pendidikan.Makalah ini berjudul Usaha Safe Motherhood Dan Making Pregnant Safer.Proses penyusunan makalah ini dilakukan dengan kesungguhan sesuai dengan kaidah dan pedoman yang berlaku. Walaupun demikian, kami yakin masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang tertuang didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam penyusunan selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan petunjuk dan keistiqomahan dalam menjalankan setiap urusan kita, serta memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi segala tantangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin

Bandung,September 2012

Penyusun

SAFE MOTHERHOOD

Determinan Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Saat Ini

1. Kematian ibuMenurut SDKI 2002/03 pada periode 1998-2002 angka kematian ibu diperkirakan 307 per 100.000 kelahiran hidup. Terjadi penurunan jika dibandingkan dengan angka kematian ibu menurut SDKI 1994 sebesar 390 per 100.000. Namun, penurunan ini sangat lamban. Pada 1987 sewaktu upaya safe motherhood baru dimulai, angka kematian ibu di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000.

2. Kematian bayi dan anakAngka kematian bayi turun 41% dalam 15 tahun terakhir dari 51/1.000 kelahiran hidup pada 1988-1992 menjadi 35/1.000 kelahiran hidup pada 1998-2002. Umumnya bayi yang lahir diperkotaan mempunyai angka kematian lebih rendah daripada yang lahir di pedesaan (masing-masing 32 dan 52/1.000).Kematian anak juga berbeda antarprovinsi. Angka kematian balita tinggi di Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara (masing-masing 103, 97 dan 92/1.000), sedangkan Bali paling rendah (19/1.000).Angka kematian bayi turun bermakna jika jarak waktu antara kelahiran meningkat. Pada jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, angka kematian bayi lebih dari 2 kali daripada pada jarak antarkelahiran lebih dari 2 tahun (masing-masing 102 dan 47/1.000 kelahiran hidup). Usia ibu juga mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Kematian bayi yang lahir dari ibu berusia di bawah 20 tahun adalah 53/1.000, sedang pada ibu berusia 20-29 tahun dan 30-39 tahun ini masing-masing 39 dan 46/1.000. Pada ibu berusia 40-49 tahun, angka kematian bayi naik menjadi 50/1.000.

3. Tingkat fertilisasi dan kecenderungan perkembanganMenurut SDKI 2003, Tingkat Fertilisasi Total (TFR) di Indonesia adalah 2,6. Telah terjadi penurunan dari tahun-tahun sebelumnya seperti dapat dilihat pada Gambar 13-5.

TFR di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (2,7 berbanding 2,4). Sementara kelompok miskin mempunyai TFR lebih tinggi (3,0) jika dibandingkan dengan kelompok kaya (2,2). Ditinjau dari daerah, terdapat variasi cukup besar misalnya TFR di Nusa Tenggara Timur 4,1 sementara TFR di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali telah mencapai replacement level 2,1. Secara keseluruhan TFR nasional lebih rendah daripada Myanmar (2,8), Malaysia (2,9), Filipina (3,5), Kamboja (4,0) dan Laos (4,7).

4. Usia kawin dan hubungan seksual pertamaBerdasarkan SDKI 1997 dan 2002/2003 terdapat peningkatan rata-rata usia kawin pertama pada perempuan berusia 25-49 dari 18,6 menjadi 19,2 tahun. Di perkotaan usia tersebut adalah 20,3 tahun, sedangkan di pedesaan 18,3 tahun (SDKI 2002/2003).

5. Usia persalinan pertamaTerjadi peningkatan usia persalinan pertama dari 20,8 tahun (1997) menjadi 21,0 tahun (2002/2003). Sementara persalinan usia remaja turun dari 12% (1997) menjadi 10% (2002/2003).

6. Preferensi fertilitasSeparuh perempuan kawin menyatakan tidak menginginkan tambahan anak lagi dan 4% diantaranya telah menjalani sterilisasi. Empat puluh persen menyatakan masih ingin tambah anak, 13% dalam 2 tahun, dan 24% sesudah 2 tahun. Di antara perempuan yang telah mempunyai 2 anak, 58 % tidak ingin tambahan anak lagi atau telah disterilisasi. Pada mereka yang telah mempunyai 3 anak, angka ini adalah 79%.

7. Kebutuhan pelayanan Keluarga BerencanaKebutuhan yang tidak terpenuhi (unmet needs) adalah 9%, yang terdiri atas 5% antuk menghentikan fertilitas dan 4% menjarangkan. Angka ini kurang lebih sama dengan keadaan tahun 1997. Program nasional merencanakan penurunan unmet needs pelayanan KB dari 95 (1997) menjadi 7% (2004). Saat ini baru 11 provinsi yang telah mencapai angka tersebut, yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Jumlah keseluruhan kebutuhan KB, yaitu jumlah prevalensi kontrasepsi dan unmet needs, adalah 88%.

8. Jarak kelahiranJarak kelahiran rata-rata adalah 54 bulan, lebih tinggi daripada tahun 1997 (45 bulan) dan tahun 1994 (42 bulan).

9. Pengetahuan tentang Keluarga BerencanaPengetahuan tentang metode kontrasepsi cukup tinggi. Pada 2002/2003, 99% perempuan kawin dan 96% pria kawin mengetahui paling sedikit 1 metode kontrasepsi modern. Kontrasepsi suntik dan pil merupakan metode yang paling dikenal (97%), diikuti AKDR dan implant (87%).

