pengembangan potensi hutan mangrove...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE
UNTUK TUJUAN EKOWISATA DI DESA MUARA
KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG
QULDINO TAQWA SUNGKAWA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Potensi
Hutan Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Quldino Taqwa Sungkawa
NIM E14100094
ABSTRAK
QULDINO TAQWA SUNGKAWA, Pengembangan Potensi Hutan
Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara, Kecamatan Teluknaga,
Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh IIN ICHWANDI.
Hutan mangrove yang memiliki fungsi utama sebagai pencegah abrasi,
perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi air laut, dan sebagai penghasil
energi, beberapa tahun terakhir banyak dikonversi menjadi lahan non hutan seperti
pertanian dan perikanan. Oleh karena itu perlu usaha penyelamatan hutan
mangrove yaitu salah satunya dengan pengembangan ekowisata hutan mangrove
yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan
potensi ekowisata hutan mangrove di Desa Muara melalui identifikasi persepsi,
motivasi, dan minat masyarakat di Desa Muara dan pengunjung terhadap
pengembangan ekowisata hutan mangrove. Metode yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa
hutan mangrove di Desa Muara memiliki potensi lokasi wisata berupa wisata
pemancingan, berperahu dan menikmati keindahan alam hutan mangrove.
Persepsi sebagian masyarakat mendukung adanya pengembangan wisata hutan
mangrove di Desa Muara karena dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Sementara itu, persepsi pengunjung terhadap hutan
mangrove menyatakan kekagumannya terhadap keindahan alam hutan mangrove
Desa Muara, namun fasilitas umum dianggap masih kurang baik. Minat sebagian
besar pengunjung adalah berperahu dan memancing di lokasi wisata alam hutan
mangrove di Desa Muara.
Kata kunci: ekowisata, hutan mangrove, potensi
ABSTRACT
QULDINO TAQWA SUNGKAWA, Mangrove Forest Development
Determined to Ecotourism in Muara, Teluknaga, Tangerang. Supervised by IIN
ICHWANDI.
Mangrove forest which has a primary function to prevent abrasion,
protection against wind, sea water intrusion prevention, and as an energy
producer, in the last few years many have been converted to non-forest land, such
as agriculture and fisheries. Therefore it is necessary for an attempt to save
mangrove forests one of them is by developing environmental concept based
mangrove forest ecotourism. This research aims to develop the potential
ecotourism of mangrove forests in Muara Village, through identification of
perception, motivation, and interest of the people in Muara Village and visitors to
mangrove forest ecotourism development. The methods used were interviews,
observation, and literature studies. The results of the research shows that Muara
Village mangrove forests have the potential of tourist sites such as fishing,
boating and enjoying the natural beauty of the mangrove forest. Perception of
some of the community supports the tourist development of mangrove forests in
Muara Village because there motivated to improve people's welfare. Meanwhile,
the perception of visitors to the mangrove forests is expressed in their admiration
for the natural beauty of Muara Village mangrove forests, but public facilities are
considered unfavorble. Interest of most visitors is boating and fishing in the
mangrove forest of natural tourist sites in Muara Village.
Keywords: ecotourism, mangrove forest, potential
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE
UNTUK TUJUAN EKOWISATA DI DESA MUARA
KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG
QULDINO TAQWA SUNGKAWA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini adalah hasil penelitian yang berlangsung pada bulan
Juni sampai dengan Juli 2014, dengan judul “Pengembangan Potensi Hutan
Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Iin Ichwandi, MSc
selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis, kepada Bapak, Ibu, Teteh dan Agis, serta seluruh keluarga besar
atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya, kepada Winda A, Maya, Farikh,
Desi, Ajeng, Winda L, Advent, Fitha, Mba Qory serta teman-teman Manajemen
Hutan 47 terimakasih sudah membantu dalam pembuatan skripsi ini, dan seluruh
Masyarakat Desa Muara atas bantuan yang diberikan secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses pengambilan data di lapangan, dan seluruh pihak
yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi
banyak pihak. Penulis pun mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
karya ilmiah ini.
Bogor, Mei 2015
Quldino Taqwa Sungkawa
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pikir 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Alat dan Bahan 3
Metode Penelitian 3
Jenis dan Pengolahan Data yang Dikumpulkan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Gambaran Umum 5
Hutan Mangrove Desa Muara 7
Kegiatan Ekowisata Desa Muara Yang Sudah Ada 9
Masyarakat Desa 13
Pengunjung Lokasi Ekowisata 15
Potensi Wisata Desa Muara Yang Dapat Dikembangkan 17
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 2 2 Peta lokasi penelitian 5 3 Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara 7 4 Jenis tumbuhan mangrove di Desa Muara (a) Rhizophora mucronata (b)
Avicennia sp 8 5 (a) Kondisi sebelum penanaman mangrove (b) sesudah penanaman
mangrove 9 6 Lokasi Pemancingan Classic 10 7 Kuliner khas Desa Muara (a) Box kemasan bandeng presto crispy duri
lunak (b) Menu Bandeng crispy duri lunak 11 8 Lokasi parkir Desa Muara 12
9 Kegiatan berperahu di Desa Muara 12 10 Aktivitas pengunjung di lokasi pemancingan 17 11 Perahu yang sudah dimodifikasi 18
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan teknik pengumpulan data 4 2 Penggunaan lahan Desa Muara 6 3 Mata pencaharian masyarakat Desa Muara 7 4 Data lokasi pemancingan di Desa Muara 10 5 Karakteristik masyarakat yang terpilih menjadi responden 13
6 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove
Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan kelompok umur 14 7 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove
Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan status pekerjaan 14 8 Motivasi responden terhadap pengembangan ekowisata di Desa Muara 15 9 Minat usaha masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa
Muara 15
10 Karakteristik pengunjung yang terpilih menjadi responden 16 11 Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di
Desa Muara 16 12 Minat pengunjung 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial
di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
(Soerianegara 1987). Hutan mangrove memiliki fungsi antara lain, pencegah
abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi air laut, dan sebagai
penghasil energi (Ghufran dan Kordi 2012). Namun beberapa tahun terakhir hutan
mangrove banyak dikonversi menjadi lahan non hutan seperti pertanian dan
perikanan.
Salah satu kawasan hutan mangrove yang dikonversi menjadi lahan non
hutan adalah kawasan hutan mangrove di Desa Muara. Desa Muara termasuk
kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang yang memiliki hutan mangrove
seluas 25 ha dan ditumbuhi tanaman bakau dan api-api. Namun, hutan mangrove
yang terdapat di desa tersebut setiap tahun semakin berkurang luasannya karena
dikonversi menjadi lahan pertanian rumput laut, sawah dan lahan tambak.
