pengaruh sustainability reporting terhadap harga …digilib.unila.ac.id/55487/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH SUSTAINABILITY REPORTING TERHADAP HARGA SAHAM
(TESIS)
Oleh:
DEWI ZAKIA
MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
iii
ABSTRACT
The Effect of Sustainability Reporting on Share Prices.
By
Dewi Zakia
This study aims to examine the effect of the value of information in terms of
disclosure of financial statements measured using the GRI Index and divide them
into two main categories, namely hard environmental disclosure and soft
environmental disclosure and sustainability reporting. The study was conducted
on all ISRA participants in 2012-2016, a sample of 68 companies. The company's
share price is measured using model prices developed by Ohlson (1995). Data
were analyzed using multiple linear regression analysis. The results of the study
prove that the variables of environmental disclosure and sustainability report
influence the share prices, while the variables of soft environmental disclosure do
not affect the value information on share prices.
Keywords: hard, soft environmental disclosure, sustainability report,
relevance of the value of accounting information, stock price.
iv
ABSTRAK
Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Harga Saham
Oleh
Dewi Zakia
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh nilai informasi dari sisi
pengungkapan laporan keuangan yang diukur menggunakan Indeks GRI dan
membaginya ke menjadi dua kategori utama yaitu hard environmental disclosure
dan soft environmental disclosure serta sustainability reporting terhadap harga
saham perusahaan Penelitian dilakukan terhadap seluruh peserta ISRA pada tahun
2012-2016, sampel penelitian sebesar 68 perusahaan. Harga saham perusahaan
diukur menggunakan model harga yang dikembangkan oleh Ohlson (1995). Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi liniear berganda. Hasil penelitian
membuktikan variabel hard environmental disclosure dan sustainability report
berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan variabel soft environmental
disclosure tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Kata Kunci: hard, soft environmental disclosure, sustainability report,
relevansi nilai informasi akuntansi, harga saham.
PENGARUH SUSTAINABILITY REPORTING TERHADAP HARGA SAHAM
Oleh:
DEWI ZAKIA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER ILMU AKUNTANSI
Pada
Program Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 November 1989, sebagai
anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Burhauddin, S.E dan
Ibu Hj. Sutiana, S.H. Merupakan istri dari Aditya Nugraha, S.T. dan mempunyai
anak lelaki bernama Kei Athariz Abe.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar
(SD) di Immanuel Bandar Lampung, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMPN 1 Bandar Lampung pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMAN 2 Bandar Lampung pada tahun 2007. Melanjutkan jenjang
pendidikan sarjana di Universitas Lampung jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
yang mana diselesaikan pada tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan
profesi akuntansi di Universitas Lampung pada Tahun 2013. Pada tahun 2015,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulis saat ini bekerja sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik Weddie
Andriyanto dan Muhaemin di Bandar Lampung.
iv
PERSEMBAHAN
Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya persembahkan karya ini untuk ananda
Kei Athariz Abe serta Almamater.
v
MOTTO
Attitude is a little thing that makes a big difference. Winston
Churchill
vi
SANWACANA
Bismillahirohmannirrohim.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis dengan judul
“Pengaruh Sustainability Reporting terhadap harga saham” disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Akuntansi pada Program
Pascasarjana Ilmu Akuntansi di Universitas Lampung.
Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, sekaligus Pembimbing yang telah memberikan dukungan, saran,
vii
arahan dan waktunya selama penyusunan tesis. Terima kasih atas semua
bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan.
3. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt., selaku Pembimbing Utama,
yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan, masukan, saran,
kritik, semangat serta dukungannya dalam proses penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt. selaku penguji utama. Terima
kasih atas kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian
tesis ini.
5. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si. selaku sekertaris penguji atau
pembahas 2. Terimakasih atas kritik dan saran yang membangun dalam
proses penyelesaian tesis ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Terima kasih untuk semua ilmu, wawasan, serta pelajaran yang telah
diberikan selama ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, terutama Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Mas Andri,
Terima kasih atas semua bantuannya.
8. Suami Aditya Nugraha dan Ananda Kei Athariz Abe. Semoga tesis ini
berkah dan bermakna bagi yang membutuhkan.
viii
9. Bapak dan Ibu, Papa dan Mama tercinta yang selalu memanjatkan doa
kepada Allah SWT, memberikan dorongan, semangat serta memberikan
segala fasilitas yang dibutuhkan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan
baik dan lancar.
10. Kakak dan adik ku tercinta: Kakak Adi, Billy, Ranti, Nabila yang telah
memberikan semangat serta dukungan untuk segera menyelesaikan tesis ini.
11. Susanti, Umar, Fathur yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi
saat penyusunan tesis ini.
12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan, semangat dan doa dalam proses penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun, penulis berharap semoga keberadaan tesis ini dapat bermanfaat
sebagai sumber informasi maupun literatur bagi penulisan karya-karya ilmiah
berikutnya.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis,
Dewi Zakia
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
MOTTO .......................................................................................................... ix
SANWACANA ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah ...................................................... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6
II. LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori .................................................................................. 8
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ........................................... 8
2.1.2 Teori Stakeholder ................................................................... 9
2.1.3 Teori Legitimasi ..................................................................... 11
2.2 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi ................................................ 12
2.3 Konsep Sustainability ....................................................................... 14
2.4 Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) ......................... 22
2.5 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................................... 24
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 27
2.6.1 Hard Environmental Disclosure Terhadap Harga Saham ..... 27
2.6.2 Soft Environmental Disclosure Terhadap Harga Saham ........ 28
2.6.3 Sustainability Reporting Terhadap Relevansi Harga Saham . 29
2.7 Kerangka Penelitian .......................................................................... 31
xiv
III METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian .............................................................. 32
3.2 Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 34
3.3 Metode Analisis Data ........................................................................ 40
3.3.1 Statistik Deskriptif ............................................................... 40
3.3.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 40
3.3.3 Analisis Regresi .................................................................... 41
3.3.4 Pengujian Hipotesis ............................................................... 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 44
4.1.1 Data dan Sampel ................................................................... 44
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 44
4.2 Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 47
4.2.1 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 47
4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 50
4.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 51
4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi............................................................ 52
4.3 Analisis Regresi Liniear Berganda .................................................... 53
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 53
4.3.2 Uji Kelayakan Model ............................................................. 53
4.3.3 Pengujian Hipotesis ................................................................ 54
4.4 Pembahasan........................................................................................ 57
4.4.1 Hard Environmental Disclosure Terhadap Harga Saham ..... 57
4.4.2 Soft Environmental Disclosure Terhadap Harga Saham ........ 58
4.4.3 Sustainability Reporting Terhadap Relevansi Harga Saham . 59
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................ 61
5.2 Keterbatasan ………………………………....................................... 62
5.2 Saran……………………..............................................…………...... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Prosedur Pemilihan Sampel ...................................................................... 40
3.2 Item Hard Environmental Disclosure ....................................................... 42
3.3 Item Soft Environmental Disclosure ......................................................... 43
4.1 Statistik Deskriptif .................................................................................... 51
4.2 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 54
4.3 Hasil Uji Normalitas Ke-dua ..................................................................... 55
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................ 57
4.5 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................................. 58
4.6 Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R2) ................................................ 59
4.7 Uji Statistik F ............................................................................................ 60
4.8 Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 61
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
Halaman
2.1 Kerangka Penelitian .................................................................................. 38
4.1 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 56
4.2 Uji Heteroskedastisitas .............................................................................. 58
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Daftar Indeks Sustainability Report. (Sembiring, 2005)
2. Perusahaan Populasi Penelitian
a. Peserta ISRA 2012
b. Peserta ISRA 2013
c. Peserta ISRA 2014
d. Peserta ISRA 2015
e. Peserta ISRA 2016
3. Hasil Perhitungan Pengungkapan Hard, Soft dan Sustainability
4. Data Harga Saham, Jumlah Saham Beredar, Ekuitas, Total Aset Sampel
Penelitian
5. Hasil Perhitungan Statistik Deskriftip
6. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis dan Uji Asumsi Klasik
7. Tabel Uji t
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya zaman, sektor bisnis juga semakin berkembang.
Tetapi, sebagian besar perusahaan di Indonesia masih fokus untuk
mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja.
Agar dapat menarik minat investor, bukan hanya laporan yang bekaitan dengan
kinerja keuangan saja yang perlu diungkapkan tetapi juga harus ada informasi
tambahan yang harus diungkapkan oleh manajemen perusahaan.
Beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan pandangan terhadap lingkungan
bisnis apabila perusahaan yang ingin bersaing harus lebih transparan dalam
mengungkapkan informasi perusahannya sehingga dapat mendukung dalam
pengambilan keputusan. Fokus perusahaan pada saat ini yaitu bagaimana cara
untuk bertahan (sustain) dalam persaingan bisnis. 3 hal yang dapat menjamin
keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang adalah economic, enviromental, dan
social.
Sustainability Reporting atau laporan keberlanjutan merupakan bentuk laporan
yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka untuk mengungkapkan
(disclose) atau mengkomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan
2
mengenai kinerja Lingkungan, Sosial dan Tata kelola yang baik (LST) secara
akuntabel. Pengungkapan Sustainability Reporting di Indonesia saat ini masih
sebatas bersifat sukarela (voluntary). walaupun masih bersifat sukarela, menurut
Otoritas Jasa Keuangan sudah terdapat hampir 9% perusahaan yang telah listing
di Bursa Efek Jakarta (BEI) telah menerbitkan laporan keberlanjutan.
Organisasi yang membuat dan mempublikasikan Laporan Berkelanjutan
(Sustainability Report) semakin banyak tidak hanya pada perusahaan yang listing
di bursa, namun juga BUMN, perusahaan non-listing baik kecil dan menengah
hingga organisasi nirlaba turut serta membuat dan melaporkannya, berikut
Pertumbuhan jumlah organisasi yang membuat dan melaporkan Sustainability
Report:
Gambar1.1
Jumlah Organisasi Yang Membuat Dan Melaporkan Sustainability Report
(Sumber: GRI, 2018)
Berdasarkan grafik diatas pelaporan keberlanjutan ini menunjukan tren positif,
dimana tiap tahun jumlah perusahaan yang membuatnya semakin bertambah.
0
20
40
60
80
100
120
140
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Perusahaan membuat dan melaporkan Sustainability Report
3
Selain perusahaan listing, perusahaan non listing juga tidak kalah dalam
menerbitkan laporan keberlanjutan. Antusiasime yang cukup tinggi dari
penerbitan laporan keberlanjutan tersebut menunjukkan bahwa laporan tersebut
merupakan laporan yang penting untuk diterbitkan terutama dalam hal untuk
mengetahui bagaimana perusahaan mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial,
dan tata kelola yang baik.
Menurut Budiman dan Juniarti (2015), pengungkapan CSR terintegrasi dengan
laporan tahunan perusahaan, sedangkan pengungkapan sustainability report lebih
terperinci dan berdiri sendiri. Sustainability report tidak hanya memuat informasi
kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi
aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh
secara berkesinambungan (sustainable performance). Sustainability report
merupakan praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari
sustainability activities yang bertujuan untuk tercapainya sustainable
development.
Clarkson et al., (2008) telah mengembangkan Indeks GRI dan membaginya
menjadi dua kategori utama berdasarkan sifat pengungkapan yaitu hard
environmental disclosure (pengungkapan lingkungan tegas) dan soft
environmental disclosure (pengungkapan lingkungan lunak). Tricia et al., (2016)
membuktikan bahwa perusahaan melaporkan lebih banyak item pengungkapan
soft dibandingkan item pengungkapan hard. Juga ditemukan bahwa perusahaan
melaporkan sebagian besar informasi keberlanjutan dalam aspek ekonomi
4
daripada aspek lingkungan sosial dan lingkungan, hasil tersebut berlawanan
dengan penelitian Ong (2016) yang menemukan tidak ada perbedaan signifikan
dalam pengungkapan keberlanjutan yang diidentifikasi antara perusahaan yang
beroperasi di sektor logam dan pertambangan dan sektor energi dan utilitas.
Pelaporan keuangan menurut International Accounting Standard Board
(IASB) yang diatur di dalam conceptual framework for financial reporting (2010)
bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi pengguna
informasi dalam membuat berbagai keputusan. Informasi keuangan dikatakan
berguna apabila memenuhi karakteristik kualitatif. Berdasarkan conceptual
framework for financial reporting (IASB, 2010), salah satu karakteristik kualitatif
yang fundamental tersebut adalah relevansi. Konsep relevansi nilai informasi
akuntansi menjelaskan tentang bagaimana informasi akuntansi dapat membuat
investor dan calon investor bereaksi (Puspitaningtyas, 2012). Reaksi dari investor
dan calon investor akan membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi
merupakan isu yang sangat penting dan menjadi pertimbangan penting dalam
proses pengambilan keputusan investasi sehingga dapat dikatakan bahwa
informasi akuntansi berguna bagi investor dan calon investor (Scott dalam
Puspitaningtyas, 2012).
Penelitian ini mencoba menguji apakah terdapat pengaruh pengungkapan
sustainability report suatu perusahaan terhadap harga saham, karena menurut
Weber et al., (2008) perusahaan yang mengungkapkan sustainability report ingin
menunjukkan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan
5
kepada stakeholder serta menunjukkan transparansi dan mendapatkan umpan
balik pada nilai perusahaan dalam menanggapi tuntutan informasi dari
stakeholder. Dengan adanya sustainability report ini diharapakan nilai perusahaan
menjadi relevan seiring meningkatnya kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul sebagai berikut “Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Harga Saham.
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh hard environmental disclosure terhadap harga
saham perusahaan?.
2. Apakah terdapat pengaruh soft environmental disclosure terhadap harga
saham perusahaan?.
3. Apakah terdapat pengaruh pengungkapan sustainability reporting terhadap
harga saham perusahaan?.
6
1.2.2 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian ini agar mempunyai ruang lingkup dan arah
penelitian yang jelas, pembatasan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI serta
menjadi peserta Indonesia Sustainability Report Award (ISRA) periode
2012-2016.
2. Penelitian ini hanya meneliti nilai informasi dari sisi pengungkapan
laporan keuangan yang diukur menggunakan Indeks GRI berdasarkan
Clarkson et al (2008) dan membaginya ke menjadi dua kategori utama
yaitu hard environmental disclosure dan soft environmental disclosure
serta sustainability reporting terhadap harga saham perusahaan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah membuktikan secara empiris bahwa:
1. Hard environmental disclosure mempengaruhi harga saham perusahaan.
2. Soft environmental disclosure mempengaruhi harga saham perusahaan.
3. Sustainability reporting mempengaruhi harga saham perusahaan.
7
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan serta bukti empiris mengenai praktik pengungkapan
sustainability reporting.
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengungkapan sustainability reporting.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengungkapan sustainability reporting yang diterapkan oleh perusahaan.
- Memberikan masukkan kepada para investor sehingga dapat dijadikan
sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain.
Teori sinyal juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk mengurangi
informasi asimetri. Menurut Wolk et al., 2000 dalam Sari et al., (2006), Salah satu
cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada
pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan
akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang
Dengan teori sinyal, perusahaan memberikan sinyal pada pihak luar yakni berupa
informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000 dalam Sari et
al., 2006).
9
Dalam penelitian ini, teori sinyal akan menjadi landasan dalam pengungkapan
sustainability reporting.
2.1.2 Teori Stakeholder
Stakeholder theory menjelaskan hubungan antara stakeholders dengan informasi
yang mereka terima. Manajer dipekerjakan tidak hanya sebagai agen pemilik,
tetapi juga sebagai agen dari stakeholders lain (Hill dan Jones, 1992 dalam Sun et
al., 2010). Manajer dapat melakukan tindakan manajemen laba dalam upayanya
untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan mengorbankan stakeholders.
Meskipun demikian, stakeholders akan menanggapi tindakan manajemen yang
merugikannya akibat praktik manajemen laba. Dengan demikian, manajer
memiliki dorongan untuk memgendalikan tindakan mereka dengan membuat
laporan keuangan yang lebih informatif dan luas, sehingga dapat meminimalkan
ancaman untuk dipecat (Sun et al., 2010).
Menurut Gray et al., (1995), kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas
perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Semakin powerful
stakeholder, semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan
berkelanjutan dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan
stakeholder.
Dalam Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa dalam teori stakeholder,
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri
10
namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).
Mengacu pada pengertian teori stakeholder di atas, maka dapat ditarik suatu
penjelasan bahwa dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor
dari luar dan dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholder.
Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder, makin
kuat dukungan stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan
dengan stakeholder-nya.
Teori stakeholder berhubungan dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan
dimana tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas untuk memaksimumkan
laba dan kepentingan pemegang saham, namun juga harus memperhatikan
masyarakat, pelanggan, dan pemasok sebagai bagian dari operasi perusahaan itu
sendiri. Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa
perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat
menjadi sangat tekait dan memperhatikan perusahaan, sehingga perusahaan perlu
menunjukan akuntabilitas maupun responsibilitas secara lebih luas dan tidak
terbatas hanya kepada pemegang saham.
Pengungkapan informasi yang bersifat wajib adalah laporan keuangan, informasi
ini dibutuhkan oleh stakeholder yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi
oleh kegiatan ekonomi perusahaan. Sedangkan pengungkapan yang bersifat
sukarela dibutuhkan oleh stakeholder yang berpengaruh maupun tidak
11
berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi perusahaan. Laporan sukarela yang
sedang berkembang saat ini adalah sustainability report (laporan keberlanjutan).
Melalui pengungkapan sustainability report perusahaan dapat memberikan
informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan
pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan
Chariri, 2007). Pengungakapan sustainability report diharapkan dapat
memberikan informasi yang membantu perusahaan dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan kepada para stakeholder.
2.1.3 Teori Legitimasi
Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa
tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang
diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan
definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Wiranata et al.,
2014). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi
masyarakat kepada perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan
perusahaan ke depan.
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan
bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat
atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk
memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai
suatu yang sah (Deegan, 2004 dalam Natalia dan Tarigan, 2014).
12
Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut
keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk
sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori
legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan
kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat.
Namun tidak bisa dihindari bahwa akan selalu munculnya perbedaan antara nilai-
nilai yang dipegang oleh perusahaan dengan masyarakat, maka akan muncul
legitimacy gap yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk melanjutkan kegiatan
usahanya. Ketika terdapat perbedaan, perusahaan perlu mengevaluasi nilai
sosialnya dan menyesuaikan dengan nilai-nilai sosial yang ada dan melakukan
penyesuaian dengan nilai sosial di masyarakat atau persepsi terhadap perusahaan
sebagai taktik legitimasi (O’Donovan dalam Chariri, 2007). Oleh karena itu,
pengungkapan informasi yang menyangkut dengan organisasi sosial, komunitas
masyarakat dan lingkungan sangat diperlukan. Perusahaan dapat mengungkapkan
informasi tersebut dalam sustainability report sebagai wujud akuntabilitas
perusahaan kepada publik. Tujuannya untuk mendapatkan legitimasi masyarakat
dan menjelaskan bagaimana dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan
perusahaan.
2.2 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi
Istilah relevansi nilai informasi akuntansi diturunkan dari teori surplus bersih
(clean surplus theory) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tercermin pada
data-data akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan (Feltham & Ohlson,
13
1995; Ohlson, 1995). Clean Surplus Theory mengasumsikan bahwa investor
memiliki keyakinan dan pilihan yang sama serta terdapat hubungan surplus bersih
antara ekuitas dan laba (Subekti, 2012). Penjelasan selanjutnya adalah bahwa
kemampuan informasi akuntansi (khususnya laba dan nilai buku) untuk
menjelaskan besarnya nilai perusahaan dikenal dengan relevansi nilai informasi
akuntansi (Scott, 2009). Francis dan Schipper (1999) mendefinisikan relevansi
nilai informasi akuntansi sebagai kemampuan angka-angka akuntansi untuk
merangkum informasi yang mendasari harga saham, sehingga relevansi nilai
diindikasikan dengan sebuah hubungan statistikal antara informasi keuangan dan
harga atau return saham. Kualitas informasi akuntansi yang tinggi diindikasikan
dengan adanya hubungan yang kuat antara harga/return saham dan laba serta nilai
buku ekuitas karena kedua informasi akuntansi tersebut mencerminkan kondisi
ekonomik perusahaan (Barth et al., 2008).
Menurut Nashih dan Hariani (2006) dengan meningkatnya persaingan
informasi di pasar modal menyebabkan relative importance laporan keuangan
menjadi penting untuk diketahui. Disinilah letak kegunaan relevansi nilai yaitu
untuk merepresentasikan informasi laporan keuangan bagi investor terhadap
seluruh informasi yang digunakan oleh investor pada pasar modal (Lev dan
Zarowin dalam Nashih dan Hariani, 2006). Berdasarkan pendapat Francis dan
Schipper (1999), terdapat empat pendekatan dalam mempelajari relevansi nilai
informasi akuntansi. Keempat pendekatan tersebut, yaitu: (1) pendekatan analisis
fundamental; (2) pendekatan prediksi; (3) pendekatan perwujudan informasi dari
nilai relevansi; (4) pendekatan pengukuran relevansi nilai.
14
2.3 Konsep Sustainability
Sustainability merupakan issue yang menarik yang sekarang sedang gencar
dikembangkan dan diperbincangkan di Indonesia maupun di luar negeri. Konsep
sustainability bukan hanya berkembang pada level makro saja namun sekarang
sudah merambah ke level mikro perusahaan. Sekarang perusahaan dan organisasi
sudah mulai sadar akan pentingnya prinsip berkelanjutan ini, mereka mulai
berbondong-bondong untuk menerapkan konsep ini diperusahaannya. Disamping
itu, pemerintah, pasar, investor, bursa efek mulai meminta hingga menuntut untuk
transparansi perusahaan dalam tujuan, kinerja, bahkan sustainability reporting
perusahaan.
Konsep sustainability pada awalnnya tercipta dari pendekatan ilmu kehutanan.
Istilah ini berarti suatu upaya untuk tidak akan pernah memanen lebih banyak
daripada kemampuan panen pada kondisi normal. Kata nachhaltigkeit (bahasa
Jerman untuk keberlanjutan) berarti upaya untuk melestarikan sumber daya alam
untuk masa depan (Agricultural Economic Research Institut, 2004; Kuhlman,
2010 dalam Susanto dan Tarigan, 2013).
Namun saat ini, konsep keberlanjutan tidak hanya berkonsentrasi pada isu-isu
lingkungan. Lebih luas daripada itu, keberlanjutan mencakup tiga lingkup
kebijakan yakni; lingkungan, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, sustainability
sebuah perusahaan ‘tidak hanya’ terbatas pada memperhatikan dampak dari
operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Sustainability adalah
sebuah pendekatan terpadu terhadap kinerja perusahaan di bidang lingkungan,
15
sosial dan ekonomi karena ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
2.3.1 Definisi Sustainability Report
Menurut GRI (2013) sustainability report adalah laporan yang diterbitkan oleh
sebuah perusahaan atau organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan dan
sosial yang disebabkan oleh aktivitas sehari-hari. Sustainability report juga
menyajikan nilai-nilai organisasi dan model tata kelola, dan menunjukkan
hubungan antara strategi dan komitmennya untuk ekonomi global yang
berkelanjutan. Sedangkan menurut Elkington 1997 dalam Adhipradana dan
Daljono, (2013) sustainability report berarti laporan yang memuat tidak saja
kinerja keuangan tapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi
aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan dapat bertumbuh
secara berkesinambungan.
Dalam Global Reporting Initiative (GRI) (2013), sustainability report
didefinisikan sebagai praktik untuk mengukur dan mengungkapkan aktivitas
perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada stakeholder internal maupun
eksternal mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan. Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk
mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial (seperti
halnya konsep tripple bottom line, pelaporan CSR, dan sebagainya).
16
Seperti yang dikatakan oleh Luthfia (2012), Sustainability report adalah sebagai
bukti bahwa telah adanya komitmen dari pihak perusahaan terhadap lingkungan
sosialnya yang dapat dinilai hasilnya oleh para pihak yang membutuhkan
informasi tersebut. Selain itu SR merupakan salah satu instrumen yang dapat
digunakan oleh suatu organisasi baik pemerintah maupun perusahaan dalam
berdialog dengan warga negara ataupun stakeholder-nya sebagai salah satu upaya
penerapan pendidikan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu penyusunan
SR pada saat sekarang ini menempati posisi yang sama pentingnya juga dengan
pengungkapan informasi seperti yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
Pengungkapan sustainability report adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban
pihak prinsipal kepada agen, selain dari pembuatan annual report. Hanya saja
sustainability report sifatnya masih bersifat voluntary, sementara annual report
adalah mandatory disclosure. Karena orientasi perusahaan saat ini bukan hanya
semata-mata mencari profit (keuntungan) tetapi telah beralih ke Tripple-P Bottom
Line yaitu keuntungan (profit), bumi (planet), dan komunitas (people).
Pengungkapan sustainability report merujuk pada standar yang dikembangkan
oleh GRI. Pelaporan keberlanjutan membantu organisasi untuk menetapkan
tujuan, mengukur kinerja, dan mengelola perubahan dalam rangka membuat
operasi mereka lebih berkelanjutan. Sebuah laporan keberlanjutan menyampaikan
pengungkapan tentang dampak organisasi baik itu positif atau negatif terhadap
lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam upaya mewujudkannya, pelaporan
keberlanjutan membuat yang abstrak menjadi nyata dan konkret, sehingga
17
membantu dalam pemahaman dan pengelolaan dampak dari pengembangan
keberlanjutan terhadap kegiatan dan strategi organisasi (GRI, 2013).
2.3.2 Prinsip Pengungkapan Sustainability Report
Sustainability report disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
oleh GRI. Prinsip pelaporan berperan penting untuk mencapai transparansi
pelaporan keberlanjutan dan oleh karenanya harus diterapkan oleh semua
organisasi ketika menyusun laporan keberlanjutan.
Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan memberikan arahan berupa
pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan keberlanjutan,
termasuk penyajian yang tepat. Kualitas informasi adalah hal yang penting untuk
memungkinkan para pemangku kepentingan dapat membuat asesmen kinerja yang
masuk akal serta mengambil tindakan yang tepat (GRI, 2013).
Prinsip-prinsip untuk menentukan konten sustainability report (GRI, 2013)
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelibatan Pemangku Kepentingan
Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya dan
menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan
kepentingan wajar dari mereka.
2. Konteks Keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan
yang lebih luas. Informasi mengenai kinerja harus disertakan sesuai konteks.
18
Pertanyaan yang mendasari pelaporan keberlanjutan adalah bagaimana
sebuah organisasi berkontribusi atau bertujuan untuk memberikan kontribusi
di masa mendatang terhadap peningkatan atau penurunan kondisi,
pengembangan, dan tren ekonomi, lingkungan, serta sosial di tingkat lokal,
regional, atau global.
3. Materialitas
Laporan harus mencakup aspek yang mencerminkan dampak ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi atau secara substansial
memengaruhi asesmen dan keputusan pemangku kepentingan.
4. Kelengkapan
Laporan harus berisi cakupan aspek material dan boundary, cukup untuk
mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan,
serta untuk memungkinkan pemangku kepentingan dapat menilai kinerja
organisasi dalam periode pelaporan.
Pedoman yang digunakan untuk menyusun sustainability report dibuat oleh GRI
yang bermarkas di belanda. GRI merupakan lembaga non-profit yang menjadi
pelopor pedoman laporan berkelanjutan atau laporan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (CSR Report). GRI telah membuat pedoman laporan keberlanjutan
pertama kali pada tahun 2000 yang disebut Generasi Pertama (G1) Guidelines.
Lalu mengalami beberapa kali revisi, yaitu pada tahun 2002 menjadi Generasi
Kedua (G2) Guidelines. Sejak tahun 2006 pedoman yang digunakan untuk
menyusun sustainability report adalah Generasi Ketiga (G3) Guidelines dan
kemudian bertransisi menjadi G3.1 Guidelines. Namun, pada Mei 2013,
19
diluncurkan Generasi Keempat (G4) Guidelines. Peluncuran tersebut merupakan
kulminasi konsultasi ekstensif dengan para pemangku kepentingan serta dialog
dengan ratusan pakar di seluruh dunia, dari berbagai sektor, termasuk perusahaan,
masyarakat sipil, organisasi buruh, akademisi, dan lembaga keuangan. Tujuan G4
adalah sederhana: untuk membantu pelapor menyusun laporan keberlanjutan yang
bermakna dan membuat pelaporan keberlanjutan yang mantap dan terarah menjadi
praktik standar (GRI, 2013).
GRI G4 Guidelines digunakan sebagai indikator pengungkapaan sustainability
report, karena perusahaan yang telah mengungkapkan sustainability report
mengacu pada pedoman GRI. Terdapat dua jenis pengungkapan standar:
Pengungkapan Standar Umum dan Pengungkapan Standar Khusus. Pengungkapan
Standar Umum menetapkan konteks keseluruhan untuk laporan, memberikan
gambaran tentang organisasi dan proses pelaporannya.
Pengungkapan environmental disclosure merupakan salah satu pengungkapan
sukarela yang merupakan bagian dari corporate social reporting. Corporate
social reporting mengungkapkan kepedulian perusahaan terhadap permasalahan
sosial dan lingkungan. Kepedulian perusahaan terhadap permasalahan lingkungan
dilakukan dengan melaksanakan program-program kinerja lingkungan selama
periode waktu tertentu. Hasil dari pelaksanaan program-program kinerja
lingkungan tersebut perlu diungkapkan dalam laporan, baik pada laporan tahunan
ataupun laporan terpisah lain yang disebut laporan keberlanjutan.
20
Pengungkapan corporate environment disclosure menurut Berthelot et al., (2003)
didefinisikan sebagai perangkat informasi yang berhubungan dengan masa lalu,
masa kini dan masa akan datang yang dihasilkan dari keputusan-keputusan dan
langkah-langkah yang diambil oleh manajemen lingkungan perusahaan. Seiring
dengan perubahan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan kesadaran
stakeholder akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan hidup,
pengungkapan sukarela baik pengungkapan sosial maupun lingkungan telah
menjadi kebutuhan perusahaan untuk tujuan peningkatan reputasi.
2.3.3 Indeks Clarkson
Clarkson et al., (2008) telah mengembangkan Indeks GRI dan membaginya
menjadi dua kategori utama berdasarkan sifat pengungkapan yaitu hard
environmental disclosure dan soft environmental disclosure. Dua kategori
tersebut terbagi lagi menjadi tujuh sub kategori (A1-A7). Empat sub kategori
pertama merupakan item-item hard environmental disclosure (A1-A4) dan tiga
sub kategori berikutnya merupakan item-item soft environmental disclosure.
Secara umum, hard disclosure dan soft disclosure menurut Clarkson et al., (2008)
terdiri dari:
1. Kategori A1 (6 item) fokus pada pengungkapan struktur tata kelola
perusahaan dan sistem manajemen mengenai perlindungan lingkungan.
2. Kategori A2 (10 item) mencerminkan kredibilitas pengungkapan
lingkungan.
21
3. Kategori A3 (10 item) fokus pada pengungkapan indikator kinerja
lingkungan secara spesifik, dalam kaitannya dengan emisi polusi, kegiatan
konservasi, dan daur ulang.
4. Kategori A4 (3 item) mencerminkan pengeluaran lingkungan perusahaan
tetapi tidak termasuk pengungkapan yang berhubungan dengan peraturan
lingkungan. Fokusnya yaitu pada pengeluaran discretionary untuk
meningkatkan kinerja masa depan seperti investasi teknologi baru atau
inovasi terkait R&D.
5. Kategori A5 (6 item) mengacu pada pengungkapan visi lingkungan oleh
perusahaan dan strategi. Sebagai contoh, banyak perusahaan menyatakan
mereka memiliki kebijakan lingkungan yang berkala atau membuat klaim
tentang pentingnya nilai-nilai lingkungan.
6. Kategori A6 (4 item) mengukur pengungkapan profil lingkungan oleh
perusahaan, dalam hal dampak industri dan peraturan lingkungan.
7. Kategori A7 (6 item) menilai pengungkapan inisiatif lingkungan yang
dapat dilaksanakan tanpa harus membuat komitmen terhadap lingkungan.
Penggunaan indeks yang sesuai juga mempengaruhi tingkat pengukuran
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Indeks yang cocok dengan tipe
perusahaan memungkinkan hasil skoring yang lebih baik karena setiap
karakteristik khas yang ada pada tipe perusahaan tersebut dapat diakomodir. GRI
memandang bahwa item hard disclosure atau pengungkapan tegas (kategori A1-
A4) memiliki nilai yang objektif, dapat diverifikasi dan relatif sulit bagi
perusahaan untuk memanipulasinya. Sebaliknya, untuk item soft disclosure atau
22
pengungkapan lunak (kategori A5-A7) tidak mudah diverifikasi dan dapat
disediakan oleh semua perusahaan tanpa memandang jenis kinerja lingkungan
perusahaan. Meskipun item pengungkapan lunak tersebut dapat mewakili
komitmen terhadap lingkungan, perusahaan dapat dengan mudah memanipulasi
atau meniru, dengan demikian akan sulit untuk memperoleh indikasi yang nyata
tentang relevansi nilai perusahaan.
2.4 Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA)
National Center for Sustainability Reporting (NCSR) setiap tahun
menyelenggarakan ajang/penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Awards
(ISRA). Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) adalah penghargaan
yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas
kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi
untuk memelihara keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Ajang tahunan ISRA
diselenggarakan atas kerjasama NCSR bersama Indonesia-Netherlands
Association (INA) serta American Chamber of Commerce (AMCHAM) dengan
dukungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kedutaan Besar Kerajaan
Belanda, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Institut Akuntan
Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI).
ISRA diharapkan dapat meningkatkan tanggungjawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan utama (key stakeholders) dan meningkatkan kesadaran
perusahaan terhadap aspek transparansi dan akuntabilitas publik. ISRA diberikan
23
kepada perusahaan yang telah mempublikasikan Sustainability Report, baik yang
diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (NCSR,
2011).
Evaluasi atas pelaporan kinerja keberlanjutan menggunakan kriteria penilaian
yang disusun oleh dewan juri. Kriteria dimaksud merujuk pada Global Reporting
Initiatives (GRI)-Sustainability Reporting Guidelines, kriteria penjurian dari
Association of Certified Chartered Accountants (ACCA), dan kriteria Annual
Report Award (ARA)-Departemen Keuangan. Terhadap perusahaan yang
laporannya masuk dalam nominasi dilakukan interview. Penilaian dewan juri
terhadap laporan terfokus pada empat elemen utama:
1. Kelengkapan laporan;
2. Kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan
3. Komunikasi dan presentasi laporan;
4. Hasil interview
Selain itu, dewan juri juga melakukan penilaian terhadap situs resmi perusahaan
berkaitan dengan sustainability dan CSR perusahaan. Penilaian dewan juri
terhadap situs perusahaan meliputi:
1. Kelengkapan
2. Kredibilitas
3. Komunikasi
24
Tujuan ISRA adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengakuan terhadap organisasi-organisasi yang melaporkan dan
mempublikasikan informasi mengenai lingkungan, sosial, dan informasi
keberlanjutan terintegrasi.
2. Mendukung pelaporan di bidang lingkungan, sosial, dan keberlanjutan.
3. Meningkatkan akuntabilitas perusahaan dengan menekankan tanggung jawab
terhadap pemangku kepentingan utama (key stakeholders).
4. Meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap transparansi dan
pengungkapan.
2.5 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Ong (2016) menemukan bahwa perusahaan pada umumnya menghasilkan
informasi keberlanjutan yang minimal dengan keragaman yang luas dalam item
pengungkapannya. Namun, tidak ada perbedaan signifikan dalam pengungkapan
keberlanjutan yang diidentifikasi antara perusahaan yang beroperasi di sektor
logam dan pertambangan dan sektor energi dan utilitas. Kemudian penelitian ini
membuktikan bahwa perusahaan lebih banyak mengungkapkan item soft
disclosure dibandingkan dengan hard disclosure items selain itu lebih banyak
informasi mengenai aspek ekonomi dibandingkan aspek lingkungan dan sosial.
Tricia et al., (2016) melakukan penelitian tentang hard dan soft sustainability
disclosures di perusahaan pertambangan australia, hasil penelitian membuktikan
bahwa perusahaan melaporkan lebih banyak item pengungkapan soft
25
dibandingkan item pengungkapan hard. Juga ditemukan bahwa perusahaan
melaporkan sebagian besar informasi keberlanjutan dalam aspek ekonomi
daripada aspek lingkungan sosial dan lingkungan.
Sarumpaet et al., (2017), melakukan penelitian dengan judul The value relevance
of environmental performance: evidence from Indonesia, hasil penelitiannya
membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara relevansi nilai dengan
environmental performance pada perusahaan berkinerja baik.
Fazzini et al., (2016), melakukan penelitian berjudul “Experience the value
relevance of ‘assured’ environmental disclosure, hasil penelitiannya menunjukan
terdapat hubungan yang positif pada environmental voluntary disclosure terhadap
relevansi nilai informasi.
Sarumpaet (2012) menemukan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba di
tahun sebelum penentuan peringkat PROPER diumumkan ke publik, selain itu
penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan menyadari kinerja lingkungan
sebelum hasilnya dipublikasikan dan melakukan meminimalkan laba yang
dilaporkan untuk mengantisipasi dan menghindari biaya politik.
Suratno et al., (2007) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa environmental
performance berpengaruh positif signifikan terhadap environmental disclosure
dan environmental performance juga berpengaruh secara positif signifikan
terhadap economic performance.
26
Clarkson et al., (2008) meneliti tentang Environmental performance dan
environmental disclosure berdasarkan economics based dan socio-political
theories of voluntary disclosure, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif antara environmental performance dan level of
discretionary environmental disclosure.
Sebriwahyuni (2014) hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengungkapan
Laporan Keberlanjutan berpengaruh signifikan terhadap ROA, ROE, dan Arus
Kas Operasi, namun Pengungkapan Laporan Keberlanjutan tidak berpengaruh
terhadap Laba Sebelum Pajak dan EPS.
Suhartati, dkk (2011) membuktikan bahwa pengungkapan corporate social
responsibility tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan sehingga
meskipun memiliki arah positif tetapi variabel independen ini tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Almilia dan Wijayanto (2007) yang berjudul
“Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure terhadap
Economic Performance” menunjukkan bahwa environmental performance
perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap economic performance-nya,
dan hipotesis kedua yaitu environmental disclosure berpengaruh signifikan positif
terhadap economic performance-nya.
Natalia dan Tarigan, (2014) menyatakan bahwa pengungkapan kinerja ekonomi
dalam sustainability report akan meningkatkan kepercayaan stakeholder dan
investor yang akan meningkatkan image perusahaan dan kinerja keuangan
27
perusahaan dalam hal ini profitabilitas. Meningkatnya kinerja keuangan akan
meningkatkan nilai perusahaan dalam pasar bursa.
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1 Hard Environmental Disclosure Terhadap Harga Saham
Hard disclosure mencerminkan pengungkapan yang faktual, informasi objektif
yang tidak dapat dengan mudah ditiru (Clarkson et al., 2008), dengan
meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan akan membawa dampak positif bagi
investor, karena jika perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya
dengan baik kepada masyarakat, maka dimasa yang akan datang risiko perusahaan
untuk mendapat tuntutan hukum dari masyarakat semakin kecil. Dengan melihat
kinerja lingkungan perusahaan yang baik, maka akan lebih banyak investor yang
tertarik untuk menanamkan modalnya ke perusahaan, sehingga meningkatkan
kinerja ekonomi perusahaan (Tricia et al., 2016).
Usaha untuk melestarikan lingkungan oleh perusahaan yang mendatangkan
sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan investor dan stakeholder pada
keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab.
Hal ini mengindikasikan tentang pengelolaan lingkungan yang baik dapat
menghindari klaim masyarakat dan pemerintah, meningkatkan kualitas barang
yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan ekonomi (Pfleinger et al.,
2005). Perspektif teori tersebut memprediksi hubungan positif antara kinerja
lingkungan dan hard disclosure, teori pengungkapan sukarela menyatakan bahwa
28
perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik (rendah polusi) akan
menekankan hard disclosure.
Hasil penelitian Sarumpaet et al., (2017) membuktikan terdapat hubungan positif
antara superior environmental performance dengan relevansi nilai perusahaan,
Fazzini et al., (2016) membuktikan bahwa environmental voluntary disclosure
merupakan informasi yang relevan dan memiliki hubungan positif terhadap nilai
pasar perusahaan, hipotesis yang diajukan adalah:
H1: terdapat pengaruh hard environmental disclosure terhadap harga saham.
2.6.2 Soft Environmental Disclosure Terhadap Harga Saham
Pengungkapan sosial lingkungan dalam Ghozali dan Chariri (2007) pada dasarnya
dapat dilihat sebagai usaha perusahaan untuk mengirimkan pesan kepada
stakeholder tentang tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan untuk
kepentingan sosial dan lingkungan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari
praktik pengungkapan sosial lingkungan seperti menselaraskan nilai-nilai
perusahaan dengan nilai-nilai sosial, menghindari tekanan dari kelompok tertentu,
meningkatkan image dan reputasi perusahaan, menunjukkan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Pengungkapan merupakan bentuk objektif untuk mengukur atau memverifikasi
kinerja lingkungan. GRI memandang bahwa hard item memiliki nilai yang
objektif, dapat diverifikasi dan relatif sulit bagi perusahaan untuk
memanipulasinya. Sebaliknya, untuk soft item tidak mudah diverifikasi dan dapat
disediakan oleh semua perusahaan tanpa memandang jenis kinerja lingkungan
29
perusahaan (Clarkson et al., 2008). Untuk pengungkapan lunak atau soft
disclosure, mengacu pada pengungkapan visi lingkungan oleh perusahaan dan
strategi. Sebagai contoh, banyak perusahaan menyatakan mereka memiliki
kebijakan lingkungan yang berkala atau membuat klaim tentang pentingnya nilai-
nilai lingkungan. Meskipun item-item tersebut dapat mewakili komitmen terhadap
lingkungan, perusahaan dapat dengan mudah memanipulasi atau meniru, dengan
demikian akan sulit untuk memperoleh indikasi yang nyata tentang kinerja
perusahaan.
Meskipun demikian, teori agensi menyatakan bahwa peningkatan transparansi dan
pengungkapan akan memberikan kontribusi untuk menyelaraskan kepentingan
manajer dan pemegang saham. Natalia dan Tarigan, (2014) menyatakan bahwa
pengungkapan kinerja ekonomi dalam sustainability report akan meningkatkan
kepercayaan stakeholder dan investor yang akan meningkatkan image perusahaan
dan kinerja keuangan perusahaan, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Iriyanto dan Paskah (2014) yang menunjukkan bahwa kinerja lingkungan
mempunyai pengaruh terhadap kinerja ekonomi, hipotesis yang diajukan adalah:
H2: terdapat pengaruh soft environmental disclosure terhadap harga saham.
2.6.3 Sustainability Reporting Terhadap Harga Saham
Sustainability report merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk bisa
menjaga hubungan yang baik dengan para investor untuk menanamkan modalnya
di perusahaan tersebut, disamping itu bisa menarik minat dari konsumen dan
30
supplier juga untuk membeli produk dari perusahaan tersebut, secara tidak
langsung diharapkan bisa berdampak pada meningkatnya kinerja pasar dari suatu
perusahaan untuk tahun-tahun yang akan datang.
Perusahaan membutuhkan sejumlah biaya untuk melakukan pengungkapan
laporan keberlanjutan yang akan mengurangi pendapatan sehingga menyebabkan
menurun nya laba perusahaan, namun citra perusahaan akan meningkat. Data
statistik menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kelangsungan hidup
seseorang tidak hanya disebabkan oleh kondisi ekonomi saja, tetapi juga
diimbangi dengan informasi yang didapat mengenai kondisi lingkungan dan sosial
(GRI, 2011). Terjadinya pergeseran pandangan mengenai pentingnya informasi
lingkungan dan sosial menyadarkan perusahaan bahwa laba bukan menjadi faktor
utama dalam pencapaian tujuan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang
akan datang.
Hasil penelitian Natalia dan Tarigan, (2014) menyatakan bahwa pengungkapan
kinerja ekonomi dalam sustainability report akan meningkatkan kepercayaan
stakeholder dan investor yang akan meningkatkan image perusahaan. Sarumpaet
et al., (2017) membuktikan terdapat hubungan positif antara superior
environmental performance dengan relevansi nilai perusahaan, Suratno et al.,
(2007) menambahkan environmental performance juga berpengaruh secara positif
signifikan terhadap economic performance, hipotesis yang diajukan adalah:
H3: terdapat pengaruh pengungkapan sustainability reporting terhadap harga
saham.
31
2.7 Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Harga Saham Sustainability
Reporting
Hard Environmental
Disclosure Soft Environmental
Disclosure
H1 H2
H3
Perusahaan Yang Terdaftar Sebagai
Peserta ISRA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan peserta ISRA serta
terdaftar pada tahun 2012-2016 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih
berdasarkan Purposive Sampling (kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta terdaftar
sebagai peserta ISRA pada tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016. Tidak
semua perusahaan yang terdaftar di BEI menerapkan sustainability
reporting sehingga sampel di ambil dari peserta ISRA.
2. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan tidak pernah di-suspend (diberhentikan sementara) selama
periode 2012-2016.
33
3. Perusahaan yang mempunyai harga saham berubah atau tidak sama selama
periode pengamatan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena data diperoleh
secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat
diperoleh dari website Indonesia Sustainability Report Award (ISRA): isra.ncsr-
id.org, situs informasi harga saham yaitu yahoo finance dan website resmi
perusahaan. Tabel berikut ini menyajikan prosedur pemilihan sampel dengan
kriteria yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1.
Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Perusahaan Peserta ISRA. 29 36 35 37 47
Perusahaan yang tidak masuk sebagai
sampel:
1. Perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
2. Perusahaan yang mempunyai harga saham
sama selama periode penelitian
3. Perusahaan yang memakai mata uang asing
9
0
6
14
0
3
22
0
2
19
0
4
33
1
3
Total Sampel penelitian 14 19 11 14 10
Sumber : sra.ncsr-id.org dan yahoo finance, data diolah (diakses tanggal 05 Juli - 02
Agustus, 2018)
Tabel 3.1 menunjukan jumlah keseluruhan perusahaan yang menjadi sampel
penelitian, perusahaan Peserta ISRA pada tahun 2012-2016 seluruhnya berjumlah
184, dari total tersebut hanya sebanyak 68 perusahaan yang dapat menjadi sampel
penelitian dikarenakan tidak semua perusahaan yang menjadi peserta ISRA
terdaftar di BEI atau sahamnya diperdagangkan dan memakai mata uang rupiah,
34
untuk itu perusahaan yang tidak mempunyai harga saham tidak menjadi sampel
dalam penelitian ini.
Selain itu terdapat satu perusahaan yang mempunyai harga saham sama sehingga
memiliki nilai return saham yang tetap selama periode pengamatan yaitu pada
Tahun 2016 perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dengan kode saham
UNSP, dari hasil tersebut total sampel perusahaan yang dapat menjadi sampel
penelitian berjumlah 68 perusahaan.
3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2015). Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
3.2.1 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen / terikat (Sugiono, 2015).
Variable independen dalam penelitian ini adalah:
3.2.1.1 Hard Environmental Disclosure
Hard environmental disclosure merupakan jenis pengungkapan lingkungan yang
dirumuskan oleh Clarkson et. al. (2008) yang berpedoman pada Indeks GRI. GRI
memandang bahwa item hard disclosure atau pengungkapan tegas (kategori A1-
A4) memiliki nilai yang objektif, dapat diverifikasi dan relatif sulit bagi
35
perusahaan untuk memanipulasinya. Pengukuran ini dilakukan dengan
mencocokkan item pada check list dengan item yang diungkapkan perusahaan.
Skor yang diberikan mengikuti Clarkson et al., (2008) seperti pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.2 Item Hard Environmental Disclosure
HARD DISCLOSURE ITEMS
A1) Governance Structure and Management Systems (max secore is 6)
Existence of a Department for pollution control and/or management positions for env.
Management (0-1)
Existence of an Environmental and/or a Public Issues Committee in the board (0-1)
Existence of terms and conditions applicable to suppliers and/or customers regarding env.
Practices (0-1)
Stakeholder involvement in setting corporate environmental policies (0-1)
Implementation of ISO14001 at the plant and/or firm level (0-1)
Executive compensation is linked to environmental performance (0-1)
A2) Credibility (max score is 10)
Adoption of GRI sustainability reporting guidelines or provision of a CERES report (0-1)
Independent verification/assurance about environmental information disclosed in the EP
report/Web. (0-1)
Periodic independent verifications/audits on environmental performance and/or systems
(0-1)
Certification of environmental programs by independent agencies (0-1)
Product Certification with respect to environmental impact (0-1)
External Environmental Performance Awards and/or inclusion in a Sustainability Index
(0-1)
Stakeholder involvement in the environmental disclosure process (0-1)
Participation in voluntary environmental initiatives endorsed by EPA or Department of
Energy (0-1)
Participation in industry specific associations/initiatives to improve environmental
practices (0-1)
Participation in other environmental organizations/assoc. to improve environmental
practices (if not awarded under 8 or 9 above) (0-1)
A3) Environmental Performance Indicators (EPI) *(max score is 60)
EPI on energy use and/or energy efficiency (0-6)
EPI on water use and/or water use efficiency (0-6)
EPI on green house gas emissions (0-6)
EPI on other air emissions (0-6)
EPI on TRI (land, water, air) (0-6)
EPI on other discharges, releases and/or spills (not TRI) (0-6)
EPI on waste generation and/or management (recycling, re-use, reducing, treatment and
disposal) (0-6)
EPI on land and resources use, biodiversity and conservation (0-6)
EPI on environmental impacts of products and services (0-6)
EPI on compliance performance (e.g. exceedances, reportable incidents) (0-6)
36
A4) Environmental Spending (max score is 3)
Summary of dollar savings arising from environment initiatives to the company (0-1)
Amount spent on technologies, R&D and/or innovations to enhance environ. perf. and/or
efficiency (0-1)
Amount spent on fines related to environmental issues (0-1)
Hard environmental disclosure diukur dengan menjumlahkan empat indeks IFR,
dengan rumus berikut:
HARD
∑Xyi = jumlah score dari item y diungkapkan perusahaan i;
ni = jumlah item untuk perusahan i (79),
3.2.1.2 Soft Environmental Disclosure
Soft environmental disclosure merupakan jenis pengungkapan lingkungan yang
dirumuskan oleh Clarkson et al., (2008) yang berpedoman pada Indeks GRI.
Untuk item soft disclosure atau pengungkapan lunak (kategori A5-A7) tidak
mudah diverifikasi dan dapat disediakan oleh semua perusahaan tanpa
memandang jenis kinerja lingkungan perusahaan. Pengukuran ini dilakukan
dengan mencocokkan item pada check list dengan item yang diungkapkan
perusahaan. Skor yang diberikan mengikuti Clarkson et al., (2008) seperti pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Item Soft Environmental Disclosure
SOFT DISCLOSURE ITEMS
A5) Vision and Strategy Claims (max score is 6)
CEO statement on environmental performance in letter to shareholders and/or
stakeholders (0-1)
A statement of corporate environmental policy, values and principles, environ.
codes of conduct (0-1)
A statement about formal management systems regarding environmental risk and
37
SOFT DISCLOSURE ITEMS
performance (0-1)
A statement that the firm undertakes periodic reviews and evaluations of its
environ. Performance (0-1)
A statement of measurable goals in terms of future env. Performance (if not
awarded under A3) (0-1)
A statement about specific environmental innovations and/or new technologies
(0-1)
A6) Environmental Profile (max score is 4)
A statement about the firm’s compliance (or lack thereof) with specific
environmental standards (0-1)
An overview of environmental impact of the industry (0-1)
An overview of how the business operations and/or products and services impact
the environment. (0-1)
An overview of corporate environmental performance relative to industry peers
(0-1)
A7) Environmental Initiatives (max score is 6)
A substantive description of employee training in environmental management
and operations (0-1)
Existence of response plans in case of environmental accidents (0-1)
Internal Environmental Awards (0-1)
Internal Environmental Audits (0-1)
Internal certification of environmental programs (0-1)
Community involvement and/or donations related to environ. (if not awarded
under A1.4 or A2.7 ) (0-1)
Soft environmental disclosure diukur dengan menjumlahkan tiga indeks IFR,
dengan rumus berikut:
SOFT
∑Xyi = jumlah score dari item y diungkapkan perusahaan i;
ni = jumlah item untuk perusahan i (16)
3.2.1.3 Sustainability reporting
Dalam GRI (2013), sustainability report didefinisikan sebagai praktik untuk
mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan, sebagai tanggung jawab
kepada stakeholder internal maupun eksternal mengenai kinerja organisasi dalam
38
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Sustainability report akan
menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan,
dan dampak sosial (seperti halnya konsep tripple bottom line, pelaporan CSR, dan
sebagainya). Pengukuran sustainability report dalam penelitian ini menggunakan
check list yang mengacu pada indikator pengungkapan yang digunakan oleh
Sembiring (2013) karena lebih sesuai dengan keadaan perusahaan di Indonesia.
Indikator ini terdiri atas tujuh kategori, yaitu lingkungan, energi, kesehatan, dan
keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat,
dan umum. Jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan adalah
sebanyak 78 item yang terdiri atas kategori lingkungan (13 item), kategori energi
(7 item), kategori kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (8 item), kategori lain-
lain tenaga kerja (29 item), kategori produk (10 item), kategori keterlibatan
masyarakat (9 item), dan kategori umum (2 item) (Lampiran 1). Pengukuran ini
dilakukan dengan mencocokkan item pada check list dengan item yang
diungkapkan perusahaan. Apabila item y diungkapkan maka diberikan nilai 1, jika
item y tidak diungkapkan maka diberikan nilai 0 pada check list. Setelah
mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh perusahaan di dalam sustainability
report, serta mencocokkannya pada check list, hasil pengungkapan item yang
diperoleh dari setiap perusahaan dihitung indeksnya dengan proksi pengungkapan
sustainability report. Adapun rumus untuk menghitung pengungkapan
sustainability report dengan rumus berikut:
39
SR
∑Xyi = jumlah score dari item y diungkapkan perusahaan i;
ni = jumlah item untuk perusahan i (78)
3.2.2 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen (variabel terikat) adalah harga saham
perusahaan. Informasi yang relevan bisa mengubah harga saham disebabkan
karena investor merubah harapan-harapannya (Francis dan Schipper, 1999).
Pengukuran relevansi nilai mengacu pada penelitian Fazzini et al., (2016) dan
penelitian Sarumpaet et al., (2017) yaitu menggunakan model harga (price model)
yang dikembangkan oleh Ohlson (1995) berikut ini:
Pit+1 = α0 + b1EPSit + b2BVit
Keterangan:
Pit+1 = harga saham per lembar perusahaan pada 31 Maret dan atau 30 April
EPSit = laba bersih per lembar saham
BVit = nilai buku ekuitas per lembar saham
Harga Saham yang digunakan dalam penelitian ini adala harga saham per 31
Maret untuk tahun pengamatan 2012, sedangkan harga saham per 30 April
digunakan untuk tahun pengamatan 2013-2016.
40
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsif
atau variabel-variabel, sum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam
memahami penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau
deskrepsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, minimum variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.3.2 Uji Asumsi Klasik
Analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil analisis
regresi dapat memenuhi kriteria best, linear dan supaya variabel independent
sebagai estimator atas variabel dependent tidak bias. Uji asumsi klasik dalam
penelitian ini terdiri atas uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
multikolinearitas.
3.3.2.1 Uji Normalitas Data
Ghozali (2013) menyebutkan bahwa uji normalitas adalah untuk untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel independent dan dependent memiliki distrik
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Untuk mengetahui normal atau tidak maka dilakukan uji
normalitas menurut Kolmogrof Smirnov satu arah dan analisis grafik Smirnov
menggunakan tingkat kepecayaan 5 %. Sebagai dasar pengujian keputusan normal
atau tidak yaitu:
a. Z hitung > Z tabel maka distribusi populasi tidak normal
41
b. Z hitung < Z tabel maka distribusi populasi normal.
Sedangkan analisis grafik menggunakan grafik histogram dan normal probability
plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan
distrik kumulatif dari distribusi normal dalam hal ini distribusi normal akan
membantu garis lurus diagonal.
3.3.2.2 Uji Heteroskedastik
Ghozali (2013) menjelaskan bahwa autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota observasi yang disusun menurut waktu dan tempat. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji
Durbin-Watson (DW test).
3.3.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan uji korelasi antara variabel-variabel
independen dengan korelasi sederhana. Menurut Ghozali (2013) uji ini dilakukan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel imdependent dimana model regresi yang baik tidak terjadi ortogonal.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam regresi adalah
dengan menganalisis korelasi variabel-variabel independent.
3.3.3 Analisis Regresi
Metode regresi dilakukan terhadap model yang diajukan oleh peneliti
menggunakan program SPSS untuk memprediksi hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Berdasarkan rumusan masalah dan
42
kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka model
penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut:
Pit+1 = α + β1EPS+ β2BV + β3HARD+ β4SOFT + β5SR + et
Keterangan :
Pit+1 : harga saham per lembar perusahaan pada 31 Maret dan atau 30 April
BV : nilai buku ekuitas per lembar saham
Hard : hard environmental disclosure
Soft : soft environmental disclosure
SR : pengungkapan sustainability reporting
et : Error term
α : Konstanta dari persamaan regresi
β : Koefisien persamaan regresi
3.3.4 Pengujian Hipotesis
3.3.4.1 Uji Koefisen Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan varian variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi varian
variabel dependen (Ghozali, 2013). Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksikan varian variabel dependen. Bila terdapat nilai adjusted R2 bernilai
negatif, maka adjusted R2 dianggap nol.
43
3.3.4.2 Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Keputusan menolak atau menerima H0 sebagai berikut:
a. Jika t hitung > t kritis, atau nilai sig < α maka H0 ditolak
b. Jika t hitung < t kritis, atau nilai sig > α maka H0 diterima.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh nilai informasi dari sisi
pengungkapan laporan keuangan yang diukur menggunakan Indeks GRI
berdasarkan Clarkson et al., (2008) dan membaginya ke menjadi dua kategori
utama yaitu hard environmental disclosure dan soft environmental disclosure
serta sustainability reporting terhadap harga saham perusahaan- perusahaan
peserta Indonesia Sustainability Report Award (ISRA). Penelitian dilakukan
terhadap seluruh peserta ISRA pada tahun 2012-2016, sampel penelitian sebesar
68 perusahaan. Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa
kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengujian hard environmental disclosure yang diukur
dengan pengungkapan tegas (kategori A1-A4), dapat diketahui bahwa
variabel hard environmental disclosure berpengaruh terhadap harga saham.
Sehingga hipotesis yang menyatakan “terdapat pengaruh hard environmental
disclosure terhadap harga saham”, didukung.
2. Berdasarkan hasil pengujian soft environmental disclosure yang diukur
dengan item soft disclosure (kategori A5-A7), dapat diketahui bahwa variabel
soft environmental disclosure tidak berpengaruh terhadap harga saham.
62
Sehingga hipotesis yang menyatakan “terdapat pengaruh soft environmental
disclosure terhadap harga saham”, tidak didukung.
3. Berdasarkan hasil pengujian pengungkapan sustainability report yang diukur
dengan indikator pengungkapan yang terdiri atas tujuh kategori, yaitu
lingkungan, energi, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga
kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum, dapat diketahui bahwa
variabel sustainability report berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga
hipotesis yang menyatakan “terdapat pengaruh sustainability report terhadap
harga saham”, didukung.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan dengan metode content analysis sehingga
menimbulkan unsur subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan,
hal tersebut dikarenakan tidak adanya penentuan baku yang dapat dijadikan
standar atau acuan perusahaan tersebut, sehingga penentuan indeks untuk
indikator dalam kategori yang sama akan berbeda untuk setiap peneliti.
2. Penelitian ini tidak membedakan sektor industri perusahaan, sehingga baik
itu perusahaan sektor keuangan maupun non keuangan tingkat pengungkapan
lingkungan yang digunakan menggunakan ukuran yang sama.
63
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain yang lebih terperinci
untuk menghindari adanya bias dan tidak memiliki tingkat subyektivitas yang
tinggi.
2. Melihat hasil penelitian bahwa hard environmental disclosure berpengaruh
terhadap harga saham, oleh karena itu untuk melihat dampak sustainability
report terhadap harga saham pada penelitian mendatang akan lebih baik jika
aspek keberlanjutan tidak hanya melibatkan data kuantitatif saja sekunder
(sustainability report dan laporan keuangan), namun juga melibatkan data
lain, seperti perilaku manajer atau pemilik yang bisa diperoleh melalui
wawancara atau survei.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adhipradana, Fadhila dan Daljono. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran
Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Sustainability Report. Jilid 3, Nomor 1 : 2-12. Semarang : Universitas
Diponegoro
Almilia, Luciana Spica. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sukarela Internet Financial And Sustainability Reporting. Jurnal Akuntansi
Dan Auditing Indonesia, 12(2), 117-131.
Barth, M. E., Landsman, W. R. & Lang, M. 2008. International Accounting
Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46,
467–498.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi 11, Penerjemah Ali Akbar Yulianto, Salemba Empat,
Jakarta.
Budiman, Adrian dan Juniarti. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Respon Investor Dalam Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi.
Business Accounting Review (2)3 hal:41-50.
Chariri, Anis dan Lestari, Hanny Sri. 2007. Analisis Faktor –Faktor yang
Mempengaruhi Pelaporan Keuangan di Internet (Internet Financial
Reporting) dalam Website Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. 1-28.
Clarkson, P., Li, Y., Richardson, G. & Vasvari, F. 2008. Revisiting the relation
between environmental performance and environmental disclosure: An
empirical analysis. Accounting, Organizations and Society, 33(4), 303-327.
Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st
Century Business.Oxford:Capstone.
Fazzini, M., Dal, L., Fazzini, M. and Maso, L.D. (2016), “Experience the value
relevance of „assured‟ environmental disclosure the Italian experience”,
Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, Vol. 7 No. 2,
pp. 225-245
Francis, J. & Schipper, K. 1999. Have Financial Statements Lost Their
Relevance? Journal of Accounting Research, 37, 319–352.
Ghozali, I dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi, Edisi 3. Semarang: Badan
Penerbit. Universitas Diponegoro.
65
Ghozali, Imam.2013. Aplikasi Analsis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gray, R., Kouhy, R., and Lavers, S. 1995. “Corporate Social and Environmental
Reporting: a Review of The Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure”. Accounting Auditing and Accountability Journal, Vol. 8 No.2,
pp. 1-11.
https://www.globalreporting.org/Pages/default.aspx
https://finance.yahoo.com/
https://www.ncsr-id.org/
IAI. 2014. PSAK No. 1. Jakarta:Ikatan Akuntan Indonesia
IASB. 2010. Conceptual Framework for Financial Reporting.
Iriyanto, Felecia N dan Paskah I. N. 2014. Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report dan Kinerja
Ekonomi.Dinamika Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan. 3(1), h: 46-57.
Luthfia, Khaula. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur
Modal, dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability
Report (Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan yang Listed (Go-Public) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2010). Jurnal. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Nashih, M., dan Hariani, A. R. 2006. Value Relevance Laporan Keuangan di
Indonesia dan Kaitannya Dengan Beban Iklan dan Promosi. Simposium
Nasional Akuntansi IX, 23-26 Agustus 2006
Natalia, R dan Tarigan, J. 2014. Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Dari Sisi Profitability Ratio. Business
Accounting Review, 2(1), 111-120.
Ohlson, J. 1995. Earnings, Book Values And Dividends in Quality Valuations.
Contemporary Accounting Research, 11, 661–688.
Ong, Siew Hoon. 2016. Measuring the quality and identifying influencing factors
of sustainability reporting: Evidence from the resources industry in
Australia. Theses: Doctorates and Masters. Edith Cowan University.
Pflieger, Juli et.al. 2005. The contribution of life cycle assessment to global
sustainability reporting of Organization. Management of Environmental.
Vol. 16, No. 2.
66
Puspitaningtyas, Zarah. 2012. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan
Manfaatnya Bagi Investor. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 164-
183
Sari, Kusumastuti., Supatmi, dan Sastra, Perdana. 2006. Pengaruh Board Diversity
terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal
Ekonomi Akuntansi-Universitas Kristen Petra. Available at:
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting. Diakses pada 3 November
2018.
Sarumpaet, Susi. 2012. Earnings Management by Firms with Poor Environmental
Performance Ratings: An empirical Investigation in Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.
Sarumpaet, Susi., Nelwan, Melinda Lydia., Dewi., 2017. The value relevance of
environmental performance: evidence from Indonesia. Social Responsibility
Journal, Vol. 13 Issue: 4, pp.817-827.
Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. Toronto: Prentice-Hall
International.
Sebriwahyuni, Andiani Raja. 2014. Pengaruh Pengungkapan Laporan
Keberlanjutan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Theses. S2 Ilmu
Akuntansi/Akuntansi Terapan UGM.
Subekti, Imam. 2012. Relevansi Nilai Atas Informasi Akunatansi, Struktur
Kepemilikan Saham, dan Afiliasi Group Bisnis Pada Perusahaan Publik di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XV, 20-23 September 2012.
Suhartati, Titi, Warsini, Sabar, dan Sixpria, Nedsal. 2011. Pengaruh
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Praktik Tata Kelola Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
(Online),Vol.10,No.2, diakses 24 Juni 2018).
Sugiono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung
Sun, N., Salama, A., Hussainey, K., and Habbash, M. 2010. “Corporate
Environmental Disclosure, Corporate Governance, and Earnings
management”. Managerial Auditing Journal. Vol.25 No.27 pp 679-700
Suratno, Ignatius Bondan., Darsono., Siti Mutmainah. 2006. Pengaruh
Environmental Performance terhadap Environmental Disclousure dan
Economic Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode (2001-2004). Simposium Nasional
Akuntansi 9.Padang 23-26 Agustus.h: 1-20.
67
Susanto, Y.K., dan Tarigan, J. 2013. Pengaruh Pengungkapan Sustainability
Report terhadap Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Business Accounting
Review, Vol. 1.
Tricia, Ong., Trireksani, Terri., Djajadikerta, Hadrian Geri. 2016. Hard and soft
sustainability disclosures: Australia‟s resources industry. Accounting
Research Journal, Vol. 29 Issue: 2. pp.198-217,
https://doi.org/10.1108/ARJ-03-2015-0030.
Weber, O., Koellner, T., Habegger, D., Steffensen, H., & Ohnemus, P. 2008. The
Relation Between Sustainability Performance and Financial.
Wiranata, I. E., & Wirajaya, I. A. 2014. Reaksi Pasar Atas Pengumuman
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. 8(3), pp: 402-422.
_______. 2008. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung”.
Bandar Lampung: Universitas Lampung