reinforcement paper
DESCRIPTION
asssssssssssssssddddddddddddddddaTRANSCRIPT
Modifikasi Perilaku
REINFORCEMENT
Oleh:
Anggun T Wahyuni 105120300111025
Guntur Widar K 105120301111009
Resa Dwi Cahyo S 105120301111026
M Auzan Apta W 105120301111031
Alvian Suryanto P P 105120302111001
Ryandi Pratama P 105120304111001
Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2013
A. Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip_prinsip teori belajar yang
telah diuji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif.
Kebiasaan-kebiasaan tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan sedangkan
perilaku ditimbulkan serta dikukuhkan (Wolpe, 1973). Modifikasi perilaku adalah
sebuah metode untuk memperbaiki atau menghilangkan perilaku yang negative
dan bias juga digunakan untuk meningkatkan dan menguatkan perilaku-perilaku
positif. Metode ini berdasarkan paradigm teori behaviorisme yang menekankan
pada perilaku nyata. Terdapat berbagai eksperimen yang dilakukan dalam aliran
behaviorisme ini, sehingga muncul berbagai teori dalam perkembanganya. Salah
satu yang sangat berpengaruh dalam aliran behavioris ini adalah teori Operant
Conditioning yang dikemukakan oleh B.F skinner.
Menurut Skinner, kepribadian terdiri dari 2 aspek, yaitu yang dapat
dimodifikasi dan yang menetap. Fokus utama Skinner adalah pada perilaku yang
dapat dimodifikasi. Minatnya hanya sedikit terhadap karakteristik perilaku yang
sifatnya relatif menetap. Hal ini merupakan konsekuensi dari asumsi ketiga bahwa
perilaku dapat dikontrol. Berdasarkan fokus ini, kepribadian menurut aliran
behavioristik pada akhirnya lebih dimengerti sebagai respon yaitu tingkah
laku eksternal yang dapat diobservasi dan dapat dihubungkan dengan
kejadian dalam lingkungan. Respon di sini adalah perilaku yang dipelajari
berupa pengulangan kembali karena adanya reinforcement.
Peramalan dan penjelasan mungkin dapat dilakukan melalui
pengetahuan mengenai aspek kepribadian yang dapat diubah dan yang
menetap. Namun, kontrol hanya dapat dilakukan melalui modifikasi. Kontrol
menunjukkan bahwa lingkungan yang beragam dapat menimbulkan pola-pola
perilaku yang berbeda. Walaupun demikian, Skinner tidak pernah menegaskan
bahwa semua faktor penyebab tingkah laku berasal dari lingkungan. Ia
berpendapat mengenai 2 hal. Pertama, ia menyatakan bahwa sensivitas
individu terhadap reinforcement memiliki dasar genetik, yang berkembang
karena individu tersebut belajar mengenai pertahanan diri positif atau
menguntungkan dari keutamaan pada peristiwa di lingkungan. Kedua,
menyatakan bahwa pada beberapa spesies atau individu tertentu, beberapa
1
perilakunya lebih mudah dikondisikan dibandingkan spesies atau individu
lainnya. Ia juga mengakui bahwa beberapa perilaku bersifat genetik total,
sehingga pengalaman tidak berdampak apapun terhadap perilaku tersebut.
Dari dasar teori diatas maka munculah berbagai metode dalam tindakan
modifikasi perilaku. Dalam makalah ini membahas salah satu metode pada
modifikasi perilaku, yaitu dengan menggunakan reinforcement. Terdapat dua
macam reinforcement, yakni Reinforcement Positif dan Reinforcement Negatif.
B. Reinforcement Positif
Reinforcement (penguat) positif adalah suatu kejadian atau objek yang
ketika dimunculkan segera setelah suatu perilaku, menyebabkan perilaku itu
bertambah sering muncul. Sering juga disamakan dengan hadiah. Prinsip
reinforcement positif adalah hukum yang sangat penting untuk proses belajar.
