pengaruh model pembelajaran kooperatife tipe think …

19
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau 2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pembantu PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN 1 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh Suchy Hertina Azhari NIM 4111071 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016

Upload: others

Post on 21-Apr-2022

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK PAIR

SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN 1

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Oleh

Suchy Hertina Azhari

NIM 4111071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2016

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK PAIR

SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN 1

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Suchy Hertina Azhari1, A. Budi Mulyanto2, Nurhayati3

Program Study Pendidikan Fisika

(STKIP-PGRI) Lubuklinggau

ABSTRACT

The title of this thesis entitled "The Effect of Cooperative Learning Model Think Pair

Share (TPS) to the Learning Outcomes Physics Class X MAN 1 Lubuklinggau the

Academic Year 2015/2016". The purpose of this research was to determine the effect of

significant cooperative learning model Think Pair Share (TPS) to the learning outcomes

physics class X MAN 1 Lubuklinggau the academic year 2015/2016. This type of research

is true experimental design used was a pretest-posttest control group design. The

population is all students of class X MAN 1 Lubuklinggau the academic year 2015/2016,

amounting to 266 students. The samples were done using simple random sampling

technique. Samples researchers are X_6 classes totaling 35 students as an experimental

class and class X_7 totaling 35 students as the control class. Data collection techniques

used is a test. Data collected was analyzed using t-test. Based on the analysis of post-test

experimental class and control class, the value t_tabel t_hitung = 3.55 and = 1.67, with a

confidence level of = 0.05 t_hitung > t_tabel (1.78> 1.67). It can be concluded that there

is significant influence cooperative learning model Think Pair Share (TPS) to the learning

outcomes of students in material physics measurements and significant figures in class X

MAN 1 Lubuklinggau the academic year 2015/2016 ".

Keywords: Think Pair Share (TPS), Physics Learning Outcomes, Impact.

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan baik untuk

kehidupan pribadi, bermasyarakat, bahkan berbangsa. Kemajuan suatu bangsa berasal dari

pribadi-pribadi yang cerdas, berkarakter, dan berwawasan luas. Pribadi-pribadi tersebut

hanya bisa didapat melalui pendidikan yang bermutu, semakin baik mutu pendidikan suatu

bangsa maka semakin baik pula keadaan bangsa tersebut. Dari kesadaran pentingnya

pendidikan yang bermutu, pemerintah terus berupaya untuk membenahi sistem dan

pelaksanaan program pendidikan yang ada, agar tujuan pendidikan seperti yang tertera

dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud

sepenuhnya.

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, bukanlah perkara yang mudah,

akan ada kendala yang menjadi penghambat dengan kondisi seperti saat ini agar

terwujudnya tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Guru memiliki peran yang

sangat besar untuk mewujudkan keberhasilan dunia pendidikan. Untuk itu, Guru

hendaknya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan, mendidik dan keterampilan

mengolah proses pembelajaran agar dapat menumbuhkan proses pembelajaran yang baik

yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan

pendidikan yang diharapkan, oleh karena itu, di dalam proses belajar mengajar terjadi

interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungan

pada saat pelajaran berlangsung, atau bisa dikatakan terjadi proses belajar mengajar yang

aktif baik dari pihak pengajar maupun pelajar (Taufiq dkk, 2010:5.3).

Kendala yang terjadi dalam dunia pendidikan dewasa ini, salah satu penyebabnya

adalah masih rendahnya daya serap siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil

belajar siswa (Trianto, 2009:5). Rendahnya hasil belajar siswa ini diantaranya terdapat

pada pelajaran fisika, pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit di

kalangan siswa. Sementara pelajaran fisika merupakan pelajaran yang dinilai memiliki

peran penting untuk membentuk pola pikir siswa agar berkualitas, begitupun dengan

aplikasi pelajaran fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu guru fisika di

MAN 1 Lubuklinggau dari jumlah 266 siswa diperoleh nilai ulangan harian fisika siswa

dengan rata-rata belum mencapai KKM. Siswa yang tuntas sebanyak 95 siswa (35,72%)

dan yang tidak tuntas sebanyak 171 siswa (64,28%) sehingga tidak sedikit siswa yang

mengikuti program remedial untuk memenuhi KKM, dimana Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75. Pembelajaran hanya berpusat pada guru.

