rancang bangun passive photovoltaic 50 wp di …
TRANSCRIPT
21
* Korespondensi: email penulis: [email protected]
a) Prodi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Polinema.
Jalan Soekarno-Hatta No. 9 Malang 65141
ELPOSYS: Jurnal Sistem Kelistrikan Vol. 7 No. 3, ISSN: 2407–232X, E-ISSN: 2407-2338
Rancang Bangun Passive Photovoltaic 50 Wp Di Laboratorium
Energi Terbarukan Politeknik Negeri Malang
Afriana Viro Fadillaa), Muhammad Aden Herry Prakosoa), Nurhayatia),
Mohammad Noor Hidayata), Ahmad Hermawana)
(Artikel diterima: September 2020, direvisi: Oktober 2020)
Abstract: Electrical energy is a very important part of human activity at this time. At present a very popular source of renewable electricity
is energy (solar) through the use of solar power generation system. "Design Passive Photovoltaic 50 Wp in Renewable Energy Laboratory
State Polytechnic of Malang" aims to plan and analyze the solar power generation system (PLTS), namely a capacity of 50 wp,so that it
can be used as a guideline when going to design or implement PLTS on a larger scale. Based on the analysis and testing carried out,
namely testing of 50 Wp passive solar panels under normal (clean) angles of 0º, 15º, 30º and shading angles of 0º, as well as the fouling
angle of 0º produces the highest energy of 210.7 Wh when the condition of the solar panels is at an angle of normal 30º.
Keywords: Solar Panels, Energy, Angles, Normal, Shading, Dirt
1. Pendahuluan
Saat ini sumber energi listrik terbarukan yang sangat populer
adalah energi surya (matahari). Hal ini dikarenakan Indonesia
yang terletak di daerah tropis yang memiliki suatu keuntungan
cukup besar yaitu menerima sinar matahari yang
berkesinambungan sepanjang tahun. Untuk mewujudkan
pemanfaatan sumber energi terbarukan dari energi surya
(matahri) yaitu PLTS dalam skala kecil, maka penulis akan
membahas penelitian dengan judul “Rancang Bangun Passive
Photovoltaic 50 Wp Di Laboratorium Energi Terbarukan Politeknik
Negeri Malang”. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian
pada alat tersebut untuk mengetahui kualitas seberapa besar
energi atau daya yang dihasilkan dalam PLTS yaitu passive
photovoltaic berkapasitas 50 wp, sehingga dapat dijadikan
pedoman ketika akan merancang atau mengimplementasikan
PLTS ke dalam skala yang lebih besar.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Panel Surya (Photovoltaic)
Panel surya adalah bahan semikonduktor yang berfungsi
untuk membangkitkan tenaga listrik arus searah (DC). Jenis panel
surya yang biasa terdapat dipasaran adalah:
a. Monocrystalline, memiliki efisiensi yang tinggi dibandingkan
jenis solar panel lainnya, sekitar 15% - 20%. Kekurangannya
adalah harganya lebih mahal. Solar panel jenis kestabilannya
akan turun drastis dalam cuaca berawan. Kelemahanya sel surya
jenis ini jika disusun membentuk solar modul akan menyisakan
banyak ruangan yang kosong.
b. Polycrystalline, solar panel polycrystalline proses
pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline, sehingga
harganya lebih murah di pasaran. Solar panel jenis polycrystalline
dapat menyerap energi dengan baik disaat kondisi mendung /
berawan. Kekurangan solar panel jenis polycristalline adalah
efisiensi yang dimiliki rendah, sekitar 13% - 16%.
