perlindungan hukum merek tidak terdaftar di indonesia
TRANSCRIPT
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
67
PERLINDUNGAN HUKUM MEREK TIDAK TERDAFTAR
DI INDONESIA
Dr. Rika Ratna Permata, S.H., M.H. dan Muthia Khairunnisa S.H.
Abstract
A trademark performs as a sign that is capable of distinguishing the
goods or services of another, as a guarantee for qualification and it should
have a unique name. However, the trademark needs to be protected from
the other parties to use their mark without permission. Indonesia applies the
constitutive system, which is protect the first person to register their mark.
It means the law gives the protection only for the first person who register
their mark. Based on that they get an exclusive right and show that they are
the real mark owner. Sometimes the owner of the mark, such as UMKM
which is not registering their mark, because they do not know about the
registration and has a minimum capital. This situation also protects the bad
faith registration and gives the wrong protection. The trademark protection
mechanism in America does not use the registration system. America uses
the protection based on the use as a practical, which is should fullfilled the
requirements, like it should be used in commerce or intend to be used in
commerce. Indonesia should adopt the American protection system, which
is giving double protection, either by registration or by using that trademark
in practical. This is to minimize the disputes rising between the owner of the
mark with the other parties using the mark without permission.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
68
Keywords:
Well-known mark, unregistered mark, protection
PENDAHULUAN
Merek mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai badge of origin, a
piece of personal property, dan sebagai cultural resource. Merek sebagai
badge of origin, merupakan hak penting dalam perdagangan dan
memperlihatkan hubungan erat antara barang, jasa dan orang yang
mempunyai merek tersebut dengan asal barang, sedangkan personal
property, mempunyai arti bahwa merek merupakan aset bagi pemilik merek,
sehingga pemilik merek dapat menjual merek tersebut karena memiliki nilai
ekonomi, sedangkan merek sebagai cultural resource, yaitu merek dapat
dikaitkan dengan budaya suatu negara, misalnya Barbie sebuah produk
boneka yang merepresentasikan budaya Amerika.67
Menurut Abdul Kadir, merek mempunyai fungsi:68
1. Sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang
dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
2. Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksi
cukup dengan menyebut mereknya.
3. Sebagai jaminan atas mutu barang.
67 Patricia Loughlan, Intellectual Property:Creative and Marketing Rights, Sydney, 1998,
hlm. 18. 68 Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung
:Citra Aditya, 2001, hlm. 32.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
69
4. Menunjukan asal barang atau jasa yang dihasilkan.
Menurut Cassavera, merek merupakan aset kondisional69, bahwa merek
harus menghasilkan manfaat berupa nilai finansial bagi para pemiliknya dan
merek harus selalu dikaitkan dengan suatu produk atau jasa. Dari hal
tersebut diatas maka produk atau jasa merupakan bentuk nyata dari suatu
merek.
Merek harus mempunyai kriteria tertentu yaitu:70
1. Sign;
2. Which can be represented graphically; and
3. Which is capable to distinguishing the goods and service of one
undertaking from those of undertakings.
Jadi merek harus mempunyai suatu tanda yang merepresentasikan secara
jelas seperti keadaan sebenarnya dan dapat membedakan bahwa barangnya
adalah berbeda dengan benda atau jasa lainnya.
Schachter mengemukakan bahwa Merek sebagai salah satu dari HKI
merupkaan tanda pembeda harus mempunyai single rational basis adalah
untuk menjaga keunikan sebuah merek, maka merek harus dilindungi
sebagai species of property. Ini mempunyai maksud bahwa pemilik merek
harus dilindungi ketika mereknya digunakan oleh pihak lain.
Hak yang diberikan pada Merek71, yaitu hak eksklusif guna mencegah
pihak ketiga tanpa izinnya untuk mempergunakan merek yang sama atau
69 Cassavera, Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Yogyakarta:Graha Ilmu, Cetakan
Pertama, 2009, hlm. 7. 70 Lionel Bently, Bred Sherman, Intellectual Property Law, New York: Oxford University
Press, 2001, hlm. 760. 71 Achmed Zen Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung:Alumni, Cetakan
ke III, hlm. 73.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
70
mirip dalam kegiatan perdagangan dan dalam hal demikian “a likelihood of
confusion shall be presumed”.
Fungsi merek menurut The Chicago School, adalah bahwa:72
“Trade mark serve two efficiency enhancing functions: first,
trademarks lessen consumer search cost by making product and
producers easier to identify in the market place, and second trademarks
encourage producers to invest in quality by ensuring that they, and not
their competitors, reap the reputation realted rewards of that
investment”.
Fungsi merek di atas akan menimbulkan perlindungan hukum terhadap
merek yang bersifat territorial. Perlindungan hukum terhadap pemilik merek
Indonesia merupakan suatu kewajiban apabila merek tersebut didaftarkan
dan ini merupakan perlindungan yang bersifat preventif. Prinsip ini dikenal
dalam hukum merek Indonesia sebagai sistem pendaftaran konstitutif, yaitu
bahwa pendaftaran memberikan kepastian hukum bagi pemilik merek yang
sah dan dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila terjadi peniruan merek
miliknya oleh pihak lain tanpa izin.
Pendaftaran merek tersebut dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-
Undang Merek (UUM). Dalam Pasal 4 dinyatakan bahwa pendaftaran harus
diajukan oleh pemohon yang beritikad baik juga pendaftaran merek tidak
diperbolehkan mengandung hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan
umum dan merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa
yang dimohonkan pendaftrannya.
72 Barton Bee, “The Semiotic Analysis of Trade Mark Law”, UNCLA Law Review, 2004,
hlm. 623.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
71
Dengan sistem pendaftaran merek konstitutif maka yang dilindungi
adalah pendaftaran pertama, tetapi pada kenyataannya pemilik merek tidak
mendaftarkan mereknya karena ketidaktahuan dan minimnya mereka akan
sistem pendaftaran yang menjadikan syarat mutlak bagi timbulnya hak,
sehingga pemilik merek yang tidak mendaftarkan mereknya sering
dirugikan dan dipergunakan oleh pihak lain tanpa izin tetapi dia
mendaftarkan mereknya.