Kerusakan hutan mangrove tersebut berdampak pada masyarakat Desa Muara
yang semakin kekurangan sumber air bersih dan rumah mereka tergenang setiap
kali air laut pasang.
Rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove perlu dilakukan untuk
mengatasi permasalahan kerusakan hutan mangrove dengan melibatkan banyak
pihak, antara lain masyarakat Desa Muara, pemerintah setempat, pihak swasta dan
stakeholder lainnya. Kondisi suatu hutan sangat tergantung pada kondisi sosial
ekonomi masyarakat disekitarnya. Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat sekitar
sangat menentukan kondisi suatu kawasan hutan saat ini dan dimasa depan. Pihak
swasta dapat membantu kegiatan rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove
melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Bentuk pengelolaan
hutan mangrove salah satunya adalah pengelolaan dan pengembangan ekowisata
hutan mangrove.
Ekowisata hutan mangrove di Desa Muara berpotensi untuk dikelola dan
dikembangkan karena hutan mangrove di Desa Muara memiliki pemandangan
alam yang mampu menarik perhatian masyarakat dan lokasinya berada dekat
dengan Kota Jakarta. Ekowisata hutan mangrove di Desa Muara dapat
dikembangkan dengan upaya pengelolaan dan rencana program sistematis agar
kawasan Hutan Mangrove Desa Muara berkembang menjadi objek wisata
unggulan di Kabupaten Tangerang yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi nilai potensi mangrove sebagai
objek wisata di Desa Muara.
Kerangka Pikir
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan
lingkungan. Masyarakat Ekowisata (Lash 1997) mengartikan ekowisata sebagai
perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Penelitian
pengembangan ekowisata Hutan Mangrove di Teluknaga didekati melalui
pendekatan karakteristik yaitu supply dan demand ekowisata. Karakteristik supply
2
terdiri dari potensi sumber daya hutan mangrove dan masyarakat desa, sedangkan
karakteristik demand diukur melalui jumlah pengunjung. Secara rinci kerangka
pikir dari penelitian ini di tunjukkan pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata
yang terdapat di Desa Muara Kecamatan Teluknaga, sebagai daya tarik ekowisata
hutan mangrove yang berwawasan lingkungan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai potensi
ekowisata yang dapat dikembangkan dalam upaya pelestarian hutan mangrove di
Supply
Potensi sumber
daya ekowisata
Mangrove
Demand
Masyarakat desa Pengunjung
Potensi hutan
mangrove
Desa Muara
Kegiatan
wisata yang
sudah ada
Potensi
wisata yang
dapat di
kembangkan
Karakteristik
Persepsi
Motivasi
Minat
Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Muara
Pengembangan Ekowisata Mangrove di
Desa Muara
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Karakteristik
Persepsi
Minat
Gambaran
umum
Lokasi
Aksesibilitas
Penggunaan
lahan
Iklim
Sosial
ekonomi
masyarakat
3
Desa Muara. Adanya pengembangan ekowisata di Desa Muara diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Muara.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2014
di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
sebagai panduan wawancara, alat tulis, alat rekam, kamera dan laptop yang
dilengkapi, Microsoft Excel,Microsoft Word, ArcMap GIS 9.3, Google Earth
untuk pengolahan data.
Metode Penelitian
Pengambilan data dilakukan melalui tiga metode yaitu wawancara,
observasi, dan studi pustaka. Wawancara dalam pelaksanaannya dilakukan secara
terstruktur terhadap 80 orang responden dan wawancara tidak terstruktur dengan
pihak-pihak terkait (Kepala Desa Muara, staf Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tangerang, dan staf Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-
Ciliwung). Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi Hutan Mangrove di
Desa Muara dan studi pustaka digunakan untuk mendukung kegiatan penelitian.
Sasaran penelitian ini yaitu masyarakat Desa Muara dan pengunjung wisata
Desa Muara. Responden berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang masyarakat
Desa Muara dan 40 orang adalah pengunjung. Penentuan jumlah sampel
responden yang diambil berdasarkan standar penelitian survei minimal berjumlah
30 orang (Singarimbun dan Effendi 1987). Pemilihan responden tersebut
dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan contoh
yang dipilih secara sengaja untuk tujuan tertentu.
Jenis dan Pengolahan Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan wawancara dengan
pihak-pihak terkait (Kepala Desa Muara, staf Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tangerang, dan staf Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-
Ciliwung). Data sekunder adalah data yang didapatkan dari instansi terkait berupa
luas hutan yang berada di Kecamatan Teluknaga, luas penggunaan lahan di Desa
Muara, dan laporan kegiatan rehabilitasi mangrove oleh PT Pertamina.
Data hasil wawancara terstruktur di sajikan dalam bentuk tabulasi.
Sementara data hasil wawancara tidak terstruktur, observasi, dan studi pustaka
4
diolah dan dianalisis secara deskriptif. Jenis dan pengolahan data dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data
Jenis data Data
Teknik
pengumpulan
data
Sumber data Pengolahan
data
Primer 1. Gambaran umum
Desa Muara
meliputi
aksesibilitas
2. Potensi
sumberdaya
ekowisata meliputi
potensi hutan
mangrove Desa
Muara, kegiatan
wisata yang sudah
ada, potensi wisata
yang dapat
dikembangkan
3. Karakteristik,
persepsi, motivasi,
dan minat
masyarakat Desa
Muara terhadap
pengembangan
ekowisata hutan
mangrove di Desa
Muara
4. Karakteristik,
persepsi, dan minat
pengunjung
terhadap
pengembangan
ekowisata hutan
mangrove Desa
Muara
Observasi
lapang,
wawancara.
Masyarakat,
pengunjung
Analisis
deskriptif
Sekunder 1. Gambaran umum
Desa Muara
meliputi lokasi,
penggunaan lahan,
iklim, dan sosial
ekonomi
masyarakat.
Laporan
rekapitulasi
penanaman Hutan
Mangrove Desa
Muara
Studi literatur PT Pertamina Analisis
deskriptif
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Lokasi
Desa Muara secara geografis terletak di 106º 40’ 00” - 106º 42’ 20” BT
dan 06º 01’ 15” - 06º 02’ 40” LS, sedangkan secara adminstratif terletak di
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Badan Informasi Geospasial, Desa Muara memiliki luas 505 ha.
Desa Muara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 40 m dari
permukaan laut dengan suhu udara 27-33 oC. Batasan Desa Muara yaitu: - Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. - Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa/Desa Lemo. - Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lemo.
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir.
Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Desa Muara ini dapat dicapai melalui beberapa jalur
diantaranya:
1. Kota Bogor – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dengan jarak 87
km dapat ditempuh dalam waktu 2.5 – 3 jam dengan kendaraan roda empat.
2. DKI Jakarta (Jakarta Barat) – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang
dengan jarak 31 km dapat ditempuh dalam waktu 1 – 2 jam dengan kendaraan
roda empat.
