referat mm

Upload: ayudya-septarizky

Post on 11-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Referat Mm

    1/33

    REFERAT

    MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT

    (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM

    DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA

    Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

    Ilmu Radiologi di RSUD Salatiga

    Disusun Oleh:

    Ayudya Septarizky

    20070310082

    Diajukan Kepada Yth:

    dr. Achmad Kardinto, Sp. Rad.

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    RSUD SALATIGA

    1

  • 7/23/2019 Referat Mm

    2/33

    2012

    2

  • 7/23/2019 Referat Mm

    3/33

    Halaman Pengesahan

    Telah diajukan dan disahkan, referat dengan judul

    MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT

    (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM

    DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA

    Disusun Oleh:

    Nama : Ayudya Septarizky

    NIM : 20070310082

    Telah dipresentasikan

    Hari/ Tanggal : Agustus 2012

    Disahkan Oleh:

    Dosen Pembimbing,

    dr. Achmad Kardinto, Sp. Rad.

    ii

  • 7/23/2019 Referat Mm

    4/33

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur, alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan tugas referat

    dengan judul MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT

    (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM

    DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA . Penulisan

    referat ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat untuk mengikuti

    kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Rumah Sakit Umum Daerah

    Kota Salatiga.

    Dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan ucapan terima kasih

    kepada :

    1. Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat, yang tak terhingga

    sehingga penulis mampu menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik,

    serta junjungan Nabi Muhammad SAW.

    2. dr. Ardi Pramono, Sp. An selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

    3. dr. Achmad Kardinto, Sp.Rad., dosen kepaniteraan klinik Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY di RSUD Salatiga yang telah

    membimbing penulis selama menjalani Ko-assisten di Bagian Ilmu

    Radiologi RSUD Salatiga.

    4. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa dan semangatnya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini pada waktunya.

    5. Teman-teman Ko-assisten FKIK UMY, terutama bagian Ilmu Radiologi

    yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

    iii

  • 7/23/2019 Referat Mm

    5/33

    Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu kedokteran

    walaupun dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan

    pengetahuan penulis. Akhirnya, sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun

    demi kesempurnaan referat ini.

    Salatiga, Agustus 2012

    Penulis

    iv

  • 7/23/2019 Referat Mm

    6/33

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR............................................................................................... iii

    DAFTAR ISI............................................................................................................. v

    BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

    A. Latar Belakang.............................................................................................1

    B. Perumusan Masalah.....................................................................................2

    C. Tujuan Penulisan Referat............................................................................2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3

    MULTIPEL MYELOMA

    1. Definisi......................................................................................3

    2. Epidemiologi..............................................................................4

    3. Patofisiologi...............................................................................6

    4. Etiologi......................................................................................7

    5. Faktor Resiko............................................................................8

    6. Stadium.....................................................................9

    7. Diagnosis.................................................................................11

    v

  • 7/23/2019 Referat Mm

    7/33

    8. Pencegahan..............................................................................12

    9. Penatalaksanaan.......................................................................13

    10. Prognosis.................................................................................15

    BAB III PEMBAHASAN......................................................................................... 18

    BAB IV KESIMPULAN...................................................................22

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

    vi

  • 7/23/2019 Referat Mm

    8/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Multiple Myeloma (MM) adalah suatu keganasan yang melemahkan,

    yang merupakan bagian dari spectrum penyakit dari monoclonal gammopathy

    of unknown significance (MGUS) hingga leukemia sel plasma. Pertama kali

    dideskripsikan pada tahun 1848, MM digambarkan sebagai proliferasi sel

    plasma ganas dan produksi yang berlebihan dari paraprotein monoclonal

    (protein M). Gambaran menarik dari MM adalah bahwa sel pembentuk

    antibody (contoh: sel plasma) menjadi ganas dan oleh karenanya dapat

    menyebabkan manifestasi yang tidak biasa.

