pengetahuan spiritual yoga - ihdn

12
79 PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA Oleh : I Nyoman Dayuh Penyuluh Agama Hindu Kota Denpasar Abstract The education paradigm emhasizes the complete balance of intelectual, emotional, and spiritual potencies. The spiritual one becomes more important when the influence of materialism, hedonism, and pragmatism have becoming significant. To face it self-control as taught in Yogasutra Patanjali is crucial. Key words: Spiritual, Yoga I. PENDAHULUAN Kemanusiaan sekarang ini mengalami krisis terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Pekembangan sains dan teknologi tidak disertai dengan kemajuan yang sama di bidang spiritualitas, bahkan spiritualitas makin rapuh dibawa arus materialisme, hedonisme, dan pragmatisme peradaban modern. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat manusia semakin pintar memparasitkan diri kepada alam dan mengejar hidup yang sifatnya kebendaan saja. Citra dan tanda-tanda mengalir dengan kecepatan tinggi di dalam media (televisi, produk, tontonan) dan di dalam kegilaannya, ia sampai pada titik di mana ia tidak meninggalkan jejak makna apapun bagi peningkatan kehidupan manusia. Manusia hanyut dalam kegilaan tanda, tren, gaya hidup, dan prestise tanpa sempat menginterna-lisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam tanda tanda tersebut. Hutan rimba hasrat dan tanda tersebut menciptakan manusia-manusia dengan “diri yang terbelah” (Utama, 2009). Tegasnya, manusia dewasa ini makin sadar bahwa seluruh krisis di bumi ini tidak hanya disebabkan alasan material, tetapi lebih pada sebab psikososial. Uraian tersebut menegaskan bahwa dunia modern sekarang mulai kehilangan horizon spiritual. Manusia modern melihat segala sesuatu hanya dari sudut pinggiran eksistensi, tidak lagi pada “pusat spiritualitas dirinya” sehingga menyebabkan lupa pada dirinya (teralienasi) “terbelenggu derita”. Dalam kondisi yang demikian, idealnya sastra suci agama hadir sebagai penerang kegelapan untuk memulihkan hubungan yang terputus antara diri dan spiritualitasnya. Oleh karenanya ajaran yoga dalam Yogasutra Patanjali merupakan anugerah luar biasa dari Rsi Patanjali kepada setiap orang untuk melaksanakan hidup kerohanian. Ajaran dalam Yogasutra Patanjali memberikan jalan kepada mereka yang ingin menginsyafi kenyataan mengenai roh sebagai asas yang bebas, tubuh, indriya dan pikiran (Sura, 1991 : 20). II. PEMBAHASAN 2.1 Pengetahuan Spiritual dan Yoga Pengetahuan spiritual menuntun secara berjenjang dari tataran kasar ke halus. Spiritualitas bukan menjadikan diri terasing dengan kemanusiannya, melainkan menjadikan diri semakin manusiawi. Asketisme yang selama ini diidentikkan dengan spiritualitas memang muncul dalam bentuk pengekangan diri, bahkan menjauhi segala bentuk keduniawian. Pandangan ini seolah-olah memosisikan spiritualitas pada ranah yang benar-benar individual dan asosial. Padahal tujuan utama dari Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

79

PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA

Oleh :I Nyoman Dayuh

Penyuluh Agama Hindu Kota Denpasar

Abstract

The education paradigm emhasizes the complete balance of intelectual,emotional, and spiritual potencies. The spiritual one becomes more importantwhen the influence of materialism, hedonism, and pragmatism have becomingsignificant. To face it self-control as taught in Yogasutra Patanjali is crucial.

Key words: Spiritual, Yoga

I. PENDAHULUANKemanusiaan sekarang ini mengalami krisis

terbesar sepanjang sejarah umat manusia.Pekembangan sains dan teknologi tidak disertaidengan kemajuan yang sama di bidangspiritualitas, bahkan spiritualitas makin rapuhdibawa arus materialisme, hedonisme, danpragmatisme peradaban modern.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologimembuat manusia semakin pintarmemparasitkan diri kepada alam dan mengejarhidup yang sifatnya kebendaan saja.

Citra dan tanda-tanda mengalir dengankecepatan tinggi di dalam media (televisi,produk, tontonan) dan di dalam kegilaannya,ia sampai pada titik di mana ia tidakmeninggalkan jejak makna apapun bagipeningkatan kehidupan manusia. Manusiahanyut dalam kegilaan tanda, tren, gaya hidup,dan prestise tanpa sempat menginterna-lisasikannilai-nilai yang terkandung di dalam tanda tandatersebut. Hutan rimba hasrat dan tanda tersebutmenciptakan manusia-manusia dengan “diriyang terbelah” (Utama, 2009). Tegasnya,manusia dewasa ini makin sadar bahwa seluruhkrisis di bumi ini tidak hanya disebabkan alasanmaterial, tetapi lebih pada sebab psikososial.

Uraian tersebut menegaskan bahwa duniamodern sekarang mulai kehilangan horizonspiritual. Manusia modern melihat segala sesuatu

hanya dari sudut pinggiran eksistensi, tidak lagipada “pusat spiritualitas dirinya” sehinggamenyebabkan lupa pada dirinya (teralienasi)“terbelenggu derita”. Dalam kondisi yangdemikian, idealnya sastra suci agama hadirsebagai penerang kegelapan untuk memulihkanhubungan yang terputus antara diri danspiritualitasnya. Oleh karenanya ajaran yogadalam Yogasutra Patanjali merupakananugerah luar biasa dari Rsi Patanjali kepadasetiap orang untuk melaksanakan hidupkerohanian. Ajaran dalam Yogasutra Patanjalimemberikan jalan kepada mereka yang inginmenginsyafi kenyataan mengenai roh sebagaiasas yang bebas, tubuh, indriya dan pikiran(Sura, 1991 : 20).