10. Pemakaian KontrasepsiMenurut SDKI 2002/2003, 60% perempuan kawin saat ini menggunakan kontrasepsi, dibandingkan dengan 57% pada tahun 1997. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik ( 28%), pil (13%), dan AKDR (6%). Pemakaian kontrasepsi juga bervariasi antara provinsi. Lebih dari 65 % perempuan kawin menggunakan kontrasepsi di DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Bengkulu, Jawa Timur, dan Bangka Belitung. Sebaiknya, di Nusa Tenggara Timur angka ini hanya 35 %. 11. Angka Ketidaklangsungan PemakaianSecara keseluruhan 21 % peserta KB menghentikan pemakaian kontrasepsi dalam 12 bulan sejak mulai penggunaan. Ketidaklangsungan pemakaian tertinggi adalah kondom (39%), pil (32%), dan kontrasepsi suntik (18%). Ketidaklangsungan pemakaian oleh karena kegagalan metode kontrasepsi terutama terjadi pada kondom.12. Asuhan Persalinan Walaupun asuhan antenatal oleh tenaga kesehatan cukup tinggi, 6 dari 10 persalinan di Indonesia dilangsungkan di rumah, dengan perbandingan di desa dan di perkotaan 76% dan 40%. Dilihat dari tenaga penolong, terdapat kemajuan cukup banyak. Jika pada 1991 masih 64% persalinan ditolong oleh dukun, pada 2002/2003 angka ini turun menjadi 32%. Pertolongan oleh tenaga kesehatan ( dokter/ bidan ) naik dari 32 % (1991) menjadi 55% (2002/2003). Selain bervariasi antara daerah perkotaan dan pedesaan ( masing-masing 79% dan 55% ditolong oleh tenaga kesehatan) juga terdapat variasi antarprovinsi. Yang paling tinggi pertolongan oleh tenaga kesehatan adalah DKI Jakarta (94%), paling rendah di NTT dan Sulawesi Tenggara (55%). Dukun masih berperan di Gorontalo dan Jawa Barat (50%).13. Desentralisasi dan imlikasinya terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirIndonesia sedang menetapkan desentralisasi sesuai dengan Undang-Undang No. 22 dan No. 25 tahun 1999. Undang-Undang No.22 mengatur tentang desentralisasi ( pelimpahan wewenang ), dekonsentrasi ( pendelegasian wewenang ), dan otonomi daerah ( otonomi penuh untuk mengurus dan mengelola kebutuhan masyarakat sesuai kemampuan sendiri dalam batas-batas peraturan yang berlaku). Undang-Undang No.22 menekankan pada perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dengan memberikan otonomi penuh kepada pemerintah kabupaten/kota mengatur sumber daya lokal melalui bagi hasil dengan pemerintah pusat menurut ketentuan yang telah disepakati.Proses desentralisasi menuntut adanya perubahan peran dan tanggung jawab di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Departemen Kesehatan bertanggung jawab secara menyeluruh untuk pengembangan kebijakan kesehatan nasional, norma-norma serta standar, kerja sama lintas sektor, maupun pemanntauan dan evaluasi rencana kesehatan nasional.Dinas kesehatan Provinsi bertanggung jawab untuk memberikan bentuan teknis tentang masalah kesehatan yang penting. Undang-Undang yang baru tentang desentralisasi, menetapkan peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam memfasilitasi tingkat kabupaten/kota untuk melaksanakan kewenangannya yang baru mengenai pengelolaan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan.

14. Penyedian pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di sektor pemerintah Bidan di desa yang umumnya bertugas di polindes, memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dasar selama kehamilan, persalinan, dan nifas, maupun pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan. Untuk memberikan pelayanan, petugas tersebut mendapat bidan kit, obat-obatan, dan bahan-bahan untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.Puskesmas pembantu sebagai satelit dari puskesmas memiliki beberapa petugas paramedis. Sebagian puskesmas pembantu yang memiliki tenaga bidan mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir seperti halnya bidan di desa. Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan tempat tidur, mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar, sedangkan puskesmas tanpa tempat tidur hanya memberikan beberapa elemen Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar ( PONED ).Semua Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan Provinsi yang mempunyai dokter spesialis obstetri dan ginekologi mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif ( PONEK ).Sisitem pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir meliputi kartu hamil, pencatatan persalinan termasuk partograf, pencatatan pertolongan persalinan dukun, kartu peserta KB, register kohort ibu dan register kohort bayi. Register-register ini memuat informasi tentang semua persalinan di wilayah kerja, baik yang dihimpun di puskesmas oleh bidan di desa maupun melalui jalur lain seperti kader dan dukun bayi.Untuk menjamin pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas telah dikembangkan sistem jaminan mutu dan secara rutin dilakukan melalui kegiatan supervisi , Quality Assurance dan Audit Maternal Perinatal di tingkat kabupaten /kota. 15. Penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir oleh masyarakat dan swastaPosyandu yang dikelola oleh kader kesehatan memberi pelayanan antenatal dengan bantuan bidan di desa. Di tingkat masyarakat dukun bayi masih berperan dalam memberikan pelayanan kehamilan, persalinan, dan nifas.Fasilitas bidan praktik swasta terdapat di berbagai desa dan kota yang juga memberikan pertolongan persalinan di rumah pasien. Sementara itu, rumah bersalin dan rumah sakit bersalin swasta menyediakan pelayanan ibu dan bayi baru lahir dasar ataupun pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. 16. Kesenjengan dalam penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirBerdasarkan kebijakan nasional, setiap desa harus memiliki polindes, setiap kecamatan memiliki puskemas, dan setiap kabupaten/kota memiliki rumah sakit. Dalam kenyataan hanya sekitar 50% desa yang memiliki polindes, sedangkan jumlah puskesmas dan rumah sakit sudah memadai. Meskipun demikian, kualitas pelayanan ibu dan bayi baru lahir disemua fasilitas kesehatan tersebut masih rendah.Kelengkapan peralatan, bahan, atau obat-obatan untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir belum memenuhi standar kebutuhan. Banyak rumah sakit kabupaten/kota yang belum memiliki fasilitas penyimpanan darah ataupun deteksi terhadap HIV dan Hepatitis B.Di semua tingkat pelayanan kesehatan terdapat kekurangan sumber daya manusia. Sekitar 30% rumah sakit kabupaten/kota tidak memiliki dokter spesialis obstetri dan ginekologi maupun dokter spesialis lainnya. Sementara itu, pada seluruh sistem kesehatan terdapat kekurangan dokter umum, bidan, dan bidan di desa telah memeperoleh pelatihan, kompetensi dan keterampilan mereka dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dasar, terutama manajemen aktif kala III dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri, masih kurang memadai.Ketersediaan dan kualitas data dari sistem informasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang ada kurang memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar bagi perencanaan dan manajemen program.

