potensi novel remaja mutakhir (2000-an)...
TRANSCRIPT
POTENSI NOVEL REMAJA MUTAKHIR (2000-AN)
SEBAGAI ALTERNATIF
SUMBER BELAJAR APRESIASI PROSA
BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
Renny Lutviana¹
Ida Lestari²
Endah Tri Priyatni²
Universitas Negeri Malang (UM), Jalan Semarang 5 Malang E-mail: [email protected]
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) karakteristik unsur intrinsik
novel remaja mutakhir (2000-an), (2) karakteristik unsur ekstrinsik novel remaja
mutakhir (2000-an), dan (3) potensi novel remaja mutakhir (2000-an) sebagai
alternatif sumber belajar apresiasi prosa berbasis pendidikan karakter. Hasil
penelitian ini mendeskripsikan novel-novel yang berpotensi untuk pendidikan
karakter dan telah disusun berdasarkan urutan novel yang paling berpotensi
hingga ke novel yang kurang berpotensi. Novel yang paling berpotensi dapat
digunakan langsung sebagai sumber belajar, diantaranya novel Cybercrime
Fighters dan Jilbab Funky.
Kata kunci: novel remaja, unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, pendidikan karakter,
pembelajaran apresiasi prosa
This research is done with aimed to describing (1) an intrinsic element
characteristic of current adolescent novel (in year 2000s), (2) an extrinsic element
characteristic of current adolescent novel (in year 2000s), and (3) a potency of
current adolescent novel (in year 2000s) as a learning source alternative of prose
appreciation based on the character education. The result of this research in the
form of the novels that appropriate to character education and had been arranged
according to the sequance of novel that most potential to less potential novel. The
most potential novel can be used directly as a learning source, such as
Cybercrime Fighters and Jilbab Funky novel.
Keywords: adolescent novel, intrinsic element, extrinsic element, character
education, prose appreciation learning
Karya sastra memiliki lingkup yang luas, yaitu segala sesuatu yang
tercetak, termasuk berbagai buku ilmu pengetahuan. Namun, saat ini, karya sastra
dikategorikan menjadi tiga genre, yakni puisi, drama, dan prosa. Novel
merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa. Penghargaan dan
penilaian terhadap karya sastra muncul mengiringi banyaknya karya sastra yang
¹ Renny Lutviana adalah mahasiswa di Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini
diangkat dari Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang,
2012.
² Ida Lestari dan Endah Tri Priyatni adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang.
ada saat ini, termasuk novel, yang disebut sebagai apresiasi prosa. Saat ini,
apresiasi prosa sudah diajarkan kepada siswa di sekolah. Menurut Fowler (dalam
Ahmadi, 1990:96), pengajaran apresiasi prosa bertujuan untuk membangkitkan
generasi pembaca yang gemar membaca dan memahami makna yang disampaikan
pengarang melalui karyanya.
Pembelajaran apresiasi prosa saat ini dikembangkan menggunakan strategi
pembelajaran berbasis pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan bunyi tujuan
nasional pendidikan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
dan membentuk watak (Balitbang Kemendiknas, 2010:2). Pendidikan karakter
dapat diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa yang
positif kepada siswa dan diharapkan siswa dapat menanamkan dan
mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari.
Saat ini, perilaku masyarakat banyak yang menyimpang dari norma dan
nilai yang berlaku, tak terkecuali perilaku pelajar saat ini. Meskipun hidup dalam
lingkungan pendidikan, perilaku siswa banyak yang melenceng dari norma. Hal
ini biasa disebut sebagai kenakalan remaja. Contoh kenakalan remaja yaitu
penyalahgunaan narkotika, pergaulan bebas, dan perkelahian antarpelajar. Karena
alasan inilah, pendidikan karakter diikutsertakan dalam berbagai mata pelajaran
agar nantinya dapat memberikan arahan kepada pelajar Indonesia agar senantiasa
berperilaku terpuji, termasuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia, guru diharuskan mengembangkan pembelajaran
berbasis pendidikan karakter, termasuk dalam pembelajaran apresiasi prosa, yakni
dengan mempertimbangkan pemilihan novel-novel yang berkualitas dan
mengandung pendidikan karakter yang penting untuk siswa.
