perbedaan derajat klinis pada penderita stroke …

39
TESIS PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK AKUT DENGAN SINDROM METABOLIK DAN TANPA SINDROM METABOLIK THE DIFFERENCES OF CLINICAL DEGREE IN ACUTE ISCHEMIC STROKE PATIENTS WITH METABOLIC SYNDROME AND WITHOUT METABOLIC SYNDROME IRMAWATI KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM BIOMEDIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

TESIS

PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKEISKEMIK AKUT DENGAN SINDROM METABOLIK DAN

TANPA SINDROM METABOLIK

THE DIFFERENCES OF CLINICAL DEGREE IN ACUTE ISCHEMICSTROKE PATIENTS WITH METABOLIC SYNDROME AND

WITHOUT METABOLIC SYNDROME

IRMAWATI

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADUSEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM BIOMEDIK

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2017

Page 2: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKEISKEMIK AKUT DENGAN SINDROM METABOLIK DAN

TANPA SINDROM METABOLIK

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu Penyakit Saraf

Disusun Dan Diajukan Oleh

IRMAWATI

Kepada

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADUSEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM BIOMEDIK

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2017

Page 3: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …
Page 4: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Irmawati

No. Stambuk : P1507213066

Program Studi : Ilmu Penyakit Saraf

Konsentrasi : Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu

(Combined Degree) Fakultas Kedokteran Unhas

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya akhir yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan karya akhir

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, 08 Nopember 2017

Yang menyatakan

IRMAWATI

Page 5: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang Maha

Kuasa dan Maha Penyayang, karena atas segala limpahan berkat, rahmat

dan karunia-Nya maka penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis (PPDS) di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar dan menyelesaikan karya akhir ini.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya karya akhir ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis,

baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran, serta memberi bantuan moril

maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak

yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pertama-tama penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Drs. H. Ibrahim Hamenda (Alm),

Hj. Norma Matoka, S.Sos, yang tiada henti memberikan Restu dan doa

disetiap hembusan nafas, dengan penuh kasih sayang, kesabaran,

membesarkan, mendidik, mendukung, membimbing, kepada orang tua H.

Anton Kasim (Alm) dan Hj.Tori Hiola, yang juga selalu mendoakan dan penuh

kasih dan sayang membimbing dan mendukung penulis, sehingga penulis

bisa menyelesaikan pendidikan Spesialis. Suami tersayang dr. Mohamad

Sofyan Kasim, Sp.PD terimakasih telah menjadi Imam buat keluarga kecil

Page 6: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

kita, Doa, kasih sayang, dukungan sehingga kita bisa menyelesaikan

pendidikan bersama-sama, anak-anak tersayang Anisa Faiha Nayla Kasim

dan Azalia Daynah Kasim sebagai penyemangat Bunda menyelesaikan

Sekolah dan kita bisa cepat berkumpul lagi. Kepada kakakku tersayang Irwan

Kurniawan Hamenda, ST, MT terimaksih Doa-doanya, kepada seluruh

Keluarga Besar Hamenda, Matoka, Kasim, Hiola, ponakan-ponakan dan

sepupu-sepupu tersayang yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

juga selalu memberikan Doa dan dukungannya.

Dalam kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Muhammad Akbar, Sp.S (K), Ph.D, DFM sebagai ketua komisi

penasehat dan penasehat akademik, dr. Abdul Muis, Sp.S (K) selaku

sekretaris komisi penasehat, Dr. dr. Nadra Maricar, Sp.S, Dr. dr. Hasyim

Kasim, Sp.PD-KGH, dan Prof. Dr. dr. R. Satriono, Sp,A(K), Sp.GK selaku

pembimbing dan penguji yang telah meluangkan waktunya memberikan

bimbingan dan petunjuk serta dengan ikhlas membagi ilmu dan

pengalamannya kepada penulis selama menjalani pendidikan dan

penyusunan karya akhir ini.

2. Ketua Bagian Ilmu Penyakit Saraf, dr. Muhammad Akbar, Sp.S (K), Ph.D,

DFM yang telah membagi ilmu dan pengalaman serta memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Bagian Ilmu Penyakit

Saraf Unhas.

Page 7: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

3. Ketua Program Studi Dr. dr. Andi Kurnia Bintang, Sp.S (K), MARS

(Periode tahun 2015 – sekarang) yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menimba ilmu di Departemen Neurologi Unhas.

4. Para Guru-guru kami : Prof. Dr. dr. Amiruddin Aliah, Sp.S (K), MM, Dr. dr.

Susi Aulina, Sp.S (K), Dr.dr. Jumraini Tammasse, Sp.S, Dr. dr. Yudy

Goysal, Sp.S (K), Dr. dr. David Gunawan umbas, Sp.S (K), Dr. dr. Audry

Devisanty Wuysang, M.Si, Sp.S, dr. Cahyono Kaelan, Ph.D, Sp.PA (K),

dr. Louis Kwandou, Sp.S (K), Dr. dr. Hasmawaty Basir, Sp.S (K), dr. Mimi

Lotisna, Sp.S, dr. Ummu Atiah, Sp.S, dr. Ashari Bahar, Sp.S, M.Kes,

FINS, dr. Artha Bayu Dhuarsa, Sp.S, dr. Muhammad Iqbal Basri, Sp.S, dr.

Taufik Tjahyadi, Sp.S, dr. Andi Weri Sompa, Sp.S, M.Kes, dr. Moch. Erwin

Rahman, Sp.S, M.kes yang telah dengan ikhlas membimbing dan

membagi ilmunya kepada penulis selama proses pendidikan.

5. Kepada saudara seperjuanganku, Sop Saudara crew: dr. Daniel Setiawan

W, Sp.S, M.Kes, dr. Lisa Rizky Dalie, Sp.S, M.Kes, dr. Steven

Sakasasmita, Sp.S, M.Kes, dr. Widyawan Syhaputra, Sp.S, M.Kes dr.

Machyono, Sp.S, M.Kes dr. Rilia Datan SP, dr. Muhammad Yunus Amran,

Ph.D, Sp.S, bersama kalianlah bisa melewati kecerian sejak pertama

bersama sampai menyelesaikan pendidikan spesialis, tetaplah menjadi

saudara dan sahabat selamanya.

6. Para sejawat, rekan-rekan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis

(PPDS) Ilmu Penyakit Saraf yang telah membantu penulis dalam

Page 8: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

penyelesaian tugas ini khususnya dan selama proses pendidikan kami.

Juga kepada para pegawai dan paramedik di semua rumah sakit tempat

penulis bertugas selama pendidikan. Begitu pula kepada Sdr. Isdar, SKM,

Sdri I. Masse, SE, dan Syukur, SKM dan para pegawai S2-PPDS Unhas

yang setiap saat membantu baik dalam masalah administrasi, fasilitas

perpustakaan serta selama penyelesaian karya akhir ini.

7. Khusus kepada para pasien dan keluarganya, baik yang menjadi sampel

penelitian telah dengan sabar dan ikhlas menjadi subjek peneltian dan

pembelajaran kami selama pendidikan ini, terima kasih atas kesediaannya

semoga Allah SWT membalasnya dengan segala kemuliaan.

8. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu yang telah memberikan bantuan dalam berbagai hal, penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

pada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Akhir kata

semoga tesis ini memberi manfaat bagi masyarakat dan almamater tercina,

Amin ya Rabbal Alamin

Makassar, 08 Nopember 2017

IRMAWATI

Page 9: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

ABSTRAK

IRMAWATI. Perbedaan derajat klinis (NIHSS) pada penderita Stroke Iskemik Akutdengan Sindrom Metabolik dan Tanpa Sindrom Metabolik (dibimbing oleh MuhammadAkbar dan Abdul Muis)

Penelitian ini bertujuan untuk 1.) Mengetahui derajat Klinis penderita dtroke iskemikakut dengan sindrom metabolik, 2). Mengetahui derajat Klinis pada penderita strokeiskemik akut tanpa sindrom metabolik, dan 3.) Mengetahui perbedaan derajat klinispada penderita stroke iskemik akut dengan sindrom metabolik dan tanpa sindrommetabolik.

Metode penelitian ini adalah cross sectional study. Data diperoleh dari penderitastroke iskemik akut yang dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan RSJejaringnya di Makassar dari bulan April sampai September 2017 yang memenuhikriteria inklusi.

Hasil penelitian diperoleh 60 sampel dengan nilai mean dan standar deviasi padasindrom metabolik 9,2 ± 4,1 dan tanpa Sindrom metabolik 5 ± 2,0. Pada uji MannWhitney diperoleh nilai signifikan 0,000.

Kata Kunci: Stroke iskemik akut, Sindrom Metabolik, Luaran Klinis.

Page 10: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

ABSTRACT

IRMAWATI. Clinical degree differences (NIHSS) in patients with Acute Ischemic Stroke

with Metabolic Syndrome and Without Metabolic Syndrome (guided by Muhammad

Akbar and Abdul Muis).

This study aims to determine the differences in clinical degrees in patients with

acute ischemic stroke with metabolic syndrome and without metabolic syndrome.

The method of this research is cross sectional study. Data were obtained from patients

with acute ischemic stroke treated at Wahidin Sudirohusodo Hospital and Jejaringnya

Hospital in Makassar from May to September 2017 meeting the inclusion criteria.

The results obtained 30 samples with mean and standard deviation on metabolic

syndrome 9,2 ± 4,1 and without metabolic syndrome 5 ± 2.0. In the Mann Whitney test

obtained a significant value of 0.000.

Keywords: Acute ischemic stroke, Metabolic syndrome, Clinical outcome.

Page 11: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGAJUAN iiHALAMAN PENGESAHAN iiiPERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR ivKATA PENGANTAR vABSTRAK ixABSTRACT xDAFTAR ISI xiDAFTAR TABEL xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

DAFTAR SINGKATAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 3

C. Tujuan penelitian 3

E. Hipotesis penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5A. Stroke

A. 1. Definisi 5

A. 2. Klasifikasi 5

A. 3. Faktor Risiko 6

A. 4. Patofisiologi Stroke Iskemik 7

A. 5. Gambaran Klinis 9

Page 12: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xii

A. 6. Diagnosis Stroke 10

A. 7. Luaran Stroke 10

A. 8. Prognosis Stroke 11

A.9. NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH STROKE

SCALE (NIHSS) 11

B. Sindrom metabolik 12

B.1. Patomekanisme Resistensi Insulin 12

B. 2. Obesitas sentral 15

B. 3. Dislipidemia 16

B. 4. Hipertensi 17

C. Hubungan sindrom metabolik dengan

stroke iskemik 19

D. Kerangka teori 21

E. Kerangka konsep 22

BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Rancangan penelitin 23

B. Tempat dan waktu penelitian 23

C. Populasi penelitian 23

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 24

E. Besar sampel Penelitian 24

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 25

G. Cara Pengumpulan Data 27

H. Identifikasi dan klasifikasi variabel 27

I. Analisis data dan uji statistik 28

J. Alur Penelitian 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 30BABV PEMBAHASAN 36BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 43

Page 13: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xiii

DAFTAR PUSTAKA 44LAMPIRAN-LAMPIRAN 48

Page 14: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 8 18

Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Sindrom metabolik menurut WHO(World Health Organization), NCEP-ATP III danIDF (WHO 2000; IDF 2005) 19

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 32

Tabel 4.2. Hubungan Karakteristik Sampel Dengan DerajatLuaran Klinis berdasarkan NIHSS 33

Tabel 4.3. Karakteristik Sampel Penelitian berdasarkan LuaranKlinis (NIHSS) 34

Tabel 4.4 Perbedaan antara kategori tanpa SM dan SMdengan derajat luaran klinis berdasarkan NIHSS 34

Tabel 4.5. Perbedaan mean Derajat klinis (NIHSS) antara SM danTanpa SM 35

Page 15: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekomendasi Persetujuan Etik 48

Lampiran 2. Naskah Penjelasan pada Subyek 49

Lampiran 3. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian 51

Lampiran 4. NIHSS 53

Lampiran 5. Data Pasien 55

Lampiran 6. Data Pasien 54

Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik 57

Page 16: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ADP Adenosin Difosfat

AMP Adenosin Monofosfat

APO-1 Apolipoprotein A-I

ATP Adenosin Trifosfat

CNS Canadian Neurological Scale

CRP C Reaction Protein

CT-scan Computerized tomography scanning

CVD Cardiovascular Diseases

DM Diabetes Melitus

DO Droup Out

IDF International Diabetes Federation

IRS insulin receptor substrate

GABA Gamma-Aminobutyric Acid

GCs Guanidino Compouns

GLUT-4 Glucosa Transporter-4

GSA Guanidinosuccinic Acid

HDL High density lipoprotein

IMT Indeks massa tubuh

IL Interleukin

IRS Insuline Receptor Substrate

IRT Ibu rumah tangga

JNC 8 Joint National Committee

LACI Lacunar Infarct (LACI)

LDL Low density lipoprotein

LVD Large vessels disease

MCP Monocyt-1 chemotactic protein

Page 17: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

xvii

MRI Magnetic Resonance Imaging

NCEP-ATP III National Cholestrol Education Program Adult Treatment

Panel III

NIHSS National Institutes Health Stroke Scale

NMDA N-metil-d-aspartat

NO Nitric okside

PACI Partial Anterior Circulation Infarct

POCI Posterior Circulation Infarct

PIS Perdarahan sub araknoid

PSA Perdarahan sub araknoid

PKC Protein Kinase C

PNS Pegawai negeri sipil

RIND Reversible Ischemic Neurologic Deficit

ROS Reactive oxygen species

RNS Reactive nitrogen species

SD Sekolah Dasar

SM Sindrom metabolik

SMA Sekolah Menengah atas

SOL Space occupying lesion

SSP Susunan Saraf Pusat

SVD small vessel disease

TACI Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

TD Tekanan Darah

TIA Trancient Ischemic Attack

TNF—β Transforming Necrosing Factor

TNF –Alfa Tumor nekrosis faktor alfa

TNI Tentara Nasional Indonesia

VLDL Very Low density lipoprotein

WHO World Health Organization

Page 18: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap

tahun, sebanyak 610.000 orang mengalami serangan pertamakali. Stroke

menempati urutan keempat sebagai penyebab utama kematian di Amerika

Serikat. Stroke adalah penyebab utama gangguan fungsional. Untuk pasien

yang berusia ≥ 65 tahun, 6 bulan setelah stroke, sebanyak 26% aktivitas

hidup mereka bergantung pada orang lain dan 46% mengalami defisit

kognitif. Pencegahan yang efektif tetap merupakan pendekatan terbaik untuk

mengurangi efek dari stroke (Jauch EC et all, 2013). Pencegahan primer

sangat penting karena lebih dari 76 % stroke adalah kejadian pertama.

Stroke disebabkan banyak penyebab, beberapa faktor risiko antara lain umur,

jenis kelamin, riwayat penyakit, tekanan darah, kadar gula darah, kolestrol

total LDL, HDL, penyakit jantung dan Diabetes mellitus (Go AS et all, 2014).

Sindrom metabolik memiliki lima komponen yaitu obesitas, trigliserida,

kolestrol HDL, tekanan darah, dan glukosa plasma puasa (NCEP ATP III,

2001). Sindrom metabolik merupakan kelainan yang terkait metabolisme

yang mencakup resistensi insulin, diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas,

dan dislipidemia. Sindrom metabolik meningkatkan risiko penyakit

kardiovaskular, morbiditas dan kematian ada beberapa studi epidemiologi.

Page 19: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

2

Mengnan L et all, telah menunjukkan bahwa sindrom metabolik

menyebabkan peningkatan kejadian stroke iskemik (Mengnan Li dan Junyan

Liu, 2013).

Sindrom metabolik terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan

mortalitas kardiovaskular, diperkiraan risiko sebesar 1.4 sampai 4.5%. Pada

penelitian kohort Framingham, diabetes dan sindrom metabolik merupakan

faktor risiko yang tinggi menyebabkan stroke iskemik terkait dengan diabetes

sebesar 14% pada pria dan 10% pada wanita dibandingkan dengan 8% pria

dan 6% wanita yang nondiabetes (Najarian R et all, 2006).

Sejumlah studi epidemiologi dan studi klinik menyatakan bahwa

sindrom metabolik berkorelasi terhadap kejadian stroke dan rekurensi stroke.

Pada studi kohort yang dilakukan oleh Chen YC et all 2014 pada penderita

stroke meningkat dengan adanya faktor risiko sindrom metabolik. Orang

dengan sindrom metabolik memilki risiko yang tinggi mengalami kejadian

stroke iskemik dibandingkan yang tidak menderita (Chen YC et all, 2014;

Rodriguez-Colon SM et all 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Liu Liu et all

pada tahun 2015 di Cina sebanyak 58,3% ada hubungan yang bermakna

antara sindrom metabolik dengan stroke iskemik (Liu Liu et all, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh M. Y. Oh, S. B. Ko et all, 2014, bahwa

pasien stroke iskemik dengan faktor risiko sindrom metabolik memiliki luaran

klinis yang lebih jelek, karena dengan semakin banyaknya jumlah komponen

sindrom metabolik maka risiko penyakit vaskular semakin tinggi.

Page 20: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

3

Di Indonesia data epidemiologi tentang sindrom metabolik masih

sangat jarang, dan masih belum ada data yang jelas mengenai prevalensi

sindroma metabolik di Indonesia. Pada survei departemen Kesehatan RI

tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi terkait dengan sindrom metabolik

seperti obesitas sentral 18,8%, hipertensi 29,8%, dan penderita diabetes

mellitus pada penduduk perkotaan sebesar 5,7% (Depkes 2007).

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis ingin

untuk meneliti perbedaan derajat klinis (NIHSS) pada penderita Stroke

Iskemik Akut dengan Sindrom Metabolik dan Tanpa Sindrom Metabolik pada

yang dirawat di Rawat Inap Penyakit Saraf RS. DR. Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar dan Rumah Sakit jejaringnya.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan luaran klinis pada penderita stroke iskemik

akut dengan sindrom metabolik dan tanpa sindrom metabolik?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan derajat klinis pada penderita stroke iskemik akut

dengan sindrom metabolik dan tanpa sindrom metabolik.

b. Tujuan Khusus

1. Menilai derajat Klinis penderita dtroke iskemik akut dengan sindrom

metabolik

Page 21: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

4

2. Menilai derajat Klinis pada penderita stroke iskemik akut tanpa

sindrom metabolik

3. Membedakn derajat klinis pada penderita stroke iskemik akut dengan

sindrom metabolik dan tanpa sindrom metabolik.

D. Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan derajat klinis pada penderita stroke iskemik akut

dengan sindrom metabolik dan tanpa sindrom metabolik.

H1 : Ada perbedaan derajat klinis pada penderita stroke iskemik akut

dengan sindrom metabolik dan tanpa sindrom metabolik.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan sindrom metabolik

dengan stroke iskemik akut.

2. Memberikan kontribusi tentang pentingnya pemberian terapi yang cepat

dan tepat pada penderita stroke iskemik akut dengan faktor risiko sindrom

metabolik.

3. Peneliti lain, sebagai sumber referensi bagi peneliti lain dalam melakukan

penelitian selanjutnya terkait dengan sindrom metabolik pada penderita

Stroke Iskemik Akut.

Page 22: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STROKE

1. DEFINISI

WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan

fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

lokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan

kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Termasuk

perdarahan sub araknoid (PSA), perdarahan intra serebral (PIS), infark

serebral.

2. KLASIFIKASI

Stroke secara umum diklasifikasikan berdasarkan etiologinya (Chung

dan Chaplan, 2003):

I. Stroke non hemoragik/strok iskemik/infark:

1.1Aterotrombotik:

a. Oklusi arteri besar intra dan ekstrakranial

b. Oklusi arteri penetrasi kecil

1.2. Kardioembolik:

a. Intraarterial

b. Aorta

c. Paradoksikal

d. Jantung

Page 23: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

6

1.3 Hipotensi sistemik

II. Stroke hemoragik

2.1 Perdarahan intraserebral

2.2 Perdarahan subarakhnoid

II. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu :

1. Trancient Ischemic Attak (TIA)

2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

3. Stroke in evolution atau progressing stroke

4. Completed stroke

III. Berdasarkan sistem pembuluh darah

1. Sistem karotis.

2. Sistem vertebro-basilar.

Berdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi

otak, Bamford, 1992 mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe.

1. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

2. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)

3. Posterior Circulation Infarct (POCI)

4. Lacunar Infarct (LACI)

3. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko stroke dibagi 3 yaitu:

1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah meliputi: umur, bangsa/etnis,

jenis kelamin dan faktor keturunan.

Page 24: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

7

2. Faktoir risiko yang dapat dirubah: hipertensi, penyakit jantung, atrial

fibrilasi, diabetes melitus, dislipidemia, merokok, penyakit karotis

asimptomatis, penyakit infeksi, alkohol, riwayat TIA/stroke.

3. Faktor risiko yang sementara masih dalam penelitian epidemiologik:

kegemukan, diet, kegiatan fisik, stress, hematokrit, hiperkoagubilitas,

terapi sulih hormon, hiperhomosisteinemia, antibodi antifosfolipid,

faktor-faktor lipoprotein, kontrasepsi oral, proses inflamasi, fibrinogen,

ateroma aorta.

4. PATOFISIOLOGI STROKE ISKEMIK

Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Terdapat perbedaan etiologi

keduanya. Pada iskemik global, aliran otak secara keseluruhan menurun

akibat tekanan perfusi (syok ireversible karena henti jantung, perdarahan

sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat dll). Sedangkan iskemik fokal terjadi

akibat menurunnya tekanan perfusi otak karena ada sumbatan atau

pecahnya salah satu pembuluh darah otak yang berakibat lumen pembuluh

darah yang terkena akan tertutup sebagian atau seluruhnya.Tertutupnya

lumen pembuluh darah oleh karena iskemik fokal, disebabkan antara lain :

Perubahan patologi pada dinding arteri pembuluh darah otak

meniimbulkan trombusis. Adanya trombusis ini, diawali oleh proses

arteriosklerosis di tempat tersebut. Pada arteriole dapat terjadi

vaskulitis atau lipohialinosis yang akan menyebabkan stroke iskemik

berupa infark lakunar.

Page 25: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

8

Perubahan akibat proses hemodinamik dimana tekanan perfusi sangat

menurun karena sumbatan di bagian proksimal pembuluh arteri seperti

sumbatan arteri karotis atau vertebro-basilar.

Perubahan yang terjadi akibat dari perubahan sifat sel darah,

misalnya: anemia sickle-cell, leukemia akut, polisitemia,

hemoglobinopati dan makroglobulinemia.

Tersumbatnya pembuluh akibat emboli daerah proksimal misalnya:

trombosis arteri– arteri, emboli jantung, dan lain-lain.

Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke bagian otak tertentu,

maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemi. Perubahan

ini dimulai di tingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktural sel yang

diikuti kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel,

selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron (Kolegium Neurologi

Indonesia, 2009).

Pada pasien stroke, hilangnya perfusi ke otak dalam beberapa detik

sampai menit menyebabkan terjadinya cascade iskemik yang menyebabkan

gambaran pusat sentral area infark irreversible yang dikelilingi oleh area

penumbra (potensial reversible). Saat ada gangguan aliran darah ke otak

secara otomatis otak akan kekurangan asupan O2 dan glukosa untuk proses

fosforilasi oksidatif. Terjadilah proses oksidasi anaerob yang menghasilkan

asam laktat. Otak akan mengalami asidosis, akibatnya terjadi denaturasi

protein, influx calcium, edema glia, dan terjadi produksi radikal bebas.

Page 26: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

9

5. GAMBARAN KLINIS

Manifestasi klinik stroke sangat bergantung kepada daerah otak yang

terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang menderita iskemik

tersebut. Salah satu cirri stroke adalah timbul gejala sangat mendadak dan

jarang didahului oleh gejala peringatan (warning sign) seperti sakit kepala,

mual, muntah dan sebagainya. Gejala peringatan yang jelas mempunyai

hubungan dengan stroke adalah serangan iskemik sepintas (TIA) (Misbach,

2011).

Manifestasi klinis stroke akut berupa kelumpuhan wajah atau anggota

badan yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau, lebih

anggota badan (gangguan hemihipestesi), perubahan mendadak status

mental (somnolen, delirium, letargi, stupor atau koma), afasia (bicara tidak

lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan), disartria

(bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler)

atau diplopia, ataksia (trunkal atau anggota badan), vertigo, mual dan

muntah, atau nyeri kepala (Misbach, 2011).

Stroke dapat menghasilkan gejala neurologis fokal yang dapat

menggambarkan letak lesi secara neuroanatomi, dan juga gejala nonfokal

(disfungsi serebral global) yang tidak menggambarkan letak lesi. Gangguan

klinis fokal berupa gangguan motorik seperti hemiparese, paraparese,

disfagia, gangguan berbahasa seperti afasia, disgrafia dan diskalkulasi;

gangguan sensibilitas berupa gangguan somatosensorik dan visual

Page 27: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

10

(hemianopsia, kuadrantanopsia, diplopia); gangguan vestibular berupa

vertigo dan gangguan kognitif tingkah laku berupa amnesia atau disfungsi

visospasial. Sementara gejala klinis non fokal (global) dapat berupa paralisis

atau hipestesi bilateral, tight-headedness, faintness, black-out, dapat berupa

paralisis, bingung, vertigo dan inkontinensia urin dan alvi (Warlow CP dan

Denis MS, 1996).

6. DIAGNOSIS STROKE

Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, 1999. Pemeriksaan

CT-scan (computerized tomography scanning) tanpa kontras merupakan baku

emas, untuk menentukan jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi dan untuk

menyingkirkan lesi nonvaskular. Pemeriksaan lesi patologik yang lebih tajam dapat

digunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Dapat digunakan skor

Hasanuddin, algoritma stroke Gajah Mada, skor strok Djunaedi atau Siriraj, bila

pemeriksaan CT scan tidak mungkin dilakukan (PERDOSSI, 2006).

7. LUARAN STROKE

Luaran stroke berupa keadaan penderita pada akhir masa stroke tertentu,

dengan sembuh sempurna, cacat atau bahkan meninggal dunia (Misbach J, 2011).

Perjalanan penyakit stroke berujung pada luaran yang sebagian sembuh tanpa

cacat, sebagian dengan cacat ringan atau berat atau sebagian lagi berakhir dengan

kematian. Penilaian luaran klinis dilakukan dengan menggunakan alat ukur skor

seperti Barthel Index, skor Orgogozo, National Institute of Helath Stroke Scale

(NIHSS), Canadian Neurological Scale (CNS), dan skor-skor lainnya.

Page 28: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

11

8. PROGNOSIS STROKE

Prognosis ad vitam dari stroke bergantung pada beratnya stroke dan

komplikasi yang timbul. Sementara prognosis ad functionam diukur dengan

parameter skor-skor yang banyak digunakan, misalnya Barthel Index dan NIHSS.

Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah 1 tahun berkisar antara 20-

30% (PERDOSSI, 2006).

9. NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH STROKE SCALE (NIHSS)

NIHSS merupakan pengukuran tingkat keparahan stroke digunakan sebagai

pengukuran kuantitatif terhadap defisit neurologis post stroke (Khim KL, 2014.)

Penilaian-penilaian NIHSS meliputi: (KNI, 2009)

1. Derajat kesadaran, menjawab pertanyaan, mengikuti perintah

2. Gerakan mata konjugat horizontal

3. Lapangan pandang pada tes konfrontasi

4. Parese wajah

5. Motorik lengan kanan

6. Motorik lengan kiri

7. Motorik tungkai kanan

8. Motorik tungkai kiri

9. Ataksia anggota badan

10. Sensorik

11. Bahasa

12. Disartria

Page 29: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

12

13. Neglect/tidak ada atensi

B. SINDROM METABOLIK

Sindrom metabolik adalah suatu sindrom yang terdiri dari sekumpulan

gejala meliputi peningkatan ukuran lingkar pinggang, peningkatan kadar

trigliserida darah, penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)-kolesterol

darah, tekanan darah tinggi, dan intoleransi glukosa.

Etiologi sindrom metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu

hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah

resistensi insulin.

1. Patomekanisme Resistensi Insulin

Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada sindrom

metabolik. Patofisiologi resistensi insulin melibatkan jaringan adipose dan

sistem kekebalan tubuh, pengukuran resistensi insulin hanya dari

pengukuran glukosa dan insulin (Soegondo, 2014).

Salah satu faktor risiko stroke adalah Diabetes Mellitus. Diabetes

dapat mempercepat proses aterosklerosis pada arteri besar dan kecil.

(Ropper AH and Brown RH, 2005).

Mekanisme terjadinya resistensi insulin dapat diterangkan oleh

beberapa jalur. Yang pertama adalah induksi resistensi insulin karena faktor

inflamasi. Hubungan antara inflamasi dan resistensi insulin pertama kali

dicetuskan oleh Hotamisligil et al pada tahun 1993 yang menyatakan bahwa

Page 30: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

13

sitokin proinflamatorik TNF-α (Tumor Necrosis Faktor-α) dapat menginduksi

resistensi insulin. Resistensi insulin juga dapat diinduksi oleh faktor yang

berasal dari dalam sel. Stres intraseluler seperti Reactive Oxygen Species

(ROS) atau Reactive Nitrogen Species (RNS), stres pada retikulum

endoplasmikum, ceramide, and beragam isoform dari PKC (Protein Kinase

C).

Teori baru mengenai resistensi insulin yang diinduksi oleh asam lemak

menyebutkan bahwa akumulasi asam lemak dan metabolitnya di dalam sel

akan menyebabkan aktivasi jalur serin/threonin kinase. Aktivasi jalur ini

menyebabkan fosforilasi pada gugus serin dari kompleks insulin receptor

substrate (IRS), sehingga fosforilasi dari gugus tironin seperti pada

mekanisme kerja insulin yang normal akan terhambat. Hambatan pada

fosforilasi gugus tironin kompleks IRS ini menyebabkan tidak teraktivasi jalur

PI3 kinase dan menyebabkan glukosa tetap berada di ekstrasel.

Resistensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa yang dimediasi

oleh insulin di jaringan perifer menjadi berkurang (Lee JM, 2006).

Kekurangan insulin atau resistensi insulin akan menyebabkan kegagalan

fosforilasi kompleks IRS, penurunan translokasi Glucosa Transporter-4

(GLUT-4) dan penurunan oksidasi glukosa sehingga glukosa tidak dapat

masuk ke dalam sel dan akan terjadi kondisi hiperglikemia (William Cl et all,

2002). Sel β-pankreas pada awalnya akan melakukan kompensasi untuk

merespon keadaan hiperglikemi dengan memproduksi insulin dalam jumlah

Page 31: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

14

banyak dan kondisi ini menyebabkan keadaan hiperinsulinemia (William CL

et all, 2002).

Resistensi insulin menyebabkan berkurangnya inhibisi lipase pada sel-

sel lemak sehingga terjadi peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak

bebas. Produksi asam lemak bebas ini akan ditransportasikan ke hati dan

akan menginduksi peningkatan produksi Very Low density lipoprotein (VLDL),

apolipoprotein B (apoB) dan sekresi trigliserida (McNeal C dan Wilson DP,

2008).

Resistensi insulin juga berhubungan dengan kejadian hipertensi. Studi

Bogalusa melaporkan terdapat korelasi positif antara kadar insulin dan

tekanan darah yang bersifat independen terhadap IMT. Kadar insulin secara

signifikan mengalami peningkatan pada subyek dewasa muda dengan

hipertensi esensial dan hipertensi ringan dibandingkan dengan subyek

normotensif. Individu dengan resistensi insulin cenderung memiliki tekanan

darah yang lebih tinggi (Williams CL et all, 2002). Peningkatan tekanan darah

pada resistensi insulin terjadi karena insulin meningkatkan retensi natrium

pada ginjal. Resistensi insulin juga berhubungan dengan peningkatan

aktivitas saraf simpatis dan hipertrofi otot polos pada dinding pembuluh darah

(Steinberger J dan Daniel SR, 2003). Resistensi insulin mendasari kelompok

kelainan pada sindrom metabolik. Patofisiologi resistensi insulin melibatkan

jaringan adipose dan sistem kekebalan tubuh, pengukuran resistensi insulin

hanya dari pengukuran glukosa dan insulin. (Soegondo, 2014).

Page 32: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

15

Salah satu faktor risiko stroke adalah Diabetes Mellitus. Diabetes

dapat mempercepat proses aterosklerosis pada arteri besar dan kecil.

(Ropper dan Brown, 2005).

2. Obesitas Sentral

Lingkar perut menggambarkan jaringan adipose subkutan dan viseral.

Peningkatan obesitas berisiko pada pengingkatan kejadian vaskular.

Peningkatan obesitas berisiko pada peningkatan kejadian kardiovaskular.

Jaringan adipose merupakan sebuah jaringan organ endokrin yang aktif

mensekresi berbagai faktor pro dan anti inflamasi seperti leptin, adiponektin,

Tumor nekrosis faktor alfa (TNF alfa), Interleukin-6, dan resistin. Konsentrasi

adiponektin plasma menurun pada kondisi DM tipe 2 dan obesitas. Senyawa

ini dipercaya memiliki efek antiteratogenik pada hewan coba dan manusia.

Sebaliknya konsentrasi leptin meningkat pada kondisi resistensi insulin dan

obesitas dan berhubungan dengan risiko kejadian kardiovaskular tidak

tergantung dari faktor risiko tradisional kardiovaskular, IMT dan konsentrasi

CRP (Soegondo, 2014).

Obesitas sentral berhubungan sangat erat dengan resistensi insulin.

Individu dengan obesitas sentral memiliki risiko yang sangat tinggi pelepasan

asam lemak nonester dari jaringan adipose, menyebabkan akumulasi lipid.

Akumulasi lipid ektopik pada otot dan hati menyebabkan predisposisi untuk

resistensi insulin dan dislipidemia. Jaringan adipose pada orang dengan

obesitas menunjukkan kelainan dalam memproduksi adipokin terhadap efek

Page 33: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

16

resistensi insulin. Pada studi The Northern Manhattan Stroke Study

menemukan orang-orang dengan obesitas sentral (waist-hip ratio, WHR)

berhubungan independen sebagai faktor risiko terjadinya stroke iskemik

(Suck SH etall, 2003).

3. Dislipidemia

Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolik ditandai dengan

peningkatan trigliserida dan penurunan kolestrol HDL. Kolestrol LDL biasanya

normal, namun mengalami perubahan struktur berupa peningkatan small

dense LDL. Peningkatan konsentrasi trigliserida plasma dipikirkan akibat

peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati sehingga terjadi

peningkatan produksi trigliserida.

Penurunan kolestrol HDL disebabkan peningkatan trigliserida

sehingga terjadi transfer trigliserida ke HDL. Namun, pada subyek dengan

resistensi insulin dan konsentrasi trigleserida normal dapat ditemukan

penurunan kolestrol HDL. Sehingga dipikirkan terdapat mekanisme lain yang

menyebabkan penurunan kolestrol HDL, mekanisme yang berkaitan dengan

masukan lipid post prandial pada kondisi resistensi insulin sehingga terjadi

gangguan produksi Apolipoprotein A-I (Apo-1) oleh hati selanjutnya

mengakibatkan penurunan kolestrol HDL. Peran sistem imunitas pada

resistensi insulin juga berpengaruh pada perubahan profil lipid pada subjek

dengan resistensi insulin (Soegondo, 2014).

Page 34: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

17

Hiperlipidemia berhubungan dengan stroke iskemik/TIA secara

keseluruhan. Hipertrigliseridemia adalah umum ditemukan pada penyakit

serebrovaskular iskemik apapun subtipe etiologi, sedangkan

hiperkolesterolemia lebih terkait dengan small vessel disease (SVD) dan

large vessels disease (LVD). Selain hipertensi dan diabetes,

hiperkolesterolemia mungkin terlibat dalam etiologi SVD dan berbeda dari

LVD yang disebabkan oleh kadar HDL yang lebih rendah (Laloux et al.,

2001).