Penentuan Kapasitas Fotovoltaik Yang Dibutuhkan
Menurut (Lubis dan Sudradjat, 2006:56) bahwa “untuk
memenuhi energi yang dibutuhkan oleh beban maka Energi
luaran harian rangkaian rata-rata harus ditambahkan dengan
energi yang hilang dalam sistem sebesar 25 % dari energi luaran
harian rata-rata”. Dengan persamaan sebagai berikut :
Eloss = 0,25 x Eluaran harian rata-rata (2-1)
Euntuk mesuplai beban = Ebeban harian rata-rata + Eloss (2-2)
2.2. Baterai
Baterai adalah alat yang digunakan untuk menyimpan energi
listrik yang dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera
digunakan oleh beban. Baterai yang paling biasa digunakan
dalam aplikasi surya adalah baterai yang bebas pemeliharaan
bertimbal asam (maintenance-free lead-acid batteries), yang juga
dinamakan baterai VRLA (klep pengatur asam timbal atau valve
regulated lead acid). Menghitung besarnya kapasitas baterai :
Kapasitas Baterai = 𝐴ℎ
%𝐷𝑂𝐷 (2-3)
Dimana: 𝐴ℎ = 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 (2-4)
Rancang Bangun Passive Photovolitaic 50 Wp Di Laboratorium Energi Terbarukan Politeknik Negeri Malang (Afriana et al )
22
2.3. Solar Charge Controller (SCC)
SCC berfungsi untuk mengantisipasi overcharging dan
kelebihan voltase dari panel surya yang dapat mengurangi umur
dari baterai. Berdasarkan sumber (Hakim, 2017:5) perhitungan
besar arus (SCC) adalah sebagai berikut:
Iscc = Isc panel x Npanel x 125% (2-5)
Dimana : Npanel = Jumlah panel surya
125% = Kompensasi
Terdapat dua jenis SCC berdasarkan teknologi yang
digunakan, yaitu:
a. PWM (Pulse Width Modulation), seperti namanya
menggunakan “lebar” pulse dari on dan off elektrikal, sehingga
menciptakan seakan-akan sine wave electrical form. SCC sistem
PWM harganya lebih murah, Kekurangan SCC sistem PWM
antara lain yaitu ukuran tegangan SCC harus sesuai dengan
tegangan bank baterai/aki, dan jika cuaca mendung, tegangan out
SCC sistem PWM akan mengikuti panel surya.
b. MPPT (Maximum Power Point Tracker), jenis charge
controller yang bagus, dengan karakterisitik mendapatkan nilai
maksimum daya (maximum power point) yang dihasilkan oleh
panel surya untuk mencharge baterai.
2.5 Inverter
Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk
mengubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak balik
(AC). Tegangan input inverter biasanya 12 VDC dan 24 VDC menjadi
tegangan 220 VAC.
3. Metode Penelitian
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu : Semester Genap Tahun Ajaran 2019/2020.
b. Tempat: Laboratorium Energi Terbarukan Gedung AL,
Politeknik Negeri Malang.
3.2. Data Penelitian dan Pengujian
Jenis data yang diambil yaitu : Data pengukuran intensitas
radiasi matahari, Pinput, I, V, Pout , dan %eff yang dihasilkan panel
surya dalam keadaan normal sudut 0º, 15º dan 30º serta keadaan
shading sudut 0º dan juga keadaan pengotoran sudut 0º.
3.3. Diagram Alir Pengerjaan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengerjaan Penelitian
Pada gambar 3.1 menjelaskan proses pengerjaan lpenelitian
yaitu mulai dari studi literatur, Observasi, Wawancara dan
Konsultasi. Lalu melakukan perencanaan sistem PLTS.
Menentukan spesifikasi dari komponen pada PLTS yang akan
digunakan. Pembelian komponen PLTS yang telah ditentukan
spesifikasinya tersebut. Pembuatan atau perakitan semua
komponen PLTS yang telah dibeli. Setting kontrol sistem PLTS
sebelum melakukan pengujian. Melakukan pengujian alat PLTS
yang telah terpasang semuanya. Apabila semua alat dalam
sistem PLTS berjalan normal, maka dilakukan pengambilan data.
Apabila masih terdapat kesalahan pada alat maka dapat
dilakukan analisis kesalahan di setting kontrol pada PLTS. Jika
alat normal dan telah dilakukan pengambilan data, maka data
tersebut dapat dianalisis.
3.4. Rangkaian Sistem Pemasangan PLTS
Gambar 3.2 Rangkaian Sistem Pemasangan PLTS
Rancang Bangun Passive Photovolitaic 50 Wp Di Laboratorium Energi Terbarukan Politeknik Negeri Malang (Afriana et al )
23
Pada rangkaian tersebut terdiri : solar panel, SCC, baterai,
inverter, dan beban. Panel surya berfungsi untuk mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik arus (DC), SCC mengatur
aliran energi panel surya ke battery maupun aliran energi dari
battery ke beban. Baterai berfungsi sebagai penyimpan energi
yang dihasilkan oleh panel surya. Inverter berfungsi sebagai
pengubah tegangan masukan DC dari baterai menjadi tegangan
keluaran AC untuk beban.