Novel remaja merupakan novel/karya fiksi yang isinya mencerminkan
kehidupan sosial para remaja. Novel remaja mengangkat permasalahan yang tidak
rumit dan penyajiannya sederhana (Mahmud, 1987: 2). Novel remaja, seperti
halnya novel-novel yang bukan kategori novel remaja, memiliki unsur-unsur
instrinsik yang akan menentukan kualitas kesastraan dari novel tersebut. Menurut
Priyatni (2010:110), unsur intrinsik prosa fiksi yaitu tema, tokoh dan penokohan,
alur atau plot, gaya (style), latar, point of view, suasana cerita (mood, atmosphere,
tone). Ketujuh unsur inilah yang mempunyai peran penting dalam penciptaan
novel. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Wellek & Warren (dalam Pratiwi,
1991:46) yang menyatakan bahwa ketujuh unsur di atas adalah unsur yang
membangun novel. Selain itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa amanat juga
termasuk dalam unsur intrinsik karena amanat erat kaitannya dengan tema
(Suroto, 1989:89). Tidak semua unsur bisa digunakan untuk melihat potensi
penidikan karakter yang ada dalam novel. Unsur-unsur intrinsik yang dapat
digunakan untuk melihat potensi novel yang sesuai untuk pendidikan karakter
adalah tema, amanat, tokoh dan penokohan, latar tempat, dan latar waktu.
Selain unsur instrinsik, novel juga memiliki unsur ekstrinsik, yakni unsur
yang berada di luar tubuh karya sastra (Suroto, 1989:138). Secara sederhana,
unsur ekstrinsik tidak ada dalam penyusunan kerangka novel. Namun, unsur-
unsur tersebut disertakan dalam novel. Unsur-unsur ekstrinsik yang dapat
digunakan untuk melihat potensi novel yang sesuai untuk pendidikan karakter
adalah nilai-nilai dan biografi pengarang.
Setelah melihat permasalahan dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) karakteristik unsur intrinsik
novel remaja mutakhir (2000-an), (2) karakteristik unsur ekstrinsik novel remaja
mutakhir (2000-an), dan (3) potensi novel remaja mutakhir (2000-an) sebagai
alternatif sumber belajar apresiasi prosa berbasis pendidikan karakter. Penelitian
ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pembelajaran apresiasi prosa
tentang novel-novel tahun 2000-an yang dapat digunakan sebagai alternatif
sumber belajar apresiasi prosa berbasis pendidikan karakter.
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian
ini menggunakan konteks alamiah dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
bukan angka-angka. Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat
diperlukan. Peneliti berkedudukan sebagai instrumen utama. Peneliti merupakan
instrumen kunci, baik dalam pengumpulan data, analisis data, dan tafsiran makna.
Data penelitian ini berupa kata-kata paparan kebahasaan tentang rangkaian
peristiwa-peristiwa secara keseluruhan dalam novel-novel remaja mutakhir tahun
2000-an. Data penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni data verbal dan data
nonverbal. Data verbal diambil dari dialog atau monolog tokoh, sedangkan data
nonverbal diambil dari narasi atau pendapat pengarang. Teknik yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah dokumentasi. Peneliti mendokumentasikan novel-
novel yang telah dipilih sebagai sumber data dan lembar pengumpulan data.
Langkah kerja pengumpulan data dalam penelitian ini (1) diawali dari membaca
secara cepat dan kritis untuk memahami isi novel, (2) membaca dan menelaah
secara kritis sumber-sumber data yang dipilih, (3) menandai bagian-bagian dalam
sumber data yang potensial untuk dipilih sebagai data.