II. PEMBAHASAN2.1 Pengetahuan Spiritual dan Yoga

Pengetahuan spiritual menuntun secaraberjenjang dari tataran kasar ke halus.Spiritualitas bukan menjadikan diri terasingdengan kemanusiannya, melainkan menjadikandiri semakin manusiawi. Asketisme yang selamaini diidentikkan dengan spiritualitas memangmuncul dalam bentuk pengekangan diri, bahkanmenjauhi segala bentuk keduniawian.Pandangan ini seolah-olah memosisikanspiritualitas pada ranah yang benar-benarindividual dan asosial. Padahal tujuan utama dari

Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Page 2: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

80 JURNAL PENJAMINAN MUTU

spiritualitas adalah menjadikan spirit sucisehingga membangun kesatuan transendentaldengan spirit-spirit yang lain. Kesatuan spiritinilah yang menjadi prinsip universal spiritualitasHindu dalam untaian mutiara tattwam asi“engkau adalah itu”. Artinya, dalam kemurnianspirit terdapat kesatuan jiwa antara individuyang satu dengan yang lainnya.

Hal ini menegaskan bahwa puncakspiritualitas Hindu, justru berupaya membangunspirit kemanusiaan dengan pinsip jiwa semuamahluk adalah tunggal. Spiritualisme perkotaanyang sekarang ini kian marak berkembang dimasyarakat, seperti paguyuban-paguyubanyoga, meditasi dan sebagainya, menjadi bentukbaru yang ingin menghadirkan spiritualitas dalamkehidupan modern. Tujuannya tidak lagiditekankan pada pengasingan diri sepertitindakan asketis lainnya, tetapi lebih pada upayapeluhuran budi dan humanisme. Di sinilah,pengembangan wiweka jnana menjadi trendspiritualitas baru yang lebih diarahkan padapembentukan pola hidup kerohanian dalamhubungan antarmanusia.

Wiweka jnana adalah pengetahuan untukmembedakan benar-salah, baik-buruk, murni-palsu, Shiwa-maya. Pengetahuan spiritualbukan untuk mengingkari keberadaan tubuhsebagaimana tertuang dalam SanghyangKamahayanikan (47) “pahayu ta jugasariranta, apan hayu ni sarira nimittanikatemwa suka, suka nimittani katemwa ningmanah apagoh, maah apagoh nimitta nikatemwan ing kamoksan” (bagai penekunspiritual pelihara jugalah badanmu, sebab badanyang sehat, menyebabkan (orang) merasakansenang. Keceriaan menyebabkan berpikirankuat. Pikiran yang kuat menyebabkan mencapaikelepasan). Kesehatan badan dan keceriaanadalah dua hal dasar penentu yangmemungkinkan orang dapat berpikir positif danteguh dan kemudian secara bersama-samamenyebabkan orang mencapai keberhasilanspiritual.

Keberhasilan spiritual di tuntun berjenjangdengan yoga yaitu dengan pengendalian gerakpikiran (yogascitta vrtti nirodha) melaluipengendalian fungsi badan, indriya, pikiran, rasaaku dan sebagainya dan menyadari roh (spirit)yang mengatasi segala. Yoga menunjukkan jalanpraktis pendidikan spiritual untuk mengalamikenyataan roh tersebut, jalan itu adalah denganpenyucian diri dan pemusatan pikiran, yangmengantar orang dapat membedakan asasrohani dan asas jasmani (purusa dan prakrti).

2.2 Fisiologi Dalam YogaPemahaman ajaran yoga untuk membuka

lapisan selubung maya sehingga menemukanhakekat atau Realitas yang sejati. Hakekatyang sejati tersebut dalam diri pribadi disebutatman sebagai asas pribadi. Pada dasarnyaatman adalah suci, namun setelah bersatudengan tubuh, ia kena pengaruh maya dengansegala bentuknya. Atman menikmatiwisayanya dan terbawa dalam suka duka hidup(Tim Penyusun, 2005:58). Roh terselubungi olehlima lapis badan yang bersifat maya “relatif,halus, dan gaib”. Relatif karena bersifatsementara, mengalami perubahan dari waktuke waktu : tercipta-terpelihara-lalu mengalamikehancuran. Halus karena ada sejumlah lapistidak dapat dicandra dan gaib karena disamping memiliki badan kasar dan halus jugamemiliki badan astral. Lima lapis atau sarungroh itu disebut pancamaya kosa dan harusdisadari bahwa badan apapun wujudnya selalubersifat maya “relatif”, tidak abadi (Yasa,2006:18).

Yoga tidaklah mengingkari eksistensi daritubuh walau berwujud kasar namun tubuh tetapdipelihara kesehatannnya karena sesungguhnyabadan dan jiwa adalah satu kesatuan. Yogasecara praktis membuka lapisan-lapisan tubuhdari tataran yang kasar ketataran yang lebihhalus. Tujuan yoga sesungguhnya menerabasstratum-stratum penghalang dari sifat-sifatduniwai dan menemukan Tuhan (Vivekananda,

Page 3: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

81

1993:35). Pergerakan atau pencarian tersebutdilakukan secara berjenjang yang disebutdengan astangga yoga (Sura, 1991:30).

Tabir lapisan yang pertama adalahberhubungan dengan keberadaan tubuh.Dengan tubuh yang sehat sesungguhnya akandapat melakukan yoga dengan baik. Dalamteknik yoga yang terpenting adalah jiwalah yangmengatur tubuh bukan justru sebaliknya, jiwatenggelam dalam nikmatnya tubuh. Kesadaranjiwalah yang diperlukan untuk mengatur badansehingga jiwa tidak terjebak oleh nikmatnyaduniawi, terus terkungkung oleh lapisan-lapisannikmat duniawi mengejar diluar dirinya. Makadari itulah yoga belajar untuk menguasai danbukan dikuasai (Vivekananda, 1993:34).Wrhapatitattwa Ikang atma yangken anakning tawwan adhomuka tumungkul mulattan wruh ing ruhurnya (Atma itu bagaikananak tawon kepalanya terbalik hanya melihathal yang dibawahnya saja, tidak menyadarihakekat yang ada diatasnya). Keberadaanatma dalam diri diandaikan seperti ulat dalamkepompong. Ia terkungkung dalam rumahnyayang tertenunnuya sendiri dari benang sutrahalus berlapis. Amatlah sulit menerabas stratumtersebut agar Sang Atma lepas bebas dari lapisantersebut utamanya berhubungan denganjasmani.