Kasus yang akan dibahas adalah pemilik merek Sinar Laut dengan
merek Sinar Laut Abadi dimana pemilik merek tidak mendaftarkan
mereknya sehingga didaftarkan oleh pihak lain dengan suatu itikad buruk.
Perbandingan yang akan diteliti adalah pengaturan pendaftaran merek di
Amerika Serikat dimana perlindungan merek diatur dalam Lanham Act,
yang mengartikan bahwa merek termasuk setiap kata, nama, simbol dan
kombinasi ketiganya yang dipergunakan oleh setiap orang, dimana orang
tersebut mempunai kehendak dan dipergunakan dalam perdagangan dan
didaftarkan agar mendapat perlindungan juga untuk membedakan bahwa
produk barang dan jasanya adalah berbeda dengan produk barang dan jasa
orang lain.
Merek di Amerika mempunyai fungsi sebagai sesuatu yang
mengindikasikan keaslian (indication of origin), sehingga merek
mempunyai fungsi sebagai jaminan terhadap barang dan jasa sehingga
konsumen yakin akan barang yang dibeli, juga dengan melalui iklan merek
merupakan suatu upaya barang yang dibeli, juga dengan melalui iklan
merek merupakan suatu upaya untuk membentuk dan mempertahankan
permintaan pasar, sehingga pemilik merek harus melindungi investasinya
dari tindakan yang dilakukan pihak ketiga tanpa izin.
Hak merek diperoleh dibawah hukum Amerika dengan melalui
penggunaan. Pendaftaran di Amerika tidak diwajibkan untuk memperoleh
hak merek. Pendaftaran hanya memperoleh keuntungan prosedural
termasuk hak yang diperoleh, yaitu hak eksklusif bagi pemilik merek untuk
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
72
menggunakan merek diluar Amerika sebagai suatu yang tercantum dalam
pendaftaran. Aplikasi pendaftaran merek dapat diisi berdasarkan asas itikad
baik untuk menggunakan merek, dan tidak ada pemilik merek di Amerika
yang memperoleh pendaftaran tanpa pemakaian merek didalam
perdagangan antar negara yang berkaitan dengan barang dan jasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti beberapa permasalahan yang timbul, di antaranya:
1. Bagaimana sistem pendaftaran yang dianut di Amerika Serikat?
2. Sistem pendafataran yang bagaimana yang dapat diterapkan bagi
pemilik merek yang tidak mendaftarkan mereknya di Indonesia?
Dari penelitian ini diharapkan memperoleh kegunaan praktis, yaitu
untuk dapat memberikan masukan aspek hukum dan manfaat bagi
masyarakat luas, praktisi, juga aparat penegak hukum untuk mendapat
kepastian hukum dalam kasus-kasus yang timbul khususnya kasus merek
yang tidak terdaftar, dan mendorong terciptanya perlindungan hukum bagi
pemilik merek yang tidak terdaftar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perlindungan Merek di Amerika Serikat
Merek sebagai salah satu wujud dari kekayaan intelektual memiliki
peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang dan
jasa dalam kegiatan perdagangan barang dan investasi. Merek dengan brand
image-nya dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan tanda pengenal atau
daya pembeda yang teramat penting dan merupakan jaminan kualitas
produk atau jasa dalam suasana perdagangan bebas. Oleh karena itu, merek
merupakan aset individu maupun perusahaan yang dapat menghasilkan
keuntungan besar, tentunya bila didayagunakan dengan memperhatikan
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
73
aspek bisnis dan proses manejemen yang baik. Demikian pentingnya
peranan merek ini, maka terhadapnya dilekatkan perlindungan hukum yakni
sebagai objek yang terhadapnya terkait hak-hak perorangan atau badan
hukum73
Perlindungan hukum menurut Bently and Sherman adalah ;74
a. Pendapat mengenai justifikasi kreatifitas masih menjadi perdebatan
dalam dunia HKI, namun sebuah pendapat yang penting memandang
perlindungan merek sebagai imbalan kreatifitas atas invensi. Dengan
demikian, hukum merek mendorong produksi akan produksi
produk-produk bermutu dan secara berlanjut menekan mereka yang
berharap dapat menjual barang-barang bermutu rendah dengan cara
memanfaatkan kelemahan konsumen untuk menilai mutu barang
secara cepat. Usaha untuk membenarkan perlindungan merek
dengan argumentasi kreatifitas adalah suatu hal yang lemah,
sebagian karena pada saat hubungan antara barang dengan merek
dipicu dan dikembangkan oleh pedagang, namun peran yang sama
besarnya justru diciptakan oleh konsumen dan masyarakat.
b. Informasi ini merupakan justifikasi utama perlindungan merek,
karena merek digunakan dalam kepentingan umum sehingga
meningkatkan pasokan informasi kepada konsumen dan dengan
demikian meningkatkan efisiensi pasar merek merupakan cara
singkat komunikasi informasi kepada pembeli dilakukan dalam
rangka membuat pilihan belanja. Dengan melindungi merek, lewat
pencegahan pemalsuan oleh pihak lain, maka akan menekan biaya
belanja dan pembuatan keputusan. Belanja dan pilihan dapat
73Cita Citrawinda, Perlindungan Merek Terkenal Di Indonesia, makalah disampaikan pada
seminar KI Dan Penegakan Hukumnya, yang diselenggarakan di Jakarta, 19 September
2001. 74http//:wordpress.com /tag/hak merek-Indonesian trademark-law-hki/
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
74
dilakukan secara lebih singkat, karena seorang konsumen akan yakin
merek yang dilihatnya memang berasal dari produsen yang
diperkirakannya. Peran iklan dalam dunia industri yang makin
dominan menjadikan perlindungan merek menjadi semakin penting.
c. Etis argumentasi utama perlindungan merek didasarkan pada
gagasan fairness atau keadilan (justice). Secara khusus prinsipnya
adalah seseorang tidak boleh menuai lebih dari yang ditanamnya.
