perticular.doc

29
SGD 18 KELUAR DARAH SAAT BAB STEP 1 STEP 2 1. Mengapa feses bercampur darah pada satu sisi ? 2. Apa hubungan riwayat tidak suka makan sayuran, serung berak keras,berak dengan mengejan dan berlama lama saat bab, dengan keluar darah saat BAB ? 3. Klasifikasi dari hemorrhoid ? 4. Apa anatomi.fisiologis, dan histologi dari anal canalis ? 5. Apa hubungan terdapat benjolan dengan keluhan pasien ? 6. Kenapa benjolan bisa masuk sendiri dan pasien tidak merasakannyeri di daerah anus ? 7. Faktor resiko apa yang dapat menyebabkan penyakit pasien ? 8. DD? (etiologi,patofisiologi,pathogenesis ,progesivitas,Manife stasi klinis, cara penegakan diagnosis,penatalaksanaan dan alasan pemberian terapi,pemeriksaan fisik dan penjunjang, prognosis,komplikasi,konsekuensi?) 9. Bagaimana mekanisme defekasi ? STEP 3 1. Apa anatomi.fisiologis, dan histologi dari anorectal ? Anatomi Anal canal adalah bagian akhir dari usus besar panjang 4cm, setengah bagian atas : epitel columner bersel goblet(menghasilkan mucus),involunteer, setengah bagian bawah : epitel squamosal,volunteer, vascularisasi atas: plexus rectal superior( a.pudenda interna, yang membentuk plexus) bawah : plexus rectar inferior

Upload: aq-mw

Post on 28-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

demam,patologis,atas

TRANSCRIPT

SGD 18

KELUAR DARAH SAAT BAB

STEP 1

STEP 2

1. Mengapa feses bercampur darah pada satu sisi ?

2. Apa hubungan riwayat tidak suka makan sayuran, serung berak keras,berak dengan mengejan dan berlama lama saat bab, dengan keluar darah saat BAB ?

3. Klasifikasi dari hemorrhoid ?

4. Apa anatomi.fisiologis, dan histologi dari anal canalis ?

5. Apa hubungan terdapat benjolan dengan keluhan pasien ?

6. Kenapa benjolan bisa masuk sendiri dan pasien tidak merasakannyeri di daerah anus ?

7. Faktor resiko apa yang dapat menyebabkan penyakit pasien ?

8. DD?(etiologi,patofisiologi,pathogenesis ,progesivitas,Manifestasi klinis, cara penegakan diagnosis,penatalaksanaan dan alasan pemberian terapi,pemeriksaan fisik dan penjunjang, prognosis,komplikasi,konsekuensi?)

9. Bagaimana mekanisme defekasi ?

STEP 3

1. Apa anatomi.fisiologis, dan histologi dari anorectal ?

Anatomi

Anal canal

adalah bagian akhir dari usus besar panjang 4cm,

setengah bagian atas : epitel columner bersel goblet(menghasilkan mucus),involunteer,

setengah bagian bawah : epitel squamosal,volunteer,

vascularisasi

atas: plexus rectal superior( a.pudenda interna, yang membentuk plexus)

bawah : plexus rectar inferior

apabila hemorrhoid, ada plexus hemoridalis superior et inferior

terdapat line dentate,apabila di atas linea dentate maka hemorrhoid yang interna, kalo di bawah linea dentate makan hemoroid externa

Rectum

Merupakan bagian usus besar yang terakhir terbentang dari colon sigmoid sampai ke anuspanjang nya 11- 20 cm

1/3 atas, terdapat bagian yang meluas(ampulla recti) apabila terisi muncul keinginan untuk BAB

Vascularisasi

Proximal : a.mesentrica superior

Tambahn : a.sacralis media,a.hemoroidalis yang media

Vena : v.mesentrica inferior dan superior dan v.hemoroidalis superior

Fisiologis

Berfungsi untuk menampung feses sebelum reflex defekasi muncul

Ada 2 gerakan peristaltic

a. Peristaltic compulsive,mendorong dari rectal ke anus

b. Peristaltic massa,dengan bantuan persarafan di colon

Histologi

setengah bagian atas : epitel columner bersel goblet(menghasilkan mucus),involunteer,

setengah bagian bawah : epitel squamosal,volunteer,

tunika submokosa

terddapat plexus hemoroidalis, dan terdapat arteri dan vena

tunika muscularis

tunika adventitia/tunika serosa

2. Bagaimana mekanisme defekasi ?

Defekasi

Dari colon sampai anus

Canalis analis-> ampulla rectum ada reseptor(terkumpul feses)

Fase involunteer

Ditampung directum setelah melewati ampulla recti, merangsang m.spinchter ani internus,di sarafi oleh system saraf otonom,

Fase volunteer

Keinginan menahan atau mengeluarkan, apabila ditahan dinding rectum menutup dan keinginan defekasi berkurang

