proses pembuatan plan of action dari eye...

31
1 Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Care dr. Endi Pramudya Laksana dr. Mayang Rini SpM(K), MSc

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

1

Proses Pembuatan

Plan of Action dari

Eye Care

dr. Endi Pramudya Laksana

dr. Mayang Rini SpM(K), MSc

Page 2: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

2

Endi Pramudya, MD

Mayang Rini, MD

This paper has been reviewed and approved

By supervisor of Community Ophthalmology

Mayang Rini, MD

Community Ophthalmology

Cicendo Eye Hospital, National Eye Center:

Faculty of Medicine, Padjadjaran University

Bandung, April 2020

Proses Pembuatan Plan of Action

dari Eye Care

Page 3: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

3

DAFTAR ISI

Pendahuluan……………………………………………………………….4

Prinsip Perencanaan.…………………………………………………..7

Analisis Situasi…………………………………………………………….9

Tujuan, Sasaran dan Target……………………………………….. 13

Prioritas, Jadwal dan Anggaran………………………………… …15

Monitoring Program….…………………………………………………18

Evaluasi Program………………………………………………………..20

Studi Kasus Jawa Barat…………………………………………...….22

Page 4: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

4

PENDAHULUAN

Page 5: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

5

Berdasarkan World Health Organization (WHO) diperkirakan saat ini 180 juta orang

mengalami gangguan penglihatan dan 40-45 juta diantaranya mengalami kebutaan serta

satu diantaranya berada di Asia Tenggara. Indonesia memiliki prevalensi kebutaan dan

gangguan penglihatan momor 2 tertinggi di dunia setelah Ethiopia. Indonesia terdiri dari

34 provinsi, dengan pulau jawa memiliki penduduk terbanyak yaitu 57% dari total

penduduk Indonesia, dan penduduk Jawa Barat sebanyak 20% dari total penduduk

Indonesia. Pada tahun 2014 telah dilakukan survey dengan metode RAAB (Rapid

Assessment of Avoidable Blindness) di Jawa Barat untuk penduduk berusia 50 tahun

atau lebih, dan didapatkan angka kebutaan sebesar 2.8%, dengan penyebab utama

kebutaan adalah katarak sebesar 71.7%, Data penduduk berusia 50 tahun dan lebih di

Jawa Barat sebesar 15.1% dari total penduduk Jawa Barat 47.379.389 orang.

Data Cataract Surgical Coverage (perbandingan antara jumlah operasi katarak dengan

jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi) di jawa Barat adalah 42%,

sehingga masih kurang 58% jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi. Hal

ini terjadi karena tidak semua penduduk yang menderita katarak terdata dengan baik.

Sumber daya manusia yang terampil disertai teknik operasi yang baik akan merubah

status penglihatan menjadi lebih baik. Latar belakang tersebut menjadi pelopor

dibentuknya program “Vision 2020: Right to Sight”, yang bertujuan mengurangi jumlah

penyakit mata yang dapat mengakibatkan kebutaan. Terdapat 3 indikator Global Action

Plan yaitu prevalensi penyebab dan jumlah mata yang mengalami gangguan penglihatan,

persentase operasi katarak, usaha dari unit kesehatan mata dalam mempertahankan

dan mengembalikan kesehatan mata.

Inisiasi berdasarkan Vision 2020 sudah dilakukan tetapi masih banyak terdapat

masalah utama seperti semakin banyaknya pasien Diabetic Retinopathy (DR) dan

glaukoma sehingga diperlukan layanan yang lebih terpadu. Pencegahan kebutaan dan

deteksi dini juga diperlukan untuk mengurangi angka kebutaan terutama pada anak-

anak. Masalah lainnya adalah perlunya sumber daya manusia terlatih sangat dibutuhkan

di seluruh tingkat layanan kesehatan mata.