Secara lebih khusus, bahwa dengan mengambil merek milik orang
lain, seseorang telah mengambil keuntungan dari nama baik
(goodwill) yang dihasilkan oleh pemilik merek yang asli. Kaitannya
ke lingkup yang lebih luas dari kegiatan perdagangan adalah
perlindungan dari persaingan curang dan pengayaan diri yang tidak
adil.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa merek mempunyai nilai ekonomis
sehingga diharuskan diberikan perlindungan agar tidak dimanfaatkan oleh
pihak lain tanpa izin dari pemilik merek.
Menurut Sunaryati Hartono, dengan adanya teori insentif yang
merupakan hasil dari teori reward maka akan merangsang para pihak untuk
mencipatakan karya-karya intelektual baru, lebih bervariasi sehingga akan
menghasilkan keuntungan.75
Pengertian merek menurut UUM Amerika Serikat adalah:
“A Trademark is a word, phrase, symbol, design, color, smell, sound,
or combination thereof that identifies and distinguishes the goods and
services of one party from those others.”
75Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung, Binacipta,
1982, hlm
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
75
(Merek adalah kata-kata, simbol, desain, wangi, suara atau kombinasi
dari kesemuanya yang dapat mengidentifikasi atau membedakan dengan
barang dan jasa lainnya).
Secara esensial bahwa merek mempunyai fungsi sebagai identifikasi
sumber bagi pihak konsumen yang menunjukan kualitas dan asal dari
barang dan jasa. Merek juga mempresentasikan itikad baik dari perusahaan
dan pihak konsumen juga menyadari dengan merek akan mengurangi biaya
pencarian dan sebagai kualitas dari suatu produk. Merek juga melindungi
bagi pihak konsumen agar tidak terjadi kekeliruan.
Sedangkan yang dimaksud dengan merek jasa adalah sama dengan
merek, kecuali merek itu mengidentifikasikan dan membedakan sumber
jasa daripada barang, sehingga istilah trade mark dan Mark menunjukan
kepada merek dan merek jasa.
Dibawah Hukum Common Law Amerika76, pemilik merek mempunyai
atau timbul hak merek dalam perdagangan tanpa pendaftaran yaitu
melainkan berdasarkan maksud dan penggunaannya dalam praktik. Menurut
definisi dari Bitlaw, the term common law marks indicate that the trademark
rights that are developed through use are not governed by statute. Instead,
common law trademark rights have been developed under judicially created
scheme of rights governed by state law.
Jadi, pendaftaran tidak menimbulkan enforceable rights, keuntungan
yang diperoleh dari hukum federal adalah perluasan hak diluar area
penggunaan, yaitu dalam pencarian insentif dari pendaftaran federal. Hal ini
sama dengan pengaturan TRIPs bahwa perlindungan hak merek tidak perlu
didaftarkan. Beberapa contoh yang dapat dianggap telah memperoleh
secondary meaning yaitu kasus Manchester Airport PLC v ClubClub
76Stuart Graham, Galen Hancock,Alan Marco, Amanda Fila Myers, The UPSTO
Trademark Case files Dataset: Description, Lessons and Insight, January 2013.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
76
Limited, Wembley National Stadium Limited v Bob Thomson. Dari kasus
tersebut telah digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa
sehingga dianggap telah memiliki secondary meaning.
Jadi, merek tidak perlu didaftarkan tetapi pemilik merek harus
membuktikan bahwa nama tersebut harus mempunyai secondary meaning
yang menjadi unsur pembeda, dan bukan hanya sebagai nama yang
memiliki fungsi penggambaran (descriptive).
Perlindungan merek di peroleh dengan penggunaan merek dalam
perdagangan barang dan jasa, selain itu juga merek dapat didaftarkan.
Ada 2 macam pendaftaran:
a. Pendaftaran merek Federal (A Federal Trade Mark Registration)
adalah pendaftaran yang diperuntukkan untuk merek yang
dipergunakan antar negara bagian atau perdagangan internasional.
Proses untuk pendaftaran merek federal adalah lebih banyak waktu
consuming dan lebih teliti daripada state registration. Juga
perlindungan yang diperoleh dari pendaftaran secara federal lebih
besar dari pada state registration. Setiap pemilik merek lebih
dianjurkan untuk mendaftar secara federal.
b. Pendaftaran merek negara bagian (State trademark Registration)
Bagaimanapun pendaftaran merek dalam pendaftaran Federal,
mempuyai beberapa keuntungan antara lain :77
a. A legal presumption of your ownership of the mark and your
exclusive right to use the mark nationwide on or in connection with
the goods/services listed in the registration (where as state
77 Protecting Your Trademark, Enhancing Your Right through Fedaral Registration, Basic
Facts about Trademarks, United States Paten and trade mark offices.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
77
registration only provides rights within the boders of that State, and
common law rights exist only for the spscific area where the mark is
used).
b. Public notice of your claim of ownership of the mark.
c. Listing in the USPTOs online database.
d. The ability to record the US registration with the US customs and
border Protection Service to prevent importation of infringing
foreign goods.
e. The right to use the federal registration symbol “R”.
f. The ability to bring an action concerning mark in federal court, and
g. The use of the US registration as a basis to obtain registration in
foreign countries.
Di Amerika Serikat mempunyai 50 negara bagian yang masing-masing
beroperasi secara paralel dengan atau lebih akurat dengan sistem
pendaftaran federal.
Menurut Hukum Common Law Amerika bahwa pemilik merek
mempunyai hak eksklusif untuk memberikan perlindungan dari pihak ketiga
yang tidak berhak untuk menggunakan merek yang sama atau hampir sama
dengan barang atau jasa yang akan menimbulkan kebingungan bagi
konsumen sebagai sumber asal. Hukum merek common law berasal dari
Pengadilan Inggris dalam Standforths case,78 dimana pengadilan Inggris
menemukan pedagang yang menjual inferior pakaian dengan merek milik
suatu pedagang yang akan bertanggung jawab terhadap kerusakan reputasi
merek tersebut, sejak itu pelanggaran dianggap sebagai perbuatan unfair
competition, maka tidak diperlukan lagi pendaftaran. Maka pendaftaran
78 Staurt Graham, Galen Hancock, alan Marco, Amanda Fila Myers, op cit, hlm 6.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
78
yang dilakukan oleh pihak terakhir akan bertanggung jawab terhadap merek
yang pertama jika menimbulkan kesalahpahaman dari penggunaan merek
yang sama atau hampir sama.
Sistem pendaftaran merek di Amerika dilakukan secara paralel dengan
sistem common law sejak abad 18. UU Merek Federal 1870 mengatur
tentang pendaftaran federal yang pertama. Supreme Court membatalkan UU
tahun 1879 unuk diterapkan kepada perdagangan antar negara sehingga
Kongres merespon dengan mengeluarkan UU merek tahun 1881 yang
mengatur perdagangan antar negara dan perdagangan dengan negara asing.
Kemudian terjadi perubahan pada tahun 1905. Lanham Act Tahun 1946
menetapkan sistem pendaftaran Merek US Federal yang modern untuk
memberikan perlindungan penggunaan merek dalam perdagangan dan
didaftarkan di UPSTO.
United States Patent and Trademark Office (UPSTO)79 merupakan
agency dalam Departemen Perdagangan yang mengeluarkan paten terhadap
inventor dan bisnis terhadap penemuannya dan pendaftaran merek bagi
produk dan identifikasi kekayaan intelektual. UPSTO memberikan prosedur
secara hukum untuk membantu pendaftaran dan untuk pertama kali
melakukan pendaftaran bagi merek jasa, merek sertifikasi dan merek
kolektif.
Lanham Act menentukan dua sistem pendaftaran yaitu 80:
a. Pendaftaran Prinsipal (Principal Register), merupakan pendaftaran
yang diperuntukan untuk semua hak yang diatur oleh Lanham Act.
79 United states Patent and Trade Mark office, En.m. Wikipedia.org/wiki/ United
states_Patn-and –Trademark-of. 80 ibid
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
79
b. Pendaftaran Tambahan (Supplemental Register), merupakan
pendaftaran bagi yang tidak dapat didaftarkan kepada principal.
Pengadilan menyatakan bahwa pendaftaran tidak menimbulkan hak
Merek, tetapi hanya menyatakan bahwa hak itu dapat diperoleh melalui
suatu penggunaan. Untuk melakukan pendaftaran setiap pemohon harus
mempunyai legal basis untuk setiap pencatatan atau filing. Basis utama
yaitu berdasarkan “use in commerce “dan “intent to use in commerce”.
Penggunaan sebagai dasar hukum bahwa setiap pemilik harus menyerahkan
suatu deklarasi atau pernyataan yang menyatakan tanggal dicatatkan (filing
date), merek juga dipergunakan dalam perdagangan bahwa kongres dapat
memberikan pengaturan perdagangan antara negara bagian dan
perdagangan dengan negara lain.
Pengertian use in commerce tercantum dalam Pasal 45 Lanham Act81
yaitu penggunaan merek secara itikad baik dalam perdagangan dan secara
spesifik, “A mark shall be deemed to be use in commerce.”
1. On goods when ,
a. It is placed in any manner on the goods or their containers or
the displays associated therewith or on the tags or labels affixed
thereto, or if the nature of the goods makes such placement
impracticable, then on documents associated with the goods or
their sale, and;
b. The goods are sold or transported in commerce, and;
2. On services when it is used or displayed in the sale or advertising of
sevices and the services are rendered in commerce, or the the
services are rendered in more than one state or in the United States
81 Mark P. Mc Kenna, Trademark Use and The Problem of Source, Mc Kenna Doc, 25-2-
2009, hlm 792
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
80
and foreign country and the person rendering the services is
engaged in commerce in connection with the services.
Dasar suatu kehendak untuk menggunakan atau intent to use, pemohon
diharuskan membuat suatu file yang menyatakan pernyataan berisi suatu
keiginan melaksanakan suatu merek dengan asas itikad baik.
Aplikasi dengan dasar suatu penggunaan merek dengan itikad baik tidak
dapat didaftarkan sampai: a. Merek itu benar-benar dipergunakan dalam
perdagangan, b. Pernyataan yang jelas yang akan mempengaruhi suatu
permohonan, c. Spesifikasi yang diajukan untuk permohonan aplikasi.82
Pemohon juga diharuskan untuk mempergunakan aplikasi utama (prior
application) atau pendaftaran di wilayah yurisdiksi asing sebagai dasar
filing aplikasi Amerika. Dalam hal ini diperlukan suatu file pernyataan
bahwa adanya kehendak untuk menggunakan merek dalam perdagangan di
Amerika. Aplikasi harus didaftarkan dengan tidak mempergunakan actual
use didalam perdagangan Amerika.
Perlindungan bagi merek tidak terdaftar di Amerika, Lanham Act
mengaturnya dalam Pasal 43(a), yaitu dapat dilakukan oleh negara federal
dengan mengambil tindakan berupa83:
a. Civil Action,
1. Any person who, on or in connection with any goods or services, or
any container for goods, uses in commerce any word, term name,
82 Pemohon mempunyia waktu 6 bulan untuk memperoleh filing pernyataan
penggunaan(statement of use) dan akan memperoleh pemberitahuan untuk penggunaan
selama 36 bulan( Notice of Allowance) 83 Lee Ann. W. Lockridge, Abolishing State Trademark Registrations, Cardozo Arts &
Entertainment volume 29:597 Tahun 2011, hlm 16.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
81
symbol, or device, or any combination thereof, or any false
designation of origin, which,
a. Is likely to cause confusion, or to cause mistake, or to deceive
affilation, connection, or association of such person, or as to the
origin, sponsorship, or approval of his or her goods, services, or
commercial activities by another person shall be liable in acivil
action by any person who believes that he or she is or likely to
be damaged by such act.