17. Kesenjangan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirSecara umum, pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang tidak merata sangat erat hubungannya dengan kemiskinan, pendidikan wanita, faktor geografis, dan pembangunan sosial. Kaum ibu yang miskin dan tidak berpendidikan mengalami kesulitan khusus dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan karena keterbatasan biaya dan ketidaktahuan.Presentase ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 1 kali cukup tinggi (92%), tetapi persentase yang mengunjungi klinik antenatal 4 kali sesuai dengan standar lebih rendah (81%). Persentase ibu hamil yang mendapat 2 dosis tetanus toksoid dan dosis penuh 90 tablet besi cukup tinggi (78%). Meskipun demikian, ternyata hanya sekitar 65% dari semua persalinan ditolong tenaga kesehatan terampil, masih jauh dibawah target nasional. Secara nasional kunjungan ibu nifas dilaporkan sebesar 74% yang kebanyakan dilayani oleh bidan di desa.Pemanfaatan sistem rujukan masih kurang antara lain karena rendahnya pengetahuan ibu hamil dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas. Selain itu, masyarakat juga kurang berhasil membantu kaum ibu untuk memanfaatkan sistem rujukan, seperti membantu dalam penyediaan danauntuk biaya pelayanan, pemanfaatan teknologi komunikasi di pelbagai tingkat sistem pelayanan, serta pengaturan sistem pengaturan transportasi yang berfungsi dengan baik.

18. Kesenjangan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirPelayanan di fasilitas kesehatan diberikan dengan cara pembayaran tunai, kecuali pelayanan bagi keluarga miskin di fasilitas pemerintah. Saat ini sedang dikembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Selain itu, terdapat pula program pembiayaan keehatan seperti Askes, Jamsostek, Dana Sehat, dan Tabulin. Tabulin adalah upaya pembiayaan khusus bagi perempuan untuk pelayanan selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Pelayanan komplikasi tepat waktu dan adekuat sangat kritis untuk kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Namun, pertolongan demikian mahal biayanya. Kekurangan dana merupakan masalah utama penolakan untuk di rujuk ke rumah sakit, terkecuali rujukan yang didanai Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK).Mekanisme pembiayaan untuk mendanai program kesehatan kabupaten/kota saat ini adalah melalui PAD, DAU, dan DAK. Saat ini sulit bagi kabupaten/kota untuk mencari keseimbangan antara biaya pelayanan yang berkualitas dan ketersediaan dana. Hal ini akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan, terutama kasus komplikasi kehamilan dan persalinan bagi ibu-ibu yang tidak mampu.

19. Kesenjangan dalam komitmen politik dan kebijakan terhadap kesehatan ibu dan bayi baru lahirKomitmen politik jangka panjang pada tingkat nasional merupakan titik tolak yang penting dari negara-negara yang telah berhasil menurunkan kematian ibu. Kemajuan yang diperoleh membutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh dari pengambil keputusan dan politisi untuk memberikan perhatian pada besarnya permasalahan serta dimensi hak asasi manusia sambil mempromosikanintervensi yang bermanfaat dan menentukan cara-cara pengukuran dampaknya.Pemerintah Indonesia telah merumuskan beberapa kebijakan yang mendukung peningkatan kesehatan serta kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Selain itu, terdapat beberapa kebijakan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, dan nifas, perawatan bayi baru lahir, dan kegawatdaruratan. Kebijakan pelayanan antenatal menyatakan bahwa pelayanan antenatal harus diberikan disemua jenis fasilitas kesehatan di posyandu sampai rumah sakit pemerintah dan di fasilitas kesehatan masyarakat. Kebijakan ini menyatakan bahwa pelayanan antenatal harus diberikan sesuai dengan standar nasional, sekurang-kurangnya 4 kali selama kehamilan, yaitu satu kali dalam trimester I, satu kali dalam trimester II, dan 2 kali dalam trimester III.Kebijakan tentang persalinan menyatakan bahwa semua persalinan harus di tolong oleh petugas kesehatan yang terampil. Melalui Permenkes 572/1996, bidan di desa telah di beri wewenang untuk menangani komplikasi kehamilan dan persalinan tertentu. Kebijakan tentang kunjungan bayi baru lahir belum selaras dengan kunjungan ibu pada masa nifas.Kebijakan tentang KB di fokuskan pada kehamilan 4 terlalu (terlalu muda/sering/banyak/tua) yang merupakan kelompok the unmet needs dalam masyarakat.Walaupun menurut hukum perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, di pelbagai daerah pelayanan yang aman tidak tersedia secara adekuat. Hal ini terjadi karena pelbagai alasan antara lain: kurangnya petugas kesehatan terlatih dan memiliki motivasi, metode yang tidak tepat, kurangnya pemberian wewenang pada petugas dan fasilitas kesehatan untuk melaksanakan pelayanan tertentu, kurangnya pengetahuan petugas tentang peraturan perundang-undangan itu sendiri, persyarata peraturan yang kompleks, atau kurangnya sumber daya.Kebijakan yang luas dan faktor sosial seperti persyaratan hukum dan prosedur lain, kurangnya informasi pemerintah tentang undang-undang hak asasi perempuan, serta stigma sosial juga harus dipertimbangkan jika akan menyediakan pelayanan aman dan sah menurut hukum serta dapat diakses. Pedelegasian wewenang yang tepat perlu dikembangkan sehingga fungsi-fungsi tertentu dapat didelegasikan kepada petugas yang terampil di tingkat pelayanan yang lebih rendah.

20. Kesenjangan dalam kerja sama dan koordinasi antara pemerintah dan mitra kerja Departemen lain Departemen-departemen atau badan yang mempunyai peran utama dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir adala Meneg Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, Departemen pendidikan nasional, Departemen Agama, dan Bappenas.Meneg PP mendukung keberhasilan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui Gerakan Sayang Ibu (GSI). Selanjutnya, gerakan ini memfokuskan diri pada pengembangan kecamatan saying ibu dan rumah sakit sayang ibu. Gerakan saying ibu saat ini hanya terdapat beberapa kecamatan di Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional telah memulai pendidikan kepada gadis remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi dan pencegahan anemia.Depdiknas pada saat ini sedang merevisi kurikulum Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Pertama untuk mengakomodasi isu-isu kesehatan reproduksi. Peran BKKBN lam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir difokuskan pada upaya penurunan angka fertilitas.Departemen dan badan tersebut diatas tidak jarang mempunyai kepentingan yang sama dibeberapa bidang yang kadang-kadang sulit untuk dikoordinasikan dilapangan sehingga terjadi tumpang tindih yang tidak dapat dihindari.

Sektor swasta, LSM, dan organisasi profesiSector swasta dan LSM berperan dalam penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan kebijakan nasional semua fasilitas kesehatan swasta harus memperhatikan standar pelayanan. Akan tetapi, sampai saat ini ternyata tidak ada pengawasan efektif dari dinas kesehatan setempat.Organisasi profesi seperti POGI, IDAI, Perinasia, dan IBI bekerja sama dalam berbagai kegiatan meningkatkan kesehatn ibu dan bayi baru lahir. POGI telah memainkan peran utamanya dalam pengembangan standar nasional dan pedoman pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta pelatihan berbasis kompetensi bagi tenaga kesehatan, IBI berkontribusi dalam pelatihan bidan.

