Putting It to The Test

Putting It to The Test

Lori Borrill

PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

Originally published as Putting It to The Test © 2008 Lori BorrillTranslation by Elex Media Komputindo as Putting It to The Test © 2016

All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.This edition is published by arrangement with Harlequin Books S.A.

Alih bahasa: Endang Sulistyowati

Hak Cipta Terjemahan IndonesiaPenerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali tahun 2016 olehPenerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

716032035ISBN: 978-602-02-9751-4

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Untuk teman-teman dan rekan kerja di kantor yang menjadi sumber dukungan

dan dorongan sejak awal.Kalian membuat rutinitas kerja setiap

hari menjadi menyenangkan!Juga untuk Al dan Tommy.

1

A ku cenderung konservatif jika sudah menyangkut seks.

Carly Abrams mengamati pilihan di kertas sur-vei, bertanya-tanya apakah dia harus menjawab berdasarkan kehidupan seksnya yang sesungguhnya atau kehidupan seks yang dia dambakan. Sepanjang dua puluh enam tahun usianya, dia tidak pernah benar-benar melewati batas seksual. Tapi itu bukan kesa lahannya. Dia hanya tidak pernah berhubung-an dengan pria petualang. Berikan dia pasangan yang tepat dengan langkah tepat di saat yang tepat, dan sisi liar Carly Abrams pasti akan muncul. Fakta bahwa itu belum terjadi seharusnya tidak dibe-bankan padanya, iya kan?

“Tidak, memang tidak,” gumam Carly, kemu-dian dia menconteng kolom Tidak Setuju. Dia ter-diam sejenak di kolom Sangat Tidak Setuju, berpi-kir seandainya dia ingin membuat pengakuan sek-sual, lebih baik tidak setengah-setengah, tapi dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Tidak ada gunanya terlalu menganalisis pertanyaan itu. Meskipun ini adalah survei perjodohan, dia tidak

Lori Borrill

2

akan menemukan belahan jiwanya di tim desain Hall Technologies. Ini hanya latihan untuk memi-lih siapa di antara dua desainer web yang akan ditu-gaskan untuk menangani klien terbaru perusahaan, Singles Inc., layanan perjodohan dan kencan online yang sedang membutuhkan situs web baru.

Sejumlah perusahaan melirik Singles Inc., karena mereka berhasil menarik perhatian sebagian per-usahaan besar dalam dunia periklanan dan desain web. Tapi meskipun Hall Technologies bukan yang terdepan dalam industri ini, Brayton Hall berhasil mendapatkan kontrak dari Singles Inc. dengan gaya-nya yang tidak biasa dan konsepnya tentang menjadi satu dengan klien, yang dalam kasus ini termasuk menggunakan survei kelayakan klien untuk memilih tim desain untuk menjalankan proyeknya.

Semua orang yang ingin terlibat dalam proyek itu harus mengisi survei, meskipun mereka boleh memilih untuk melewatkan pertanyaan yang enggan mereka jawab.

Seperti pertanyaan yang satu ini.Jika berkaitan dengan seks, tidak ada yang terlalu

berlebihan untukku. Bawakan aku mainan seks, ikat aku dan undang teman untuk bergabung dengan kita. “Semakin liar akan semakin baik” itu adalah motoku.

Yah, jika dia ingin berhubungan dengan pria pe-tualang, inilah cara untuk melakukannya.

Sambil memainkan bagian hem tunik kuning ce-rahnya, Carly menatap layar dan tersenyum. Apakah

Putting It to The Test

3

Mr. Hall akan jatuh pingsan jika dia menconteng Sangat Setuju atas pernyataan itu? Bukannya dia ber-harap Mr. Hall akan membaca jawabannya. Mereka memang menegaskan bahwa Singles Inc. akan mem-perhitungkan hasilnya, tapi tidak ada seorang pun di Hall Technologies yang akan mendapatkan infor-masi itu secara detail.

Tetap saja, jika Mr Hall mengetahuinya, pasti akan terjadi kegemparan. Ms. Sally Sunshine, begitu dia biasa dipanggil, keluar dari lemari rapinya un-tuk memperlihatkan kesukaannya pada tangan yang terikat, mainan seks, dan threesome1. Membayangkan reaksi Mr. Hall mendorongnya untuk menconteng Sangat Setuju sekadar untuk iseng dan menguji diri-nya sendiri untuk membiarkan jawaban itu. Tentu saja, itu tidak benar. Meskipun mainan seks dan tangan terikat pernah terlintas dalam fantasinya, dia tidak akan berani melakukan percintaan bertiga—dan dia tidak akan pernah mendapatkan cap “liar” jika dia tidak pernah menembus batas “normal”.

Tapi Carly tidak bisa menahan diri untuk mena-tap jawaban itu seolah dia mempertimbangkan ide itu.

“Jika berkaitan dengan seks, tidak ada yang ter-lalu—”

Suara pelan dan seksi dari balik bahunya mem-buatnya terlonjak dan mengangkat tangannya ke layar komputer.

1 Percintaan yang dilakukan oleh tiga orang.

Lori Borrill

4

Semoga itu bukan orang yang dia pikirkan.“—berlebihan untukku.”Oh, sial. Itu memang dia. Matt Jacobs, pem-

bawa sial untuknya, duri dalam sisi profesionalnya. Bintang dalam fantasi seksualmu.

Oh, tidak. Coret pikiran terakhir itu. Matt Jacobs bukan fantasi seksualnya. Bahkan, satu-satunya fan-tasinya tentang Matt melibatkan pria itu yang mem-buat dirinya sendiri terlihat bodoh di depan seba-nyak mungkin orang, dipecat, dipaksa mengemas se-mua barang-barangnya, dan tersandung jatuh keluar pintu kantor.