Pemberian reinforcement positif mengacu pada teori operant conditioning dari
Skiner yang memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement) sebagai
unsur yang penting dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan pemberian
pengukuhan positif memberikan bukti salah satu bentuk perhatian tenaga pendidik
pada peserta didik (Walgito,2004: 72).
Corey (1995:412) mengungkapkan, “penguatan positif adalah prosedur
dimana respon diikuti stimulus. Di dalamnya ada tambahan sesuatu (seperti
pujian) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku tertentu.” Menurut Margaret
E.Bell Gredler (1994:127), Reinforcement merupakan setiap konsekuensi dari
tingkah laku yang memiliki dampak memperkuat atau mengokohkan tingkah laku.
Sedangkan menurut Soetarlinah Soekadji (1983: 12) Reinforcement
mengungkapkan pengukuhan positive (Positive Reinforcement) adalah bila suatu
stimulus (benda atau kejadian) dihadirkan atau terjadi sebagai akibat atau
konsekuensi suatu perilaku dan bila karenanya keseringan munculnya perilaku
tersebut meningkat atau terpelihara. Stimulus yang mengikuti atau menjadi
konsekuensi perilaku, dan menyebabkan perilaku berulang atau terpelihara,
disebut pengukuh positif (positive reinforcer).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
reinforcement positif adalah suatu prosedur peningkatan tingkah laku seseorang
2
yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai kontrol terhadap tingkah laku yang
diinginkan berdasarkan respon yang diberikan orang tersebut atas suatu stimulus.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reinforcement Positif
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif,
diantaranya sebagai berikut.
a) Memilih perilaku yang akan ditingkatkan
Perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal
ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari
perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku
kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.
b) Memilih reinforcer
Berbeda individu, kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda.
Ada juga reinforcer yang merupakan reinforcer bagi semua orang.
c) Membangun pelaksanaan
Makin lama periode deprivasi, maka reinforcer akan makin efektif.
Deprivasi adalah selang waktu training sebelumnya, di mana individu tidak
menerima reinforcer.
d) Ukuran reinforcer
Ukuran atau jumlah reinforcer merupakan ukuran yang penting dalam
efektivitas reinforcer. Jumlah reinforcer cukup untuk menguatkan perilaku
yang ingin ditingkatkan, namun jangan berlebihan untuk menghindari
satiasi.
e) Pemberian reinforcer
Reinforcer harus diberikan segera setelah perilaku muncul. Ada dua
macam prinsip, yaitu the direct acting effect dan the indirect acting effect.
f) Penggunaan aturan
Instruksi dapat memfasilitasi perubahan perilaku dalam beberapa cara
yaitu: instruksi akan mempercepat proses belajar individu yang mengerti,
instruksi dapat mempengaruhi individu untuk berusaha bagi reinforcement
yang ditunda, dan dapat membantu mengajar individu (seperti anak kecil
atau orang yang mengalami hambatan perkembangan) untuk mengikuti
instruksi.
3
g) Contingent vs Noncontingent Reinforcement
Reinforcement contingent : reinforcer tergantung pada perilaku.
Reinforcement noncontingent : reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan
tidak tergantung pada perilaku
h) Memindahkan individu dari program dan menggantinya dengan
reinforcement yang natural
Setelah ada penguatan perilaku melalui penggunaan reinforcement
positif, ada kemungkinan bagi reinforcer dari lingkungan alami individu
untuk mengambil alih pemeliharaan perilaku tersebut.
2. Penerapan Schedule Reinforcement
Reinforcement sangat penting dalam perilaku operan, sehingga diperlukan
jadwal pemberian reinforcement. Schedule of reinforcement menurut Chaplin
(2006) merupakan satu program yang menentukan kapan subjek akan diperkuat,
baik berkenaan dengan interval waktu maupun dengan jumlah reaksi yang
dilakukannya. Terdapat beberapa jenis jadwal pemberian reinforcement, antara
lain sebagai berikut.
a) Continous Reinforcement Schedule : pemberian reinforcement segera
setelah munculnya setiap respon yang diharapkan (pola penguatan
berkesinambungan).
b) Intermittent Reinforcement Schedule : penguatan yang tidak diberikan
berkesinambungan.