Analisis data dimulai dengan membaca teks novel-novel remaja mutakhir
tahun 2000-an. Kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian jenis unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel, kemudian yang terakhir adalah melihat potensi
novel-novel itu sebagai alternatif sumber belajar apresiasi prosa berbasis
pendidikan karakter. Pengecekan keabsahan temuan dilakukan untuk menguji data
yang diteliti agar hasilnya lebih akurat. Teknik pengecekan antara lain (1)
memperpanjang keikutsertaan, yakni dibaca berulang-ulang, (2) ketekunan
pengamatan, bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, (3) pengecekan sejawat, yakni
melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing atau teman sebagai bahan
pertimbangan.
Hasil
Berdasarkan kriteria yang telah disusun, ditemukan delapan novel remaja
yang sesuai dan dapat digunakan sebagai aletrnatif sumber belajar apresiasi prosa
yaitu (1) Fairish, (2) Dealova, (3) Rahasia Bintang, (4) Kintaholic, (5) FBI vs
CIA, (6) Unbelievable, (7) Cybercrime Fighters, dan (8) Jilbab Funky. Berikut ini
disajikan paparan data dan temuan penelitian dari unsur-unsur intrinsik novel
remaja muta Unsur intrinsik dalam novel meliputi tema, amanat, tokoh dan
penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya (style). Tema ditemukan setelah
menyusun pernyataan mengenai hal-hal yang ingin dicapai oleh tokoh. Tema yang
ditemukan ada empat. Novel Fairish, Dealova, Rahasia Bintang, dan Kintaholic
bertemakan impian dan cinta dapat diraih melalui usaha keras, novel FBI vs CIA
bertemakan kerja keras dapat membuahkan hasil yang diinginkan, novel
Unbelievable bertemakan persahabatan yang sejati didapat dari hati yang tulus,
novel Cybercrime Fighters dan Jilbab Funky bertemakan kebaikan dapat
mengalahkan kejahatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel remaja
mutakhir 2000-an yang diteliti yang paling dominan adalah tema impian dan cinta
dapat diraih melalui usaha keras.
Amanat ditentukan setelah menemukan tema. Amanat disusun berdasarkan
tema menggunakan kata himbauan, perintah, atau larangan. Novel Fairish,
Dealova, Rahasia Bintang, dan Kintaholic beramanatkan berusahalah dengan
keras agar impian dan cinta dapat tercapai, novel FBI vs CIA beramantkan
jangan mudah putus asa dan bekerja keraslah, novel Unbelievable beramanatkan
jangan bersahabat karena harta, tetapi karena hatinya, novel Cybercrime
Fighters dan Jilbab Funky beramanatkan jangan berbuat kejahatan karena
kejahatan hanya akan membawa celaka bagi pelakunya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa amanat yang paling banyak ditemukan adalah berusahalah dengan keras
agar impian dan cinta dapat tercapai.
Dari delapan novel yang diteliti, seluruh tokoh utamanya adalah remaja
yang masih menempuh pendidikan, baik SMP, maupun SMA. Tokoh bawahan
dalam novel remaja 2000-an antara lain orang tua, teman, guru, pacar, pembantu,
musuh (orang yang dibenci). Karakter yang dibawakan pun bervariasi sesuai
dengan sifat manusia pada umumnya, yakni baik dan buruk. Namun, karakter
tokoh dalam novel yang diteliti nampak selalu dominan, misalnya jika karakter
yang dibawakan tokoh adalah baik, maka semua sifatnya berkaitan dengan hal-hal
yang baik dan tidak memiliki sifat buruk sama sekali. Padahal, sifat seorang
manusia tidak hanya baik saja. Manusia pasti selalu mempunyai dua sisi dalam
dirinya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tokoh utama novel remaja yang diteliti
adalah pelajar dan tokoh bawahannya adalah tokoh yang hidup dekat dengan
remaja pada umumnya yang memiliki karakter seperti manusia pada umumnya.