Supreme Court menyatakan bahwa sudah umum untuk memberikan
perlindungan terhadap yang tidak terdaftar.
Jadi, Amerika Serikat adalah negara yang menerapkan perlindungan
hukum merek tidak berdasarkan pendaftaran yang sesuai dengan TRIPs
yang juga tidak mensyaratkan pendaftaran, hal ini didasarkan bahwa pada
suatu kesadaran bahwa perlindungan diberikan berdasarkan pada maksud
dan praktik penggunaan. Dengan tidak mewajibkan pendaftaran maka
merek yang digunakan dapat diberikan perlindungan hukum.
2. Perlindungan Merek Tidak Terdaftar di Indonesia
Merek adalah tanda yang berupa gambar/nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam perdagangan barang atau
jasa. Dari pengertian tersebut maka ada beberapa unsur yang harus dipenuhi
untuk merek, yaitu:
a. Merupakan suatu tanda,
b. Mempunyai daya pembeda,
c. Digunakan dalam perdagangan, dan
d. Digunakan pada barang atau jasa yang sejenis.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
82
Merek harus mempunyai daya pembeda dan sebuah merek yang tidak
memiliki daya pembeda secara spesifik (misalnya sebuah merek yang hanya
atau semata-mata menggambarkan produknya/merely descriptive) dapat
didaftarkan sebagai merek jika merek tersebut digunakan dalam jangka
waktu yang lama sehingga dianggap memiliki daya pembeda.
Merek merupakan suatu simbol yang menjelaskan 6 tingkatan, yaitu84:
a. Atribut produk, merek memberikan ingatan pada atribut-atribut
tertentu suatu produk, misalnya jika mendengar merek Guess maka
akan teringat pada jam.
b. Manfaat, atribut-atribut produk yang dapat diingat melaui merek
harus dapat diterjemahkan dalam bentuk manfaat baik secara
fungsional dan manfaat secara emosional, misalnya atribut kekuatan
kemasan produk menterjemahkan manfaat secara emosional yang
berhubungan dengan harga diri dan status.
c. Nilai, merek mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen
sebuah produk, misalnya merek Sony mencerminkan produsen
elektronik yang mempunayi teknologi yang canggih dan moderen.
d. Budaya, merek mempresentasikan suatu budaya tertentu, misalnya
Mercedes mempersentasikan budaya Jerman yang teratur, efisien
dan berkualitas tinggi.
e. Kepribadian, merek dapat diproyeksikan pada suatu kepribadian
tertentu, misalnya Isuzu Panther yang diasosiakan dengan
kepribadian binatang panther yang kuat dan tahan lama.
84 Dina Tropika, Sengketa Merek Makanan Ager-ager Swallow Globe Brand –bola Dunia,
hlm 5.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
83
Akibat pemakaian sebuah merek yang terus menerus, para pelanggan
dapat membedakan merek itu dengan merek lain meskipun merek tersebut
tidak memiliki daya pembeda pada awal pemakaiannya. Jadi merek-merek
tersebut dapat didaftarkan.85
Teori hukum yang dapat memberikan perlindungan merek86 adalah teori
hukum berdasarkan fungsi kepentingan yang diutarakan oleh Jhering bahwa
suatu hukum bukanlah murni dari jiwa bangsa dimana yang sesuai dengan
jiwa bangsa hukum tersebut tumbuh dan berkembang jadi hukum yang ideal
apabila sesuai dengan jiwa bangsa dan mengandung unsur-unsur yang
sesuai dengan jiwa bangsa. Selain itu, teori keadilan John Rals, yang berakar
dari kritiknya terhadap Average Utilitianirisme milik John Stuart yang
berpendapat bahwa kita boleh diminta berkorban demi kepentingan umum,
tetapi tidak dapat dibenarkan apabila pengorbanan tersebut pertama-
pertama diminta dari orang-orang yang kurang beruntung dalam
masyarakat.
Mengenai jenis-jenis merek sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2
dan angka 3 Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang merek, ada dua,
yaitu merek dagang dan merek jasa. Merek dagang adalah merek yang
dipergunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang-barang sejenisnya lainnya. Sedangkan merek jasa adalah
merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan jasa-jasa lainnya.
85 Eddy Damian,Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Alumni,2002, hlm 135. 86 Sri Sayekti, Tinjauan Yuridis Perlindungan Merek yang belum terdaftar di Indonesia,
Majalah Ilmiah Pawiyatan, Edisi Khusus, Vol :XXII, no 2, juli 20015, hlm 46.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
84
Indonesia menganut sistem pendaftaran merek dengan sistim konstitutif,
pendaftaran merupakan suatu keharusan agar dapat memperoleh hak merek,
tanpa pendaftaran negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada
pemilik merek. Hal ini berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak
akan diberikan perlindungan.
Menurut UUM Indonesia, hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai
merek adalah:
a. Merek yang permohonannya diajukan atas dasar itikad tidak baik
(Pasal 4).
b. Merek yang bertentangan dengan moral, perundang-undangan dan
ketertiban umum (Pasal 5(a)).
c. Merek yang tidak memiliki daya pembeda (Pasal 5(b)).
d. Tanda-tanda yang telah menjadi milik umum (Pasal 5(c)).
Contohnya: tengkorak dan tulang belulang sebagai tanda bahaya.
e. Merek yang semata-mata menyampaikan keterangan yang
berhubungan dengan barang atau jasa (Pasal 5 (d)), misalnya batu
bata bahan bangunan untuk menggambarkan perusahaan konstruksi
yang khusus beroperasi dalam bidang bangunan dengan batu bata.
