rkg 2
DESCRIPTION
added on December 26th, 2013TRANSCRIPT
Makalah Radiologi Kedokteran Gigi 2
Metode Baru untuk Mendeteksi Karies Sekunder pada Gigi yang Direstorasi
(A New Method to Secondary Caries Detection in Restored Teeth)
Disusun Oleh:
Nama : Resty Wahyu Veriani
NIM : 04121004065
Dosen Pembimbing :
drg. Shanty Chairani, M.Si
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013
Metode Baru untuk Mendeteksi Karies Sekunder pada Gigi
yang Direstorasi
Abstrak:
Karies pada gigi dapat berupa karies primer dan karies sekunder. Karies sekunder
terjadi di bawah gigi yang direstorasi dan tidak dapat terlihat dengan mata
telanjang. Oleh karena itu untuk mendiagnosis jenis karies, digunakan gambaran
radiografi gigi. Pada gambaran radiografi gigi, karies sekunder gigi yang
direstorasi terlihat seperti daerah radiolusen. Dalam penelitian ini, metode baru
untuk mendiagnosis karies sekunder pada gigi yang direstorasi di ajukan. Dalam
tulisan ini, setelah kualitas gambar diperbaiki dengan koreksi gamma, dengan
pemilihan threshold pada diagram frekuensi kumulatif, gigi dengan karies
sekunder didiagnosis. Karena keterbatasan teknis dalam instrumen radiografi,
perubahan piksel nonlinear dan perubahan ini direvisi dengan proses koreksi
gamma. Metode ini dilakukan pada 100 gambar radiografi gigi dan hasilnya
menunjukkan bahwa tingkat akurasi maksimum untuk karies sekunder diagnosis
adalah 82% dan tingkat kesalahan minimal adalah 18%.
Kata kunci: karies sekunder, radiografi gigi, daerah radiolusen, preprocessing,
koreksi gamma, diagram frekuensi kumulatif, mach band
1. Pendahuluan
Di dalam ilmu pengetahuan kedokteran gigi, untuk mendiagnosis karies sekunder
di gigi yang direstorasi dan tidak tampak oleh mata, gambar radiografi gigi
digunakan [1]
. Gambar karies sekunder terlihat sebagai daerah radiolusen.
Misalnya pada gambar 1 bidang A,B, dan C memiliki karies dan dilihat sebagai
radiolusen. Dalam gambar radiografi gigi, selain karies ada daerah lain yang
terlihat sebagai radiolusen yang sebenarnya tidak terdapat karies namun terkait
dengan ilusi optik yang disebut efek mach band [2]
. Jadi dokter gigi mungkin telah
salah mendiagnosis karies tersebut dan setelah membuka daerah terlihat bahwa
tidak ada karies dan telah keliru oleh efek mach band yang dalam hal ini
mengakibatkan kerusakan pada gigi pasien [3]
.
Keterbatasan teknis dalam instrumen yang digunakan untuk memproduksi,
mencetak atau menampilkan gambar menyebabkan mereka untuk memaksakan
perubahan piksel nonlinear gambar yang mengarah pada pengurangan kualitas
gambar. Artinya, ada eksponensial pada setiap tingkat keabuan piksel ke nomor
seperti ˠ. Selain itu, karena instrumen radiografi tidak dapat menampilkan warna,
kedalaman,dan jaringan objek yang tepat dalam gambar, sehingga gamma yang
diterapkan pada setiap piksel tidak sama di semua titik gambar. Oleh karena itu,
koreksi gamma adaptif yang telah ada di tulisan-tulisan terbaru [4][5]
, dengan
meningkatkan kualitas gambar dapat membantu dokter gigi dalam menafsirkan
gambar radiografi gigi. Disamping [6]
selain meninjau berbagai metode koreksi
gamma dalam gambar digital, ada metode baru untuk meningkatkan citra kualitas
berdasarkan muatan lokal gambar ( konteks daerah yang berbeda ). Dengan
melakukan metode ini pada gambar radiografi gigi, daerah radiolusen gigi
menjadi lebih jelas dan akan lebih mudah untuk mendiagnosa karies sekunder.
Dalam tulisan ini, setelah meningkatkan kejelasan daerah radiolusen dalam
gambar radiografi, konteks daerah radiolusen dianalisa untuk mendiagnosis karies
sekunder pada gigi yang direstorasi dan untuk memahami bahwa daerah ini
radiolusen karena karies sekunder atau karena ilusi optik . Jika daerah tingkat abu-
abu radiolusen ada pada gambar, itu bukan berarti terdapat karies sebaliknya
karena efek mach band. Jika daerah radiolusen adalah karena karies, efeknya akan
tercermin pada histogram gambar .