3. Kota Tangerang – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dengan jarak
23 km dapat ditempuh dalam waktu 1 jam baik dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat.
6
Menuju Desa Muara hanya dapat diakses menggunakan ojek atau kendaraan
pribadi dengan melewati Desa Lemo. Tiket masuk ke Desa Lemo yang harus
dibayarkan pengunjung sebesar Rp 5000/mobil atau Rp 3000/motor dan saat
memasuki perbatasan Desa Lemo dengan Desa Muara pengunjung dikenakan
biaya tiket masuk kembali dengan harga yang sama. Hasil dari pembayaran tiket
masuk digunakan untuk kegiatan pembangunan desa, seperti pembangunan dan
pemeliharaan masjid, uang kas desa, dan perbaikan jalan desa yang dikelola oleh
Karang Taruna Desa Lemo dan Desa Muara.
Penggunaan Lahan
Desa Muara memiliki luas sebesar 505 ha yang dibagi menjadi tambak,
sawah, permukiman warga, dan mangrove. Penggunaan lahan di Desa Muara
didominasi oleh tambak seluas 272.65 ha dan sawah seluas 148.19 ha. Luasan
masing-masing jenis penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Penggunaan lahan Desa Muara
Jenis lahan Luas (ha) Persentase (%)
Tambak 272.65 53.99
Sawah 148.19 29.35
Pemukiman warga 58.29 11.54
Mangrove 25.87 5.12
Jumlah 505.00 100.00
Sumber: BAPPENAS (2013)
Sumber penghasilan utama masyarakat Desa Muara berasal dari hasil
tambak. Hal tersebut menyebabkan sebagian masyarakat mengkonversi hutan
mangrove menjadi tambak. Banyaknya hutan mangrove yang telah dikonversi
menjadi tambak seluas lebih dari 150 ha, sehingga hutan mangrove yang masih
tersisa seluas 25.87 ha. Hutan mangrove tersebut tersebar di wilayah sekitar
tambak, kanan kiri sungai, dan pesisir pantai.
Iklim
Desa Muara memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau.
Kecepatan angin yang bertiup di Desa Muara adalah 4–5 knots dan curah hujan
rata-rata 200–400 mm/bulan. Desa Muara merupakan wilayah dengan suhu yang
relatif panas yaitu sekitar 35.40 C pada bulan Oktober dan Desember, sedangkan
suhu terendah pada bulan Agustus yaitu sekitar 20.20 C. Rata-rata kelembaban
udara dan intensitas matahari sekitar 78.0% (BAPPEDA 2013).
Sosial Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan data dari BAPPEDA (2013) Desa Muara terdiri dari 8 dusun, 8
rukun warga (RW) dan 22 rukun tetangga (RT). Keadaan sosial ekonomi erat
kaitannya dengan sumber pencaharian penduduk. Jumlah penduduk Desa Muara
sampai bulan Maret 2014 tercatat sebanyak 3494 jiwa, terdiri dari 1796 jiwa laki-
laki dan 1698 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 979 Kepala
keluarga. Umumnya, mata pencaharian penduduk Desa Muara yaitu buruh/swasta,
nelayan, petani, sedangkan sebagian kecil adalah pegawai negeri sipil dan
pengusaha. Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok dapat dilihat
pada Tabel 3.
7
Hutan Mangrove Desa Muara
Menurut BAPPEDA (2013) Hutan Mangrove Desa Muara termasuk dalam
kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk areal yang berfungsi sebagai
fasilitas umum sekaligus areal konservasi. Ruang Terbuka Hijau mempunyai
beberapa fungsi antara lain ekologi kota, sosial ekonomi masyarakat, dan estetika.
Saat ini lahan hutan mangrove Desa Muara sudah banyak terkonversi menjadi
lahan tambak ikan. Hal ini berakibat pada munculnya keinginan masyarakat
melakukan rehabilitasi mangrove di Desa Muara.
Hutan mangrove Desa Muara termasuk dalam hutan lindung yang berada di
Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tangerang. Berdasarkan laporan hasil
Rekapitulasi Penanaman oleh PT Pertamina (2014), hutan mangrove Desa Muara
seluas 25.87 ha memiliki jumlah 1321 pohon dengan jenis mangrove yaitu, bakau
merah (Rhizophora mucronata), bakau kurap (Rhizophora stylosa), bakau minyak
(Rhizophora apiculata), dan api-api (Avicennia sp.). Hutan mangrove di Desa
Muara tersebar di beberapa lokasi antara lain tambak, kanan kiri sungai, dan
sekitar pantai. Gambar 3 menunjukan lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara.
Gambar 3 Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara
Tabel 3 Mata pencaharian masyarakat Desa Muara
Mata pencaharian pokok Jumlah penduduk
Buruh/Swasta 1280
Pegawai negeri sipil (PNS) 5
Pengrajin 20
Pedagang 75
Nelayan 495
Pengusaha 2
Petani 133
8
Gambar 3 menunjukan bahwa lahan hutan mangrove terbesar berada di
kanan-kiri sungai, sedangkan pada kanan-kiri tambak dan pantai mangrove
menyebar di seluruh kawasan tersebut, namun luasannya tidak begitu besar. Luas
mangrove di kanan-kiri sungai mencapai 0.5-2 ha, sedangkan mangrove pada
kanan-kiri tambak dan pantai seluas <0.5 ha.
Berdasarkan pernyataan dari Kepala Desa Muara, pada tahun 2006
masyarakat mulai mengkonversi hutan mangrove menjadi tambak. Konversi hutan
mangrove tersebut menyebabkan beberapa permasalahan antara lain, abrasi pantai
dan rusaknya hutan mangrove. Namun, pada tahun 2012 masyarakat mulai
melakukan rehabilitasi lahan mangrove di Desa Muara. Kegiatan ini sebagai salah
satu bentuk upaya memperbaiki kerusakan hutan mangrove Desa Muara akibat
adanya konversi lahan mangrove menjadi tambak. Salah satu jenis pohon
mangrove yang ditanam adalah bakau merah (Rhizophora mucronata) seperti
pada Gambar 4.
Sumber : Laporan Pertamina Tahap II (Pertamina 2013)
Gambar 4 Jenis tumbuhan mangrove di Desa Muara (a) Rhizophora mucronata
(b) Avicennia sp
Kegiatan Rehabilitas Mangrove oleh Pertamina
Berdasarkan laporan dari Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(BPDAS) Citarum – Ciliwung (2008), kerusakan hutan mangrove di Kabupaten
Tangerang mencapai 371 ha, salah satunya berada di wilayah Kecamatan
Teluknaga, seluas 118 ha. Rehabilitasi perlu dilakukan pada areal tersebut agar
fungsi dan manfaat hutan mangrove dapat dirasakan oleh masyarakat.
Desa Muara bekerjasama dengan PT Pertamina melakukan kegiatan
rehabilitasi mangrove yang berbasis masyarakat untuk menangani masalah
kerusakan hutan mangrove. Masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pembuatan
bibit dan penanaman. Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok
penyemai dan kelompok penanam. Masing-masing kelompok terbagi dalam tiga
kelompok kecil yang terdiri dari empat orang dari setiap kelompok kecil. Kegiatan
rehabilitasi tersebut berupa pelatihan terhadap masyarakat dalam pembuatan bibit
mangrove. Selain itu, PT Pertamina juga telah membangun persemaian mangrove
dengan kapasitas 10 000 bibit dan 35 000 bibit, saung semai dengan ukuran
(a) (b)
9
10 x 15 m2. Jenis mangrove yang disediakan oleh PT Pertamina antara lain bakau
(Rhizophora sp.) dan api-api (Avicennia sp.).
PT Pertamina mulai melakukan penanaman pada tahun 2012. Mangrove
yang sudah ditanam oleh PT Pertamina sebanyak 165 055 bibit. PT Pertamina
memberdayakan masyarakat yang berada di kawasan Desa Muara dalam kegiatan
penanaman. Masyarakat yang ikut dalam kegiatan penanaman akan memperoleh
intensif sebesar Rp 50 000/hari – Rp 100 000/hari (PT Pertamina 2013). Kondisi
hutan mangrove sebelum dan setelah penanaman oleh PT Pertamina ditunjukkan
pada Gambar 5.
Upaya yang dilakukan oleh PT Pertamina dalam mendukung kegiatan
rehabilitasi ini adalah melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan yaitu
Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Trisakti. Bentuk kerjasama tersebut
berupa pelatihan bagi masyarakat untuk pembuatan bibit dan penanaman. Selain
itu PT Pertamina, IPB, dan Trisakti melakukan perencanaan untuk membangun
Desa Muara salah satunya adalah perencanaan wisata yang dapat dikembangkan
dari Desa Muara.
Kegiatan Ekowisata Desa Muara Yang Sudah Ada
Wisata Pemancingan
Wisata pemancingan Desa Muara mulai dibentuk pada tahun 2006 oleh
Kepala Desa. Desa Muara awalnya hanya memiliki satu lokasi pemancingan,
kemudian jumlah lokasi pemancingan semakin bertambah menjadi lima lokasi
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Gambar 5 Kondisi tapak (a) sebelum penanaman mangrove tahun 2013 (b)
sesudah penanaman mangrove tahun 2014
(a) (b)
10
Tabel 4 Data lokasi pemancingan di Desa Muara
No Nama pemancingan Ukuran
pemancingan (ha) Kapasitas
pemancingan (orang)
1 Muara Ujung 7 200
2 Classic 5 150
3 Bakul Desa 4 120
4 Muara Indah 2 90
5 Sinar Ujung 2 90
Status kepemilikan lahan pemancingan ikan dimiliki perorangan. Setiap
lokasi pemancingan memiliki saung 18 – 40 unit yang disesuaikan dengan luas
lokasi pemancingan. Saung memiliki kapasitas sebanyak 5 orang/saung yang
disewakan seharga Rp 100 000/saung/hari. Jenis ikan yang ada di pemancingan
relatif sama, yaitu jenis ikan bandeng, kakap, dan kerapuh. Saat ini, pengunjung
pemancingan belum dikenakan biaya tiket untuk memancing, namun bagi
pengunjung yang membawa ikan hasil memancing dikenakan biaya sesuai dengan
harga ikan per kilogram. Jenis ikan bandeng seharga Rp 40 000/kg, ikan kakap Rp
90 000/kg, dan ikan kerapuh Rp 125 000/kg. Selain itu, pengunjung juga dapat
mengikuti lomba memancing yang diadakan pada musim tertentu. Lomba
memancing ini dapat diikuti oleh warga Desa Muara maupun dari luar desa
dengan biaya pendaftaran Rp 30 000/orang. Pemenang dari lomba memancing ini
dapat membawa hasil pancingannya secara gratis. Kegiatan lomba memancing
tersebut baru diadakan di tahun 2010. Salah satu lokasi pemancingan ditunjukkan
pada Gambar 6.
Gambar 6 Lokasi Pemancingan Classic
11
Kedai Kuliner
Desa Muara memiliki kuliner khas yaitu bandeng presto crispy duri lunak.
Bandeng crispy dijual dengan harga Rp 15 000/porsi. Kedai kuliner yang berada
di Desa Muara berjumlah 5 buah kedai dengan kapasitas tampung rata-rata untuk
50 orang. Para penjual makanan khas Desa Muara menyatakan bahwa pendapatan
kotor dari hasil berjualan mereka dapat mencapai Rp 40 juta/bulan. Usaha kuliner
khas ini merupakan salah satu usaha yang dikembangkan karena memberikan
penghasilan yang besar. Bandeng presto crispy ini hanya dapat ditemukan di Desa
Muara. Selain itu lokasi kedai berdekatan dengan hutan mangrove dan jalur
berperahu, sehingga pengunjung dapat menikmati makanan sekaligus menikmati
pemandangan keindahan alam. Kuliner khas Desa Muara ditunjukkan pada
Gambar 7.
Gambar 7 Kuliner khas Desa Muara (a) Box kemasan bandeng presto crispy duri
lunak (b) Menu Bandeng crispy duri lunak
Pengelolahan Lahan Parkir
Salah satu manfaat adanya wisata mangrove bagi masyarakat setempat
adalah menambah lapangan pekerjaan, yaitu usaha parkir. Usaha lahan parkir ini
dilakukan oleh warga yang memiliki lahan cukup luas untuk dimanfaatkan.
Pengelola parkir ini terdiri dari pemilik lahan dan warga setempat. Pemilik lahan
hanya menyediakan lahan parkir sedangkan warga lainnya sebagai penjaga
kendaraan yang di parkir pada lahan tersebut. Pembayaran upah bagi penjaga
parkir dilakukan dengan sistem gaji tetap per minggu. Adapun biaya jasa parkir
pengunjung menggunakan sepeda motor sebesar Rp 5 000/motor dan biaya jasa
parkir untuk mobil sebesar Rp 10 000/mobil. Lahan parkir seluas ± 1 ha tersebut
dapat menampung ± 50 mobil dan 200 motor. Lahan parkir yang luas ini dapat
mendukung kegiatan wisata yang dibuka pada pukul 08.00–16.00 WIB.
Penghasilan rata-rata yang diperoleh dari usaha parkiran sebesar Rp 100 000 – Rp
1 500 000/hari. Lokasi parkiran terdapat di pesisir pantai dan lokasi pemancingan.
Lokasi usaha parkir Desa Muara ditunjukkan pada Gambar 8.
(a) (b)
12
Gambar 8 Lokasi parkir Desa Muara
Berperahu
Kegiatan wisata lainnya yang sudah ada di Desa Muara adalah berperahu.
Pengunjung dapat menggunakan jasa ojek perahu untuk menuju daerah pesisir
pantai atau berkeliling melihat hutan mangrove. Jalur berperahu dimulai dari
Rumah Makan “Pak Dul”, kemudian menyusuri sungai disekitar mangrove
menuju pantai dan berakhir di persemaian. Ojek perahu ini dikelola oleh
masyarakat nelayan yang berada di Desa Muara. Ojek perahu sendiri berjumlah 20
orang tetapi hanya 10 orang yang ada setiap hari untuk melakukan kegitan ojek
perahu ini dan sisanya hanya aktif pada akhir pekan saja. Hal ini dikarenakan
Desa Muara ramai dikunjungi pada akhir pekan. Kegiatan berperahu untuk
memancing dikenakan biaya Rp 10 000 di sekitar pantai, sedangkan jika
berperahu mengelilingi hutan mangrove dikenakan biaya Rp 100 000/perahu.
Pengunjung juga dapat memesan kembali ojek perahu untuk dijemput dari pesisir
pantai. Kegiatan wisata berperahu ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Kegiatan berperahu di Desa Muara
13
Perahu ini dimiliki oleh masyarakat nelayan setempat. Jumlah perahu untuk
kegiatan ojek perahu sebanyak 10 perahu. Pendapatan dari hasil ojek perahu Rp
50 000 – Rp 200 000/hari namun pada akhir pekan sejumlah Rp 300 000 – Rp 800
000/ hari.
Masyarakat Desa
Karakteristik Masyarakat
Karakteristik masyarakat Desa Muara yang diamati dalam penelitian ini
yaitu umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Umur merupakan salah satu
faktor sosial yang diduga dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kematangan dalam bertindak (Conthesa
2015). Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik masyarakat yang terpilih menjadi responden
Karakteristik umur responden dibagi menjadi tiga kategori mengacu pada
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI yaitu responden <21 tahun,
22-50 tahun, dan >50 tahun. Kategori umur responden dalam penelitian ini
didominasi oleh kelompok umur 22 sampai 50 tahun yaitu sebanyak 57.5 %. Hal
ini menunjukan bahwa kategori umur responden berada di usia produktif. Tingkat
pendidikan responden didominasi oleh responden tidak sekolah-SD sebesar
47.5%. Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
persepsi seseorang. Menurut Mauludin (1994), faktor pendidikan dapat dijadikan
sebagai faktor pembentuk persepsi paling baik. Tingkat pekerjaan responden
didominasi oleh responden yang bekerja sebagai nelayan. Hal ini dikarenakan
Desa Muara terletak di pesisir pantai.
Persepsi Masyarakat
Persepsi adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan atau inspirasi
seseorang terhadap objek (Harihanto 2001). Persepsi masyarakat terhadap potensi
hutan mangrove Desa Muara ditentukan berdasarkan kelompok umur dan status
pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara, persepsi masyarakat terhadap potensi
hutan mangrove Desa Muara dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)
Umur <21 tahun
22 – 50 tahun
>50 tahun
9
23
8
22.5
57.5
20.0
Pendidikan Tidak sekolah – SD
SMP – SMA
Diploma – Sarjana
19
14
7
47.5
35.0
17.5
Pekerjaan Petani rumput laut
Nelayan
Wirausaha
13
15
12
32.5
37.5
30.0
14
Tabel 6 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove Desa
Muara sebagai tempat wisata berdasarkan kelompok umur
Umur
(tahun)
Persepsi
Setuju % Ragu –
ragu %
Tidak
setuju %
<21
22 – 50
>50
9
15
3
22.5
37.5
7.5
0
6
2
0.0
15.0
5.0
0
2
3
0.0
5.0
7.5
Jumlah 27 67.5 8 20.0 5 12.5
Persepsi masyarakat Desa Muara yang setuju bahwa Desa Muara berpotensi
menjadi tempat wisata berdasarkan Tabel 6 sebesar 67.5%. Responden yang
setuju didominasi oleh responden berusia 22-50 tahun atau dapat dikategorikan
usia dewasa dan produktif, sehingga responden dapat membaca peluang usaha
apabila hutan mangrove Desa Muara dijadikan sebagai tempat wisata. Sebesar
32.5 % responden menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju dikarenakan
pertimbangan moral. Responden mengkhawatirkan timbulnya dampak negatif
bagi perkembangan moral masyarakat karena adanya perbedaan kultur dari
wisatawan.
Tabel 7 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove Desa
Muara sebagai tempat wisata berdasarkan status pekerjaan
Pekerjaan
Persepsi
Setuju % Ragu –
ragu %
Tidak
setuju %
Petani rumput laut
Nelayan
Wirausaha
4
11
12
10.0
27.5
30.0
5
3
0
12.5
7.5
0.0
4
1
0
10.0
2.5
0.0
Jumlah 27 67.5 8 20.0 5 12.5
Persepsi responden berdasarkan status pekerjaan yang menjawab setuju
didominasi oleh wirausaha dengan persentase sebesar 30.0 %. Responden yang
bekerja sebagai wirausaha memiliki persepsi, jika hutan mangrove Desa Muara
dijadikan tempat wisata akan memberikan keuntungan dan dapat memperluas
jaringan usahanya. Responden yang status pekerjaannya sebagai petani rumput
laut sebanyak 10.0 % menyatakan ragu-ragu karena mereka beranggapan bahwa
masyarakat Desa Muara memiliki watak pemalas.
Motivasi Masyarakat
Motivasi masyarakat merupakan hal yang harus menjadi bahan
pertimbangan dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa
Muara. Hal ini dikarenakan, setiap tindakan manusia digerakkan dan
dilatarbelakangi oleh motif tertentu (Suhaidin 2008). Hasil wawancara terhadap
40 orang responden menunjukan bahwa terdapat tiga motivasi yang
melatarbelakangi masyarakat menyetujui adanya pengembangan ekowisata
mangrove di desa mereka. Motivasi tersebut adalah, meningkatkan taraf hidup,
memperkenalkan Desa Muara, dan menambah pengetahuan. Motivasi masyarakat
terhadap pengembangan ekowisata di Desa Muara disajikan pada Tabel 8.
15
Tabel 8 Motivasi responden terhadap pengembangan ekowisata di Desa Muara
Motivasi masyarakat Jumlah Presentase (%)
Meningkatkan taraf hidup
Memperkenalkan Desa Muara
Menambah pengetahuan
35
4
1
87.5
10.0
2.5
Jumlah 40 100.0
Tabel 8 menjelaskan bahwa motif masyarakat yang paling dominan atas
dukungannya terhadap adanya pengembangan wisata di Desa Muara adalah untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Masyarakat mempunyai persepsi bahwa
apabila kawasan Desa Muara terkenal maka makin banyak wisatawan yang datang
berkunjung dan pendapatan masyarakat pun akan ikut bertambah.
Minat Masyarakat
Minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan hutan
mangrove Desa Muara yaitu minat untuk membuka usaha seperti kedai makanan
dan minuman, jasa transportasi umum, berjualan souvenir dan penginapan.
Sebesar 50.0% responden berdasarkan Tabel 9 berminat mendirikan usaha kedai
makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan kedai makanan dan minuman
merupakan usaha yang tidak memerlukan biaya yang besar dan keterampilan
khusus. Selain itu, potensi kebutuhan pengunjung terhadap makanan dan
minuman cukup tinggi. Minat usaha masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengembangan ekowisata di Desa Muara dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Minat usaha masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Muara
Jenis usaha Jumlah responden Persentase (%)
Kedai makanan dan minuman
Jasa transportasi umum
Berjualan souvenir
Penginapan
20
8
8
4
50.0
20.0
20.0
10.0
Jumlah 40 100.0
Pengunjung Lokasi Ekowisata
Karakteristik Pengunjung
Pengunjung juga memiliki peranan penting dalam pengembangan ekowisata
hutan Mangrove Desa Muara selain masyarkat Desa Muara. Hasil survei
menunjukan bahwa karakteristik pengunjung yang terpilih menjadi responden
terdiri dari umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. Karakteristik
pengunjung dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.
16
Tabel 10 Karakteristik pengunjung yang terpilih menjadi responden
Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)
Umur <21 tahun
22 – 50 tahun
>50 tahun
16
17
7
40.0
42.5
17.5
Pendidikan Tidak sekolah – SD
SMP – SMA
Diploma – Sarjana
3
29
8
7.5
72.5
20.0
Pekerjaan PNS
Karyawan swasta
Wirausaha
Pelajar
6
19
5
10
15.0
47.5
12.5
25.0
Karakteristik pengunjung berdasarkan kategori umur didominasi oleh
kelompok umur 22 – 50 tahun sebanyak 42.5 % dan kelompok umur <21 tahun
sebanyak 40 %. Karakteristik pengunjung berdasarkan pendidikan didominasi
oleh pengunjung dengan tingkat pendidikan SMP – SMA, sedangkan karakteristik
responden berdasarkan status pekerjaan didominasi oleh pengunjung yang
merupakan karyawan swasta dan pelajar. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar pengunjung yang didominasi karyawan swasta dan pelajar membutuhkan
kegiatan rekreasi untuk mengisi waktu luang pada akhir pekan, dan memilih
kegiatan rekreasi yang tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
Persepsi Pengunjung
Hasil wawancara dengan responden pengunjung terhadap keindahan alam
yang ada di Desa Muara menunjukan bahwa sebanyak 85% pengunjung
menyatakan kekagumannya pada keindahan pemandangan hutan mangrove Desa
Muara. Namun, persepsi pengunjung menunjukan bahwa sebanyak 67.5% fasilitas
umum yang berada di dalam Desa Muara kurang baik, karena kurangnya fasilitas
umum seperti penginapan, toilet umum, warung makan, dan sarana transportasi.
Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di Desa Muara
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di
Desa Muara
Persepsi Baik Persentase (%) Kurang baik Persentase (%)
Keindahan alam
Fasilitas
34
13
85.0
32.5
6
27
15.0
67.5
Minat Pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, minat pengunjung datang ke
wisata hutan mangrove Desa Muara adalah untuk berperahu dan memancing di
sekitar hutan mangrove. Sebagian besar pengunjung datang pada akhir pekan,
karena kegiatan berkunjung ke tempat wisata hanya dapat dilakukan jika ada
waktu luang. Minat pengunjung secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 12.
17
Tabel 12 Minat pengunjung
Minat pengunjung Jumlah Presentase (%)
Memancing
Berperahu
Menikmati keindahan alam
27
8
5
67.5
20.0
12.5
Jumlah 40 100.0
Pengunjung yang datang sebagian besar melakukan kegiatan berperahu dan
memancing. Kegiatan berperahu dikenakan biaya Rp 10 000 dan bisa berkeliling
hutan mangrove atau sekedar mengantar ke pinggir pantai. Sedangkan untuk
kegiatan memancing tidak dikenakan biaya bagi yang ingin memancing saja,
namun jika ingin membawa ikan hasil pancingan dikenakan biaya Rp 40 000/kg
untuk ikan bandeng.
Pengunjung yang menyukai kegiatan memancing rata–rata pengunjung
dengan usia 22 - 50 tahun, karena bagi mereka memancing merupakan kegiatan
yang bisa menghilangkan pusing dan lelah setelah bekerja. Pengunjung juga dapat
mengikuti lomba memancing yang biasanya diadakan pada musim tertentu.
Lomba memancing ini dapat diikuti oleh warga Desa Muara maupun dari luar
desa dengan biaya pendaftaran Rp 30 000/orang. Pemenang dari lomba
memancing dapat membawa pulang hasil pancingannya dengan gratis. Kegiatan
ini baru diadakan mulai tahun 2010 lalu. Aktivitas pemancingan di Desa Muara
dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Aktivitas pengunjung di lokasi pemancingan
Potensi Wisata Desa Muara Yang Dapat Dikembangkan
Wisata pemancingan
Wisata pemancingan di Desa Muara terdapat lima lokasi dengan pengunjung
cukup banyak pada akhir pekan. Jumlah pengunjung masih berpotensi untuk
ditingkatkan dengan cara pemilik menyewakan alat pemancingan agar pengunjung
yang tidak memiliki alat pancing dapat tetap memancing. Alat pemancingan bisa
disewakan dengan harga yang sesuai untuk kompensasi biaya perawatan dan
investasi, yaitu sekitar Rp 10 000/pancingan. Biaya ini hasil observasi lapang di
wisata pemancingan Fishing Valley Bogor. Jika biaya dikalikan dengan jumlah
18
pengunjung rata-rata yang datang setiap bulannya sebanyak 500 orang maka
pendapatan rata-rata bulanan pemilik pemancingan dapat meningkat sebesar Rp
5 000 000.
Selain itu, pemilik dapat menyediakan umpan untuk ikan yang dapat dijual
dalam bentuk kemasan yang lebih praktis dengan harga yang kompetitif sehingga
pengunjung tidak repot membawa umpan ikan. Umpan ikan yang disediakan di
sesuaikan dengan pakan yang disukai ikan yang ada dipemancingan tersebut,
seperti campuran antara telur ayam mentah dengan pellet. Setiap satu kemasan
umpan ikan seberat 100 gr dapat dijual seharga Rp 3000. Campuran umpan ikan
ini diharapkan dapat meningkatkan hasil pancingan pengunjung sehingga dapat
meningkatkan minat pengunjung untuk memancing.
Berperahu
Kegiatan berperahu merupakan salah satu wisata yang paling banyak
diminati di Desa Muara. Kenyamanan pengunjung saat berperahu dapat
dilengkapi dengan pemberian atap pada perahu agar pengunjung terlindungi dari
panas matahari dan hujan, selain dilakukan juga pemasangan busa pada tempat
duduk agar lebih nyaman. Penggunaan pelampung perlu dilakukan untuk
keselamatan dalam berperahu. Upaya peningkatan kenyamanan pengunjung saat
berperahu dapat menimbulkan minat pengunjung untuk kembali berperahu.
Contoh perahu yang sudah dimodifikasi tertera pada Gambar 11.
Gambar 11 Contoh perahu yang sudah dimodifikasi di Wisata Pangandaran
Kedai kuliner
Desa Muara memiliki makanan khas bandeng presto crispy duri lunak yang
dijual di kedai kuliner. Pemilik kedai kuliner dapat mengembangkan usaha ini
dengan cara menjual bandeng crispy duri lunak tidak hanya di sekitar desa
tapi juga keluar desa. Selain itu dapat didistribusikan ke wilayah yang
berpotensi seperti di Bandara Soekarno Hatta, Kota Jakarta dan Kepulauan
19
Seribu. Penjualan dapat dilakukan dengan mempromosikan melalui media-media
sosial.
Kedai kuliner juga dapat bekerja sama dengan pihak pemilik pemancingan
untuk mengembangkan usahanya. Ikan hasil pancingan pengunjung
dapat langsung dimasak dan disajikan di kedai kuliner. Hal tersebut merupakan
peluang kerjasama yang baik antara pemilik pemancingan dan kedai kuliner,
karena pemilik kedai akan memperoleh pembeli yang merupakan pengunjung
pemancingan.
Paket Wisata Pulau Seribu
Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah paket wisata Pulau
Seribu. Desa Muara merupakan gerbang untuk menuju objek wisata lainnya yang
ada di Kepulauan Seribu, seperti Pulau Bidadari, Pulau Onrust, dan Pulau
Kayangan. Desa Muara memiliki akses yang mudah untuk menuju kawasan
wisata tersebut karena Desa Muara berseberangan langsung dengan pulau-pulau
tersebut. Pengunjung dapat mengunjungi pulau-pulau tersebut dengan menyewa
perahu (ojek perahu) yang dikelola oleh masyarakat nelayan di Desa Muara.
Penyewaan perahu dikenakan biaya sebesar Rp 30 000/orang. Perahu yang
berukuran kecil hanya dapat menampung 5-6 orang, sedangkan perahu nelayan
yang berukuran lebih besar dapat menampung hingga 15 orang.
Berdasarkan aplikasi google earth, jarak antar Desa Muara dengan pulau-
pulau tersebut sekitar 3.89 km, sedangkan jarak dari Dermaga Ancol menuju
Pulau Seribu sekitar 13.5 km. Akses wisata menuju Kepulauan Seribu lebih dekat
dari Desa Muara namun hal tersebut belum banyak diketahui oleh pengunjung
karena umumnya pengunjung hanya mengetahui akses melalui Dermaga Ancol.
Jarak tempuh yang lebih dekat dapat menguntungkan pengunjung dari segi
ekonomi maupun waktu.
Wisata Edukasi Mangrove
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh PT Pertamina dapat dijadikan
sebagai salah satu potensi kegiatan wisata di Desa Muara, yaitu dengan cara
mengadopsi kegiatan penanaman yang ada di wisata mangrove Wonorejo,
Surabaya. Hasil penelitian Nurdela (2015) menyatakan bahwa kawasan mangrove
Wonorejo yang berada di Surabaya memiliki kegiatan wisata berupa penanaman
mangrove. Setiap pengunjung yang ingin menanam mangrove dikenakan biaya
sebesar Rp 4000/bibit. Biaya tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai biaya
penyiapan lahan berupa pembersihan areal yang akan ditanam dan pembuatan
lubang tanam.
Kegiatan wisata penanaman mangrove di Wonorejo dapat diadopsi untuk
kegiatan wisata di Desa Muara dalam rangka merehabilitasi hutan mangrove.
Sasaran pengunjung wisata edukasi mangrove adalah pelajar sekolah yang ingin
belajar budidaya hutan mangrove. Kegiatan wisata ini diharapkan dapat menarik
minat wisatawan khususnya wisatawan perkotaan yang menyukai kegiatan wisata
alam sehingga semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke wisata
mangrove Desa Muara akan menambah pendapatan wisata mangrove Desa Muara.
Selain untuk menambah pendapatan wisata mangrove kegiatan ini juga dapat
memperbaiki kondisi hutan mangrove di Desa Muara.
20
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekowisata hutan mangrove Desa Muara memiliki potensi untuk dikelola
dan dikembangkan. Potensi tersebut berupa keindahan alam hutan Mangrove Desa
Muara serta kegiatan memancing dan berperahu di sekitar hutan mangrove.
Kegiatan memancing merupakan kegiatan yang paling diminati sebesar 67.5%,
selanjutnya berperahu 20%, dan menikmati keindahan alam sebesar 12.5%. Selain
itu potensi lain yang dapat dikembangkan berupa kedai kuliner, paket wisata
kepulau seribu, dan penanaman hutan mangrove.
Saran
Perlu dibentuk suatu kelompok tani yang dikelola oleh masyarakat
setempat untuk mengembangkan potensi wisata penanaman di Desa Muara dan
mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan wisata
tersebut, agar kawasan hutan mangrove tersebut lestari.
DAFTAR PUSTAKA
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2013. Penyusunan
Kriteria dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang. Tangerang (ID): Laporan
Pemanfaatan Tata Ruang.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2013. Badan Informasi
Geospasial. Bogor (ID): Laporan Kegiatan Direktorat Tata Ruang dan
Pertahanan.
[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 2008. Penghijauan
lingkungan ormas. Bogor (ID): Laporan Distribusi Bibit Gerhan.
Conthesa OA. 2015. Aksesibilitas Masyarakat Desa Miau Baru Terhadap
Sumberdaya Hutan di IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi Kalimantan
Timur dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Masyarakat. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ghufran, MH dan Kordi K. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi dan
Pengelolaan. Jakarta (ID) : Rineka Cipta.
Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai:
Kasus Program Kali Barsih di Kaligareng, Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Lash G MS. 1997. What Is Community – Based Ecotourism. In Ecotourism For
Forest Conservation and Community Development. Proceeding of
RECOFTC an Internasional Seminar, Chiang Mai. Thailand.
Mauludin UU.1994. Persepsi Masyarakat Kotamadya Bogor Terhadap Hutan Kota
di Wilayah Kotamadya Bogor (Studi Kasus di Kecamatan Bogor Timur dan
Bogor Selatan) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21
Nurdela J. 2015. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Untuk Tujuan
Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut,
Kota Surabaya. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pertamina. 2013. Laporan Pertamina Tahap II. Pertamina.
Pertamina. 2014. Laporan Rekapitulasi Penanaman Hutan Mangrove Desa Muara.
Pertamina.
Singarimbun M, Effendi S. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta (ID):
LP3ES.
Soerianegara I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan
Mangrove. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove.
Suhaidin, Tahaimin. 2008. Artikel Motivasi dan Pembangunan Diri: Definisi,
Pengertian, dan Motivasi Takrifan Motivasi. [terhubung berkala].
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm [4Februari 2008]
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Masyarakat
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Wawancara berupa kuesioner ini bertujuan untuk kepentingan penelitian
semata sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Semua informasi dan isi dari hasil
wawancara ini akan dirahasiakan. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas
perhatian, kesempatan, dan waktu yang telah anda luangkan untuk mengisi
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini. Semoga informasi yang
telah anda berikan dapat bermanfaat.
A.Data Karakteristik Responden No.Responden :..........................................................................................................
Nama : .......................................................................................................................
Jenis kelamin : Laki-Laki / Perempuan
Umur : .......... Tahun
Agama : .....................................................................................................................
Desa tempat tinggal: ……………………………………………………..................
Jumlah anggota keluarga : .........................................................................................
Pendidikan Terakhir : Tidak Tamat SD / SD / SMP / SMA / Sarjana
Pekerjaan : .................................................................................................................
Pendapatan : Rp…………………………………………………per bulan
B.Persepsi, Motivasi, Minat Masyarakat
1.Bapak/Ibu mengetahui apa itu Hutan Mangrove?
....................................................................................................................................
2. Apakah Desa Muara merupakan daerah yang potensial untuk kegiatan wisata
alam?
a.Ya, karena………………………………………………………………................
b.Ragu-Ragu karena...................................................................................................
c. Tidak, karena……………………………………………………………..............
3.Apakah anda setuju Desa Muara dikembangkan menjadi objek wisata?
a. Ya kenapa................................................................................................................
b. Ragu-Ragu kenapa..................................................................................................
c. Tidak kenapa............................................................................................................
4.Apakah menurut Saudara keberadaan Ekowisata Mangrove ini perlu
dipertahankan?
a. Ya Kenapa?..............................................................................................................
b. Ragu-Ragu kenapa..................................................................................................
23
c. Tidak Kenapa?..................................................................................
5.Keberadaan Hutan mangrove dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
Bapak/Ibu
a.Ya,
Contohnya...........................................................................................................
b.Ragu-Ragu,
Kenapa?..............................................................................................................
c.Tidak,
Kenapa?..............................................................................................................
6. Menurut Bapak/Ibu kehadiran ekowisata hutan mangrove dapat menambah
keindahan Desa Muara?
a.Ya,
Contohnya seperti.................................................................................................
b.Ragu-Ragu,
Kenapa?.................................................................................................................
c.Tidak,
Kenapa?.................................................................................................................
7. Keberadaan ekowisata Hutan mangrove memberikan lapangan pekerjaan bagi
Bapak/Ibu ?
a.Ya,
Contohnya seperti.................................................................................................
b.Ragu-Ragu,
Kenapa?.................................................................................................................
c.Tidak,
Kenapa?.................................................................................................................
8. Apa motivasi anda mendukung adanya pengembangan potensi hutang
mangrove di Desa Muara?
....................................................................................................................................
9. Apa yang akan anda lakukan jika ada pengembangan wisata di Desa Muara?
....................................................................................................................................
10. Apabila anda berkeinginan untuk ikut terlibat dalam pengembangan wisata di
Desa Muara namun terdapat hambatan, kira-kira apa saja hambatan yang anda
punya?
....................................................................................................................................
24
Lampiran 2 Kuesioner Pengunjung
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Wawancara berupa kuesioner ini bertujuan untuk kepentingan penelitian
semata sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Semua informasi dan isi dari hasil
wawancara ini akan dirahasiakan. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas
perhatian, kesempatan, dan waktu yang telah anda luangkan untuk mengisi
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini. Semoga informasi yang
telah anda berikan dapat bermanfaat.
A.Data Karakteristik Responden No.Responden : .........................................................................................................
Tanggal : ....................................................................................................................
Umur : .......................................................................................................................
Jenis kelamin : ...........................................................................................................
Asal/tempat tinggal : .................................................................................................
Pendidikan terakhir : .................................................................................................
Pekerjaan : .................................................................................................................
Alokasi dana untuk berwisata per bln (Rp) : .............................................................
B. Persepsi, Motivasi, dan Minat pengunjung 1. Apakah yang memotivasi anda untuk berwisata?
a. Adanya waktu luang
b. Adanya anggaran biaya untuk berwisata
c. Adanya objek wisata yang ingin dikunjungi
d. Lainnya…………………………………………………
2. Berapa banyak waktu luang yang anda punya untuk berwisata?
a. 1x dalam 1 minggu c. 1x dalam 1 tahun
b. 1x dalam 1 bulan d. Lainnya………………………….
3. Banyaknya anggaran biaya yang anda perlukan untuk tiap kali berwisata?
............................................................................................................................
4. Objek wisata yang anda sukai untuk berwisata?
.............................................................................................................................
5. Apakah menurut anda fasilitas di wisata Desa Muara sudah baik?
.............................................................................................................................
6. Menurut anda apakah keadaan alam disini indah dan nyaman untuk
dikunjungi?............................................................................................................
7. Kegiatan yang anda lakukan di Desa Muara?
a. Memancing d. Menikmati keindahan alam
b. Berperahu e. Lainnya…………………………….
c. Jogging
25
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 30 November 1992. Penulis
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Gandang Sungkawa
dan Sri Rohani. Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2010. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UjianTalenta Mandiri
IPB (UTM).
Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung
Papandayan-Sancang Timur pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H)
di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS) pada tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
PT Roda Mas Timber Kalimantan, Kalimantan Timur pada tahun 2014. Selama
menjadi mahasiswa, penulis juga pernah mengikuti organisasi kemahasiswaan
yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PSM IPB Agriaswara, Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB periode 2011-2012 sebagai divisi
Kewirausahaan, Forest Management Student Club (FMSC) sebagai koordinator
Kewirausahaan.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengembangan Potensi Hutan Mangrove Untuk Tujuan
Ekowisata Di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang”
dibimbing oleh Dr Ir Iin Ichwandi, MSc.