1) Ratio Schedule
Ratio schedules adalah reinforcement diberikan setelah muncul sejumlah
respon tertentu (yang sudah ditetapkan lebih dulu). Pada Ratio schedules ini
dibedakan menjadi dua, yaitu Fixed Ratio serta Variable Ratio. Fixed-ratio
schedule merupakan reinforcement diberikan setelah munculnya sejumlah
respon dari subjek. Sedangkan Variable-ratio schedule yaitu pemberian
reinforcement didasarkan pada rata-rata jumlah respon antar reinforcement,
tetapi ada variabilitas besar di sekitar rata-rata tersebut, contoh : mesin judi.
2) Interval Schedule
Interval schedules merupakan reinforcement yang diberikan setelah
beberapa waktu tertentu yang telah lalu. Interval schedules dibedakan
4
menjadi dua macam yaitu, Fixed Interval dan Variable Interval. Fixed-
interval schedule merupakan pemberian reinforcement pada interval waktu
tertentu (after a fixed amount of time), contoh : setiap semester ada UAS .
Sedangkan Variable-interval schedule yaitu reinforcement diberikan pada
interval yang bervariasi (a random/variable time schedule, Contoh: sesorang
memancing ikan, kadang cepat dapat, kadang lama baru dapat.
3) Concurent Schedule of Reinforcement
Dalam concurrent schedule ini ada dua atau lebih pilihan jadwal
pemberian reinforsemen yang aktif secara bersamaan, sehingga subjek dapat
memilih salah satu.
C. Reinforcement Negatif
Reinforcement negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau
dihilangkan.
Skinner mengembangkan prinsip belajar yang terdiri dari beberapa poin,
diantaranya sebagai berikut.
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
5
Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
1. Contoh Sehari-hari Reinforcement Negatif
a) Contoh Satu: Mematikan lampu pada waktu malam (Iwata & Smith,
2007).
Demi argumen kita akan mengatakan Anda ingin lampu mati pada malam
hari sehingga Anda bisa tidur. Dengan mematikan lampu Anda mengeluarkannya
atau "mengurangi" itu. Cahaya sudah hadir sebelum Anda menekan tombol untuk
mematikannya dan setelah Anda menekan tombol lampu itu hilang. Ini
penghapusan cahaya adalah sesuatu yang Anda inginkan dan sehingga Anda lebih
mungkin untuk menekan tombol lampu pada malam hari di masa depan.
Perilaku Anda menekan saklar negatif diperkuat oleh penghapusan cahaya.
Ingatlah bahwa ketika ada sesuatu yang diambil (cahaya) sebagai akibat dari
perilaku Anda (menekan tombol lampu) dan dibawa pergi akan membawa Anda
untuk terlibat dalam perilaku itu lagi (menekan tombol lampu setiap kali Anda
pergi ke tempat tidur) maka penguatan negatif telah terjadi.
Tabel 1. Cahaya akan dihapus setelah perilaku menekan tombol lampu yang
mengarah ke penguatan negatif
b) Contoh Dua: Menggunakan penutup telinga untuk menghilangkan suara
yang mengganggu.
Mary suami Mike kadang-kadang mendengkur pada malam hari dan dia
tidak bisa tidur melalui itu ketika dia melakukannya. Ketika Maria dibangunkan
oleh Mike mendengkur dia telah belajar bahwa menempatkan di blok penyumbat
telinga kebisingan dan dia tidak dapat lagi mendengar nya mendengkur. Setiap
6
kali ia sekarang mendengkur ia menempatkan di penyumbat telinga - sehingga ada
peningkatan dalam perilaku meletakkan di penyumbat telinga.