3. Mengapa feses bercampur darah pada satu sisi ?

Pada hemoroid (bantalan pada anal),terdapat pembuluh darah dapat membengkak(karena beberapa factor),mengalami dilatasi(lumen menipis) apabila terlalu lama + feses terlalu keras menyebabkan trauma keluar darah

4. Apa hubungan terdapat benjolan dengan keluhan pasien ?

Benjolan karena terjadi dilatasi plexus hemorrhoidalis, bisa terdapat di dalam dan diluar anus,

5. Apa hubungan riwayat tidak suka makan sayuran, sering berak keras,berak dengan mengejan dan berlama lama saat bab, dengan keluar darah saat BAB ?

Tidak suka makan sayur kekurangan selulosa yang berfungsi untuk menarik air dan kolesterol feses keras/konstipasi

Mengejan lama tekanan intraabdomen tinggi menyebabkan trauma pada plexus hemoroidales yang terdilatasi berdarah saat BAB

6. Kenapa benjolan bisa masuk sendiri dan pasien tidak merasakan nyeri di daerah anus ?

Kenapa tidak nyeri ketika feses lewat ,kontraksi anus belum menyentuh dari saraf2 yang akan menghantar nyeri ke medulla oblongata

Masuk sendiri : Derajat 2 sudah melewati spinchter external, belum masuk dari canalis analis

7. Faktor resiko apa yang dapat menyebabkan penyakit pasien ?

Tidak makan sayur

Mengejan lama

Berlama lama saat BAB

Kurang minum

Usia (otot spinchter menipis)

Bentuk toilet ( jongkok atau duduk )

Obesitas

Keturunan (dinding pembuluh darah tipis)

Vena yang terkena tidak memiliki

Cirosis hati (meningkatkan tekanan vena porta vena yang ke hati tidak bisa ke hati terkumpul di vena anus)

8. Klasifikasi dari hemorrhoid ?

Ada 3

1. Hemoroid external : bagian distal linea dentate,dilapisi oleh epitel squamous yang termodifikasi.terdapat persarafan serabut saraf somatic

GK : terbakar nyeri,gatal

2. Hemorrhoid internal : di bagian proximal linea dentate,terjadi pelebaran plexus hemorrhoid superior et media

GK : gatal , nyeri dan rasa tidak nyaman

Derajat 1 : mengalami pendarahan terlihat saat endos kopi,tidak menonjol

Derajat 2 : mengalami pendarahan,menojol, reposisi spontan

Derajat 3 : pendarahan +,menonjol reposisi manual

Derajat 4 : pendarahan +, menonjol ,tidak bisa direposisi

3. Hemorrhoid internal external :dibagian mukosa pada superior dan kulit pada bagian inferionnya ,dilengkapi dengan serabut saraf nyeri, terjadi pelebaran plexus hemorroidalis inferior

Derajat

Akut : berwarna biru

Kronis : banyak benjolan nya

Derajat hemorrhoid

1. Hemorrhoid tidak ada penonjolan

2. Prolapse + ,kembali spontan

3. Prolapse +,manual reposisi

4. Prolapse +, tidak bisa reposisi

Ada berapa plexus yang ada ?

9. DD?(etiologi,patofisiologi,pathogenesis ,progesivitas,Manifestasi klinis, cara penegakan diagnosis,penatalaksanaan dan alasan pemberian terapi,pemeriksaan fisik dan penjunjang, prognosis,komplikasi,konsekuensi?)

Diagnosis

Hemorrhoid internal

Kumpulan pelebaran vena hemorroidalis pada bagian anorectal, melibatkan pemb darah,

otot

Etiologi

Penuaan

Kehamilan

Obesitas

Konstipasi

Feses terlalu keras luka pada mukosa anus

Posisi tubuh ex: duduk terlalu lama

Patogenesis

Patofisiologis

Gejala Klinis

Derajat 1 : mengalami pendarahan terlihat saat endos kopi,tidak menonjol

Derajat 2 : mengalami pendarahan,menojol, reposisi spontan

Derajat 3 : pendarahan +,menonjol reposisi manual

Derajat 4 : pendarahan +, menonjol ,tidak bisa direposisi

Secara umum, :

Pendarahan,nyeri,iritasi di anus, tonjolan pada anus

Cara penegakan diagnosis

Diagnosis

Ca rectum,Ca anus

Dibagian anus terdapat massa

Gejala Klinis

Penonjolan

Pendarahan

Rasa nyeri di anus

Ada rasa gatal

Etiologi

Sel kanker

Tatalaksana

Dari kankernya, kemoterapi dan radiasi

Melakukan operasi

STEP 7

1. Apa anatomi.fisiologis, dan histologi dari anorectal ?

Anatomi Anal Canal

Anal canal adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rektum hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi oleh epitel skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada bagian yang dilapisi oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa (lajur morgagni).