3.5. Desain Kontruksi Panel Surya
Gambar 3.4 Desain Kontruksi Panel Surya
Konstruksi tersebut dari bahan galvalum dengan ketebalan
0,75 mm2. Memiliki panjang 57 cm, lebar 40 cm dan tinggi 70 cm.
terdapat 4 buah roda untuk memudahkan proses pemindahan
panel surya. Dan pemasangan busur di salah satu sisi tiang untuk
mempermudah saat menentukan kemiringan sudut dari panel
surya ketika pengujian.
4. Pembahasan
4.1. Pemilihan Komponen
Pemilihan Panel Surya dan Beban
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
energi yang dihasilkan oleh panel surya berkapasitas 50 Wp.
Maka panel surya yang diipilih adalah kapasitas 50 Wp. Jika lama
penyinaran optimal di Indonesia 5 jam maka hasil daya yang
dapat dihasilkan: 50 x 5 jam = 250 Wh. Maka, dipilih panel surya
50 Wp tipe monocrystalline merk SSeries dengan spesifikasi
Merk SSeries
Modul Type SP-530-M36
Rated Max Power (Pmax) 50W
Open Circuit Voltage (Voc) 22.4 V
Short Circuit Current (Isc) 3.04 A
Voltage at Pmax (Vmp) 17.4 V
Current at Pmax (Imp) 2.85 A
Effisiensi yang dihasilkan dalam keadaan maksimum (E) sebesar
1000 W/m2 dan untuk luas panel surya 0,357 meter yaitu 14%.
Pada perencanaan system PLTS ini beban total yang dirancang
25 Watt, yaitu :
Energi lampu LED = 1x 5W x 10 jam = 50 W
Energi kipas angin = 1x 20W x 5 jam = 100 W
Jadi, total energi beban yang dibutuhkan = 150 W
Untuk menentukan beban penuh PLTS, maka total beban 150 Wh
ditambahkan 25 % sebagai rugi-rugi yang hilang dalam rangkaian
sistem PLTS, maka :
Euntuk mesuplai beban = 150 Wh + (0,25 x 150 Wh) = 187,5 Wh
Penentuan banyaknya panel surya yang dibutuhkan adalah :
= 187,5 Wh
250 Wh = 0,75 ≈ 1 panel.
Pemilihan Baterai
Perhitungan Perencanaan baterai Ah =
Perhitungan Perencanaan baterai Ah =W
V =
150 Wh
12 V = 12,5
Ah
Karena dengan adanya faktor DOD pada baterai yang dipilih
sebesar 50 % agar memperpanjang umur atau tahan lama
baterai. Maka :
Kapasitas Baterai = 𝐴ℎ
%𝐷𝑂𝐷 =
12,5 𝐴ℎ
50% = 25 Ah
Sehingga dipilih baterai VRLA berkapasitas 40 Ah bertegangan
12 Volt dengan merek SMT-Power Battery.
Pemilihan Solar Charge Controller
Iscc = Isc panel x Npanel x 125%
= 3,04 x 1 x 125% = 3,85 A
Untuk pemilihan SCC harus lebih besar dari arus panel surya,
secara matematis dapat ditulis : ISCC > Imaks panel . Pada name
plate panel surya nilai arus nominal sebesar 2,85 A. Berdasarkan
perhitungan kapasitas SCC yaitu 3,85 A serta yang ada di
pasaran yakni sebesar 10 A, 20 A, 30 A, maka dipilih SCC
dengan kapasitas 10 A jenis MPPT dengan merk Epever.
Pemilihan Inverter
Sistem PLTS dirancang dengan beban maksimum sebesar
150 W sehingga dipilih inverter dengan kapasitas 300 W dengan
merk OUDESON. Pemilihan inverter yaitu tegangan input inverter
disesuaikan dengan tegangan dari baterai yaitu 12 VDC. Tegangan
output inverter 220 V.
