pengaruh model pembelajaran kooperatife tipe think …
TRANSCRIPT
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN 1
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Oleh
Suchy Hertina Azhari
NIM 4111071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2016
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN 1
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
Suchy Hertina Azhari1, A. Budi Mulyanto2, Nurhayati3
Program Study Pendidikan Fisika
(STKIP-PGRI) Lubuklinggau
ABSTRACT
The title of this thesis entitled "The Effect of Cooperative Learning Model Think Pair
Share (TPS) to the Learning Outcomes Physics Class X MAN 1 Lubuklinggau the
Academic Year 2015/2016". The purpose of this research was to determine the effect of
significant cooperative learning model Think Pair Share (TPS) to the learning outcomes
physics class X MAN 1 Lubuklinggau the academic year 2015/2016. This type of research
is true experimental design used was a pretest-posttest control group design. The
population is all students of class X MAN 1 Lubuklinggau the academic year 2015/2016,
amounting to 266 students. The samples were done using simple random sampling
technique. Samples researchers are X_6 classes totaling 35 students as an experimental
class and class X_7 totaling 35 students as the control class. Data collection techniques
used is a test. Data collected was analyzed using t-test. Based on the analysis of post-test
experimental class and control class, the value t_tabel t_hitung = 3.55 and = 1.67, with a
confidence level of = 0.05 t_hitung > t_tabel (1.78> 1.67). It can be concluded that there
is significant influence cooperative learning model Think Pair Share (TPS) to the learning
outcomes of students in material physics measurements and significant figures in class X
MAN 1 Lubuklinggau the academic year 2015/2016 ".
Keywords: Think Pair Share (TPS), Physics Learning Outcomes, Impact.
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan baik untuk
kehidupan pribadi, bermasyarakat, bahkan berbangsa. Kemajuan suatu bangsa berasal dari
pribadi-pribadi yang cerdas, berkarakter, dan berwawasan luas. Pribadi-pribadi tersebut
hanya bisa didapat melalui pendidikan yang bermutu, semakin baik mutu pendidikan suatu
bangsa maka semakin baik pula keadaan bangsa tersebut. Dari kesadaran pentingnya
pendidikan yang bermutu, pemerintah terus berupaya untuk membenahi sistem dan
pelaksanaan program pendidikan yang ada, agar tujuan pendidikan seperti yang tertera
dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud
sepenuhnya.
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, bukanlah perkara yang mudah,
akan ada kendala yang menjadi penghambat dengan kondisi seperti saat ini agar
terwujudnya tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Guru memiliki peran yang
sangat besar untuk mewujudkan keberhasilan dunia pendidikan. Untuk itu, Guru
hendaknya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan, mendidik dan keterampilan
mengolah proses pembelajaran agar dapat menumbuhkan proses pembelajaran yang baik
yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan, oleh karena itu, di dalam proses belajar mengajar terjadi
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungan
pada saat pelajaran berlangsung, atau bisa dikatakan terjadi proses belajar mengajar yang
aktif baik dari pihak pengajar maupun pelajar (Taufiq dkk, 2010:5.3).
Kendala yang terjadi dalam dunia pendidikan dewasa ini, salah satu penyebabnya
adalah masih rendahnya daya serap siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa (Trianto, 2009:5). Rendahnya hasil belajar siswa ini diantaranya terdapat
pada pelajaran fisika, pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit di
kalangan siswa. Sementara pelajaran fisika merupakan pelajaran yang dinilai memiliki
peran penting untuk membentuk pola pikir siswa agar berkualitas, begitupun dengan
aplikasi pelajaran fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu guru fisika di
MAN 1 Lubuklinggau dari jumlah 266 siswa diperoleh nilai ulangan harian fisika siswa
dengan rata-rata belum mencapai KKM. Siswa yang tuntas sebanyak 95 siswa (35,72%)
dan yang tidak tuntas sebanyak 171 siswa (64,28%) sehingga tidak sedikit siswa yang
mengikuti program remedial untuk memenuhi KKM, dimana Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75. Pembelajaran hanya berpusat pada guru.
Guru yang menyiapkan materi dan contoh soal yang akan disampaikan di depan kelas.
Sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan lalu mencatat semua materi yang disajikan
oleh guru tanpa ada timbal balik terhadap respon materi yang diajarkan Guru. Peran siswa
kurang terlihat, siswa tidak aktif bertanya ketika guru mempersilahkan siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dimengerti, umumnya siswa lebih memilih diam dan
menerima apa adanya yang disampaikan oleh guru.
Salah satu cara dalam mengatasi agar pelajaran tersebut mendapat respon yang
tinggi dari siswa dan mampu bertahan lama di dalam memori siswa ialah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
strategi pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok memiliki banyak keunggulan,
yakni dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karena siswa bekerjasama dalam
memecahkan masalah dengan teman lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran
harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok
pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota yang lain (Huda,
2011:29).
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, ini adalah salah satu model
pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.
Setiap siswa saling berbagi ide dan pendapatnya, atau informasi yang mereka ketahui
tentang permasalahan yang diberikan guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Pada
pembelajaran ini banyak berpusat pada siswa dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator
serta pembimbing pada proses pembelajaran. Jelas yang merupakan inti keberhasilan dari
model ini ialah bagiamana guru merumuskan permasalahan pada awal pembelajaran, dan
menimbulkan rasa penasaran siswa, dengan mengkreativitaskan model pembelajaran yang
akan digunakan pada penelitian ini. Model ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif
siswa, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Giyastutik (2009:5),
menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA.