2. Persiapan Sebelum Pemrosesan
Seperti disebutkan sebelumnya, koreksi gamma dalam tulisan ini digunakan untuk
meningkatkan kualitas gambar dan agar mendiagnosis karies sekunder lebih
mudah pada gambar radiografi gigi. Berdasarkan kekuatan hukum, pencahayaan
piksel dengan tingkat keabuan dari r dalam gambar diproduksi oleh instrumen
akan berubah sebagai berikut [7]
yang tepat berbatasan dengan instrumen:
S=crˠ(1)
Dalam ( 1 ), c dan r diasumsikan sebagai konstan yang tergantung pada perangkat
gambar dan tampilan gambar. Investigasi menunjukkan bahwa posisi objek ke
perangkat gambar ( seperti jarak dan sudut dari setiap bagian dari objek) berefek
pada nilai ˠ. Dalam metode koreksi gamma adaptif, ˠ dihitung untuk setiap daerah
lokal. Jadi metode koreksi gamma begitu adaptif seperti meningkatkan kualitas
gambar secara signifikan[4],[5],[6]
.
Dalam Gambar 2 ada dua gambar yang pertama berkaitan dengan gambar asli dan
yang kedua menunjukkan gambar yang sama setelah peningkatan dengan metode
koreksi gamma adaptif [6]
. Seperti yang terlihat pada gambar 2b, setelah
menerapkan metode ini pada gambar radiografi gigi, daerah radiolusen yang
terkait dengan wilayah karies ( A,B,C ) lebih jelas, sedangkan daerah radiolusen
yang berhubungan dengan dengan efek mach band ( D ) dikurangi. Jadi dengan
menggunakan koreksi gamma adaptif memiliki dua karakteristik :
a. Membuat daerah radiolusen yang berhubungan dengan karies menjadi
semakin jelas
b. Mengurangi efek Mach band
Gambar 1. Gambar radiografi dengan karies pada A,B,C yang terlihat seperti
daerah radiolusen
Gambar 2. Efek koreksi gamma adaptif pada gambar 1
3. Metode yang Diusulkan
Karies pada gigi yang direstorasi terlihat sebagai daerah radiolusen disekitar area
yang direstorasi. Karena karies mengubah warna gigi, sementara tidak ada daerah
radiolusen tanpa karies. jadi daerah radiolusen pada gigi yang direstorasi
digunakan sebagai diagnosis karies. Sejak karies pada enamel mengakibatkan
perubahan kimia, perubahan ini juga mencerminkan secara fisik pada gambaran
radiografi (sebagai daerah radiolusen). Investigasi kami mengindikasikan bahwa
perubahan ini akan terlihat pada gambar histogram.
Pada histogram gigi yang direstorasi tanpa karies, hanya ada satu daerah pada
histogram yang puncaknya berhubungan dengan tingkat keabuan pada gigi yang
direstorasi. Sedangkan histogram pada gigi yang direstorasi dengan karies
mempunyai dua daerah dengan tingkat keabuan yang kecil yang dihubungkan
dengan karies dan daerah dengan tingkat keabuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah yang direstorasi yang terlihat pada histogram di gambar 3.
Histogram ini menormalkan pembentukan histogram asli pada tingkat keabuan
latarnya dan daerah putih pada daerah yang direstorasi dihilangkan, karena
mereka terlihat sama di semua gambar dan tidak memiliki informasi yang
berguna.
(a)
(b)
Gambar 3. Karies pada gigi yang direstorasi (a) dan gigi yang direstorasi
tampak sehat (b) pada histogram.
(a)
(b)
Gambar 4. (a),(b) Histogram pada gambar 3a, 3b setelah koreksi gamma
(a)
(b)
Gambar 5. Diagram kumulatif pada gambar 4a, dan 4b
4. Kesimpulan
Dalam tulisan ini metode baru untuk mendiagnosis karies sekunder dalam gambar
radiografi gigi diusulkan. Dalam metode ini, pada awalnya kejelasan daerah
radiolusen dalam gambar radiografi meningkat dan kemudian gigi dengan karies
sekunder didiagnosis dengan menggunakan histogram kumulatif. Oleh karena itu
prosedur diagnosis karies sekunder pada gigi yang direstorasi adalah:
Untuk membahas metode tingkat akurasi yang diusulkan pada gigi yang
direstorasi yang didiagnosis terdapat karies, dua kriteria yang digunakan yang
disebut GDR (Good Detection Rate) dan FDR (False Detection Rate). GDR
menunjukkan metode tingkat akurasi yang diajukan dalam diagnosis karies
sekunder dan FDR menunjukkan tingkat kesalahan. Persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Parameter yang digunakan dalam ( 2 ) dan ( 3 ) diperlihatkan sebagai berikut :
TP ( True Positive ) : Jumlah gigi karies yang didiagnosis dengan benar
FN ( False Negative) : Jumlah gigi sehat didiagnosis dengan karies
FP ( False Positive ) : Jumlah gigi karies yang didiagnosis sehat
TN ( True Negative) : Jumlah gigi sehat didiagnosis dengan benar
Metode yang diusulkan telah diterapkan pada 100 gambar gigi yang direstorasi
dan hasil tanpa preprocessing ditunjukkan pada Tabel 1 dan hasil dengan
menerapkan koreksi gamma ditunjukkan pada Tabel 2. Dengan memilih tingkat
keabuan dari 50 sebagai ambang batas dan 1 % sebagai ambang batas daerah,
metode yang diusulkan memiliki 82 % tingkat akurasi dalam diagnosis karies
sekunder. Dengan membandingkan Table1 dan Tabel 2 terlihat bahwa dalam
kasus preprocessing tingkat akurasi diagnosis meningkat relatif terhadap kasus
tanpa preprocessing. Proses koreksi gamma tidak hanya membuat daerah
radiolusen dengan gigi yang terdapat karies jelas, tetapi juga mengurangi efek
Mach band yang dapat dilihat dengan membandingkan daerah D di gambar 2a,
dan gambar 2b.
