proposal pkl lita oktatiurma
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
1/24
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM MANAJEMEN KESEHATAN PADAKUDA DI ARTHAYASA DEPOK
Oleh :
LITA OKTATIURMA
NIM.125130101111045
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
2/24
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM MANAJEMEN KESEHATAN PADAKUDA DI ARTHAYASA DEPOK
Oleh :
LITA OKTATIURMA
NIM.125130101111045
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
3/24
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………....ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG ………………………………………v
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1 Klasifikasi Kuda ............................................................................... 4
2.2 Manajemen Pemeliharaan Kuda ...................................................... 5
2.2.1 Sistem Perkandangan ............................................................. 5
2.2.2 Manajemen Pakan ................................................................. 7
2.3 Penyakit Yang Umum Menyerang Pada Kuda ……………………..8
2.3.1 Kolik ....................................................................................... 8
2.3.2 Vulnus .................................................................................. 10
2.3.3 Founder (Laminitis)............................................................... 10
2.3.4 Dehidrasi .............................................................................. 10
2.3.5 Tendinitis (Bowed Tendon) ………………………………...12
2.3.6 Tetanus ……………………………………………………...12
2.3.7 Cacingan (cacing gelang atau cacing putih / Ascarids) …….13
2.4 Definisi Pencegahan Penyakit ……………………………………..13
2.5 Program Medikasi Penyakit Pada Kuda …………………………..14
BAB 3. METODE KEGIATAN .................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat PKL ................................................................. 16
3.2 Metode Pengambilan Data ............................................................. 16
3.3 Kegiatan PKL .................................................................................. 16
3.4 Biodata Peserta PKL ...................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
4/24
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perkiraan persentase dehidrasi berdasarkan pemeriksaan fisik ................ 11
3.1 Jadwal Kegiatan PKL mahasiswa Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya ............................................................................... 17
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
5/24
16
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG
Simbol/singkatan Keterangan
cm
CPK
m
SGOT
%
Centimeter
Creatin Posfo Kinase
Meter
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
Persentase
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
6/24
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuda ( Equus caballus atau Equus ferus caballus) telah dikenal banyak
orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan
sebagai hewan piara, hewan olahraga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal
itu disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan
dan ramah terhadap makhluk sekitarnya termasuk manusia (Ningtiyas,2011).
Populasi kuda di Indonesia adalah ± 400 ribu ekor yang tersebar di beberapa
daerah seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua dan Nusa
Tenggara (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2015). Bangsa Kuda di
Indonesia saat ini umumnya adalah hasil persilangan kuda lokal (kuda sandel)
dengan bangsa kuda Eropa, Arab atau kuda Thoroughbred (Ningtiyas,2011).
Melihat nilai kuda yang tinggi dan berharga, mengakibatkan setiap
peternak dan pemilik kuda harus menjaga kondisi kesehatan kuda sebaik
mingkin. Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga kondisi
kesehatan kuda adalah dengan menerapkan manajemen kesehatan yang tepat.
Kuda yang sejahtera, layaknya manusia akan tahan serangan penyakit,
kondisinya akan cepat membaik setelah sakit atau terluka, tahan kerja dan
tekanan pada umumnya hidupnya lebih baik disbanding kuda yang tidak
terurus (McBane, 1994).
Standar manajemen kesehatan kuda umumnya mengacu pada negara-
Manajemen kesehatan kuda juga telah dilakukan di Indonesia contohnya di
Arthayasa Stable.
Istilah Stable dapat diartikan sebagai suatu peternakan kuda. Selain
bergerak di bidang peternakan, umumnya Stable juga bergerak di bidang
olahraga berkuda sehingga diperlukan perawatan khusus bagi kuda untuk
menghasilkan kuda yang berprestasi baik. Beberapa Stable yang besar
biasanya menyediakan fasilitas penitipan untuk kuda-kuda tamu dari dalam
dan luar negeri yang akan mengikuti perlombaan di daerah tersebut. Oleh
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
7/24
18
karena itu setiap Stable yang besar dan maju akan berusaha menerapkan
manajemen kesehatan kuda sesuai dengan standar yang dianjurkan.