Sebelum Mary memasukkan penyumbat telinga nya, ada stimulus
permusuhan hadir - Mike mendengkur - penyumbat telinga ini kemudian diblokir
stimulus ini (mendengkur) atau Anda bisa mengatakan itu dihapus. Penggunaan
Maria penyumbat telinga telah diperkuat karena mereka menghapus stimulus
permusuhan dan sebagainya penguatan negatif telah terjadi.
Tabel 2. Suara mendengkur dihapus setelah ia menempatkan penyumbat
telinga dalam memimpin untuk penguatan negatif
2. Penguatan Negatif Bukanlah Hal Negatif
Ini keyakinan bahwa penguatan negatif adalah hal yang buruk dapat
dimengerti mengingat kata "negatif" yang digunakan, hal ini telah menyebabkan
istilah yang sangat disalahpahami (Cooper, et al 2008).
a) Kesalahpahaman No.1
Penguatan negatif adalah kebalikan dari penguatan positif. Karena
penguatan positif berarti "hadiah" maka penguatan negatif berarti "hukuman".
Memang benar bahwa penguatan positif sering hanya disebut "reward" tetapi juga
mungkin untuk mengatakan bahwa penguatan negatif "hadiah" untuk terlibat
dalam perilaku. Sebuah contoh dasar tentang bagaimana negatif perkuatan
menguntungkan dapat dilihat dengan bagaimana seorang mahasiswa
menghilangkan beberapa "bau badan" dengan mengambil mandi.
Ini mahasiswa, Steve, tidak memiliki mandi di sekitar satu bulan dan
sekarang pemberitahuan dia mulai mengeluarkan bau yang cukup mengerikan.
Bau ini kini menjadi musuhnya sehingga ia memutuskan untuk mandi. Setelah
7
mandi bau itu hilang sehingga perilakunya memiliki mandi itu negatif diperkuat
dengan penghapusan bau.
Tabel 3. Mengambil mandi untuk menghilangkan bau adalah contoh
penguatan negatif
Dalam contoh di atas, bau sudah hadir sehingga ia kemudian mengambil
mandi yang membuat bau pergi, karena kamar mandi menyingkirkan bau ada
kemungkinan peningkatan bahwa ia akan mengambil mandi lagi ketika ia perlu
menyingkirkan nya bau badan di masa depan.
Penguatan positif, di sisi lain, adalah ketika sesuatu yang belum ada di
lingkungan ditambahkan ketika seseorang terlibat dalam perilaku dan perilaku
yang menyebabkan penambahan ini juga akan meningkat (Cooper, Heron, &
Heward, 2007).
Melanjutkan dengan mandi Steve, ketika ia melangkah ke kamar mandi
tidak ada air yang keluar dari kepala pancuran, ia kemudian menyalakan keran air
panas (kran) dan air keluar. Dalam kasus ini, perilakunya menyalakan keran air
panas itu positif diperkuat dengan penambahan air panas.
8
Tabel 4. Sebuah perbandingan dasar penguatan bagaimana positif dan
negatif yang berbeda
Jadi, di sini dapat dilihat bagaimana sekarang baik penguatan positif dan
negatif yang "menguntungkan" atau dengan cara lain, bagaimana hasil dari kedua
bentuk penguatan yang menguntungkan. Menghapus bau yang tidak diinginkan
terjadi melalui penguatan negatif dan ini adalah hasil yang baik bagi siswa karena
ia ingin bau hilang, dia tidak dihukum karena memiliki pancuran.