Perhitungan Pengaman (MCB)
1. Pengaman (MCB) untuk DC
Rating untuk pengaman DC yaitu diambil dari name plate
panel surya yaitu pada keterangan Max Series Fuse Rating
sebesar 10 A. Sehingga dipilih MCB Merek TOMZN dengan rating
10 A.
2. Pengaman (MCB) untuk AC
I = 𝑃
𝑉 =
25 𝑊
220 𝑉 = 0,114 A
Rancang Bangun Passive Photovolitaic 50 Wp Di Laboratorium Energi Terbarukan Politeknik Negeri Malang (Afriana et al )
24
Dipilih pengaman (MCB) untuk beban AC yaitu 2A merk Broco.
4.2. Hasil Pengujian Panel Surya Keadaan Normal Sudut 0º,
15º dan 30º
Tabel 1 Hasil Pengujian Panel Surya Keadaan Normal Sudut
0º, 15º dan 30º
Pada tabel tersebut bahwa radiasi matahari tertinggi yang
dihasilkan selama percobaan yaitu 991,6 W/m2 pada pukul 13.00,
sedangkan radiasi matahari terendah yaitu 270,5 W/m2 pada
pukul 14.30-15.00. Nilai V tertinggi dan V terendah yaitu 16,23V
dan 13,89V pada sudut 0º, 16,97V dan 13,92V pada sudut 15º
serta pada sudut 30º sebesar 17,06V dan 13,92V. Untuk nilai I
tertinggi dan I terendah yaitu 2,33A dan 0,52A pada sudut 0º,
2,41A dan 0,54A pada sudut 15º serta pada sudut 30º sebesar
2,47A dan 0,57A.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Panel Surya Keadaan Normal Sudut 0º,
15º dan 30º
Pada tabel tersebut Nilai Pout tertinggi yaitu dihasilkan pada
percobaan sudut 30º yaitu sebesar 42,14W dan Pout terendah
yaitu pada percobaan 0º sebesar 7,22W. Effisiensi panel surya
tertinggi yaitu pada percobaan sudut 30º yaitu 12,61% dan nilai
effisiensi terendah pada percobaan sudut 0º yaitu 6,94%.
4.3. Hasil Pengujian Panel Surya Keadaan Shading Sudut 0º
dan Pengotoran Sudut 0º
Tabel 3 Hasil Pengujian Panel Surya Shading Sudut 0º
Pada tabel di atas dapat diketahui nilai tegangan dan arus
tertinggi yaitu 13,70V dan 0,12A, sedangkan nilai tegangan dan
arus terendah yaitu 12,04V dan 0,05A. Radiasi tertinggi yaitu 797
W/m2 dan radiasi terendah yaitu 230 W/m2..
Tabel 4 Hasil Pengujian Panel Surya Pengotoran Sudut 0º
Pada tabel di atas dapat diketahui nilai tegangan dan arus
tertinggi yaitu 18,30V dan 1,42A, sedangkan nilai tegangan dan
arus terendah yaitu 13,77V dan 0,23A. Radiasi tertinggi yaitu 840
W/m2 dan radiasi terendah yaitu 234 W/m2.. Selain itu, dapat
diketahui nilai dari Pout, Pin dan effisiensi panel surya. Nilai Pout
tertinggi yaitu 25,98 W dan Pout terendah yang dihasilkan 3.17 W.
Kemudian untuk nilai Pin tertinggi yaitu 299,88 W dan nilai Pin
terendah yaitu 17,22 W. Sedangkan untuk nilai effisiensi tertinggi
yaitu 10,94% dan nilai effisiensi terendah yaitu 2.16%.
Rancang Bangun Passive Photovolitaic 50 Wp Di Laboratorium Energi Terbarukan Politeknik Negeri Malang (Afriana et al )
25
4.4. Analisis Grafik Pout dan Effisiensi Panel Surya Keadaan
Normal Sudut 0º, 15º dan 30º serta Shading Sudut 0º dan
juga Pengotoran Sudut 0º
Gambar 4.1 Grafik Pout Panel Surya Keadaan Normal Sudut 0° ,
15° dan 30° dan Keadaan Shading Sudut 0º Serta Keadaan
Pengotoran Sudut 0º
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa grafik Pout shading
terlihat sangat rendah sekali dibandingkan dengan grafik lainnya,
dan untuk grafik Pout normal 30° terlihat lebih tinggi dari grafik
lainnya. Sehingga disimpulkan bahwa Pout tertinggi terjadi pada
pengujian panel surya keadaan normal sudut 30° yaitu 42,14 W
yang terjadi pada jam 13.00. Pout terendah terjadi pada pengujian
shading sudut 0° yaitu sebesar 0,6 W yang terjadi pada jam
14.30 dan 15.00.
