resensi jurnal. quality
TRANSCRIPT
RESENSI JURNAL
QUALITY CIRCLE TO IMPROVE PRODUCTIVITY
ShantanuWelekar, ShantanuKulkarni Department of Mechanical engineering, YCCE, Nagpur -440025 (Department of Mechanical engineering, YCCE)
International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA) ISSN: 2248-9622 www.ijera.com Vol. 3, Issue 2, March -April 2013, pp.814-819
Nama : Didin Sjarifudin
NIM : 55314120026
Program Studi : Magister Teknik Industri
MAGISTER TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
RESENSI JURNAL
QUALITY CIRCLE TO IMPROVE PRODUCTIVITY
ShantanuWelekar, ShantanuKulkarni Department of Mechanical engineering, YCCE, Nagpur -440025 (Department of Mechanical engineering, YCCE)
International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA) ISSN: 2248-9622 www.ijera.com Vol. 3, Issue 2, March -April 2013, pp.814-819
A.PENDAHULUAN
Sebelum membahas lebih jauh mengenai isi jurnal ini, maka terlebih dahulu akan di terangkan apa yang dimaksud dengan Quality Circle. Setelah membaca dan menganalisai jurnal ini, maka di dapat definisi mengenai Quality Circle, yaitu kelompok dengan ukuran kecil antara 6 sampai 12 karyawan yang melakukan pekerjaan serupa yang secara sukarela bertemu bersama-sama secara teratur untuk mengidentifikasi perbaikan di wilayah kerja masing-masing. (Welwkar & Kulkarni, 2013)
Ada beberapa pendapat yang mendefinisakan pengertian dari Quality Circle itu sendiri, diantaranya pendapat dari S. Wignjosoebroto yang berpendapat bahwa QCC adalah kelompok kecil karyawan pelaksanaan, kadang-kadang dipimpin oleh Leader yang secara sukarela akan mencari jalan dan cara untuk memperbaiki kualitas dan mengurangi biaya-biaya produksi di tempat-tempat manapun kelompok ini berada dalam sistem produksi.
Sedangkan menurut Astra Management System, Quality Circle adalah kelompok yang terdiri dari beberapa karyawan (3-10 orang), pada suatu unit kerja paling depan (frontline employee) di sebuah perusahaan, yang secara terus menerus melakukan program perbaikan atau peningkatan mutu, dengan menggunakan metoda pemecahan ”PDCA Cycle” secara berkesinambungan, dan bertujuan memberikan
”Kepuasan Pelanggan” yang optimal, hal mana juga memberikan kepuasan bagi anggota kelompok itu sendiri.
B. Definisi, Philosophy dan Konsep Quality Circle
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa pada prinsipnya Quality Circle adalah kelompok dengan ukuran kecil antara 6 sampai 12 karyawan yang melakukan pekerjaan serupa yang secara sukarela bertemu bersama-sama secara teratur untuk mengidentifikasi perbaikan di wilayah kerja masing-masing.
Namun masih ada yang berpendapat bahwa Quality Circle ini bisa terdiri dari 3-4 orang, namun hal tersebut tidak menjadi masalah selama maksud dan tujuannya adalah untuk membentuk suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dalam hal pencapaian kualitas yang lebih baik.
Philosophy yang di kandung dari Quality Circle adalah bahwa pada
prinsipnya quality adalah orang dimana dalam membangun
philolosophy yaitu dengan membuat atau menyediakan motivasi diri
sendiri dan melakukan perbaikan lingkungan kerja. Jadi pada intinya
adalah mengatur manusia khusus di tingkat paling bawah.
Sedangkan konsep yang di anut dalam Quality Circle ini adalah
kesatuan dari semangat dan usaha di antara seluruh anggota kelompok
dengan mengerahkan segala kemampuan, pemikiran, kebijaksanaan,
serta pengalaman dan kerja nyata. Semua anggota mempunyai tekad
dan semangat yang kuat.
C. Tujuan, Organisasi Team dan Pembentukan Team
Tujuan yang ingin di capai pada pembentukan Quality Circle ini pada
prinsipnya adalah perubahan sikap yang positif pada semua anggota.
Perubahan sikap yang disertai perubahan pola pikir anggota adalah
tujuan akhir dari Quality Circle ini. Hal ini sejalan dan tidak
bertentangan dengan defini Quality Circle yang di berikan oleh Astra
Management System, yaitu pengembangan pribadi< semangat,
peningkatan skill dan peningkatan nilai-nilai budaya manusia.
