perbedaan konsep diri remaja pertengahan yang …
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9 : 1
ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X
PERBEDAAN KONSEP DIRI REMAJA PERTENGAHAN YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DENGAN REMAJA PETENGAHAN YANG TINGGAL DI ASRAMA SEKOLAH The Difference Of Self Concept Between Middle Adolescents Who Living With Parents And Who Living In Boarding School Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari
Program Studi Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Riau, Pekanbaru Email: [email protected] Abstrak Lingkungan, orang tua dan teman sebaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri khususnya pada remaja pertengahan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan konsep diri remaja pertengahan yang tinggal bersama orang tua dengan remaja pertengahan yang tinggal di asrama sekolah. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalalah studi perbandingan dengan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 138 responden yang terdiri dari 69 responden yang tinggal bersama orang tua dan 69 responden yang tinggal di asrama sekolah menggunakan teknik propotion stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil: Responden yang tinggal bersama orang tua mayoritas memiliki konsep diri negatif yaitu 38 orang (55,1%) dibandingkan responden yang tinggal di asrama sekolah yaitu berjumlah 25 orang (36,2%). Sedangkan responden yang tinggal di asrama ditemukan lebih banyak yang memiliki konsep diri positif yaitu berjumlah 44 orang (63,8%) dibandingkan dengan responden yang tinggal bersama orang tua yaitu berjumlah 31 orang (44,9%). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan antara konsep diri remaja pertengahan yang tinggal bersama orang tua dengan remaja pertengahan yang tinggal di asrama sekolah dengan p value (0,04) < alpha (0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara konsep diri remaja pertengahan berdasarkan tempat tinggal. Perbedaan ini juga dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan orang tua responden. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui konsep diri yang dimiliki responden. Kata kunci: Asrama sekolah; bersama orang tua; konsep diri; remaja pertengahan
Abstract The enviroment, parents and peers are the factors that can influence self-concepts in a person especially in the middle adolescent. The study aims to find out the difference between the self-concept of a middle adolescent living with parents and a middle adolescents living in a boarding school. Method: The research design used was comparison study with a sectional cross, the research sample consisted of 138 respondents made up 69 who lived with parents and 69 the respondents living in boarding school using the propotion stratified random sampling technique. The measuring instrument used is Tennessee Self Concept Scale (TSCS) has been tested for validity and reability. The analysis used was a bivariate analysis using chi square test. Result: The majority of respondents who live with their parents have a negative self-concept, namely 38 people (55,1%) compared to respondents who live in school dormitories, namely 25 people (36,2%). Meanwhile, respondents who live in dormitories are found to have a positive self-concept, amely 44 people (63,8%) compared to respondents who live with parents, namely 31 people (44,9%). Statistical test results suggest that there is a difference between the self-concept of the middle adolescent living with parents and the middle adolescent who living in boarding school (p value 0,04 < 0,05). Conclusion: There are differences between self-concept of adolescent based on where they live. This difference can alse be caused by several factors such as age, sex, place of residence and parents. Researcher suggest for futher research using qualitative methods to find out the self-concept ot the respondent. Keywords: Boarding school, parents, self concept, middle adolescent
Korespondensi: Ajeng Chaerani Insan, Program Studi Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Riau, Pekanbaru [email protected]
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
17
LATAR BELAKANG
Konsep diri merupakan citra mental
individu seperti persepsi diri, yaitu
penampilan, nilai, dan keyakinan yang
mempengaruhi seseorang1. Konsep diri
diharapkan stabil pada masa remaja. Hal ini
dikarenakan menurut Erikson, pencapaian
identitas atau konsep diri merupakan tugas
utama perkembangan psikososial yang harus
dicapai pada fase remaja2. WHO menyatakan
“jumlah remaja diperkirakan sekitar 1,2 milyar
atau 18% dari jumlah penduduk di dunia”3.
Remaja terbagi menjadi tiga fase yaitu masa
remaja awal (11 sampai 14 tahun), masa
remaja pertengahan (15 sampai 17 tahun),
masa remaja akhir (18 sampai 20 tahun)
Remaja pertengahan menurut Piaget dalam
perkembangan kognitif rentan terhadap
perilaku beresiko yang akan mempengaruhi
konsep diri remaja4. Tahun 2010 Persentase
remaja yang berumur 15 sampai 19 tahun di
Indonesia menduduki peringkat ke lima dari
jumlah penduduk jika dikelompokkan menurut
umur yaitu 8,79% dari jumlah penduduk.