Tabel 1. GDR dan FDR pada diagnosis karies untuk treshold yang berbeda tanpa
preprocessing
Tabel 2. GDR dan FDR pada diagnosis karies untuk treshold yang berbeda
dengan koreksi gamma
Ucapan Terima Kasih
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter maudi yang telah
membantu dalam aspek medis penelitian dan dokter Hassanpour yang telah
membantu dalam aspek rekayasa pada penelitian ini.
Daftar Pustaka
[1]S. Brent Dove , D.D.S and M.S, “Radiographic diagnosis of dental caries”,
Journal of Dental Education 2001; 65(10): 985
[2] R.H. Daffner, “Pseudofracture of the dens: Mach bands”, American Journal of
Roentgenol 1997; 128; 607-612
[3] H. Devlin, “Operative dentistry”, Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006
[4] I.Forosio , G.Ferrigno and A.Borghese, “Enhancing Digital Cephalic Radio-
graphy With Mixture Models and Local Gamma Correction”, IEEE Transac-tions
on Medical Imaging, Vol. 25, NO. 1, January 2006
[5] O. Sayadi and E. Fatemizadeh, “A Fast Algorithm for Enhancing Digital
Cephalic Radiography Using Mixture Models and Local Gamma Correction based
on the Gamma-map Contours”, ICBME, 2007, Tehran: Iran, pp. 76-84. [Persian]
[6] H.Hassanpour, S.Asadi,A.A.Pouyan, “Automatic Image Enhancement Based
on Local Gamma Correction”, CEIT ,2011, Hamedan: Iran. [Persian]
[7] R.C.Gonzalez and RE .Woods, “Digital image processing”.,2nd Edition
,Prentice-Hall 2002
Rangkuman
Karies sekunder yang terjadi pada gigi yang direstorasi tidak dapat dilihat
oleh mata telanjang. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan radiografi untuk
melihat seberapa besar karies sekunder yang terjadi. Jurnal ini membahas tentang
metode baru untuk mendeteksi karies sekunder pada gigi yang direstorasi. Karies
sekunder terlihat sebagai daerah radiolusen dibawah gigi yang direstorasi.
Para dokter gigi harus berhati-hati dalam mendeteksi karies sekunder,
karena selain karies ada daerah lain yang terlihat sebagai radiolusen yang
sebenarnya tidak terdapat karies namun terkait dengan ilusi optik yang disebut
efek Mach Band.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi karies sekunder adalah koreksi
gamma adaptif. Metode ini digunakan dengan meningkatkan kualitas gambar
yang dapat membantu dokter gigi dalam menafsirkan gambar radiografi gigi.
Dengan melakukan metode ini pada gambar radiografi gigi, daerah radiolusen gigi
menjadi lebih jelas dan akan lebih mudah untuk mendiagnosa karies sekunder.
Setelah meningkatkan kejelasan daerah radiolusen dalam gambar radiografi,
konteks daerah radiolusen dianalisa untuk mendiagnosis karies sekunder pada gigi
yang direstorasi dan untuk memahami bahwa daerah ini radiolusen karena karies
sekunder atau karena ilusi optik. Jika daerah tingkat abu-abu radiolusen ada pada
gambar, itu bukan berarti terdapat karies sebaliknya karena efek mach band. Jika
daerah radiolusen adalah karena karies, efeknya akan tercermin pada histogram
gambar. Jadi dengan menggunakan koreksi gamma adaptif memiliki dua
karakteristik :
a. Membuat daerah radiolusen yang berhubungan dengan karies menjadi
semakin jelas
b. Mengurangi efek mach band