predicting meteorological component usin

Upload: syahrund-mubarack

Post on 07-Jul-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    1/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    PENDUGAAN UNSUR –  UNSUR FISIS ATMOSFER MENGGUNAKAN

    PENGINDERAAN JAUH 

    1)Putri Yasmin Nurul Fajri, S.Si1)

    Graduate student of Bogor Agricultural University [email protected] 

    1.  Pendahuluan

    Dalam menduga unsur fisis atmosfer berupa suhu permukaan, fluks radiasi

    matahari, tekanan dan sejenisnya, maka diperlukan pemahaman mengenai unit dan

     pendefinisian radiasi elektromagnetik (EM) serta prinsip perpindahan energi dengan

     jelas. Hal ini terkait dengan pemahaman proses perpindahan energi dari permukaan

     bumi terhadap sensor satelit.

    Pada dasarnya, perpindahan energi di alam dibedakan ke dalam tiga aliran yaitu,konduksi yang merupakan perpindahan energi kinetic atom atau molekul (heat)

    melalui kontak antar molekul dengan kecepatan pindah panasnya ditentukan oleh

    sifat dari molekul. Perpindahan panas ini tidak menyebabkan perpindahan molekul;

    konveksi adalah perpindahan panas melalui perpindahan fisik molekul gas dan liquid

    (cair) dan radiasi adalah perpindahan panas melalui jarak tertentu tanpa media

     penghantar. Proses perpindahan energi dengan radiasi merupakan prinsip kerja utama

     bagi perpindahan energi pada system penginderaan jauh.

    Berdasarkan sumber energinya, penginderaan jauh dibedakan menjadi satelit

     pasif dan aktif. Pada umumnya, satelit yang digunakan untuk kepentingan

     pengamatan unsur fisis atmosfer adalah satelit pasif yang menggunakan energi radiasi

    surya sebagai satu  –   satunya energi perekaman. Untuk dapat memahami teknik

     perekaman energi oleh satelit, maka digunakan pendekatan energi sebagai gelombang

    elektromagnetik. Selanjutnya, guna menduga unsur fisis atmosfer dan aliran

    energinya, digunakan pendekatan neraca energi dimana menggunakan prinsip

    thermodinamika I yaitu energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.

    Pada umumnya, setiap satelit memiliki panduan khusus dalam menentukan suhu

     permukaan area di muka bumi. Seperti halnya satelit Landsat dan Aster tentunya akan

    memiliki perumusan yang berbeda, baik dalam penentuan nilai spektral radian hingga

    akhirnya akan didapatkan suhu permukaan. Dalam bahasan ini, akan difokuskan pada

     pendugaan suhu permukaan menggunakan satelit Landsat.

    Berbeda dengan pendugaan suhu permukaan, pendugaan unsur-unsur fisis

    atmosfer seperti radiasi netto, fluks panas tanah, fluks panas terasa, fluks panas laten,

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    2/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    tekanan udara dan kapasitas kalor berlaku secara umum umtuk semua jenis satelit

    karena hanya didasarkan pada perumusan fisika sederhana. Dalam menduga unsur

    fisis atmosfer menggunakan pendekatan neraca energi, diperlukan beberapa asumsi

    seperti mensyaratkan kondisi tanpa awan pada data citra dan energi dihitung pada

    kondisi siang hari. Oleh karena itu, pendugaan unsur fisis alam dengan menggunakan

     prinsip neraca energi, hanya dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang

    menggunakan penginderaan jauh pada pengamatan pagi hingga siang hari pada

    kondisi cerah.

    2.  Dasar energi radiasi

    Pada pembahasan ini, yang dimaksud dengan energi radiasi adalah energi yang

     berpindah dari sumber energi utama bumi (matahari) menuju permukaan bumi secara

    radiasi dimana energi radiasi tersebut berupa gelombang elektromagnetik. Radiasi

    elektromagnetik yang dipancarkan menuju permukaan bumi memiliki panjang

    gelombang beragam dan hanya beberapa bagian yang akan dimanfaatkan oleh obyek

    di permukaan bumi.

    Radiasi elektromagnetik (EM) dalam ruang hampa mempunyai kecepatan yang

    setara dengan 3.1010 cm.s-1 dan sering di notasikan sebagai c. Guna mempermudah

     pemahaman terhadap radiasi EM, maka digunakan pendekatan gelombang, sehingga

    radiasi EM juga mempunyai intensitas (frekuensi) dan panjang gelombang yang

    dirumuskan sebagai :

     

      () 

    Pada persamaan (1) terlihat bahwa jumlah gelombang telah didifinisikan sebagai

    frekuensi, tetapi untuk mendapatkan suatu unit yang dapat memberikan gambaran

    lebih baik pada saat aplikasi dalam penginderaan jauh (terutama pada spektral

    infrared) maka digunakan unit jumlah gelombang per 1 cm (v - wavenumber),

    sehingga didapatkan :

    Bila c = 3.1010 cm.s-1 dan jumlah gelombang per 1 cm dapat dinotasikan sebagai v =

     f/ c, maka

      () 

    Dimana v  dalam satuan cm-1. Dengan menggunakan persamaan 2, kita dapat

    mengklasifikasikan kisaran spectral dan panjang gelombang EM.