Pelaksaan Praktek Kerja Lapang Di Arthayasa Stable Depok mengenai
majemen kesehatan kuda sangatlah penting. Manajemen kesehatan kuda
merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan didalam memelihara
kuda. Informasi mengenai manajemen kesehatan kuda yang diterapkan sangat
dibutuhkan sehingga dilakukanlah kegiatan Praktek Kerja Lapang ini.
1.2 Rumusan masalah
1. Kasus apa saja yang terjadi dan ditemukan pada kuda di Arthayasa Stable
Depok?
2. Bagaimana manajemen kesehatan dalam menjaga kesehatan dan menekan
kemunculan penyakit pada kuda di Arthayasa Stable Depok?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kasus penyakit yang menyerang pada kuda di Arthayasa
Stable Depok..
2. Mengetahui manajemen kesehatan dalam menjaga kesehatan dan menekan
kemunculan penyakit pada kuda di Arthayasa Stable Depok.
1.4 Manfaat
1.
Menambah wawasan mengenai kasus penyakit yang menyerang pada kuda
di Arthayasa Stable Depok.
2. Menambah wawasan mengenai manajemen kesehatan pada kuda di
Arthayasa Stable Depok.
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
8/24
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kuda
Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan
herbivore non-ruminansia. Ternak ini bersifat nomaden, kuat dan mampu
berjalan sejauh 16 km dalam sehari untuk mencari makan dan air minum
(Putri, 2011). Blakely and Bade (1991) menyatakan bahwa klasifikasi
zoologis kuda adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Family : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus caballus
Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar.
Kuda domestikasi ( Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara
manusia untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar
( Equus ferus caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd,
1985).
Pengelompokan kuda berkembang pesat berdasarkan berbagai hal seperti
kemampuan dalam beraktivitas yaitu cold blood, hot blood dan warm blood ,
berdasarkan ukuran tubuh seperti light horses, draught horses dan ponies
(Kacker, 1996), jenis aktivitas seperti work horses dan sport horses, asal
daerah seperti Kuda Arab, Kuda Eropa, Kuda Asia dan Kuda Amerika.
Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan breed , yaitu kuda yang telah
dikawin silangkan dengan kuda jenis lain dan dihasilkan kuda jenis baru yang
berkualitas baik. Breed yang terkenal antara lain Arab, Thorughbred, Anglo-
arab dan Shire (Kidd, 1985).
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
9/24
20
Kuda yang terdapat di wilayah Asia Tenggara termasuk ke dalam ras
Timur karena memiliki bentuk tengkorak yang kecil. Hal tersebut berbeda
dengan kuda ras Eropa yang memiliki tengkorak kepala yang besar. Melihat
bentuk wajahnya, kuda ras Timur diduga merupakan keturunan kuda Mongol.
Kuda Mongol diperkirakan merupakan keturunan jenis kuda Przewalski yang
ditemukan tahun 1879 di Asia Tengah (Soehardjono, 1990).
Keadaan fisik kuda yang terdapat di Indonesia beraneka ragam karena
dipengaruhi oleh keadaan geografis wilayahnya. Kuda-kuda di Indonesia
memiliki ukuran tubuh yang tidaklah terlalu besar yaitu bertinggi badan 1,13
m hingga 1,33 m, hal ini disebabkan karena Indonesia berada di daerah
beriklim tropis (Soehardjono, 1990). Dari ukuran tersebut maka kuda
Indonesia termasuk ke dalam jenis kuda poni.
2.2. Manajemen Pemeliharaan Kuda
Sasaran utama dalam manajemen pemeliharaan kuda adalah
tercapainya suatu tingkat kesiapan operasi, tugas-tugas yang jelas dan tenaga
yang menangani pemeliharaan, standar dan prosedur pemeliharaan
sebagaimana yang tertera dalam buku petunjuk masing-masing alat,
tersusunnya standar pemeliharaan untuk menghindari kerusakan yang
berulang dan dapat memperkirakan waktu perbaikan yang diperlukan serta
pengendalian biaya pemeliharaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen pemeliharaan adalah pemberian pakan yang tepat dan seimbang,
sistem perkandangan yang baik, sistem perkawinan yang terkontrol,
kesehatan hewan secara rutin dan tatalaksana pemeliharaan (McBane, 1994).
2.2.1 Sistem Perkandangan
Kandang harus lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah
sekitarnya untuk memperlancar saluran pembuangan air. Kandang
sering menjadi banjir jika saluran pembuangan air tidak baik, selain itu
saluran pembuangan air yang tidak lancar juga menyebabkan kondisi
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
10/24
21
kandang menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat
menyebabkan kuda mudah terserang penyakit (Brady et al ., 2010).
Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin
tinggi dari lantai, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik.
Tinggi atap kandang minimal adalah 12 kaki atau sama dengan 3,66 m.
Ketersediaan udara yang baik dalam kandang sangat dibutuhkan karena
kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat
penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan
mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Tipe atap kandang dengan
ventilasi yang baik adalah tipe gable , dimana atap berbentuk puncak.
Jendela pada kandang kuda harus berasa pada posisi sejajar dengan
kepala kuda. Bagian kandang harus tersedia air bersih. Kandang juga
harus memiliki system pembuangan kotoran yang baik dan adanya
ketersediaan listrik untuk lampu, kipas angin dan lain sebagainya
(McBane, 1991).
Jenis alas kandang (bedding) yang digunakan tergantung pada
ketersediaan, harga dan kesesuaian material. Serutan kayu dan jerami
merupakan bahan alas kandang yang sangat baik, namun dapat menjadi
mahal atau sulit didapat. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan
sebagai alas kandang adalah gambut, sekam padi, . sekam kacang,
serbuk gergaji dan bubur kertas (Brady et al ., 2010). Alas kandang kuda
harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk
gergaji atau jerami. Alas kandang berfungsi untuk melindungi kuda
ketika sedang menggulingkan badannya, memberikan kehangatan dan
kenyamanan, serta melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga
dan kuda pacu. Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan
pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam
pengawasan kuda (McBane, 1991).
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
11/24
22
Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya
berukuran minimal 5x5 m2, sedangkan untuk kuda poni berukuran
minimal 3,7x3,0 m2. Selain itu bangunan kandang juga sebaiknya
memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang
harus kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua
bagian yaitu bagian bawah yang tertutup dan bagian atas yang berkisi,
sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik. Kuda muda atau anak
kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda
muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan
mengalami kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan dan
tempat minum harus rutin dilakukan (Morel, 2008).
2.2.2 Manajemen Pakan
Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan
hidup dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan salah satu
faktor penting. Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah
hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan dengan kandunganserat tinggi. Hijauan dapat berupa rumput dan legume. Konsentrat
adalah campuran pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18 %
dan tinggi protein. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk hidup
pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5%
bobot badan (NRC, 1989).
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan
fungsi kuda tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu satu sampai enam bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan dan
diatas 24 bulan. Kuda yang berumur satu sampai enam bulan tidak
disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan
induknya. Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan
pakan yang cukup banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya.
Induk menyusui dan induk bunting memerlukan pakan tiga kali lipat
terutama untuk vitamin dan mineral, kacang-kacangan dan bungkil
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
12/24
23
yang dapat membantu pembentukan air susu dalam jumlah yang cukup.
Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan dua hingga tiga kali
sehari yaitu pagi,siang dan sore hari tergantung dari kuda dan fungsi
kuda tersebut (Jacoeb, 1994).
2.3 Penyakit Yang Umum Menyerang Pada Kuda
Secara umum, penyakit adalah gangguan kesehatan. Ditinjau dari
asalnya, penyakit dapat di kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi dan penyakit yang disebabkan oleh non-infeksi.
Penyakit karena infeksi dapat disebabkan oleh adanya bakteri, virus dan
jamur. Sementara itu, penyakit karena non-infeksi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh keadaan tubuh itu sendiri, seperti alergi dan ketidak
seimbangan hormon (Maswarni dan Nofiar, 2014).