Salah satu organisasi kesehatan dunia yang terlibat dalam kesehatan mata dan

pencegahan manajemen kebutaan adalah Badan Internasional untuk Pencegahan

Kebutaan (IAPB). IAPB telah mengadopsi pendekatan Universal Eye Health yaitu

memastikan semua orang memiliki akses ke layanan kesehatan yang bersifat promotive,

preventif, kuratif, dan rehabilitative serta memastikan juga bahwa semua orang tidak

mengalami kesulitan keuangan ketika membayar. Hal tersebut memastikan semua orang

harus menikmati akses perawatan mata berkualitas terbaik tanpa ada resiko

mengeluarkan biaya berlebih.

Page 6: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

6

Unit mata perlu dibuat secara komprehensif, yakni tersedia bagi seluruh orang baik

itu di kota ataupun di perdesaan, pria atau wanita, kaya atau miskin. Berbagai macam

model pelayanan diperlukan untuk memastikan hal tersebut dapat terpenuhi seperti

memperluas daerah skrining dan rujukan, memperluas penjangkauan tindakan bedah

ataupun pengobatan jarak jauh. Model pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan

sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang terpisah,

oleh karena itu diperlukan Plan of Action (PoA) dari layanan kesehatan mata yang baik

agar dapat menunjang dan memaksimalkan layanan kesehatan mata secara

komprehensif.

Eye care perlu dibuat secara

komprehensif, yakni tersedia

bagi semua orang

Page 7: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

7

PRINSIP

PERENCANAAN

Page 8: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

8

Perencanaan adalah suatu aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari akan tetapi

kadang tidak disadari bahwa hal tersebut merupakan sebuah rencana. Dalam

perencanaan terdapat dua komponen yang saling berhubungan yaitu proses organisasi

dan proses logika. Mencoba memahami dan menghubungkan suatu hal dan dijadikan

kerangka pekerjaan merupakan sebuah proses organisasi. Proses logika merinci seluruh

kegiatan yang perlu dilakukan secara efisien untuk mencapai perubahan sesuai yang

diinginkan.

Terdapat 4 tahap dasar dalam membuat suatu perencanaan, pertama kita harus

memahami dan menetapkan posisi saat ini (Here), kemudian memutuskan perubahan

apa saja yang diperlukan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi sejauh apa perubahan

yang akan dilakukan di masa mendatang (There), pada umumnya 3 hingga 5 tahun dari

sekarang. Tahap ke 3 adalah menentukan bagaimana dan apa saja yang perlu dilakukan

dari Here menuju There, hal ini dilakukan dengan mengatur kegiatan secara logis dan

memilih metode terbaik. Tahap ke 4 adalah melaksanakan rencana tersebut secara

efektif dan dengan sumber daya yang efisien.

Gambar 1. Siklus Perencanaan

Page 9: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

9

ANALISIS

SITUASI

Page 10: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

10

Analisis situasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memahami kinerja

suatu organisasi dan melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya.

Analisis situasi dapat digunakan untuk melihat kinerja suatu unit mata dalam hal :

• Kapasitas : Jumlah Pasien

• Kemampuan : Pelatihan staf dan peralatan yang tersedia

• Kesulitan : Hal yang dapat mempengaruhi outcome

• Lingkungan : Mendukung atau mengancam unit mata

• Kemungkinan : Peluang untuk unit mata

Analisis situasi membantu untuk memahami dimana posisi saat ini (Here) yaitu tahap

pertama dalam siklus perencanaan. Memahami kebijakan dan program yang ada di

tingkat nasional dan daerah menandakan unit mata dapat membantu untuk mengatasi

kebutaan menggunakan model perawatan yang tepat dan dengan sumber daya yang

tepat.

Gambar 2. Perbedaan sistem kesehatan tingkat nasional dan daerah

Pada tingkat nasional, pertanyaan kunci yang harus diajukan meliputi :

• Apakah terdapat program pencegahan kebutaan secara nasional?

• Apakah terdapat strategi untuk cakupan kesehatan universal?

• Data apa yang ada tentang gangguan penglihatan?

• Apakah terdapat target untuk penyakit seperti katarak dan Refractive Error ?