Remaja yang berumur 15 sampai 19 tahun di
Provinsi Riau memiliki persentase sebesar
8,93% dari jumlah penduduk, sedangkan
persentase di Kota Pekanbaru yaitu 9,63%
dengan remaja perempuan 4,93% dan remaja
laki-laki 4,71%5. Berdasarkan syarat dan
ketentuan PPBD (Penerimaan Peserta Didik
Baru) usia 15-19 merupakan rentang usia yang
memungkinkan seseorang memasuki tahap
pendidikan di jenjang SMA (Sekolah Menengah
Atas) atau MAN (Madrasah Aliyah Negeri).
Konsep diri tidak terbentuk langsung akan
tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor utama yang dapat mempengaruhi
konsep diri pada remaja menurut Pudjijogjanti
yaitu interaksi seseorang dengan lingkungan
sekitar6. Selain itu, menurut Hurlock dalam
Subaryana, 2015 menyatakan bahwa faktor
yang dapat mempengaruhi konsep diri remaja
diantaranya yaitu hubungan remaja dengan
orang tua atau keluarga serta dengan teman
sebaya7. Bagi remaja yang tinggal bersama
orang tua, lingkungan rumah merupakan
tempat tersering berinteraksi dengan remaja.
Remaja yang tinggal dirumah, lebih sering
berinteraksi dengan orang tua atau keluarga
yang merupakan salah satu factor
berpengaruh pada konsep diri remaja.
Bagi remaja yang tinggal selain di rumah,
tempat lain yang dapat membuat remaja
sering berinteraksi dengan teman sebaya yaitu
jika remaja tinggal di asrama. Hal ini karena
remaja yang tinggal di asrama akan melewati
hari dengan teman yang ada di sekitarnya dari
bangun tidur hingga tidur kembali. Sehingga
tingginya interaksi remaja dengan teman
sebaya dapat mempengaruhi konsep diri pada
remaja yang tinggal di asrama.
Salah satu sekolah yang menerapkan
sistem asrama dan tidak asrama bagi peserta
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
18
didiknya adalah MAN 2 Kota Pekanbaru.
Peserta didik tetap dapat berinteraksi dengan
siswa lainnya yang beda tempat tinggal
dikarenakan sekolah juga menggabungkan
peserta didik yang asrama maupun yang tidak
asrama dalam satu kelas.
Wawancara yang dilakukan saat studi
pendahuluan terhadap 20 siswa, yang terdiri
dari 10 siswa yang asrama didapatkan 7 dari 10
remaja yang tinggal di asrama memiliki konsep
diri positif yang ditandai dengan mereka
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mudah
beradaptasi, mampu mengenali diri sendiri
serta mampu melihat diri secara realistis.
Sisanya memiliki konsep diri negative.
Sedangkan sepuluh siswa lainnya merupakan
siswa yang tinggal bersama orang tua
didapatkan 6 dari 10 remaja memiliki konsep.
Sisanya memiliki konsep diri negative.
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui
perbedaan konsep diri remaja pertengahan
yang tinggal bersama orang tua dengan remaja
pertengahan yang tinggal di asrama sekolah.
Manfaat penelitian ini yaitu diharapkan hasil
penelitian dapat digunakan sebagai sumber
informasi dalam pengembangan ilmu
keperawatan terutama dalam keperawatan
jiwa dalam membantu remaja meningkatkan
konsep dirinya.
Metode Penelitian
Bahan dan metode Penelitian ini
dilakukan di MAN 2 Kota Pekanbaru yang
dimulai bulan Februari hingga bulan Juli 2020
yang dilakukan secara online. Desain studi
pada penelitian ini yaitu menggunakan studi
perbandingan (Comparative Study) dengan
pendekatan Cross sectional. Dimana penelitian
ini membandingkan konsep diri remaja
pertengahan yang tinggal bersama orang tua
dengan remaja pertengahan yang tinggal di
asrama sekolah di MAN 2 Kota Pekanbaru.
Populasi pada penelitia ini yaitu siswa reguler
kelas X dan XI yang berjumlah 452 orang yang
terdiri dari 368 siswa yang tinggal bersama
orang tua dan 84 siswa yang tinggal di asrama.