Guru yang menyiapkan materi dan contoh soal yang akan disampaikan di depan kelas.

Sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan lalu mencatat semua materi yang disajikan

oleh guru tanpa ada timbal balik terhadap respon materi yang diajarkan Guru. Peran siswa

kurang terlihat, siswa tidak aktif bertanya ketika guru mempersilahkan siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dimengerti, umumnya siswa lebih memilih diam dan

menerima apa adanya yang disampaikan oleh guru.

Salah satu cara dalam mengatasi agar pelajaran tersebut mendapat respon yang

tinggi dari siswa dan mampu bertahan lama di dalam memori siswa ialah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

strategi pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok memiliki banyak keunggulan,

yakni dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karena siswa bekerjasama dalam

memecahkan masalah dengan teman lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan

aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok

pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya

sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota yang lain (Huda,

2011:29).

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya

adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, ini adalah salah satu model

pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.

Setiap siswa saling berbagi ide dan pendapatnya, atau informasi yang mereka ketahui

tentang permasalahan yang diberikan guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Pada

pembelajaran ini banyak berpusat pada siswa dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator

serta pembimbing pada proses pembelajaran. Jelas yang merupakan inti keberhasilan dari

model ini ialah bagiamana guru merumuskan permasalahan pada awal pembelajaran, dan

menimbulkan rasa penasaran siswa, dengan mengkreativitaskan model pembelajaran yang

akan digunakan pada penelitian ini. Model ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif

siswa, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Giyastutik (2009:5),

menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA.

Oleh sebab itu maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil

Belajar Fisika siswa Kelas X MAN 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”.

LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Tentang Belajar

Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru.

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

a) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Ngalimun (2013:169) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini

tergolong tipe kooperatife dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal,

berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara

berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis

individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan

reward.

b) Langkah Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS)

Trianto (2009:133) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam model

pembelajaran kooperatife tife Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Berfikir

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk

berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa

berbicara atau mengerjakan bukan bagian berfikir.

Langkah 2 : Berpasangan

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa

yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat

menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan

gagasan apabila suatu masalah khusus yang diindentifikasi. Secara normal guru

memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar

sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

c) Kelemahan dan Kelebihan model pembelajaran kooperatife Tipe Think

Pair Share (TPS)

Kelebihan

1) Dengan kegiatan berfikir, berpasangan dan berbagi, siswa secara individu

dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu

berfikir, sehingga dapat meningkatkan daya pemikiran yang dapat

meningkatkan kualitas jawaban.

2) Pengetahuan dan keberanian dalam menyampaikan inspirasi berkembang,

karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan

berbagi serta berdiskusi dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan

tersebut harus berbagi dengan seluruh kelompok dikelas.

3) Jumlah anggota kelompok kecil akan mendorong setiap anggota untuk

terlibat secara aktif, paling tidak mulai berani memberikan ide, inspirasi atau

jawaban kepada kelompoknya.

Kekurangan

1) Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar

2) Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Dengan demikian dalam penelitian ini

digunakan dua kelas pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share dan pembelajaran menggunakan metode ceramah.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share dan pembelajaran metode ceramah, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil

belajar fisika siswa kelas X MAN 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.

Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan cara yang dilakukan dalam

melakukan penelitian, pada penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Group

Design. Menurut Arikunto (2010:126) Pretest-Posttest Control Group Design yang

digunakan digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

Pretest-Posttest Control Group Design

Group Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen 𝑂1 X 𝑂2

Kontrol 𝑂3 - 𝑂4

Sumber : (Arikunto, 2010: 161)

Keterangan:

𝑂1 = Nilai Pretest Eksperimen

𝑂2 = Nilai Posttest Eksperimen

𝑂3 = Nilai Posttest Kontrol

𝑂4 = Nilai Posttest Kontrol

X = Perlakuan

Langkah-Langkah Penelitian

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:

Melaksanakan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui hasil

belajar awal siswa sebelum diberi perlakuan.

Melakukan analisa data pretest yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji z pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe

Think Pair Share (TPS) di kelas eksperimen dan pemberian perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah dan Tanya jawab) di

kelas kontrol.

Melakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberi

perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Melakukan analisis data post-test yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji z pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Dari uji hipotesis ini diketahui ada pengaruh model

pembelajaran kooperatife tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar fisika

kelas X MAN 1 Lubuklinggau.

Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t digunakan untuk mengetahui

kesamaan kemampuan awal siswa pada kedua kelompok sampel.

Hipotesis yang diuji berbentuk:

𝐻0 = Hipotesis pembanding, tidak ada pengaruh model Inquiri terhadap hasil belajar

(𝜇1≤𝜇2).

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

𝐻1 = Hipotesis kerja, adanya pengaruh model Inquiri terhadap hasil belajar siswa

(𝜇1>𝜇2).

Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan bervarians homogen maka digunakan uji t,

dengan rumus:

t = 𝑥1̅̅̅̅ − 𝑥2̅̅̅̅

√1

𝑛1+

1

𝑛2

𝑠 dengan 𝑆2 =

(𝑛1−1)𝑆12+ (𝑛2−1)𝑆2

2

𝑛1+𝑛2−2 (Sudjana, 2005:239)

Keterangan:

t = Perbedaan rata-rata kedua sampel

𝑆12 = varians kelas eksperimen

𝑆22 = Varians kelas kontrol

𝑛1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen

𝑛2 = Jumlah siswa kelompok kontrol

𝑥1̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok eksperimen

𝑥2̅̅ ̅ = Nilai rata-rata kelompok kontrol

Kriteria pengujian hipotesis adalah terima 𝐻0 jika -𝑡(𝑡−

1

2𝑎)

< 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < -𝑡(𝑡−

1

2𝑎)

dengan

𝑡(𝑡−

1

2𝑎)

didapat dari tabel distribusi siswa dengan derajat kebebasan dk = (𝑛1 + 𝑛2 − 2) dan

peluang 1- 1

2𝑎 untuk harga t lainnya 𝐻0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).

Hasil thitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan ttabel. Kriteria

pengujian hipotesis adalah Ho diterima jika thitung< ttabel, berarti ada persamaan kemampuan

awal siswa dan Ho ditolak jika thitung ttabel, berarti tidak ada persamaan kemampuan awal

siswa dengan

dk = (n-1) pada taraf signifikan 0,05 (5%).

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-30 Agustus 2015 di MAN 1

Lubuklinggau Tahun 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

X di MAN 1 Lubuklinggau, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang

diambil secara acak yaitu kelas X6 sebagai kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas X7 sebagai kelas kontrol

menggunakan metode ceramah.

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument di

kelas XII IPA1 yang bertujuan untuk mengetahui kualitas valid dan tidaknya soal yang

digunakan untuk melaksanakan pre-test dan post-test di kelas eksperimen dan di kelas

kontrol. Uji coba instrument dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2015 dan diikuti oleh 30

siswa. Soal uji coba sebanyak 7 soal dan soal berbentuk essay. Setelah uji coba dilakukan

soal yang akan digunakan sebanyak 6 soal yang valid, maka peneliti mulai melakukan pre-

test di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi pengukuran dan angka penting.

Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal yang

dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menngunakan model pembelajaran

Think Pair Share (TPS)

Pada pelaksanaan pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak diikuti oleh

semua siswa. Pre-test dilakukan pada pertemuan pertama tanggal 5 Agustus 2015 yang

diikuti oleh 30 siswa di kelas eksperimen dan pada pertemuan pertama tanggal 6 Agustus

2015 yang diikuti 30 siswa di kelas kontrol. Setelah pre-test selesai selanjutnya peneliti

memberikan perlakuan di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dan memberikan perlakuan menggunakan metode

ceramah pada kelas kontrol sebanyak 3 kali pertemuan. Pada saat pembelajaran pertama di

kelas eksperimen pada tanggal 11 Agustus 2015, pembelajaran kedua di kelas eksperimen

pada tanggal 13 Agustus 2015 dan pembelajaran ketiga di kelas eksperimen pada tanggal

18 Agustus 2015. Penelitian ini diakhiri dengan dilaksanakannya post-test yang dilakukan

pada pertemuan kelima tanggal 20 Agustus 2015 yang diikuti oleh 30 siswa di kelas

eksperimen dan pada pertemuan kelima tanggal 21 Agustus 2015 yang diikuti 30 siswa di

kelas kontrol. Pelaksanaan post-test dimaksudkan untuk menentukan perbedaan hasil

belajar antara kedua kelas setelah mengikuti proses pembelajaran.

Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)

Data mengenai kemampuan awal diperoleh melalui pre-test baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Kemampuan awal yang dimaksud adalah kemampuan awal yang

dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

Rata-rata (𝒙) dan Simpangan Baku (s) Skor Pre-test

Hasil perhitungan rata-rata (�̅�) dan simpangan baku (s) skor pre-test kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

Tabel 4.1.

Rata-rata (�̅�) dan Simpangan Baku (s) Hasil Pre-test

Kelas N Rata-rata (�̅�) Simpangan Baku (s)

Eksperimen 30 33,83 5,98

Kontrol 30 35,93 7,36

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas eksperimen

dengan mengunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) 33,83 dan kelas kontrol

35,93. Data yang diperoleh menunjukkan selisih rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen

dan kelas kontrol adalah 2,1.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pre-test siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji

normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05, jika χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pre-test untuk kedua kelompok dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Hasil Uji Normalitas Pre-test (Tes Awal)

Kelas χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Eksperimen 5,3417 5 11,070 Normal

Kontrol 7,4746 5 11,070 Normal

Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 data pre-test untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Berdasarkan ketentuan pengujian

normalitas dengan menggunakan uji kecocokan χ² (chi-kuadrat), sehingga dapat

disimpulkan bahwa pre-test untuk masing-masing kelas menunjukkan kedua kelompok

berdistribusi normal pada taraf = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5, jika

χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Setelah mengetahui bahwa data

berdistribusi normal, maka yang perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel.

Hal tersebut untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari kelas

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

untuk eksperimen dan kelas kontrol. Pasangan hipotesis yang digunakan dalam uji

homogenitas adalah sebagai berikut:

𝐻𝑂 : Kedua varians sama/homogen.

𝐻𝑎 : Kedua varians tidak sama/tidak homogen.

Kriteria pengujian adalah tolak 𝐻𝑜 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka dengan =

0,05, n-1 (untuk varians terbesar) adalah dk pembilang dan n-1varians terkecil) adalah dk

penyebut. Sehingga hasil dari rekapitulasi uji homogenitas skor pre-test dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Hasil Uji Homogenitas Pre-test (Tes Awal)

Kelas 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Eksperimen 1,23 1,86 Homogen

Kontrol

Dari tabel 4.3 ditunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,23 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,86. Karena

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 diterima. Dengan demikian kedua skor pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Maka uji kesamaan rata-rata yang digunakan

adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

𝐻𝑂 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai fisika

kelas kontrol (𝜇1= 𝜇2).

𝐻𝑎 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata

nilai fisika kelas kontrol (𝜇1 ≠ 𝜇2).

Kriteria pengujian adalah 𝐻𝑜 diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf kepercayaan

(α = 0,05), dan dk= 𝑛1 + 𝑛2 – 2. Hasil uji kesamaan dua rata-rata skor pre-test dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre-test (Tes Awal)

Kelas 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

Eksperimen 1,28 58 2,002

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, 𝐻𝑜

diterima. Kontrol

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal

siswa yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,28 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2,002, maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 diterima dan

𝐻𝑎 ditolak. Dengan demikian rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

sama atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran dan angka penting

merupakan hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran atau setelah diberikan

perlakuan. Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui post-test. Pelaksanaan post-test

dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Post-test digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS). Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Rata-rata (𝒙) dan Simpangan Baku (s) Skor Post-test

Hasil perhitungan rata-rata (�̅�) dan simpangan baku (s) skor post-test kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Rata-rata (�̅�) dan Simpangan Baku (s) Hasil Post-test

Kelas N Rata-rata (�̅�) Simpangan Baku (s)

Eksperimen 30 79,40 6,79

Kontrol 30 72,23 9,43

Dari hasil post-test, terlihat perbedaan rata-rata siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol cukup besar, yakni dimana rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dari yang

menggunakan metode ceramah.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji

normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05, jika χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas post-test untuk kedua kelompok dapat dilihat

pada tabel 4.6.

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

Tabel 4.6.