• Apakah terdapat panduan tentang sumber daya manusia, pelatihan dan distribusi

dari unit mata?

• Siapa pemimpin perawatan mata secara local, apa perannya? Apakah mungkin

untuk dihubungi?

• Apakah terdapat kebijakan tentang infrastruktur dan peralatan unit mata?

Page 11: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

11

Pada tingkat daerah, informasi utama yang perlu dikumpulkan termasuk :

• Besar populasi yang dilayani unit mata, misalnya apakah daerah tersebut lebih

banyak orang tua, kaya atau miskin dan sebagainya.

• Peta bagaimana populasi didistribusikan ke akses perawatan kesehatan, seperti

data geografi dan infrastruktur yang dapat mempengaruhi.

• Data tentang prevalensi dan penyebab penyakit mata serta kebutaan secara lokal.

• Hambatan penting untuk diketahui seperti alasan orang yang mengalami

kebutaan tidak datang ke unit mata.

Gambar 3. Penghitungan jumlah kebutaan dan gangguan penglihatan

Untuk dapat memulai pengumpulan informasi perlu diketahui populasi, prevalensi

kebutaan serta gangguan penglihatan di daerah tersebut sehingga dapat dihitung jumlah

orang yang mengalami kebutaan. Penting juga untuk menghitung persentase kebutaan

akibat katarak atau gangguan penglihatan secara lokal, karena katarak merupakan

penyebab utama kebutaan.

Terdapat 5Ms yang dapat memberikan panduan tentang informasi yang perlu

dikumpulkan dalam unit mata atau rumah sakit untuk analisis situasi.

• Manpower : Jumlah kader yang tersedia, berapa banyak sukarelawan, apakah

bekerja penuh waktu atau paruh waktu dan sebagainya

• Material : Kuantitas, kualitas, keteraturan pasokan untuk bahan keras

(infrastruktur, instrument dan peralatan) dan lunak (obat-obatan, bahan habis

pakai).

• Mobilitas : Jenis layanan untuk menjangkau pasien

• Manajemen : Flow chart merupakan cara yang baik untuk proses pengambilan

keputusan

• Money : Sumber dana dan jumlah yang tersedia

Untuk dapat menemukan informasi yang baik untuk analisis situasi perlu mencari dari

berbagai sumber yang berbeda. Data sensus merupakan sumber yang baik untuk

memperkirakan jumlah orang yang menderita kebutaan dan gangguan penglihatan

dengan cara melakukan penelitian lokal atau mengekstrapolasi dari studi sebelumnya di

wilayah yang sama.

Page 12: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

12

Informasi data mengenai tenaga kerja dan material dapat menggunakan catatan

rumah sakit. Untuk informasi jangkauan layanan kesehatan dapat juga menggunakan

data rumah sakit tentang penjangkauan, lokasi dan hasil. Untuk pendanaan dapat

menggunakan catatan keuangan rumah sakit atau layanan kesehatan unit mata.

Gambar 4. Analisis SWOT

Alat yang berguna untuk mendukung analisis situasi adalah analisis SWOT dengan

mengidentifikasi kekuatan kelemahan internal organisasi, serta peluang dan ancaman

eksternal. Sebagai contoh analisis SWOT unit mata akan mengidentifikasi kekuatan

seperti memiliki ahli bedah katarak terlatih di unit mata tersebut. Kelemahan yang dapat

terjadi adalah daftar tunggu panjang disebabkan oleh tidak cukupnya waktu operasi yang

tersedia. Peluang yang dapat ada adalah LSM yang dapat menyediakan barang habis

pakai, dan ancaman berupa ketakutan pasien untuk melakukan operasi katarak di

populasi lokal.