Lapisan badan manusia yang pertamabersifat kasar yang disebut dengan sthulasarira. Sthula : kasar, sarira : badan (Pudharta, 2002:122). Badan kasar initerbentuk oleh unsur panca maha buta. Yekapamkas ing tattwa ganal, ikang prthivi,apah, teja, wayu, akasa ya ta ginawebhuwana de bhatara, arda ruhursuminduhur tatumpang-tumpanganlaksanya, ikang tattwa I ruhur pinaka gunadening tang tattwa isor ( Prthivi, apah, teja,wayu, akasa itulah yang dijadikan dunia inioleh Bhatara. Semakin keatas semakin tinggikeadaannnya, bertingkat-tingkat tattwa yanglebih di atas dijadikan guna oleh tattwa yangdibawahnya) (Tatwajnana, 14).

Uraian di atas jelaslah bahwa pemahamanakan kaberadaan tubuh (fisiologi) melaluijenjang dari tattwa yang dibawah (kasar) ketattwa yang lebih tinggi (halus). Secara fisiologitubuh manusia terbentuk olehpancamahabhuta terjadinya pancamahabhuta dari unsur yang lebih halus yangdisebut pancatanmatra. Masing-masing unsurdari akasa, unsur yang paling halus sampai keprthivi yang paling kasar lahir dari bagian-bagian pancatanmatra. Akasa lahir darisabdatanmatra. Seperti langit yang kosongtidak ada yang merintangi apa-apa.Memberikan jalan demikian sifatnya, sabdasebagai guna (kualitas)nya. Wayu lahir darisparsatanmatra. Angin ribut, angin taufan,sifatnya menggerakkan. Sparsa sebagaigunanya. Teja lahir dari rupatanmatra.Bersinar terang benderang. Panas sebagisifatnya. Rupa sebagai gunanya. Apah lahir darirasatanmatra. Membasahi sifatnya. Sad rasasebagi gunanya. Prthivi lahir daigandhatanmatra kasar sifatnya. Gandhasebagi gunanya. Gandha ada tiga macam yaitusurabhi, asurabhi dan gandha sadharanah.Surabhi adalah bau harum, asurabhi adalahbau busuk, dan gandha sadharanah ialah bauyang harum pula tidah busuk. Demikianlah sifatprthiwi(Tattwa Jnana. 14).

Badan manusia dipandang sebagaibhuwana alit (makrokosmos) unsurpembentuk sama juga di bangun daripancamahabhuta. Keberadaanpancamahabhuta di dalam bhuwana alitseperti yang disebutkan dalam Bhuwana Kosa,III.12 : ikang makas ring sarira, prthivi ika,ikang drawa ring sarira,apah ika, ikangmolah ring sarira, bayu ika bayu ika artinya: yang keras dalam badan itu adalah pertiwi,yang cair dalam badan itu adalah apah, danyang bergerak dalam badan itu adalah bayu.

Fisiologi yaitu pengetahuan yangberhubungan tubuh manusia utamanya masalahfisik. Jika (Yasa, 2006:21) dikaitkan denganpancamayakosa maka fisik berhubungan

Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Page 4: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

82 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dengan lapisan manusia yang paling luar yangdisebut dengan annamayakosa ini jugadikategorikan kedalam sthulasarira.Annamayakosa yakni badan kasarnyamanusia yang dibangun atas sari-sari makanandan minuman. Badan kasar yang kasat mata inimerupakan lapis terluar yang menyelubungiatma “sang diri”. Badan ini berfungsi sebagaialat atma menyatakan keberadaan dirinya.Dalam lapisan annamayakosa ada sepuluh alatpenting yang digunakan oleh indriya ‘indra’untuk melakukan aktivitas. Sepuluh alat indraitu disebut dasendriya yaitu di bagi menjadidua macam : panca budhindriya dan pancakarmendriya. Panca buddhindriya (panca :lima, buddhi : penyadar, indriya : indra) artinyalima indriya penyadar (Pudharta dkk,2002:72).

Bagi penekun yoga eksistensi tubuh tetapdipelihara, tubuh diolahragakan supaya sehatdengan cara yoga khususnya yoga asana sepertisurya namaskara. Yoga asanas mempunyaifungsi fisiologi untuk tetap menjadikan tubuhsehat (Sani, 2006:154). Unsurpancamahabhuta yang ada dalam diridimurnikan keberadaannya sehingga menjadisehat.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa belajaryoga bukan pengingkaran terhadap keberadaantubuh manusia, dengan sendirinya sesungguhnyaseorang yogin (penekun yoga) berjalan ke arahsuatu tujuan yang dapat mengantarkannya kedalam pembebasan dari segala ikatan duniawiyang dinikmati oleh tubuh manusia. Tubuhdiolahragakan dengan cara asana. Asanaartinya sikap duduk yang kuat danmenyenangkan. Yogasutra II.46 : sthirasukham asanam (asana menjadi mantap danmenyenangkan). Asana dapat dikuasai denganusaha yang santai dan dengan memusatkanpikiran pada Dia yang tanpa batas (Yogasutra,II. 47). Ada banyak sikap asana, sikapmanapun sesungguhnya berfungsi untukmenguasai buddhi. Sikap yang dilakukanhendaknya tidak terlalu memaksa anggota

badan adalah baik bagi penekun yoga. Yogamengajarkan bermacam-macam asana untukmemelihara kesehataan badan dan penyucianpikiran. Dengan asana akan mampumengendalikan kerja sistem syaraf agar terhindardari goncangan-goncangan pikiran (TimPenyusun, 2003:72).

Kemudian Yasa (2006) jugamengklasifikasikan pranamayakosa ke dalamsthula sarira (badan kasar). Pranamayakosayakni badan manusia yang lebih halus berupanafas. Lebih tepatnya nafas vital atau daya hidupitulah yang disebut prana. Menurut fungsinyaprana dibedakan menjadi sepuluh. DalamJnanasiddhanta 166 disebut dasa bayu (dasa: sepuluh, bayu : daya hidup) uraiannya sebagaiberikut :

1. Prana yakini nafas yang keluar masukmelalui hidung dan mulut yangberfungsi mengaktifkan semua prana“daya hidup” lainnya.

