pengaruh rasio regangan terhadap perilaku low …digilib.unila.ac.id/28229/3/3. tesis full tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH RASIO REGANGAN TERHADAP PERILAKU LOWCYCLE FATIGUE PADUAN Al 7075-T7
(TESIS)
Oleh
ARI BENI SANTOSO
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITSA LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
i
ABSTRACT
THE EFFECT OF STRAIN RATIO ON BEHAVIOR OF LOWCYCLE FATIGUE ALUMINUM ALLOY 7075-T7
By
ARI BENI SANTOSO
The aluminium 7075 alloy is widely used in the air craft industry for componentson the front spar, stabilizer, frames that requires a high strength and low densityratio. The aerospace and automotive industries need to design for lightweightmaterials, where aluminum alloys are often used as the main component.Aluminum alloys have good corrosion resistance properties. This material is usedin a wide field not only for house hold appliances but also for industrial purposes,for example air-craft, car, marine and other constructions. The phenomenon ofductility decreasing due to pre-fatigue deformation, is the most significant for thecombination of long pre-fatigue time, high humidity, and low strain rate. Theprocess of making specimen shapes and dimensions were prepared according toASTM E8 standard for the tensile specimens and ASTM E606 standard for LCFtest, respectively. Characterization of changes in material structures and the typesof failure that occured were carried out using OM, SEM and EDX.
The aluminium alloy 7075 - T7 were systematically fatigued under low cyclefatigue testing with strain ratio (R) = -1, -0.05, 0.05, and 0.5, strain rate = 4 × 103/s, and strain amplitude = 0.006 mm/mm, 0.008 mm/mm, 0.010 mm/mm,0.012mm/mm, 0.014 mm/mm and 0.016 mm/mm. Aluminum alloys showcontinuous stability for failure cycle, and the highest material life (fatigue life) isfound for strain ratio = 0.05 with strain amplitude = 0.016 mm/mm while thelowest fatigue life is for strain ratio = -0.05 with strain amplitude = 0.006mm/mm, in which the material show continuous cyclic hardening of the firstfailed cycle.
Keywords: Low Cycle Fatigue, Aluminum, Fatigue Life, cyclic, Strain Rate andStrain Amplitude.
ii
ABSTRAK
PENGARUH RASIO REGANGAN TERHADAP PERILAKU LOWCYCLE FATIGUE PADUAN Al 7075-T7
Oleh
ARI BENI SANTOSO
Paduan aluminium 7075 banyak digunakan terutama pada industry pesawatterbang untuk komponen-komponen pada bagian front spar, stabilizer, frame yangmembutuhkan rasio antara kekuatan dan kepadatan yang tinggi. Dalam duniakedirgantaraan dan industri otomotif yang memiliki desain dengan material yangringan, paduan aluminium sering digunakan sebagai komponen utama.
Aluminium paduan merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanankorosi yang baik. Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanyauntuk peralatan rumah tangga saja tetapi juga dipakai untuk kepentingan industri,misalnya untuk industri pesawat terbang, mobil, kapal laut dan konstruksikonstruksi yang lain.
Fenomena penurunan keuletan, karena pra-kelelahan deformasi adalah yangpaling signifikan untuk kombinasi panjang pra-kelelahan waktu, kelembabantinggi, dan laju regangan rendah.
Proses pembuatan spesimen bentuk dan dimensi ukuran specimen uji tarikdisiapkan sesuai standar ASTM E8 dan untuk uji LCF menggunakan standarASTM E606. Karakterasasi perubahan struktur material dan jenis patahan yangterjadi dilakukan dengan melakukan pengujian OM, SEM serta EDX.
Pada pengujian ini, laju regangan uji kelelahan siklus rendah dengan lajuregangan (Strain rate) konstan= 4×103/s, rasio regangan (R) = -1, -0.05, 0.05, dan0.5 pada paduan Al 7075-T7, dan amplitudo regangan = 0.006 mm/mm,0.008mm/mm, 0.010 mm/mm, 0.012mm/mm, 0.014 mm/mm dan 0.016 mm/mm.Paduan aluminium menunjukkan stabilitas yang kontinyu untuk siklus kegagalan,dan umur material (fatigue life) yang tertinggi diperoleh pada rasio regangan =0.05 dengan amplitudo regangan = 0.016 mm/mm. Sedangkan umur (fatigue life)terendah yaitu pada rasio regangan = -0.05 dengan amplitudo regangan = 0.006
iii
mm/mm, di mana material menunjukan pengerasan siklik terus menerus darisiklus pertama yang gagal.
Kata kunci: Low Cycle Fatigue, Aluminium, Fatigue Life, siklik, Strain Rate danAmplitudo Regangan.
iv
PENGARUH RASIO REGANGAN TERHADAP PERILAKU LOWCYCLE FATIGUE PADUAN Al 7075-T7
Oleh
ARI BENI SANTOSO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER TEKNIK
Pada
Program pascasarjana Magister Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magetan Propinsi Jawa Timur pada tanggal 01Mei 1987 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari BapakMahroni dan Ibu Sitimah .
Pendidikan sekolah dasar di SD N 1 Srimenanti diselesaikan padatahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kosgoro selesai
pada tahun 2002, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawonoselesai tahun 2005 serta Pendidikan S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesindi Universitas Lampung selesai di tahun 2012. Tahun 2014, penulis terdaftarsebagai mahasiswa Pasca Sarjana UniversitasLampung pada Program MagisterTeknik Jurusan Magister Teknik Mesin. Penulis bekerja sebagai KoordinatorManajemen Asset Reliability Infrastructure and Operation (MARIO) di PT PGASSOLUTION Distribusi Area Lampung.
ix
Motto
Sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatbagi orang lain.
( Muhammad Rasullulah Saw)
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamudan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
(Al-Mujadillah:11)
Barang Siapa menginginkan kebahagiaan didunia dan diakhirat makaharuslah memiliki banyak ilmu.
(HR.Ibnu Asakir)
x
PERSEMBAHAN
Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT, Penulis persembahkan karya ini untuk :
Bapak Mahroni dan ibu Siti Fatimah ke dua orang tuaku yang mengajarkanbanyak hal kebaikan dalam hidupku.
Kedua kakakku Eko Supriyanto dan Dwi Purnomo, terimakasih selalu menjadisumber inspirasi, semangat dan kebanggan.
Kurniasih Mbak iparku terima kasih telah menyemangati aku selama ini. Helda yang selalu memberikan semangat dan motivasi. Almarhumah dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH dokter yang
telah menjagaku ketika aku kecil Dosen-dosen Magister Teknik Mesin, terimakasih bimbingan dan ilmu yang
disampaikan semoga menjadi Ilmu yang bermanfat Seluruh karyawan PT PGAS SOLUTION Distribusi area lampung Seluruh karyawan dan dosen Universitas Saburai Rekan-rekan Magister Teknik Mesin Angkatan I, semoga silahturahmi kita
selalu terjaga.
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atassegala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Pengaruh RasioRegangan Terhadap Perilaku Low Cycle Fatigue Paduan Al 7075-T7” ini dapatdiselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratanmemperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) dalam bidang keahlian Teknik MesinUniversitas Lampung.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat danmenghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Program Pasca Sarjana UniversitasLampung
2. Prof. Suharno, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung3. Dr. Amrizal, selaku Ketua Program Magister Teknik Mesin4. Dr. M. Badaruddin, selaku Dosen pembimbing utama atas bimbingan, arahan
dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi dalamproses penyelesaian Tesis ini.
5. Dr. Shirley Savetlana., selaku Dosen Pembimbing kedua atas kesediaannyamemberikan bimbingan, saran, dan masukan dalam proses penyelesaian Tesisini
6. Dr. Sugiyanto, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan selamaproses pengujian.
7. Orang Tuaku , kakak tercinta, mbak iparku dan helda yang telah memberikandukungan dan motivasinya.
8. Kawan-kawan seperjuangan Angkatan I Magister Teknik MesinUniversitasLampung.
9. Seluruh karyawan PT PGAS SOLUTION Distribusi area lampung.10. Seluruh karyawan dan dosen Universitas Saburai.
Akhir kata, penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan dalampenyajianTesis ini, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran darisemua pihak yang sifatnya membangun dan demi perbaikan di masa yang akandatang. Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 29 Juli 2017Penulis
Ari Beni Santoso
xii
DAFTAR ISI
HalamanABSTRACT..................................................................................................... iABSTRAK ....................................................................................................... iiCOVER DALAM ........................................................................................... ivLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ vLEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ viSURAT PERNYATAAN................................................................................. viiDAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... viiiMOTTO ........................................................................................................... ixPERSEMBAHAN............................................................................................ xKATA PENGANTAR ..................................................................................... xiDAFTAR ISI ................................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xivDAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 11.1. Latar Belakang................................................................................. 11.2. Tujuan Penelitian............................................................................. 41.3. Batasan Masalah .............................................................................. 41.4. Manfaat Penelitian........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 62.1. Studi Literatur.................................................................................. 62.2. Aluminium paduan .......................................................................... 72.3. Sifat Mekanik Aluminium ............................................................... 92.4. Kelelahan material (Fatik) ............................................................... 92.5. Pendekatan Berbasis Regangan ....................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 143.1. Persiapan Spesimen dan Peralatan uji ............................................. 14
3.1.1 Material dan Pembuatan Spesimen ........................................ 143.1.2 Peralatan Pengujian................................................................ 15
3.2. Pengujian Fatik Siklus Rendah........................................................ 163.3. Observasi Mikrostruktur dan Fraktografi ........................................ 173.4. Pengujian tarik ................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 184.1. Hasil Pengujian Low Cycle Fatigue ................................................ 184.2. Pengaruh Tegangan Siklik Terhadap Jumlah Siklus ....................... 20
xiii
4.3. Pengaruh amplitude regangan terhadap jumlah siklus .................... 234.4. Pengaruh tegangan rata – rata terhadap jumlah siklus .................... 244.5. Pengaruh beban Siklik Terhadap Sifat bahan.................................. 254.6. Karakterisasi Struktur Mikro ........................................................... 274.7. Obseravsi Fraktografi ...................................................................... 294.8 Diskusi dan Pembahasan ................................................................. 31
4.8.1. Perilaku tegangan-regangan siklik terhadap jumlahsikluskegagalan ............................................................................. 31
4.8.2. Struktur mikro...................................................................... 324.8.3. Ketahanan terhadap tegangan Tarik .................................... 374.8.4. Kekelelahan siklus rendah (LCF) berbasis pendekatan
Coffin - Mansion.................................................................. 37
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................. 395.1. Simpulan.......................................................................................... 395.2. Saran ................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41LAMPIRAN..................................................................................................... 43
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram kebalikan siklus patah (2Nf) terhadap amplitudo regangan....... 102. Dimensi uji tarik ASTM E8...................................................................... 153. Dimensi uji fatik siklus rendah ASTM E606 ........................................... 154. Mesin MTS Landmark 100kN ................................................................. 155. Variasi respon puncak tegangan tarik vs jumlah siklus pada amplitudo
regangan yang berbeda dengan R = -1...................................................... 206. Variasi respon puncak tegangan tarik vsJumlah siklus pada amplitudo
regangan khas 0,6% .................................................................................. 217. Menggambarkan variasi respon puncak tegangan tarik vs Jumlah siklus
pada amplitudoregangan khas 1,6% ......................................................... 228. Menggambarkan variasi respon puncak tegangan tarik elastis dan plastis
pada R= -1................................................................................................. 239. Variasi respon puncak tegangan tarik maksimum terhadap jumlah siklus
patah .......................................................................................................... 2410. Variasi respon tegangan rata-rata terhadap jumlah siklus pada
amplitude regangan : (a) εa 0.6% dan (b) εa 1.6% ................................... 2411. Pengaruh pelunakan dan pengerasan AL 7075 – T7 pada amplitude
regangan 0.6 % dengan rasio regangan yang berbeda ............................. 2612. Pengaruh pelunakan dan pengerasan AL 7075 – T7 pada amplitude
regangan 0.8 % dengan rasio regangan yang berbeda ............................. 2613. Pengaruh pelunakan dan pengerasan AL 7075 – T7 pada amplitude
regangan 1.2 % dengan rasio regangan yang berbeda ............................. 2714. SEM struktur mikro dan perambatan retak specimen hasil uji LCF
dengan (a) R = -1, (b) R = -0.05, (c) R= 0.05, dan (d) R = 0.5 .............. 2815. SEM fractografi penampang patahan Al-7075 T7 yang di uji LCF ......... 2916. Kurva tegangan vs regangan paduan Al 7075 – T7 pada kondisi uji tarik
statis dan siklik.......................................................................................... .....30
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. komposisi kimia paduan aluminium 7075 - T7 (wt%)................................ 142. hasil uji low cycle fatigue paduan aluminium7075 - T7 ............................. 193. Sifat fatiq siklus rendah paduan AL 7075 - T7 pada pengujian R= -1 ..... 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Paduan aluminium 7075 banyak digunakan terutama pada industri pesawat terbang untuk
komponen-komponen pada bagian front spar, stabilizer, frame yang membutuhkan rasio
antara kekuatan dan kepadatan yang tinggi. Dalam dunia kedirgantaraan dan industri
otomotif yang memiliki desain dengan material yang ringan, paduan aluminium sering
digunakan sebagai komponen utama. Dengan demikian, ada beberapa paduan aluminium
kekuatan tinggi umum yang biasanya digunakan, termasuk banyak dari paduan
aluminium seri 2XXX, 6XXX, dan 7xxx. Untuk 7075 paduan aluminium biasanya
digunakan untuk kekuatan tinggi. Penelitian secara ekstensif dan komprehensif telah
dilakukan untuk memahami perilaku kelelahan paduan aluminium7075 dalam beberapa
decade tentang mekanisme kelelahan terkait dengan retak inisiasi dan perambatanretak.
[Zhu dkk.,2006], melakukan penelitian secara eksperimental perilaku kelelahan Al 7075-
T651 dalamzona high cycle fatigue (HCF) dengan pembebanan uniaksial, torsidanaksial-
torsi. Mereka melaporkan bahwa variasi mode tegangan mempengaruhi secara signifikan
model retak yang terbentuk: retakgeser, retak campuran dan perilaku retak tarik
tergantungpadabesarnyabeban. Selain itu, besara beban dan regangan maksimum
merupakan parameter kunci dalam mempelajari perilaku kegagalan [Torabi dkk., 2015].
2
Merekamengamati perilaku retak pada paduan Al 7075-T6 dengan kondisi pembebanan
campuran mode I dan II dimana deformasiplastis yang besar
belumtentumenghasilkanperambatanretakstabil,namun kegagalan secara tiba-tiba dapat
terjadi secara cepat pada daerah yang mengalami deformasi plastis yang besar. Di sisi
lain, Al 7075 adalah aluminium seng campuran yang memiliki kekuatan tertentu yang
lebih tinggi tetapi mampu bentuk yang lebih rendah. sifat mampu bentuk yang lebih
rendah ini membatasi penggunaannya untuk komponen struktur denganbentuk geometri
yang lebih rumit, seperti deep drawing, deep rolling terutama pada industri
kedirgantaraan dan transportasi [Song dkk., 2011]. Paduan Al 7075 lebih sering
digunakan untuk mengurangi berat bobot material namun tetap mempertahankan
kekuatan getasnya, dan ada beberapa konsekuensi yang tak terduga dalam aplikasi yang
melibatkan paparan panas untuk suhu tinggi. Bahkan, efek paparan suhu tinggi mendekati
kondisi anil pada perilaku kelelahan paduan Al 7075-T651 belum diteliti secara langsung.
Namun, efek anil pada monotonik dan anisotropi pada 400ºC selama 5 menit yang sudah
dilakukanpada paduan Al-7075 menghasilkan karakteristik dan anisotropi yang berbeda
[Song dkk., 2011]. Dengan demikian, efek anil pada paparan suhu tinggi untuk
mempelajari kekuatan lelah atau mekanisme fundamental paduan Al 7075 belum begitu
dipahami.
Dalam analisis kelelahan tradisional, kurva empiris melalui fittingyang diperoleh secara
eksperimental pada kondisi regangan siklik untuk menghasilkan sifat kelelahan bahan
dan dapat digunakan untuk mengkorelasi sifat fatik siklus rendah dari bahan tertentu.
Selain itu, model kelelahan rekayasa multi tahap (siklik tarik tekan) telah diusulkan oleh
[Mc Dowell dkk., 2003], untuk mengatasi efek dari pengaruh struktur mikro yang
berbeda dan cacat pada paduan aluminium cor. Model ini telah diterapkan dan diperluas
3
untuk paduan aluminiumtempa, paduan magnesium, dan beberapa paduan baja [Joshi
dkk., 2013]. Model kelelahan selama proses tahap kelelahan dalam paduan aluminium
secara eksperimen diamati termasuk tahap inkubasi retak, pertumbuhan retak
mikrostruktur, pertumbuhan retak kecil, dan pertumbuhan retak panjang [Mc Dowell
dkk., 2003]. Model ini menggunakan informasi mikrostruktur dan sifat material
makroskopik untuk memperhitungkan variasi umur kelelahan, kelelahan data yang
tersebar, dan kontribusi dari fase yang berbeda dari proses kelelahan. Paduan aluminium
7075 diuji pada kondisi siklik untuk obervasi mekanisme kegagalan bahan secara mikro,
melalui mekanisme propagasiretak primer celahkecildanretak menengahtelah dilakukan
oleh [Tschegg dkk., 2016].Dalam aplikasinya,retak kelelahanpaduan aluminium 7075-
T6, secara signifikan terjadi karena ketidakteraturanketika beban torsi stabil yang
diterapkan [Fonte dkk., 2015].
Masalah utama yang sering muncul pada komponen paduan Al-7075 adalah retak selama
periode waktu tertentu tanpa dapat diidentifikasi sejak awal. Low cycle fatique (LCF)
merupakan penyebap utama terbentuknya retak awal yang dipicu oleh deformasi platis
pada daerah retak mikro, dang akhirnya retak berkembang memicu terjadinya kerusakan
yang mengarah kepada kegagalan bagian yang lain. Dalam sudut pandang mikrostruktur,
peranan elemen-elemen seperti: Si, Cu, Fe, Mg dan Ti yang masuk kedalam paduan Al
mempunyai peranan penting dalam mempengatuhi sifat fatik paduan aluminium [Song
dkk., 2011]. Oleh karena itu sangat penting melakukan experimental secara
komprehensif sifat fatik paduan Al yang mengandung Silkon (Si), Magnesium (Mg),
Ferro (Fe), Zink (Zn), Calium (Cu) dan Titanium (Ti) untuk aplikasi komponen pesawat
terbang terhadap beban siklik (LCF) pada temperatur ruang.
4
1.2. Tujuan Penelitian
1. Untuk mempelajari perilakuLCF paduan Al 7075-T7pada kondisi rasio regangan (R)
bervariasi.
2. Mengetahui mekanisme kegagalan bahan karena beban siklik (LCF) yang dipelajari
melalui perubahan struktur mikro,fraktografi penampang patahan setelah uji LCF.
3. Memprediksi umur fatik melalui persamaan model matematika dari kriteria Coffin-
Manson.
1.3. Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Laju regangan konstan ̇ = 4×103/s
2. Variasi amplitudo regangan (a) 0.6 % - 1.6 %
3. Rasio regangan bervariasi (R) = -1, -0.05, 0.05, dan 0.5
4. Kondisi pengujian LCF pada temperatur ruang
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian karakteristik LCF paduan Al7075-T7 diharapkan memberikan manfaat
yaitu:
1. Data-data sifat kekuatan tarik dan sifat LCF paduan Al 7075-T7 dapat digunakan oleh
industri pesawat terbang, yang menggunakan paduan ini untuk komponen-komponen
pada bagian front spar, stabilizer, dan frame yang membutuhkan rasio antara kekuatan
dan kepadatan yang tinggi.
5
2. Menambah masukan bagi ilmu pengetahuan tentang perilaku LCF paduan Al A7075-
T7 pada temperatur ruang.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti dalam mengevaluasi dan
memprediksi kekuatan fatik dan umur fatik dalam kondisi LCF paduan Al 7075-T7
Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan pada penulisan tesis ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, tujuan, batasan masalah,dan sistematika
penulisan dari penelitian ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang teori dan state of the art berkenaan dengan penelitianyang
sudah dilakukan mengenai sifat fatik paduan Al-7075-T7.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan bahan, peralatan pengujian, dan prosedur penelitian
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan data-data hasil pengujian dan pembahasan.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Berisikan kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Literatur
Material Al 7075 banyak menarik minat para peneliti sebelumnya sebagai
bahan kontruksi ringan dan memiliki kelebihan di banding paduan Al lainnya.
Namun, peningkatan penggunaan paduan Al ini dalam aplikasi padabagian
front spar, stabilizer, frame membutuhkan pemahaman yang lebih baik dari
respon paduan terhadap kekuatan fatiknya. Dalam sebuah penelitian
dikatakan bahwa Stress tidak terpengaruh oleh deformasi pra-
kelelahandengan kelembaban yang bervariasi dan frekuensi. Sebaliknya,
deformasi pra-kelelahan menghasilkan hilangnya daktilitas. Fenomena
penurunan keuletan, karena deformasipra-kelelahan adalah yang paling
signifikan untuk kombinasi waktu panjang pra-kelelahan, kelembaban tinggi,
dan laju regangan rendah [Yamadadkk., 2015]. Namun, peningkatkan umur
fatik yang diamati pada cacat internal adalah sebagai konsekuensi
perlambatan pembentukan retak inisiasi yang memicu penundaan perambatan
retak karena terbentuknya presipitasi fasa AlMg4Si11.
Hanya beberapa peneliti yang telah melakukan studi LCF pada paduan Al-Si
[Song dkk., 2011] mempelajari prilaku LCF Al-Si-Mg-Ti (A356) dari hasil
pengecoran grafitasi (GC) menunjukan bahwa umur kelelahan bahan
7
langsung dipengaruhi oleh penambahan 0.1 % Ti yang menghasilkan
tegangan luluh rendah dan selama uji LCF menghasilkan energi regangan
plastis tinggi, sehingga umur fatik paduan diperlama. [Fan dkk., 2015]
melakukan penelitian prilaku kelelahan [LCF] paduan Al-9Si-3Cu (A333)
hasil dari pengecoran grafitasi (GC) untuk kepala silinder pada temperatur
150 0C dan 250 C dalam atmosfir udara. Mereka melaporkan umur kelelahan
paduan A333 pada temperatur 150 C lebih tinggi dibandingkan pada
temperatur 250 C pada kondisi amplitudo regangan total yang sama.
Penurunan umur kelelahan bahan ini dapat temperatur 250 C dipengaruhi
beberapa faktor, seperti plastisitas, kehadiran zona bebas prisipitasi (PFZ)
bersama-sama presipitasi fasa AlMg4Zn11, serta difusi oksigen pada
permukaan retak. Meskipun penelitian prilaku kegagalan akibat LCF telah
dilakukan pada berbagai paduan Al-Si, namun data LCF untuk paduan Al-Si-
Mg-Ti pada temperatur ruang dan temperatur tinggi belum tersedia banyak
dalam beberapa literatur. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dalam
rangka untuk mengeksplorasi secara komprehensif sifat LCF paduan Al-Si
yang mengandung sedikit elemen Mg dan Ti dan mekanisme kegagalan LCF
berkaitan erat dengan perubahan mikrostruktur dalam paduan dipelajari
melalui FTIR, SEM, EDS, XRD dan OM untuk memberikan informasi secara
detil terhadap prilaku LCF.
2.2. Aluminium paduan
Aluminium paduan merupakan logam ringan yang mempunyai sifat
ketahanan korosi yang baik. Material ini digunakan dalam bidang yang luas
8
bukan hanya untuk peralatan rumah tangga saja tetapi juga dipakai untuk
kepentingan industri, misalnya untuk industri pesawat terbang, mobil, kapal
laut dan konstruksi konstruksi yang lain. Untuk memenuhi tuntutan pasar dari
aluminium tuang dewasa ini harus memfokuskan pada peningkatan kualitas
logam dengan pengembangan pada proses peleburan. Proses difokuskan pada
eliminasi berbagai kotoran yaitu inklusi yang merupakan problem serius
dalam memproduksi hasil coran yang berkualitas. Inklusi yang dimaksud
adalah gas hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair yang menyebabkan
porositas pada pengecoran. Daya larut hidrogen meningkat bila temperatur
naik. Tingkat kelarutan hidrogen pada paduan aluminium tidak sama. Pada
saat pembekuan, gas hidrogen masih tersisa sehingga pada hasil pengecoran
terdapat cacat. Dijelaskan pula bahwa tidak semua porositas diakibatkan oleh
gas hidrogen tetapi disebabkan pula oleh penyusutan. Penyusutan yang terjadi
pada saat aluminium membeku sebesar 6% dari volume ketika aluminium
bertransformasi dari cair ke padat.Aluminium Paduan yang digunakan dalam
casting diklasifikasikan menurut alloying elements utama mereka. Yang
paling umum dari klasifikasi ini adalah bahwa yang ditetapkan oleh Asosiasi
Aluminium dan diadopsi oleh badan standar lainnya (misalnya, ASTM dan
SAE).
Menurut klasifikasi ini, jenis yang paling penting adalah:
a) 1xx.x – pure aluminum alloys;
b) 2xx.x – aluminum-copper alloys;
c) 3xx.x – aluminum-silicon alloys ( dengan ditambahkan magnesium atau
tembaga);
d) 4xx.x – aluminum-silicon alloys;
9
e) 5xx.x – aluminum-magnesium alloys;
f) 7xx.x – aluminum-zinc alloys (dengan ditambahkan magnesium,
tembaga, chromium,manganese atau campuran dari sejenis);
g) 8xx.x – aluminum-tin alloys.
2.3. Sifat Mekanik Aluminium
Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.
Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini
disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan
aluminium oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam
terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya
oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan
dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi
aluminium.
2.4. Kelelahan material (Fatik)
Fatik atau kelelahan menurut ASM (1975) didefinisikan sebagai proses
perubahan struktur pada daerah tertentu secara terus menerus dan permanen
akibatregangan dan tegangan berfluktuasi, yang memicu terjadi retak awal
perambatan retak hingga terjadi perpatahan. Terdapat 3 fase dalam
perpatahan fatik: permulaan retak, penyebaran retak dan patah.
1. Mekanisme dari permulaan retak umumnya dimulai dari crack initiation
yang terjadi di permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi
10
konsentrasi tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll)
akibat adanya pembebanan berulang.
2. Penyebaran retak ini berkembang menjadi microcracks. Perambatan atau
perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akan
berujung pada failure. Maka setelah itu, material akan mengalami apa
yang dinamakan perpatahan.
3. Perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan
regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen.
Gambar 2.1 Diagram siklus kebalikan patah (2Nf) terhadap amplituderegangan
HCS = high cycles stress/strain LCS = low cycles stress/strain
HCF = high cycles fatigue LCF = low cycles fatigue
PCS = plastis cycles strain ECS = elastic cycles strain
Konsep tegangan (S) terhadap jumlah siklus (N) merupakan pendekatan
pertama untuk memahami fenomena kelelahan logam akibat beban (high cycle
fatigue).Konsep ini secara luas digunakan dalam aplikasi perancangan material
dimana tegangan yang terjadi dalam daerah elastis dan siklus umur lelah
panjang (HCF). Sebaliknya, metode S-N ini tidak dapat diterapkan dalam
11
kondisi sebaliknya (tegangan dalam daerah plastis dan umur lelah yang relative
pendek), hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Kurva tersebut didapat dari pemetaan tegangan terhadap jumlah siklus sampai
terjadi kegagalan pada benda uji.Pada kurva ini siklus menggunakan skala
logaritma. Batas ketahan fatigue (endurance limit) baja ditentukan pada
jumlah siklus N>107. Kelelahan siklus tinggi (HCF) = Regangan hampir
seluruhnya elastis, sedangkan pada kelelahan siklus rendah
reganganhamperseluruhnya bersifat plastis [Angeloni, 2012].
2.5. Pendekatan Berbasis regangan
Pemodelan pendekatan berbasis regangan sering digunakan dalam aplikasi
Low Cycle Fatigue di mana secara akurat dapat dilihat sifat plastisitas yang
menghindarkan kerusakan keausan dalam daerah ini. Pendekatan berbasis
regangan bekerja menggunakan uji siklus penuh, yang merupakan
penjumlahan regangan elastis dan regangan plastis, seperti yang ditunjukkan
pada persamaan-persamaan.Ketika regangan plastis terjadi, maka kemampuan
material dalam sebuah konstruksi atau rangkaian akan menurun, tidak lebih
dari 10000 siklus, pada kelelahan siklus rendah. Pada penelitian penerbangan
tentang kelelahan siklus rendah dilakukan untuk regangan komponen mesin
yang terkena panas karena gesekan (tegangan termal).Kelelahan siklus
rendah biasanya ditunjukkan dalam bentuk logaritma regangan plastic
terhadap logaritma jumlah siklus kegagalan N.∆ = ∆ e +∆ p (2)
12
Luas tegangan, ∆ /2, dapat dinyatakan sebagai fungsi dari jumlah
pembalikan secara empiris dengan persamaan Basquin
∆ = f(2Nf )b (3)
Dimana f adalah koefisien kekuatan keausan dan b adalah eksponen
kekuatan keausan. Karena luas regangan elastis, ∆ e, sama dengan ∆ /2E,
dimana E adalah modulus elastisitas, persamaan (3) dapat diubah untuk
mengetahui kelelahanpada daerah plastis (LCF) elastis sebagai
∆= (2Nf )b (4)
Di sisi lain, untuk mengetahui luas kelelahan siklus tinggi(HCF)diwakili oleh
persamaan Coffin-Manson
∆= ′f (2Nf )c (5)
dimana ′f adalah koefisien daktilitas/kelenturan keausan, dan c adalah
eksponen daktilitas keausan. Gabungan Pers. (3) dan (4), kita memperoleh
luas regangan total sebagai fungsi dari jumlah siklus kegagalan.
∆= (2Nf )b + ′f (2Nf )c (6)
Serupa dengan kurva tegangan-regangan monoton yang telah digunakan
untuk menentukan parameter desain untuk struktur teknik dan komponen,
kurva tegangan-regangan siklik dapat digunakan untuk menilai daya tahan
struktur yang sama dan komponen yang mengalami beban siklik. Analog
dengan deformasi monoton dalam regangan, perilaku tegangan-regangan
siklik dapat diwakili oleh
∆ =K’ (∆
)n’ (7)
13
dimanaK’ adalah koefisien kekuatan siklik dan n’ adalah eksponen
pengerasan tekanan siklik [Brammer dkk., 2013].
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Persiapan Spesimen dan Peralatan uji
3.1.1.Material dan Pembuatan Spesimen
Semua spesimen uji dibuat dari paduan Al A7075-T7denganbentuk
dan dimensi ukuran spesimen uji tarik dan uji LCF disiapkan sesuai
standar ASTM E8 [ASTM E8., 2004] dan standar ASTM E606
[ASTM E606., 2004], masing-masing. Komposisi kimia paduan Al
7075 ditampilkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1Komposisi kimia paduan aluminium 7075-T7 (wt%).
Cu Mg Mn Fe Si Cr Ti Zn Al0.0104 0.494 0.0263 0.225 0.510 0.0023 0.0172 0.0172 98.6
Proses pemesinan pembuatan spesimen menngunakan CNC
EMCOTronic TM 02 buatan Australia, yang akan dikerjakan di
P2TK/VEDC Malang-Jawa Timur. Diameter grip spesimen semuanya
adalah 12 mm untuk uji tarik dan LCF. Total 3 spesimen uji tarik
dibuat untuk uji tarik temperatur ruang dan 30 spesimen untuk
spesimen untuk uji LCF temperatur ruang.
15
Gambar. 3.1 Dimensi uji tarik ASTM E8
Gambar. 3.2 Dimensi uji fatik siklus rendah ASTM E606
3.1.2. Peralatan Pengujian
Untuk pengujian Tarik dan LCF, semua spesimen uji yang sudah dibuat
sesuai standar, diuji menggunakan mesin MTS Landmark 100 kN (statik
dan dinamik)
Gambar 3.3 Mesin MTS Landmark 100kN
16
3.2. Pengujian Fatik Siklus Rendah
Spesimen bentuk silinder panjang total 150 mm dengan diameter reduksi
6.35mm dan gage length 13 mm paling sedikit 51 spesimen digunakan untuk
uji LCF pada temperatur ruang (~250C). Masing-masing pengujian dilakukan
setiap satu parameter uji adalah lima spesimen. Ekstensometer model
632.13F-20 dengan gage length 10 mm dan mempunyai kemampuan
mengontrol tegangan ± 15 % (tarik-tekan) dipasangkan pada daerah gage
length spesimen (gambar 4b, lampiran 2). Pengujian low cycle fatigue
dilakukan mengunakan MTS Landmark 100 kN dengan kondisi rasio
regangan -1, -0.05, 0.05, 0.5, laju regangan 4×103s-1dan variasi amplitudo
regangan 0.6 %1.6%.Kegagalanbahan selama pengujian LCF didefinisikan
sebagai penurunan 25% beban.
Kurva hysterisis loops (σ vs ε) dan kurva force vs jumlah siklus secara
otomatis direkam selama pengujian menggunakan program MTS testsuite
sebagai data-data kuantitatif untuk menentukan sifat fatik paduan Al A7075-
T7. Model matematika akan diformulasikan untuk mendapatkan parameter
kekuatan fatikdengan menggunakan pendekatan Coffin–Manson (ASTM E
606., 2004)dengan memasukkan variabel regangan elastis, regangan plstis
terhadap jumlah kebalikan siklus patah (2Nf). Plot kurva Hysterisis σ vs ε
setiap jumlah siklus tertentu (siklus pertama,1/2 jumlah siklus, siklus terakhir)
dilakukan untuk mempelajari prilaku LCF. Semua data yang diperoleh dari
hasil uji LCF dianalisis menggunakan software MTS fatigue analyzer
(berlisensi).
17
3.3. Observasi Mikrostruktur dan Fraktografi
Mikrostruktur dan fraktografi dilakukan untuk mengetahui perubahan struktur
mikro karena pembentukan presipitasi elemen Si, Cu, Fe, Mg dan Ti
menggunakan scanning elektron microscopy (SEM) dan EDS untuk
mempelajari fasa-fasa yang terbentuk pada paduan Al 7075-T7.
Pengambilan foto mikro paduan Al 7075-T7 dilakukan menggunakan
mikroskop optic (OM) untuk mengobservasi perubahan mikro struktur akbiat
deformasi plastis sebelum dan sesudah pengujian LCF.
3.4. Pengujian tarik
Pengujian tarik pada temperatur ruang dilakukan paling banyak tiga
spesimen. Selama pengujian tarik, kontrol penggerakkan aktuator secara
aksial pertama menggunakan laju regangan konstan 0.3 % / min untuk
menentukan modulus elastisitas dan tegangan luluh (0.2 % offset). Setelah
spesimen mencapai regangan 0.3 %, kontrol aktuator secara otomatis
dipindah ke kontrol displasemen dengan laju 0.15 mm/min (ASTM E8.,
2004). Pengujian dilakukan sampai spesimen patah.
Pengamatan fraktografi pada permukaan patahan bahan setelah uji LCF
dilakukan untuk menjelaskan perilaku fatik selama pengujia LCF dengan
menggunakan SEM.
40
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada pengujian ini, laju regangan untuk ujikelelahan siklus rendah pada laju
regangan konstan (Strain rate)= 4×103/spaduan Al7075-T7secara sistematis
diamatidalam rasioregangan (R) = -1, -0.05, 0.05, dan 0.5. Untuk setiap rasio
regangan diberikanamplitudo regangan = 0.006 mm/mm,0.008mm/mm,0.010
mm/mm,0.012mm/mm, 0.014 mm/mm dan 0.016 mm/mm. Paduan
aluminium menunjukkan stabilitas yang kontinyuuntuk siklus kegagalan,
umur material (fatique life) yang tertinggi didapatkan pada rasio regangan =
0.05 dengan amplitudo regangan = 0.016 mm/mm sedangkan umur (fatique
life) terendah yaitu pada laju regangan =-0.05 mm/mm dengan amplitudo
regangan = 0.006 mm/mm, di mana material menunjukan pengerasan siklik
terus menerus dari siklus pertama sampai gagal. Fenomena yang diamati
dalam loop histeresis tren yang baik dengandeformasi siklik (pengerasan atau
stabilitas). Frakturpermukaan untuk paduan Al 7075-T7 menunjukkan
beberapa crack strations, retak cekung pada bidang slip, dan retak kedua yang
merupakan cabang retak utama.
5.2 Saran
• Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan beberapa
saran yaitu :
41
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sistem siklus fatik tingi
(HCF) dari Al 7075 T7
Perlu dilakukan uji TEM untuk mengamati bentuk dislokasi yang terjadi
pada specimen hasil uji lCF terhadap variasi rasio regangan
42
Agarwal H., Gokhale A.M., Graham S., Horstemeyer M.F. Pertumbuhan Void di 6061-aluminium campuran bawah negara stres triaksial, Material Science and Engineering 2003; A341:35-42.
Angeloni M., 2013, Fatigue life evaluation of A356 aluminum alloy used for engine cylinder head.
ASTM E8, 2004, Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials, WestConshohocken, United States. ASTM E606, 2004, Standard Practice for Strain.
Brammer A.T., 2013, Experiments and modeling of the effects of heatexposure on fatigue of 6061and 7075 aluminium alloys.
Fan K.L., He G.Q., et.al., 2013, Tensile and fatigue properties of gravity casting aluminum alloysfor engine cylinder heads, Materials Science and Engineering: A, 586: 78-85.
Fonte M.D., Reis L., Freitas M.D, 2015, Fatigue crack growth under rotating bending loading onaluminium alloy 7075-T6 and the effect of a steady torsion, Theoretical and Applied FractureMechanics, 80, Part A: 57-64.
Joshi T.C., Prakash U., Dabhade V.V., 2015, Microstructural development during hot forging ofAl 7075 powder, Journal of Alloys and Compounds, 639: 123-130.
Matsunaga H., Makizaki M., Socie D.F., Yanase K., Endo M., 2014, Acceleration of fatigue crackgrowth due to occasional mode II loading in 7075 aluminum alloy, Engineering FractureMechanics, 123: 126-136.
M.S.Song, Kong Y.Y., et.al., 2011, Cyclic stress–strain behavior and low cycle fatiguelife of cast A356 alloys, International Journal of Fatigue, 33(12): 1600-1607.
DAFTAR PUSTAKA
43
Torabi A.R., Alaei M., 2015, Mixed-mode ductile failure analysis of V-notched Al 7075-T6 thinsheets, Engineering Fracture Mechanics, 150: 70-95.
Tschegg S.E.S.,Meischel M., Arcari A., Iyyer N., Apetre N., Phan N., 2016, Combined cyclefatigue of 7075 aluminum alloy – Fracture surface characterization and short crack propagation,
International Journalof Fatigue,doi:10.1016/j.ijfatigue.2015.10.022.
Yamada H., Tsurudome M., Miura N., Horikawa K., Ogasawara N., 2015, Keuletan loss of 7075aluminum alloys affected by interaction of hydrogen, fatigue deformation, and strain rate,Materials Science and Engineering: A, 642: 194-203. Journal of Fatigue,33(12) : 1600-1607.
Zhu X., Shyam A., et.al., 2006, Effects of microstructure and temperature on fatiguebehavior of E319-T7 cast aluminum alloy in very long life cycles, International Journal ofFatigue, 28(11): 1566-1571.