Standar untuk memenuhi kriteria pelanggaran merek adalah:
a. The strength of the mark;
b. The proximity of the goods;
c. The similarity of the marks;
d. Evidence of actual confusion;
e. Marketing channels used;
f. The type of goods and the degree of care likely to be excercised by
the purchaser;
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
85
g. Defendants intent in selecting the mark;
h. Likelihood of expansion of the product lines;
Pendaftaran menurut UU Merek memberikan hak eksklusif kepada
perusahaan pemilik merek guna mencegah pihak-pihak lain untuk
memasarkan produk-produk yang identik atau mirip dengan merek yang
dimilik oleh perusahaan bersangkutan dengan menggunakan merek yang
sama atau merek yang dapat membingungkan konsumen. Menurut Sudargo,
bahwa wajib pendaftaran lebih memberikan kepastian hukum. Sistem ini
diambil dari Konvensi Stockholm 1967, yang diratifikasi oleh Indonesia
pada 20 Desember 1979. Tujuan penggunaan sistem ini adalah untuk
memperkecil timbulnya perselisihan atas merek antara pemakai merek yang
tidak terdaftar dan pemilik merek yang sudah terdaftar.
Pendaftaran sejak Undang-Undang No 19 Tahun 1992 adalah sistem
konstitutif. Sistem ini memberikan perlindungan hanya pada pendaftar
pertama yang beritikad baik. Hal ini juga diatur dalam Pasal 4 UU No 15
Tahun 2001 yang menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftar oleh
pemohon yang beritikad tidak baik. Permohonan Pendaftaran Merek yang
harus dipenuhi oleh pemilik merek yaitu, merek yang akan didaftarkan
harus memberikan contoh disertai dengan warna yang akan dipakai dalam
merek disertai penjelasan mengenai kelas barang dan atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. Sistem pendaftaran deklaratif, adalah suatu
sistem dimana yang memperoleh perlindungan hukum adalah pemakai
pertama dari merek yang bersangkutan. Sistem ini dianut dalam UU No 21
tahun 1961. Dengan perkataan lain, bukan pendaftaran yang menciptakan
suatu hak atas merek, tetapi sebaliknya pemakaian pertamalah di Indonesia
yang menciptakan atau menimbulkan hak itu.
Sistem pendaftaran deklaratif pada UU No 21 Tahun 1961. Pada Pasal
2 ayat (1), menyebutkan:
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
86
“Hak khusus untuk memakai suatu merek guna membedakan barang-
barang hasil perusahaan atau barang-barang perniagaan seseorang atau
suatu badan dari barang-barang orang lain atau badan lain kepada
barang siapa yang untuk pertama kali memakai merek itu untuk
keperluan tersebut diatas di Indonesia.”
Menurut Yahya Harahap, penegakan hukum berdasarkan Pasal 2 diatas
mengandung konsepsi dualisme, satu segi ditegakkan doktrin pendaftaran
pertama atau first to file principle, siapa pendaftar pertama dianggap
mempunyai hak yang lebih unggul dan lebih utama dari pemilik merek
lainnya, sesuai dengan asas prior in filing, tetapi berbarengan dengan itu
ditegakkan doktrin pemakai pertama atau first to use system, apabila dapat
membuktikan bahwa dia pemakai pertama yang sesungguhnya dianggap
pemilik paling unggul haknya jika seseorang dapat membuktikan
kedudukan yang utama pada asas prior user has a better right atau pemakai
pertama mempunyai hak yang lebih baik dari pendaftar pertama87.
Lingkup perlindungan hukum yang diberikan kepada pemilik merek,
meliputi:88
a. Melindungi penggunaan hak eksklusif merek, meliputi:
1) Mempergunakan tanda merek sebagai logo, label atau gambar dalam
surat menyurat, pada barang atau jasa, pada kemasan (packaging)
dalam advertensi atau promosi.
87 ASMA, perbedaan sistim pendaftaran deklarati dan sistim konstitutif 88 Yahya Harahap, Tinjauan Merek secara uum dan Hukum Merek Di Indonesia
berdasarkan undang-Undang Nomor 19 tahun 1992, PT Citra Aditaya bakti,
Bandung,1996, hlm 182
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
87
2) Menikmati secara eksklusif manifestasi yang lahir dari merek,
meliputi goodwill atau well-known, reputasi tinggi, sumber asal,
sentuhan kulturan dan sentuhan keakraban.
b. Melindungi hak eksklusif mempergunakan merek sebagai alat eksploitasi
memperoleh keuntungan dalam perdagangan, meliputi:
1) memasarkan barang atau jasa dalam perdagangan nasional, regional,
dan global; dan,
2) menyimpan barang yang dilindungi hak merek, asal tidak
bertentangan dengan ketentuan monopoli dan spekulasi untuk
menaikkan harga.
Contoh pembatalan merek yang terjadi sengketa yaitu sengketa antar
keluarga terkait 51 merek yang mengandung nama Sinar Laut sampai pada
tahap putusan akhir .89
1. Gugatan dilayangkan oleh Idahyati Kusni dan anaknya Minardi
Aminnudin Kunardi, serta perusahaan merek Sinar Laut Abadi
dan PT Sinar Laut
Indahyati menggunakan nama Sinar Laut untuk nama toko yang
begerak di bidang perdagangan alat-alat teknik. Dalam
perkembangannya anak Indahyati menggunakan nama Sinar Laut
sebagai nama perusahaan. Anak kembarnya, Wartono Fachrudin
Kunardi dan Minardi Aminudin Kunardi mendirikan Sinar Laut
Sejahtea. Minardi juga membuat toko bernama Sinar Laut Perkakas,
sementara, Wartono bersama YuswadI Kunardi dan Karta Wiryadi
Munardi membentuk Sinar Laut Abadi. Pasca perpecahan Wartono
mendaftarkan Merek Sinar Laut, Sinar Lautan, Sinar Laut Abadi,
89 M.hukumonline.com/berita/baca/14bf0421..diaksestgl 21 November 2015 jam 14.00
WIB lihat juga nasinal.kontan.co.id, kakak beradik berebut merek Sinar laut
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
88
Sinar Lautan Abadi, Sinar Laut Perkakas dan Sinar lautan Perkasa.
Merek tersebut terdaftar di 51 kelas barang. Idahyati dan Minardi
serta perusahaan mereka, PT Sinar Laut Abadi dan PT Sinar Laut,
menggugat Wartono dan PT Sinar Laut Mandiri (tergugat 1 dan
tergugat 2) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Gugatan yang
dilayangkan untuk membatalkan merek-merek tersebut yang
didaftarkan pada 30 April 2010.
2. Para Penggugat mendudukkan perusahaan Wartono, yaitu
Sinar Laut Mandiri sebagai Tergugat. Wartono digugat karena
memakai nama Sinar Laut yang diklaim Indahyati sebagai
sebagai miliknya sejak tahun 1976
Kuasa hukum dari Tergugat beranggapan bahwa Penggugat tak
berhak menggugat karena Penggugat bukan pemilik merek terdaftar
atas merek Sinar Laut, Sinar Lautan, Sinar Laut Abadi, Sinar Lautan
Abadi, dan Sinar Lautan Perkakas, sekalipun Penggugat merupakan
pemilik PT Sinar Laut dan PT Sinar Laut Abadi, namun itu adalah
nama badan hukum yang belum terdaftar sebagai merek. Saat ini
badan hukum baru akan didaftarkan di Direktorat Merek.
3. Penggugat sempat mengajukan masalah ini ke Mahkamah
Konstitusi, tetapi kandas.
4. Hakim menolak gugatan dari Indahyati, menyatakan ditolak
dan pendaftaran yang dilakukan oleh Indahyati sudah sesuai
dengan ketentuan dan dilakukan dengan itikad baik. Selain itu
majelis berpendapat dengan keterangan ahli Tommy Suryo,
bahwa suatu perusahaan tidak otomatis mendapatkan merek
sesuai dengan nama perusahaan tersebut menurut majelis,
nama perusahaan dan merek adalah dua hal yang harus
dibedakan.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
89
5. Yang berhak mendapatkan perlindungan adalah merek
terdaftar seperti halnya merek tergugat. Mengingat UU Merek
menganut stelsel konstitutif, apabila suatu perusahaan ingin
mendapatkan merek sesuai dengan namanya, maka perusahaan
tersebut harus melakukan pendaftaran. Selain itu, menurut
Kuasa hukum tergugat, untuk menentukan ada tidaknya itikad
baik suatu merek yang dijadikan pembanding harus merek
terkenal, sementara, nama badan hukum penggugat bukan
merek terkenal.
6. Penggugat tidak berhasil membuktikan bahwa mereka
memiliki merek Sinar Laut yang telah terdaftar di Direktorat
Merek Dirjen HKI. Karena itu, merek yang dimiliki tergugat
tidak termasuk merek yang pendaftarannya harus ditolak
seperti dalam ketentuan Pasal 6 ayat 3 UUM.
Pasal 6 ayat 3 berisi:
Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum yang dimilki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis
dari yang berhak.
b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional
maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak
berwenang.
c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang resmi.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
90
7. Penggugat mengajukan kasasi atas kuasa hukum Ari Kanthy Sutomo
menyatakan pihaknya mengajukan kasasi ini karena hakim tidak melihat
itikad tidak baik dari Tergugat.
8. Tergugat telah mendaftarkan 51 merek dalam kelas barang 6, 7, 8 dan
35. Dengan modal sertifikat merek, Tergugat melayangkan somasi
kepada para penggugat terkait nama Sinar Laut untuk nama toko
mereka. Padahal toko Sinar Laut milik Indahyati sudah berdiri sejak
tahun 1976.
9. Menurut Ari, Penggugat tidak mempermasalahkan pendaftaran milik
Tergugat apabila mereka tetap bisa menggunakan Sinar Laut sebagai
nama toko. Namun kenyataannya memasang PT Sinar Laut saja
dipermasalahkan oleh Wartono.
10. Dalam perkara sebelumnya pihaknya telah menang dalam menghadapi
tergugat yang sama. Ini dapat dilihat dalam Putusan No 59/Merek/2008
jo Putusan MA No 140 K/Pddt.Sus/2009 jo 081 PK/Pd.Sus/2009 itu juga
Wartono beritikad tidak baik dalam mendaftarakan merek Sinar Laut
Perkakas, pembatalan diajukan Minardi dikabulkan hingga tahap
kasasi. Dengan merek Sinar Laut Abadi milik Tergugat, dengan
demikian, selaku pemilik merek berhak memonopoli penggunaan
merek.
11. Putusan No 18 /Merek/2010/ PNH.JKT.PST telah dinyatakan merek
Sinar Laut Abadi dan Sinar Laut Perkakas memiliki persamaan pada
pokoknya.
12. Ari berpendapat bahwa stelsel konstitutif, seharusnya tidak berlaku
mutlak. Apabila ada itikad tidak baik, maka pendaftaran merek bisa saja
dibatalkan. Pihak pengugat belum mendaftarkan merek Sinar Laut.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
91
13. Jadi permasalahannya apakah nama PT Sinar Laut Abadi yang tidak
digunakan sebagai merek dan tidak terdaftar dalam daftar umum Merek
dapat membatalkan merek Sinar Laut Abadi yang telah terdaftar.
14. Hasil berdasarkan Pasal 68 UUM yang berisi memberi kesempatan
kepada pemilik merek tidak terdaftar dapat mengajukan pembatalan
merek.
15. Putusan No 18/Merek/2010/PN.JKT>PST telah dinyatakan merek Sinar
Laut.
Kesimpulannya adalah pemilik merek tidak terdaftar dapat mengajukan
pembatalan merek dengan alasan sebagaimana dimaksud Pasal 4 yang berisi
merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh
pemohon yang beritikad tidak baik.
Pasal 5 yang berisi merek tidak dapat terdaftar apabila merek tersebut
mengandung salah satu unsur dibawah ini:
a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
b. Tidak memilik daya pembeda.
c. Telah menjadi milik umum, atau
d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
Serta Pasal 6 yang berisi permohonan harus ditolak oleh Direktorat
Jenderal apabila merek tersebut:
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek pihak lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang
dan/jasa yang sejenis.
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek pihak lain untuk barang dan jasa sejenis.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
92
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi georafis yang sudah dikenal.
Dari kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebaiknya perusahaan
mendaftarkan nama mereknya karena merek sangat penting bagi pencitraan
dan strategi pemasaran perusahaan, pemberian kontribusi terhadap citra, dan
reputasi terhadap produk dari sebuah perusahaan di mata konsumen. Citra
dan reputasi perusahaan untuk menciptakan kepercayaan merupakan dasar
dari untuk mendapatkan pembeli yang setia dan meningkatkan nama baik
perusahaan90.
Jadi, Indonesia memberikan perlindungan hukum semua berdasarkan
pendaftaran dengan tujuan mencapai kepastian hukum. Dari hal tersebut
kepastian hukum baru tercapai setelah melalui masa pendaftaran dan masa
daluwarsa gugatan pembatalan yang memakan waktu lama dan biaya yang
biaya besar, sehingga hal ini justu menjadi penghambat iklim usaha di
Indonesia bagi masyarakat Indonesia sendiri yang notabene belum memiliki
pengetahuan tentang hukum dan kesadaran hukum yang baik91.
Jadi, dari uraian di atas maka merek seolah-olah dibagi merek terdaftar
dan merek tidak terdaftar karena dalam UUM yang diberikan perlindungan
hanya pada merek yang terdaftar sedangkan merek yang tidak terdaftar,
padahal penggunaan merek tanpa ijin oleh pihak ketiga menimbulkan
kerugian karena dia tidak mendaftarkan mereknya. Hal ini kita lihat
sebagian besar para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah terkadang
karena ketidaktahuan perlunya perlindungan tidak dipahami dan
90 World Intellectual Property Right for business Series, Membuat sebuah Merek.
Pengantar Merek Untuk usaha kecil dan Menengah hlm 4. 91 Sri Sayekti, Op. Cit hlm 50
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
93
kekurangan modal sehingga penggunaan merek yang telah lama dipakai
tetapi dimanfaatkan oleh pihak ketiga tanpa ijin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlindungan hukum merek di Amerika tidak diberikan berdasarkan
pendaftaran tetapi melaui penggunaan yang didasarkan bahwa
penggunaan dalam praktik itu harus sesuai dengan persyaratan
bahwa merek tersebut harus use in commerce atau intend to use in
commerce.
2. Perlindungan merek yang berlaku di Indonesia hanya diberikan
hanya setelah pendaftaran, sehingga perlindungan hanya bersifat
perlindungan semu karena kepastian hukum hanya tercapai setelah
pendaftaran, juga pendaftar yang tidak baik pun dilindungi juga
dalam praktik memberikan perlindungan berdasarkan penggunaan
merek yang pertama.
Saran
Sistem perlindungan merek sebaiknya mengadopsi perlindungan merek
di Amerika, yaitu memberikan perlindungan berdasarkan dua sistem, yaitu
melalui perlindungan merek berdasarkan penggunaan juga pendaftaran.
Juga sebaiknya Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual melakukan
pemeriksaan yang lebih teliti terhadap setiap permohonan merek agar tidak
terjadi sengketa merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
pada keseluruhan.
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
94
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. M. Ramli, HAKI Hak Kekayaan Atas Kepemilikan Intelektual Teori
Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung: Mandar Madju,
2000
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan
Intelektual, Bandung: Citra Aditya, 2001
Achmed Zen Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung:
Alumni, Cetakan ke III
Cassavera, Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu,
Cetakan Pertama, 2009
Eddy Damian, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Alumni, 2002
Jeremy Waldon, A Companion to Philoshopy of Law and Legal Theory,
United Kingdom: Wiley Blackwell Publishers Ltd, Second Edition,
2001
Kamil Idris, Intellectual Property: A Power Tool for Economic Growth,
WIPO
Lionel Bently, Bred Sherman, Intellectual Property Law, New York:
Oxford University Press, 2001
Patricia Loughlan, Intellectual Property: Creative and Marketing Rights,
Sydney, 1998
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi Pertama,
Jakarta: Granit, 2004
Soerjono Soekanto dan Sri Mammudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada, 2005
JURNAL OPINIO JURIS Vol. 19 Januari – April 2016
95
Sudjana, Penerapan Itikad Baik Dalam Pendaftaran dan Penggunaan Merek
dihubungkan dengan pada Pokoknya atau Keseluruhan dengan
Merek Terkenal, dalam buku: Kompilasi Bisnis, Keni Media, 2012
Sunaryati, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung, Binacipta
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia, 1986
Yahya Harahap, Tinjauan Merek secara Umum dan Hukum Merek di
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996
Barton Bee, “The Semiotic Analysis of Trade Mark Law”, UNCLA Law
Review
Cita Citrawinda, Perlindungan Merek Terkenal Di Indonesia, makalah
disampaikan pada Seminar KI dan Penegakan Hukumnya, Jakarta,
19 September 2001
Lee Ann. W. Lockridge, Abolishing State Trademark Registrations,
Cardozo Arts & Entertainment volume 29:597 Tahun 2011
Dina Tropika, Sengketa Merek Makanan Agar-Agar Swallow Globe Brand
Bola Dunia
Sri Sayekti, Tinjauan Yuridis Perlindungan Merek yang belum terdaftar di
Indonesia, Majalah Ilmiah Pawiyatan, Edisi Khusus, Vol: XXII, No
2, Juli 2015