Sehingga nilai perbaikan terus menerus tersebut dapat dilakukan
dengan konsisten.
Struktur Organisasi yang di berikan dalam jurnal ini adalah struktur
dengan sistem piramida yang mengerucut ke atas, dimana Top
Management menjadi penanggung jawab yang utama dan mempunyai
fungsi untuk mendukung program Quality circle tersebut sampai ke
tingkat paling bawah. Adapaun struktur tersebut adalah sebagai
berikut ;
Gambar 1. Struktur Organisasi QC
Dari gambar di atas tanpak jelas bahwa tugas seorang leader adalah
memberi petujuk untuk pelaksanaan qc terhadap anggota organisasi di
bawahnya. Sedangkan Top Management dan Fasilitator hanya
memberikan arahan, fasilitas dan dukungan serta pemegang tanggung
jawab secara keseluruhan. Sebelum peluncuran atau Launching dari
organisasi ini maka harus di paparkan secara secara jelas visi dan misi
organisasi serta orang yang bertanggung jawan menanganinya, team
pengarah serta program-program kerja yang akan di jalankan.
D. Proses dan langkah-langkah yang dilakukan
Quality Circle mempunyai beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan serta mempunyai karakter. Karakter Quality Circle adalah
mempunyai keanggotaan gugus, pada kelompok ini mempunyai
anggota yang homogen karena biasanya anggota terdiri dari wilayah
kerja yang sama, namun kadang mengundang tenaga ahli dari luar
organisasi untuk berbagi pengalaman atau memberikan saran kepada
organisasi. Selain itu ukuran circle, umumnya organisasi terdiri dari
6-12, namun terkadang fleksible yang di sesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan organisasi. Partisipasi sukarela sangat di perlukan
organisasi agar organisasi menjadi aktif dan terjadi dinamika
organisasi. Pertemuan Qc di adakan tidak terlalu lama namun harus
efektif dan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Otonomi yaitu
perasaan memiliki terhadap organisasi dari anggota sehingga peran
anggota menjadi lebih maksimal.
Karakter Quality Circle sangatlah jelas yaitu karakter yang
mempunyai atau mengutamakan kekompakan dan kebersamaan dalam
menjalankan perbaikan dan mencapai tujuan organisasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Quality Circle adalah
mengikuti pola dalam penyelesaian masalah yang di kembangkan oleh
Deming dengan konsep PDCA-nya.
Adapun alngkah-langkah tersebut adalah sebagai berikur ;
Penetapan atau penentuan masalah yang akan di pecahkan.
Menetapkan penyelesaian dan teknik penyelesaian masalah
Melakukan pengecekan terhadap langkah-langkah perbaikan
Top Management memberikan arahan dan dukungan terhadap
penyelesaian masalah serta mendorong adanya inovasi
perbaikan masalah,
Adapun bagan teknik penyelesaian masalah adalah sebagai berikut ;
Gambar 2 Proses Operasi Kegiatan Improvement
Jika di lihat dari urutan proses ini tahapan improvement hanya sampai
pada implementasi ide perbaikan. Jika merujuk siklus PDCA maka
pada proses diatas hanya sampai pada Plan dan Do saja. Sedangkan
Check dan Action belum di masukkan dalam alur proses.
E. Teknik Problem Solving & Komparasi QC
Dari hasil pengamatan dan pandangan terhadap jurnal maka dapat di
ketahui bahwa penulis jurnal memberikan paparan mengenai teknik
pemecahan masalah dan membandingkan beberapa teknik terkait
perbaikan yang akan di lakukan.
Menurut penulis ada beberapa teknik dalam pemecahan masalah.
Teknik berikut yang paling sering digunakan untuk menganalisis dan
memecahkan masalah yang terkait dengan pekerjaan :
• Brain storming.
• Pareto Diagrams.
• Ishikawa diagram (Fishbone diagram).
• Cause & Effect Analysis.
• Data Collection.
• Data Analysis.
Alat yang digunakan untuk analisis data :
• Tables.
• Bar Charts.
• Histograms.
• Circle graphs.
• Line graphs.
• Scatter grams.
• Control Charts.