Hasil Uji Normalitas Post-test (Tes Akhir)

Kelas χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Eksperimen 3,2098 5 11,07 Normal

Kontrol 6,1878 5 11,07 Normal

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 data post-test untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai

χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan

χ² (chi-kuadrat), sehingga dapat disimpulkan bahwa post-test untuk masing-masing kelas

menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal pada taraf = 0,05 dengan

derajat kebebasan (dk) = 5, jika χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Setelah mengetahui baha data

berdistribusi normal, maka yang perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel.

Hal tersebut untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran D) tentang uji homogenitas skor

post-test. Maka rekapitulasi uji homogenitas skor post-test dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7.

Hasil Uji Homogenitas Post-test (Tes Akhir)

Kelas 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Eksperimen 1,01 1,86 Homogen

Kontrol

Dari tabel 4.7 ditunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,01 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,86. Karena

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 diterima. Dengan demikian kedua skor post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

perbedaan kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Sehingga uji kesamaan

rata-rata yang digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

𝐻𝑂 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata nilai

fisika kelas kontrol (𝜇1≤ 𝜇2).

𝐻𝑎 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata nilai fisika

kelas kontrol (𝜇1> 𝜇2).

Kriteria pengujian adalah 𝐻𝑜 diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf kepercayaan (α =

0,05), dan dk= 𝑛1 + 𝑛2 – 2. Hasil uji kesamaan dua rata-rata skor post-test dapat dilihat

pada tabel 4.8.

Tabel 4.8.

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Post-test (Tes Akhir)

Kelas 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Eksperimen 3,55 58 2,002

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, 𝐻𝑜

ditolak Kontrol

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan

akhir siswa yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,55 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,002, maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 ditolak

dan 𝐻𝑎 diterima. Maka rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar dari rata-

rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar fisika

siswa pada materi pengukuran dan angka penting kelas X MAN 1 Lubuklinggau tahun

pelajaran 2015/2016”.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Setelah uji coba dilakukan soal yang akan digunakan sebanyak 6 soal yang valid

dan layak digunakan untuk pre-test dan post-test. Tahap kedua peneliti mulai melakukan

pre-test di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi pengukuran dan angka penting.

Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal yang

dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Data hasil pre-test dianalisis. Berdasarkan

hasil analisis dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas eksperimen 33,83 dan kelas

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

kontrol 35,93. Data yang diperoleh menunjukkan selisih rata-rata nilai pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah 2,1 maka 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak. Dengan

demikian rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak terdapat perbedaan

yang signifikan.

Setelah pre-test selesai selanjutnya peneliti memberikan perlakuan di kelas

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS), dan memberikan perlakuan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol

sebanyak 3 kali pertemuan.

Pada saat pembelajaran pertama di kelas eksperimen peneliti mulai menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu menjelaskan materi alat

ukur panjang. Pada pertemuan pertama ini siswa belum terlalu aktif, karena siswa masih

terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Dimana siswa hanya

mengandalkan guru yang menjelaskan pelajaran yang sedang berlangsung dan siswa hanya

sebagai penerima informasi saja tanpa ada timbal balik terhadap materi yang disampaikan

guru.

Pada saat pembelajaran kedua di kelas eksperimen yaitu menjelaskan materi alat

ukur massa. Siswa sudah mulai berani untuk aktif dan mulai merespons kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) yang diterapkan, siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya atas jawaban

mereka.

Pada saat pembelajaran ketiga di kelas eksperimen yaitu menjelaskan materi alat

ukur waktu dan angka penting. Pada pertemuan ketiga ini sudah sangat terlihat peningkatan

hasil belajar siswa. Dengan dihadapi pada teman mereka sendiri, maka siswa tidak akan

merasa malu untuk bertanya kepada temannya sehingga dapat dengan baik dalam

memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Sedangkan pembelajaran yang

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

dilaksanakan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran ini

secara keseluruhan memang membuat siswa lebih tenang karena guru mengendalikan

siswa secara penuh. Siswa duduk dan memperhatikan guru mengajar. Komunikasi yang

terjadi lebih banyak satu arah. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru kurang

memahami pemahaman siswa, karena siswa yang sudah mengerti atau belum hanya diam

saja. Siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.

Setelah diberikan perlakuan yang berbeda dengan menggunakan pembelajaran yang

berbeda di kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat sekali perbandingan hasil belajar

hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.