Lembaga donorLembaga donor member bantuan kepada departemen kesehatan melalui berbagai proyek. Bantuan yang diberikan meliputi bantuan teknis, financial dan materi, bergantung pada tujuan lembaga-lembaga tersebut serta keuntungan komparatif. Tantangan yang berhubungan dengan bantuan luar negeri meliputi koordinasi antara pihak pemerintah dan lembaga donor. Upaya ini seringkali mengakibatkan kegiatan yang terkotak-kotak dan kegiatan yang tumpang tindih, penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan kesulitan dalam memanfaatkan hasil kajian kegiatan untuk perbaikan program dan perluasan intervensi.

Pelajaran dari Upaya safe MotherhoodWalaupun berbagai upaya telah dilaksanakan, angka kematian ibu di berbagai Negara berkembang masih tetap tinggi atau penurunannya sangat lambat. Safe Motherhood Technical Consultation yang diadakan di Colombo, 1997, mengidentifikasi beberapa isu kunci sebagai berikut. Kurang jelasnya prioritas serta intervensi program safe motherhood yang kurang terarah dan kurang efektif. Kurangnya informasi tentang intervensi yang mempunyai dampak bermakna dan segera dalam menurunkan kematian ibu. Strategi safe motherhood kadang-kadang terlalu luas, mulai dari meningkatkan status perempuan, memperbaiki undang-undang, memperluas pelayanan kesehatan maternal, dan memperluas pelayanan emergensi. Beberapa program yang khusus dalam pelayanan kesehatan maternal ternyata dikemudian hari tidak atau kurang efektif, seperti penapisan risiko pada asuhan antenatal dan pelatihan dukun. Tidak dilakukannya intervensi yang sebenarnya efektif seperti penanganan komplikasi aborsi karena masih dianggap sebagai isu yang sensitif. Tidak tersedianya panduan teknis atau program, kurikulum pelatihan dan sumber lain secara luas. Kurangnya komitmen politik dari penentu kebijakan. Kurangnya koordinasi dan komitmen diantara pemerintah dan lembaga donor.

Penyebab Kematian dan kesakitan Ibu dan Bayi serta Upaya IntervensiPenyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dahulu dan tidak berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahn postpartum, eklampsia, infeksi, aborsi tidak aman, parus macet, dan sebab-sebab lain seperti kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Keadaan diatas diperkuat dengan kurang gizi, malaria dan penyakit-penyakit lain seperti tuberculosis, penyakit jantung, hepatitis, asma, atau HIV. Pada kehamilan remaja lebih sering terjadi komplikasi seperti anemia dan persalinan preterm. Sementara itu, terdapat berbagai barier yang mengurangi akses memperoleh pelayanan kesehatan maternal bagi remaja, kemiskinan, kebodohan, kesenjangan hak asasi pada remaja permpuan, kawin pada usia muda, dan kehamilan yang tidak diinginkan.Kematian pada bayi baru lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya dan tidak tepatnya asuhan pada kehamilan dan persalinan, khususnya pada saat-saat kritis persalinan. Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah infeksi (tetanus, sepsis, meningitis, pneumonia, sifilis congenital), asfiksia, dan trauma sewaktu persalinan, prematuritas dan/atau berat badan lahir rendah, dan kelainan bawaan. Konsumsi alcohol dan merokok merupakan penyebab kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir yang seharusnya dapat dicegah. Ibu perokok berhubungan dengan komplikasi seperti perdarahan, ketuban pecah dini, dan persalinan preterm. Juga dapat berakibat pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, serta kematian janin. Konsumsi alcohol selama kehamilan berhubungan dengan abortus, lahir mati, prematuritas, dan kelainan bawaan (fetal alcohol syndrome).Intervensi seyogyanya dapat dilakuakn oleh tenaga kesehatan terlatih, dengan teknologi sederhana, dan sumber daya terbatas. Perdarah postpartum dicegah dengan mengobati anemia dalam kehamilan, penanganan aktif kala III dan pemberian obat-obat seperti misoprostol. Infeksi dicegah dan mempraktikan kewaspadaan standar (persalinan bersih dan aman), aborsi tidak aman dicegah dengan asuhan pascakeguguran, eklampsia diatasi dengan MgSO4 dan terminasi kehamilan, persalinan macet dengan PONEK. Penyebab kematian neonatal seperti infeksi dapat dicegah dengan imunisasi tetanus toxoid, kewaspadaan standar, ASI ekslusif; asfiksia dan trauma persalinan dicegah dengan PONED; dan persalinan premature/BBLR dengan deteksi dini dan penanganan komplikasi. Bayi lahir mati dapat diintervensi dengan penanganan efektif komplikasi obstetric dan asuhan antenatal yang baik. Penanganan efektif komplikasi obstetric bukan saja dapat mencegah kematian ibu tetapu juga dapat mencegah morbiditas. Misalnya rujukan yang tepat pada partus macet dapat mencegah fistula vesiko atau rektovaginal. Contoh lain intervensi gizi, menghentikan merokok atau konsumsi alcohol, vaksinasi rubella sebelum kehamilan pertama, mengurangi beban fisik pada trimester ketiga kehamilan dapat mengurangi kesakitan ibu.

Peran Sektor Kesehatan pada Upaya Safe MotherhoodPeran sector kesehatan dalam upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir dalam menjamin tersedianya pelayanan obstetric neonatal esensial yang bermutu baik. Tersedianya tenaga kesehatan yang terlatih pada persalinan sangat penting untuk deteksi dinidan penanganan tepat cepat komplikasi yang dapat terjadi. Komplikasi pada persalinan kadang-kadang terjadi tanpa dapat diketahui atau diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian, peran sektor kesehatan pada upaya penurunan mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi baru lahir meliputi hal-hal sebagai berikut. KIE dan pelayanan Keluarga Berencana yang berfokus pada klien, termasuk pria dan remaja. Konseling kontrasepsi dan asuhan pascakeguguran. Asuhan ante dan postnatal yang lebih difokuskan pada Birth Preparedness dan Complication readiness. Asuhan postnatal mencakupi pula dukungan dan konseling pemberian ASI, pencegahan/deteksi dini komplikasi, dan konseling kontrasepsi. Tersedianya tenaga kesehatan yang terlatihpada setiap persalinan bersih dan aman, dan menangani komplikasi jika diperlukaan. Pelayanan yang adekuat difasilitas rujukan, termasuk sedianya fasilitas transfuse darah dan tindakan sectio sesarea. Tersedianya akses dari semua perempuan hamil terhadap fasilitas kesehatan tersebut, termasuk transportasi, factor-faktor sosio budaya, dan kemampuan si ibu untuk mengambil keputusan, factor biaya, perilaku terhadap pelayanan kesehatan dan lain-lain.