    American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 20.580 kasus

    baru MM (11.680 pada pria dan 8.900 pada wanita) akan terdiagnosis selama

    tahun 2009. Di Amerika Serikat, resiko selama hidup untuk menderita MM

    adalah 1 dari 161 (0,62%). Sekitar 10.580 orang Amerika (5.640 pria dan

    4940 wanita) diduga akan meninggal karena MM di tahun 2008.

    Sulit untuk mendiagnosis MM secara dini. Seringkali MM tidak

    menunjukkan gejala hingga akhirnya sampai pada stadium lanjut. Pada

    beberapa kasus, MM menunjukkan gejala yang samar sehingga pada awalnya

    terlihat disebabkan oleh penyakit lain. Oleh karenanya dibutuhkan alat

    diagnostik yang mampu mendeteksi MM secara dini dan akurat sehingga

    memudahkan dalam penatalaksanaannya dan memperbaiki prognosisnya.

    B. RUMUSAN MASALAH

    1

    http://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overview
  • 7/23/2019 Referat Mm

    9/33

    1. Apakah metode diagnostik paling akurat dalam mendeteksi Multiple

    Myeloma saat ini?

    2. Dengan metode diagnostic apakah stadium penyakit Multiple

    Myeloma dapat ditegakkan?

    C. TUJUAN PENULISAN REFERAT

    Melalui penulisan referat ini penulis memiliki tujuan untuk

    mengetahui metode terbaik dalam menegakkan diagnosis Multiple Myeloma

    secara dini sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang adekuat yang

    nantinya akan dapat memperbaiki prognosisnya, memonitor perjalanan

    penyakit dan responnya terhadap terapi, dan juga mengevaluasi terapi yang

    telah diberikan.

    2

  • 7/23/2019 Referat Mm

    10/33

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    MULTIPLE MYELOMA

    1. Definisi

    Multiple Myeloma (MM) adalah kanker yang dibentuk oleh sel plasma

    yang ganas. Normalnya, sel plasma ditemukan di dalam sumsum tulang dan

    merupakan bagian penting dari system imun. Sistem imun terdiri atas

    berbagai macam sel yang bekerja bersama untuk melawan infeksi dan

    penyakit-penyakit lain. Limfosit adalah sel utama dalam system imun. Ada 2

    macam limfosit utama, yaitu sel T dan sel B.

    Saat sel B berespon terhadap infeksi, sel-sel ini akan mature dan

    berubah menjadi sel plasma. Sel plasma membentuk antibody

    (immunoglobulin) yang membantu melawan dan membunuh kuman. Sel

    plasma ditemukan terutama di sumsum tulang.

    Bila sel plasma menjadi ganas dan tumbuh tak terkontrol, sel-sel ini

    akan memproduksi suatu tumor yang disebut plasmasitoma Tumor ini

    biasanya berkembang di dalam tulang, namun juga jarang ditemukan di

    jaringan lain. Bila hanya ada satu tumor sel plasma, disebut dengan isolated

    (atau soliter) plasmasitoma. Namun bila terdapat lebih dari satu tumor sel

    plasma, disebut dengan multiple myeloma.

    2. Epidemiologi

    3

  • 7/23/2019 Referat Mm

    11/33

    Multiple myeloma merupakan kanker yang relative jarang.Di Amerika

    Serikat, resiko seumur hidup untuk menderita MM adalah 1 per 159 (0,63%).

    American Cancer Society baru-baru ini memperkirakan kejadian MM di

    Amerika Serikat di tahun 2012:

    Sekitar 21.700 kasus baru akan terdiagnosa (12.190 pada pria dan

    9.510 pada wanita).

    Sekitar 10.710 kematian diperkirakan terjadi (6.020 pada pria dan

    4690 pada wanita)

    Angka bertahan hidup selama 5 tahun pada MM berkisar antara 40%.

    Angka kemungkinan hidup lebih tinggi pada orang yang lebih muda dan

    rendah pada orang tua. Tentu saja angka tersebut bergantung pada diagnosis

    dan telah mendapat terapi inisial lebih dari 5 tahun yang lalu.

    3. Patofisiologi

    Pada MM, pertumbuhan yang berlebihan dari sel plasma dalam

    sumsum tulang dapat mendesak sel-sel pembentuk darah normal,mengakibatkan jumlah sel darah menjadi rendah. Hal ini dapat menyebabkan

    anemia, yang secara klinis berupa pucat, lemah dan kelelahan.

    MM juga dapat menyebabkan kadar platelet dalam darah turun

    ( trombositopeni), yang dapat menyebabkan perdarahan dan memar. SElain

    itu juga dapat terjadi leucopenia, yang berujung pada masalah dalam melawan

    infeksi.

    Tulang secara konstan diperbaharui untuk menjaga agar tetap kuat. Sel

    yang membentuk tulang disebut osteoblas dan yang menghancurkan tulang

    disebut osteoklas. Sel Myeloma memproduksi substansi yang memerintahkan

    osteoklas untuk menghancurkan tulang dengan cepat. Sedangkan osteoblas

    tidak mendapatkan sinyal untuk membentuk tulang baru, tulang yang telah tua

    4

  • 7/23/2019 Referat Mm

    12/33

    hancur tanpa dapat digantikan oleh tulang baru. Ini akan membuat tulang-

    tulang menjadi lemah dan mudah patah. Patah tulang fraktur merupakan

    masalah utama pada orang dengan MM.

    Pada MM, sel-sel myeloma mendesak sel plasma yang normal,

    sehingga antibody untuk melawan infeksi tidak dapat terbentuk. Antibody

    yang dibentuk oleh sel myeloma tidak dapat membantu melawan infeksi,

    karena sel myeloma hanyalah kopian dari sel plasma yang sama, sehingga

    membentuk antibody yang sama pula (monoclonal).

    Antibodi yang dibentuk oleh sel myeloma dapat membahayakan

    ginjal. Ini dapat mendorong pada kerusakan dan bahkan kegagalan ginjal.

    Kopian dari antibody yang sama disebut dengan monoclonal gammopathy.

    Keadaan ini dapat diketahui dari pemeriksaan darah.Namun memiliki

    monoclonal gammopathy bukan berarti menderita MM, karena dapat juga

    muncul pada penyakit-penyakit lain seperti Waldenstrom macroglobinemia

    dan light chain amyloidosis. Beberapa orang juga memiliki monoclonal

    gammopathy namun tidak menyebabkan masalah seperti pada MM. Kondisi

    ini disebut dengan Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significance

    (MGUS).

    Monoclonal gammopathy of undetermined significance

    Pada MGUS, sel plasma abnormal memproduksi protein monoclonal

    antibody dan jumlah berlebih. Bagaimanapun, sel plasma ini tidak membentuk

    tumor ataupun massa dan tidak menyebabkan maslah-masalah seprti yang

    terjadi pada MM. MGUS biasanya tidak mengganggu kesehatan seseorang.

    Khususnya tidak membuat tulang menjadi lemah, level kalsium tinggi,

    masalah ginjal ataupun jumlah sel darah yang turun.

    Pasien dengan MGUS tidak membutuhkan terapi, namun harus

    diamati apabila mereka menderita penyakit yang perlu ditangani seperti MM.

    5

  • 7/23/2019 Referat Mm

    13/33

    Baru-baru ini, para peneliti telah mempelajari gen-gen sel plasma pada

    pasien dengan MGUS. Mereka menemukan bahwa gen pembentuk sel plasma

    jenis ini membentuk sel plasma myeloma lebih banyak dari sel plasma

    normal. Ini menunjukkan bahwa sel-sel ini sebenarnya ganas, hanya saja

    tumbuh dengan lambat.

    Solitary plasmacytomas

    Ini adalah jenis lain dari pertumbuhan abnormal sel plasma.

    Dibandingkan dengan beberapa tumor di lokasi berbeda seperti pada MM,

    pada sel ini hanya ada satu tumor, karena itu dinamai solitary plasmacytoma.

    Paling sering solitary plasmacytoma berkembang di dalam tulang,

    dimana disebut dengan isolated plasmacytoma of bone. Bila plasmacytoma

    bermula pada jaringan-jaringan lain (seperti paru-paru atau sinus, tenggorokan

    atau organ lain) disebut dengan ekstramedular plasmasitoma.