Sampel diambil menggunakan teknik
propotion stratified random sampling, dimana
terdapat sampel per kelasnya. Langkah awal
penentuan sampel, peneliti mengelompokkan
antara populasi yang tinggal bersama orang
tua dengan yang tinggal di asrama. Setelah itu
peneliti menggunakan rumus Taro Yamane
(dalam Imron, 2014) untuk mendapatkan
jumlah sampel yang dibutuhkan. Populasi yang
peneliti gunakan dalam rumus yaitu populasi
siswa yang tinggal diasrama, karena siswa yang
tinggal di asrama lebih sedikit dari yang tinggal
bersama orang tua. Hasil perhitungan
didapatkan sampel yang dibutuhkan bejumlah
69 orang. Arikunto (2010) menyarankan
bahwa untuk studi perbadingan dibutuhkan
jumlah yang sama disetiap variabel yang akan
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
19
digunakan sebagai pembanding. Sehingga
sampel untuk penelitian ini terdiri dari 69
responden yang tinggal bersama orang tua dan
69 responden yang tinggal di asrama. Total
sampel yang digunakan yaitu 138 responden.
Setelah itu sampel perkelas diambil
menggunakan teknik propotion stratified
random sampling. Kriteria inklusi pada
penelitian ini yaitu remaja yang tinggal
bersama orang tua atau remaja yang tinggal di
asrama MAN 2 Kota Pekanbaru sejak awak
masuk sekolah (kurang lebih 8 bulan).
Alat pengumpulan data untuk penelitian
menggunakan kuesioner modifikasi dari
Tennessee Self Concept Scale (TSCS).
Pertanyaan pada kuesioner berjumlah 29
pertanyaan yang terdiri dari 23 pertanyaan
favorable dan 4 pertanyaan unfavorable. Skala
yang digunakan dalam mejawab pertanyaan
yaitu skala likert dengan rentang 1 sampai 4.
Dimana untuk pertanyaan positif jawaban 1
berarti sama sekali salah, jawaban 2 berarti
sebagian besar slaah, jawaban 3 berarti
sebagian besar benar, jawaban 4 berarti benar
sepenuhnya dan sebaliknya untuk pertanyaan
negatif.
Sebelum kuesioner disebarkan untuk
penelitian, kuesioner terlebih dahulu diuji
validitas dan reliabilitasnya di MAN 1 Kota
Pekanbaru dikarenakan memiliki kriteria yang
sama dengan lokasi penelitian. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan pada 20 orang siswa yang
terdiri dari 10 siswa yang tinggal bersama
orang tua dan 10 siswa yang tinggal di asrama
sekolah. Hasil dari uji validitas didapatkan 16
dari 45 item pertanyaan pada kuesioner TSCS
tidak valid, dikarenakan pertanyaan memeiliki
nilai r hitung < r tabel. Kemudian, pertanyaan
dikeluarkan dari item pertanyaan kuesioner.
Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan pada
kuesioner yang sudah valid diperoleh nilai
alpha cronbach > r tabel (0,950 > 0,444).
Sehingga pertanyaan untuk kuesioner TSCS
berjumlah 29 pertanyaan yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya 29
item pertanyaan ini dimasukkan kedalam
google form yang merupakan alternatif
kuesioner dikarenakan penelitian dilakukan
secara online.
Penelitian ini menggunakan software di
komputer untuk melakukan analisis data.
Analisis unuvariat menampilkan distribusi
frekuensi serta persentase dari karakteristik
responden meliputi jenis kelamin, umur,
tempat tinggal serta gambaran konsep diri
responden. Responden yang tinggal bersama
orang tua juga memiliki karakteristik orang tua
responden meliputi umur, pekerjaan dan
lokasi orang tua bekerja.
Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan analisis dari uji Chi-square. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
konsep diri remaja pertengahan yang tinggal
bersama orang ua dengan remaja pertengahan
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
20
yang tinggal di asrama sekolah. Hasil penelitian
dikatakan bermakna bila didapatkan p value <
alpha (0,05) (Dahlan, 2016).
Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dari karakteristik
responden pada penelitian ini dijelaskan pada
tabel berikut ini:
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik Bersama
Orang tua
Asrama
Sekolah
Total
N % n % N %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
26
43
37,7
62,3
22
47
31,9
68,1
48
90
34,8
65,2
Total 69 100 69 100 138 100
Umur
15 tahun
16 tahun
17 tahun
16
29
24
23,2
42
34,8
17
32
20
24,6
46,4
29
33
61
44
24
44,2
31,8
Total 69 100 69 100 138 100
Tempat
tinggal
69 100 69 100 138 100
Total 69 100 69 100 138 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
dari 138 responden, jenis kelamin responden
terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 90
responden (65,2%). Remaja perempuan yang
tinggal bersama orang tua sebanyak 43
responden (62,3%) dan remaja perempuan
yang tinggal di asrama sekolah sebanyak 47
responden (68,1%).
Berdasarkan karakteristik umur
responden terbanyak yaitu responden yang
berumur 16 tahun, responden yang tinggal
bersama orang tua sebanyak 29 responden
(42%) sedangkan responden yang tinggal di
asrama sekolah sebanyak 32 responden
(46,4%).