Terlihat sekali perbedaan rata-rata siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup

besar.

Pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen siswa dibagi menjadi 15

kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 2 orang siswa dan setiap kelompok

mendapatkan soal, selanjutnya perwakilan beberapa kelompok akan mempresentasikan

hasil soal yang telah didiskusikan dihadapan temannya, dan ada proses timbal balik yakni

teman yang lain akan memberikan pertanyaan.

Tahap terakhir setelah diberikan perlakuan maka peneliti melakukan post-test. Dari

analisis data post-test terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol, Kriteria pengujiannya adalah terima 𝐻0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡(1−𝛼). Dimana

𝑡(1−𝛼) didapat dari daftar distribusi t dengan 𝑑𝑘 = (𝑛1 + 𝑛2 − 2) dan peluang (1 − 𝛼).

Sebaliknya, jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡(1−𝛼) maka 𝐻0 ditolak. Dengan taraf signifikan 05,0

(Sudjana, 2005:239), dan berdasarkan hasil analisis hipotesis dengan menggunakan uji-t

dengan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,55 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,002 jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

diterima, artinya taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 dan ada pengaruh yang signifikan

terhadap perlakuan yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa X

MAN 1 Lubuklinggau setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) lebih tinggi dari yang menggunakan metode ceramah.

Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen tiap kelompok sangat bersemangat

dalam menjawab soal-soal dan dapat menyelesaikannya dengan baik. Keuntungan dari

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah semangat belajar siswa

sangat termotivasi dengan diberikan kesempatan kepada mereka untuk berpikir mandiri,

selain juga dapat leluasa berdiskusi dengan teman sebangku sehingga pemecahan masalah

terselesaikan dengan baik. Keuntungan selanjutnya setelah mendapat hasil pemecahan

masalah yang diperoleh dari pemikiran mandiri dan kalaborasi pendapat dengan teman

sebangkunya, maka hasil yang baik tersebut dapat dibagi dengan teman-teman kelompok

lain dan tujuan pembelajaran memang tercapai. Siswa dapat menjadi diri sendiri tanpa

malu-malu untuk mengemukakan pendapat, karena diberikan waktu untuk mereka

mendiskusikan bersama temannya, sehingga dapat terbentuk suasana kelas yang aktif dan

tidak membosankan. Keberhasilan pembelajaran fisika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terlihat dari keberhasilan siswa dalam

menjawab soal-soal yang diberikan pada lembar post-test siswa kelas eksperimen, dan

keberhasilan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) terlihat juga dari kemampuan tiap-tiap kelompok, terdapat 15

kelompok dalam satu kelas eksperimen.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini siswa diberikan

kesempatan untuk berpikir sendiri terlebih dahulu, secara berpasangan dan berbagi

jawaban dalam kelompok serta mempresentasikan kedepan kelas. Dengan model

pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat terhadap hasil

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

pemaparan temannya, dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap

mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2011:61), menyatakan bahwa Think Pair Share

(TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas. Diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,

dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Hal tersebut karena model

pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat memotivasi siswa untuk

berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan

pendapat dengan teman sebangkunya, sehingga dengan kegiatan pembelajaran seperti ini

siswa dapat menemukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.

Adapun kendala yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain suasana

kelas yang memang lebih bersuara yang tidak dapat dihindari terjadi pada siswa.

Mengingat hal tersebut dapat mengganggu aktifitas belajar kelas lain. Untuk mengatasi

kendala itu guru lebih mengawasi diskusi yang terjadi antar kelompok, jangan sampai

diskusi keluar dari permasalahan atau materi yang dibahas serta guru memberikan

kesempatan kepada kelompok untuk bergiliran berpendapat. Sehingga tidak terjadi suasana

kelas yang dapat mengganggu kelas lain dan pembelajaran dalam kelas masih tetap bisa

aktif sesuai dengan tahap-tahap dalam proses pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di MAN 1

Lubuklinggau, Dari analisis data diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,55 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,002, dengan taraf

kepercayaan = 0,05, maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Rata-

rata hasil post-test untuk kelas eksperimen sebesar 79,40 sedangkan rata-rata di kelas

kontrol sebesar 72,23. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK …

1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pembantu

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 1

Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Giyastutik. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Ngalimun, 2013. Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Presindo. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.