Latar ada tiga, yakni latar suasana, latar tempat, dan latar waktu. Namun,
latar yang digunakan untuk melhat potensi pendidikan karakter hanya dua, yaitu
latar tempat dan latar waktu. Latar waktu yang ditemukan sebagian besar bersifat
umum, yakni pagi, siang, sore, dan malam. Karena remaja, pada kenyataanya,
termasuk usia yang diwajibkan untuk menempuh sekolah, maka latar tempat yang
banyak ditemukan adalah lingkungan sekolah. Selain sekolah, latar tempat rumah
juga sering ditemukan.
Unsur ekstrinsik yang diteliti meliputi biografi pengarang dan nilai-nilai.
Dari paparan data dan pembahasan, terlihat bahwa latar belakang, pengalaman,
dan pengetahuan pengarang berdampak pada karya yang dihasilkan. Dari seluruh
biografi novel yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa nama lengkap, tempat dan
tanggal lahir selalu ada dalam biografi pengarang. Selain nama lengkap, tempat
dan tanggal lahir, tercantum juga hobi, pendidikan, keluarga, alasan berkarya,
karya lain yang pernah terbit, kegiatan yang pernah dilakukan, dan kegiatan yang
ditekuni saat ini. Meskipun penulisan biografi berbeda satu dengan yang lainnya,
tetapi isinya tidak pernah jauh dari kehidupan pengarangnya.
Nilai-nilai yang ada dalam novel juga mengarah pada nilai-nilai positif
yang bisa digunakan untuk pembelajaran berbasis pendidikan karakter. Dalam
novel Fairish (Kinasih, 2004), nilai-nilai yang ditemukan yaitu religius, kerja
keras, cinta tanah air, dan peduli sosial. Nilai-nilai dalam novel Dealova
(Nuranindya, 2005) yaitu cinta damai, dan peduli sosial. Nilai-nilai dalam novel
Rahasia Bintang (Nuranindya, 2006) yaitu mandiri, peduli lingkungan, dan
tanggung jawab. Dalam novel Kintaholic (Angela, 2007), nilai-nilai yang
dicantumkan yaitu jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif, gemar membaca, dan peduli sosial. Dalam novel FBI vs
CIA (Tan, 2008), nilai-nilai yang ditemukan yaitu kreatif, rasa ingin tahu, dan
tanggung jawab. Dalam novel Unbelievable (Efendi, 2009), nilai-nilai yang
ditemukan yaitu tanggung jawab. Nilai-nilai dalam novel Cybercrime Fighters
(Ayunda, 2010) yaitu religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial. Dalam novel Jilbab Funky (Santoso,
2011), nilai-nilai yang ditemukan yaitu religius, toleransi, disiplin, demokratis,
rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, cinta damai, dan gemar
membaca.
Pembahasan
Novel remaja mengangkat permasalahan yang tidak rumit dan
penyajiannya sederhana (Mahmud, 1987: 2). Permasalahan yang diangkat dalam
novel remaja tidak jauh dari kehidupan remaja pada kenyataannya, seperti
persahabatan atau percintaan, sehingga para pembaca yang sebagian besar adalah
remaja mudah untuk memahami isinya. Berdasarkan kriteria inilah ditemukan
delapan novel remaja yang sesuai sebagai alternatif sumber belajar apresiasi prosa
yaitu (1) Fairish, (2) Dealova, (3) Rahasia Bintang, (4) Kintaholic, (5) FBI vs
CIA, (6) Unbelievable, (7) Cybercrime Fighters, dan (8) Jilbab Funky.
Menurut pendapat Pratiwi (1991:53), tema mengandung pesan, pandangan,
atau prinsip yang ingin disampaikan pengarang. Cara sederhana untuk
menemukan tema adalah dengan membuat ringkasan novel, kemudian menyusun
rincian beserta alasan mengenai hal-hal yang ingin dicapai oleh tokoh protagonis.