Berdasarkan karakteristik tempat tinggal
responden, baik responden yang tinggal
bersama orang tua maupun yang tinggal di
asrama sekolah yaitu masing-masing sebanyak
69 responden (100%).
Tabel 2
Distribusi Orang Tua untuk Responden yang
Tinggal Bersama Orang Tua
Karakteristik Ayah Ibu Total
N % n % N %
Umur
<40
40-65
>65
14
54
1
20,3
78,3
1,4
25
44
-
36,2
63,8
-
39
98
1
28,
3
71
0,7
Total 69 100% 69 100 138 100
Bekerja
Ya
Tidak
65
4
94,2
5,8
48
21
69,6
30,4
113
25
81,
9
18,
1
Total 69 100 69 100 138 100
Lokasi bekerja
Tidak bekerja
Dalam kota
Luar kota
4
43
22
5,8
62,3
31,9
21
46
2
30,4
66,7
2,9
25
89
24
18,
1
64,
5
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
21
17,
4
Total 69 100% 69 100 138 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
dari 138 orang tua siswa yang tinggal bersama
orang tua, karakteristik orang tua menurut
umur terbanyak berada berusia 41 sampai 65
tahun sebanyak 98 orang (71%). Berdasarkan
karakteristik orang tua yang bekerja, diperoleh
bahwa sebanyak 113 orang (81,9%) orang tua
bekerja dengan rincian ayah sebanyak 65
orang (94,2%) dan ibu yang bekerja sebanyak
48 orang (69,6%). Sedangkan berdasarkan
lokasi bekerja, diperoleh orang tua terbanyak
bekerja di dalam kota sebanyak 89 orang
(64,5%) dengan rincian ayah yang bekerja di
dalam kota sebanyak 43 orang (62,3%) dan ibu
yang bekerja di dalam kota sebanyak 46 orang
(66,7%).
Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Konsep Diri
Karakteristik Konsep Diri Total
Positif Negatif
n % n % N %
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
26
49
54,2
54,4
22
41
45,
8
45,
6
48
90
100
100
Umur
15 tahun
16 tahun
17 tahun
14
40
21
42,4
65,6
47,7
19
21
23
57,
6
34,
4
33
61
44
100
100
100
52,
3
Tempat tinggal
Bersama orang tua
Asrama sekolah
31
44
44,9
63,8
38
25
55,
1
36,
2
69
69
100
100
Berdasarkan jenis kelamin, dari 48
responden laki-laki mayoritas memiliki konsep
diri positif sebanyak 26 orang (54,2%). Sisanya
sebanyak 22 orang (45,8%) responden laki-laki
memiliki konsep diri negatif. Sedangkan dari 90
responden perempuan mayoritas juga
memiliki konsep diri positif yaitu sebanyak 49
orang (54,4%), sisanya berjumlah 41 orang
(54,6%) memiliki konsep diri negatif.
Berdasarkan umur responden yang
berusia 15 tahun dari 33 orang responden,
mayoritas memiliki konsep diri negatif yaitu
sebanyak 19 orang (57,6%). Sisanya 14 (42,4%)
orang memiliki konsep diri positif. Responden
yang berusia 16 tahun dari 61 responden
mayoritas memiliki konsep diri positif yaitu
berjumlah 40 orang (65,6%). Sisanya sebanyak
21 orang (34,4%) memiliki konsep diri negatif.
Bagi responden yang berusia 17 tahun, dari 44
orang responden mayoritas memiliki konsep
diri negative yaitu sebanyak 23 orang (52,3%).
Sisanya 21 orang responden (47,7%) memiliki
konsep diri positif.
Berdasarkan tempat tinggal, dari 69
responden yang tinggal bersama orang tua
memiliki konsep diri negatif lebih banyak yaitu
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
22
38 responden (55,1%) dibandingkan
responden yang tinggal di asrama. Sedangkan
responden yang tinggal di asrama sekolah
memiliki konsep diri positif lebih banyak yaitu
44 responden (63,8%).
