pengaruh return on asset, debt to equity ratio dan …
TRANSCRIPT
1
PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO
DAN CURRENT RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2010-2014
Oleh :
ASEP HADI WIJAYA
NIM: 110462201207
Fakultas Ekonomi, UMRAH
ABSTRACT
Asep Hadi Wijaya, 2016: Influence Return On Assets, Debt to Equity Ratio, and
Current Ratio to firm Value Manufacturing sector
companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2010-
2014. Promoter team: Hj. Asmaul Husna. SE.AK. MM,
Asri Eka Ruth. SE, M.Si, Ingge Lengga Sari Munthe, SE,
AK, M.Si, Fatahurazak, SE.Ak., M. Ak, CA. Essay.
UMRAH
The purpose of this study is to empirically study the effect of accounting variables
return on asset, debt to equity ratio, and current ratio on price to book value (firm
value) of the manufactured firms registered from 2010 till 2014 on Indonesia stock
exchange (idx). From 137 firms registered only 17 are used as samples for this study
and 85 observations. The analysis of data are using multiple regression analysis to all
hypothesis. Te result showed that return on asset (ROA) have a significant to firm
value. Debt to equity ratio (DER) does not have a significant effect to firm value. And
current ratio (CR) does have a significant effect to firm value. With the coefficient
determination of fit test showed that 22.5% the firm value be affected by return on
asset (ROA), debt to equity Ratio (DER), and current ratio (CR). While the rest equal
to 77.5% influenced by the other variable which do not checked.
Keyword: Return on asset (ROA), Debt to equty ratio (DER), Current ratio (CR),
Firm Value (PBV).
2
A. Pendahaluan 1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk meningkatkan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan tata kelola
perusahaan yang baik dan pelaksanaan fungsi manajemen keuangan secara optimal,
dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan
keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada
dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar
saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian
investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki (Nugroho 2015).
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah current ratio.
Jumingan (2008:123-124) Rasio yang umum sering digunakan dalam analisis laporan
keuangan adalah rasio lancar (Current Ratio). Dalam mengukur rasio modal kerja
yang penting bukan besar kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan utang jangka
pendek (modal kerja neto) melainkan harus dilihat pada hubungannya dan
perbandingannya yang mencerminkan kemampuan mengembalikan utang. Current
ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibanding
dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya
(seperti persediaan) yang berlebih-lebihan. Current ratio yang tinggi tersebut
memang baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandangan pemegang
saham kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan
efektif. Sebaliknya current ratio yang rendah relatif lebih riskan, tetapi menunjukkan
bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Saldo kas
dibuat minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perputaran piutang dan
persediaan diusahakan maksimum.
Faktor lain yang bisa mempengaruhi nilai perusahaan adalah rasio leverage
dimana rasio ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
hutangnya. Perusahaan yang mampu mengembalikan hutangnya dengan baik akan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan yang akan meningkatkan
nilai perusahaan. Pada penelitian ini leverage diukur dengan debt to equity ratio
(DER) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total modal. Rasio ini berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Tingkat keamanan dan risiko akan
mempengaruhi harga saham nantinya. Apabila Debt to Equity Ratio (DER)
menunjukkan angka yang tinggi, akan membuat resiko semakin besar dan membuat
investor takut menanamkan modalnya sehingga harga saham menjadi turun.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang masalah tersebut, sehingga pada penelitian kali ini peneliti mengambil
judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Current Ratio Terhadap
nilai perusahaan pada Sektor Manufaktur Periode 2010-2014”.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
ditarik perumusan masalah dalam penelitan ini adalah:
1. Apakah Profitabilitas (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap nilai
perusahaan (PBV) pada sektor manufaktur di BEI periode 2010-2014?
2. Apakah Leverage (DER) berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan
(PBV) pada sektor manufaktur di BEI periode 2010-2014?
3. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV)
pada sektor manufaktur di BEI periode 2010-2014?
4. Apakah profitabilitas (ROA), leverage (DER), dan Current Ratio (CR)
berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan (PBV) pada sektor
manufaktur di BEI periode 2010-2014?
B. Definisi Operasional Variabel
1.1 Nilai Perusahaan
Menurut Nugroho (2012), Nilai perusahaan adalah nilai wajar perusahaan
yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten tertentu, sehingga nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu dikaitkan
dengan harga saham. Nilai perusahaan itu juga dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan dalam membayar dividennya. Dividen adalah laba yang dibagikan kepada
para pemegang saham dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah lembar saham yang
dimiliknya (Sunariyah, 2004). Tetapi kadang ada saatnya dividen tersebut tidak
dibagikan oleh perusahaan karena perusahaan membutuhkan investasi kembali laba
yang diperolehnya. Besarnya dividen tersebut dapat mempengaruhi harga saham.
Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham biasanya tinggi sehingga
nilai perusahaan juga tinggi dan jika dividen dibayarkan kepada pemegang saham
kecil maka harga saham perusahaan yang membagikannya tersebut juga rendah.
Kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar dividen sangat berhubungan
dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba
yang tinggi, maka kemampuan perusahaan akan membayarkan dividen juga tinggi.
Dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan (Harjito dan
Martono, 2005).
Jadi, nilai perusahaan dapat diartikan sebagai tingkat ekspektasi nilai investasi
pemegang saham (harga pasar ekuitas) ataupun ekspektasi nilai total perusahaan
(harga pasar ekuitas dijumlahkan dengan nilai pasar utang), ataupun ekspektasi nilai
pasar aktiva. Nilai perusahaan dapat diukur melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan
ekuitas dan pendekatan aktiva. Pendekatan aktiva dinyatakan dengan jumlah nilai
buku dari aktiva-aktiva perusahaan yang disebut market to book value of asset (MBR).
Pendekatan ekuitas mengukur jumlah ekuitas yang beredar dikalikan dengan harga
pasarnya pada setiap akhir tahun buku yang dinyatakan sebagai Market value of
equity (MVE). Market Value of Equity merupakan kapitalisasi saham-saham yang
beredar dengan asumsi pasar modal yang efisien.
4
1.2 Profitabilitas
Rasio profitabilitas (return on asset) menurut Van Horne dan Wachowicz
(2005 : 222) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”.
Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan.
Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat
melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang
menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak
menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari
kreditor maupun investasi dari pihak luar.
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan (Petronila dan Muklasin,2003 dalam Analisa, 2011). Ukuran profitabilitas
dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian
investasi atau aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Angg (1997) dalam
Analisa (2011) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas
menunjukkan keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan.
1.3 Leverage Rasio ini sama dengan rasio solvabilitas. Menurut Darsono dan Ashari (2005 :
54) “rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi”. Ada beberapa macam
rasio leverage diantarnya debt ratio (debt to total assets), debt to equity ratio, long
term debt to equity, dan time interested earned, Namun didalam penelitian ini
berfokus pada debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang
membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. DER merupakan financial
leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel keuangan karena secara teoritis
menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga
saham.
Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak
solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingakan dengan total asetnya
(Horne,1997 dalam Analisa, 2011). Karena leverage merupakan rasio yang
menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio
yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan,
maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan asset yang tinggi namun
resiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan asset tinggi tersebut di dapat dari hutang
yang akan meningkatkan risiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi
kewajibanya tepat waktu.
1.4 Current Ratio Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
5
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-
kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio
sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan
dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang
lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi
aktiva lancar.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Formula Current Ratio
Gambar 2.1
C. Metode Penelitian
1. Populasi Dan Sampel Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif. Menurut
Sugiyono 2013, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu.
1.1 Populasi Menurut Sugiyono (2013:215), Populasi diartikan sebagai generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
6
1.2 Sampel Menurut Sugiyono (2013:215), Sampel adalah bagian dari populasi itu. Teknik yang
digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non probability
sampling yaitu purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:218-219). Adapun kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember selama
periode 2010-2014.
b. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai provitabilitas/laba positif selama
periode 2010-2014.
c. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan atau memasyarakatkan sahamnya
di bursa efek Indonesia.
d. Perusahaan manufaktur yang menggunakan kurs rupiah dalam laporan
keuangannya.
Berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel diatas, terdapat 137 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014. Dari
137 perusahaan manufaktur tersebut, ada 17 perusahaan yang memenuhi kriteria diatas yang
akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Tabel 1.1 Seleksi dan pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan
Populasi Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sector manufaktur periode tahun 2010-2014 137
Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data
harga saham per 30/31 Desember yang terdapat di situs
homepage BEI www.idx.com dari 2010 hingga tahun 2014
37
Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai provitabilitas
positif antara tahun 2010-2014 32
Perusahaan Manufaktur yang menggunakan kurs (Rupiah)
dalam laporan keuangan tahunannya 30
Perusahaan Manufaktur yang dijadikan sampel berdasarkan
kriteria 17
Jumlah
7
Observasi
Jumlah Sampel 17 x 5 Tahun = 85 85
Sumber : Data diolah 2016
1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
diperoleh secara tidak langsung di dapat dari perusahaan. Data diperoleh dalam bentuk data
yang telah dikumpulkan, diolah dan kemudian dipublikasikan oleh pihak lain yaitu Bursa
Efek Indonesia melalui web (www.idx.co.id) berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
selama periode tahun 2010-2014
Berdasarkan cara memperolehnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak dari sumbernya langsung melainkan sudah
diolah dan biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal (Sugiyono, 2011). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang terdapat dan dipublikasikan pada Bursa Efek
Indonesia Data diperoleh dari Website Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, pada website (www.idx.co.id).
Table 1.2
Hasil uji Statistik Deskriptif
Sumber : output pengolahan data SPSS v 21 (2016)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah data yang dimasukan
dalam pengujian ini adalah 17 x 5 = 85 data. X1 dalam data ini adalah return on asset
(ROA) yang memiliki nilai minimum sebesar 0.09, nilai maksimum sebesar 34,06
nilai rata-rata sebesar 10.1852, dan nilai standar deviasi sebesar 5.90777. X2 dalam
data ini adalah debt to equity ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar 0.05, nilai
maksimum 2.39, nilai rata-rata sebesar 0.7738, dan nilai standar deviasi sebesar
0.59738. X3 dalam data ini adalah current ratio (CR) memiliki nilai minimum sebesar
8
51.81, nilai maksimum sebesar 1174.28, nilai rata-rata sebesar 269.8101, dan nilai
standar deviasi sebesar 190.48478. kemudian untuk nilai price to book value (PBV)
memiliki nilai minimum sebesar 0.22, nilai maksimum sebesar 8.74, nilai rata-rata
sebesar 2.3058 dan nilai standar deviasinya sebesar 1.99190.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dengan menggunakan uji
kolmogorov-smirnov test. Apabila dalam perhitungan diperoleh nilai signifikansi di
bawah 0.05 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas data semua
terdistribuasi normal, karena signifikansi lebih besar dari alpha yang ditentukan, yaitu
sebesar 5%.
Table 1.3
Hasil Uji Normalitas
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelum.
Uji yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji Durbin-
Watson (Ghozali, 2001). Uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menyatakan bahwa
autokorelasi tidak terjadi jika du < d < 4-du, dimana nilai du 1.721, angka D-W yang
9
diperoleh 1.837. Hasil dari uji autokorelasi 1.721 < 1.837 < 2.279. Dari hasil tersebut,
maka penelitian ini tidak terjadi gejala autokorelasi antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Table 1.4
Hasil uji Autokorelasi
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasitas adalah kasus dimana seluruh faktor gangguan tidak
memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan (Ghozali, 2013).Uji ini
dilakukan dengan metode scatterplot test. Ada tidaknya heterokedastisitas diketahui
dengan melihat nilai signifikansi penyebaran varian data. Jika penyebaran varian data
tidak merupakan pola tertentu maka tidak terjadi heterokedastisitas.
4. Uji Multikolinieritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan melihat tolerance value atau variance inflantionfactor (VIF). Nilai yang
dipakai adalah VIF dibawah 10. Jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi
multikolineritas. Hasil uji ini ditunjukan dalam tabel berikut:
10
Tabel 1.5
Uji multikolineritas
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa variabel return on asset memiliki
nilai tolerance 0.706 > 0.10, dan nilai VIF sebesar 1.416 < 10. Variabel debt to equity
ratio memiliki nilai tolerance sevesar 0582 > 0.10, dan nilai VIF sebesar 1.718 < 10.
Variabel current ratio memiliki nilai tolerance sebesar 0.711 > 0.10, dan nilai VIF
sebesar 1.407 < 10. dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai
tolerance > 10 dan nilai VIF < 10 sehingga variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini bebas dari multikolinieritas.
4.1.5 Pengujian Hipotesis
1. t- Value
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
return on asset (X1), debt to equity ratiot (X2) dancurrent ratio (X3) secara
individual mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Pengujian
secara parsial dengan cara membandingkan nilai signifikansi t hitung dengan
tingkat signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 5% dengan kriteria
pengujian:
a. jika sig t hitung > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. jika sig t hitung < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
c.
11
Tabel 1.6
Uji t
Dari tabel di atas diketahui bahwa rasio return on asset memiliki nilai t-hitung
sebesar 4.486 > 1.990 (t-tabel = 0.05, df = (85-5)= 80). Sedangkan nilai
signifikansinya sebesar 0.000 < 0.05, dan ini menyatakan bahwa ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Debt to equity ratio memiliki nilai t-
hitung sebesar -0.424 < 1.990, sedangkan nilai signifikansinya sebesar 0.672 > 0.05
yang berarti DER tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Current
ratio memiliki nilai t-hitung sebesar -1.441 < 1.990, dan nilai signifikansinya sebesar
0.153 > 0.05 yang berarti CR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. F value
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen return
on asset (X1), debt to equity ratio(X2), dan current ratio (X3) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen nilai perusahaan (Y). Pengujian
secara serempak yaitu dengan cara membandingkan antar nilai signifikansi F hitung
dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 5% dengan kriteria
pengujian :
a. Jika sig F hitung > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika sig F hitung < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
12
Tabel 1.7
F value
Dari tabel di atas diketahui bahwa f-hitung sebesar 9.118, sedangkan f-tabel
sebesar 2.72 didapat dari rumus df= (N-K) / (K-1) dan taraf signifikansinya 0.05.
kemudian f-hitung sebesar 9.118 > 2.72 dari f-tabel, dan probabilitas signifikansi
0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa return on asset, debt to equity ratio
dan current ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Uji Determinasi
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya. Hasil
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.8
Uji koefisien Determinasi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R
Square ) sebesar 0.225 yang menunjukan bahwa 22.5 % nilai perusahaan (PBV) di
13
pengaruhi oleh return on asset, debt to equity ratio, dan current ratio dan sisanya
77.5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel dalam penelitian ini.
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil F value yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama mendapatkan hasil bahwa ketiga variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini ditunjukkan
dengan nilai F value yang lebih besar dari pada alpha yang telah ditentukan yaitu
sebesar 5%.
Untuk hasil t value pada return on asset berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, karena hasil sig hitung lebih kecil dari alpha yang telah ditentukan,
tetapi hasil pada debt to equity ratio dan current ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig hitung yang lebih
besar dari alpha yang telah ditentukan yaitu sebesar 5%.
Debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
dengan sig hitung (0,672), Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh
Wahyudi asto (2012) yang menguji hubungan antara debt to equity ratio dengan nilai
perusahaan. Pengujian ini menggunakan analisis regresi berganda berhasil
membuktikan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Analisa (2011) dari hasil
pengujian hipotesis memperoleh hasil bahwa rasio solvabilitas dan profitabilitas
mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa calon investor lebih melihat kinerja keuangan yang diukur
dengan menggunakan (ROA). Dalam pandangan investor angka rasio ini merupakan
gambaran kinerja keuangan perusahaan, Semakin tinggi angka rasio (ROA)
menandakan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
labanya. Namun menurut saya rasio (DER) juga tidak kalah pentingnya dengan ROA,
dikarenakan rasio ini juga mengukur seberapa kemampuan perusahaan dalam
membiayai hutang jangka pendek dan panjangnya sehingga dapat memberikan
gambaran bagaimana prospek perusahaan kedepan dan menarik minat investor dalam
berinvestasi, oleh karena menarik minat investor maka permintaan atas saham pada
perusahaan tersebut mengalami kenaikan, sehingga nilai perusahaan dan harga
saham juga mengalami kenaikan juga.
Current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan
sig hitung 0,153. Hal ini sama dengan penelitian Nugroho (2012) dengan melakukan
uji secara parsial dari masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa
Current ratio tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Jadi
Jika kita seorang investor jangka pendek Investasi jenis ini lebih mengharapkan
keuntungan berupa capital gain dibanding dengan deviden, sehingga tinggi
rendahnya angka Current ratio tidak menarik minat investor untuk menanamkan
sahamnya.
Return on asset berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan sig
hitung 0,000 < 0.05. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Wahyudi Asto
14
(2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh return on asset terhadap nilai
perusahaan bahwa rasio return on asset menunjukkan hasil yang signifikan.
Kemudian Penelitian Analisa (2011) memperoleh hasil bahwa rasio (return on asset)
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena
sebenarnya para calon investor kebanyakan lebih memilih melihat rasio ini untuk
melihat seberapa besar perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga para investor
beranggapan bahwa perusahaan dengan laba tinggi dipastikan harga sahamnya juga
relatif stabil bahkan meningkat. Namun tidak semua perusahaan yang memperolah
laba tinggi itu memiliki harga saham yang tinggi juga, kita harus melihat lebih detail
tentang bagaimana kemampuan perusahaan tersebut dalam pembayaran hutang
jangka pendek dan panjangnya yang salah satunya yang harus diperhatikan adalah
Current ratio nya juga. Dan apabila semua rasio ini terpenuhi dengan baik maka baru
bisa dikatakan perusahaan itu memliki kualitas fundamental yang baik juga.
F. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
Return On asset, debt to equity ratio, current ratio terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi keuangan seperti
Return on asset, debt to equity ratio dan current ratio secara bersama-
sama dapat berguna bagi investor dalam memprediksi bagaimana kualitas
fundamental perusahaan (nilai perusahaan), sehingga sebelum investor
menginvestasikan dananya dalam suatu perusahaan, mereka dapat
memprediksi keuntungan yang akan mereka dapatkan bahkan bagaimana
prospek perusahaan kedepannya.
E. Saran
a. Objek penelitian sebaiknya tidak terbatas pada perusahan sektor
manufaktur, sehingga hasil penelitian dapat digunakan oleh seluruh
perusahaan dalam memprediksi nilai perusahaan.
b. Sebaiknya lebih banyak variabel independen yang diteliti sehingga dapat
dimungkinkan untuk jenis informasi keuangan lainnya yang dapat
digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.
c. Untuk kedepan mungkin seharusnya tidak harus memakai variabel ROA
saja karena di rasio profitabilitas masih ada ROE atau return on equity
dimana mungkin jumlah sampel yang didapatkan bisa lebih banyak dan
lengkap.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Insider
Ownership, Investment Opportunity Set dan Profitability Terhadap
Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006). Semarang: Tesis Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro.
Ang, Robbert, 1997, Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Indonesia: Mediasoft
Indonesia
Anzlina winda dan Rustam. 2013. Pengaruh tingkat likuiditas, solvabilitas, aktifitas,
dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan real estate
yang terdaftar di BEI 2006-2008. Skripsi program pasca sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Bambang Riyanto. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPEE.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar – dasar ManajemenKeuangan,
Buku 1, Edisi Kesepuluh. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Brigham, Eugene F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Delapan.
Jakarta
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001, Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab, Salemba Empat, Jakarta
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua.
Bogor Jakarta: Ghalia Indonesia.
Denny Tri Prasetyo. 2012. Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio Dan Return
On Assets Terhadap Return Saham Perusahaan Textile Yang Go Publik Di
Bursa Efek Indonesia (Bei). Unpublished Thesis. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Elvira Chazanie. 2014. Pengaruh Return On Equity (Roe) Dan Debt To Equity Ratio
(Der) Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variable Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Bung Karno.
Gede, I Ananditha Wicaksana. 2012. Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio,
dan Return on Asset Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Program Pascasarjana.
Universitas Udayana. Denpasar.
Hanafi, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Harjito Agus dan Martono. 2005. Manajemen keuangan, edisi pertama. Jakarta
Hartati. 2010. Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt To Equity Ratio (DER),
Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) terhadap
16
Return Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Kasmir, S.E, M.M, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja
Graffindo Pers.
Istanti, Sri Layla Wahyu. Tanpa Tahun. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Lq 45. Rembang: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi 'YPPIГ Rembang.
Lina Mustika dkk. 2015. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas Terhadap
Kinerja Lingkungan (Pada Perusahaan Pertambangan yang Listing di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2013). Skripsi Tidak Diterbitkan.
Lukman Syamsudin.2004.Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi
Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan)
Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Mahendra Alfredo. 2011. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
(kebijakan deviden sebagai variabel moderating) pada perusahaan
manufaktur dibursa efek indonesia. Skripsi program pasca sarjana
Universitas Udayana. Denpasar.
Martono dan Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia
Mayosi Pingkan Fitriana. 2014. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan: Kebijakan
Diveden Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Fakultas dan Bisnis.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Munawir, S, 1997, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Gaha Indonesia,
Jakarta
Rachman, Indra Destiar. 2005. Analisis Faktor-Faktor Kebijakan Dividen Dan
Pengaruhnya Terhadap Harga Pasar Saham. Universitas Widyatama.
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Sadalia, Irfenti. 2010. Manajemen Keuangan. 2010. Medan: USU Press
Siti Mutmainnah. 2012. Pengaruh Dividen Payout Ratio , Profitabilitass, Ukuran
Perusahaan,Struktur Aktiva dan Likuiditas Terhadap Keputusan Pendanaan
Pada Perusahaan Yang Terdaaftar Di Daftar Efek Syariah. Skripsi Tidak
Diterbitkan.
Sinuraya, Murthada . 1999. Teori Manajemen Keuangan, Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Stice, Earl K, et al. (2004). Accounting Intermediate. Edisi 15. Jakarta : Salemba
Empat.
17
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. UPP
AMP YKPN,
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, Alfabeta
Bandung.
Sunarto. 2010. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Current ratio dan Leverage terhadap
nilai perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Jurnal Akuntansi.
Sutrisno, 2003. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi), Edisi
Pertama,Cetakan Kedua. Yogyakarta: EKONISIA.
Tangkilisan dan Nogi Hessel, 2003, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit
Perbankan, Yogyakarta, Balairuna dan Co
Taufik Hidayat. 2010. Buku Pintar Investasi. Jakarta: Media Kita.
Ulupui. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan
Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan
Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ. Jurnal
Akuntansi.
Van Horne, James C. and John M. Wachowicz. 2005. Fundamentals of Financial:
Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Penerjemah: Dewi
Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Penerbit Salemba Empat: Jakarta
Werner R. Murhadi. (2008). Hubungan Capital Expenditure, Risiko Sistematis,
Struktur Modal, Tingkat Kemampulabaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Manajemen & Bisnis, 7(1), 11-23.
Wilson, J. G., & Fraser, F. (Eds.). 1988-1990. Handbook of wizards (Vols. 1-4). New
York: Plenum Press.
Zuwina Miraza. 2013. Pengaruh Dividen terhadap Hubungan antara Return On
Assets, Debt To Equity Ratio, dan Current Ratio Dengan Harga Saham
Perusahaan Peertambangan yang Teerdaftar di BEI. Skripsi Tidak
Diterbitkan.