Sebagai contoh, dalam novel Kintaholic (2007), hal yang ingin dicapai tokoh
utamanya adalah memiliki hubungan yang dekat dengan idolanya. Berbagai hal
dia lakukan supaya impiannya tercapai, termasuk belajar bahasa Jepang dengan
keras dan gigih mengikuti audisi film yang dibintangi tokoh idolanya. Dari
keempat novel ini dapat disimpulkan bahwa keempat tokoh protagonis itu
memiliki keinginan, impian, perasaan cinta yang kuat sehingga mampu membuat
tokoh melakukan apapun untuk menggapainya. Jadi, tema yang diangkat pada
novel tersebut adalah impian dan cinta dapat diraih melalui usaha keras.
Amanat berhubungan erat dengan tema, maka amanat disusun berdasarkan
tema. Amanat dapat diartikan sebagai pandangan pengarang dalam memecahkan
masalah dalam karyanya. Menurut Suroto, (1989: 89) amanat berisi pesan positif
pengarang kepada pembaca. Contohnya, dalam novel Kintaholic, tema yang
diangkat adalah impian dan cinta dapat diraih melalui usaha keras. Amanat yang
berhubungan dengan tema ini yaitu berusahalah dengan keras agar impian dan
cinta dapat tercapai!
Tokoh dalam novel merupakan unsur intrinsik yang paling mudah
ditemukan. Mengingat novel remaja merupakan novel yang berisi cerita seputar
kehidupan remaja, bisa dipastikan bahwa tokohnya adalah manusia dan manusia
pasti memiliki nama atau julukan. Namun, tidak semua nama yang terdapat dalam
novel dapat dikategorikan sebagai tokoh. Ada beberapa nama yang disebutkan
dalam novel tetapi tidak termasuk tokoh karena nama itu tidak menjadi pelaku
cerita atau tidak menggerakkan cerita. Hal ini sesuai pendapat Priyatni
(2010:110), bahwa tokoh adalah pelaku yang menggerakkan cerita. Setelah
diteliti, tokoh utama dalam novel remaja adalah remaja yang sedang menempuh
pendidikan, baik pada jenjang SMP, maupun SMA. Hal ini nampak dari paparan
langsung dan tidak langsung dari pengarang.
Penjabaran karakter tokoh dilakukan dalam beberapa cara, yakni melalui
paparan langsung pengarang, dialog tokoh yang satu dengan yang lainnya,
perilaku tokoh, dan cara berpikir tokoh. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratiwi
(1991:48) bahwa pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui paparan
langsung, sikap tokoh, atau dialog tokoh.
Latar tempat dipaparkan secara langsung dan tidak langsung oleh
pengarang. Ketika pengarang memaparkan secara langsung, pengarang akan
langsung menuliskan lokasi peristiwa itu terjadi, misalnya, di sekolah, di restoran,
dan di masjid. Untuk paparan secara tidak langsung, pengarang biasa menulis
dengan menggunakan deskripsi tentang lokasi saat peristiwa berlangsung.
Latar waktu yang digunakan dalam masing-masing novel yang diteliti
beragam. Pengarang tidak hanya menggunakan waktu seperti pagi, siang, sore,
dan malam, tetapi juga jam. Namun, penunjuk waktu berupa jam pun tetap
merujuk pada waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam penulisan latar waktu,
pengarang juga menggunakan paparan langsung dan tidak langsung.
Biografi pengarang cukup menentukan corak karya yang dihasilkan oleh
pengarang (Nurgiyantoro, 2010:24), misalnya Ayunda Nisa Chaira (C-EB). Gadis
kecil ini adalah pengarang novel Cybercrime Fighters yang memiliki hobi
bermain internet. Hal inilah yang memengaruhi novel karangannya yang berisi
seputar masalah internet dan teknologi. Pengetahuan Ayunda tentang dunia maya
tidak hanya sebatas „tahu‟, terbukti dari nama-nama program website, cara
pembuatan website yang ia jabarkan dalam novel. Selain itu, dilihat dari usianya
yang bisa dikatakan remaja, karya Ayunda sesuai dengan usianya. Tokoh yang
ditulis Ayunda adalah siswa SMP yang usianya tidak jauh berbeda dengan
Ayunda saat novel ditulis.