Page 13: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

13

TUJUAN,

SASARAN

DAN TARGET

Page 14: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

14

Tujuan dan sasaran penting untuk dilakukan karena dapat memberikan justifikasi

dan cara untuk melakukan rencana yang dilakukan. Tujuan merupakan pernyataan

singkat dan general tentang tujuan rencana yang akan dilakukan, hal ini menjelaskan

mengapa rencana atau projek tersebut perlu dilakukan, misalkan “tujuannya adalah

menurunkan angka kebutaan yang diakibatkan oleh katarak”. Sasaran mengidentifikasi

praktikal, spesifik, time-bound yang perlu diselesaikan untuk mencapai tujuan. Setiap

sasaran harus berupa SMART :

• Spesifik : Spesifik dengan target

• Measureable : dapat diukur sehingga dapat memeriksa tindakan yang telah

selesai

• Action : seluruh tindakan harus dapat dicapai untuk mencapai target

• Relevan : Tindakan harus relevan dengan tujuan rencana

• Time Frame : Tindakan harus diselesaikan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan

Tujuan dan sasaran yang ditentukan harus disetujui oleh seluruh pembuat rencana

sejak awal, dan membutuhkan revisi dalam mengimplementasikan proyek ataupun

terdapat masalah yang mengharuskan terjadinya revisi dari tujuan dan sasaran.

Target merupakan tingkat perubahan yang harus dicapai pada setiap sasaran selama

periode waktu yang telah ditentukan. Pengaturan target perlu dipertimbangkan dengan

hati-hati, sebagai contoh jumlah operasi katarak per ahli bedah di unit mata adalah 200

per tahun, rencananya adalah untuk mencapai target 400 pada 2020. Cara pembuat

rencana untuk menetapkan target adalah dengan memeriksa alasan mengapa output

saat ini rendah, kemudian mencari panduan dari rencana nasional dan daerah tentang

target yang diharapkan untuk tingkat operasi katarak. Akhirnya akan mempertimbangkan

keseimbangan antara penawaran dan permintaan dari layanan dalam populasi.

Cara menentukan target adalah

dengan memeriksan mengapa

output saat ini masih rendah

Page 15: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

15

PRIORITAS,

JADWAL DAN

ANGGARAN

Page 16: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

16

Kita perlu memutuskan apa yang paling penting dan memilih urutan tindakan yang

akan diambil, hal ini disebut sebagai prioritasi dan terdapat banyak cara untuk

memprioritaskan kegiatan. Seluruh kegiatan yang dapat dilakukan dicatat, untuk setiap

kegiatan diberikan skala 1 hingga 5 poin untuk 4 kategori. 1 adalah nilai terendah dan

diterapkan pada kegiatan yang sulit dilakukan atau tidak begitu penting dan mahal. 5

adalah nilai tertinggi dan diterapkan pada kegiatan yang mudah dilakukan, penting dan

relative murah. 4 kategori yang akan dinilai untuk setiap kegiatan adalah keparahan,

kepentingan, kelayakan dan biaya. Seluruh nilai akan dijumlahkan untuk setiap kegiatan,

dan kegiatan dengan nilai tertinggi diberikan prioritas paling tinggi.

Gambar 5. Penghitungan prioritasi kegiatan

Dalam menentukan prioritas juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti

penyakit, kemampuan untuk mengakses layanan kesehatan, usia yang bervariasi, jenis

kelamin, dan pengelompokan sosioekonomi. Sebagai contoh katarak paling sering

menjadi masalah bagi orang yang berusia diatas 50 tahun, orang yang lebih tua dan kaya

cenderung memiliki akses ke layanan kesehatan mata dan dapat melakukan intervensi

dini, sehingga target prioritasi adalah orang miskin diatas 50 tahun terutama perempuan.