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    3/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    Gambar 1. Kisaran spectral dan panjang gelombang EM.

    Sumber : Risdiyanto (2010).

    3. 

    Suhu Permukaan

    Menurut Rosenberg (1974), suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu terluar

    suatu objek. Untuk suatu tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan

    terluar permukaan tanah. Sedangkan untuk vegetasi dapat dipandang sebagai suhu

     permukaan kanopi tumbuhan, dan pada tubuh air merupakan suhu dari permukaan air

    tersebut. Ketika radiasi melewati permukaan suatu objek, fluks energi tersebut akan

    meningkatkan suhu permukaan objek. Hal ini akan meningkatkan fluks energi yang

    keluar dari permukaan benda tersebut. Energi panas tersebut akan dipindahkan dari

     permukaan yang lebih panas ke udara diatasnya yang lebih dingin. Sebaliknya, jika

    udara lebih panas dan permukaan lebih dingin, panas akan dipindahkan dari udara ke

     permukaan dibawahnya.

    Perubahan suhu permukaan obyek tidaklah sama. Hal ini tergantung pada

    karakteristik objek tersebut. Karakteristik yang menyebabkan perbedaan tersebut

    diantaranya emisivitas, kapasitas panas jenis dan konduktivitas thermal. Suhu

     permukaan objek akan meningkat bila memiliki emisivitas dan kapasitas panas yang

    rendah dan konduktivitas termalnya tinggi (Adiningsih, 2001).

    Emisivitas, konduktivitas dan kapasitas panas sangat berpengaruh terhadap suhu

     permukaan. Emisivitas adalah rasio total energi radian yang diemisikan suatu benda

     per unit waktu per unit luas pada suatu permukaan dengan panjang gelombang

    tertentu pada temperatur benda hitam pada kondisi yang sama. Konduktivitas termal

    dapat didefinisikan sebagai kemampuan fisik suatu benda untuk menghantarkan

     panas dengan pergerakan molekul. Kapasitas panas merupakan jumlah panas yang

    dikandung oleh suatu benda (Handayani 2007 ).

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    4/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    Pada prinsipnya, hukum Plank telah memberikan dasar pemahaman terhadap

    dualisme energi radiasi sebagai kuanta dan gelombang EM. Salah satu yang dapat

    diturunkan dalam fungsi Plank adalah nilai suhu suatu benda yang terkait dengan

    nilai radians pada panjang gelombang tertentu. Nilai suhu dihitung dengan

    menginverskan fungsi Plank,

    (

    )

    () 

    TS  = Suhu Permukaan yang terkoreksi (K)TB  = Suhu kecerahan (K)

    δ  =

      (δ = 1,438 X 10-23)

    ζ  = Tetapan Boltzman ( 1,38 X 10-  JK - )

    λ   = Panjang gelombang radiasi emisi (11,5 m)

    ε  = Emisivitas Nilai emisivitas untuk lahan non-vegetasi yaitu sekitar 0.96 danuntuk lahan vegetasi sekitar 0.97. Sedangkan nilai emisivitasuntuk air sekitar 0.98 (Artis dan Carnahan 1982 dalamHermawan 2005).

     Nilai TB diperoleh melalui nilai spektral radian yang nilainya bervariasi untuk tiap

    digital number  tiap piksel pada data citra. Dengan kata lain, Brightness Temperature 

    (TB) adalah perhitungan dari intensitas radiasi termal yang diemisikan oleh obyek.

    Satuan yang digunakan adalah satuan suhu karena terdapat korelasi antara intensitas

    radiasi yang diemisikan dan suhu fisik dari badan radiasi, di mana diasumsikan bahwa emisi radiasi pada permukaan obyek berwarna hitam adalah 1,0 (Khomarudin,

    2005). Nilai suhu kecerahan diperoleh dari :

    (

    ) ( ) 

    TB  : Suhu kecerahan

    K 1  : 607.76 Wm- sr - µm-   (Landsat TM) dan 666.09 Wm- sr - µm-   (Landsat

    ETM+)

    K 2  : 1260.56 Wm

    -

    sr 

    -

    µm

    -

    (Landsat TM) dan 1282.71 Wm

    -

    sr 

    -

    µm

    -

      (LandsatETM+)

     Nilai spektral radian diperoleh dengan menggunakan persamaan 6.