DEFINISI safe motherhoodBerbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu: Keluarga berencana, Pelayanan antenatal, Persalinan yang aman, dan Pelayanan obstetri esensial.MenuruttheInternational Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan. Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung.Penyebabkematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar, perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian.Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.Empat Pilar Safe Motherhood1. Keluarga BerencanaKB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. MenurutKamus BesarBahasa Indonesia(1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentukkeluargayang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga.Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaanalat-alatkontrasepsiatau penanggulangan kelahiran sepertikondom,spiral,IUDdan sebagainya.Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.TujuanProgram KBTujuanumum adalah membentukkeluargakecil sesuai dengan kekutan sosialekonomisuatukeluargadengan cara pengaturankelahirananak, agar diperoleh suatukeluargabahagiadan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Tujuanlain meliputi pengaturankelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraankeluarga.Kesimpulan daritujuanprogram KBadalah: Memperbaikikesehatandan kesejahteraan ibu,anak,keluargadan bangsa; Mengurangi angkakelahiranuntuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akanpelayananKB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angkakematian ibu,bayi, dananakserta penanggulangan masalahkesehatan reproduksi.KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat.Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.Konsep KB pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh pada tahun 1976. KB bertujuan merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, dan menentukan jumlah anak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi kehamilan yang tidak diinginkan sehingga angka aborsi akan berkurang. Pelayanan KB harus menjangkau siapa saja, baik ibu/calon ibu maupun perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu diadakan konseling yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB termasuk kontrasepsi darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini terlaksana dengan baik maka dapat menurunkan diperlukannya intervensi obstetri khusus.2. Pelayanan AntenatalPelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi: Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-eklampsia. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.Dalam masa kehamilan : Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut. Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi. Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil.

Tujuan ANC:1. Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya ;2. Untuk mempersiapkan ibu hamil baik fisik maupun mental dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan masa menyusui ;3. Dapat mencegah masalah kesehatan yang beresiko dan dapat menjaring kasus kehamilan resiko tinggi (KRT) dan non KRT (normal) ;Sehingga kita dapat menghilangkan / menurunkan angka kesakitan / kematian ibu dan janin serta untuk memperoleh ibu / janin yang sehat fisik maupun mental secara optimal.Fungsi ANC :a. Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnese yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosanya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong KRT / non KRT dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.b. Untuk mempersiapkan fisik dalam memghadapi kehamilan, persalinan dan nifas, perlukomunikasi, informasi dan edukasi (KIE).c. Semua klinik antenatal sekarang mempunyai kelas antenatal dengan instruktur antenatal dengan peserta dari ibu hamil beserta suaminya. Satu kelas berisi 6 20 orang peserta. KIE mengenai pengetahuan obstetri fisiologi, patologi dan kedaruratan obstetri. Ini perlu untuk ibu hamil tersebut dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera ke RS terdekat dengan fasilitas yang lengkap kalau perlu diberitahu cara-cara menuju Rumah Sakit tersebut dan syarat-syaratnya (biaya, cara melapor dan sebagainya).d. mengenai masa nifas dan menyusui. Dipersiapkan payudara untuk menyusui anaknya seperti menarik puting susu sehingga menonjol untuk kemudahan pengisapan si bayi, mengadakan masase ringan disekeliling payudara, puting susu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air masak atau baby oil, memakai BH yang menyokong payudara, Menasehati ibu hamil agar kalau berhubungan dengan suaminya tidak mengisap air susu karena pada kehamilan 2 bulan sudah ada kolostrum (susu julong). Bila air susu keluar prolaktin, akan merangsang keluarnya oksitosin sehingga timbul his kemungkinan akan terjadi kelahiran abortus, partus imaturus atau prematurus. Untuk meningkatkan jumlah air susu, ibu perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti susu, keju, yogourt, daging, ikan, telur dan sayuran daun katu selama hamil dan masa nifas serta masa menyusui.Tujuan ANCTujuan utama ANC adalah menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah : Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang normal. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi. Bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia.Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.Hak-Hak Ibu Dalam Layanan ANCHak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu : Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus diberikan langsung kepada klien (dan keluarganya). Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya.Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya. Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur. Menerima layanan senyaman mungkin. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.Tenaga Professional Asuhan Kehamilan Bidan/ midwives Dokter umum SPOG/ dokter spesialis obstetric dan ginekology Team/ antara dokter dan bidanPeran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan KehamilanPeran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah: Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetric Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan social ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan immunisasi. Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan social.Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:1) Kunjungan ANCDilakukan minimal 4 x selama kehamilan :Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu2) Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.3) Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya)4) Membangun hubungan saling percaya5) Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.6) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).Trimester II 14 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria) Trimester III 28 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.Pemberian suplemen mikronutrien :Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

3. Persalinan yang bersih dan amanFocus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.Dalam persalinan:1. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.2. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.3. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayananyang lebih mampu.Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi dapat ditangani bila ada pelayanan yang memadai. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh bidan atau dokter umum. Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, maka bidan atau dokter harus segera merujuk dengan terlebih dahulu melakukan pertolongan pertama. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.4. Pelayanan obstetri esensialMemastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.Pelayananobstetriesensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus), transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi: Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.

MAKING PREGNANCY SAFER (MPS)

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah melalui Departemen Kesehatan dewasa ini menerapkan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS), atau Membuat Kehamilan Lebih Aman, yang merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya tentang Penyelamatan Ibu Hamil. Strategi MPS yang memberi penekanan kepada aspek medis, walaupun tidak mengabaikan aspek non-medis.Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober 2000 sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor swasta, keluarga dan anggota masyarakat. Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihak-pihak lain yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan bukti ilmiah (evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan bilamana diperlukan, dengan penekanan khusus pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil pada saat melahirkan serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan.Strategi MPSmendukung target internasional yang telah disepakati. Dengan demikian, tujuan global MPS adalah untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:a) Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun 1990.b) Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Berdasarkanlesson learned dari upaya Safe Motherhood,maka pesan-pesan kunci MPS adalah:a) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.b) Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.c) Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

VISIDalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah :Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat.

MISIMisi MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan perempuan, keluarga dan masyarakat mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional.

TUJUANMenurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.

TARGETTarget yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut: Target dampak kesehatan. Menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15/1.000 kelahiran hidup Menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 20% Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi 11%.TARGET PROSES Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal 1 kali (K1) menjadi 95% termasuk cakupan Fe1, TT1. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal 4 kali (K4) menjadi 90% termasuk cakupan Fe3 dan TT2/TT ulang. Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil menjadi 85%. Meningkatkan cakupan pelayanan komplikasi obstetric dan neonatal yang berkualita, termasuk pelayanan pascakeguguran menjadi 80% dari jumlah kasus yang diperkirakan. Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstertri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di sekurang-kurangnya 4 puskesmas dengan tempat tidur di kabupaten/kota. Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) delama 24 jam di tiap rumah sakit kabupaten/kota. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pascapersalinan dan pascakeguguran sampai 100%. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pascapersalinan dan pascakeguguran dampai 100%. Meningkatkan anggaran program untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Memantapkan organisasi seluruh Dinas kesehatan kabupaten/kota.

Empat strategi utama tersebut adalah: Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirberkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnyauntuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Meskipuntujuan Safe Motherhood dan MPSsama, MPS memiliki fokus yang lebih kuat dan dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap, untuk menjamin pelaksanaan intervensi yang cost-effective dan berdasarkan bukti.Tujuannya adalahmenanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Perhatian difokuskan pada kegiatan yang berbasis masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar perempuan dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan dan mau menggunakan jika dibutuhkan dengan penekanan khusus pada penolong persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan termasuk rujukannya.

Justifikasi strategiPengalaman dari seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir menunjukan bahwa kematian ibu dapat diturunkan secara signifikan dengan investasi yang terbatas melalui programyang efektif, kebijakan, dan upaya di bidang legislatif yang menunjang ataupun intervensi sosial dan masyarakat.Sebagai komponen penting dari Safe Motherhood nilai tambah Make Pregnancy Safer terfokus pada sektor kesehatan.Meskipun tujuan Safe Motherhood dan MPS sama, MPSmemiliki fokus yang lebih kuat dan di bangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap, untuk menjamin pelaksanaan intervensiyang cost-effective dan berdasarkan bukti. Tujuannya adalah menanggulangi penyebab utama kesakitan dan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Perhatian di fokuskan kepada kegiatan yang berbasis masyarakat, yang di perlukan untuk menjamin agar perempuan dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan, dan mau menggunakannya jika di butuhkan, dengan penekanan khusus pada penolong persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan termasuk rujukannya.Kempat strategi dalam dokumen ini di kembangkan dengan fokus pada pendekatan perencanaan yang sistematis dan terpadu. Justifikasi strategi tersebut adalah sebagai berikut : Intervensi klinis yang cost-effective dan berdasarkan bukti ilmiahBeberapa kegiatan yang di anjurkan di masa lampau, seperti penapisan (screening) rutin pada pelayanan antenatal terhadap faktor resiko (tinggi dan berat badan), dan pelatihan dukun bayi secara besar-besaran tidak efektif dalam menanggulangi penyebab utama kematian ibu. Hasil penelitian dan pengalaman praktis telah menunjukan bahwa intervensi kesehatan spesifik dapat menurunkan insidens dan beratnya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan bayi baru lahir : Tersediannya penolong persalinan terampil Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar dan komprehensif Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta penanganan kompplikasi keguguran Sistem kesehatan yang berfungsiHasil penelitian menunjukan bahwa menghadapi tantangan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir yang kompleks bergantung pada suatu sistem pelayanan kesehatan yang berfungsi, khususnya jika timbul komplikasi. Pengalaman telah menunjukan pula bahwa intervensi tunggal tidak cukup; yang di perlukan adalah pelayanan kehamilan , persalinan dan nifas yang berkesinambungan oleh tenaga kesehatan terampil untuk mencegah atau mendeteksiserta menangani komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir. Kegiatan masyarakatTelah di buktikan bahwa intervensi sosial dan masyarakat harus dilakukan pada tiap kegiatansektor kesehatan. Keluarga dan masyarakat memiliki peran utama dalam memanfaatkan akses pelayanan dan melindungi kesehatan perempuan melalui peninkatan perilaku hidup sehat dan pencegahan kehamilan yang tidak diingini. Upaya hukum dan kebijakanKomitmen politik jangka panjang merupakan persyaratan utama. Jika pengambil keputusan pada tingkat teratas telah memutuskan untuk menanggulangi kematian ibu, maka sumber daya yang di perlukan akan di upayakan dan di ambil kebijakan yang dibutuhkan. Tanpa komitmen jangka panjang yang kuat, proyek-proyek tidak akan menjadi program dan kegiatan tidak akan berkesinambungan. Lagi pula, lingkungan sosial, hukum dan ekonomi yang mendukung, akan memungkinkan perempuan mengatasai berbagai kesulitan yang membatasi aksesnya terhadap pelayanan kesehatan. Membangun kemitraan yang efektifKemitraan antar pihak yang terlibat sangat penting untuk pengambilan keputusan pada tingkat pusat dan daerah untuk menyesuaikan interpensi dengan kebutuhan spesifik daerah. Intervensi kesehatan ibu dan bayi baru lahir perlu di lakukan secara terkoordinasi dan terigtegrasi dengan program kesehatan lain yang sedang meningkat seperti HIV/AIDS, malaria, tuberkolosis paru, kesehatan anak, imunisasi dan gizi. Sampai sekarang belum terdapat cukupperhatian terhadap tantangan epidemi HIV/AIDS yang sedang meningkat dan kebutuhan untuk mengurangi resiko infeksi HIV/AIDS pada perempuan dan bayi. Komunikasi dan advokasiMelalui proses komunikasi, konsultasi, fasilitasi dan peningkatan kemampuan yang fokus pada masyarakat, media dan petugas kesehatan profesional dapat memberi informasi yang tepat ada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan menuntut pelayanan yang mereka inginkan serta mengembangkan kemampuan untuk mengubah perilaku mereka sendiri. Pemantauan dan evaluasiDalam kenyataan AKI sebagai indikator status kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang konvesional bukanlah indikator tepat untuk memantau kemajuan daam jangka waktu pendek. Indikator yang dapat di gunakan unruk emantauan program dan strategi MPS secara berkala adalah indikator proses. Indikator proses dapat membantu menggambarkan upaya penurunan kematian ibu.Indikator proses meliputi : Jumlah dan distribusi pelayanan obstetr neonatal esensial. Proporsi persalinan yang akan di tolong tenaga kesehatan terampil atau persalinan di fasilitas pelayanan Angka komplikasi yang ditemukan, dirujuk, dan ditangani Angka persalinan dengan tindakan bedah (seksio sesarea, forseps dan fakum ekstraksi), serta Case fatality Rate di fasilitas pelayanan