2. Apana yakini daya hidup yang adapada dubur sampai dan kemaluan.Fiungsinya untuk mengaktifkan dayaseksual dan anus.

3. Samana yakni daya hidup yang adadi hati fungsinya untuk mengolah sari-sari makanan minuman menjadi bahanhidup.

4. Udana yakni daya hidup yang ada diubun-ubun fungsinya untukmengaktifkan mata, kening danmenumbuhan rambut.

5. Byana yakni daya Hidup yang adadiseluruh persendian, fungsinya untukmengaktifkan persendian.

6. Naga yakni daya hidup yangmenyebabkan orang dapatmenyemburkan sesuatu.

7. Kurmara yakni daya hidup yangmenyebabkan orang gemetar.

8. Krkara yakni daya hidup yangmeyababkan orang dapat bersin danmenelan sesuatu.

9. Dewadatta yakni daya hidup yang

Page 5: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

83

menyababkan oreang dapat menguapdan batuk.

10. Dhananjaya yakini daya hidup yangtetap tertinggal pada tubuh ketika rohlepas dari badan fungsinya menguaraijasad ( Wrhspatitattwa 39-46, Yasa,2006 : 19).

Prana merupakan kekuatan vitaldibelakang susunan pernapasan dan segalaaktivitas otot-otot. Prana menyalurkankehidupan ke dalam materi yang tidak hidup(Saraswati, 1996:65). Wujud dari pranatersebut adalah nafas. Nafas inilah diatur supayalega dan tenang. Pengolahan nafas ini dalamastangga yoga di sebut pranayama. Pranaartinya nafas, ayama artinya panjang (Pudhartadkk, 2004:91). Pranayama adalah latihanpernafasan dalam yoga. Dengan melakukanlatihan pernafasan atau pranayama denganteratur dapat membersihkan diri dari dalamsehingga pikirannya menjadi tenang (Somvir,2008:15). Pranayama menjamin bahwa aliranprana diseluruh tubuh vital (pranamayakosa)adalah bebas dan tanpa halangan untukmenjaga kesehatan tubuh. Hubungan yang eratantara pengaturan nafas (pranayama) denganprana di mana prana menjadi terlihat padabidang fisik sebagai gerakan dan tindakan, sertapada bidang mental sebagai pikiran.Pranayama merupakan cara di mana seorangyogi mencoba menyadari dalam tubuhnya yangkecil seluruh kehidupan kosmos dan mencobamencapai kesempurnaan dengan mendapatkanseluruh alam semesta (Saraswati, 2002:307).

Fisiologi dalam yoga merupakanpengetahuan spiritual untuk memahami danmenghayati keberadaan tubuh yang terbentukdari unsur yang kasar (sthula sarira) diolahdengan gerakan asana yaitu oleh tubuh, olehnafas, olah rasa juga pemusatan pikiran danunsur prana di olah dengan pranayama(pengaturan nafas) tergolong hatha yoga.

2.3 Psikologi Dalam YogaPsikologi yoga merupakan ilmu

pengetahuan yang tidak semata-mataterkungkung pada padigma materialistik yangmerupakan ciri dari psikologi barat. Psikologi

yoga merupakan alat bagi para aspiran spiritualuntuk memperoleh pengetahuan danpenguasaan atas diri mereka sendiri dalamperburuan mereka mencari realisasi-Diri.Pengetahuan akan psikologi yoga sangatlahpenting dalam oleh spiritual, tanpa pengetahuanini para aspiran tidak akan mencapaikeberhasilan dalam upaya spiritual mereka(Sarkar, 2003 : X).

Psikologi berhubungan dengan pikiranmanusia, ia mawujud pada masing-masingindividu yang sifatnya lebih halus (Ibid, 2003).Yasa (2006:20-21) bahwa mengklasifikasikanlapisan badan yang lebih halus yang disebutmanomaya kosa tiada lain adalahsuksmasarira. Suksma sarira yakni badanmental atau badan psikis yang bersifat halus.Manomaya kosa yakni badan manusia yanglebih halus yang dikatakan sarung psikis. Sarungini berupa manah dan ahamkara. Jika manahadalah pikiran yang fungsinya sebagai penerimainformasi atau pengalaman indra seperti apaadanya, maka ahamkara dikatakan sebagaiego, pikiran yang bersifat keakuan, dapat puladikatakan sebagai emosi atau perasaan. Badanberupa indra dan ego ini dufungsikan oleh atma“sang diri” mengindra dan mengakui inilah yangterperangkap dalam jebakan panca klesamaka ia disebut atma lengo-lengo.

Dalam ajaran yoga roh dipandang sebagaikekuatan hidup yang bebas yang bersatu denganbadan. Hubungannya lebih dekat dengan badanhalus seperti indriya, pikiran dan rasa aku. Rohitu sifatnya adalah kesadaran murni, bebas daribatas-batas jasmani dan kegoncangan-kegoncangan alam pikiran. Tetapi karenakebodohan, roh menyamakan dirinya denganalam pikiran. Dalam ajaran yoga alam pikiranitu disebut citta. Citta merupakan hasil pertamadari prakrti. Padanya sattwalah yangmenguasai rajas dan tamas. Pada dasarnyasifatnya tidak sadar, tetapi hubungannya amaterat dengan roh maka ia akan memantulkankesadaran roh sehingga tampaknya ia memilikikesadaran dan kecakapan. Bila cittaberhubungan dengan suatu objek dunia melaluimanah ia mengetahui bentuk objek itu. Rohmengenal objek melalui perubahan-perubahan

Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Page 6: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

84 JURNAL PENJAMINAN MUTU

citta yang bersesuaian dengan bentuk objekitu (Sura, 1991:23-24).

Pikiran bergerak terus menerus kesanakemari, meloncat-loncat, melingkar-lingkar,susah untuk memuaskan ia bagaikan monyetmeloncat-loncat kesana kemari. Pikiran terusmengalami perubahan. Perubahan tersebutbanyak jumlahnya dan bermacam-macamjenisnya. Dalam Yogasutra Patanjali I.6disebutkan : Pramana viparyaya vikalpanidra smrtayah : gelombang-gelombangpikiran itu ialah pramana (sumber pengetahuanyang benar), viparyaya (hal tak dapatmembeda-bedakan), vikalpa (hayalan), nidra(tidur) dan smrti (ingatan).Perubahan pikiran inilah yang menyebabkanSang Jiwa yang ada dalam diri itu memandangdirinya mengalami kelahiran, kematian, tidur,jaga, berbuat salah, benar dan sebagainya, dimana sesungguhnya Sang Jiwa itu mengatasisegala hal. Semua perubahan citta ini munculdari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yangmerintangi yang menimbulkan kesusahan dankesedihan dalam hidup ini (Tim Penyusun,2003:69). Klesa-klesa ini merupakan sumberduka yang setiap saat menganggu kesetabilanhidup manusia (Yasa 2006:15). Yogasutra II. 3menyebutkan ada lima klesa yaituavidyasmitaragadvesabhinivesah klesahartinya avidya (kebodohan), asmita (rasaaku), raga (nafsu), dvesa (kebencian) danabhinivesa (cinta pada kehidupan) adalahsemuanya termasuk klesa (kesengsaraan).