Untuk mengelola waktu dengan baik diperlukan timeplan seperti Gantt chart. Seluruh

kegiatan per sasaran dicantumkan disertai dengan kapan akan dilaksanakan dan

diselesaikan, hal ini dipantau dan diperbaharui saat kegiatan dilakukan

Gambar 6. Tabel Gantt untuk Pengelolaan waktu

Page 17: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

17

Anggaran untuk program yang akan dilaksanakan perlu diperlihatkan kepada pemilik

dana baik pemerintah maupun donor eksternal. Anggaran tersebut termasuk

pendapatan dan pengeluaran dalam melaksanakan program. Penting untuk

memasukkan kedalam anggaran seluruh biaya dan pengeluaran, jika jumlah pastinya

tidak diketahui maka perlu menggunakan estimasi. Anggaran juga harus mencantumkan

semua sumber penghasilan suatu program termasuk biaya dari pemerintah, donor lokal

dan internasional, sumbangan dalam bentuk barang, penghasilan dari kantin dan gaji,

hasil penjualan dari program dan sebagainya.

Gambar 7. Contoh pembuatan Anggaran

Tata letak anggaran untuk setiap kegiatan dibuat terperinci agar dapat memperbarui

dan memvariasikan perkiraan dan jumlah. Informasi tentang pengeluaran dan

pendapatan adalah bagian dari laporan bulanan yang harus dihasilkan untuk

manajemen, untuk dapat melakukan ini persentase setiap item yang telah dihabiskan

(pengeluaran) atau yang dikumpulkan (penghasilan) dihitung. Setiap item yang bernilai

10% atau lebih dianggap sangat penting

.

Page 18: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

18

MONITORING

PROGRAM

Page 19: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

19

Monitoring adalah pengawasan berkelanjutan terhadap implementasi suatu

program. Kegiatan monitoring memeriksa apakah suatu program tersebut berjalan

sesuai dengan rencana. Dalam setiap program, pencapaian diselaraskan dengan

penyelesaian tujuan dan biasanya terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan

untuk mencapai tujuan, serta penting untuk mengetahui kapan dan apa saja informasi

yang harus diambil dalam setiap program. Pembuat rencana harus memutuskan apa

yang dapat dilakukan monitoring dan apa yang harus dilakukan monitoring, sehingga

penting untuk memutuskan seseorang yang mengambil indikator monitoring pada setiap

tingkatan, kemana laporan akan diberikan dan bagaimana program tersebut

mendapatkan feedback review.

Terdapat Golden Rules dalam monitoring :

• Jangan terlalu sering mengumpulkan indikator monitoring.

• Gunakan seluruh indikator monitoring yang dikumpulkan

• Gunakan indikator monitoring pada tingkatan yang sama dengan saat

dikumpulkan sebagai proses dan hasil

• Edukasi pegawai tentang perlunya mengumpulkan indikator monitoring

• Jangan merusak sistem monitoring yang telah berfunsi

Sangat penting bahwa sistem monitoring dan evaluasi perlu disepakati sebelum

dilakukan implementasi. Dengan membuat Sistem informasi Manajemen (SIM) yang baik

di awal program, dapat ditetapkan data dasar dan mengukur dampak intervensi rencana.

Indikator yang dipilih harus :

• Valid : mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur

• Reliable : dapat digunakan oleh orang yang berbeda dan waktu yang berbeda

• Sensitif : bereaksi terhadap perubahan situasi atau target yang diukur

• Spesifik : merefleksikan perubahan terhadap situasi dan target yang ditentukan

Indikator monitoring harus fokus terhadap :

• Burden of Blindness dan gangguan penglihatan

• Kinerja dalam pencegahan dan pengobatan sehubungan dengan pengendalian

penyakit individu

• Pengembangan sumber daya manusia sehubungan dengan ketersediaan

keterampilan teknik

• Pengembangan sistem kesehatan mata

Hasil monitoring akan kemudian akan diputuskan manajemen apakah tujuan dan

target realistis dapat tercapai, strategi yang sudah berjalan sudah efektif dan efisien,

program dikelola dengan baik atau tidak. Mengumpulkan data yang tepat akan memandu

kesuksesan dari suatu program, oleh karena itu pemilihan indikator monitoring yang

tepat akan membuat program berjalan dengan sukses. Monitoring sangan penting

terhadap kesuksesan suatu program yang telah dirancang karena dengan monitoring

dapat meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana dan sumber daya, meningkatkan

kinerja untuk mencapai hasil yang baik.

Page 20: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

20

EVALUASI

PROGRAM

Page 21: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

21

Evaluasi adalah penilaian kritis tentang sejauh mana layanan kesehatan memenuhi

tujuan, ataupun menilai perubahan sebelum dan sesudah program berjalan. Evaluasi

membantu pembuat rencana untuk memahami seluruh program termasuk hasil bukan

hanya sesuai dengan yang telah direncanakan. Pembuat rencana harus melakukan

evaluasi terhadap program yang dirancang dalam 3 waktu yaitu saat program sedang

berlangsung, 6-12 bulan setelah program berlangsung, dan post evaluasi.

Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak boleh terjadi bias, sehingga orang yang

harus melakukan evaluasi adalah konsultan atau tim eksternal. Stakeholder (komunitas,

professional unit mata, penyandang dana) juga dapat dilibatkan sebagai dukungan dan

sumber informasi untuk evaluasi.

Gambar 9. Support informasi dari stakeholder ke Konsultan eksternal

Evaluasi dilakukan dengan cara :

• Kerangka acuan atau ruang lingkup evaluasi disepakati antara coordinator

daerah dan nasional dengan evaluator eksternal

• Data dari seluruh kegiatan monitoring disediakan untuk evaluator

• Evaluator akan mengumpulkan data dari masyarakat dan ruang lingkup

sekitar jika diperlukan

• Laporan disusun dan dibagikan dengan seluruh pemilik kepentingan

• Mengevaluasi untuk rencana program selanjutnya

Page 22: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

22

STUDI KASUS

JAWA BARAT

Page 23: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

23

I. Analisis Situasi

Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan

dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur. Samudra Hindia di selatan serta

Banten dan DKI Jakarta di barat. Luas wilayah Jawa Barat adalah 37173,97 km2

dengan jumlah penduduk sebesar 47.379.389 jiwa pada tahun 2016.Secara

administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 18 kabupaten,

9 kota, 626 kecamatan, 641 kelurahan dan 5321 desa.

Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat

Tabel 1. Data populasi dan geografis propinsi Jawa Barat

Uraian

Luas wilayah 37173,97 km

2

Ketinggian 1500 m diatas permukaan laut

Jumlah populasi 47.379.389 jiwa

Jenis Kelamin Laki- laki 50,9%. Perempuan 49,1%

Usia 50+ Total 15,1%. Laki- laki 7.6%. perempuan 7.6%

Laju pertambahan penduduk 1.8% per tahun

Page 24: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

24

Komite mata nasional memiliki program layanan kesehatan mata yang telah

dilaksanakan oleh dinas kesehatan. Kementrian kesehatan mendistribusikan program

tersebut ke tingkat provinsi, sehingga dinas kesehatan provinsi dapat melaksanakan

kegiatan kesehatan mata pada seluruh wilayah kerjanya. Propinsi Jawa Barat telah

memiliki rumah sakit khusus mata yang telah menjadi rujukan nasional. Rumah sakit

pemrintah dan swasta juga tersedia dengan layanan kesehatan mata. Pada level primer

juga terdapat puskesmas, posyandu dan posbindu yang sudah memiliki program

kesehatan mata dengan kader terlatih terhadap layanan kesehatan mata.

Propinsi Jawa Barat telah memiliki satu rumah sakit pemerintah khusus mata

yang menjadi rujukan nasional dengan 33 spesialis mata. Rumah sakit swasta khusus

mata pada tingkat layanan tersier sebanyak tiga rumah sakit dengan 16 spesialis mata.

Pada tingkat layanan sekunder terdapat 33 rumah sakit pemerintah dan 99 rumah

sakit swasta yang memiliki layanan kesehatan mata. Pelayanan tingkat sekunder

memiliki 67 spesialis mata di rumah sakit pemerintah dan 57 spesialis mata di rumah

sakit swasta. Layanan kesehatan primer yang telah memiliki program kesehatan mata

sebanyak 1330 dengan perawat kesehatan mata sebanyak 1065. Pada level

masyarakat terdapat posyandu, posbindu atau layanan sejenis yang mempunyai

program kesehatan mata sebanyak 480 dan memiliki kader yang terlatih kesehatan

mata sebanyak 480.