2.3.1 Kolik
Salah satu penyakit yang sering menyerang kuda adalah kolik.
Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebih, minum
berlebih pada waktu panas, makanan berjamur dan investasi cacing
gelang. Usus terhalang atau terjepit dan menimbulkan rasa sakit,
sedangkan kuda sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus
menerus, kesakitan, berkeringat, berguling-guling dan tentu saja adanya
rasa tidak nyaman. Tanda-tanda lainnya adalah kuda menolak untuk
makan (Blakely dan Bade, 1991).
Ada beberapa macam kolik diantaranya adalah kolik
konstipasi, spasmodic, timpani, sumbatan, lambung, dan trombo-
emboli. Kolik konstipasi (impaksio kolon) terjadi karena kurang
bermutunya kualitas pakan, kurangnya jumlah air yang diminum,
kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang kurang baik
sehingga pakan tidak dapat dikunyah dengan sempurna, setelah operasi,
setelah pengobatan cacing dan pada anak kuda yang baru dilahirkan
karena retensi mukoneum. Pada kolik ini kebanyakan dijumpai
timbunan pakan atau benda-benda lain dalam flexura pelvina (Media
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
13/24
24
Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Kolik spasmodic disertai
dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi
terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan
gerak peristaltik usus sehingga menyebabkan tergencetnya syaraf.
Kenaikan peristaltik ini dapat menyebabkan diare.
Kolik timpani (Flatulent Colic) ditandai dengan tertimbunnya
gas yang berlebihan pada kolon dan sekum. Pembebasan gas yang
tertimbun terhalang oleh perubahan lain dari saluran pencernaan (Media
Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Kolik sumbatan ditandai
dengan adanya ingesta yang terhalang di usus oleh adanya batu usus
atau bola serat kasar. Kolik ini juga ditandai dengan adanya rasa sakit
yang berlangsung secara progresif, penurunan kondisi dan gejala
autointoksikasi. Pada kasus ini jika dilakukan eksplorasi di dalam
rektum maka akan dijumpai rektum yang kosong sedang timbunan
masa feses terdapat di fleksura (Media Komunikasi Dokter Hewan
Indonesia, 2007).
Kolik lambung terjadi akibat meningkatnya volume lambung
yang berlebihan. Kolik ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia
total (berkurangnya nafsu makan), rasa sakit yang terjadi mendadak
atau sedikit demi sedikit, muntah. Kolik trombo-emboli terjadi akibat
gangguan aliran darah kedalam suatu segmen usus, sebagai akibat
terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing Strongylus
vulgaris. Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan
embolus mengakibatkan terjadinya kolik spasmodic yang rekuren,
sedangkan atony (berkurangnya tonus otot yang normal) segmen usus
mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi (Media Komunikasi Dokter
Hewan Indonesia, 2007). Gejala kolik dapat dicegah dengan pemberian
pakan yang baik, jadwal pemberian pakan yang tepat, pemberian air ad
libitum, perawatan gigi, pemberian obat cacing secara reguler,
pemberian pakan yang sedikit mengandung karbohidrat, dan tidak
mengubah bahan pakan secara tiba-tiba (Sikar, 2002).
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
14/24
25
2.3.2 Vulnus
Luka atau vulnus dapat didefinisikan sebagai gangguan
terhadap kontinuitas suatu jaringan, umumnya diakibatkan oleh trauma.
Luka dapat terjadi akibat goresan, tusukan atau robek .Vulnus ditandai
dengan adanya kerusakan atau hilangnya jaringan epidermal, epidermis
dan dermis bagian atas atau seluruh epidermis dan dermis dan dapat
terjadi pada jaringan yang lebih dalam dari kulit (Heidmann 2006).