Yah, itulah fantasinya.Sambil mengernyit, Carly menoleh ke balik ba-

hunya, “Kau keberatan?” Tapi bukannya pergi, Matt justru bergeser mendekat dan terkekeh geli, mengisi ruang yang kosong di antara mereka dengan suara maskulin dan mengirimkan gelenyar ke seluruh pembuluh darah Carly yang membongkar kebo-hongannya tentang pikiran terakhir itu.

Baiklah, mungkin dia masih menyimpan sedikit sisa-sisa ketertarikan yang dimilikinya dua tahun yang lalu, saat Matt pertama kali datang ke Hall Technologies dari perusahaan desain pesaing mere-ka, Web Tactics. Matt merupakan akuisisi penting untuk Hall, dan Carly, sebagai ketua progamer Web, tersisihkan setelah kedatangan Matt. Mereka berdua seharusnya menjadi tim, bekerja bersama untuk me-naklukan proyek besar yang akan datang. Tapi itu

Putting It to The Test

5

sebelum Matt mengatakan pada pihak manajemen bahwa dia bisa melakukannya sendirian, menying-kirkan Carly dari proyek pertama mereka, dan se-jak saat itu merebut semua proyek besar yang dida-patkan perusahaan mereka.

Carly merasa malu karena pernah menyimpan cinta tak berbalas terhadap Matt, dan bahwa cinta itu belum padam sepenuhnya membuat wanita itu sangat kesal. Dan dengan memilih momen ini un-tuk menemuinya, Matt benar-benar sudah mem-buat Carly salah tingkah. Ini bisa menjadi momen terburuk dalam kehidupan Carly Abrams jika Matt sampai melihat jawabannya untuk pertanyaan sur-vei itu. Sudah cukup buruk pria itu menolaknya, sekarang hanya insiden serdawa di kelas sembilan yang bisa mengalahkan rasa malu jika Matt Jacobs menganggap nya sebagai penggila seks aneh.

Dengan tangan kanan masih menutupi layar komputer, Carly berusaha meraih mouse dengan ta-ngan kirinya, mencoba untuk mengecilkan tampilan layarnya. Alih-alih mengecil, layar itu justru menyala terang seperti layar permainan komputer.

“Aku tidak pernah menganggapmu sebagai pe-nyuka threesome,” bisik Matt di telinga Carly, me-nyadarkannya pada fakta bahwa Matt sudah mem-baca jawabannya.

Panas menjalar ke pipi Carly. Insiden serdawa di kelas sembilan langsung merosot ke posisi dua dalam daftarnya. Matt Jacobs—musuh bebuyutannya

Lori Borrill

6

dalam dunia profesional, pujaan hati yang enggan diakuinya—sekarang berpikir dia adalah ratu porno terselubung.

Carly menjatuhkan tangannya ke samping, meng angkat dagunya dan berbalik ke arah Matt, berusaha sebaik mungkin untuk terlihat tenang mes-kipun dia tidak mampu menatap mata pria itu.

“Apa yang bisa kulakukan untukmu, Matt?”Itu dia. Sikap yang tenang dan santai. Carly tidak

akan membenarkan komentar Matt dengan mem-berikan jawaban. Dan selama dia tidak membiar-kan matanya berkelana ke atas lutut Matt, dia yakin sekali tidak akan tergagap.

Matt bergeser dan bersandar di atas meja Carly, dan wangi sesuatu yang segar tercium olehnya, me-manjakan hidungnya.

Baiklah, jadi dia harus menahan napas juga. Tidak masalah.

Tapi saat Carly menahan napas, menjilat bibir-nya yang tiba-tiba basah, dan mencoba untuk meng-alihkan matanya dari dada yang bidang dan kekar itu, dia takut dirinya mungkin akan terlihat bodoh.

Carly mengerang dalam hati. Kenapa dia selalu menjadi orang bodoh di dekat pria ini? Efek yang ditimbulkan Matt padanya nyaris membunuh-nya. Matt sangat tidak pantas menerima cintanya, tapi sampai hari ini otaknya masih belum berhasil meyakinkan bagian tubuhnya yang lain akan fakta kecil itu. Bahkan saat ini puncak payudaranya mulai

Putting It to The Test

7

mengeras, seolah bagian itu ingin membuat kesan yang baik dan pas. Apakah setiap bagian tubuhnya tidak tahu bahwa Matt adalah pria yang harus di-hindari?

“Hmm, apa yang bisa kau lakukan untukku,” kata Matt. “Mengingat apa yang sudah kuketahui sekarang, ada beberapa hal yang terlintas dalam pikiranku.”

Carly melongo dan dia mengangkat matanya ke mata Matt tepat pada waktunya untuk melihat pria itu mengedipkan mata. Mata abu-abu memikat itu menatap ke dalam matanya, menantang nya, dan tiba-tiba saja terpikir oleh Carly bahwa ini bisa ber-akhir dengan sangat buruk. Tatapan Matt seperti me-ngatakan bahwa dia adalah spidol yang menuliskan Untuk bersenang-senang di semua kamar kecil, dan dalam usaha putus asanya untuk me ngoreksi anggap-an itu, Carly bercetus, “Aku bohong.”

Matt mengerjapkan mata. “Kau apa?”“Survei itu. Jawabanku. Itu tidak benar.”Matt mengangkat tangannya untuk menyiratkan

gencatan senjata. “Hei, kehidupan pribadimu bukan urusanku.”

Baiklah, tapi Matt mengatakannya dengan suara yang kurang meyakinkan. Kehidupan pribadi Carly memang bukan urusan Matt, tapi dia tidak perlu menunjukannya ketidaktertarikannya dengan begitu meyakinkan.