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat
perbedaan variabel yang diukur yaitu konsep
diri berdasarkan perbedaan tempat tinggal
yaitu remaja pertengahan yang tinggal
bersama orang tua dengan yang tinggal di
asrama sekolah, dimana akan terdapat
perbedaan antara dua populasi apabila p value
< α (0,05). Pada penelitian ini dilakukan uji
statistik dengan uji chi-square. Berdasarkan
pengolahan data dengan bantuan
penghitungan statistik melalui computer
diperoleh hasil penghitungan yang dapat
dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 4
Perbedaan Konsep Diri Remaja Pertengahan
yang Tinggal Bersama Orang Tua dengan
Remaja Pertengahan yang Tinggal di Asrama
Sekolah
Tempat
Tinggal
Konsep Diri Total P
Valu
e
Positif Negatif
n % N % N %
Bersama
Orang tua
3
1
44,9 3
8
55,1 69 10
0
0,04
Asrama
Sekolah
4
4
63,8 2
5
36,2 69 10
0
Total 7
5
54,3 6
3
45,7 138 10
0
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
dari 138 responden yang tinggal bersama
orang tua dan yang tinggal di asrama,
ditemukan paling banyak responden memiliki
konsep diri positif yaitu sebanyak 75 orang
(54,3%). Responden yang tinggal bersama
orang tua mayoritas memiliki konsep diri
negatif lebih banyak yaitu berjumlah 38 orang
(55,1%) dibanding responden yang tinggal di
asrama sekolah yaitu sebanyak 25 orang
(36,2%). Sedangkan responden yang tinggal di
asrama ditemukan lebih banyak yang memiliki
konsep diri positif yaitu berjumlah 44 orang
(63,8%) dibanding dengan responden yang
tinggal bersama orang tua yaitu berjumlah 31
orang (44,9%).
Hasil analisa perbedaan konsep diri
remaja pertengahan yang tinggal bersama
orang tua dengan remaja yang tinggal di
asrama sekolah, dengan menggunakan uji Chi-
Square menunjukkan p value sebesar 0,04
dimana p value < 0,05. Hal ini berarti Ho di
tolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan konsep diri remaja pertengahan
yang tinggal bersama orang tua dengan yang
tinggal di asrama.
Pembahasan
1. Analisis Univariat
1.1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan hasil mayoritas responden berjenis
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
23
kelamin perempuan yaitu berjumlah 90
responden (65,2%) dibanding responden laki-
laki berjumlah 48 responden (34,8%). Hal ini
sesuai dengan data yang didapatkan dari MAN
2 Kota Pekanbaru bahwa siswa kelas X dan XI
regular yang berjumlah 463 mayoritas berjenis
kelamin perempuan sebanyak 247 siswa
dibanding siswa laki-laki sebanyak 216 siswa.
Remaja akan mengalami beberapa
perubahan seperti perubahan fisik dan
psikososial. Remaja perempuan memulai lebih
dini perubahan fisik yaitu pada usia 10 hingga
14 tahun dibandingkan dengan remaja laki-laki
(Potter & Perry, 2010). Sedangkan
perkembangan psikososial pada remaja yaitu
pembentukkan identitsa diri atau konsep diri.
Potter dan Perry (2010) yang menyatakan
berdasarkan jenis kelamin remaja perempuan
cenderung memiliki konsep diri yang lebih
positif, dikarenakan remaja perempuan
memiliki keinginan dan instuisi lebih tinggi
dibandingkan remaja laki-laki.
1.2. Umur
Hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa sebagian besar responden
berada pada rentang usia 16 tahun sebanyak
61 responden (44,2%). Menurut Rosdahl &
Kowalski (2012) usia ini menunjukkan bahwa
responden berada pada rentang usia remaja
pertengahan yaitu 15 sampai 17 tahun.
Terkait konsep diri remaja pertengahan
Saragi (2017) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa, remaja pertengahan cenderung
memiliki konsep diri yang positif. Hal ini sejalan
dengan penelitian oleh Nurliana (2015) yang
menyatakan bahwa siswa SMA yang berada
pada rentang remaja pertengahan berkisar
antara usia 15 sampai 17 tahun rata-rata
memiliki konsep diri yang positif. Walaupun
masih ada remaja pertengahan yang memiliki
konsep diri sedang bahkan negatif.
1.3. Tempat Tinggal
Hasil penelitian didapatkan responden
memiliki distribusi tempat tinggal yang sama
yaitu 69 responden tinggal bersama orang tua
dan 69 lainnya tinggal di asrama sekolah. Hal
ini dikarenakan pada penelitian ini
menggunakan desain studi perbandingan
sehingga jumlah antara kelompok variabel
yang akan dibandingkan harus sama (Arikunto,
2013).
Manusia dan lingkungan merupakan dua
faktor yang terus berhubungan dan saling
mempengaruhi. Pudjijogjanti (dalam Kusuma,
2013) menyatakan, interaksi seseorang
dengan lingkungan sekitar merupakan faktor
utama yang dapat mempengaruhi dalam
pembentukkan konsep diri seseorang. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Nuqul (2013),
menyatakan bahwa lingkungan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang serta
membentuk kepribadian diri seseorang.