Suplai darah bagian atas anal canal berasal dari pembuluh rektal superior sedangkan bagian bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior. Kedua pembuluh tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal dari arteri pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka interna. Arteri-arteri tersebut akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.

Hemoroid adalah bantalan vaskular yang terdapat di anal canal yang biasanya ditemukan di tiga daerah utama yaitu kiri samping, kanan depan, dan bagian kanan belakang. Hemoroid berada dibawah lapisan epitel anal canal danterdiri dari plexus arteriovenosus terutama antara cabang terminal arteri rektal superior dan arteri hemoroid superior. Selain itu hemoroid juga menghubungkan antara arteri hemoroid dengan jaringan sekitar.

Persarafan pada bagian atas anal canal disuplai oleh plexus otonom, bagian bawah dipersarafi oleh saraf somatik rektal inferior yang merupakan akhir percabangan saraf pudendal (Snell, 2006).

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31133/4/Chapter%20II.pdf

2. Bagaimana mekanisme defekasi ?

Sumber : http://usupress.usu.ac.id/files/Isi%20buku%20Karsinoma_OLD__normal_bab%201.pdf

3. Mengapa feses bercampur darah pada satu sisi ?

4. Apa hubungan terdapat benjolan dengan keluhan pasien ?

5. Apa hubungan riwayat tidak suka makan sayuran, sering berak keras,berak dengan mengejan dan berlama lama saat bab, dengan keluar darah saat BAB ?

6. Kenapa benjolan bisa masuk sendiri dan pasien tidak merasakan nyeri di daerah anus ?

7. Faktor resiko apa yang dapat menyebabkan penyakit pasien ?

Faktor Risiko Hemorrhoid

Faktor risiko hemorrhoid antara lain:

a. Kurangnya konsumsi makanan berserat

Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh. Suatu studi meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan gejala dan perdarahan pada hemorrhoid.

b. Konstipasi

Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan.

Pada konstipasi diperlukan waktu mengejan yang lebih lama. Tekanan yang keras saat

mengejan dapat mengakibatkan trauma berlebihan pada plexus hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid.

Beberapa penyebab konstipasi antara lain :

Peningkatan stress psikologis

Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon)

Ketidaksesuaian diet

Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak lebih lambat di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan intake cairan dapat mempercepat pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.

Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan antikolinergik lain dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.

Usia lanjut

Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras.

c. Usia

Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter pun juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah maka dapat timbul prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras. Sehinggaterjadi penekanan berlebihan pada plexus hemorrhoidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.

d. Keturunan

Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir akan memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain

e. Tumor abdomen

Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemorrhoid adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.

Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan pelebaran plexus hemorrhoidalis

f. Pola buang air besar yang salah

Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemorrhoid. Menurut dr. Eka Ginanjar, dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus.

Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan feses.

Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika

sudah dirasa ingin buang air besar juga dapat menurunkan kejadian

konstipasi.

g. Kurang intake cairan

Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat menyebabkan tinja menjadi keras sehingga seseorang akan cenderung mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut.

Sementara itu, proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus hemorrhoidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat membantu melunakkan tinja dan membersihkan usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja. Menurut seorang dokter penyakit dalam RS. Cipto Mangunkusumo setiap orang membutuhkan air kurang lebih 30 mililiter per kilogram berat badan setiap hari.

h. Kurang aktivitas fisik

Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan musculussphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.

i. Kehamilan

Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga akan mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena.

Pelebaran vena pada wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen. Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemorrhoid karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus hemorrhoidalis.

Sumber : http://eprints.undip.ac.id/37425/1/Bifirda_Ulima,_G2A008038,_LAP.pdf

8. Klasifikasi dari hemorrhoid ?

Klasifikasi Hemorrhoid

Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi. Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :

a. Hemorrhoid eksterna

Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.

b. Hemorrhoid interna

Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani. Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia di atas 25 tahun.

Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.

Hemorrhoid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:

a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.

b. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.

c. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.

d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami trombosis dan infark. Risiko perdarahan dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemorrhoid.

Sumber : http://eprints.undip.ac.id/37425/1/Bifirda_Ulima,_G2A008038,_LAP.pdf

9. DD?(etiologi,patofisiologi,pathogenesis ,progesivitas,Manifestasi klinis, cara penegakan diagnosis,penatalaksanaan dan alasan pemberian terapi,pemeriksaan fisik dan penjunjang, prognosis,komplikasi,konsekuensi?)

Hemoroid

Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-diahirawat-5223-3-bab2.pdf

Penatalaksanaan Hemorrhoid

Pada penderita hemorrhoid dapat ditangani dengan 2 (dua) macam penatalaksanaan, yaitu penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan bedah. Kedua macam penatalaksanaan tersebut memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

a. Penatalaksanaan medis

Nonfarmakologis

Penatalaksanaan ini bertujuan untuk mencegah semakin memburuknya hemorrhoid dengan cara memperbaiki defekasi. Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang harus selalu ada dalam setiap bentuk dan derajat hemorrhoid.

Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Bersamaan dengan program BMP tersebut di atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air sehingga eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan.

Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis bertujuan untuk memperbaiki defekasi sekaligus meredakan atau menghilangkan keluhan serta gejala. Obat-obat farmakologis hemorrhoid dapat dibagi atas:

Memperbaiki defekasi

Meredakan keluhan subyektif

Menghentikan perdarahan

Menekan atau mencegah timbulnya gejala

Tindakan medis minimal invasive , Tindakan untuk menghentikan atau memperlambat semakin memburuknya penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive, antara lain :

Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Terapi ini efektif untuk hemorrhoid derajat I dan II.

Ligasi dengan gelang karet

Penatalaksanaan ini digunakan pada hemorrhoid yang besar atau mengalami prolaps. Penempatan gelang karet ini cukup jauh dari garis mukokutan untuk menghindari timbulnya nyeri yang merupakan penyulit pada penatalaksanaan jenis ini

b. Penatalaksanaan bedah

Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.

Bedah beku

Teknik ini menggunakan pendinginan dengan suhu yang rendah, namun dapat menyebabkan kematian mukosa yang sukar ditentukan. Sehingga teknik ini hanya cocok digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma rektum.

Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun, penderita hemorrhoid derajat III dan IV, penderita dengan perdarahan berulang, dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi sederhana lainnya.

Faktor Risiko Hemorrhoid

Faktor risiko hemorrhoid antara lain:

a. Kurangnya konsumsi makanan berserat

Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh. Suatu studi meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan gejala dan perdarahan pada hemorrhoid.

b. Konstipasi

Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan.

Pada konstipasi diperlukan waktu mengejan yang lebih lama. Tekanan yang keras saat

mengejan dapat mengakibatkan trauma berlebihan pada plexus hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid.

Beberapa penyebab konstipasi antara lain :

Peningkatan stress psikologis

Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon)

Ketidaksesuaian diet

Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak lebih lambat di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan intake cairan dapat mempercepat pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.

Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan antikolinergik lain dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.

Usia lanjut

Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras.

c. Usia

Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter pun juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah maka dapat timbul prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras. Sehinggaterjadi penekanan berlebihan pada plexus hemorrhoidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.

d. Keturunan

Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir akan memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain

e. Tumor abdomen

Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemorrhoid adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.

Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan pelebaran plexus hemorrhoidalis

f. Pola buang air besar yang salah

Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemorrhoid. Menurut dr. Eka Ginanjar, dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus.

Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan feses.

Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika

sudah dirasa ingin buang air besar juga dapat menurunkan kejadian

konstipasi.

g. Kurang intake cairan

Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat menyebabkan tinja menjadi keras sehingga seseorang akan cenderung mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut.

Sementara itu, proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus hemorrhoidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat membantu melunakkan tinja dan membersihkan usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja. Menurut seorang dokter penyakit dalam RS. Cipto Mangunkusumo setiap orang membutuhkan air kurang lebih 30 mililiter per kilogram berat badan setiap hari.

h. Kurang aktivitas fisik

Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan musculussphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.

i. Kehamilan

Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga akan mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena.

Pelebaran vena pada wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen. Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemorrhoid karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus hemorrhoidalis.

Sumber : http://eprints.undip.ac.id/37425/1/Bifirda_Ulima,_G2A008038,_LAP.pdf

Etiologi Hemoroid

Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah:

a. Penuaan

b. Kehamilan

c. Hereditas

d. Konstipasi atau diare kronik

e. Penggunaan toilet yang berlama-lama

f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

g. Obesitas.

Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kongesti vaskular dan prolapsus mukosa (Schubert dkk, 2009). Selain itu dikatakan ada hubungan antara hemoroid dengan penyakit hati maupun konsumsi alkohol (Mc Kesson Health Solution LCC, 2004).

Patogenesis Hemoroid

Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia (Nisar dan Scholefield, 2003).

Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Acheson dan Schofield, 2006).

Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki peran multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factorsehingga terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.

Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF- serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel mast

Gejala klinis Hemoroid

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba dan Abbas, 2007) yaitu:

a. Hemoroid internal

1. Prolaps dan keluarnya mukus.

2. Perdarahan.

3. Rasa tak nyaman.

4. Gatal.

b. Hemoroid eksternal

1. Rasa terbakar.

2. Nyeri ( jika mengalami trombosis).

3. Gatal.

Pemeriksaan Penunjang Hemoroid

Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.

Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002).

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31133/4/Chapter%20II.pdf