    4. Etiologi

    Penyebab pasti kebanyakan kasus MM masih belum diketahui. Namun

    telah diketahui bagaimana perubahan DNA dapat emnyebabkan sel plasma

    menjadi ganas. Kanker dapat disebabkan oleh kesalahan atau defek pada

    DNA, disebut dengan mutasi, yang dapat mengaktifkan onkogen atau

    menonaktifkan tumor suppressor gene.

    Studi baru-baru ini menemukan bahwa abnormalitas dari beberapa

    onkogen (seperti c-myc) berkembang pada awal terbentuknya tumor sel

    plasma. Perubahan pada onkogen lain (N-ras dan K-ras) lebih banyak

    ditemukan pada myeloma setelah dilakukan terapi pada sumsum tulang, dan

    perubahan pada tumor supresor gen (seperti p53) berhubungan dengan

    metastasisnya ke organ lain.

    6

  • 7/23/2019 Referat Mm

    14/33

    Para peneliti telah menemukan bahwa pasien dengan tumor sel plasma

    memiliki abnormalitas pada sel-sel sumsum tulang lain dan abnormalitas ini

    juga dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari sel plasma. Sel

    tertentu pada sumsum tulang yang disebut dengan sel dendritik melepaskan

    hormone yang disebut dengan interleukin-6 (IL-6), yang menstimulasi sel

    plasma normal untuk tumbuh. Produksi IL-6 yang berlebihan menjadi factor

    penting dalam perkembangan tumor sel plasma.

    5. Faktor Resiko

    Para ilmuwan telah menemukan beberapa factor resiko yang dapat

    mempengaruhi peluang seseorang terkena MM.

    Umur

    Resiko dari MM bertambah sesuai umur. Kurang dari 1% kasus didiagnosa

    pada orang yang lebih muda dari 35 tahun. Kebanyakan orang didiagnosa

    kanker ini sudah lebih dari 65 tahun.

    Jenis kelamin

    Pria lebih beresiko terkenan MM dibandingkan wanita.

    Ras

    MM hampir 2 kali lebih sering terjadi pada orang Amerika kulit hitam

    dibanding orang Amerika kulit putih.

    Radiasi

    Paparan terhadap radiasi dapat meningkatkan resiko MM.

    Riwayat Keluarga

    MM dapat menurun pada beberapa keluarga. Seseorang yang memiliki

    saudara kandung atau orangtua dengan myeloma beresiko 4 kali lebih besar

    untuk terkena MM.

    Lingkungan Kerja

    7

  • 7/23/2019 Referat Mm

    15/33

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja di industry yang

    berhubungan dengan petroleum mungkin memiliki resiko yang lebih besar.

    Obesitas

    Studi dari American Cancer Society menemukan bahwa kelebihan berat badan

    atau obes memiliki resiko lebih besar untuk terkena MM.

    Penyakit Sel Plasma Lain

    Banyak orang dengan monoclonal gammopathy of undetermined significance

    (MGUS) atau solitary plasmacytoma akan berkembang menjadi MM.

    6. Stadium

    MM dapat didiagnosis menggunakan system Durie-Salmon. Meskipun

    beberapan dokter menggunakan system ini, nilainya menjadi terbatas

    dikarenakan oleh adanya metode-metode dignostik yang lebih baru. Baru-baru

    ini system penentuan stadium yang disebut dengan International Staging

    System forMultiple Myeloma telah ditemukan. Ini bergantung terutama pada

    level albumin dan beta-2- microglobulin dalam darah. Faktor-faktor lain yang

    munfgkin penting adalah fungsi, jumlah platelet dan umur pasien.

    The Durie-Salmon staging system

    Sistem ini berdasarkan atas :

    Jumlah monoclonal globulin yang abnormal dalam darah atau urin:

    Banyaknya monoclonal immunoglobulin mengindikasikan

    banyaknya sel plasma ganas yang ada dan memproduksi protei

    abnormal. Jumlah kalsium dalam darah : tingginya kalsium dalam darah

    berhubungan dengan kerusakan tulang yang lanjut.