1.4. Orang Tua untuk Responden yang Tinggal
Bersama Orang Tua
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
24
Hasil penelitian yang telah dilakukan
pada 69 remaja yang tinggal bersama orang
tua didapatkan hasil bahwa sebagian besar
orang tua responden berada pada rentang usia
41 sampai 65 tahun yaitu ayah sebanyak 54
orang (78,3%) dan ibu sebanyak 44 orang
(63,8%). Rentang usia 41-65 tahun menurut
Kozier et al, (2011), merupakan rentang usia
pada dewasa pertengahan atau madya.
Havighrust (dalam Kozier, 2011) menyebutkan
bahwa salah satu tugas perkembangan pada
dewasa pertengahan yaitu membantu remaja
untuk bertanggung jawab dalam hidupnya dan
membantu dalam pembentukkan diri untuk
menjadi remaja yang lebih baik.
Hasil penelitian didapatkan sebagian
besar orang tua responden masih bekerja yaitu
sebanyak 113 orang (81,9%). Menurut Hurlock
(dalam Muzakkiyah & Suharnan, 2016), salah
satu tugas perkembangan pada masa dewasa
pertengahan yaitu penyesuaian pada
pekerjaan yang mulai mencapai titik puncak
hingga menurun ataupun pendapatan sudah
tidak lagi diperoleh seperti saat masa muda.
Walau begitu, orang tua yang bekerja masih
harus menaruh perhatian pada remaja dalam
perkembangannya.
Hasil penelitian didapatkan sebagian
besar lokasi bekerja orang tua responden yaitu
di dalam kota sebanyak 89 orang (64,5%)
dengan ayah berjumlah 43 orang (62,3%) dan
ibu berjumlah 46 orang (66,7%).
Harmaini (2013) dalam penelitiannya
yang berjudul keberadaan orang tua bersama
anak mengatakan bahwa keberadaan orang
tua sangat besar dan penting pengaruhnya di
dalam perkembangan anak. Bagi orang tua
yang bekerja, kesibukan orang tua bekerja di
luar rumah dapat berdampak pada rendahnya
interaksi orang tua dan anak yang dapat
mempengaruhi konsep diri yang akan dimiliki
anak.
1.5. Konsep Diri Remaja Pertengahan
Berdasarkan jenis kelamin, responden
laki-laki mayoritas memiliki konsep diri positif
dan responden perempuan mayoritas juga
memiliki konsep diri positif. Berdasarkan umur
responden yang berusia 15 tahun mayoritas
memiliki konsep diri negatif, responden yang
berusia 16 tahun juga mayoritas memiliki
konsep diri positif sedangkan responden yang
berusia 17 tahun mayoritas memiliki konsep
diri negatif.
Berdasarkan tempat tinggal, dari 69
responden yang tinggal bersama orang tua
memiliki konsep diri negatif lebih banyak
dibandingkan responden yang tinggal di
asrama.
Hurlock mengatakan lingkungan,
hubungan dengan orang tua serta hubungan
dengan teman sebaya merupakan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri
seseorang (Subaryana, 2015). Remaja yang
tinggal bersama orang tua lebih
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
25
memungkinkan berinteraksi dengan orang tua
dalam kesehariannya. Hal ini sejalan degan
penelitian oleh Durado, Tololiu dan
Pangemanan (2013) menyatakan bahwa orang
tua memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk konsep diri remaja. Dukungan
yang diberikan akan sangat mempengaruhi
konsep diri remaja. Hasil penelitian
mengatakan dukungan yang baik dan penuh
dari orang tua akan berdampak anak memiliki
konsep diri yang positif. Sebaliknya, apabila
anak tidak mendapat dukungan dan
kepercayaan dari orang tua maka konsep diri
anak akan mengarah ke arah negatif.
Penelitian oleh Liman (2017)
mengatakan bahwa remaja yang tinggal di
asrama cenderung lebih sering berinteraksi
dengan teman sebaya yang dapat
mempengaruhi diri mereka kearah yang lebih
baik. Ia juga membahas bahwa remaja yang
sering berinteraksi dan bergaul di asrama
dengan teman sebayanya memiliki konsep diri
yang sangat tinggi dibandingkan remaja yang
tidak suka bergaul dengan teman lainnya.
Sehingga dapat dikatakan teman sebaya dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya konsep diri
pada seseorang.
1. Analisis Bivariat
Hasil analisa perbedaan konsep diri
remaja pertengahan yang tinggal bersama
orang tua dengan remaja yang tinggal di
asrama sekolah, dengan menggunakan uji Chi-
Square menunjukkan p value sebesar 0,04
dimana p value < 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak
dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan konsep diri remaja pertengahan
yang tinggal bersama orang tua dengan remaja
pertengahan yang tinggal di asrama.
Hasil penelitian menunjukkan remaja
yang tinggal bersama orang tua lebih banyak
memiliki konsep diri negatif dibandingkan
konsep diri positif. Pada awal penelitian
peneliti menyatakan bahwa salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi konsep diri pada
remaja yang tinggal bersama orang tua adalah
hubungan remaja dengan orang tua. Dimana,
menurut penelitian oleh Durado, Tololiu dan
Pangemanan (2013) tentang hubungan konsep
diri dengan dukungan orang tua menyatakan
remaja memiliki konsep diri positif lebih
banyak jika disertai dukungan yang baik oleh
orang tua di rumah. Sehingga peneliti
berasumsi bahwa remaja yang tinggal bersama
orang tua dapat memiliki konsep diri yang
positif jika disertai dukungan oleh orang tua di
rumah.
Pada penelitian ini peneliti juga
mengumpulkan data terkait karakteristik
orang tua bagi responden yang tinggal
bersama orang tua terkait umur, pekerjaan
dan lokasi bekerja orang tua. Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas orang tua responden
masuk pada fase usia dewasa pertengahan.
Dimana pada fase ini orang tua cenderung
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
26
sedang berada pada titik puncak hingga
menurun pada karir pekerjaannya. Sehingga
biasanya terdapat kecenderungan orang pada
rentang dewasa pertengahan ini lebih fokus
pada karir pekerjaannya. Selain itu pada
penelitian ini orang tua untuk responden yang
tinggal bersama orang tua mayoritas bekerja.
Menurut penelitian oleh Ulfah (2015)
menyatakan pola asuh orang tua yang bekerja
sangat berpengaruh dalam membantu remaja
mengembangkan konsep diri mereka.
Sehingga berdasarkan hal ini peneliti
berasumsi salah satu penyebab banyaknya
konsep diri negatif pada remaja yang tinggal
bersama orang tua dapat dipengaruhi karena
mayoritas orang tua bekerja sehingga hal ini
dapat mengurangi perhatian orang tua
terhadap perkembangan remaja yang dapat
mempengaruhi konsep diri remaja yang tinggal
bersama orang tua..
Selain itu, menurut Hurlock (dalam
Subaryana, 2015) menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi konsep diri pada remaja
seperti usia, penampilan diri, kepatutan seks,
nama, kreativitas dan cita-cita.
Hasil penelitian untuk remaja yang
tinggal di asrama sekolah menunjukkan bahwa
remaja yang tinggal di asrama lebih banyak
memiliki konsep diri positif dibandingkan
konsep diri negatif. Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Liman (2017), yang
menyatakan konsep diri remaja yang tinggal di
asrama memiliki konsep diri yang tinggi. Hal ini
dapat disebabkan karena perlakuan yang
diterima responden dari interaksi dengan
orang lain serta lingkungannya seperti teman
sebaya. Apabila responden diperlakukan
dengan baik, maka konsep dirinya akan positif
atau tinggi. Sebaliknya, apabila mahasiswa
sering memperoleh pengalaman yang negatif,
maka responden memiliki konsep diri yang
rendah atau negatif.
Berbeda dengan penelitian oleh Nurhadi
(2013) yang menyatakan konsep diri siswa
asrama rata-rata memiliki konsep diri negatif
bahkan sangat negatif. Hal ini dikarenakan
remaja yang memiliki konsep diri negatif
menganggap diri mereka kurang menarik dan
merasa tidak dapat penerimaan dari
lingkungan yang membuat mereka kurang
percaya diri sehingga mempengaruhi konsep
diri yang mereka miliki. Selain itu, responden
yang berpartisipasi masih tergolong berada
pada masa remaja yang merupakan masa
pencarian jati diri sehingga konsep diri remaja
masih akan mengalami perubahan.
Selain itu, dikarenakan wabah Covid-19
siswa yang seharusnya menetap di asrama
sekolah harus di pulangkan ke daerah masing-
masing. Sehingga pada saat penelitian
dilakukan siswa asrama sedang tidak berada di
asrama sekolah. Hal ini menyebabkan asumsi
awal peneliti yang menyatakan faktor utama
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
27
yang dapat mempengaruhi konsep diri remaja
yang tinggal di asrama adalah teman sebaya
menjadi kurang efektif. Karena jika remaja
tinggal di rumah maka intensitas berjumpa dan
berinteraksi dengan teman sebaya akan
menjadi berkurang dari saat remaja tinggal di
asrama.