Penting untuk diingat bahwa hasil (konsekuensi) dari penguatan positif dan
negatif yang menguntungkan dan sehingga perilaku yang mengarah ke penguatan
yang lebih mungkin terjadi lagi di masa depan. Sebaliknya, hukuman terjadi
ketika hasil dari terlibat dalam perilaku yang tidak menguntungkan dan sehingga
perilaku yang menyebabkan hukuman akan mengurangi di masa depan. Misalnya,
jika Anda meletakkan tangan Anda di dalam api dan terbakar Anda tidak mungkin
untuk melakukannya lagi di masa depan, sehingga tidak akan ada peningkatan
dalam jenis perilaku.
9
Tabel 5. Hasil dari Penguatan Positif dan Negatif
Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil dari penguatan positif
dan negative adalah menguntungkan (yaitu yang baik). Perilaku yang
menyebabkan kedua bentuk penguatan akan meningkat.
b) Kesalahpahaman No.2
Penguatan negatif adalah ketika seseorang terlibat dalam perilaku
"negatif" atau "buruk" dan mendapatkan sesuatu dari itu. Contoh lain yang
terbaik mungkin menghilangkan satu ini juga. Orang tua dan anak berbelanja.
Ketika mereka melewati bagian manis anak meraih tas besar permen dan
melemparkan mereka ke dalam troli. Orangtua membawa mereka keluar dan
memberitahu anak untuk menempatkan mereka kembali. Anak jepit di tanah dan
mulai berteriak karena dia ingin permen. Orangtua tahu bahwa orang lain menatap
mereka. Orangtua menyerah dan menghentikan amukan anak dengan memberinya
permen.
Perilaku anak ini bisa disebut "negatif" dan karena itu mungkin tampak
seperti tantrum (perilaku) yang negatif diperkuat dengan permen. Namun,
perilakunya benar-benar positif diperkuat karena ia diberi permen!
Ingat bahwa penguatan positif adalah ketika perilaku Anda mendapatkan
sesuatu yang Anda inginkan tapi itu belum hadir. Anak itu tidak memiliki permen
sehingga ia melemparkan mengamuk (perilaku) dan tantrum ini punya dia
permen. Penguatan negatif adalah ketika sesuatu yang sudah ada diambil sebagai
akibat dari perilaku dan penghapusan itu adalah sesuatu yang Anda inginkan
(ingat bau Steve?).
Dalam contoh ini itu sebenarnya perilaku orang tua yang negatif diperkuat.
Orangtua tidak seperti mengamuk atau perhatian itu membawa (menciptakan
10
situasi permusuhan bagi orangtua). Situasi aversif hadir sebelum orangtua
mengizinkan anak untuk memiliki permen. Setelah perilaku orang tua
(memberinya permen) anak itu berhenti mengamuk dan sehingga situasi
permusuhan pergi (dihapus). Oleh karena itu perilaku orangtua yang negatif
diperkuat.
Tabel 6. Tantrum anak hilang karena permen
3. Escape (Melarikan Diri)
Rangsangan permusuhan (bau misalnya, tantrum bising, mendengkur)
umumnya menciptakan keinginan untuk menjauh dari mereka, yaitu melarikan
diri. Biasanya, yang "melarikan diri" berkaitan dengan orang yang meninggalkan
situasi permusuhan, seperti melarikan diri dari penjara. Namun, istilah ini juga
digunakan dalam kaitannya dengan penghapusan stimulus tidak menyenangkan
itu sendiri sementara Anda tinggal di mana Anda berada.
Pikirkan contoh bau. Anda tidak berjalan menjauh dari bau dan
meninggalkannya di belakang Anda. Sebaliknya Anda terjebak dengan itu sampai
Anda mengambil mandi tapi perilaku mandi masih upaya untuk melarikan diri
dari stimulus aversif.
11
Sangat penting untuk dicatat bahwa ada perbedaan antara perilaku
melarikan diri dan perilaku menghindar (Miltenberger, 2008). Melarikan diri
terjadi ketika perilaku menghapus stimulus permusuhan yang sudah hadir
sementara menghindari mencegah stimulus tidak menyenangkan dari terjadi di
tempat pertama. Catat bahwa baik melarikan diri dan perilaku menghindar masih
dipertahankan oleh penguatan negatif (Iwata & Smith, 2007).
Misalnya, bau yang sudah ada sehingga Anda kemudian memutuskan untuk
mandi yang merupakan "melarikan diri". Penghindaran terjadi ketika perilaku
mencegah stimulus tidak menyenangkan dari "terjadi" di tempat pertama. Jadi jika
Anda tahu Anda mulai mencium dari tidak mandi maka perilaku Anda mandi
cenderung meningkat untuk mencegah bau terjadi dan ini akan menjadi
"menghindari". Perbedaan bermuara pada apakah perilaku menghilangkan
stimulus permusuhan yang sudah ada (escape ) atau mencegah terjadinya stimulus
tidak menyenangkan (penghindaran).
Contoh lain bisa ketika Anda berjalan di luar dan silau matahari sakit mata
Anda. Karena silau Anda memutuskan untuk kemudian mengenakan kacamata
hitam untuk melarikan diri dari itu tetapi jika Anda meletakkan kacamata matahari
sebelum Anda pergi ke luar di bawah sinar matahari maka ini akan menghindari
rasa sakit di tempat pertama. Dalam kedua kasus, penguatan negatif
mempertahankan perilaku mengenakan kacamata matahari karena menghilangkan
silau matahari.
12
Tabel 7. Perbedaan Melarikan Diri dengan Penghindaran
4. Penggunaan Istilah Positif-Negatif
Secara teknis, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa ketika terjadi
penguatan negatif maka penguatan positif juga terjadi dan sebaliknya. Ambil
contoh mematikan lampu di malam hari. Jika Anda melihatnya dari perspektif
mengeluarkan cahaya maka penguatan negatif telah terjadi.
Namun, jika Anda melihatnya dari perspektif menambahkan kegelapan
maka penguatan positif telah terjadi. Perilaku dalam kedua kasus adalah sama
(menekan tombol lampu) dan hasil yang sama juga (cahaya dan kegelapan
dihapus ditambahkan) itu hanya tergantung pada bagaimana Anda melihatnya.
13
Tabel 8. Hakikat Sama pada Perspektif Berbeda
Ketika penguatan negatif terjadi, penguatan positif juga terjadi. Menekan
tombol lampu menambah gelap tetapi juga menghilangkan cahaya - itu hanya
tergantung pada bagaimana Anda melihatnya.
14
Daftar Pustaka
Chaplin, J. P. (2006). Terjemahan: Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Cooper, J., Heron, T., & Heward, W. (2007). Terapan Analisis Perilaku. New
Jersey: Pearson Education.
Corey,Gerald,1999, Teori dan Praktek konseling dan Psikoterapi, Bandung:
Refika Aditama.
Devlin, S., Pemimpin, G., & Healy, O. (2007). Perbandingan intervensi perilaku
dan sensorik integrasi terapi dalam pengobatan diri-perilaku yang
merugikan. Penelitian di Gangguan Autism Spectrum, 3, 223-231. DOI:
10.1016/j.rasd.2008.06.004
Fadilah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana.
Iwata, B. & Smith, R. (2008). Penguatan negatif. Dalam J. Cooper, T. Heron, &
Heward, W. (Eds.), Terapan Analisis Perilaku (hal. 291-303). New Jersey:
Pearson Education.
Komalasari, G. et al. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks
Michael, J. (1975). Positif dan negatif penguatan, perbedaan yang tidak lagi
diperlukan, atau cara yang lebih baik untuk berbicara tentang hal-hal buruk
Behaviorisme, 3, 33-44..
Miltenberger, R. (2008). Perilaku Modifikasi. Belmont, CA. Wadsworth
Publishing.
Sadmoko, Heti Rahmawati. 2010. Modifikasi Perilaku.
Santrock, W. John. 2002. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga
15