    8

  • 7/23/2019 Referat Mm

    16/33

    Tingkat kerusakan tulnag berdasarkan x-ray : area multiple dari

    kerusakan tulang yang terlihat dari x-ray mengindikasikan stadium

    lanjut dari MM.

    Kadar hemoglobin dalam darah : kadar hemoglobin yang rendah

    mengindikasikan bahwa sel myeloma menempati banyak sumsum

    tulang dan tidak ada cukup ruang yang tersisa untuk sel sumsum

    tulang yang normal yang memproduksi sel-sel darah merah.

    Sistem ini menggunakan factor-faktor di atas untuk membagi

    myeloma dalam 3 stadium:

    Stage I

    Terdapatnya sel-sel myeloma yang relative sedikit. Ditemukan

    gambaran seperti tersebut:

    Kadar Hb sedikit di bawah normal (masih di atas 10 g/dl)

    X-ray tulang tampak normal atau hanya ada 1 area kerusakan

    tulang

    Kadar kalsium dalam darah normal (< 12 mg/dL)

    Monoclonal immunoglobulin dlm darah atau urin relative

    sedikit

    Stage II

    Sel-sel myeloma terdapat dalam jumlah sedang. Gambarannya di

    antara stage I dan stage III.

    Stage III

    Sel-sel myeloma ditemukan dalam jumlah besar. Satu atau lebih

    gambaran berikut harus ada:

    Kadar Hb rendah ( 12 mg/dL)

    3 atau lebih area dengan kerusakan tulang

    9

  • 7/23/2019 Referat Mm

    17/33

    Monoklonal immunoglobulin dengan jumlah besar dalam darah

    atau urin.

    The International Staging System

    Sistem ini membagi myeloma dalam 3 stadium berdasarkan beta-2-

    microglobulin dan kadar albumin serum.

    Stage I

    Beta-2-microglobulin serum < 3,5 mg/dL dan kadar albumin >3,5 g/L.

    Stage II

    Kadar beta-2-microglobulin antara 3,5 dan 5,5 (dengan

    berapapun kadar albumin), atau

    Kadar albumin < 3,5 sedangkan beta-2-microglobulin 5,5.

    7. Diagnosis

    Gejala dan Tanda

    Meskipun beberapa pasien dengan MM tidak mengalami gejala

    apapun, namun gejala dan tanda yang sering ditemukan berhubungan

    dengan MM meliputi:

    Masalah tulang kelemahan tulang seringkali menimbulkan

    nyeri. Seringkali nyeri di bagian punggung, pinggul dan

    kepala. Kadang tulang dpaat patah hanya dengan cedera minor.

    Anemia akan menimbulkan gejala seperti kelemahan, napas

    pendek, pusing. Leukopenia menyebabkan kurang resisten

    10

  • 7/23/2019 Referat Mm

    18/33

    terhadap infeksi seperti pneumonia. Trombositopeni

    menyebabkan cedera minor, teriris dan memar dapat menjadi

    perdaraan serius.

    Kadar kalsium tinggi gejalanya meliputi haus, minum

    banyak air, banyak kencing. Hal ini dapat mnyebabkan

    dehidrasi bahkan gagal ginjal. Kalsium yang tinggi juga dapat

    menyebabkan konstipasi dan kehilangan selera makan. Bila

    kadarnya cukup tinggi dapat terjatuh dalam keadaan koma.

    Sistem saraf dapat mengalami nyeri mendadak, kesemutan,

    dan/atau kelemahan otot. Penurunan aliran darah otak karena

    hiperviskositas darah yang disebabkan oleh protein-protein

    myeloma menyebabkan kebingungan, pusing dan gejala yang

    menyerupai stroke.

    Ginjal protein myeloma dapat merusak ginjal. Gejalanya

    antara lain kelemahan dan bengkak pada tungkai

    Infeksi pasien dengan MM beresiko 15 kali lebih sering

    terkenan infeksi. Pneumonia merupakan infeksi serius dan

    tersering pada pasien MM.