Selama adanya perubahan dankegoncangan citta, maka selama itu rohdirefleksikan pada perubahan-perubahan citta.Dengan tidak adanya wiwekajnana maka iaakan menyamakan dirinya dengan yang dirubahitu. Akibatnya roh akan merasa susah dansenang, benci dan cinta sesuai dengan cittayang berubah-ubah itu, ibi berarti ikatan padaroh. Apabila ingin lepas dari ikatan itu makaharus dapat menguasai aktivitas indriya danpikiran. Akibatnya roh akan menyadari dirinyasebagai dirinya, berbeda dengan pikiran dan

indriya. Dalam pelaksanaan yoga khusunyasuryanamaskara pelaku yoga, dapatmendorong untuk merumuskan interpretasinyasendiri dan melihat kedalaman dari pikirannyasendiri (Saraswati, 2002:77). Dalam upayamemahami kedalaman pikiran itulah hendaknyamenghilangkan klesa-klesa itu sekurang-kurangnya memperkecil pengaruhnya. Untukmenghilangkan klesa-klesa tersebut seluruhnyasangat sulit (Tim Penyusun, 2003:69). Denganpraktek yoga klesa-klesa tersebut dihilangkansecara seksama tahapan demi tahapan dengantekun berlatih secara berkelanjutan didasaridengan keyakinan yang mendalam.

Setelah citta mengalami perubahan akibatadanya klesa-klesa itu, maka dalammemusatkan pikiran pada umumnya seseorangdapat diganggu oleh gerakan tri guna.Kegoncangan ini hendaknya dapat dinetralisirsehingga tercapai pikiran yang tenang danterkendali. Adapun kegoncangan pikiran yangdisebabkan intensitas tri guna ada lima keadaanyang akan dialami dalam melakukan yogaseperti yang disebutkan dalam Lontar SewakaDharma (dalam Suata, 2001:10) yaitu :

1. Ksipta yakni pikiran itu tidak diam-diam, bagaikan pikiran seseoranganak tidak tetap, segala yang barudilihatnya dianggap baik, setiap ajaranyang baru segera di anut.

2. Mudha yakni pikiran bagaikanseseorang yang meningkat dewasa,congkak, takabur, angkara, tamak,egois, mau menang sendiri, tidak peduliakibat baik dan buruk, selalu hanyaaku pembrani, aku pandai, aku kebal,tiada yang lain.

3. Wiksipta yakni pikiran yang sudahmulai paham akan tingkatan-tingkatanhakekat prilaku manusia dalammasyarakatbeserta baik burukperbuatan dengan pertimbangan,sepak terjang dalam prilaku menurutiketentuan tata tertib beserta tingkallaku yang benar dan jujur dalamperkataan.

Page 7: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

85

4. Ekakrta yakni pikiran sudah mulaiterpusat pada satu obyek, maka satutujuan pada kesunyataan yang diyakini,walaupun ada kehendaknya akankekuasaan namun tetap hatinyaterhadap kelepasan sebagai tujuannya.Kondisi pikiran yang terpusat tenanghanya mungkin dicapai melalui carahidup yang benar melalui disiplin dirimengikuti tahapan-tahapan latihanyoga.

5. Niruddha yakni pikiran yang tenangtang terkendali, mengendalikan dirilahir dan bathin. Pertautan pikirandikendalikan dengan perasaan yangbenar arti dari perasaan yang benaradalah penyatuan perasaan secarakeseluruhan, sebab perasaan tidakada dua atau tiga melainkan hanyasatu. Itu adalah rasa dari Sang HyangMubeng Jagat di dunia.

Yasa (2006 : 10) mengklasifikasikanmanah yang disebut juga pikiran sebagairajendriya (rajanya indra). Manah dapatdapat dikatakan sebagai pikiran yang lebihbersifat objektif karena hanya menerima faktaapa adanya dari sepuluh indra. Manahdikelompokkan ke dalam manomaya kosasebagai badan halus manusia yang disebut jugasuksma sarira. Di lapis ini pula terdapatSembilan emosi dasar yang laten adanya padasetiap diri manusia (sthayibhava). Sembilanemosi dasar tersebut yaitu : rati (cinta), hasa(humor), soka (sedih), krodha (marah), utsaha(teguh), bhaya (takut), jugupsa (muak),vismaya (heran), sama (tenang).

Secara epistemologi fluktuasi, fungsipikiran, kegoncangan pikiran karena pengaruhtri guna, emosi dasar itu dapat dikendalikandengan melatih yoga khususnya suryanamaskara. Gerak surya namaskara yangmerupakan perpaduan gerak, pernafasan dankonsentrasi menuntun pikiran terarah, terfokusuntuk membuka selubung atau lapisan-lapisanyang ada dalam tubuh manusia.

Dalam astangga yoga untuk mengatasisituasi pikiran yang begitu kompleksnyamulailah diterapkan metode tahap pratyaharayaitu menarik indriya dari wilayah sasarannyadan menempatkan dibawah pengawasanpikiran. Bila indriya dapat diawasi oleh pikiranmaka indriya tidak akan berkeliaran padaobyek-obyek yang disenanginya, namun ia akanmengikuti pikiran. Hal ini akan dicapai dengantekun berlatih yoga surya namaskara denganpenuh kesabaran. Penekun yoga suryanamaskara hendak membebaskan atau tidakterikat dari pengaruh indriya, dengan demikianmetode pratyahara yang menjadi syarat adalahmelepaskan alat-alat indriya dari nafsunyamasing-masing dan membebaskankegoncangan pikiran (fluktuasi) dari nafsu-nafsu, sehingga pikiran kembali kepadabentuknya yang murni. Tentang pratyaharaYogasutra II. 54-55 menyebutkan : sva visayaasamprayoga cittasvarupanukaraivendriyani pratyaharah (Pratyahara terdiridari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunyamasing-masing). Pratyahara hendaknyaditujukan kepada Tuhan dan dibimbing olehTuhan dengan tujuan untuk melepaskan alat-alat indriya dari hasrat duniawi. Dengandemikian hendaklah alat-alat indriya itu dikuasaioleh buddhi dan akhirnya buddhi itulah yangharus dikuasai dan diarahkan kepada Tuhan(Tim penyusun, 2003:72).