4. Hipertensi

Resistensi insulin juga berperan pada patogenesis hipertensi. Insulin

merangsang sistem saraf simpatis meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal,

mempengaruhi transport kation dan mengakibatkan hipertrofi sel otot polos

pembuluh darah. Pemberian infus insulin akut dapat menyebabkan hipotensi

akibat vasodilatasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi akibat

resistensi insulin terjadi akibat ketidakseimbangan antara efek pressor dan

depressor (Soegondo, 2014).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama (73,9%) pada stroke akut di

Indonesia (Misbach, 2011). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Menurut JNC 8 (The

Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment

of High Blood Pressure) hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 35: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

18

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 8

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 <80

Pre –Hipertensi 120 – 139 80 – 99

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

Page 36: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

19

Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Sindrom metabolik menurut WHO (World Health

Organization), NCEP-ATP III dan IDF (WHO 2000; IDF 2005)

Komponen Kriteria diagnosis WHO:Resistensi insulin plus :

Kriteria diagnosis ATPIII : 3 komponen di

bawah iniIDF

Obesitasabdominal/

sentral

Waist to hip rasio :Laki-laki : > 0,9

Wanita : > 0,85 atauIMB >30 Kg/m

Lingkar perut :Laki-laki: ≥ 90 cmWanita : ≥80 cm

Lingkar perut :Laki-laki: ≥90 cmWanita : ≥80 cm

Hiper-trigliseridemia

≥150 mg/dl (≥ 1,7 mmol/L) ≥ 150 mg/dl (≥1,7mmol/L)

≥ 150 mg/dl

Hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg atauriwayat terapi anti hipertensif

TD ≥ 130/85 mmHgatau riwayat terapi anti

hipertensif

TD sistolik ≥ 130mmHg

TD diastolik ≥ 85mmHg

Kadar glukosadarah tinggi

Toleransi glukosa terganggu,glukosa puasa

terganggu,resistensi insulinatau DM

≥ 110 mg/dl GDP ≥ 100mg/dl

Mikro-albuminuri

Rasio albumin urin dankreatinin 30 mg/g atau laju

eksresi albumin 20mcg/menit

IDF: International Diabetes Federation; NCEP-ATP III: National CholestrolEducation Program Adult Treatment Panel

C. HUBUNGAN SINDROM METABOLIK DENGAN STROKE ISKEMIK

Hubungan antara sindrom metabolik dengan patofisiologi stroke

iskemik yaitu penurunan nilai fibrinolitik endogen, hiperglikemia, disfungsi

endotel, kerusakan endotel kronis, dan pro-inflamasi, yang semuanya dapat

menyebabkan kerusakan arteri serebral yang menyebabkan stroke iskemik

Page 37: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

20

(Mi D, 2012). Peningkatan peradangan diinduksi oleh penurunan beberapa

citokin seperti leptin, adiponektin, resistin, protein pengikat retinol 4, dan

visfatin, serta kemokin klasik dan sitokin seperti tumor necrosis factor-α yang

menyebabkan peradangan, resistensi insulin, dan degradasi vaskular. Juga,

resistin menyebabkan disfungsi endotel dengan menambah pelepasan

endothelin-1 yang menyempitkan pembuluh darah dan mengarah ke

hipertensi sehingga terjadi iskemik stroke. Singkatnya, tumpang tindih antara

metabolik dan kekebalan tubuh menghubungan antara sindrom metabolik

dan peningkatan risiko stroke iskemik sebagai kejadian vaskular yang berasal

dari proses inflamasi (Balti EV et all, 2013).

Page 38: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

21

KERANGKA TEORI

Disfungsi Endotel

EndotelDisfungsi Endotel

Resistensi Insulin

Kegagalan Fosforilasi IRS

Faktor Inflamasi, ROS, StresRE, Protein kinase C

Obesitas

↓ GLUT-4 &Ksidasi Glukosa

Glukosa ≠ ke sel,Hiperglikemia

DM Tipe-2

Inhibisi Lipase pd selLemak

↑ Lipolisis & ProduksiAsam lemak bebas

Ke hati: ↑ VLDL,Apolipoprotein B (apo-B)

& TG

- ↑Aktivitas Simpatis ↑- Resistensi Na di Ginjal- Hipertrofi otot

Hiperlipidemia Hipertensi

Aterosklerosis

EndotelPenyempitan Lumen Arteri

EndotelRuptur Plak

EndotelTrombosis

Endotel

Stroke

Hipoperfusi Serebral

Endotel

Oklusi Serebral

Endotel

Derajat Klinis (NIHSS)

(NIHSS)

Asam lemak bebas ↑→ Oksidasi asamlemak→ akumulasi glukosa intraselular

- Genetik- Aktivitas Fisik kurang

-

Page 39: PERBEDAAN DERAJAT KLINIS PADA PENDERITA STROKE …

22

KERANGKA KONSEP

Ket: Variabel bebas

Variabel antara

Variabel tergantung

DERAJATKLINIS

Genetik, Jeniskelamin, Usia

SindromMetabolik

(SM)

TanpaSindrom

Metabolik

Aterosklerosis

Aterosklerosis serebral

Stroke Iskemik Akut

Aterosklerosis

Aterosklerosis serebral

Stroke Sikemik Akut

Kerusakan neuron lebih banyak