Tabel 1. Perbandingan Team Improvement
Feature/Criteria Quality Circle Quality Improvement Work Group/Project Group Teams Orientation Performance-oriented Problem-oriented Problem/project- oriented Time-frame Decided by circle
members Decided by management
Decided by
management, specific duration is assigned Nature of group Homogeneous Homogeneous Heterogeneous Communication Bottom to top Top to bottom Top to bottom Scope Usually restricted to
work and Machine/process specific
Depends on objectives
mostly to low intellect problems given by senior management Expertise required Practical and limited Predetermined by
nature Work or project
of quality problem dependent Technical approach Innovative and
experimental Traditional and Project dependent but
technically established mostly traditional and established Dependence on Independent Partially dependent Part of management management function function Size of group Small, usually 7-9 Small, usually less
than 7 Varies, project/work-
dependent Decisions By leader, no presentation is needed By leader/in charge,
By consensus followed by presentation is presentation before executives situation-dependent Formal training is a must, which
Discipline specific
As such, no specific
Formal Training
QC pertama kali muncul di India pada tahun 1982 dan beberapa
industri untuk meluncurkan QC pertama yang Bharat Electronics
Limited, Bangalore dan Bharat Heavy Electricals Limited, Trichy.
Namun, dengan kemajuan zaman, QC mencapai sukses di sejumlah
industri di India. Untuk beberapa nama yang TATA, TELCO,
Reliance Industries Limited, Kirloskar Saudara Terbatas dan
sebagainya.
Dari Tabel tersebut di atas maka dapat di pelajari kelebihan dan
kekurangannnya. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa QCC yang
terdiri dari 7-12 adalah merupakan langkah terbaik dalam perbaikan
produktifitas. Penggunaan QCC sebagai langkah menuju produktifitas
sudah banyak dilakukan dan di aplikasikan di perusahaan-perusahaan
di India.
F. Pendekatan penyelesaian masalah melalui QC
Alka Industries adalah pabrik powder coating and anodizing yang
terletak di MIDC Nagpur. Skema di bawah menjelaskan alur proses di
Alka Industries. Anodizing dari produk aluminum and powder coating
dari GI dan lembar CI dikeluarkan mengikuti permintaan pasar.
Perusahaan mensupplai kebutuhan aluminium untuk panel jendela dan
beberapa aplikasi lainnya yang melalui proses akhir anodized surface.
Alka industry mempunyai customer : Johnson lifts and Mahindra and
Mahindra. Alka industry juga mensupplai powder coating parts ke
MSEB dan juga power units skala kecil
Permasalahan yang di hadapi oleh perusahaan Alka Industries adalah
Bagaimana mengurangi konsumsi gas dari level saat ini. Target level
untuk konsumsi gas ( setelah penerapan QC) adalah 8 kg/hr. Dalam
powder coating/Anodizing LPG gas di gunakan untuk pretreatment
dan proses etching. Larutan asam sulfuric dipanaskan dari 50 ke 60oC
dan konsumsi gas di 5-6 kg/hr. Gambar di bawah menunjukkan bagian
cross section pretreatment heater.
Problem : Konsumsi bahan bakar ( LPG ) tinggi
Gambar 3 Cross section dari heater
Dari Permasalahan di atas Alka Industri mengambil keputusan untuk
melakukan improvement dengan menggunakan pendekatan QC,
langkah awal dari pemecahan masalah ini adalah dengan melakukan
problem solving dengan pendekatan PDCA (Plan, Do, Check Action)
dari teori Deming. Kemudian Alka Indutries membentuk Tim yang
beranggotakan 8 orang. Setelah melakukan pertemuan dan sumbang
syaran maka di ambil langkah penyebab akar permasalahan sebagai
berikut ;
Gambar 4, Diagram Tulang ikan
Langkah mencari akar permasalahan di atas dengan menggunakan diagram tulang ikan yang dikembangkan oleh Ishikawa.
Penulis juga menampilkan brainstorming team yang menghasilkan
hasil:
• kompor yang mengandung deposisi karbon
• kompor tidak mengandung udara yang cukup
• silinder mengandung gas sisa
• pelatihan yang tepat dan kesadaran untuk mengendalikan konsumsi
gas.
• maintenance terhadap burner dan tungku.
• pemuatan Tepat pekerjaan di tungku
Maka Selanjutnya team merumuskan poin sumbang pendapat di atas
ke dalam diagram tulang ikan dan diagram Pareto untuk mengetahui
faktor-faktor yang signifikan yang dapat ditargetkan untuk mencapai
pengurangan yang diinginkan dalam konsumsi gas.
Setelah team melakukan sumbang saran, maka mereka mencari
penyebab yang paling dominan. Ini sama dengan konsep 8 langkah
pada langkah ke-3, yaitu mencari akar masalah dan penyebab paling
dominan. Biasanya dalam konsep QCC di buatlah diagram yang di
sebut pareto. Dimana konsep pareto adalah 80:20. Dan ternyata
penulis juga membuat analisa yang sama dengan konsep ini. Kita lihat
hasil pareto dan diagram tulang ikannya sebagai berikut ;
Diagram Pareto sebelum perbaikan
Diagram pareto pada gambar 5 menunjukkan bahwa konsumsi gas
pada 138 kg/hari terjadi 13 kali dalam sehari dan secara prosentase
19%. Pada posisi ini menjadi masalah yang paling dominan. Sehingga
dari data ini kemudian penulis dengan team QC nya melakukan
langkah berikutnya yaitu membuat ide perbaikan dan implementasi
ide perbaikan. Hasil yang diperoleh dari hasil brainstorming untuk
melakukan langkah
Tabel 2 Ide perbaikan
Tabel 3, Biaya dan Target
Dari pengolahan data yang di sajikan penulis tersebut mampu
membuktikan penyebab-penyebab dan solusi perbaikan. Team QC
mampu menurunkan pemakaian gas dari 8 kg/hari menjadi 6 kg/hari.
Disini ternyata metode brainstorming ternyata masalah pemborosan
konsumsi gas dapat dikurangi dengan beberapa langkah upaya
perbaikan. G. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perbaikan serta implementasi
nya maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut ;
Implementasi QC dapat mengidentifikasi penyebab konsumsi gas
yang berlebihan dalam tungku karena alasan dikaitkan dengan
kekurangan manusia, material, metode dan mesin (4M). Setiap
kekurangan ditangani secara terpisah dan langkah-langkah perbaikan
yang dilaksanakan untuk mengoptimalkan Konsumsi gas di pabrik.
Kesimpulannya bahwa Teknik QCC terbukti sangat efektif untuk
masalah yang dipilih oleh anggota QC untuk industri powder coating.
Optimasi konsumsi gas di tungku mampu mengurangi biaya
pemeliharaan, peningkatan dalam keandalan dan ketersediaan
peralatan, peningkatan moral dan pengembangan diri, dinamika tim di
antara karyawan, yang terbukti bermanfaat bagi karyawan dan
organisasi secara semua
H. Kelebihan Jurnal
Dari ulasan penulis, dapat kami simpulkan beberapak kelebihan jurnal
ini :
1) Dalam pendekatan yang dilakukan oleh penulis dapat di
pahami bahwa kerangka pemikiran penulis cukup
komprehensif, karena untuk mengarahkan ke improvement,
pendekatan yang diambil adalah mengenalkan konsep QCC
mulai dari karakter, tujuan, filosofi, dan komparasi team
improvement.
2) Kekuatan dari jurnal ini adalah mengandalkan kemampuan
team dalam melakukan brainstorming untuk memecahkan
permasalahan. Artinya team dari QCC tersebut benar-benar
focus, peduli dan merasa memiliki dari kegiatan improvement
3) Jurnal ini mengambil studi kasus di industry sehingga tidak
bisa dibantah terkait dengan keberhasilan kegiatan QC ini.
Artinya teori dan konsep-konsep yang dikenalkan penulis
terbukti dan ada contoh-nya.
4) Pemilihan team dengan model QCC sangat cocok karena team
tidak terlalu besar, dan anggota team melibatkan atasan dari
anggota team.
I. Kelemahan Jurnal
1) Dalam proses langkah perbaikan belum seluruhnya
menerapkan konsep PDCA. Karena ada proses yang belum di
masukkan dalam alur proses yaitu Check dan Action.
2) Dalam proses mencari ide perbaikan hanya mengandalkan
brainstorming anggota, padahal bisa menggunakan teknik 5W
1H untuk pencarian ide perbaikan.
3) Tools yang di gunakan dalam mencari akar penyebab hanya
menggunakan fishbone dan pareto. Padahal masih ada
kemungkinan dalam mencari penyebab dominan dengan
brainstorming, check sheet, atau teknik lain yang lebih modern