Carville (1998) menyatakan bahwa kasus vulnus biasanya
disebabkan oleh trauma benda tajam seperti paku, batang pohon, kawat
pagar, atau benda tumpul misalnya batu dan tali pelana.Kausa ini
mengakibatkan rusaknya jaringan kulit seperti epidermis, dermis,
bahkan jaringan di bawahnya. Kulit berfungsi sebagai barier dari
kontaminan yang terdapat di lingkungan.Kerusakan jaringan kulit akan
mengakibatkan kerusakan organ di bawahnya. Kerusakan ini juga dapat
menjadi pintu masuk terjadinya infeksi.
2.3.3 Founder (Laminitis)
Founder (Laminitis) Laminae bertanduk dari kuku kuda yang
dipenuhi oleh aliran darah, menyebabkan berjalan yang tidak normal.
Tiba-tiba timbul kepincangan yang sangat sakit pada kaki depan,
kadang-kadang juga pada keempat kaki, yang diikuti oleh pertumbuhan
kuku yang cepat yang harus seringkali dipotong. Founder berkaitan
dengan kebiasaan makan yang berlebihan, perubahan pakan secara
drastis, kekurangan latihan fisik, metritis (radang uterus pada kuda
betina yang baru saja beranak), dan minum air yang sangat dingin pada
saat kuda sedang kepanasan. Pengobatan dapat dilakukan dengan
mengajak berdiri dalam kubangan atau air dingin untuk mengurangi
pembengkakan pembuluh darah. Pengobatan hipodermik kemungkinan
juga efektif, tetapi pada kebanyakan kasus, kerusakan tidak dapat
diperbaiki dan satu-satunya pengobatan adalah pemberian sepatu kuda
yang sesuai (Blakely dan Bade, 1991).
2.3.4 Dehidrasi
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
15/24
26
Dehidrasi didefinisikan sebagai kekurangan cairan tubuh yang
diikuti oleh kehilangan elektrolit dan perubahan keseimbangan asam-
basa (Lorenz et al, 1987). Penentuan tingkat dehidrasi sangat dibantu
dari menimbang berat badan hewan secara kontinyu. Pengamatan fisik
sangat sulit untuk menentukan tingkat dehidrasi. Selama proses
penyakit yang berlangsung akut, pemeriksaan fisik klasik tidak
menemukan terjadinya perubahan dari hewan. Perkiraan tingkat
dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkiraan persentase dehidrasi berdasarkan pemeriksaan fisik
Perkiraan persentase
dehidrasi
Temuan Pengamatan fisik
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
16/24
27
fisik dan dikonfirmasi dari pemeriksaan laboratorium, sejarah makan
dan minum dan jumlah air yang keluar sebagai urin atau dari saluran
cerna. Gejala klinis kehilangan cairan tubuh tidak akan terdeteksi
sampai tubuh kehilangan cairan mencapai 5 persen dari total berat
badan. Kehilangan yang meningkat sampai melebihi 7%, akan
menyebabkan kulit pada mata masuk ke kantung mata (mata cekung)
dan elastisitas kulit menurun. Berat ringannya gejala yang muncul
tergantung prosentase cairan yang hilang. Sirkulasi akan kolap jika
kehilangan cairan tubuh mencapai 15%, sedangkan jika sampai
mencapai 20% hewan akan mati .
2.3.5 Tendinitis (Bowed Tendon)
Penyakit ini merupakan pembesaran tendon yang berada di
belakang tulang cannon pada kaki depan dan belakang. Bagian yang
paling sering terserang adalah kaki depan dan terletak tepat dibawah
lutut, tepat diatas fedlock , atau diantaranya. Keseleo berat merupakan
penyebabnya, karena langkah yang panjang dan lemah: teracak kakiyang terlalu panjang; kehabisan tenaga akibat kecelakaan atau latihan
yang dipaksakan; kelelahan otot pada akhir pacuan kuda yang panjang;
penggunaan sepatu kuda yang kurang baik; atau kuda yang badannya
terlalu besar dibandingkan struktur kakinya. Tanda-tanda tendinitis akut
timbulnya cepat. Segera setelah luka, atau bahkan pada saat terjadinya
luka, kuda akan pincang, menyangga tumit dalam posisi miring untuk
menghilangkan tekanan. Bila diraba akan terasa panas, bengkak, dan
sakit (Blakely dan Bade, 1991).
2.3.6 Tetanus
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif yaitu
Clostridium tetani yang merupakan bakteri yang bersopra. Dijumpai
pada tinja binatang terutama kuda, juga bias pada manusia dan pada
tanah yang terkontaminasi tinja binatang tersebut. Spora ini dapat tahan
beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Diagnosis tetanus dapat
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
17/24
28
diketahui dari pemeriksaan fisik berupa : gejala klinik yaitu kejang
tetanic, trimus, dysphagia, risus sardonicus, adanya luka yang
mendahulunya, pada saat kultur baktteri positif Clostridium tetani, dan
pemeriksaan lab dengan SGOT, CPK meninggi serta dijumpai
myoglobinuria.
Tetanus dan kejang-kejang merupakan salah satu penyakit
yang paling membahayakan ternak kuda. Penyakit ini dapat dicegah
dengan cara melakukan vaksinasi. Vaksinasi harus dilakukan secara
rutin dan teratur. Vaksinasi dilakukan berulang kali dan dengan jenis
yang berbeda karena vaksinasi berlaku spesifik untuk setiap penyakit
(Drummond, 1988).
2.3.7 Cacingan (cacing gelang atau cacing putih / Ascarids )
Cacing gelang atau cacing putih ( Ascarids) adalah cacing yang
hidup pada usus halus dan merupakan parasit terbesar dalam usus tetapi
cacing ini tidak menyebabkan kerusakan pada usus.
Salah satu jenis cacing gelang yang sering menyerang kuda
adalah Parascaris equorum. Gejala yang ditimbulkan adalah kondisi
kuda tidak tangkas dan mudah lelah, bulu kasar, sering terjadi gangguan
pencernaan menumpuk pada usus halus sehingga kuda kelihatan seperti
kolik, dan cacing sewaktu-waktu bisa mengganggu hati dan paru-paru.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan, menempatkan
kuda pada kandang atau lapangan rumput yang bersih, mengumpulkan
kotoran pada tempat yang disediakan, serta menyediakan air yang
bersih dan segar. Pemeriksaan telur cacing pada feses anak kuda akan
menunjukkan negatif sampai umur tiga bulan sehingga pengobatan akan
dilakukan pada saat anak kuda mulai mengkomsumsi rumput dan
konsentrat. Pengobatan dianjurkan menggunakan karbon disulphida
atau bisulphida. Obat cacing harus diberikan secara teratur walaupun
belum menimbulkan gejala, bila gejala sudah muncul berarti kerusakan
pada jaringan tubuh sudah terjadi (Maswarni dan Nofiar, 2014)
2.4. Definisi Pencegahan Penyakit
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
18/24
29
Pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian. Menurut Kleinbaum et al ., (2001) pencegahan penyakit adalah
tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi,
membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan dengan menerapkan
sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif.
Penyebaran penyakit dipengaruhi oleh agen, lingkungan dan host.
Agen penyakit yaitu biologis, nutrien, fisik, kultur, kimia, dan mekanisme,
sedangkan lingkungan ada tiga jenis, yaitu lingkungan fisik (air, udara dan
tanah), lingkungan sosial, dan lingkungan biologis (mikroorganisme,
serangga dan tumbuh – tumbuhan), serta host dipengaruhi oleh umur, seks,
ras, nutrisi, pekerjaan, keturunan, kekebalan dan kebiasaan (Edison, 2013).
Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai
masuknya agen penyakit ke induk semang atau upaya memastikan agen
penyakit yang ditemukan dalam suatu peternakan secepatnya dimusnahkan
agar tidak menyebar di dalam peternakan ataupun keluar peternakan /atau
menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu
laboratorium tidak mengkontaminasi atau tidak disalahgunakan misalnya
untuk bioterorisme. Biosecurity merupakan konsep integral yang
mengurangi resiko masuknya penyakit menular maupun tidak menular
(Blackwell, 2007). Biosafety adalah usaha yang dilakukan agar orang yang
bekerja dengan bahan biologi berbahaya terlindungi dari bahan bahaya
biologi yang ditanganinya yang memiliki peran dalam pencegahan penyakit.
Biosecurity dan biosafety dijalankan bersamaan, karena pada intinya
biosecurity juga mendukung terlaksananya biosafety, begitu juga sebaliknya.
2.5 Program Medikasi Penyakit pada Kuda
Dokter hewan harus mempunyai kode etik berdedikasi dan minat
dalam untuk memberikan perawatan baik terhadap satwa. Dokter hewan yang
ditunjuk harus bertanggung jawab untuk memberikan inspeksi kesehatan
rutin.
Adapun program medikasi satwa yang menjadi tanggung jawab
seorang dokter hewan meliputi (Donahue and Erik, 2007):
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
19/24
30
1. Memberi intruksi jelas kepada keeper dan staff untuk cara perawatan dan
pengobatan satwa.
2. Memberi vaksin, obat anti cacing, dan obat - obatan lain untuk pencegahan
penyakit.
3. Mengambil sample darah dan kotoran satwa untuk diperiksa di
laboratorium.
4. Menyimpan data - data kesehatan satwa, persiapan untuk mengobati satwa
yang sakit, memberi diagnosis yang cepat dan tepat serta memastikan data
informasi harus tertulis dan disimpan untuk kebun binatang, bisa dilihat
sewaktu-waktu. Misalnya : obat - obatan pencegahan penyakit yang diberikan
pada saat operasi, dan metode pengobatan lainnya. Penemuan hasil patologi
dan hasil post mortem apabila ada kematian satwa untuk mengetahui sebab-
sebab dan penyakit.
5. Melakukan pemeriksaan terhadap cara perawatan satwa sehari-harinya,
gizi, nutrisi dan kebersihan. Tingkat perawatan satwa harus disesuaikan
dengan kebutuhan animal welfare satwa.
Desinfeksi merupakan suatu kegiatan untuk mematikan atau
menghentikan pertumbuhan hama penyakit pathogen yang terdapat pada
bermacam-macam permukaan (benda hidup dan benda mati) dengan
menggunakan desinfektan. Cara mengaplikasikan desinfektansia meliputi
oles, fogging , spraying (semprot), dipping (rendam/ celup), spraying dan
dipping (semprot dan rendam/ celup). Gunakan alat keselamatan kerja untuk
petugas berupa masker, topi, sarung tangan karet, sepatu karet, dan alat-alat
tambahan lain apabila diperlukan (Setio dan Takandjandji, 2006).
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
20/24
31
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di ARTHAYASA STABLES &
COUNTRY mulai 18 Januari 2016 sampai dengan 12 Februari 2016 dan PKL
ini dilaksanakan sesuai dengan hari kerja instansi terkait.
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan dan Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan kajian
dilakukan dengan mengumpul data yang bersifat primer maupun sekunder.
Data primer diambil dengan cara:
a.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara berdiskusi bersama pihak-
pihak terkait seperti dokter hewan yang menangani dilapangan.
b. Observasi
Observasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan PKL
dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung kondisi yang
terjadi di lapangan.
Adapun data sekunder didapat dengan cara melihat catatan kejadian
tersebut, serta studi literatur dari jurnal, buku, serta penelusuran lain dengan
memanfaatkan teknologi internet.
c. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses dilakukan di laboratorium untuk mendeteksi
parasit yang terdapat pada feses kuda.
3.3 Kegiatan PKL
Kegiatan PKL Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
yang dilakukan di ARTHAYASA STABLES & COUNTRY seperti tertera
dalam Tabel 3.1 di bawah ini.
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
21/24
32
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PKL mahasiswa Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
Kegiatan
Bulan
Oktober
2015
November
2015
Desember
2015
Januari
2016
Februari
201
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Persiapan
1.1 Orientasi Tempat
Praktek Kerja Lapang
1.2 Pembuatan dan
Pengajuan Proposal
Rencana Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang
kepada pihak PKH
UB
1.3
Pengajuan
Proposal Rencana
Pelaksanaan Praktek
Kerja Lapang kepada
pihak Balai
Karantina Pertanian
Kelas II Cilegon
1.4 Pengiriman
Proposal
Praktek Kerja
lapang
2.
Pelaksanaan
2.1 Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang
3.
Pengumpulan data dan Evaluasi Hasil
3.1 pengumpulan data
3.2 Evaluasi Hasil
3.3 Analisa dan
pengolahan data
3.4 Penyusunan Hasil
Laporan Kegiatan
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
22/24
33
3.4 Biodata Peserta Praktek Kerja Lapangan
Peserta yang melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
ARTHAYASA STABLES & COUNTRY adalah :
Nama : Lita Oktatiurma
NIM : 125130101111045
Program Studi : Kedokteran Hewan
Universitas : Brawijaya
Alamat : Perum. Taman Widya Asri Blok C3 No 11
Serang - Banten
No. Tlp : 085714037484
Email : [email protected]
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
23/24
34
DAFTAR PUSTAKA
Blackwell, M. 2007. Production Biosecurity. Poultry International. 50-53.
Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Carville,K. 1998. Wound Care Manual 3rd edition. Western Australia : Silver
Chain Foundation.
Donahue, J. and T. Erik. 2007. Political Animals: Public Art in American Zoos
and Aquariums. Lexington. 79.
Drummond, M.1988. Horse Care And Stable Management . The Crowood Press.
Great Britain.
Edison. 2013. Pencegahan Penyakit. Sumatra Barat: Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran. Universitas
Andalas.
Heidmann, P. 2006. The Skin. Didalam Higgins AJ, Snyder JR, dan Little wood
(E.d) The Equine Manual 2nd. Elsevier Saunder : Philadelphia USA.
Jacoeb,T.I.1994. Budidaya Ternak Kuda. Penerbit Kanisius. Jakarta. 24-35.
Kacker,R , Panwar B .1996. Textbook Of Equine Husbandry.Vikas Publishing
House . New Delhi.
Kementrian Pertanian RI Sub Sektor Peternakan. 2015. Populasi Kuda Menurut
Provinsi. Diakses 8 Oktober 2015, dari htttp://www.Pertanian.go.id
Kidd,J.1985. International Encyclopedia Of Horse Breeds. Hp books Inc,
London.
Kleinbaum. 2001. Prevention of Disease. Academic Press. New York: USA.
Maswarni; Nofiar, R. 2014. Kuda: Manajemen Pemeliharaan dan
Pengembangbiakan . Jakarta Timur: Penerbit Swadaya.
McBane,S.1991. Horse Care And Ridding A Thinking Approach.
Paperback.United Kingdom.
McBane,S.1994. Modern Stables Management Ward Lock. United Kingdom.
http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/
-
8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma
24/24
Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia. 2007. Kolik Pada Kuda. Diakses 16
Oktober 2015, dari http://www.vet-indo.com
Morel, D. 2008. Equine Reproductive Phsycology, Breeding and Study
Management . United Kingdom. CAB 1 Publishing.
National Research Council (NRC). 1989. Nutrient Requirement Of Horses.
National Academy Of Sciences.United Stated Of America.
Ningtiyas, Sari Cipta. 2011. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus)
Untuk Upacara Kenegaraan Dan Sarana Kesejahteraan Di Detasemen
Kavaleri Berkuda (DENKAVKUD). Fakultas Peternakan.IPB.Bogor
Putri,W.T.2011. Manajemen Pemeliharaan Kuda Untuk Olahraga Polo Di Nusantara Pulo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong Kabupaten
Bogor. IPB Press. Bogor.
Setio, Pujo., dan Takandjandji, Mariana. 2006. Konservasi Ex- Situ Burung
Endemik
Langka Melalui Penangkaran. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil
Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang. 51-
58.
Sikar, S.2012. Bahan Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner II . FakultasKedokteran Hewan. Institit Pertanian Bogor, Bogor.
Soehardjono,O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equestrian Centre. Jakarta.
http://www.vet-indo.com/http://www.vet-indo.com/http://www.vet-indo.com/http://www.vet-indo.com/