    Lλ  = Gain * QCAL + Offset…..(5)

    Atau dapat juga,

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    5/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    )(

    )()(

    i MIN  L

     MIN QCAL

     MAX QCAL

     MIN QCAL

     MAX QCAL

    i MIN  L

    i MAX  L

     L  

     

     

     

     

     

    .............(6) 

    Lλ   = Spectral radiance pada kanal ke-i (Wm-2sr -1µm-1)

    QCAL = Nilai digital number kanal ke-iLMIN(i)  = Nilai minimum spectral radiance kanal ke-i

    LMAX(i)  = Nilai maksimum spectral radiance kanal ke-i, Minimum pixel value

    QCALMIN = 1 (LGPS Products)

    0 (NPLAS Products)

    QCALMAX = Maksimum Pixel value (255) 

     Nilai LMIN(i)dan LMAX(i) dapat dihampiri berdasarkan Tabel 1 di bawah ini :

    Tabel 1 Kisaran nilai LMIN(i)dan LMAX(i) satelit Landsat 7 ETM+

    Sumber : USGS (2002).

    Menurut Risdiyanto (2009), suhu permukaan tersebut dapat memiliki kisaran

    sensitivitas suhu tertentu. Dengan bertitik tolak pada hukum Plank dan Wien, dapat

    diketahui bahwa setiap kenaikan suhu akan mengakibatkan kenaikan nilai radian.

    Besar dan variasi dari kenaikan tersebut adalah fungsi dari panjang gelombang dan

    suhu. Besar perubahan nilai radians yang beralsi dengan besar perubahan suhu

    disebut sebagai sensivitas suhu (temperature sensitivity).

    Band Number

    Low Gain High Gain Low Gain High Gain

    LMIN  LMAX  LMIN  LMAX  LMIN  LMAX  LMIN  LMAX 

    1 -6.2 297.5 -6.2 194.3 -6.2 293.7 -6.2 191.6

    2 -6 303.4 -6 202.4 -6.4 300.9 -6.4 196.5

    3 -4.5 235.5 -4.5 158.6 -5 234.4 -5 152.9

    4 -4.5 235 -4.5 157.5 -5.1 241.1 -5.1 157.4

    5 -1 47.7 -1 31.76 -1 47.57 -1 31.06

    6 0 17.04 3.2 12.65 0 17.04 3.2 12.65

    7 -0.35 16.6 -0.35 10.932 -0.35 16.54 -0.35 10.8

    8 -5 244 -5 158.4 -4.7 243.1 -4.7 158.3

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    6/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    Tabel 2 Sensitivitas suhu terhadap kisaran spektral/panjang gelombang

    Jumlah gelombang (ν)  Suhu (K) Sensitivitas Suhu

    700 220 4.58900 300 4.32

    1200 300 5.761600 240 9.592300 220 15.042500 300 11.99

    Sumber : Risdiyanto (2010)

    Adapun tahapan untuk memperoleh nilai suhu permukaan dari suatu area tertentu

    dengan menggunakan perangkat lunak Erdas, adalah sebagai berikut :

    3.1. Untuk menentukan nilai suhu permukaan, langkah awal yang dilakukan adalah

    dengan mensintesis nilai  spectral radiance  pada citra dengan menggunakan

    rumus, maka digunakan modeler yaitu pada toolbar Model   –   Model Maker .

    3.2. Langkah selanjutnya adalah dengan membuat model pada Model maker

    Untuk running  model 

    Worksheet  

    Tools 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    7/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    3.3.dan mengolah data citra kanal 6 serta menyusunnya menjadi seperti gambar di

     bawah ini :

    4.4. 

    3.4.   Nilai LMIN(i) dan LMAX(i)  satelit Landsat 7 ETM+ dapat diperoleh dengan

    memadukan kanal yang kita gunakan terhadap nilai gain yang tertera pada

    Tabel 3.

    3.5.   Nilai gain tersebut menurut USGS (2002) didasarkan pada kebutuhan pengguna

    dengan ketentuan sebagai berikut :

    3.5.1. Daratan (bukan es maupun gurun) :

    a) 

    Band 1 sampai dengan 3, menggunakan high gain

     b)  Band 4 menggunakan high gain tetapi bila sudut matahari lebih

     besar dari 45o  menggunakan low gainc)  Band 5 hingga 7 menggunakan high gain

    3.5.2. Gurun

    a)  Band 1-3 menggunakan high gain dan pada sudut matahari lebih

    dari 28o, menggunakan low gain

    LMAX(i) LMINX(i) LMAX LMINX

    LMAX(i) - LMINX(i) LMAX(i) - LMINX(i)

    A B 

    A/B 

    Band

    C*Band 1- LMINX(i) 

    LMINX(i)