    Pemeriksaan Laborat

    Blood count pada pasien MM sel-sel darah akan turun.

    11

  • 7/23/2019 Referat Mm

    19/33

    Imunoglobuli kuantitatif pada MM kadar tiap jenis

    immunoglobulin dapat tinggi dimana jenis immunoglobulin

    yang lain rendah.

    Elektroforesis

    Free Light Chain

    Beta-2-microglobulin kadar yang tinggi menunjukkan

    penyakit sudah lanjut dan prognosis buruk.

    Kimia darah kadar BUN, kreatinin, albumin, kalsium dan

    elektrolit. Kadar BUN dan kreatinin merupakan cerminan

    fungsi ginjal. Kadar albumin yang rendah berhubungan dengan

    myeloma stadium lanjut. Kalsium yang tinggi berhubungan

    dengan MM lanjut. Elektrolit seperti Na dan K dapat

    terpengaruh juga.

    Biopsi Sumsum Tulang

    Dokter menggunakan mikroskop untuk melihat jaringan

    sumsum tulang dan menilai tampilan, ukuran dan bentuk sel-selnya,

    bagaimana susunan sel-sel dan menentukan apakah terdapat sel-sel

    myeloma pada sumsum tulang dan berapa banyaknya. Jaringan yang

    teraspirasi dapat digunakan untuk tes lain seperti

    immunohistochemistry dan flow cytometry, dan analisa kromosom,

    termasuk karyotype dan fluorescent in situ hybridization (FISH).

    Biopsi seperti FNA atau core needle biopsy juga dapat dilakukan.

    12

  • 7/23/2019 Referat Mm

    20/33

    Imaging

    X-ray tulang kerusakan tulang yang disebbkan oleh sel-sel

    myeloma dapat dideteksi menggunakan x-ray. Seringkali

    digunakan x-ray serial yang mencakup sebagian besar tulang,

    disebut dengan bone survey atau skeletal survey.

    CT (Computed Tomography) adalah suatu prosedur x-ray

    yang menghasilkan gambar cross-sectional yang detail dari

    tubuh seseorang. Dapat memperlihatkan tulang yang rusak

    karena MM.

    MRI (Magnetic Resonance Imaging) MRI scan

    menggunakan gelombang radio dan medan magnetic kuat.

    Energi dari gelombang radio diserap dan kemudian dilepaskan

    dalam pola sesuai dengan jaringan maupun penyakit.

    Komputer mentranslasikan pola yang diterima dari gelombang

    radio ke dalam gambar yang sangat detail. Tidak hanya

    menghasilkan potongan cross-sectional seperti pada CT scan,

    13

  • 7/23/2019 Referat Mm

    21/33

    MRI juga dapat menghasilkan potongan yang parallel dengan

    panajng badan seseorang.

    MRI sangat berguna untuk melihat tulang, otak dan korda

    spinal. MRI mungkin dapat menemukan plasmasitoma yang

    tidak ditemukan pada x-ray. MRI juga dapat melihat sumsum

    tulang pasien dengan MM.

    PET (Positron Emission Tomography)pada pemeriksaan ini,

    glukosa radioaktif disuntikkan ke dalam pembuluh vena untuk

    mencari sel-sel kanker. Karena kanker menggunakan glukosa

    lebih cepat dari jaringan normal, maka diharapkan zat

    radioaktif tersebut terkonsentrasi pada kanker.

    14

  • 7/23/2019 Referat Mm

    22/33

    Di bawah ini adalah alur pemeriksaan suspected Multipel Myeloma yang

    terbaru dan telah direvisi tahun 2010.

    15

  • 7/23/2019 Referat Mm

    23/33

    8. Pencegahan

    Pada MM, tidak ada satu factor resiko pun yang diketahui

    bertanggungjawab atas timbulnya MM yang dapat dicegah. Dan pada orang

    dengan MGUS atau solitary plasmacytoma belum diketahui bagaimana cara

    mencegah berkembangnya penyakit menjadi MM.