Gambar 4.2 Grafik Effisiensi Panel Surya Keadaan Normal Sudut 0° , 15° dan 30° dan Keadaan Shading Sudut 0º
Serta Keadaan Pengotoran Sudut 0º
Pada grafik diatas dapat diketahui Effisiensi tertinggi terjadi
pada pengujian panel surya keadaan normal sudut 30° yaitu
12,61% yang terjadi pada jam 10.00. Effisiensi terendah terjadi
pada pengujian shading sudut 0° yaitu sebesar 0,03% jam
11.30 dan 14.00.
4.5. Analisis Keseluruhan Data Panel Surya Keadaan Normal
Sudut 0º, 15º dan 30º serta Shading Sudut 0º dan juga
Pengotoran Sudut 0º
Jadi, hasil energi tertinggi panel surya passive 50 Wp dalam 1
hari adalah :
Energi maks= Pout maks x t = 42,14 W x 5 jam = 210,7 Wh
yang terjadi pada pengujian normal sudut 30º.
Sedangkan untuk hasil energi terendah adalah :
Energi min= Pout min x t = 0,60 W x 5 jam = 3 Wh, yang terjadi
pada pengujian panel surya keadaan shading.
Sehingga dapat diketahui apabila ingin menggunakan panel
surya passive 50 Wp ini sebagai pedoman ketika akan
merancang atau mengimplementasikan PLTS ke dalam skala
yang lebih besar lagi seperti penerapan di skala rumah, maka
dapat diketahui jumlah panel surya passive 50 Wp untuk
penerapan di skala rumah tersebut.
Dimisalkan total konsumsi daya rumah 36 per hari adalah
2876 Wh, diambil dari sumber (Putra dan Rangkuti hal 234,
dengan Nomor ISSN (E) : 2540-7589 ISSN (P) : 2460-8696).
Berikut adalah Estimasi Kebutuhan Daya Listrik Peralatan Rumah
Tabel 5 Etimasi Kebutuhan Daya Listrik Peralatan Rumah
Maka total panel yang dibutuhkan pada penerapan skala rumah
tersebut = 2876 Wh
210,7 𝑊ℎ = 13,65 ≈ 14 panel surya passive 50 Wp.
Kesimpulan : jadi untuk penggunaan panel surya passive 50 Wp
di skala rumah dengan total energi yang dibutuhkan oleh rumah
adalah 2876 Wh membutuhkan 14 panel surya passive 50 Wp.
Untuk analisis effisiensi yaitu dapat diketahui berdasarkan
effisiensi perhitungan yang tertera pada name plate panel surya
yaitu sebesar 14%. Dan untuk hasil perhitungan pada pengujian
panel surya ini menghasilkan effisiensi tertinggi yaitu 12,61%
saat keadaan normal sudut 30°. Sehingga antara effisiensi pada
name plate dan saat pengujian terdapat selisih 1,39%
Rancang Bangun Passive Photovolitaic 50 Wp Di Laboratorium Energi Terbarukan Politeknik Negeri Malang (Afriana et al )
26
5. Kesimpulan
1. Untuk penentuan jenis komponen yang akan dipilih,
disesuaikan dengan kualitas yang akan dihasilkan oleh
komponen tersebut. Untuk penentuan besarnya kapasitas
komponen yang akan digunakan disesuaikan dengan
kebutuhan beban yaitu 25 watt. Sehingga dipilih jenis dan
kapasitas komponen PLTS passive 50 wp sebagai berikut:
a. Panel surya 50 Wp Monocrystalline Merek Sseries
b. Solar Charge Controller MPPT 10A, 12V(130W) /
24V(260W) Merek EPEVER Type Tracer1210AN
c. Battery / Aki VRLA Merek SMT-POWER berkapasitas 40
Ah, 12V
d. Inverter Power Inverter Pure Sine Wave 300W, DC 12V to
AC 220V Merek OUDESON
2. Berdasarkan hasil ke-lima kondisi pengujian yaitu
menghasilkan :
a. Kondisi Normal Sudut 0º Energi maks = 188,95 Wh,
Energi min = 36,1 Wh
b. Kondisi Normal Sudut 15º Energi maks = 204,5 Wh,
Energi min = 37,6 Wh
c. Kondisi Normal Sudut 30º Energi maks = 210,7 Wh,
Energi min = 39,65 Wh
d. Kondisi Shading Sudut 0º Energi maks = 7,95 Wh, Energi
min= 3 Wh
e. Kondisi Pengotoran Sudut 0º Energi maks = 129,9 Wh,
Energi min= 15,85 Wh
Sehingga dapat disimpulkan Energi tertinggi yang dihasilkan
dalam pengujian yaitu panel surya passive 50 Wp keadaan
normal sudut 30º yang bisa menghasilkan Energi maksimal =
210,7 Wh dan untuk Energi minimal pada pengujian panel surya
passive 50 Wp yaitu 3 Wh yang terjadi saat shading sudut 0º. Jadi
apabila ingin menggunakan panel surya passive 50 Wp sebagai
pedoman ketika akan merancang / mengimplementasikan PLTS
ke skala rumah yang dimisalkan total energi yang dibutuhkan
rumah adalah 2876 Wh maka membutuhkan 14 panel surya
passive 50 Wp.