Pikiran tersebut dalam astangga yogaterus dimurnikan hingga menemukan diri yangsejati (atma) maka dari itu tahap selanjutnyayaitu : dharana dan dhyana. Dharana artinyamemegang dan memusatkan pikiran padasasaran yang dinginkan. Yogasutra III.1 Desabandhas cittasya dharana (dharana ialahpemusatan pikiran pada obyek (tempat)tertentu). Sasaran yang dinginkan itu dapatdiambil darai badan dan obyek lainnya sepertiarca, bulan, matahari bunga dan sebagainya.Kemampuan untuk memegang pikiranhendaklah tetap terpusat pada suatu obyekadalah merupakan suatu ujian memasukitingkatan yoga yang lebih tinggi.

Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Page 8: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

86 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Sedangkan dhyana berarti aliran pikiranyang tenang pada suatu obyek tanpatergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Halini menyebabkan seseorang memiliki gambaranyang jelas tentang bagian-bagian dari obyekrenungannya. Dalam Yogasutra III. 2 : Tatrapratyayaiikatananta dhyanam (pikiranmemusat tak putus-putusnya menuju tujuanitulah dhyana). Pikiran terus diarahkan menujusuatu tujuan (Tuhan), seperti aliran air sungaimengalir terus-menerus kelaut, maka kesadarandiri seluruhnya mengalir terus-menerus kea rahTuhan atau Diri Yang Agung. Apabila itu terjadiitulah yang dinamakan dhyana. Denganpranayama terbuanglah kotoran badan,kotoran buddhi, dengan pratyaharaterbuanglah kotoran ikatan, dengan dhyanadihilangkan segala apa yang berada diantaramanusia dan Tuhan. Dengan demikian aspekyang lebih halus dalam tubuh (suksma sarira)yaitu manah (pikiran) terus dikendalikan dandimurnikan dengan jalan pratyahara, dharanadan dyana (raja yoga).

2.4 Teologi Dalam Yoga Istilah teologi berasal dari berasal dari

bahasa Yunani, yaitu kata theologia. Theosberarti Tuhan dan logos berarti wacana atauilmu. Secara etimologis teologi berarti ilmutentang Tuhan. Aristiteles adalah filsuf pertamayang menganggap teologi sebagai sebuahdisiplin dan mengidentikkannya dengan filsafatpertama yang tertinggi dari semua ilmu teoritis,suatu studi yang kemudian bernama metafisika.Akan tetapi kemudian dipandang sebagaibagian dari metafisika yaitu disiplin yangmempelajari prinsip semesta yang terakhir, yaitu: Tuhan : hakekat, keberadaan dan aktivitas-Nya (Yasa, 2009:9).

Tuhan dalam ajaran yoga berbeda dengansamkhya, yoga mengakui adanya Tuhan.Adanya Tuhan dipandang lebih bernilai praktisdaripada bersifat teori dan merupakan tujuan

akhir samadhi yoga. Dengan demikian makayoga bersifat teori dan praktek dalam hubunganTuhan. Menurut ajaran yoga Tuhan itu adalahroh tertinggi yang mengatasi roh perseorangandan bebas dari segala cacat. Ia adalah adasempurna kekal abadi, berada di mana-mana,maha kuasa dan maha tahu. Tuhan adalah rohyang abadi tidak tersentuh oleh duka cita. Iaadalah penguasa tertinggi dunia ini, yangmempunyai pengetahuan tak tertabatas,kekuatan tak terbatas yang membedakan ia daripribadi-pribadi yang lain (Sura, 1991 : 34-35).

1. DwaitaDalam ajaran yoga Tuhan disebut Iswara.

Yogasutra I. 23 dan 25 Isvarapranidhanadva(sujud kepada Iswara), Tatra niratisayamsarvajnatvabijam (Pada-Nya (Iswara) benihserba tahu itu berada pada puncaknya.Kemudian lebih lanjut II. 45 disebutkansamadhi siddhir Isvarapranidhanat (baktikepada Iswara muncullah samadhi sempurna).Hakekat Iswara inilah yang menjadi konsepketuhanan dalam ajaran yoga.

Sebelum masuk mengenai ajaranketuhanan dalam yoga di mana Iswara yangmenjadi puncaknya, sebagaimana diketahuibahwa samkhya dan yoga berhubungan erat.Samkhya menjelaskan secara teoritis evolusisemesta sedangkan yoga lebih bersifat praktis.Maka dari itu dalam Bhagawadgita bab II sloka11-15 Sri Krsna memulai dengan samhkya-yoga memberi penjelasan pada Arjuna akanbedanya badan dengan jiwa, agar tidakbersedih hati pada apa yang abadi. Lebih lanjutBhagawadgita V. 4 menyebutkan :

Samkhyayayogau prthag balahPravadanti na panditakEkam apy ashitah samyagUbhayor vindate phalam

Artinya :Anaklah yang mengatakan samkhya danyoga berbeda,

Page 9: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

87

bukan orang arif dan bijaksana.Ia yang melaksanakan salah satu darinya,Sungguh memetik pahala keduanya.Sistematika berpikir samkhya yaitu dualis

(binari) sedangkan kalau yoga menempatkanIswara dipuncaknya. Baik samkhya dan yogamembahas asas dualis purusa dan prakrti,antara roh dan bukan roh, antara sejati denganyang khayal, antara yang kekal dan berubah(Narayana, 1996 : 156). Purusa adalahkesadaran murni. Purusa adalah roh, spirit,subyek, yang mengetahui. Ia bukan tubuh,bukan pula indriya-indriya, ia bukan pikiran(manas), bukan pula ego (ahangkara), bukanpula intelek (buddhi). Purusa sendiri adalahkesadaran murni dan transendental. Purusaadalah pengetahuan tertinggi yang meruapakanfondasi semua pengetahuan. Ia adalah subyekmurni dan karena hakekatnya yang demikiania tidak pernah dapat menjadi suatu obyekpengetahuan. Ia adalah saksi diam,terbebaskan, penglihat yang netral.

Sedangkan prakrti dalam samkhya dariakar kata pra yang berarti sebelum ataupertama dan akar kata kr yang berartimembuat atau menghasikan. Prakrti berartiyang ada sebelum segala sesuatu dihasilkan,sumber pertama dari semua benda. Bahan asaldari semua benda menyebar dan ke dalam manasemua benda akhirnya kembali. Jadi ia adalahsebab tak tersebabkan. Ia adalah hakekatmateri yang juga independen seperti purusa.Adanya mutlak sangat halus dan misterius (Ibid,2002 : 51). Dalam kontek yoga memahami duahakekat tersebut perlu berhati-hati untukmenuju jenjang berikutnya. Krsnapun dalammemberi wejangan pada Arjuna secarabertahap atau berjenjang. Secara perlahanKrsna mulai memutar balikkan kesadaranArjuna, yang semula pikiran Arjuna berkiblatduniawi diarahkan menjadi kiblat spiritual.Arjunapun mulai memahami bahwa purusamerupakan azas ketuhanan yang menjadijiwanya (Yasa, 2005:13).

Memutar balikkan kesadaran menujuketataran pemahaman berikutnya perlu lebihhati-hati. Arjuna Wiwaha X.1.2 amuter tuturpinahayu (memutar balikkan kesadaran)maksudnya adalah menekuni ajaran suci danyoga. Lebih lanjut Arjuna Wiwahamenyebutkan : ring angembeki yoga kitengsakala (pada orang melakukan yoga Engkauakan menampakkan diri). Supaya SangSangsat metu, Siwa menampakkan wujudnyatentu yoga adalah metodenya.

2. WasisthadwaitaJenjang selanjutnya dalam yoga adalah

mencari puncak Iswara, dari tataran dwaita(purusa dan prakrti) menuju wasistadwaita(Iswara yang bersifat). Namun Iswara yangtunggal masih bersifat. Dalam Yogasutra I.25Tatra niratisayam sarvajnatvabijam (Iswara benih serba tahu itu beradadipuncaknya). Jelaslah bahwa Iswaramempunyai sifat serba tahu, dalam Aji Sangkyasifat Siwa ini disebut jnana sakti (serba tahu)berada pada tataran Sadasiwa. Krsnapundalam Bhagawadgita mulai memberi wacanaTuhan sebagai Iswara sebagai penguasa alamsemesta beserta isinya. Walau aku kekal, takterlahirkan, Aku adalah Iswara dari semuamahluk, Aku menjadikan diriku sendiri, Lahirdengan maya-Ku (Bhagawadgita, IV. 6).

Dengan mencermati “Aku menjadikandiriku sendiri lahir dari mayaku” maka padatataran ini Aku dipahami menjadi bersifat yaknidisifati oleh maya-Nya sendiri artinya Iabereksistensi dengan maya-Nya sendiri. Iamenyatakan keberadaan-Nya dengan dayailusi-Nya sendiri, ini berarti segala yang tampaknyata beranekaragam ini adalalah semata jadi-Nya sendiri, yang eka tampaknya sajaberanekaragam. Pemahaman yang binaridituntun kepemahaman penyatuan dualis, Akumenjadikan diriku lahir dengan maya-Ku. Akudipahami bertindak dengan kehendak-Nyasebagai jiwa dan maya sebagai badan.

Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Page 10: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

88 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Masuk tataran ini perlulah berhati-hati,terlebih-lebih pikiran masih terbelenggu maya.Lontar Siwaistis Bhuwana Kosa patalahpratama menyebutkan : prayatna ta kita (16),yatna ta sira (21), yatna nira (22), mengetsira tan cala, meweh sira kawruhaknadening nina jnana (10). Yogasutra III. 6 :Tasya bhumisu viniyogah (pelaksanaannyatahap demi tahap). Kata yatna (hati-hati,waspada) bahwa dalam memahami danmenemukan Iswara perlu berhati-hati, tahapdemi tahap (astangga yoga) .

Memahami konsep teologis yang dwaitamenuju wasisthadwaita dalam ajaran yogaagar mantap dengan pikiran terkonsentrasihanya dalam renungan Iswara(Iswarapranidhana). Purusa dan prakrtiserta tattwa dibawahannya semua itu adalahIswara adalah asal dan Sang Penguasa.Yogasutra I. 24 : Klesakarmavipakasayairaparamrstah purusa viseso Ivarah(Isvara adalah purusa yang istimewa yang luputdari klesa, karma, hasil perbuatan dankeinginan). Pemahaman ajaran ke non-dualisterbatas (wasisthadwaita) dalam Yogasutramaupun Bhagawadgita bahwa di atas semuaitu Iswara adalah asal dan penguasa prakrtidari unsur yang halus hingga yang kasar. Iswarajuga dipahami sebagai asal mula, pemelihara,dan pelebur semua tercipta.

3. AdwaitaPemahaman ajaran ketuhanan menurut

Hindu adalah pemahaman yang berjenjang dariwasisthadwaita menuju adwaita. Pemahamanselanjutnya adalah perburuan hekakat Iswarasebagai puncak dari ajaran yoga. Yogasutra I.27 bahwa wujud Iswara dalam kata adalahOm ( Tasya vacakah pranawah). YogasutraI.28 Mengulang-ulang suara ini dan meditasiitulah hendaknya dikerjakan (Tajjapastadartha bhavanam). Jelas disebutkan bahwawujud Iswara dalam kata adalah Om, untukbisa menyatu dengan Om tersebut adalahdengan cara japa (mengulang-ulang) artinya

tekun, sujud, terkonsentrasi pada Iswara(Iswarapra-nidhana). Teologi Om ini yangyang perlu diungkap untuk masuk ketataranadwaita. Om merupakan pangringkesdasaksara, pancaksara, tri aksara, dwiakasa (kuncup). Lontar Siwaistis BhuwanaKosa menuntun pemahaman spiritual dariramya menuju sunya (dwita ke adwaita)evolusi kata Om diterangkan :

Ikang windu metu sakeng nada, iakangardhacandra dadi sakeng windu, ikangongkara mijil saking ardhacandra

Artinya :Windu muncul dari nada, arddhacandramuncul dari windu, ongkara muncul dariarddhacandra (Bhuwanakosa.8.20).Jelas tampak proses munculnya (metu)

ongkara dari unsur atau yang halus menjadiasan yang kasar. Yoga memutar balikkan(amuter) dari asas kasar ke halus (fisio keteologi). Dalam Bhuwanakosa dijelaskansebagai berikut :

Ikang ongkara lina ring ardhacandra,arddhacandra lina ring windu, windulina ring nada, ikang nada lina ringniskala.

Artinya :Ongkara lenyap pada arddhacandra,arddhacandra lenyap pada windu,windu lenyap pada nada dan nada lenyappada niskala (Bhuwanakosa 8.20).Pemahaman ketuhanan ini menuntun secara

bertahap dari tataran dwaita ke adwaita.Samkhya secara jelas berbicara dualis (purusadan prakrti), lontar Wrspatitattwa danTattwajana juga dualis (cetana-acetana).Akan tetapi ajaran yoga menuntun ketataranpuncak yang disebut adwaita bahwa yangesensi itu tidak dua, tetapi tunggal yang disebutIswara. Lontar Bhuwanakosa danJnanasiddhanta menyebutnya Siwa. Padatataran puncak tidak ada perbedaan antarapurusa dan prakrti, siwatattwa dengan mayatattwa. Keduanya sunya dan niskala, jikadibedakan berarti masuk ketataran dwaita.

Page 11: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

89

Realitas sejati yang tunggal yang menjadisumber segala ini diterangkan dengan katasunya “sunyi” dan niskala, tidak terbagi,inmaterial dan gaib. Ia yang sunya, niskala inilahyang dicari oleh penekun yoga dengan sikapdan prilaku diam tenggelam dalam samadhi.

Samadhi adalah persatuan sempurna dariyang dicintai, pecinta dan kecintaan, suatukeadaan kelupaan segalanya, suatu keadaanperesapan yang lengkap. Maitri Upanisad VI.34 (dalam tim Penyusun, 2003:75) disebutkantentang samadhi :

Sebagai api yang kehabisan bahan bakar,terpadamlah dalam sumbernya sendiri.Demikian pikiran yang kehilangan aktivitasnya,terpadamlah dalam sumbernya sendiri. Menjaditerpadam dalam sumbernya sendiri karenabuddhi mencari yang sejati. Bagi seorang yangterlihat oleh hal-hal indriya, menyusullahkekuatan yang palsu. Dengan noda-nodabuddhi dicuci melalui pemusatan, alangkahbahagianya dia yang memasuki atman, takmungkin menguraikannya dengan bahasa,orang harus mengalaminya dalam bathin.

Pencapaian tingkat samadhi akanmengalami kebahagiaan yang tidak dapatdiuraikan dengan kata, bahasa, kecuali harusdialaminya sendiri dalam batinnya. Dengandemikian samadhi bukan lagi pengendalianpikiran pada tahap-tahap sebelumnya. Tahap-tahap yang mendahului hanya sarana untukmencapai tujuan akhir.

III. KESIMPULANPengetahuan spiritual yoga dipraktekkan

secara bertahap pertama bahwa bahwapemahaman secara fisiologis yaitu belajar yogatidak mengingkari keberadaan tubuh, tubuhdiolah agar sehat dengan asana danpranayama. Kemudian berjenjang tahap yanglebih halus yaitu pikiran (manah) sebagairajendriya berfungsi mengendalikan indriyabawahannya (dasendriya) dengan praktekpratyahara, dharana, dhyana. Kemudian

untuk menunggal, menyatu dengan Iswara(Tuhan) maka samadhi menuntun dari tatarandwaita, wasithadwaita dan adwaita. Ditingkat samadhi tentu hal yang dialami sangatlahprivat, individual dalam bathin yang tidak bisadiuraikan dengan bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Mantra, I.B. 2000. Bhagawadgita. Denpasar: Pemerintah Propinsi Bali.

Mehta, Rohit. 2005. Bertemu Tuhan DalamDiri . Denpasar : Sarad

Pudharta, Ida Bagus dkk. 2002. Kamus IstilahAgama Hindu. Denpasar : PemerintahDaerah Tingakt I Bali.

Putra, I.G.A.G dan Sadia, I Wayan. 1998.Wrhspatitattwa. Surabaya : Paramita.

Rangathananda, Swami. 1993. SuaraVivekananda. Bandung : HanumanSakti.

Sarasvati, 2002. Asana, Pranayama, Mudra,Bandha. Surabaya : Paramita..

Saraswati, Swami Satya Prakas. 1996.Patanjali Raja Yoga alih BahasaJ.B.A.F Mayor Polak. Surabaya :Paramita.

Sarkar, Prabhat Ranjan. 2003. PsikologiYoga. Jakarta : Ananda Marga.

Soebadio, Haryati. 1971. Jnanasiddhanta.Jakarta : Djambatan.

Suata, Putu Gede. 2001. Kumpulan WedaPuja Pitra Siwa. Denpasar : DinasKebudayaan Provinsi Bali.

Sura, I Gede. 1991. Samkhya Yoga. Denpasar: Kungkungan

Swami Rama. 2002. Hidup dengan Para Rsi,Yogi Himalaya. Surabaya : Para

Tim Penyusun, 2003. Siwatattwa. Denpasar :Pemerintah Propinsi Bali

Pengetahuan Spiritual Yoga | I Nyoman Dayuh

Page 12: PENGETAHUAN SPIRITUAL YOGA - IHDN

90 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Utama, Budi I Wayan, 2009. Galungan : DariTradisi Agraris Menuju TradisiMetropolis. Denpasar : UNHI.

Yasa, I Wayan Suka. 2006. Yoga MargaRahayu. Denpasar : Widya Dharma

—————, I Wayan Suka. 2005. MakalahBrahma Widya Dalam Bhagawadgita: Dwaita-Wasisthadwaita-Adwaita.Denpasar : Universitas Hindu Indonesia.

—————, 2009. Brahma Widya TeksTattwa Jnana. Denpasar : Fakultas IlmuAgama UNHI.

Vivekananda, Swami. 2006. Vedanta GemaKebebasan. Surabaya : Paramita.

Zoetmulder, P.J, 2000. Kamus Jawa Kuno-Indonesia. Jakarta : PT Gramedia..