Berdasarkan data dari perdami, saat ini cataract surgical rate (CSR) di Indonesia

adalah 1050. Merujuk pada nilai tersebut maka jumlah operasi katarak di Jawa Barat

per tahun adalah sebesar 49.748 per tahun. Rekomendasi vision 2020, CSR yang

disarankan adalah 2000 sehingga diperlukan jumlah operasi katarak sebanyak

94.759 per tahun.

Hasil RAAB di Jawa Barat menunjukkan angka kebutaan sebesar 2.8%. Pada

populasi 50 tahun keatas didapatkan 180.633 orang mengalami kebutaan bilateral,

77.538 orang dengan gangguan penglihatan berat, 471.355 orang dengan gangguan

penglihatan sedang dan 87.105 dengan functional low vision yang memerlukan

pelayanan low vision. Penyebab utama dari kebutaan di Jawa Barat adalah katarak

sebesar 71.7 %.

Page 25: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

25

Tabel 2. Pelayanan kesehatan mata

Layanan kesehatan mata level tersier

Jumlah RS pemerintah dengan layanan khusus kesehatan mata 1

Jumlah RS swasta dengan layanan khusus kesehatan mata 3

Jumlah tempat tidur rumah sakit khusus kesehatan mata 125

Jumlah dokter mata di institusi pemerintah 39

Jumlah dokter mata di institusi swasta 18

Layanan kesehatan mata level sekunder

Jumlah RS pemerintah dengan layanan kesehatan mata 33

Jumlah RS swasta dengan layanan kesehatan mata 99

Jumlah dokter mata di institusi pemerintah 67

Jumlah dokter mata di institusi swasta 57

Layanan kesehatan mata level primer

Jumlah layanan kesehatan (puskesmas, klinik) 2130

Jumlah layanan kesehatan dengan program kesehatan mata 1330

Jumlah perawat kesehatan mata 1065

Layanan kesehatan mata di level masyarakat

Jumlah posyandu posbindu atau layanan sejenis 480

Jumlah kader kesehatan mata terlatih 480

II. Maksud

Menurunkan prevalensi kebutaan karena katarak di propinsi Jawa Barat

III. Tujuan

• Meningkatkan jumlah penemuan kasus katarak sebanyak 20% pada tahun 2020

dibandingkan dengan data pada tahun 2017

• Meningkatkan jumlah CSR dari 1050 per 1 juta penduduk menjadi 2000 per 1 juta

penduduk pada tahun 2020 di Propinsi Jawa Barat

IV. Prioritas

Berdasarkan analisis situasi, prioritas yang harus dilakukan adalah

meningkatan jumlah penemuan kasus katarak

Page 26: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

7

V. Rencana Aktifitas

Aktivitas Waktu Peserta Komentar

Tujuan 1

Menambah jumlah tenaga kesehatan

terlatih mata dan kader pada pusat layanan

primer

1 April–31

Desember 2020

Koordinator program

kesehatan mata di tiap

dinas kesehatan

Diharapkan tiap puskesmas

memiliki perawat dan kader

terlatih untuk menemukan

kasus kebutaan

Melatih kader dan tenaga kesehatan

untuk

mengidentifikasi kebutaan pada pusat

layanan primer

1–3 Juni 2020 Perawat, kader Setiap perawat dan kader

dapat

menemukan kasus kebutaan

di daerah masing-masing

Pengaturan alur dan administarsi rujukan

pasien dari layanan primer ke layanan

sekunder dan tersier

1-3 Juli 2020 Petugas admisitrasi

layanan primer dan sekunder

Setiap tenaga kesehatan

memahami proses rujukan dan

kelengkapan administrasi dari

kasus yang telah ditemukan ke

tingkat pelayanan kesehatan

lebih lanjut

Edukasi katarak rutin di pusat layanan primer Sepanjang

tahun

Tenaga kesehatan, kader,

masyarakat

Tenaga kesehatan dan

masyarakat mendapatkan

informasi tentang katarak

Page 27: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