    16

  • 7/23/2019 Referat Mm

    24/33

    9. Penatalaksanaan

    Kemoterapi dan obat-obatan

    Yaitu obat yang digunakan untuk menghancurkan dan

    mengontrol sel kanker. Berbagai macam obat digunakan untuk

    menatalaksana MM:

    Tradisional kemoterapi mephalan, vincristin,

    cyclophosphamide, carmustin dan doxorubicin. Kombinasi dari

    obat-obat ini lebih efektif dibandingkan hanya obat tunggal.

    Kadang dikombinasikan juga dengan kortikosteroid atau agen

    imunomodulator.

    Kortikosteroid merupakan bagian penting dalam terapi MM.

    Dapat digunakan sendiri ataupun dengan kombinasi.

    Kortikosteroid juga dapat mengatasi keluhan mual dan muntah

    yang disebabkan oleh efek samping kemoterapi lain. Obat yang

    sering digunakan pada MM adalah dexamethason dan

    prednison.

    Agen Imunomodulator thalidomide,lenalidomide

    Penghambat proteasome

    Efek samping kemoterapi : rambut rontok, sariawan,hilang nafsu

    makan,mual, muntah dan jumlah sel darah yang rendah.

    Radiasi

    17

  • 7/23/2019 Referat Mm

    25/33

    Tindakan bedah

    Terapi biologi

    Stem cell transplantation

    Plasmapheresis

    10. Prognosis

    International Staging System Median survival

    Stage I 62 bulan

    Stage II 44 bulan

    Stage III 29 bulan

    18

  • 7/23/2019 Referat Mm

    26/33

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Multipel Myeloma adalah suatu penyakit neoplasma sel B plasma yang

    dikarakteristikkan oleh infiltrasi sumsum tulang dan overproduksi monoclonal

    immunoglobulin. Merupakan sekitar 10% dari seluruh keganasan hematologi dan 1%

    dari seluruh kanker dengan insidensi yang terus meningkat, 4 dari 100.000 setiap

    tahunnya. MM terutama menyerang pasien pada decade ketujuh dan memiliki

    mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

    Pemeriksaan standar untuk MM termasuk hitung darah lengkap, biokimia

    serum, elektroforesis serum dan urin, gold standard untuk mendiagnosis : aspirasi dan

    biopsy sumsum tulang. Sistem penentuan stadium Durie/Salmon menggunakan

    skeletal survey sebagai satu-satunya criteria radiologi, yang diperkenalkan tahun

    1975. Sebagai usaha untuk menstandarisasi pendekatan terapi dan menentukan

    derajat penyakit seakurat mungkin, system staging Durie/Salmon PLUS telah

    diperkenalkan, terintegrasi dengan teknik imaging yang lebih sensitif dengan MRI,

    CT dan PET/CT ke dalam system klasifikasinya.

    19

  • 7/23/2019 Referat Mm

    27/33

    Penelitian yang dilakukan oleh Andre et al pada tahun 2007, membandingkan

    tingkat deteksi manifestasi multiple myeloma pada tulang antara whole-body MRI

    dengan whole-body MDCT (Multidetector CT) dan menilai akurasi penentuan

    stadium multiple myeloma. Subjek penelitian adalah 41 orang pasien yang secara

    pemeriksaan histologi dikonfirmasi sebagai penderita multiple myeloma diperiksa

    menggunakan protocol whole-body MDCT dan whole-body MRI dengan system 1,5-

    T.

    (a, b) Normal pattern of the bone marrow in 64-year-old man. (a) T1-weighted MR image showshyperintense signal, and (b) T2-weighted MR image shows hypointense signal, compared withthe intervertebral disk. (c, d) Severe diffuse infi ltration of the bone marrow by MM in another64-year-old man. (c) T1-weighted MR image shows distinct decreased signal intensity (arrow),and (d) T2-weighted MR image shows increased signal intensity (arrow), both of which can be

    clearly recognized. Focal lesion in the third lumbar vertebral body can be detected on T2-weighted image.