Kesimpulan
Hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan, berusia 16 tahun, bertempat
tinggal bersama orang tua dan di asrama
sekolah. Orang tua responden untuk
responden yang tinggal bersama orang tua
sebagian besar berusia 41-65 tahun, bekerja
dan lokasi bekerja di dalam kota.
Terkait konsep diri remaja pertengahan
hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden dengan konsep diri positif
berdasarkan jenis kelamin yaitu responden
perempuan. Berdasarkan usia yaitu responden
berusia 16 tahun dan berdasarkan tempat
tinggal yaitu bertempat tinggal di asrama
sekolah.
Sedangkan konsep diri negatif
berdasarkan jenis kelamin juga mayoritas
dimilki oleh responden perempuan.
Berdasarkan usia dimiliki oleh responden
berusia 17 tahun dan berdasarkan tempat
tinggal dimilki oleh responden yang tinggal
bersama orang tua.
Terdapat perbedaan konsep diri remaja
pertengahan yang tinggal bersama orang tua
dengan remaja pertengahan yang tinggal di
asrama sekolah dengan p value 0,04 < alpha
(0,05).
Saran
Peneliti menyarankan untuk
menggunakan kuesioner yang lebih spesifik
dan menggunakan metode lain untuk
penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil
yang lebih akurat mengenai konsep diri
remaja.
Daftar Pustaka
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S. J.
(2011). Fundamental keperawatan
konsep, proses & praktik. (7th ed Vol 1).
(Karyuni, P. E., Yulianti, Y., Lusyanan, A.,
& Eka, W, Penerjemah). Jakarta: EGC
Potter & Perry.(2010). Fundamental
keperawatan. (7th ed). Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. (2016). Situasi kesehatan
reproduksi remaja. Pusat Data dan
Informasi: Infodatin.
Rosdahl, C. B. & Kowalski, M. T. (2012). Buku
ajar keperawatan dasar. (10th edVol 1).
Jakarta: EGC.
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
28
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. (2019).
Statistik Indonesia Tahun 2010. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistik.
Kusuma, A. (2013). Konsep diri orang
bertatto yang menerima label negatif
dan diskriminasi dari lingkungan
sosial. Thesis. Uin Sunan Ampel
Surabaya.
Subaryana. (2015). Konsep diri dan prestasi
belajar. Jurnal Dinamika Pendidikan
Dasar, 7(2), 21-30.
Arikunto,S. (2013). Prosedur penelitian: suatu
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Durado, A. A., Tololiu, T. A. & Pangemanan,
D.H. (2013). Hubungan dukungan orang
tua dengan konsep diri pada remaja di
SMA Negeri 1 Manado. Ejournal
Keperawatan (e-Kp), 1(1), 1-8.
Harmaini (2013). Keberadaan orang tua
bersama anak. Jurnal Psikologi, 9(2).
Imron, M. (2014). Metodologi penelitian
bidang kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S. J.
(2011). Fundamental keperawatan
konsep, proses & praktik. (7th ed Vol 2).
(Karyuni, P. E., Yulianti, Y., Lusyanan, A.,
& Eka, W, Penerjemah). Jakarta: EGC
Liman, A. P. K. (2017). Konsep diri
mahasiswa Papua di Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Santa
Dharma.
Muzakkiyah, N. & Suharnan. (2016).
Religiulitas, penyesuaian diri dan
subjective well being. Jurnal psikologi
Indonesia, 5(1), 28-38.
Nurliana, Y. (2015). Konsep diri remaja (siswa
kelas X SMA). Psychology Forum UMM,
440-445, ISBN: 978-979-796-324-8.
Nurhadi, R. A. (2013).Hubungan antara konsep
diri dan penyesuaian diri pada remaja di
Islamic Boarding School Smpit Daarul
Hikmah Bontang. Artikel Penelitian
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas
Negeri Malang. 1-17.
Nuqul, F. L. (2013). Pengaruh lingkungan
terhadap perilaku manusia: Studi
terhadap perilaku penonton bioskop.
Jurnal psikologi
Ulfah, M. (2015). Pengaruh pola asuh orang
tua bekerja terhadap kepribadian
remaja. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah
Ajeng Chaerani Insan, Ririn Muthia Zukhra, Widia Lestari / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
29
Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Vogel, E. A., Rose. J.P., Okdie, B.M., Eckles.
K., Franz, B. (2015). Who compares and
despairs the effect of social comparison
orientation on social media use and its
outcomes. Pers Individ Dif.
We Are Social. (2018). Global digital report.
We Are Social. (2019). Global digital report.