Kaswardi (1993:20) berpendapat bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak
yang tidak dapat ditangkap dengan indra. Nilai hanya dapat dirasakan oleh
masing-masing individu yang bermanfaat untuk pedoman hidup. Artinya, nilai
berkaitan dengan hal yang baik yang dapat menuntun seseorang menjadi manusia
yang baik pula. Banyak nilai yang ditemukan dalam novel. Pada dasarnya, nilai
yang baik sangat banyak jumlahnya.
Semua novel remaja mutakhir 2000-an memiliki potensi sebagai alternatif
sumber belajar jika melihat KD apresiasi prosa yang ada pada jenjang SMP dan
SMA. Namun, tidak semua novel bisa berpotensi pada kedelapan belas
pendidikan karakter. Sebuah novel hanya berpotensi pada beberapa pendidikan
karakter saja. Dari kedelapan belas nilai pendidikan karakter yang telah dibahas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya dilihat dari tokoh dan
penokohan saja, tetapi juga dari tema, amanat, latar (waktu dan tempat), nilai-
nilai, bahkan biografi pengarang. Novel yang paling berpotensi untuk pendidikan
karakter adalah novel yang berjudul Cybercrime Fighters karena memuat
pendidikan karakter yang lebih banyak dibandingkan novel-novel yang lain.
Novel ini juga dapat memberikan pendidikan karakter yang kuat sehingga dapat
memotivasi pembacanya agar mencontoh perilaku seperti yang ada dalam novel.
Simpulan dan Saran
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan, yakni (1) karakteristik unsur
intrinsik novel remaja mutakhir (2000-an) yang berupa (a) tema yang banyak
muncul adalah impian dan cinta dapat diraih melalui usaha keras, (b) amanat yang
banyak muncul adalah berusahalah dengan keras agar impian dan cinta dapat
tercapai, (c) tokoh utama masih remaja dan tokoh bawahannya adalah tokoh yang
dekat dengan kehidupan remaja, (d) penokohan sesuai dengan usia remaja, (e)
latar tempat dan latar waktu berkaitan dengan kehidupan sosial remaja, (2)
karakteristik unsur ekstrinsik novel remaja mutakhir (2000-an) yang berupa (a)
biografi pengarang yang mencerminkan hasil karyanya dan (b) nilai-nilai yang
bersifat positif, dan (3) novel yang berjudul Cybercrime Fighters adalah novel
yang paling berpotensi dugunakan sebagai alternatif sumber belajar apresiasi
prosa berbasis pendidikan karakter karena memiliki nilai pendidikan karakter
yang paling banyak daripada novel lainnya.
Bagi guru Bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
belajar dalam melaksanakan pembelajaran apresiasi prosa. Dalam penelitian ini
sudah dicantumkan daftar novel yang sesuai untuk pembelajaran apresiasi prosa.
Guru bisa memilih novel sesuai dengan pendidikan karakter yang ingin
ditanamkan kepada siswa. Selain itu, novel yang disajikan sangat sesuai dengan
siswa SMP, maupun SMA karena berisi permasalahan seputar remaja. Jadi, dapat
dikatakan bahwa novel-novel yang diteliti ini “dekat” dengan kehidupan siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang: YA 3.
Angela, P. 2007. Kintaholic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ayunda. 2010. Cybercrime Fighters. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Balitbang Kemendiknas.
Efendi, W. 2009. Unbelievable. Jakarta: Gagas Media.
Kaswardi, Em. K. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kinasih, E. 2004. Fairish. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mahmud, K.K. 1987. Sastra Indonesia dan Daerah: Sejumlah Masalah. Bandung:
Angkasa.
Nuranindya, D. 2005. Dealova. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nuranindya, D. 2006. Rahasia Bintang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, B. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pratiwi, Y. 1991. Memahami Tujuan dan Materi Pengajaran Apresiasi Sastra.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP.
Priyatni, E.T. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Bumi Aksara.
Santoso, S. B. 2011. Jilbab Funky. Yogyakarta :Flash books.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tan, S. 2008. FBI vs CIA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama