perikanan air laut.doc
DESCRIPTION
perikanan lautTRANSCRIPT
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BAHAN BAKU HASIL PERIKANAN
SUMBERDAYA PERIKANAN AIR LAUT
Oleh: Kelompok II
Dicha Fusva Hildianti (05111006003)Ricky Setyo Aditomo (05111006013)Tri Mendra Manullang (05111006031)Ni Made Pratiwi (05111006038)Husni Mahfuz (05101006014)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumberdaya dapat pulih terdiri dari ikan dan vegetasi lainnya. Namun
yang menjadi primadona kita selama ini adalah pada sebatas ikan konsumsi
seperti ikan pelagis, ikan demersal, ikan karang, udang dan cumi-cumi.
Sedangkan untuk vegetasinya adalah terumbu karang, padang lamun, rumput laut,
dan hutan mangrove. Sumberdaya perikanan laut sebagai sumberdaya yang dapat
pulih sering kita salah tafsirkan sebagai sumberdaya yang dapat eksploitasi secara
terus menerus tanpa batas. Potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia terdiri
dari sumberdaya perikanan pelagis besar dengan potensi produksi sebesar 451.830
ton/tahun dan pelagis kecil sebesar 2.423.000 ton/tahun sedangkan sumberdaya
perikanan demersal memiliki potensi produksi sebesar 3.163.630 ton/tahun, udang
sebesar 100.728 ton/tahun, ikan karang dengan potensi produksi sebesar 80.082
ton/tahun dan cumi-cumi sebesar 328.968 ton/tahun. Dengan demikian potensi
lestari sumberdaya perikanan laut dengan tingkat pemanfaatan baru sekitar 48%
dari laut (Ditjen Perikanan, 1990).
Menurut organisasi Pangan dan Pertanian Sedunia (FAO), hasil perairan
dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yaitu :
1. Ikan darat dan diadromus
2. Ikan laut
3. Krustasea, moluska dan avertebrata lainnya
4. Paus
5. Anjing laut (seats) dan berbagai mamalia perairan
6. Berbagai binatang air (penyu, kura-kura, kodok, buaya) dan residu (mutiara,
lokan, spons, koral)
7. Tumbuhan air, ganggang air, rumput laut dan lain-lain
Sumberdaya perikanan laut Indonesia dihasilkan dari wilayah perairan laut yang
meliputi daerah pantai dan laut lepas. Ikan yang dihasilkan dari laut umumnya
memiliki daging putih yang keduanya dibedakan karena kadar lemak dan
pigmennya (mioglobin).
Berdasarkan tempat hidupnya dilaut yang dibagi secara vertikal,
sumberdaya perikanan dilaut dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Sumberdaya perikanan domersal yang hidup didasar atau dekat dengan
permukaan dasar perairan/laut yang disebabkan iakn domersal
b. Sumberdaya perikanan yang hidup diperairan lepas dasar/lapisan perairan
antara dasar dan permukaan (kolong laut) yang disebut ikan pelagis
c. Sumberdya perikanan karang yang umumnya dihuni oleh ikan-ikan dengan
warna dan bentuk tubuh yang menarik
d. Sumberdaya perikanan udang yang umumnya didapat disekitar pantai baik
ditambak maupun dihutan bakau.
Indonesia adalah negara kepulauan, dimana terdiri dari 17.508 pulau,
dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Indonesia memiliki luas wilayah lautan
sekitar 5,8 juta km2 atau sekitar 70% dari luas total teritorial Indonesia. Dengan
potensi fisik ini, tentunya kita harus berbangga atas potensi ini, serta mampu
mengelolanya dengan baik (Ditjen Perikanan, 1990).
Laut kita memiliki karakteristik yang sangat spesifik. Dikatakan spesifik,
karena memiliki keanekaragaman biota laut (ikan dan vegetasi laut) dan potensi
lainnya seperti kandungan bahan mineral. Dalam definisi undang-undang no 31
tahun 2004 tentang perikanan, dikatakan bahwa ikan adalah segala jenis
organisme yang seluruh atau sebagian hidupnya berada dalam lingkungan
perairan. Sumberdaya perikanan merupakan hasil kekayaan laut yang memiliki
potensi besar untuk menambah devisa negara. Potensi pembangunan pesisir dan
lautan kita terbagi dalam tiga kelompok yaitu, sumberdaya dapat pulih (renewable
recorces), sumberdaya tak dapat pulih (non-renewable recorces) dalam hal ini
mineral dan bahan tambang, jasa-jasa lingkungan (environmental service).
Sayangnya ketiga potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu,
akan menarik kiranya bila kita membeberkan ketiga kelompok potensi kelautan
kita sekarang ini (Soesanto, 1987).
Sementara itu, potensi vegetasi biota laut juga sangat besar. Salah satunya
adalah terumbu karang. Dimana terumbu karang ini memilki fungsi yang sangat
strategis bagi kelangsungan hidup ekosistem laut yakni fungsi ekologis yaitu
sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan,
tempat bermain dan asuhan berbagai biota. Terumbu karang juga menghasilkan
produk yang memiliki nilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang,
udang karang, alga, teripang dan kerang mutiara. Potensi lestari sumberdaya ikan
pada terumbu karang di perairan Indonesia diperkirakan sebesar 80.802
ton/km2/tahun, dengan luas total terumbu karang 50.000 km2. Vegetasi lainnya
adalah rumput laut. Rumput laut memiliki potensi lahan untuk budidaya sekitar
26.700 ha dengan kemampuan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahunnya
disana (Soesanto, 1987).
Di samping potensi sumberdaya dapat pulih (renewable recources),
wilayah pesisir dan laut kita juga memiliki potensi sumberdaya tak terbaharukan
(non-renewable recources). Potensi ini meliputi mineral dan bahan tambang
diantaranya berupa minyak, gas, batu bara, emas, timah, nikel, bauksit dan juga
granit, kapur dan pasir. Potensi lain yang tidak kalah pentingnya lagi adalah
kawasan pesisir dan laut kita sangat potensial untuk pengelolaan jasa lingkungan
(environmental service) yang dimaksud dengan jasa lingkungan adalah
pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan sebagai sarana rekreasi dan pariwisata,
media transportasi dan komunikasi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan
keamanan, kawasan perlindungan dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi
ekologis lainnya. Potensi lain yang juga belum tergarap adalah pemanfaatan
wilayah pesisir dan laut sebagai penghasil daya energi, belum dimanfaatkan
secara optimal Sumberdaya ikan (Soesanto, 1987).
Merupakan milik bersama (common resources), sehingga dalam
pengelolaannya tidak dapat dimilki secara perorangan, hal ini menyebabkan
semua lapisan masyarakat berhak untuk memanfaatkan dan dapat menimbulkan
berbagai macam persaingan antar pelaku, baik antar nelayan dengan nelayan,
antar nelayan dengan pengusaha, antar pengusaha dengan pengusaha yang
pesaingnya begitu ketat dan sulit ntuk dikendalikan. Sampai tahun 1999, potensi
pemanfaatan sumberdaya ikan yang disebutkan diatas baru dapat dimanfaatkan
sebesar 76% dengan tingkat produksi sebesar 3,82 juta ton (Soesanto, 1987).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka perlu pemanfaatan yang
optimal baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk menjadikan sumberdaya
perikanan menjadi sumberdaya pangan yang utama. Sumber perikanan
mengandung sumber protein yang sangat tinggi khusunya protein hewani, tetapi
akibat kurangnya keinginan masyarakat kita untuk mengkonsumsi ikan, maka
banyak warga negara kita yang mengalami kekurangan gizi, padahal apabila
masyarakat kita dengan giatnya memakan ikan bukan tidak mungkin masyarakat
kita akan sehat dan juga memungkinkan untuk memajukan kehidupan dari
nelayan kita, kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan (Soesanto, 1987).
B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing
bagian tubuh tersebut.
2. mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh)
beberapa jenis ikan laut.
3. mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta
mengetahui besar bagian kedua jenis daging tersebut.
4. mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang daging
serta zat yang terkandung di dalamnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kembung Betina (Restrelliger neglectus)
Sistematika ikan kembung betina (Restrelliger neglectus ) menurut Seanin
(1968) adalah sebagai berikut :
phylum : Chordata
class : Pisces
family : Scombidae
genus : Restrelliger
species : Restrelliger neglectus
Ikan kembung merupakan salah satu komponen perikanan pelagik yang
terdapat di Ujung Pandang. Ikan kembung terdiri dari tiga jenis yakni ikan
kembung betina (Restrelliger neglectus), ikan kembung jantan (Restrelliger
kanagurta), serta (Restrelliger branchysoma). Di antara ketiga jenis ikan
kembung tersebut hanya ikan kembung betina (Restrelliger neglectus), ikan
kembung jantan (Restrelliger kanagurta) yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan
kembung betina (Restrelliger neglectus), ikan kembung jantan (Restrelliger
kanagurta) banyak ditemukan di Pulau Konigarong, Selat Makassar, tetapi
terdapat juga di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Selat Selatan
serta di Laut Arafuru (Soesanto, 1987).
Ikan kembung betina ini merupakan jenis ikan pelagis dan memiliki warna
biru kehijauan pada bagian atas dan putih perak pada bagian bawahnya. Ikan
kembung betina ini dijual di pasaran pada harga yang sedang. Biasanya ikan
kembung betina ini dijual dalam berbagai jenis yaitu dipasarkan dalam bentuk
segar, bentuk setengah asin, bentuk asin dan yang telah menjadi laukpun
merupakan ikan kembung betina yang gurih dan dagingnya terasa empuk
(Soesanto, 1987).
B.Ikan Sarden (Sardinella lemuru)
Sistematika ikan sarden (Sardinella lemuru) menurut Seanin (1968) adalah
sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
sub class : Teleostei
ordo : Malacopterygixi
family : Clupeidal
genus : Sardinella
species : Sardinella lemuru
Ikan ini mampu bertahan hingga kedalaman lebih dari 1.000 meter. Ikan
ini cocok digunakan sebagai makanan dihidangkan dengan saus cabe atau saus
tomat. Beberapa spesies mackerel yang lebih besar, seperti mackerel sirip biru
(bluefin mackerel), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan
aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih
dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Sarden adalah ikan yang
memiliki nilai komersial sedang. Sarden merupakan ikan laut yang terdiri dari
beberapa spesies dari famili Clupeidae. Ikan sarden biasanya hidup berkelompok,
kelompoknya mencapai ratusan sehingga memudahkan mangsa untuk
menyantapnya (Soesanto, 1987).
Ikan sarden memiliki warna tubuh yang unik yakni tubuhnya berwarna
biru kehijauan pada bagian atasnya, putih perak pada bagian bawahnya. Ikan ini
terdapat 10 totol-totol gelappada bagian atasa badan, totol-totol ini tidak nyata lagi
setelah lama mati. Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri
(16-18)+(12-14). Awal sirip punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan,
lebih dekat kearah moncong daripada kesirip ekor. Sirip punggung berjari-jari
lemah 15-18, serta sirip duburnya 18-20 (Direktorat Jenderal, 1975).
C.Ikan Salem (Elagatis bipinnulatus)
Sistematika ikan Salem (Elagastis bipinnulatus) menurut Seanin (1968)
adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
ordo : Pecoidae
family : Caransida
genus : Elagastis
species : Elagastis bipinnulatus
Salem merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai keunikan
tersendiri. Ikan salem sebenarnya menetas di sungai (air tawar), tetapi kemudian
setelah berusia 3 bulan dia pergi dan menghabiskan hidupnya di lautan (air asin).
Terkadang sampai jauh di tengah samudera yang luas. Kira-kira 4 tahun
kemudian, ketika tiba waktunya bertelur dia akan kembali lagi ke sungai tempat
kelahirannya. Ikan jenis yang lain umumnya tidak akan mampu menghadapi
perbedaan air sungai dan air laut. Bahkan ikan air tawar bisa-bisa mati bila
dicemplungkan ke air asin, begitu juga sebaliknya. Tetapi ikan salem tidak. Ikan
salem serasa mempunyai dua rumah yang sama-sama nyaman untuknya.
Kapanpun dia merasa perlu untuk pergi kepada salah satunya, dia tidak menemui
kesulitan. Tidak tersesat tidak juga kebingungan.
Salem memang bisa mengenali/mencium bau sungai tempat kelahirannya,
tetapi bagaimanapun ketika dia berada jauh di tengah-tengah samudera luas, dia
tetap memerlukan pedoman yang bisa dia pakai untuk mengenali arah
muara/pantai dekat sungai kelahirannya itu (Direktorat Jenderal Perikanan; 1999).
ilmuwan kemudian menyimpulkan bahwa ternyata salem menggunakan
satu benda yang merupakan pedoman tertinggi di alam ini, yaitu matahari. Dari
posisi matahari dia bisa menentukan kemana arah sungai tempat kelahirannya
berada. Salem tidak akan salah arah karena selain matahari berada ditempat yang
sangat tinggi (sehingga bisa dilihat baik dari sungai maupun lautan), matahari juga
berputar dengan sangat konsistennya. Pagi muncul dari timur, petang tenggelam
di barat. Setiap hari sepanjang tahun. Tak ada seharipun matahari berbalik arah
maupun menolak untuk muncul. Ketika salem ada di sungai, matahari tetap terbit
dari timur dan tenggelam di barat. Ketika salem ada di lautan pun, sama, matahari
juga tetap terbit dari timur dan tenggelam di barat pada setiap perairan laut
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
D. Ikan Tongkol (Auxis thazard)
Sistematika ikan tongkol (Auxis thazard) menurut Seanin (1968) adalah
sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
ordo : Percomorphi
family : Scombridae
genus : Auxis
species : Auxis thazard
Ikan tongkol yang tergolong famili scombroidae, jika dibiarkan pada suhu
kamar, maka segera akan terjadi proses penurunan mutu, menjadi tidak segar lagi
dan jika ikan tongkol ini dikonsumsi akan menimbulkan keracunan. Keracunan ini
disebabkan oleh kontaminasi bakteri pathogen seperti Escherichia coli,
Salmonella, Vibrio cholerae, Enterobacteriacea dan lain-lain. Salah satu jenis
keracunan yang sering terjadi pada ikan tongkol adalah keracunan histamin
(scombroid fish poisoning) karena ikan jenis ini mengandung asam amino histidin
yang dikontaminasi oleh bakteri dengan mengeluarkan enzim histidin
dekarboksilase sehingga menghasilkan histamin. Bakteri ini banyak terdapat pada
anggota tubuh manusia yang tidak higienis, kotoran/tinja, isi perut ikan serta
peralatan yang tidak bersih (Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
Ikan tongkol (Auxis thazard) memiliki warna pada bagian atas berwarna
hitam kebiruan, sedanghkan pada bagian bawahnya berwarna putih perak.
Terdapat ban-ban hitam pada bagian tubuhnya, serong, menggelombang bagian
atas rusak. Sirip-sirip perut, dada gelap keunguan. Ikan tongkol termasuk ikan
yang buas, predator dan panjangnya dapat mencapai 50 cm tetapi pada umumnya
berkisar 25-40 cm. Memiliki badan yang memanjang, bulat, kaku seperti cerutu.
Termasuk tuna kecil, dua sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari 10
sedangkan jari-jari kedua merupakan jari-jari keras 11 pada setiap ikan tongkol
tersebut (Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
E. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Sistematika ikan bandeng (Chanos chanos) menurut Sanin (1968) adalah
sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
ordo : Gonorynchifores
family : Chinidae
genus : Chanos
species : Chanos chanos
Ikan bandeng merupakan satu-satunya species yang ada dalam familia
Chanidae (kurang lebih sebanyak tujuh species telah puna dalam genus tambahan
dilaporkan pernah ada). Bandeng merupakan sebuah ikan yang merupakan
makanan penting di Asia Tenggara. Ikan bandeng dijual di pasaran dalam bentuk
segar, dalam bentuk asin, setengah asin dan lain-lain. Ikan bandeng ini juga
merupakan ikan yang memiliki harga jual yang sedang dan mudah ditemukan di
pasaran. Penyebaran ikan bandeng ini tersebar di seluruh daerah pantai, seluruh
bagian dari perairan Pasifik, serta lepas pantai terutama di perairan Indonesia
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
Ikan bandeng cenderung bergerombol, hal ini bertujuan untuk agar mereka
terhindar dari serangan musuh yang ingin memangsa mereka dan ikan-ikan
bandeng yang bergerombol ini dapat saling melindungi satu sama lain pada saat
terjadinya serangan. Ikan Bandeng hidup di Samudera Hindia dan kemudian dapat
menyeberangi Samudera Pasifik, mereka cenderung bnergerombol di pesisir
pantai di pulau-pulau dengan koral. Panjang ukurannya dapat mencapau 90 cm
tetapi umumnya panjang tubuhnya mencapai 30-50cm. Benih-benih ikan bandeng
yang hidup di laut antara dua sampai tiga minggu, lalu berpindah kerawa-rawa,
bakau daerah muara dan kadang di danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut
setelah berkembang biak dan sudah dewasa utuk mencari makan disana
(Direktorat Perikanan, 1975).
G. Ikan Pisang-pisang ( Caesio chrysozona )
Sistematika ikan pisang-pisang (Caesio chrysozona) menurut Saenin
(1968) adalah:
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
sub phylum : Avertebrata
class : Pisces
sub class : Teleostei
Ordo : Percomorphi
sub ordo : Percoidae
familli : Lutjanidae
genus : Caeasio
spesies : Caesio chrysozona
Tergolong ikan pelagis, karang. Penangkapan dengan muroami, soma
malalugis, jaring klotok, kandang-kandang masuk bubu. Dipasarkan dalam bentuk
segar, asin kering. Harga sedang, badan memanjang, lansing, gepeng. Sisik-sisik
kecil, etenoid. Dahi dan penutup insang bersisik. Mulut kecil, dapat disembulkan.
Sirip punggung berjari-jari kelas 10, dan 14-15 lemah. Sirip dubur berjari-jari
keras 3, dan tapisan insang 25. sisik-sisik pada garis rusuk 67-77. Sisik-sisik di
atas dan bawah gurat sisi tersusun horizontal. Pangkalan sirip punggung dan
dubur hampir setengahnya tertutup sisik. Termasuk ikan buas, makananya
inverteberata yang hidup bergelombol didaerah pantai, karang. Dapat mencapai
panjang 20 cm, umunya 15 cm (Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
H. Ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis)
Sistematika ikan selar kuning (Caranx leptolepis) adalah sebagai berikut :
phylum : Chordata
sub phylum : Avertebrata
class : Pisces
ordo : Percomorphy
family : Carangidae
genus : Caranx
spesies : Caranx leptolepis
Ikan ini memiliki bentuk yang memanjang, memiliki mata yang besar.
Terdapat dua duri di muka sirip dubur. Terdapat scute di bagian ekor. Sirip dada
berbentuk runcing ke ujungnya seperti bulan sabit. Memiliki warna yang kehijau-
hijauan di punggung dan putih keperak-perakan di bagian bawah. Ikan ini hidup
di perairan Pasifik. Ikan ini memiliki kemampuan renang yang cepat. Ikan ini
dipasarkan dalam bentuk segar, yang dimiliki harga ekonomi yang bagus
(Direktorat Jenderal Perikanan; 1999).
Ikan selar kuning selain mempunyai sirip tambahan dari sirip dubur dan
sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas yang merupakan
sisik besar,dan berduri pada gurat sisinya, melebar ke atas dan ke bawah badan.
Ikan ini didapat jauh ketengah-tengah lautan, tetapi anak-anaknya sering terdapat
di muara-muara sungai yang besar. Panjang tubuh ikan ini mencapai 40 cm lebih.
Ikan seperti ini terdapat di seluruh daerah perairan laut Indonesia-pasifik
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
Ikan selar kuning (Caranx leptolepis) termasuk dalam ordo: percomorphi,
familiy: carangidae, genus: caranx dan spesies: Caranx leptolepis. Mempunyai
bentuk tubuh seperti torpedo, sirip ekor bercagak, habitat di laut. Ada dua jenis
ikan selar yang dominan tertangkap di perairan Indonesia, yaitu selar kuning
(Caranx leptolepis) dan selar bentong (Caranx crumenophthalmus). Mempunyai
bentuk badan agak lebar dan memanjang, matanya besar, terdapat dua duri di
muka sirip dubur. Pada bagian ekor terdapat scute, sirip dada berbentuk
meruncing ke ujungnya seperti bulan sabit. Berwarna biru kehijau-hijauan pada
bagian punggung dan putih keperak-perakan di bagian perut. Sebagian
mempunyai garis sisi yang berwarna kuning yang dimulai dari belakang mata
sampai ke ujung ekor. Daerah penyebaran ikan selar terdapat hampir di seluruh
perairan Indonesia (Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
I. Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersoni)
Sistematika ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) adalah sebagai
berikut :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
class : Pisces
sub class : Scombriformes
ordo : Scombridea
famili : Scombridae
genus : Scomberomorusd
spesies : Scomberomorus commersoni
Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikan yang
banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik
ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging
putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak,
glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein. Tenggiri
laki, tenggiri fajar, atau wahoo (Acanthocybium solandri) adalah ikan dari suku
Scombridae yang ditemukan di lautan tropis dan subtropis. Karena kecepatan dan
kualitas dagingnya yang tinggi membuat ikan ini dijadikan hadiah permainan
memancing. Di Hawaii, ikan ini dikenal sebagai ono, sedangkan di Karibia dan
Amerika Tengah ikan ini dipanggil peto (Direktorat Jenderal Perikanan; 1975).
Tubuhnya tertutupi oleh sisik kecil dan tipis, punggungnya berwarna
hijau-kebiruan, sisik berwarna perak, dengan pola garis-garis berwarna biru gelap,
warnanya akan semakin pudar ketika mati. Ikan ini bermulut besar, dan taring di
bagian bawah dan atas mulutnya terlihat lebih tajam daripada taring ikan mackerel
Spanyol. Tengiri laki adalah ikan yang menghuni perairan tropika dan subtropika
Indo-Pasifik. Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang
mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali
sisik-sisik pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknya
berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak
16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari
lunak. Sirip dubur sama besarnya dengan sirip punggung yang belakang, dan di
sebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama
seperti pada sirip punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua
ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulutnya lebar, rahang atas dan rahang bawah
begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya
kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut berwarna seperti perak. Jenis ikan ini
tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
Ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas,
predator dan karnivor. Penyebarannya terdapat di Laut Merah, dekat pantai Timur
Afrika, laut-laut India, Malaysia, Indonesia dan sekitarnya yang banyak disukai
orang-orang dan di pasar selain dijual segar banyak jua yang diasin dan dipindang
bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena dagingnya yang begitu
halus dan gurih (Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
J. Ikan Ekor Kuning (Lutjanus chrysurus)
Sistematika ikan ekor kuning (Lutjanus chrysurus) adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
sub phylum : Vertebrata
class : Teleostei
sub Class : Actinopterygii
ordo : Perciformes
genus : Lutjanus
species : Lutjanus chrysurus
Tubuh yang berukuran besar, berbentuk fusiform (torpedo), sedikit
kompres dari sisi ke sisi. Jari-jari insang 26-34 pada lengkuangan pertama.
Memiliki dua sirip dorsal/punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah
oleh celah yang kecil dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan
(finlet) 8-10 finlet dibelakang sirip punggung dan sirip anal 7-10 finlets. Memiliki
sisip pelvik yang kecil. Pada spesimen yang berukuran besar memiliki sirip dorsal
kedua dan sirip anal yang sangat panjang, mencapai lebih dari 20% panjang cagak
sirip pektoralnya cukup panjang, biasanya lebih dari panjang sirip dorsal kedua
biasanya 22-31% dari panjang fork. Sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan
jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Sirip ekornya berbentuk
sangat ramping dan terdiri dari 3 keel. Tubuhnya tertutup oleh sisik yang sangat
kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sisik
berukuran besar kadang berkembang namun jarang nampak. Tanda sisik yang
berukuran besar membentuk semacam lingkaran di sekeliling tubuh pada bagian
belakang kepala, dan kemudian berkurang di bagian belakang sirip dorsal kedua.
Ikan ekor kuning berwarna biru tua gelap pada sisi belakang dan di atas tubuhnya
dengan perut kuning atau silver (Sanin, 1968).
K. Ikan kembung jantan (Restrellinger kanagurta)
Sistematika ikan kembung jantan (Restrelliger kanagurta) adalah sebagai
berikut
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
ordo : Perchomorphi
famili : Scombridae
genus : Restrelliger
spesies : Restrelliger kanagurta
Ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu jenis
ikan Indonesia yang dipakai sebagai bahan pangan semata. Mengingat produksi
perikanan yang sangat besar, maka penelitian untuk pemanfaatannya perlu
dilakukan. Ikan kembung yang tertangkap di perairan Indonesia rata-rata terdiri
atas dua spesies, yaitu kembung betina (Rastrelliger negletus) dan kembung
jantan (Rastrelliger kanagurta). Kedua ikan kembung tersebut mempunyai sifat
dan ciri-ciri yang berbeda. Kedua ikan kembung tersebut termasuk dalam famili
Scombridae, yaitu jenis ikan yang suka hidup bergerombol. Ikan kembung
merupakan ikan pelagis yang memakan plankton halus. Badan tidak begitu
langsing, tetapi pendek dan gepeng. Tubuh bagian atas berwarna kehijauan dan
putih perak pada bagian bawah, terdapat totol-totol hitam pada bagian punggung,
sirip punggung pertama kuning keabuan dengan pinggiran gelap. Perut dan sirip
dada berwarna kuning maya gelap dan sirip lainnya berwarna kekuningan. Ikan
kembung ini memiliki finlet berjumlah 5-7, ukuran tubuhnya mencapai 15-30 cm.
Ikan kembung biasanya hidup lebih mendekati pantai dan membentuk
gerombolan besar. Daerah penyebarannya di perairan pantai Indonesia dengan
konsentrasi terbesar di Kalimantan, Sumatera Barat, Laut Jawa dan Selat Malaka
di Indonesia (Sanin, 1968).
Ikan kembung cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu
malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Gerakan
vertikal ini dipengaruhi oleh gerakan harian plankton dan mengikuti perubahan
suhu, faktor hidrografis dan salinitas. Umumnya sifat dari ikan kembung adalah
termasuk ikan pelagis yang daerahnya penyebarannya luas, selalu hidup
bergerombol, dapat berenang dengan cepat yang ditandai dengan bentuk, tubuh
yang stream line dan menyukai makanan berupa ikan-ikan kecil/plankton hewani
reproduksinya adalah ovoparus yaitu telur dibuahi di luar tubuh ikan dan telurnya
bersifat planktonis (Sanin, 1968).
Ikan kembung (Rastreliger sp) ikan ini adalah ikan laut pelagik (hidup di
kolom dan permukaan laut). Bentuk ikan laut ini streamline atau pipih memanjang
seperti torpedo. Sehingga dengan bentuk yang hydrodinamis ini menjadikan
kembung sebagai kategori ikan yang berenang cepat (Sanin, 1968).
Dalam tasoknomi mengklasifikasikan ikan kembung jantan (Rastrelliger
kanagurta) sebagai Ordo Scombriformes, famili Scombridae, genus Rastrelliger ,
dan spesiesnya adalah (Rastrelliger kanagurta) . Ikan kembung jantan tergolong
ikan pelagik yang menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan ini suka
hidup secara bergerombol, kebiasaan makanan adalah memakan plankton
besar/kasar, Copepode atau Crustacea (Sanin, 1968).
Ikan kembung jantan (Rasterliger kanagurta) termasuk ke dalam kelas
condrichthyes yang memiliki rahang, tubuh bilateral simetris, mulutnya terminal,
dan memiliki tutup insang, Ikan kembung jantan (Rasterliger kanagurta) juga
memiliki liniea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah
(dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sungut. Ikan kembung jantan (Rasterliger
kanagurta) juga memiliki sirip punggung, sirip perut, pectoralis, sirip anal dan
sirip ekor bercagak (Sanin, 1968).
L. Ikan kakap merah (Lutjanus campechanus)
Sistematika ikan kakap merah (Lutjanus campechanus) adalah sebagai
berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Actinopterygii
ordo : Perciformes
family : Lutjanidae
genus : Lutjanus
species : L. campechanus
Adapun cirri-ciri ikan kakap merah ini adalah Badan memanjang melebar,
gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup insang bergerigi. Gigi-gigi pada
rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas,
sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3
lemah 8-9, termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invertebrata dasar laut.
Dapat tumbuh mencapai panjang 45-50 Cm. Warna bagian atas kemerahan/merah
ke-kuningan, di bagian bawah merah ke-putihan. Garis-garis kuning kecil
diselingi warna merah pada bagian punggung di atas garis rusuk. Ikan ini
menghuni perairan tropis maupun subtropis, walau tiga dari genus Lutjanus
diketahui ada yang hidup di air tawar. Bahkan juvenil beberapa spesies dari genus
ini lainnya seringkali dijumpai pada hutan-hutan bakau yang ada perairan payau.
Tidak jarang pula juvenil-juvenil dari spesies yang bersangkutan ditemukan pada
batang-batang sungai yang bermuara pada hutan bakau tersebut (Sanin, 1968).
Biasanya jika di sekitar dasar perairan berupa lumpur (tampak campuran
warna merah, kuning , hijau dan biru) terdapat struktur karang (warna dominan
merah), biasanya merupakan lokasi mancing potensial. Jika anda menemukan ciri-
ciri lokasi terdapat struktur karang, di sekitar lumpur yang bentuknya menyerupai
kerucut terbalik, atau oleh mania mancing disebut dengan nama tandes buntut,
maka biasanya yang menghuni adalah ikan kakap merah berukuran besar dengan
bobot 5 kg-8 kg, namun jumlahnya kurang dari 10 ekor. Paling mudah
menemukan lokasi kakap adalah di rumpon atau kapal tenggelam. Jika rumpon
terawat bagus, bisa terisi oleh ratusan kakap merah ukuran 2-4 kg (Sanin, 1968)
M. Ikan Mata sebelah (Psettodes erumeri)
Sistematika Ikan sebelah (Psettodes erumeri) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Chordata
Ordo : Heterosomata
Famili : Psettodidae
Genus : Psettodes
Spesies : Psettodes erumeri
Ini hidup di dasar air, baik air tawar atau air asin. Ikan sebelah banyak
menghabiskan waktu di dasar laut sambil menunggu mangsanya. Begitu mangsa
lewat, ia akan segera menangkap menelannya. Hebatnya , ikan ini biasa
menyamakan warna tubuhnya dengan di keadaan sekelilingnya. Dengan itu
penyamaran menjadi lebih sempurna. Ikan yang termasuk jenis ini di antaranya
adalah ikan flounder, limanda dan halibin. Yang juga termasuk di wilayah sekitar
pesisir Indonesia yang juga banyak kita temui ditempat tersebut.
Salah satu jenis ikan sebelah yang memiliki tubuh besar adalah halibut. Panjang
ikan ini bisa mencapai 2,7 meter dengan berat 270 kilogram.Tubuhnya agak
memanjang, rahangnya simetris dan sisiknya licin. Halibut hidup dengan
memansa hewan laut seperti cimi-cumi, udang dan kepiting. Jika dibandingkan
dengan ikan sebelah yang lain. Halibut tergolung memiliki ukuran “raksasa”
(Sanin, 1968).
N. Ikan Bilis (Engraulidae)
Sistematika Ikan Bilis (Engraulidae) menurut Sanin 1968 adalah sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo : Clupeiformes
Famili : Engraulidae Genera
Genus : Engraulidae
Spesies : Engraulidae Genera
Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota
keluarga Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh
perak kehijauan atau kebiruan. Walaupun anggota Engraulidaei ada yang
memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan
dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil
dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah plankton
(Sanin, 1968).
Di kawasan sekitar Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, ikan teri biasa
diogoreng dan dihidangkan dengan sambal bersama-sama nasi hangat atau nasi
lemak. Ikan ini juga dihaluskan berbentuk tepung. Di Vietnam, saus ikan nước
mắm - simbol tidak resmi negara itu - dibuat dengan bahan utama ikan teri di
Indonesia (Sanin, 1968).
O. Ikan Kuwe (Gnathanodon speciosus)
Sistematika ikan kuwe (Gnathanodon speciosus) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Gnathanodon
Species : Gnathanodon speciosus
Ikan Kuwe (Gnathanodon speciosus) atau yang lebih dikenal dengan nama
blue fin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator. Sejatinya si Kuwe
adalah ikan perairan berkarang dangkal dan berbatasan dengan laut terbuka. Ikan
kuwe memiliki lingkup “pergaulan” yang unik. Seperti halnya manusia, ikan
kuwe pun gemar bercengkerama dengan teman sebayanya. Habitat ikan kuwe
kecil lebih senang berada di dekat karang. Adapun ikan kuwe besar kebanyakan
menyebar lebih jauh dan sering pula muncul ke permukaan. Beberapa jenis ikan
kuwe, seperti kuwe gerong, kuwe mata besar, kuwe rambut, dan kuwe sirip biru.
Ikan ini bermasuk tangguh dalam mempertahankan hidupnya. Kendati begitu,
perlu beberapa trik untuk memburunya. Para mania mancing menyarankan agar
memburunya tidak secara trolling (Sanin, 1968).
Banyak jenis umpan yang bisa dipakai untuk memancing ikan kuwe.
Seperti bentuong, bandeng, kacang-kacang, cendero, ikan terbang. Bisa juga
cumi-cumi. Bila memakai umpan tyiruan, ada umpan minow, konahead (cumi-
cumian dari plastik), umpan dari plastik lunak (palstic jig). Apabila memakai
umpan ikan hidup, timah bisa juga ditambahi pemberat agar posisinya ada di
bawah permukaan. Untuk pemancing ikan kuwe gerong berukuran besar bisa juga
menggunakan cara kasting dari pantai (surf casting), dari tebing (rock casting),
secara koncer (mancing di atas kapal yang jangkarnya dilego dengan memakai
umpan ikan hidup), atau bisa juga mancing di atas kapal yang hanyut oleh arus
(drifting). Ikan kuwe termasuk ikan segala musim. Artinya, bisa dipancing
sepanjang tahun. Meski begitu, kan tersebu terbanyak pada awal musim hujan
seperti November-Maret. Ada beberapa tempat yang konon banyak ikan kuwenya,
seperti Karang Kryoya, Karang Kaimun, Karang berak, dan Karang Susuh yang
berada di Teluk Jakarta. Bisa juga di Tanjungan timur Pulau Sang Hyang di Anyer
Jawa Barat. Jika di Muara binuangeun di Pulau tinjil dan Pulau Deli. Kalau ke
Ujung Kulon Jawa Barat di Daerah Batu Asin dan Tanjung Waton. Jika di
Pelabuhan Ratu di Karang Handap, Karang Bolong, atau Slodong Barat Indonesia
(Sanin, 1968).
III. METODOLOGI
A.Waktu dan Tempat
Pada praktikum sumberdaya perikanan laut dilakukan pada hari Selasa
tanggal 28 Maret 2012 dan 06 Maret 2012 pukul 08.00-10.00 WIB, dan tempat
yang digunakan pada praktikum sumberdaya perikanan laut ini dilakukann di
Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan (THI), Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Inderalaya.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada praktikum sumberdaya perikanan air laut
ini adalah pisau, alas potong, baskom, timbangan, plastik dan neraca analitik.
Adapun bahan-bahan utama yang digunakan pada praktikum ini adalah
ikan kembung betina, ikan sardin, ikan salem, ikan tongkol, ikan bandeng, ikan
bawal putih, ikan pisang-pisang, ikan selar kuning, ikan tenggiri, ikan ekor
kuning, ikan kembung jantan, dan ikan ayam-ayam.
C. Cara Kerja
1. Ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh.
2. Ikan disisiki dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik.
kemudian secara bertahap dilakukan pembuangan isi perut dan insang (drawn,
gutted, eviscerated) dan dilakukan penimbangan.
3. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya (dressed) dan dilakukan penimbangan.
4. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (skin on fillet) lalu ditimbang.
Tahap terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet).
5.Daging fillet dipisahkan antara daging merah dan daging putih kemudian
masing- masing ditimbang.
6.Perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat daging
dengan berat utuh dikalikan 100%.
A. Pembahasan
Pada praktikum bahan baku hasil perikanan ini kita menggunakan ikan
yang sedang. Kita bisa mengatakan ikan itu besar apabila panjangnya mencapai
kurang lebih 20 cm, sedangkan ikan yang ukarannya lebih kecil biasanya
mencapai 10 cm. Pada saat pratikum ini kita gunakan ikan yang ukurannya
sedang.
Pada praktikum sumberdaya perikanan laut ini ikan yang diamati adalah ikan
tongkol dan ikan ayam-ayam. Yang dimana ikan tongkol (Auxis trazard) dan ikan
ayam-ayam. Yang dimana ikan tongkol memiliki berat utuh 483,46 gr. Di dapat
daging utuh sebesar 156,55 gr, yang dimana daging utuh ini terdiri dari daging
merah dan daging putih. Daging merah sebesar 78,29 gr sedangkan daging putih
sebesar 156,55 gr. Jumlah daging putih ikan tongkol ini lebuh banyak dari daging
merah sehingga dapat dikatakan ikan tongkol tidak terlalu banyak mengandung
histamine, karena ikan ini lebih banyak mengandung daging putih, sehingga sulit
terjadinya alergi atau keracunan pada ikan itu sendiri.
Pada ikan ayam-ayam memiliki ukuran tubuh utuh sebesar 492,7 gram.
Berbeda halnya dengan ikan tongkol. Ikan ini memiliki ukuran daging putih lebih
besar dari daging merah. Pada ikan pisang-pisang memiliki daging merah sebesar
50,25 gram sedangkan daging putih sebesar 107,60 gram.
Hasil penimbangan yang dilakukan dengan neraca analitik pada setiap ikan
yaitu dimana ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh
ikan, yang mana berat utuh ikan tongkol sebesar 483,46 gram sedangkan berat
utuh ikan ayam-ayam yaitu 492,7 gram. Untuk tahap selanjutnya ikan disisiki dan
dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik. Berat sisik ikan tongkol 0
gram sedangkan ikan ayam-ayam mempunyai berat sisik sebesar 16,26 gram,
kemudian scara bertahap dibuang isi perut (guted) dan setelah dibuangi iris
perutnya ternyata 2,16 gram pada ikan tongkol dan 33 pada ikan ayam-ayam. Dan
tahap selanjutnya tahap eviscerated atau pembuangan insang pada ikan tongkol
sebesar 18,07 gram dan ikan ayam-ayam sebesar 9,16 gram. Ikan dibuang kepala
dan sirip-siripnya atau dressed dan dilakukan hal yang sama yaitu ditimbang
dengan neraca analitik, pada ikan tongkol 85,59 gram dan ikan ayam-ayam
sebesar 154,59 gram. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (skin on fillet)
lalu ditimbang 30,40 gram pada ikan tongkol dan 61,24 gram pada ikan ayam-
ayam, terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet).Daging
fillet dipisahkan daging merah dan daging putih kemudian masing-masing
ditimbang daging putih ikan tongkol dan ikan ayam-ayam sebesar 156,55 gram
dan 107,60 dan 78,29 dan 50,25. Dan beart daging merah antara daging msetelah
semuanya selesai selanjutnya kita melakukan perhitungan edible flesh dilakukan
dengan membandingkan antara berat daging dengan berat utuh dikalikan 100%.
Dalam pratikum kali ini sumberdaya perikanan air laut ini, telah dilakukan
selama 2 minggu, kami dapat mengetahui jenis-jenis ikan serta perbedaan
diantaranya yang masing-masing ikan ini memilki bentuk dan berat jenis yang
berbeda dan bisa juga mengetahui ikan mana yang bisa dikonsumsi maupun tidak
dan mengetahui jenis daging merah dan daging putih pada ikan tersebut.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil praktikum sumberdaya
perikanan laut adalah :
1. Edible flesh pada ikan tongkol adalah 234,84 gram(22,76%)
2. Edible flesh pada ikan ayam-ayam adalah 157,85 gram (107,60%)
3. Pada ikan tongkol memiliki daging utuh 483,46 gram, gutted 463,23
gram(95,86%), dressed 5,86 gram(1,212%), skin of fillet 342,65
gram(70,87%), dan skinless fillet 317,326gram(92,60%).
4. Pada ikan ayam-ayam memiliki daging utuh 492,7 gram, gutted 424,48
gram(88,14%), dressed 236,33 gram(47,96%), skin of fillet 280,65
gram(56,96%), dan skinless fillet 245,65gram(87,525%).
5. daging merah yang terdapat pada ikan laut lebih bayak dibandingkan ikan
merah yang terdapat pada ikan air tawar.
B. Saran
Diharapkan agar ketika praktikum ikan yang digunakan adalah ikan yang
masih segar, karena jika memakai ikan yang segar maka bau nya pada
laboratorium tidak terlalu amis.
Perhitungan
a. Ikan Tongkol (Auxis thazard)
Diketahui :
Berat utuh : 483,46 gram
Sisik : 0 gram
Sirip : 4,59 gram
Jeroan : 2,16 gram
Insang : 18,07 gram
Kepala : 85,59 gram
Tulang : 30,40 gram
Kulit : 25,33 gram
Daging utuh : 234,84 gram
Daging merah : 78,29 gram
Daging putih : 156,55 gram
Gutted = Berat utuh – (sisik + jeroan +
insang)
= 483,46 gram – (0+2,16+18,07) gram
= 463,23 gram
% Gutted = Gutted x 100%
Utuh
= 463,23 x 100 %
483,46
= 95,86 % Dressed = Berat utuh – (sirip+kepala)
= 95,86 gram – (4,59+85,59) gram
= 5,86 gram
% Dressed = Dressed x 100%
Utuh
= 5,86 x 100 %
483,46
= 1,212 %
SOF = Berat utuh –
(sisik+sirip+jeroan+insang+kepala+tulang)
= 483,46 gram – (0+4,59+2,16+18,07+85,59+30,40) gram
= 342,65 gram
% SOF = SOF x 100%
Utuh
= 342,65 x 100 %
483,46
= 70,87 % SLF = SOF - kulit
= 342,65 gram – 25,33gram
= 317,32 gram
% SOF = SLF x 100%
Utuh
= 317,32 x 100 %
342,65
= 92,60 %
Perhitungan
b. Ikan ayam-ayam
Diketahui :
Berat utuh : 492,7 gram
Sisik : 16,26 gram
Sirip : 6,40 gram
Jeroan : 33 gram
Insang : 9,16 gram
Kepala : 154,59 gram
Tulang : 61,24 gram
Kulit : 35,00 gram
Daging utuh : 157,85 gram
Daging merah : 50,25 gram
Daging putih : 107,60 gram
Gutted = Berat utuh – (sisik + jeroan +
insang)
= 492,7 gram – (16,26+33+9,16) gram
= 454,28 gram
% Gutted = Gutted x 100%
Utuh
= 434,28 x 100 %
492,7
= 88,14 % Dressed = Berat utuh – (sirip+kepala)
= 88,14 gram – (6,40+159,59) gram
= 236,33 gram
% Dressed = Dressed x 100%
Utuh
= 263,33 x 100 %
492,7
= 47,96 % SOF = Berat utuh –
(sisik+sirip+jeroan+insang+kepala+tulang)
= 492,7 gram – (3,03+6,40+33+9,16+154,59+61,24) gram
= 280,65gram
% SOF = SOF x 100%
Utuh
= 280,65 x 100 %
492,7
= 56,96 % SLF = SOF - kulit
= 280,65 gram – 35,00 gram
= 245,65 gram
% SOF = SLF x 100%
Utuh
= 245,65 x 100 %
492,7
= 87,52 %
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Perikanan, 1975. Pedoman Pengumpulan Data Statistik. Departemen Pertanian: Jakarta.
Lestari, Susi & Indah Widiastuti, 2003. Penuntun Bahan Baku Hasil Perikanan. Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Moeljanto. 1982. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Direktorat Jenderal Perikanan: Departemen Perikanan. Jakarta.
Saanin, 1968. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Medyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Soesanto, 1987. Pedoman Pemanfaatan Gizi Sumberdaya Hayati Laut. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan: Jakarta.
LAPORAN TETAPPRAKTIKUM BAHAN BAKU HASIL PERIKANAN
SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT
Oleh:
Kelompok II (Dua)Dicha Fusva Hildianti (05111006003)Ricky Setyo Aditomo (05111006013)Tri Mendra Manullang (05111006031)Ni Made Pratiwi (05111006038)Husni Mahfuz (05101006014)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA2012
LAMPIRAN
A. Gambar ikan laut
Ikan Tongkol (Auxis thazard)
keterangan
a. Dorsal
b. Caudal
c. Pectoral
d. Ventrale
Ikan ayam-ayam
keterangan
a. Dorsal
b. Caudal
c. Pectoral
d. Ventrale
3.persentase bagian yang dapat dimakan (edible flesh)
Adapun persentase bagian yang dapat dimakan dapat dilihat pada tabel 3, yaitu
sebagai berikut :
tabel 3. persentase bagian yang dapat dimakan (edible flesh)
No nama ikan (lokal, ilmiah)/kelompokEdible flesh
Gram %
1 Ikan Salem (Elagastis bipinulatus) 82,45 62,832 Ikan Tongkol (Auxis thazard) 317,32 92,603 Ikan Selar Kuning (Caranax leptolepis) 2,26 8,304 Ikan Sardin (Sardinella lemuru) 41,02 44,605 Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) 82,32 37,96 Ikan Kembung Betina (Rastrelliger neglectus 56,76 42,567 Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) 72,71 26,018 Ikan Bilis (Scomberomorus sp) 0,8 319 Ikan Ayam-Ayam(Anthias flewrotonia) 247,65 87,5210 Ikan Tenggiri (Scomberochorus commersoni) 73,93 54,5311 Ikan Sebelah (Bathus ocellatus) 135,77 41,512 Ikan Pisang-Pisang (Caesio chrysozona) 73,93 54,5313 Ikan Bandeng (Chanos-chanos) 206,06 55,7414 Ikan Ekor Kuning (Lutjanus chrysurus) 130,08 50,2715 Ikan kuwe 203,73 35,60
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN