pengaruh penentuan pintu masuk utama bangunan … arsitektur/seminar... · berupa gambar presentase...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENENTUAN PINTU MASUK UTAMA BANGUNAN TERHADAP EFISIENSI dan
EFEKTIFITAS PEJALAN KAKI di GEDUNG GRAHA MANDIRI JAKARTA
Afriyanti Azra dan Mona Anggiani
Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Along with the development of technology and economic growth in developing countries, this has led to increased demand for office buildings in Jakarta in particular, which is the capital of the Republic of Indonesia, which is one of the developing countries with economic growth rates are getting better every year. This causes an increase in demand for office buildings, especially in “Daerah Segitiga Emas” Thamrin, Sudirman and Kuningan area.
The increase in demand for office buildings make buildings in “Daerah Segitiga Emas” area as competing to attract tenants to rent space in their office buildings, either by way of highlight strategic location, designed the shape of the building in unique style, offering an attractive price, and by emphasizing access easily accessible. One of the elements of the building that can be uniquely designed one that is currently designing the main entrance of the building.
The main entrance of the building is the main entrance to enter the buildings, where all visitors either by vehicle, by foot, or visitors with special needs can access the building using the main entrance. That's why the main entrance of the building should be clearly visible, easily accessible and provide efficiency and effectiveness and safety for all visitors, one of whom visitors by foot, because pedestrians have a considerable number of users or visitors office buildings in general purposes.
Keywords: the main entrance, efficiency and effectiveness, accessibility
ABSTRAKSI
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, hal ini menyebabkan bertambahnya kebutuhan akan gedung perkantoran di daerah Jakarta pada khusunya, yang merupakan ibukota dari negara Republik Indonesia, yang merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin baik tiap tahunnya. Hal ini menyebabkan kenaikan permintaan akan gedung perkantoran terutama pada daerah segitiga emas di daerah Thamrin, daerah Sudirman dan daerah Kuningan.
Kenaikan permintaan akan gedung perkantoran membuat gedung-gedung di daerah segitiga emas tersebut seolah berlomba-lomba untuk menarik minat para tenants untuk menyewa ruang di gedung perkantoran mereka, baik dengan cara menonjolkan lokasi yang strategis, mendesain bentuk bangunan yang unik, menawarkan harga yang menarik,
maupun dengan menonjolkan akses yang mudah dijangkau. Salah satu elemen gedung yang dapat didesain secara unik salah satunya yaitu saat mendesain pintu masuk utama bangunan.
Pintu masuk utama bangunan adalah pintu masuk utama dari bagunan, dimana semua pengunjung baik dengan kendaraan, dengan berjalan kaki, ataupun pengunjung dengan kebutuhan khusus dapat mengakses bangunan dengan menggunakan pintu masuk utama tersebut. Karena itulah pintu masuk utama bangunan harus terlihat jelas, mudah untuk diakses dan memberikan efisiensi dan efektivitas dan keamanan bagi semua pengunjung, yang salah satunya pengunjung dengan berjalan kaki, karena pejalan kaki memiliki jumlah yang cukup banyak dari pengguna atau pengunjung bangunan perkantoran pada umumnya.
Kata Kunci: pintu masuk utama bangunan, efisiensi dan efektivitas, aksesibility
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perencanaan dan desain pintu masuk
utama yang baik dapat mempengaruhi
persepsi pengunjung atau pengguna
bangunan, dimana salah satu fungsi dari
dari pintu masuk utama bangunan adalah
sebagai gerbang utama pengunjung atau
pengguna untuk memasuki gedung,
seperti dalam penelitian ini yaitu di
Gedung Graha Mandiri Jakarta.
Walaupun pada kenyataannya, seringkali
penulis melihat pengunjung atau
pengguna bangunan di Gedung Graha
Mandiri yang lebih memilih menggunakan
pintu masuk secondary yang berada di
jalan DR Kusuma Atmaja dan pintu
ballroom yang berada di jalan pamekasan
dengan berbagai alasan yang dapat
dikaitkan dengan tingkat efisiensi dan
efektivitas pejalan kaki gedung Graha
Mandiri Jakarta.
1.2. PERNYATAAN MASALAH
Permasalahan dari penelitian ini adalah:
• Apakah terdapat pengaruh Penentuan
Pintu Masuk Utama Bangunan
terhadap Efisiensi dan Efektivitas
Pejalan Kaki pada gedung Graha
Mandiri Jakarta?
• Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi Efisiensi dan
Efektivitas Pejalan Kaki di pintu masuk
utama gedung Gaha Mandiri?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
• Untuk mengetahui besarnya pengaruh
Penentuan Pintu Masuk Utama
Bangunan terhadap Efisiensi dan
Efektivitas Pejalan Kaki pada gedung
Graha Mandiri Jakarta.
• Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas
pejalan kaki di gedung Graha Mandiri
Jakarta.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan penulis
yaitu Metode Kuantitatif dengan hasil data
berupa :
Data kuantitatif, pada penelitian ini penulis
juga melakukan analisis berupa angka-
angka dengan menggunakan skala likert,
untuk mengetahui hubungan korelasi
antara Penentuan Pintu Masuk Utama
Bangunan (Variabel X) dengan Efisiensi
dan Efektivitas Pejalan Kaki (Variabel Y) di
Gedung Graha Mandiri Jakarta, dimana
untuk mengalanisis menggunakan
software SPSS.
Data kualitatif, pada penelitian ini pada
khususnya pada kuesioner yang telah
disebar oleh penulis menghasilkan data
berupa gambar presentase dari
responden tersebut dan gambar mengenai
pola sirkulasi dari responden tersebut.
Definisi Pintu Masuk Utama Bangunan
Pintu masuk utama bangunan atau
disebut juga dengan main entrance adalah
gerbang utama untuk memasuki
bangunan dimana semua orang dapat
mengakses pintu masuk utama tersebut
untuk memasuki bangunan. Karena
fungsinya sebagai pintu masuk utama,
maka desain dari pintu masuk utama
tersebut haruslah menarik dan
mengundang orang untuk memasukinya.
Oleh karena itu dibutuhkan pertanda yang
jelas, dan desain pintu masuk yang lebih
menonjol dari bidang sekitarnya, agar
memperjelas keberadaan pintu masuk
tersebut, sehingga jika dilihat dari jarak
tertentu pintu masuk dapat terlihat dengan
jelas, sehingga seseorang yang akan
mengunjungi bangunan tersebut merasa
yakin jika pintu masuk tersebut
merupakan pintu masuk dari bangunan
yang akan dituju.
Menurut Jefferis (2010) pengertian pintu
masuk utama adalah :
The main entry, provides an outside focal
point to draw guests to the front door and
serves as hub for traffic to the living area.
a raised entry is a common method of
accenting the front door.
Dari pengertian diatas dapat diartikan
bahwa pintu masuk utama, dapat
memberikan titik fokus dari luar bangunan
untuk menarik tamu menuju pintu depan
dan berfungsi sebagai penghubung
sirkulasi ke arah ruang tamu. Pintu masuk,
dengan bentuk atap yang lebih tinggi,
adalah metode umum yang dipakai untuk
memberi aksen dari pintu depan.
Sedangkan menurut Hepler (2012)
pengertian pintu masuk utama yaitu :
The main entrances provides access to the
house. It is the entrances through wich
guests are welcomed and from wich all
major traffic pattern radiate. It should
provide shelter for anyone awaiting
entrances.
Dari penjelasan diatas dapat diartikan
bahwa pintu masuk utama menyediakan
akses ke rumah atau bangunan. Pintu
masuk di mana tamu disambut dan pintu
masuk di mana semua pola lalu lintas
utama berkumpul kemudian menyebar ke
ruangan lainnya. Pintu masuk utama harus
mudah diidentifikasi, harus dapat
memberikan perlindungan bagi siapa saja
yang menunggu di pintu masuk
Sedangkan pendapat Miess (2013)
tentang pintu masuk utama atau main
entrace yaitu :
a large public institution must have main
entrance, a threshold which is
representative and wich is clearly visible in
the facade. As far as possible the
entrances, even those from the car parks,
must easily to lead to it before one enters
the building.
lembaga publik besar harus memiliki pintu
masuk utama, ambang batas yang
representatif dan yang adalah jelas terlihat
pada fasad. Sejauh mungkin pintu masuk,
bahkan mereka dari tempat parkir, harus
mudah untuk mengarah ke sana sebelum
seseorang memasuki gedung.
Berdasarkan data yang diambil dari
National Research Council (U.S.). Building
Research Institute (1961) terdapat tujuh
kriteria yang biasa digunakan arsitek
dalam mengalokasikan, mendesain dan
memilih pintu masuk bangunan yaitu
sebagai berikut :
i Function of the building. Dalam
mendesain bangunan hal pertama yang
harus diperhatikan dalam merancang
bangunan adalah dengan mengetahui
fungsi dari bangunan tersebut karena
fungsi bangunan kita dapat menentukan
bentuk dan desain bangunan yang sesuai
dengan fungsi bangunan tersebut.
ii Ingress and egress capacities.
Kapasitas untuk keluar dan masuk
bangunan dapat ditentukan berdasarkan
standar dari fungsi bangunan, namun
dalam beberapa kasus seperti pintu
darurat, fasilitas tersebut harus disediakan
dengan maksimal untuk menghindari
kerugian-kerugian yang dapat timbul saat
keadaan darurat.
iii Importance of the entrance as an
aesthetic design element. Pada pintu
masuk utama bangunan elemen estetika
dalam merancang merupakan hal yang
harus diperhatikan oleh arsitek dan
elemen tersebut harus disesuaikan
dengan fungsi dari bangunan.
iv safety and ease of operation under all
loading condition. Seberapa banyak keluar
dan masuknya pengunjung bangunan
faktor keamanan dan kemudahan untuk
menggunakan pintu masuk harus dapat
dipenuhi oleh pintu masuk bangunan.
v Security against unauthorized entry.
Adanya petugas keamanan untuk
menghindari masuknya pihak yang tidak
bekepentingan atau dapat merugikan
dalam bangunan.
vi Maintenance requirements and
weather tightness. Adanya maintenance
berkala dan pergantian cuaca yang ketat.
vii Budget considerations. Pertimbangan
budget yang ada.
a Definisi Efisiensi dan Efektivitas
Pejalan Kaki
i Definisi Efisiensi Pejalan Kaki
Efisien berasal dari bahasa Inggris yaitu
efficient yang berarti :
Able to work well and without wasting time
or resources; competent; Producing a
satisfactory result without wasting time or
resources.
Definisi efisiensi antara lain yaitu
ketepatan cara, usaha dalam menjalankan
sesuatu dengan tidak membuang-buang
sesuatu (waktu, biaya, tenaga);
berkompeten; Keadaan tepat guna;
kemampuan melaksanakan tugas dengan
tepat dan cermat.
Selanjutnya mengenai efisiensi,
Admosudiharjo Dalam Suragawa (2010)
menyatakan sebagai berikut:
Kita berbicara tentang efisiensi bilamana
kita membayangkan hal penggunaan
sumber daya (resources) kita secara
optimum untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa
efisiensi akan terjadi jika penggunaan
sumber daya diberdayakan secara
optimum sehingga suatu tujuan akan
tercapai.
Definisi Efiektivitas Pejalan Kaki
Efektivitas berasal dari kata efektif yang
mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait
dengan hubungan antara hasil yang
diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang (view
point) dan dapat dinilai dengan berbagai
cara dan mempunyai kaitan yang erat
dengan efisiensi.
Memperhatikan pendapat para ahli di atas,
bahwa konsep efektivitas merupakan
suatu konsep yang bersifat
multidimensional, artinya dalam
mendefinisikan efektivitas berbeda-beda
sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki
OUTCOME
Efektivitas = ______________
OUTPUT
walaupun tujuan akhir dari efektivitas
adalah pencapaian tujuan. Kata efektif
sering dicampur-adukkan dengan kata
efisien walaupun artinya tidak sama,
sesuatu yang dilakukan secara efisien
belum tentu efektif. Menurut pendapat
Zahnd Dalam Suragawa (2010) yang
mendefinisikan efektivitas dan efisiensi,
sebagai berikut:
Efektivitas yaitu berfokus pada akibatnya,
pengaruhnya atau efeknya, sedangkan
efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk
mengerjakan sesuatu dengan tidak
membuang-buang waktu, tenaga dan
biaya.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa
efektivitas lebih memfokuskan pada akibat
atau pengaruh sedangkan efisiensi
menekankan pada ketepatan mengenai
sumber daya, yaitu mencakup anggaran,
waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam
pelaksanaannya tepat waktu. Efektif akan
menghadirkan efisiensi karena cepatnya
pencapaian ke bangunan tanpa halangan
sehingga mempersingkat waktu sirkulasi
pada sebuah bangunan perkantoran lebih
menekankan pada :
• Efisiensi (kedekatan)
• Kejelasan (informatif) dan kelancaran
(keterbukaan, keleluasaan)
• Kesesuaian dengan fungsi.
Lebih lanjut menurut Kurniawan Dalam
Suragawa (2010) mendefinisikan
efektivitas, sebagai berikut:
Efektivitas adalah kemampuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi
kegiatan program atau misi) daripada
suatu organisasi atau sejenisnya yang
tidak adanya tekanan atau ketegangan
diantara pelaksanaannya.
Sehubungan dengan hal-hal yang
dikemukakan di atas, maka secara singkat
pengertian daripada efisiensi dan
efektivitas adalah, efisiensi berarti
melakukan atau mengerjakan sesuatu
secara benar, “doing things right”,
sedangkan efektivitas melakukan atau
mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran
“doing the right things”.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Efisiensi dan Efektivitas
Dalam mencapai desain yang
berkelanjutan (sustainable design) hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah :
i Efisiensi jarak pencapaian. Kecepatan
berjalan setiap orang tidak sama,
tergantung oleh barch, Robert B. Sleight
Dalam Pynkyawati menyatakan rata-rata
kecepatan berjalan bagi orang dewasa
dan orang tua dapat di lihat pada tabel
berikut ini :
ii Efisiensi Waktu Pencapaian. Waktu
adalah seluruh rangkaian saat ketika
proses, perbuatan atau keadaan berada
atau berlangsung. Dalam hal ini, skala
waktu merupakan interval antara dua buah
keadaan/kejadian, atau bisa merupakan
lama berlangsungnya suatu kejadian.
iii Penerapan Elemen Sirkulasi (Signage)
Menurut Pynkyawati dalam Lawrence K.
Frank Sign (signage) adalah pesan atau
informasi yang muncul secara berturut-
turut atau teratur dalam hubungannya
dengan tanda-tanda yang penting dan
menimbulkan respon pada manunsia.
Sebuah sign muncul secara berturut-turut
atau teratur, tapi maksud berturut-turut
atau teratur ini tidak dijelaskan lebih lanjut
sehingga untuk saat ini hal itu tidak akan
menjadi pertimbangan pengertian sebuah
pertanda (sign). Signage sebagai elemen
dasar yang memiliki fungsi utama sebagai
alat komunikasi antar manusia dalam
suatu bangunan atau lingkungan
mengandung beberapa elemen penting.
Elemen-Elemen ini akan membentuk
image atau fisik keseluruhan dari sign
yang juga berperan dalam keberhasilan
penyampaian informasi yang ingin
ditujukan oleh sign tersebut.
Menurut pendapat Danim dalam
Suragawa (2010) menyebutkan ukuran
efektivitas, sebagai berikut:
i Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan,
artinya hasil tersebut berupa kuantitas
atau bentuk fisik dari organisasi, program
atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat
dari perbandingan (ratio) antara masukan
(input) dengan keluaran (output).
ii Tingkat kepuasan yang diperoleh,
artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat
kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau
banyaknya) dan dapat kualitatif
(berdasarkan pada mutu).
iii Produk kreatif, misalnya penciptaan
hubungannya kondisi yang kondusif
dengan dunia kerja, yang nantinya dapat
menumbuhkan kreativitas dan
kemampuan.
iv Intensitas yang akan dicapai, artinya
memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu
tingkatan intens sesuatu, dimana adanya
rasa saling memiliki dengan kadar yang
tinggi.
Aksesibilitas
Aksesibilitas atau dipersempit lagi menjadi
akses Menurut kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) mempunyai arti sebagai
pintu masuk, dan pengertian aksesibiltas
yaitu hal dapat dijadikan akses (pintu
masuk), hal dapat dikaitkan, keterkaitan.
Sedangkan aksesibilitas menurut lynch
(1976) adalah memeperhatikan
kemampuan seseorang menuju ke tempat
orang lain, ke tempat kegiatan, kesumber
daya yang ada, ke tempat pelayanan, ke
tempat informasi, atau ke tempat yang
lain.
Carr (1992) mengungkapkan bahwa
aksesibiltas termasuk dalam hak
seseorang dalam ruang publik.
Aksesbiltas adalah kemudahan untuk
memasuki suatu ruang, tergantung pada
fungsi ruang tersebut. Terdapat tiga
konsep utama dalam menentukan
aksesibiltas, antara lain :
i Aksesibilitas Fisik. Menurut Carr (1992)
aksesibilitas fisik berkaitan langsung
dengan ketersediaan akses untuk ruang
publik bagi umum. Untuk ruang publik
yang bersifat umum ruang ini seharusnya
tidak dilengkapi oleh pembatas ruang, dan
terhubung dengan baik oleh sirkulasi di
sekitar. Yang termasuk aksesibilitas fisik
antara lain, efisiensi dan efektivitas,
ketersediaan, kemudahan, kegunaan,
keselamatan, dan kemandirian.
ii Aksesibiltas Visual. Konsep ini
berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk dapat melihat dan mengetahui
ruang di dalam dan di luar area. Sehingga
orang yakin bahwa ruang tersebut
memang bebas diakses dan aman untuk
dimasuki Carr (1992). Yang termasuk
aksesibiltas visual antara lain, tampak
yang menarik dan nyaman, prinsip
pemandangan kawasan, serta intregasi
skala dan bentuk.
iii Aksesibiltas Simbolik. Dalam hal ini
desain ruang publik di setiap elemennya
mewakili untuk siapa dan tujuan apa ruang
itu ada. Misalnya, adanya jalur pedestrian
seharusnya dipergunakan untuk para
pejalan kaki dalam menuju ke suatu
tempat Carr (1992). Yang termasuk
termasuk aksesibiltas simbolik antara lain,
pencapaian dan orientasi, ketajaman,
kejelasan dan kenikmatan, serta karakter
khusus.
Penelitian sebelumnya yang dijadikan
acuan oleh penulis yaitu :
• PERLETAKAN DAN BENTUK DESAIN
MAIN ENTRANCE PADA
BANGUNAN MAL TERBUKA (Studi
Kasus: Mal Cihampelas Walk dan Mal
Paris Van Java di Bandung),
• PENGARUH MAIN ENTRANCE
TERHADAP PENGUNJUNG RUMAH
SAKIT Studi Kasus: Koridor Jl. Dr.
AKSESIBILITAS
• KAJIAN SIRKULASI TERHADAP
KENYAMANAN PENGUNJUNG
BIOSKOP STUDI KASUS BIOSKOP
PLAZA 21 SEMARANG.
3. ANALISIS PEMBAHASAN
Dari kuesioner yang telah disebarkan oleh
penulis didapatlah data sebagai berikut :
Dari Pie chart diatas dapat diketahui
bahwa kuesioner yang disebar 105
kuesioner, data kembali sebesar 100
kuesioner, hingga didapat jumlah
kuesioner yang lengkap dan dapat
dianalisis lebih lanjut sebesar 90 kuesioner
(n=90). Selain itu dapat diketahui
komposisi responden yaitu 79% yang
bekerja di Gedung Graha Mandiri dan 21%
yang tidak bekerja di Gedung Graha
Mandiri.
Dari pie chart diatas dapat disimpulkan
bahwa untuk moda tranportasi yang paling
banyak digunakan responden adalah
sepeda motor sebesar 52%, lalu diikuti
oleh bis kota yaitu sebesar 17%, kereta api
sebesar 16% responden, mobil sebesar
8%, kombinasi bis kota & mobil sebesar
3%, pejalan kaki sebesar 2%, dan yang
paling sedikit digunakan adalah kombinasi
bis kota & motor sebesar 1%.
Bila digambarkan lagi lebih lanjut dapat
digambarkan pola sirkulasi masuk gedung
berdasarkan moda transportasi yaitu
sebagai berikut.
Dari gambar diatas dapat diketahui karena
tidak adanya pembagian antara sirkulasi
pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan maka
dapat menimbulkan tiga titik konflik yang
dapat mengurangi efisiensi dan efektivitas
sirkulasi masuk dari pejalan kaki, yang
terdapat di pintu masuk kawasan Imam
Bonjol, di depan Pintu Masuk SBI dan di
90
105
JUMLAH RESPONDEN
LENGKAP
TIDAKLENGKAP
TIDAKKEMBALI
79%
21%
BEKERJA DI GRAHA MANDIRI
YA
TIDAK
17%
1%3%2%
16%
9%52%
MODA TRANSPORTASI BIS KOTA
BIS KOTA &MOTORBIS KOTA &MOBILJALAN KAKI
Potensi konflik
Potensi konflik
Potensi konflik
depan Pintu Masuk Secondary.
Dan selanjutnya lagi lebih lanjut dapat
digambarkan pola sirkulasi keluar gedung
berdasarkan moda transportasi yaitu
sebagai berikut.
Dari gambar diatas dapat diketahui karena
tidak adanya pembagian antara sirkulasi
pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan maka
dapat menimbulkan dua titik konflik yang
dapat mengurangi efisiensi dan efektivitas
sirkulasi masuk dari pejalan kaki di depan
Pintu Masuk SBI dan di depan Pintu
Masuk Secondary.
Dari pie chart diatas dapat disimpulkan
bahwa saat responden memasuki
kawasan gedung memiliki porsi yang
hampir merata dengan jumlah tertinggi
yang dilalui adalah pintu masuk kawasan
belakang (es kelapa) sebesar 36%,pintu
masuk Imam Bonjol sebesar 32%, pintu
masuk kawasan belakang (kaki lima)
sebesar 27% dan pintu keluar SBI sebesar
5%. Dari pie chart diatas dapat
disimpulkan bahwa saat responden keluar
kawasan gedung memiliki porsi yang
berbeda dibandingkan saat memasuki
kawasan gedung dikarenakan untuk pintu
masuk Imam Bonjol bagi kendaraan
bermotor hanya sebagai pintu masuk
kawasan saja, jadi proporsinya menjadi
berubah, dengan jumlah tertinggi yaitu di
pintu keluar kawasan belakang (es kelapa)
sebesar 40%, pintu masuk kawasan
belakang (kaki lima) sebesar 39%, pintu
keluar SBI sebesar 13% dan pintu masuk
Imam Bonjol sebesar 8%.
Dari pie chart diatas dapat disimpulkan
bahwa pintu masuk utama di Jalan Imam
Bonjol bukanlah pintu masuk yang sering
digunakan oleh responden karena
sebesar 17% yang selalu melewati pintu
masuk utama jalan Imam Bonjol, untuk
pintu masuk yang sering dilewati yaitu
pintu masuk secondary sebesar 42%,
diikuti oleh pintu masuk SBI sebesar 40%,
dan sebesar 1% yang melewati lift
basement.
Selain itu dapat diketahui bahwa Pintu
Keluar yang sering digunakan saat
responden keluar gedung memiliki porsi
yang berbeda dibandingkan saat
memasuki gedung, dan untuk pintu masuk
utama Imam Bonjol mengalami penurunan
menjadi sebesar 11%, dan untuk jumlah
terbanyak tetap dimiliki oleh pintu masuk
secondary dengan jumlah sebesar 48%,
diikuti oleh pintu masuk SBI dengan
jumlah sebesar 40%, dan sebesar 1%
8%13%
39%
40%
PINTU KELUAR KAWASAN
Pintu MasukKawasan ImamBonjolPintu masukkawasan SBI
Pintu masukkawasan BelakangKaki Lima
32%
5%
27%
36%
PINTU MASUK KAWASAN
Pintu Masuk KawasanImam Bonjol
Pintu masuk kawasanSBI
Pintu masuk kawasanBelakang Kaki Lima
Pintu masuk kawasanbelakang Es Kelapa
17%
42%
40%
1%
PINTU MASUK YANG SERING DIGUNAKAN
PINTU MASUK UTAMAIMAM BONJOL
PINTU MASUK BELAKANG
PINTU SBI
LIFT BASEMENT 11%
48%
40%
1%
PINTU KELUAR YANG SERING DIGUNAKAN
PINTU MASUK UTAMAIMAM BONJOL
PINTU MASUK BELAKANG
PINTU SBI
LIFT BASEMENT
Potensi
konflik
Potensi
konfl
yang melewati lift basement. Bila
dipersentasikan untuk responden yang
melewati pintu utama Imam Bonjol untuk
memasuki gedung yaitu sebesar 17%
akan didapat nilai sekitar 15 orang
responden, yang bila dilihat dari gambar
berikut:
Dari keterangan diatas dapat diketahui
bahwa responden yang selalu melewati
pintu masuk utama jalan Imam Bonjol
sebesar 17% atau, responden yang
melewati pintu utama Imam Bonjol untuk
keluar gedung yaitu sebesar 11%, yang
bila dilihat dari tabel diatas mengenai
parameter dari efektivitas maka
penggunaan pintu masuk utama dari tabel
diatas mengenai parameter dari efektivitas
maka penggunaan pintu masuk utama
sebagai pintu masuk dan pintu keluar
responden dapat dikategorikan sebagai
sangat tidak efektif.
Dari pie chart diatas dapat diketahui
bahwa alasan pemilihan pintu masu
gedung oleh responden yaitu karena dekat
dengan parkir sebesar 49%, dekat dengan
stasiun/halte sebesar 29%, dekat dengan
drop off sebesar 17%, dan sisanya
menjawab dekat dengan tempat
nongkrong sebesar 1%, dekat toilet
sebesar 1%, lebih dekat sebesar 1%,
mudah dijangkau sebesar 1% dan untuk
olahraga sebesar 1%.
Untuk melakukan analisis deskriptif ini
penulis menggunakan program statistik
SPSS, yang menghasilkan kumpulan
output yang siap diinterpretasikan yaitu :
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
nilai Cronbach's Alpha yaitu sebesar 0,928
yang artinya bahw nilai reliabilitas dari item
variabel x sangat tinggi, Dari uji reliabilitas
dapat diketahui nilai korelasi antara tiap
item dengan skortotal item. Nilai korelasi
ini dibandingkan dengan r tabel. R tabel
dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2
sisi dan jumlah data (n) = 90 atau df = 88,
maka didapat r tabel sebesar 0,2072 (lihat
pada lampiran). Untuk variabel X atau
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan
setiap itemnya memiliki nilai diatas 0,2072
sehingga dapat dikatakan bahwa semua
item valid.
EFEKTIVITAS (%) KRITERIA
0-20 Sangat Tidak Efektif
20,1-40 Tidak Efektif
40,1-60 Cukup Efektif
60,1-80 Efektif
80,1-100 Sangat Efektif
Tabel 5.4. Tabel Reliability Statistik Variabel X
Sumber : SPSS
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,928 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Fungsi 20,3 16,707 0,749 0,919
Ingress 20,41 16,559 0,76 0,918
Estetika 20,63 16,01 0,8 0,915
Keamanan 20,48 15,825 0,832 0,911
Security 20,47 17,151 0,714 0,923
Cuaca 20,42 16,966 0,814 0,914
Material 20,36 17,49 0,75 0,92
Tabel 5.5. Item-Total Statistis Variabel X
Sumber : SPSS
17%
49%29%
1%
1%
1%1%1%
ALASAN PEMILIHAN PINTU MASUK
dekat drop off
dekat parkir
dekat stasiun/halte
dekat tempat nongkrong
dekat toilet
lebih dekat
mudah dijangkau
untuk olahraga
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
nilai Cronbach's Alpha yaitu sebesar 0,91
yang artinya bahw nilai reliabilitas dari item
variabel y sangat tinggi, Dari uji validitas
dedapat diketahui nilai korelasi antara tiap
item dengan skortotal item. Nilai korelasi
ini dibandingkan dengan r tabel. R tabel
dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2
sisi dan jumlah data (n) = 90 atau df = 88,
maka didapat r tabel sebesar 0,2072
(lihat pada lampiran). Untuk variabel Y
atau Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki
setiap itemnya memiliki nilai diatas 0,2072
sehingga dapat dikatakan bahwa semua
item valid.
Scree Plot adalah salah satu alternatif
yang dapat digunakan untuk membantu
peneliti menentukan berapa banyak faktor
terbentuk yang dapat mewakili keragaman
peubah – peubah asal. Bila kurva masih
curam, akan ada petunjuk untuk
menambahkan komponen. Bila kurva
sudah landai, akan ada petunjuk untuk
menghentikan penambahan komponen,
walaupun penilaian curam/landai bersifat
subjektif peneliti. Dari scree plot di atas,
terlihat pada saat satu komponen
terbentuk, kurva masih menunjukkan
kecuraman, setelah melewati titik ke-2,
garis kurva sudah mulai landai, semakin
ke kanan akan semakin landai. Dari
penjelasan di atas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa terdapat dua
komponen atau faktor yang terbentuk.
Setelah dilakukan rotasi faktor dengan
metode varimax, diperoleh table seperti
yang tertera di atas yaitu Rotated
Component Matrix, dimana terdapat
perbedaan nilai korelasi variabel dengan
setiap faktor sebelum dan sesudah
dilakukan rotasi varimax. Terlihat bahwa
loading faktor yang dirotasi telah
memberikan arti sebagaimana yang
diharapkan dan setiap faktor sudah dapat
diinterpretasikan dengan jelas. Terlihat
pula bahwa setiap variabel hanya
berkorelasi kuat dengan salah satu faktor
saja (tidak ada variabel yang korelasinya <
0,5 di kedua faktor). Dengan demikian,
lebih tepat digunakan loading faktor yang
telah dirotasi sebab setiap faktor sudah
dapat menjelaskan keragaman variabel
awal dengan tepat dan hasilnya adalah
sebagai berikut.
Gambar 5.13. KurvaScree Plot
Sumber : SPSS
Tabel 5.6. Tabel Reliability Statistik Variabel Y
Sumber : SPSS
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,91 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Kegunaan 19,6 17,546 0,615 0,911
Kepuasan 19,3 18,033 0,756 0,895
Kreatif 19,44 17,036 0,747 0,895
Intensitas 19,44 17,104 0,793 0,89
Jarak 19,33 17,438 0,72 0,898
Waktu 19,39 17,656 0,777 0,892
Rambu 19,42 17,55 0,727 0,897
Tabel 5.7. Item-Total Statistis Variabel Y
Sumber : SPSS
Faktor 1 , beberapa variabel yang memiliki
korelasi yang kuat dengan Faktor 1 , yaitu
Fungsi, Ingress, Estetika, Keamanan,
Security, Cuaca, Material, Kepuasan,
Kreatif dan Intensitas.
Faktor 2, terdapat beberapa variabel yang
memiliki korelasi yang kuat dengan Faktor
2 , yaitu variabel Kegunaan, Jarak, Waktu,
Rambu.
Tabel Component Transformation Matrix
berfungsi untuk menunjukkan apakah
faktor-faktor yang terbentuk sudah tidak
memiliki korelasi lagi satu sama lain atau
orthogonal. Bila dilihat dari table
Component Transformation Matrix, nilai –
nilai korelasi yang terdapat pada diagonal
utama berada di atas 0,5 yaitu
0,813;0,813. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua faktor yang terbentuk sudah tepat
karena memiliki korelasi yang tinggi pada
diagonal – diagonal utamanya.
Dalam pembahasan rancangan analisis
selanjutnya akan dilakukan pembahasan
mengenai analisis deskriptif dengan
memberikan gambaran data mengenai
jumlah data, data minimum, data
maksimum, mean dan standar deviasi dari
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan
sebagai variabel X dan Efisiensi dan
Efektivitas Pejalan Kaki sebagai variabel.
Dari kolom Kolmogorov-Smirnov diatas
maka dapat diketahui nilai signifikansi
untuk Penentuan Pintu Masuk Utama
Bangunan yaitu sebesar 0,068 dan nilai
signifikansi dari dan Efisiensi dan
Efektivitas Pejalan Kaki yaitu sebesar
0,080. Dari penjelasannya sebelumnya
dapat diketahui bahwa untuk mengetahui
apakah variabel tersebut mempunyai nilai
yang signifikan
Rotated Component Matrixa Component
1 2
Zscore(Fungsi) 0,742 0,303
Zscore(Ingress) 0,748 0,338
Zscore(Estetika) 0,806 0,304
Zscore(Keamanan) 0,794 0,34
Zscore(Security) 0,788 0,161
Zscore(Cuaca) 0,747 0,45
Zscore(Material) 0,734 0,354
Zscore(Kegunaan) 0,168 0,808
Zscore(Kepuasan) 0,694 0,463
Zscore(Kreatif) 0,836 0,354
Zscore(Intensitas) 0,656 0,54
Zscore(Jarak) 0,32 0,79
Zscore(Waktu) 0,432 0,725
Zscore(Rambu) 0,412 0,717
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.
Tabel5.12. Tabel Component
Sumber : SPSS
Component Transformation Matrix
Component 1 2
1 0,813 0,583
2 -0,583 0,813
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Tabel 5.13. Tabel ComponenTransformation Matrix
Sumber : SPSS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan (X)
Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki (Y)
N 90 90
Normal Parametersa,b Mean 23,84 22,66
Std. Deviation 4,736 4,842
Most Extreme Differences Absolute 0,137 0,134
Positive 0,137 0,134
Negative -0,088 -0,121
Kolmogorov-Smirnov Z 1,3 1,269
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,068 0,08
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 5.15. Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber : SPSS
atau tidak yaitu dengan melihat apakah
variabel tersebut memiliki nilai signifikansi
yang lebih besar dari 0.05 ( >0.05) dari
hasil diatas telah diketahui bahwa nilai
signifikansi dari Penentuan Pintu Masuk
Utama Bangunan lebih dari 0.05 dan
Efektivitas Sirkulasi Pejalan Kaki juga
melebihi dari 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa data pada variabel Penentuan
Pintu Masuk Utama Bangunan dan
Efektivitas Sirkulasi Pejalan Kaki
berdistribusi normal.
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r)
diatas maka akan diperoleh korelasi (r)
antara Penentuan Pintu Masuk Utama
Bangunan dengan Efisiensi dan
Efektivitas Pejalan Kaki adalah sebesar
0,844. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
hubungan yang tinggi antara Penentuan
Pintu Masuk Utama Bangunan dengan
Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki.
Sedangkan arah hubungan adalah positif
karena nilai r positif, berarti semakin bagus
nilai dari Penentuan Pintu Masuk Utama
Bangunan maka semakin bagus pula
Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki dan
bila semakin tidak bagus nilai dari
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan
maka semakin tidak bagus pula Efisiensi
dan Efektivitas Pejalan Kaki. Hal ini dapat
terjadi bila faktor lain tidak mempengaruhi
Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki
secara signifikan.
Dari pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa HO ditolak Oleh
karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t
tabel (14,790 >1.99), artinya bahwa ada
pengaruh secara signifikan antara
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan
dengan Efisiensi dan Efektivitas Pejalan
Kaki Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang tinggi antara
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan
dengan Efisiensi dan Efektivitas Pejalan
Kaki pada Gedung Graha Mandiri Jakarta.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisis penelitian ini penulis
memberikan kesimpulan yaitu:
Correlations
Penentuan Pintu Masuk
Utama Bangunan
(X)
Efisiensi dan Efektivitas Pejalan
Kaki (Y)
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan (X)
Pearson Correlation 1 ,844**
Sig. (2-tailed) 0
N 90 90
Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki (Y)
Pearson Correlation ,844** 1
Sig. (2-tailed) 0
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 5.16. Tabel Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson
Sumber : SPSS
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 2,068 1,419 1,458 0,148
Penentuan Pintu Masuk Utama Bangunan (X) 0,863 0,058 0,844 14,79 0
a. Dependent Variable: Efisiensi dan Efektivitas Pejalan Kaki (Y)
Tabel 5.18. Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Sumber : SPSS
Gambar 5.14. KurvaConfidence Coeffcien
Sumber : SPSS
Ý = a + b X
Ý = 2,068+ 0,863X
| t tabel sebesar 1,99
• Dari segi aksesibilitas untuk pejalan
kaki di gedung Graha Mandiri Jakarta
mudah untuk dicapai dikarenakan
semua pintu masuk kawasan dan pintu
keluar kawasan dapat diakses dengan
mudah oleh pejalan kaki.
• Walaupun mudah dicapai karena
sirkulasi pejalan kaki tidak terpisah
dengan sirkulasi kendaraan harus
dibuatkan rambu pembeda antara
sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi
kendaraan, dan rambu pembeda ini
hanya terdapat di pintu kawasan Dr
Kusuma Atmadja saja.
• Dari penjelasan di bab tinjauan pustaka
dan dari kuesioner penelitian dapat
diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi di Gedung Graha
Mandiri Jakarta. Dalam menentukan
variabel Penentuan Pintu Masuk
Utama Bangunan dibagi menjadi tujuh
faktor, yaitu : Function of the building,
Ingress and egress capacities,
Importance of the entrance as an
aesthetic design element, safety and
ease of operation under all loading
condition, Security against
unauthorized entry, Maintenance
requirements and weather tightness,
Budget considerations.
• Sedangkan untuk variabel Efisiensi
dan Efektivitas Pejalan Kaki dibagi
menjadi tujuh faktor yaitu : Efisiensi
jarak pencapaian, Efisiensi Waktu
Pencapaian, Penerapan Elemen
Sirkulasi, Jumlah hasil yang dapat
dikeluarkan, Tingkat kepuasan yang
diperoleh, Produk kreatif, Intensitas
yang akan dicapai.
• Dari tujuh faktor variabel Penentuan
Pintu Masuk Utama Bangunan dan
tujuh faktor variabel terhadap Efisiensi
dan Efektivitas Pejalan Kaki
selanjutnya dilakukan analisis
kuesioner yang berbentuk kuantitatif
menggunakan SPSS dengan hasil
bahwa HO ditolak karena nilai t hitung
lebih besar dari nilai t tabel (14,790
>1.99), artinya bahwa ada pengaruh
secara signifikan antara Penentuan
Pintu Masuk Utama Bangunan
terhadap Efisiensi dan Efektivitas
Pejalan Kaki.
• Dari hasil analisis kuesioner dalam
bentuk kualitatif, untuk tingkat efisiensi
dari Penentuan Pintu Masuk Utama
yaitu sebesar 16,67% responden saja
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pintu Masuk Utama tidak efisien.
Sedangkan untuk segi efektivitas dapat
disimpulkan efektivitas dari Penentuan
Pintu Masuk Utama dapat
dikategorikan sebagai sangat tidak
efektif karena hanya 17% responden
yang menggunakan saat masuk
gedung dan 11% responden yang
menggunakan saat keluar gedung.
Dari hasil analisis penelitian ini penulis
memberikan saran yaitu:
• Walaupun pintu masuk utama
bangunan di jalan Imam Bonjol dinilai
sangat tidak efektif dan tidak efisien,
namun keputusan pengelola gedung
untuk membuka akses pejalan kaki
yang bisa melewati semua pintu site
(baik masuk dan keluar) maupun saat
melewati pintu masuk secondary dan
pintu masuk ballroom sudah tepat
karena dengan dibukanya akses
tersebut sangat membantu pejalan
kaki, sehingga pejalan kaki tidak harus
memutar jauh untuk memasuki
gedung.
• Namun dengan dibukanya semua
akses dapat menimbulkan masalah
seperti masalah kemungkinan
terjadinya konflik antara pejalan kaki
dengan kendaraan bermotor, hal ini
dapat diatasi dengan memperbanyak
rambu, membedakan jalur pejalan kaki
dengan membedakan warna dan
menambah aksesibilitas untuk orang
dengan kebutuhan khusus.
• Masalah lain yang timbul yaitu masalah
keamanan karena dengan terbukanya
akses membuat gedung menjadi rawan
akan kejahatan, oleh karena itu harus
diadakan penempatan petugas
keamanan di setiap pintu akses dan di
setiap pintu masuk bangunan minimal
satu orang petugas keamanan.
Dengan adanya penambahan rambu
dan penambahan petugas keamanan
gedung dapat menambah biaya
pengeluaran gedung, baik yang
bersifat rutin maupun tidak rutin. Dan
ini merupakan konsekuesi yang harus
diterima oleh pengelola gedung.
5. REFERENSI
A, Kertagama. 2001. Kajian Sirkulasi
Terhadap Efisiensi dan efektivitas
Pengunjung Bioskop Studi Kasus Bioskop
Plaza 21 Semarang, universitas Katolik
Soegija pranata. Semarang.
Allen and Karoly. 1976. Hospital Planning
Handbook, A Wiley-Interscinence
Publication
Andreas, Richard. 2012. STUDI
EFEKTIFITAS JEMBATAN
PENYEBERANGAN (Studi Kasus : Jalan
Sisingamaraja Medan). Tugas Akhir
Universitas Sumatera Utara. Medan
C Ching, FDK. 2000. Arsitektur : Bentuk,
Ruang, dan Tatanan, Edisi kedua (terj.).
Jakarta: Erlangga
Carr, Stephen. 1973. City Sign and Lights.
Cambridge: MIT Press.
Faroga, Reo. 2014. PERLETAKAN DAN
BENTUK DESAIN PINTU MASUK
UTAMA PADA BANGUNAN MAL
TERBUKA (Studi Kasus: Mal Cihampelas
Walk dan Mal Paris Van Java di Bandung.
E-Journal Graduate Unpar,)
Hakim, Rustam. 2006. Rancangan Visual
Lansekap Jalan. Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, Marlindo. 2010. Perilaku
Perjalanan Penduduk Dengan Pilihan
Moda Trasport asi Di Perbatasan Kota:
Studi Kasus Perbatasan Kota Medan
Bagian Timur. Thesis Universitas Sumatra
Utara. Medan
Hardiman, Gagoek., dkk. 2013.
PENGARUH PINTU MASUK UTAMA
TERHADAP AKSESIBILITAS
PENGUNJUNG RUMAH SAKIT. (Studi
Kasus: Koridor Jl. Dr. Soetomo dan Jl.
Kariadi Semarang). Jurnal Arsitektur
NALARs Volume 12 No 2 Juli 2013.
Hatmoko. 2003. Seminar “ Arsitektur
Rumah Sakit : Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi ,MMR UGM.
Hari M, Aditya. 11 September 2014.
Tapak-Lanskap Sirkulasi. http://vote-
mydaily.blogspot.com/2009/10/tapak-
lanskap-sistem-sirkulasi.html.
Hepler, Dana J., dkk. 2013. Drafting and
Design for Architecture & Construction 9th
edition. Delmar, Cengage Learning.
http://statistikceria.blogspot.com/2013/03/
teori-analisis-faktor-factor-analysis.html.
21 Desember 2014
http://statistikceria.blogspot.com/2013/03/
tutorial-contoh-kasus-analisis-faktor.html.
21 Desember 2014
Iswanto, Danoe. 2006. PENGARUH
ELEMEN-ELEMEN PELENGKAP JALUR
PEDESTRIAN TERHADAP EFISIENSI
DAN EFEKTIVITAS PEJALAN KAKI
(Studi Kasus: Penggal Jalan Pandanaran,
dimulai dari jalan Randusari hinga
Kawasan Tugu muda) . Enclosure Volume
5 no. 1 Maret 2006.
Jefferis, Alan and David A. Madsen. 2010.
Architectural Drafting and Design 6th
edition. Delmar, Cengage Learning.
Lynch, Kevin. 1976. Managing the Sense
of Region (foir et lenifier). Cambridge: MIT
Press.
Mirsa, Rinaldi. 2012. Elemen Tata Ruang
Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nainggolan, Samuel M. 2014. Bangkitan
Perjalanan di Kecamatan Lubuk Pakam
Dengan Metode Klasifikasi Silang. Student
Papers Universitas Sumatra Utara.
Neuvert .1999. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 2.
PT Erlangga
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN
UMUM (London : NOMOR :-
3/PRT/M/2014, TENTANG PEDOMAN
PERENCANAAN, PENYEDIAAN, DAN
PEMANFAATAN PRASARANA,
PENYEDIAAN, DAN PEMANFAATAN
PRASARANA DAN SARANA JARINGAN
PEJALAN KAKI DI KAWASAN
PERKOTAAN
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar
Analisis Statistik dengan SPSS.
Yogyakarta: Mediakom.
Pynkyawati, Theresia, dkk. 2014. KAJIAN
EFISIENSI DESAIN SIRKULASI PADA
FUNGSI BANGUNAN MALL DAN HOTEL
BTC. Jurnal Online Institut Teknologi
Nasional. Bandung.
Suragawa, Huggo. 2010. EFEKTIVITAS
BADAN PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU (BPPT) KOTA BANDUNG
DALAM PELAKSANAAN BANDUNG ONE
STOP SERVICE (BOSS) PADA
PELAYANAN INFORMASI PERIZINAN DI
KOTA BANDUNG. Skripsi Universitas
Komputer Indonesia. Bandung.
Wulandari, Widya. 2006. EKSPRESI
SISTEM STRUKTUR BENTANG LEBAR
DENGAN MENGGUNAKAN SPACE
TRUSS PADA BANGUNAN
GELANGGANG OLAHRAGA. Tugas Akhir
Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Undang Undang Republik Indonesia
Nomer 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
www.google.co.id/maps, 29 Oktober 2014
www.google.co.id/maps, 30 Oktober 2014
www.pustaka.pu.go.id.direktori istilah
bidang pekerjaan umum. 7 September
2014
www.kbbi.web.id. 11 September 2015.