3. Berdasarkan hasil ke-lima kondisi pengujian, yaitu
mengasilkan Effisiensi :
a. Kondisi Normal Sudut 0º %Eff maks = 11,05 %, %Eff
min = 6,94 %
b. Kondisi Normal Sudut 15º %Eff maks = 12,21 %, %Eff
min= 7,78 %
c. Kondisi Normal Sudut 30º %Eff maks = 12,61 %, %Eff
min= 8,22 %
d. Kondisi Shading Sudut 0º %Eff maks = 0,07 %, %Eff
min= 0,05 %
e. Kondisi Pengotoran Sudut 0º %Eff maks= 10,94 %,
%Eff min= 2,16 %
Sehingga dapat disimpulkan Effisiensi yang terbagus dalam
pengujian yaitu 12,61% saat keadaan normal sudut 30°.
Sedangkan berdasarkan effisiensi perhitungan yang tertera pada
name plate panel surya yaitu sebesar 14% . Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwaa antara effisiensi pada name plate dan
saat pengujian terdapat selisih 1,39%.
Daftar Pustaka
[1] Hakim, Muhammad Fahmi. (2017). Perancangan Rooftop Off
Grid Solar Panel Pada Rumah Tinggal Sebagai Alternatif
Sumber Energi Listrik. Jurnal Dinamika DotCom. 8 (1): 1-11.
[2] Lubis, Abubakar dan Adjat Sudradjat. (2006). Listrik Tenaga
Surya Fotovoltaik. Jakarta: BPPT Press.
[3] Putra, Sandro dan Rangkuti. (2016). Perencanaan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk
Rumah Tinggal, Seminar Nasional Cendekiawan, ISSN (E) :
2540-7589 ISSN (P) : 2460-8696.
[4] Astra, I Made. (2010). “Energi Dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan”. Vol. 11 No.2 : 131-139. Universitas Negeri
Jakarta
[5] Cédric P (2005) International Energy Agency: Нe Present and
Future use of Solar Нermal Energy. Solar thermal energy pp:
1-8.
[6] IRENA (2017), Renewable Energy Prospects: Indonesia, a
REmap analysis, International Renewable Energy Agency,
Abu Dhabi
[7] RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) Tahun
2019
[8] F. Ronilaya, W. Anistia, I. N. Syamsiana, I. Siradjuddin, M.
Junus and Aripriharta, "A Grid-connected Inverter with VAr
Support Capability for A Small Scale Solar PV Using A Droop
Technique," 2019 International Conference on Technologies
and Policies in Electric Power & Energy, Yogyakarta,
Indonesia, 2019, pp. 1-6.
[9] F. Ronilaya, I. Siradjuddin and S. E. Wibowo, "An optimal
power flow control method for PV systems with single phase
Shimizu inverter," 2017 International Seminar on Intelligent
Technology and Its Applications (ISITIA), Surabaya, 2017, pp.
75-80.
[10] W. Li et al., “Topology review and derivation methodology of
single-phase transformer-less photovoltaic inverters for
leakage current suppression,” IEEE Trans. Ind. Electron., vol.
62, no. 7, pp. 4537–4551, Jul. 2015.