8

Tujuan 2

Menambah jumlah dokter spesialis mata 1 Juli 2020 Kepala dinas kesehatan

direktur rumah sakit, bagian

SDM rumah sakit, komite

medik rumah sakit

Menyesuaikan kebutuhan

spesialis mata sesuai

standar WHO

Menilai ketersediaan jumlah mikroskop dan

instrument untuk bedah katarak

1-3 Agustus

2020

Direktur rumah sakit Menyesuaikan ketersediaan

mikroskop dan instrument

bedah katarak pada rumah sakit

Meningkatkan keterampilan dokter dan

perawat asisten bedah katarak

4-6 Agustus

2020

Dokter spesialis mata dan

perawat asisten bedah katarak

Meningkatkan hasil operasi

katarak

Meningkatkan jumlah bakti social operasi

katarak

Sepanjang

tahun

Dokter spesialis mata, perawat

asisten bedah katarak, dinas

kesehatan.

Bekerjasama dengan dinas

kesehatan, volunteer dan

tenaga kesahatan dalam

penyelenggaraan bakti sosial

operasi katarak

Page 28: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

9

VI. Monitoring

Aktifitas Indikator Interval Koordinator

Tujuan 1

Menambah jumlah tenaga kesehatan terlatih

mata dan kader pada pusat layanan primer

Ketersediaan perawat dan kader

terlatih mata pada tiap layanan

kesehatan primer

Per 6 bulan Dinas kesehatan kepala

puskesmas/posyandu/posbindu

Melatih kader dan tenaga kesehatan untuk

mengidentifikasi kebutaan pada pusat

layanan primer

Kemampuan perawat dan kader

dalam mengidentifikasi kasus

kebutaan

Per 3 bulan Dokter, perawat

Pengaturan alur dan administarsi rujukan

pasien dari layanan primer ke layanan

sekunder dan tersier

Jumlah pasien yang memiliki

kelengkapan admistrasi saat

menerima rujukan

Per 3 bulan Petugas administrasi layanan

primer dan sekunder

Edukasi katarak rutin di pusat layanan primer Jumlah kegiatan dan peserta

pada tiap puskesmas, posyandu,

posbindu atau rumah sakit

Per 3 bulan Tim penanggung jawab

penanggulanagan kebutaan

pada dinas kesehatan

Page 29: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

10

Tujuan 2

Menambah jumlah dokter spesialis mata Ketersediaan dokter spesialis

mata pada setiap rumah sakit

Per tahun Kepala dinas kesehatan

propinsi, direktur rumah sakit

Menilai ketersediaan jumlah mikroskop

dan instrument untuk bedah katarak

Jumlah rumah sakit yang

memiliki mikroskop dan

instrument bedah katarak

Per tahun Direktur rumah sakit, dinas

kesehatan

Meningkatkan keterampilan dokter dan

perawat asisten bedah katarak

Outcome operasi katarak Per tahun Direktur rumah sakit

Meningkatkan jumlah bakti sosial operasi

katarak

Jumlah bakti sosial dan

jumlah pasien yang di operasi

katarak

Per tahun Tim penanggungajawab

penanggulangan kebutaan pada

dinas kesehatan

Page 30: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

1

VII. Evaluasi

Evaluasi akan dilakukan pada akhir setiap tahun.. Saat evaluasi akan dinilai tujuan awal

yang telah ditentukan. Semua aktivitas akan dinilai kembali dan disesuaikan dengan indikator

yang telah ditentukan. Perbaikan dilakukan pada setiap aktivitas dan sumber daya yang ada,

serta mempertahankan keberlanjutan program yang dinilai efektif dalam mencapai tujuan.

Page 31: Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Careperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/... · sistem kesehatan yang ada agar tidak berjalan sebagai layanan vertikal yang

2