    Keseluruhan skeletal dibagi menjadi 61 regio tiap-tiap pasien. Evaluasinya

    dilakukan dengan pembacaan hasil oleh 2 orang radiologist, tanpa mengetahui

    riwayat pasien. Evaluasi dilakukan terpisah bagi masing-masing metode pemeriksaan.

    20

  • 7/23/2019 Referat Mm

    28/33

    Pasien yang diperiksa dengan MRI dan MDCT secara terpisah ditentukan stadiumnya

    menggunakan system staging Durie/Salmon PLUS.

    Di bawah ini table mengenai keterlibatan region anatomic pada pasien yang

    secara histology menderita MM dan penentuan stadium dengan menggunakan MRI

    dan MDCT.

    21

  • 7/23/2019 Referat Mm

    29/33

    Pada MRI, dari 41 pasien, 15 pasien menunjukkan ketidakterlibatan. Pada 26

    pasien sisanya, 975 regio terkena: 21 pasien stadium I, dua pasien stadium II dan 18

    pasien stadium III. Pada MDCT, 19 pasien menunjukkan ketidakterlibatan. Pada 22

    pasien, 462 regio yang terkena. Berdasarkan MDCT, 25 pasien stadium I, tujuh

    pasien stadium 2 dan sembilan pasien stadium III. Untuk tingkat deteksinya, MRI

    secara statistic lebih unggul dibandingkan MDCT (p

  • 7/23/2019 Referat Mm

    30/33

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Multipel Myeloma adalah suatu penyakit neoplasma sel B plasma yang

    dikarakteristikkan oleh infiltrasi sumsum tulang dan overproduksi monoclonal

    immunoglobulin.

    2. Multipel myeloma merupakan 10% dari seluruh keganasan hematologi dan

    1% dari seluruh kanker dengan insidensi yang terus meningkat, 4 dari 100.000

    setiap tahunnya dan memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

    3. Penentuan staging Multipel Myeloma didasarkan atas sistem penilaian Durie-

    Salmon yang dibagi dalam 3 stadium. Durie-Salmon PLUS merupakan sistem

    penilaian terbaru yang dikeluarkan tahun 2006 dengan merevisi sistem staging

    Durie-Salmon tahun 1975 dengan memasukkan MRI, CT dan atau PET

    sebagai alat diagnostik.

    4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Andrea et al tahun 2007 mengenai

    perbandingan antara whole-body MRI dan MDCT menunjukkan hasil bahwa

    whole-body MRI memiliki tingkat deteksi dan staging yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan whole-body MDCT (p

  • 7/23/2019 Referat Mm

    31/33

    monitoring MM. Whole-body MRI, CT ataupun PET dapat memberikan

    informasi yang saling mengisi bila digunakan secara benar.

    24

  • 7/23/2019 Referat Mm

    32/33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wim de jong, Syamsulhidayat R, 2010, Sistem Muskuloskeletal, dalam Buku

    Ajar Ilmu Bedah; 1018-1038, EGC: Jakarta.

    2. Price, Sylvia W & Wilson, Lorraine M, 2006, Tumor Sistem Muskuloskeletal,

    dalam Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; Hal 1376.

    Jakarta: EGC.

    3. http://www.hindawi.com/journals/bmr/2011/583439/

    4. http://www.ajronline.org/content/190/4/1097.full.pdf+html5. http://myeloma.org/pdfs/IMWG_consensus_imaging.pdf

    6. http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/ch

    art.html

    7. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdf

    8. http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview

    25

    http://www.hindawi.com/journals/bmr/2011/583439/http://www.ajronline.org/content/190/4/1097.full.pdf+htmlhttp://myeloma.org/pdfs/IMWG_consensus_imaging.pdfhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/204369-overviewhttp://www.hindawi.com/journals/bmr/2011/583439/http://www.ajronline.org/content/190/4/1097.full.pdf+htmlhttp://myeloma.org/pdfs/IMWG_consensus_imaging.pdfhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/204369-overview
  • 7/23/2019 Referat Mm

    33/33