    Lλ 

    Data citra 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    8/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

     b)  Band 4 menggunakan high gain, tetapi bila sudut mathari lebih

     besar dari 45o  menggunakan low gain

    c)  Band 5 hingga 7 menggunakan high gain tetapi bila sudut matahari

    lebih besar dari 38o menggunakan low gain

    3.5.3. Salju/kutub/laut es

    a)  Band 1-3 menggunakan high gain tetapi bila sudut matahari lebih

     besar dari 19o menggunakan low gain

     b)  Band 4 menggunakan high gain tetapi bila sudut matahari lebih

     besar dari 31o menggunakan low gain

    c)  Band 5 hingga 7 menggunakan high gain

    3.5.4. Air/Coral

    Band 1 hingga 7 diset menggunakan high gain

    3.5.5. Gunung pada malam hari

    a)  Band 1 hingga 4 menggunakan high gain

     b)  Band 5 hingga 7 menggunakan low gain

    3.5.  Setelah memperoleh nilai spectral radian, lalu membuat model suhu kecerahan

    dengan susunan sebagai berikut : 

    3.6.  Setelah memperoleh nilai suhu kecerahan, menurut hukum Plank, suhu

     permukaan perlu dilakukan koreksi dengan mengklasifikasikan nilai emisi

    Lλ 

    K1 Lλ/ K1

    A+1  Log C 

    K2/D K2 TB 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    9/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    kedalam tiga kelas yaitu non-vegetasi, vegetasi dan lahan terbangun

     berdasarkan Artis dan Carnahan 1982 dalam Hermawan 2005. Model suhu

     permukaan terkoreksi dapat disusun sebagai berikut :

    Keterangan:

    *TBV = EITHER (TB) IF ( $n1_Klasifikasi_lahan == 1) OR 0 OTHERWISE

    *TBA = EITHER (TB) IF ( $n1_Klasifikasi_lahan == 2) OR 0 OTHERWISE

    *TBNV = EITHER (TB) IF ( $n1_Klasifikasi_lahan == 3) OR 0 OTHERWISE

    TB  KlasifikasiLahan 

    *TBV *TBA 

    *TBNV 

    TBV  TBA TBNV 

     

     

     

    A

     

     

     

    B C

     

     

     

    TSV  TSA  TSNV 

    TSV + TSA+ TSNV 

    TS 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    10/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    Dimana TBV, TBA dan TBV berturut-turut adalah suhu kecerahan vegetasi, air dan

    non-vegetasi.

    4.  Albedo

    Albedo merupakan nisbah antara radiasi yang datang dari radiasi matahari

    terhadap radiasi yang dipancarkan. Albedo dapat dinotasikan. Pendugaan albedo dari

    citra Landsat dalam USGS (2002) dapat ditentukan melalui persamaan :

      () 

    di mana :

    d = jarak astronomi bumi-matahari

    ESUNλ  = rata-rata nilai solar spectral radiance Cos ө  = sudut zenith matahari

     Nilai d2 dapat diketahui dengan menentukan JD (Julian Date) yaitu jumlah hari dalam

    satu tahun yang dihitung sampai tanggal akuisisi data citra tersebut. Persamaan yang

    digunakan dalam penentuan jarak astronomi bumi-matahari.

    d2 = (10.01674 Cos (0.98 JD-4))2..........(8)

    Pendugaan albedo dengan persamaan 7, didasarkan pada sifat kelengkungan

    matahari, sudut waktu perekaman citra, intensitas matahari dan besarnya energi yangdipancarkan oleh bumi sebagai respon terhadap radiasi matahari.

    Pendugaan nilai albedo pada satelit Landsat dengan menggunakan perangkat

    lunak Erdas adalah sebagai berikut :

    4.1.  Dengan menggunakan  Model   maker   pada tahap 3.1 dan menentukan nilai

    spectral radiance pada band 1, 2 dan 3 menyusun model seperti gambar di

     bawah ini :

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    11/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    4.5. 

    Keterangan : *) setelah didapatkan nilai spectral radian (Lλ)  pada kanal 1 sehingga

    didapatkan Lλ1, selanjutnya dilakukan model yang sama untuk menentukan nilai

    spectral radian pada band 2 dan 3. Dengan demikian dihasilkan Lλ1, Lλ2 dan Lλ3. 

    4.2. 

    Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan nilai ESUNλ   sesuai dengan

     band yang digunakan berdasarkan kepentingan dalam penentuan albedo. Secara

    umum, untuk kepentingan endugaan albedo sebagai bagian dari prediksi unsur-

    unsur fisis atmosfer, menggunakan band 1,2 dan 3.

    Tabel 3 Nilai ESUNλ  pada setiap band satelit Landsat

    Band watts/(meter squared * μm) 

    1 1997

    2 18123 1533

    4 10395 230.87 84.90

    8 1362.

    LMAX(i) LMINX(i) LMAX LMINX

    LMAX(i) - LMINX(i) LMAX(i) - LMINX(i)

    A B 

    A/B 

    Band

    1* 

    C*Band 1- LMINX(i) 

    LMINX(i)

    Lλ1

    Data citra 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    12/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    4.3.  Setelah menentukan nilai ESUNλ , untuk menduga albedo, kita perlu

    menentukan jarak bumi-matahari (d) berdasarkan julian date dengan

    menginterpolasi tanggal akuisisi citra berdasarkan tabel 4 di bawah ini :

    Tabel 4 Jarak Bumi-Matahari dalam satuan astronomi

    4.4.  Untuk menentukan sudut zenith matahari (z ) dapat diperoleh dengan

    menghubungkan letak lintang dan sudut jam melalui persamaan :

    Cos z = Cos Ø Cos δ Cos h + Sin Ø Sin d…..(9)  

    Dimana,

    δ = 23.45 Sin (  ()

     )…….(10) 

    Dengan n adalah Julian date.

    4.5.  Setelah diperoleh ESUNλ , d dan Cos z, maka untuk menduga albedo, disusun

    model sebagai berikut :

    JulianDate

    d JulianDate

    d JulianDate

    d JulianDate

    d JulianDate

    d

    1 0.98331 74 0.99446 152 1.01403 227 1.01281 305 0.9925315 0.98365 91 0.99926 166 1.01577 242 1.00969 319 0.9891632 0.98536 106 1.00353 182 1.01667 258 1.00566 335 0.9860846 0.98774 121 1.00756 196 1.01646 274 1.00119 349 0.9842660 0.99084 135 1.01087 213 1.01497 288 0.99718 365 0.98333

    Lλ1 

    ESUNλ  d 

    Temporary 

    Cos z 

    π 

    α1 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    13/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    4.6.  Ulangi tahap 4.5 untuk spectral radiance band 2 dan band 3

    4.7.  Setelah didapatkan nilai albedo untuk band 1, 2 dan 3, maka untuk mendapat

    nilai albedo suatu area kajian dapat ditempuh dengan merata-ratakan albedo 1, 2

    dan 3.

    5.  Radiasi netto

    Permukaan matahari dengan suhu sekitar 6000 Kelvin akan memancarkan

    radiasi sebesar 73,5 juta Wm-2 . Radiasi yang sampai di puncak atmosfer rata-rata

    1360 Wm-2, hanya sekita 50% yang diserap oleh permukaan bumi, 20% diserap oleh

    air dan partikel-partikel atmosfer, sedangkan 30% dipantulkan oleh permukaan bumi,

    awan dan atmosfer.

    Matahari dapat memancarkan radiasi gelombang pendek, sedangkan benda di

    alam yang mempunyai suhu permukaan lebih besar dari 0 Kelvin (atau -273 oC)

    dapat memancarkan radiasi gelombang panjang yang nilainya berbanding lurus

    dengan pangkat empat suhu permukaan benda tersebut (Hukum Stefan-Bolzman).

    Sebagian dari radiasi matahari akan diserap dan dipancarkan lagi dalam bentuk

    gelombang panjang.

    Selisih antara gelombang pendek netto dan gelombang panjang yang datang

    ke permukaan dengan gelombang pendek dan gelombang panjang yang hilang

    disebut radiasi netto yang dirumuskan sebagai berikut:

    α1  α2  α3 

    (α1+ α2+α3)/3 

    α 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    14/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    R n = R s↓+R s↑+R l↑+R l↓ ……(12)

    dengan R s↓ adalah radiasi gelombang pendek yang datang, Rs↑ adalah radiasi

    gelombang pendek yang dipantulkan, R l↑ radiasi gelombang penjang yang

    dipantulkan dan R l↓ adalah radiasi gelombang penjang yang datang. Sebagian dari

    radiasi gelombang pendek dipantulkan dan diserap atau diteruskan. Seberapa besar

    energi pantulannya tergantung pada albedo (α) permukaanya. 

    Gambar 1 Ilustrasi komponen-komponen neraca energy. Sumber :Langensiepen (2003).

    Berdasarkan pemanfaatan radiasi netto sebagaimana Gambar 1, radiasi nettodapat pula dirumuskan sebagai

    R n = H+G+λE+S……(13)

    dimana H adalah sensible heat flux, G adalah soil heat flux, λE adalah latent heat flux,

    S adalah storage. Menurut Samson dan Lemeur (2001) komponen storage terdiri dari

    Sv  adalah bimass heat storage  dan S p  adalah  photosynthesis heat storage.

    Keseluruhan pemanfaatan radiasi netto tersebut dinyatakan dalam satuan Wm-2.

    Selanjutnya, Mayers dan Hollinger (2003) menambahkan komponen Sg  yang

    merupakan  ground heat storage  di atas  soil heat flux plate  (G) dan komponen

     pemanfaatan radiasi netto untuk pemanasan kandungan air (Sc)..sebagai storage dari

    komponen neraca energi yang diterima di permukaan.

    Pada perhitungan nilai radiasi pada penginderaan jauh, komponen  storage 

    kurang dipertimbangkan karena nilainya hanya berkisar 5% dari energi yang diterima

    oleh permukaan. Dengan demikian, nilai radiasi netto ditentukan dari radiasi pantul

    gelombang pendek, radiasi pantul gelombang panjang dan radiasi datang gelombang

     pendek dan tidak memasukkan nilai radiasi gelombang panjang yang datang. hal ini

    diebabkan radiasi gelmbang panjang yang datang bernilai sangat kecil bila

    dibandingkan dengen radiasi gelombang pendek yang datang. karena pada pendugaan

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    15/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    komponen neraca energi diharapkan data itra yang diperoleh memiliki keawanan 0%,

    maka besarnya radiasi yang ditransmisikan oleh awan sangat kecil.

    Adapun tahapan-tahapan untuk mendapatkan radiasi netto sebagai berikut :

    5.1.  Setelah memperoleh nilai spectral radiance dan albedo band 1, 2 dan 3,

    selanjutnya menentukan radiasi netto.

    5.2.  Untuk menentukan nilai radiasi gelombang pendek yang dipantulkan, dilakukan

    konversi satuan yaitu dengan mengkalikan spectral radiance dengan rataan

     panjang gelombang yang diterima per kanal dan phi (asumsi bahwa bumi bulat)

    mengikuti persamaan :

        ……….(14) 

    Dengan    ̅adalah rataan gelombang per kanal, π bernilai 3.14 dan I adalah nomor

    kanal (1,2,3…).  Untuk aplikasi penginderaan jauh, maka R skonversi  yang adak

    dihasilkan adalah R skonversi untuk band 1, R skonversi untuk band 2 dan R skonversi untuk band 3.

    Tabel 5 Panjang gelombang tiap kanal dalam satelit Landsat ETM+ ( Lillesanddan Kiefer, 1997)

    Berdasarkan Tabel 5, maka diperoleh rataan panjang gelombang untuk kanal 1, 2

    dan 3 secara berturut-turut adalah 0.49 µm, 0.56 µm dan 0.66 µm. 

    Kanal Panjang Gelombang(µm) Warna

    1 0.45 - 0.52 Biru2 0.52 - 0.60 Hijau3 0.63 - 0.69 Merah4 0.76 - 0.90 Infra merah dekat

    5 1.55 - 1.75 Infra merah sedang6 10.4 - 12.5 Infra Merah Termal7 2.08 - 2.35 Infra merah sedang

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    16/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    Pada tahap ini, akan diperoleh nilai Rskonversi masing-masing kanal yang nilainya

    setara dengan radiasi gelombang pendek yang dipantulkan/dipancarkan oleh

    obyek.

    5.3.  Setelah diperoleh nilai Rs↑ tiap kanal, untuk memperoleh Rs↑ maka ketiga Rs↑

    tersebut dirata-ratakan seperti model berikut :

    Lλi 

      π  *Lλ1* π 

    Rskonversi 

    Rs↑ 

    Band2 

    Rs↑ 

    Band1 

    Rs↑ 

    Band3 

    Rs↑ 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    17/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    5.4.  Untuk menentukan nilai radiasi gelombang pendek yang datang ditempuh dari

    radiasi gelombang pendek yang dipantulkan terhadap albedo yang dihasilkan

    mengikuti Persamaan 15 sebagai berikut :

     

    Sehingga,

    () 

    Dengan demikian, R s↓ dapat diperoleh melalui penyusunan model sebagai berikut:

    Dengan demikian akan dihasilkan R s↓  untuk band 1, 2 dan 3. Selanjutnya, R s↓ 

    ketiga and tersebut, dirata-ratakan dengan menggunakan model sebagai berikut :

      

     

    band 1 

    α 

     /α 

     

    band 2 

     

    band 3 

     

    Rata-rata 

      

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    18/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    5.5.  Radiasi gelombang pendek diperoleh dari selisih radiasi gelombang pendek yang

    datang terhadap radiasi gelombang pendek yang dipantulkan.

    Rs = - …….(16) 

    Persamaan 16 dapat disusun menjadi model sebagai berikut :

    5.6.   Nilai radiasi gelombang panjang yang dipantulkan diperoleh dari nilai suhu

     permukaan dengan menggunakan hukum Stefan Boltzman :

    R l↑ = 5.67 x 10-8 x ε x (Ts+273.15)……(17) 

    Dimana Ts adalah suhu permukaan obyek dan ε adalah emisivitas. Dalam hal ini,

    emisivitas bernilai 1 dengan asumsi obyek merupakan benda hitam. Selanjutnya,

    Persamaan 17 tersebut disusun menjadi model sebagai berikut :

       

     

      −  

    5.67 x 10-8   

    R l↑ 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    19/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    5.7.  Dalam penerapan neraca energi pada penginderaan jauh untuk menduga radiasi

    netto, karena nilai radiasi gelombang panjang yang datang nilainya menghampiri

    nilai radiasi gelombang panjang yang dipantulkan dan nilai panjang gelombang

     panjang yang datang sangatlah kecil, sehingga pendekatan neraca energi untuk

    menduga radiasi netto dari radiasi gelombang pendek yang datang dan radiasi

    gelombang pendek dan panjang yang dipantulkan.

    R l↑ ~ R l 

    5.8.  Radiasi netto dapat diduga dengan selisih radiasi gelombang pendek dengan

    radiasi gelombang panjang.

    Rn = Rs - R l….(18) 

    Persamaan 18 dapat disusun menjadi model sebagai berikut :

    6.  Fluks pemanasan tanah (G)

    Soil Heat Flux  (G) merupakan sejumlah energi matahari yang sampai pada

     permukaan tanah dan digunakan untuk berbagai proses fisik dan biologi tanah.

    Bentuk aliran energi pada fluks panas udara berupa konduksi di mana sebagian energi

    kinetik molekul benda/medium yang bersuhu lebih tinggi dipindahkan ke molekul

     benda yang lebih rendah melalui tumbukan molekul-molekul tersebut. Hal ini

    ditunjukkan melalui persamaan berikut :

    ……..(19)

    di mana G adalah fluks pemanasan tanah (Wm-2), k adalah koefisien konduktifitas

    tanah (Wm-2K -1) dan

      adalah gradient suhu (Km-1). Fluks panas tanah dihitung

    R l R s 

    R s- R l 

    R n 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    20/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

     berdasarkan hubungan antara radiasi netto (R n), suhu permukaan (Ts) , albedo () dan

     NDVI yang dirumuskan oleh Allen et. al  2001 :

     (0.0038 )( − )…………….(20) 

    Dimana α adalah albedo yang diperoleh pada Tahapan 4.7, NDVI adalah rasio NIR-IR terhadap NIR+IR, R n adalah radiasi nettto yang diperoleh pada tahapan 5.8 dan Ts 

    adalah suhu permukaan yang diperoleh pada Tahapan 3.6. Model menurut Persamaan

    20 dapat disusun sebagai berikut :

    7.  Fluks pemanasan udara (Sensible Heat Flux  / H)

    Sensible Heat Flux  (H) atau yang dikenal dengan lengas terasa atau fluks pemanasan udara merupakan energi yang digunakan untuk memindahkan panas dari

     permukaan ke udara (Maharani, 2005). Fluks lengas terasa pada umumnya berlangsung secara konveksi di mana panas dipindahkan bersama-sama dengan fluidayang bergerak. Proses tersebut dirumuskan kedalam persamaan berikut :

    −( )

    ……..(21)

    R n  Ts  α   NDVI 

    R n Ts/α 

    0.0038

    0.0074

    1

    0.98

    Temporary 

    A

    Temporary 

    B

    Temporary 

    C

    G

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    21/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    di mana H adalah fluks pemanasan udara (Wm-2), ρ adalah kerapatan udara kering(Kgm-3), C p adalah panas jenis udara pada tekanan tetap (JKg

    -1K -1), Ts  adalah suhu permukaan (oC), Ta  adalah suhu udara (

    oC) dan Γa  adalah tahanan aerodinamik.

    Berdasarkan Persamaan 21 diatas, diketahui bahwa semakin besar perbedaan antara

    suhu permukaan dengan suhu udara diatasnya dengan tahanan aerodinamik yangkecil, maka jumlah energi akan menjadi besar. Proses pemanasan udara melaluikonveksi lebih efektif dibandingkan dengan konduksi atau radiasi. Oleh karena itu, proses pemanasan udara dalam neraca energi hanya diwakili oleh proses konveksi,sehingga nilai H ~ Rn.

    Fluks pemanasan udara dapat dihampiri melalui persamaan nisbah bowendimana nisbah bowen merupakan nilai perbandingan antara besarnya fluks pemanasan udara terhadap panas laten yang dirumuskan sebagai berikut:

    ……..(22)

    ( − − )  ( − − )   ( − ) −   ( − ) ( ) ( − ) 

    ( − )

    ( ) () 

    dimana H adalah Sensible Heat Flux, R n  adalan radiasi netto, G adalah fluks

     pemanasan udara dan  adalah nisbah bowen dengan nilai β untuk air, vegetasi danlahan terbangun secara berturut-turut adalah 0.1, 0.5 dan 4. Dengan menggunakanPersamaan 23, kita dapat menentukan H melalui penginderaan jauh yang ditentukandengan model sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    22/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    Selanjutnya, digabungkan  sensible heat   pada air, vegetasi dan lahan terbangun

    dengan model sebagai berikut :

    Klasifikasi

    Lahan

    air

    Vegetasi

    Lahan

    terbangun

    a

    b

    c

    Rn 

    G

    d

    e

    f

    0.1

    0.5

    4

    Hair 

    Hveg 

    Hltb 

    Hair  Hveg  Hltb 

    g

    H

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    23/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    8.  Fluks penas laten

     Latent heat flux  (LE) merupakan limpahan energi yang digunakan untuk

    menguapkan air ke atmosfer. Menurut Monteith dan Unsworth (1990), fluks panas

    laten adalah jumlah energi yang diperlukan untuk mengubah satu unit massa air

    menjadi uap pada suhu yang sama. Bila terjadi evaporasi, maka sistem yang

     berevaporasi mengalami pengurangan energi , sedangkan aliran energi akan bersifat

     positif (Michael, 2006). Pada proses ini terjadi konversi panas laten menjadi lengas

    terasa yang kemudian meningkatkan suhu udara dan menurunkan suhu permukaaan.

    Fluks panas laten dapat didekati dengan persamaan sebagai berikut :

    λE = R n  –  H –  G….(24) 

     berdasarkan persamaan tersebut, dapat disusun model penduga fluks panas laten

    sebagai berikut :

    9.  Evaporasi aktual

    Evaporasi adalah suatu jumlah maksimum dari air yang berhasil diubah ke dalam

    fase uap air, berlangsung pada suatu permukaan rata, datar dan basah yang dapat

    dicapai secara bebas oleh seluruh faktor-faktor iklim. Evapotranspirasi adalahkombinasi dari dua proses yaitu proses kehilangan air pada permukaan tanah yang

    disebut evaporasi dan proses kehilangan air dari tanaman (transpirasi).

    Laju evapotranspirasi suatu area ditentukan oleh ketersediaan lengas pada

     permukaaan dan kemampuan atmosfer untuk menguapkan dan memindahkan uap air

    ke atmosfer. Jadi, lengas yang tersedia kemudian evapotransporasi akan terjadi pada

    HRn  G

    R n  –  H –  G 

    λE 

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    24/25

    Beasiswa Unggulan DIKNAS 2011

    laju maksimum yang memungkinkan pada likungannya dikenal dengan konsep

    evapotranspirasi potensial (ETp).

    Evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca, jenis dan tingkat

     pertumbuhan vegetasi, lengas tanah dan sifat fisik tanah. Terdapat dua model yang

     biasa digunakan untuk menduga evapotranspirasi,yaitu model Thornthwaite dan

    model Haergreaves. Kedua model ini dapat digunakan dengan menggunakan dua

    variabl iklim, suhu dan radiasi. Perbandingan evapotranspirasi dari model

    Haergreaves dan Thronthwaite yang ditunjukkan oleh Narongrit dan Yasuoka pada

    tahun 2003, menjelaskan bahwa kedua model dapat dimanfaatkan pada musim hujan

    hingga awal musim panas. Dalam Narongrit dan Yasuoka tahun 2003 diperoleh hasil

    analisis regresi yang dapat digunakan untuk menduga ET, hasil regresinya dapat

    ditulis seperti berikut :

    ETRS = 0.303 + 0.03LSTRS + 0.5 NDVIRS…….(25)

    Dimana ETRS adalah evapotranspirasi pada permukaan yang tinggi dan kasar seperti

    tanaman alfalfa (mm), LSTRS adalah suhu permukaan (oC) dan NDVI adalah indeks

    vegetasi. Model ini memiliki nilai nilai keakuratan mendekati 1 (R 2 = 0.8569). Model

    regresi ini digunakan Narongrit dan Yasuoka untuk menduga evapotransporasi pada

    sebuah lahan pertanian di negara Thailand. Persamaan 25 dapat disusun sebagai

     berikut :

    Selain ETRS, evapotrnspirasi standard an actual dapat diduga dengan

    menggunakan penginderaan jauh. Menurut definisi, evapotranspirasi standar

    (Reference Evapotranspiration = ETo) merupakan ET untuk lahan dengan penutupan

    tajuk penuh oleh rerumputan hijau dengan kekasaran aerodinamik yang relatif

    konstan selama musim tumbuhnya. Persamaan evaptranspirasi standar menurut

    model Hargreaves adalah sebagai berikut :

    ETo = 0.0135 R s (T+17.8)…..(26) 

    Dimana ETo  adalah evapotranspirasi standar, T adalah suhu permukaan harian (oC)

    dan R s  adalah radiasi matahari total (radiasi datang). Persamaan 26 dapat disusun

    sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Predicting Meteorological Component Usin

    25/25

    Evapotranspirasi aktual (ETa) merupakan gambaran laju kehilangan air yang

    tidak hanya ditentukan oleh kondisi iklim tapi juga kondisi tanah dan sifat tanaman . 

    Evapotranspirasi actual tersebut dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut :

    ETa = λLE….(27)

    Dengan λ adalah Latent Heat of Vaporization (2.45 MJ/kg) dan LE adalah fluks

     panas laten yang diperoleh pada Sub.bab 8. Persamaan 27 dapat disusun sebagai

     berikut :