Prinsip dasar pelaksanaan strategi MPS dilaksanakan dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. MPS dilaksanakan dalam konteks pelayanan kesehatan primer melalui pemantapan sistem pelayanan dan rujukan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta perluasan pelayanan di berbagai tingkat. MPS dilaksanakan dalam konteks desentralisasi yang menjamin integrasi yang mantap dalam perencanaan pembangunan kesehatan serta proses alokasi anggaran. MPS difokuskan pada pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan standar, cost-effective dan berdasar bukti pada semua tingkat pelayanan dan rujukan kesehatan baik di sektor pemerintah maupun swasta. MPS difokuskan pada peningkatan sistem pelayanan kesehatan untuk menjamin ketersediaan akses terhadap pelayanan kesehatan. MPS difokuskan pada pendekatan yang berorientasi pada ibu sebagai sasaran pelayanan. Dengan demikian, perempuan akan lebih tanggap dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan. MPS bekerjasama dengan wakil masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya guna mengidentifikasi kegiatan di tingkat keluarga dan masyarakat yang mendukung kegiatan yang mempunyai dampak kesehatan.h. MPS bekerjasama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam masyarakat untuk mengidentifikasi isu-isu sosial, budaya dan ekonomi yang perlu diatasi. MPS bekerja secara partisipatif, terkoordinasi dan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam mengembangkan strategi daerah milik sendiri. Pendekatan ini dapat memaksimalkan kualitas, pemanfaatan dan kelestarian. MPS memfasilitasi kegiatan-kegiatan lokal sambil meningkatkan kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam menentukan dan melaksanakan solusi mereka sendiri. MPS berupaya untuk mempromosikan keadilan dalam alokasi sumber daya untuk menjamin agar pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dapat dijangkau oleh kaum miskin dan penduduk yang kurang mampu dimanapun mereka berada. MPS diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dana dan sumber daya kabupaten/kota yang bersangkutan. MPS didasarkan pada semua kegiatan yang telah ada dan bekerjasama dengan mitra untuk memaksimalkan sumber daya dan mengurangi tumpang tindih kegiatan. MPS menjamin agar bidan di desa meningkatkan kerjasama dengan dukun bayi untuk memberi dukungan pada pelayanan ibu dan bayi baru lahir. MPS melakukan pemantauan kemajuan kegiatan dan evaluasi program setelah 2 tahun pelaksanaan. MPS akan menetapkan peningkatan kegiatan berdasarkan pengalaman/lessons learned.

Upaya penyelamatan ibu berhasil menurunkan angka kematian ibu dari sebelumnya 450, 370, dan 343, saat ini menjadi 307 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan ini belum memuaskan, karena angka kematian ibu kita masih tertinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan program kesehatan ibu dan anak di Indonesia dapat dilihat melalui indikator proses, yaitu adanya peningkatan angka kunjungan pertama (K1) dan keempat pelayanan antenatal (K4), dan peningkatan proporsi persalinan yang ditolong tenaga kesehatan.Faktor penyebab medis kematian ibu, seperti perdarahan, eklampsi, dan infeksi tidak sulit, tetapi yang menyangkut faktor penyebab non-medis, seperti faktor sosial budaya yang kurang mendukung, kemampuan sosial ekonomi yang terbatas, pendidikan yang rendah, status perempuan yang masih rendah, dan hambatan transportasi, tidak mudah diatasi.Hal terakhir ini menjadi persoalan yang secara tidak langsung bermuara kepada dua hal penting:1. Tiga terlambat,danTiga terlambat mencakup: keluarga terlambat mengambil keputusan mencari pelayanan diantaranya disebabkan status perempuan yang rendah, terlambat tiba di rumah sakit karena masalah transportasi, dan terlambat dilakukan tindakan medis. Keterlambatan terakhir karena tidak memadainya fasilitas pelayanan yang tersedia.

2. Empat terlalu.Sedangkan empat terlalu, yaitu terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu banyak anak, dan terlalu pendek jarak kelahiran, lebih berkait dengan masalah sosial-budaya. Hambatan non-medis ini merupakan yang terberat. Teknologi kesehatan untuk mengatasi komplikasi kehamilan dan persalinan sebenarnya tidaklah sulit, tetapi yang sulit adalah membuat teknologi ini dekat kepada masyarakat, terutama masyarakat kita yang tinggal di desa-desa terpencil dengan sarana transportasi yang kurang.PERANAN PUSKESMASPuskesmas telah dikenal masyarakat sebagai tempat memperoleh layanan kesehatan secara umum yang murah, sederhana, dan mudah terjangkau terutama bagi kalangan kurang mampu. Sejak pertama kali dicetuskan, puskesmas ditargetkan menjadi unit pelaksana teknis pelayanan tingkat pertama/terdepan dalam sistem kesehatan nasional. Maka dari itu, puskesmas juga menjadi salah satu mata rantai pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui program-programnya yang mengacu pada empat pilar Safe Motherhood. Dalam pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan kebijakan berupa:1. Memberikan pelayanan kesehatan untuk semua macam penyakit obstetri2. Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan:a) Pelayanan obstetri esensial darurat (POED) Melakukan pertolongan persalinan sungsang Melakukan pertolongan persalinan vakum ekstraksi Melakukan plasenta manual Memasang infus dan memberikan obat parenteral Meneruskan sistem rujukan bila fasilitas tidak memadaib) Pelayanan Obstetri dan Neonatus Esensial Darurat (PONED)Merupakan pelayanan POED ditambah dengan melakukan pelayanan neonatus yang mengalami asfiksia ringan, sedang, dan berat. Bila tidak memungkinkan, segera melakukan rujukan.c) Melaksanakan konsep sayang ibu dan sayang bayi.Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan persalinan bersih dan aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar/fondasi yang dibutuhkan untuk menca-pai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan wanita.Ada dua alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat perhatian. Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak yang diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka kematian ibu.Peran laki-laki dalam program safe motherhood (keselamatan ibu)Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan istrinya dan juga dalam kesehatan anak-anak mereka. WHO memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi yang tidak aman sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. Hampir semua kasus kematian ini sebenarnya dapat dicegah.Pada beberapa negara terutama di negara berkembang, kehamilan dengan komplikasi merupakan penyebab kematian yang utama pada perempuan usia reproduksi. Ribuan perempuan menderita penyakit dan ketidakmampuan yang serius, termasuk nyeri panggul kronis, penyakit radang panggul, incontinence, dan kemandulan yang disebabkan oleh kehamilan atau akibat komplikasinya.Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tudak langsung terhadap kehamilan. Perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian . Keselamatan ibu berisi jaminan kesehatan yang baik bagi perempuan sebagai ibu dan dan bayinya selama hamil, persalinan dan masa setelah persalinan. Suami memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berrisiko rendah.Kehamilan yang tidak direncanakan seringkali menjadi berisiko karena akan membawa mereka untuk melakukan aborsi. Komplikasi aborsi yang tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun. Mendukung Penggunaan Kontrasepsi.Suami sebaiknya ikut menemani istrinya menemui konselor keluarga berencana atau petugas kesehatan. sehingga mereka bisa bersama-sama mengetahui metode kontrasepsi yang tersedia dan memilih salah satu metode yang tepat. Seorang suami juga dapat mendukung pasangannya dalam menggunakan metode modern secara benar (seperti, membantu istrinya mengingatkan kapan harus meminum pil KB setiap harinya), suami juga dapat menggunakan metode kontrasepsi untuk dirinya sendiri, atau mendukung istri untuk mempraktekkan metode pantang berkala. Suami seharusnya memotivasi istrinya untuk meminta pertolongan kepada petugas kesehatan bila merasakan efek samping akibat pemakaian alat kontrasepsi.Ketika istrinya hamil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi, sehingga suami juga dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Gizi yang baik serta istirahat cukup penting bagi ibu selama masa kehamilan. Suami ikut berperan agar istrinya dapat melahirkan bayi yang sehat dengan menjamin istrinya mendapatkan makanan yang bergizi, terutama makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin A.Anemia, walaupun bukan merupakan penyebab langsung kematian ibu, namun merupakan faktor penyebab kematian. Ibu yang anemi berisiko lima kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan ibu yang tidak anemi.23 Vitamin A penting untuk kesehatan ibu dan janin. Seorang ibu membutuhkan vitamin A yang cukup untuk menunjang per-kembangan kesehatan bayi dan untuk kesehatannya sendiri, khususnya untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Rabun malam pada ibu hamil adalah gejala kekurangan vitamin A. Suplemen pil vitamin A dalam masa kehamilan, dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sebuah studi tentang kesehatan ibu di bagian selatan Nepal menemukan bahwa vitamin A dosis rendah atau beta-carotene tambahan dan bahan pangan yang banyak mengandung vitamin A dapat menurunkan persentase kematian ibu rata-rata 44%. Mempersiapkan perawatan yang terlatih selama persalinan.Pada negara-negara berkembang, kebanyakan ibu-ibu yang akan melahirkan tidak dibantu oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh dukun beranak atau anggota keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama proses kelahiran dapat membuat suatu perbedaan antara kehidupan dan kematian. Suami berperan dalam mempersiapkan tenaga terlatih agar hadir pada saat persalinan dan membiayai pelayanan yangdiberikan. Suami juga harus mempersiapkan transportasi serta mencukupi perlengkapan yang dibutuhkan.Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan transportasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan dengan komplikasi.Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan, disebabkan karena adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbarumenemukan kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial setelah persalinan dan selalu siaga untuk mencari pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar istrinya mendapatkan makanan yang bergizi. Pada masa menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama periode pasca persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak. Mereka juga dapat mendorong istri untuk memberikan ASI agar dapat menolong kontraksi uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode kontrasepsi, baik berupa metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak mengi-nginkan anak lagi. Menjadi Ayah yang bertanggung jawabSebagai sorang ayah, laki-laki menentukan tingkat kesehatan anak-anaknya. Seorang ayah dapat lebih terlibat dalam perkembangan kesehatan anak-anaknya, sebagai contoh, memastikan bahwa anak-anak mereka menerima semua kebutuhan imunisasinya. Sebuah studi di Ghana, menemukan bahwa semakin banyak pengetahuan seorang ayah, semakin besar peran mereka dalam memutuskan untuk mengimunisasikan anak-anaknya.Di Amerika Serikat, Baltimores Urban Fatherhood Program mendorong laki-laki muda agar lebih bertanggung jawab sebagai ayah dengan mempromosikan peran laki-laki yang positif. Anggota program tersebut dimana banyak diantara mereka adalah remaja yang telah menjadi seorang ayah, mendorong rekan-rekannya untuk menjadi seorang ayah yang baik melalui kelompok-kelompok dukungan, konseling, dan kelas yang menyajikan materi kete-rampilan hidup. Mereka juga mengajarkan tentang fertilitas, reproduksi, siklus menstruasi, kehamilan, gizi bayi serta perawatannya. Di Newark, New Jersey, program serupa juga mengajarkan ayah-ayah muda mengenai kontrasepsi termasuk menggunakan kondom dengan benar.Ayah, sebagai panutan, dapat membantu kehidupan sosiali anak-anaknya. Secara khusus, seorang ayah dapat mengajarkan anak laki-lakinya agar menghormati perempuan dan memperlakukan mereka sebagai manusia yang setara, mendukung anak perempuannya untuk bersekolah dan berperan aktif dalam keluarga. Dengan begitu, seorang ayah ikut mewujudkan status perempuan yang setara dan menjadikan masa depan anak perempuannya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA The World Health Report 2005. Make Every Mother And Child Count, Geneva : World Health Organization, 2005 Rencana Strategis Nasional MPS di Indonesia 2001-2010. Jakarta : Departemen Kesehatan Making Pregnancy safer, New delhi : WHO Searo, 1999 WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank,Maternal Mortality in 2005 Estimates developed by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank Departemen Kesehatan RI,Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal Dunia [1 screen] http: //www.depkes.go.id/index.php?option =news&task= viewarticle&sid=448&Itemid=2 Purnomo W,prsentasi Safe motherhood(Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir),FKM Unair; 2006