Oleh sebab itu maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil
Belajar Fisika siswa Kelas X MAN 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”.
LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Tentang Belajar
Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru.
4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
a) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Ngalimun (2013:169) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini
tergolong tipe kooperatife dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal,
berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward.
b) Langkah Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS)
Trianto (2009:133) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam model
pembelajaran kooperatife tife Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut:
Langkah 1 : Berfikir
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa
berbicara atau mengerjakan bukan bagian berfikir.
Langkah 2 : Berpasangan
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diindentifikasi. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
c) Kelemahan dan Kelebihan model pembelajaran kooperatife Tipe Think
Pair Share (TPS)
Kelebihan
1) Dengan kegiatan berfikir, berpasangan dan berbagi, siswa secara individu
dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu
berfikir, sehingga dapat meningkatkan daya pemikiran yang dapat
meningkatkan kualitas jawaban.
2) Pengetahuan dan keberanian dalam menyampaikan inspirasi berkembang,
karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan
berbagi serta berdiskusi dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan
tersebut harus berbagi dengan seluruh kelompok dikelas.
3) Jumlah anggota kelompok kecil akan mendorong setiap anggota untuk
terlibat secara aktif, paling tidak mulai berani memberikan ide, inspirasi atau
jawaban kepada kelompoknya.
Kekurangan
1) Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
2) Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Dengan demikian dalam penelitian ini
digunakan dua kelas pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share dan pembelajaran menggunakan metode ceramah.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share dan pembelajaran metode ceramah, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar fisika siswa kelas X MAN 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan cara yang dilakukan dalam
melakukan penelitian, pada penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Group
Design. Menurut Arikunto (2010:126) Pretest-Posttest Control Group Design yang
digunakan digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
Pretest-Posttest Control Group Design
Group Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen 𝑂1 X 𝑂2
Kontrol 𝑂3 - 𝑂4
Sumber : (Arikunto, 2010: 161)
Keterangan:
𝑂1 = Nilai Pretest Eksperimen
𝑂2 = Nilai Posttest Eksperimen
𝑂3 = Nilai Posttest Kontrol
𝑂4 = Nilai Posttest Kontrol
X = Perlakuan
Langkah-Langkah Penelitian
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:
Melaksanakan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui hasil
belajar awal siswa sebelum diberi perlakuan.
Melakukan analisa data pretest yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji z pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe
Think Pair Share (TPS) di kelas eksperimen dan pemberian perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah dan Tanya jawab) di
kelas kontrol.
Melakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberi
perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Melakukan analisis data post-test yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji z pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dari uji hipotesis ini diketahui ada pengaruh model
pembelajaran kooperatife tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar fisika
kelas X MAN 1 Lubuklinggau.
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t digunakan untuk mengetahui
kesamaan kemampuan awal siswa pada kedua kelompok sampel.
Hipotesis yang diuji berbentuk:
𝐻0 = Hipotesis pembanding, tidak ada pengaruh model Inquiri terhadap hasil belajar
(𝜇1≤𝜇2).
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
𝐻1 = Hipotesis kerja, adanya pengaruh model Inquiri terhadap hasil belajar siswa
(𝜇1>𝜇2).
Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan bervarians homogen maka digunakan uji t,
dengan rumus:
t = 𝑥1̅̅̅̅ − 𝑥2̅̅̅̅
√1
𝑛1+
1
𝑛2
𝑠 dengan 𝑆2 =
(𝑛1−1)𝑆12+ (𝑛2−1)𝑆2
2
𝑛1+𝑛2−2 (Sudjana, 2005:239)
Keterangan:
t = Perbedaan rata-rata kedua sampel
𝑆12 = varians kelas eksperimen
𝑆22 = Varians kelas kontrol
𝑛1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen
𝑛2 = Jumlah siswa kelompok kontrol
𝑥1̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
𝑥2̅̅ ̅ = Nilai rata-rata kelompok kontrol
Kriteria pengujian hipotesis adalah terima 𝐻0 jika -𝑡(𝑡−
1
2𝑎)
< 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < -𝑡(𝑡−
1
2𝑎)
dengan
𝑡(𝑡−
1
2𝑎)
didapat dari tabel distribusi siswa dengan derajat kebebasan dk = (𝑛1 + 𝑛2 − 2) dan
peluang 1- 1
2𝑎 untuk harga t lainnya 𝐻0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).
Hasil thitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan ttabel. Kriteria
pengujian hipotesis adalah Ho diterima jika thitung< ttabel, berarti ada persamaan kemampuan
awal siswa dan Ho ditolak jika thitung ttabel, berarti tidak ada persamaan kemampuan awal
siswa dengan
dk = (n-1) pada taraf signifikan 0,05 (5%).
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-30 Agustus 2015 di MAN 1
Lubuklinggau Tahun 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X di MAN 1 Lubuklinggau, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang
diambil secara acak yaitu kelas X6 sebagai kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas X7 sebagai kelas kontrol
menggunakan metode ceramah.
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument di
kelas XII IPA1 yang bertujuan untuk mengetahui kualitas valid dan tidaknya soal yang
digunakan untuk melaksanakan pre-test dan post-test di kelas eksperimen dan di kelas
kontrol. Uji coba instrument dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2015 dan diikuti oleh 30
siswa. Soal uji coba sebanyak 7 soal dan soal berbentuk essay. Setelah uji coba dilakukan
soal yang akan digunakan sebanyak 6 soal yang valid, maka peneliti mulai melakukan pre-
test di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi pengukuran dan angka penting.
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal yang
dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menngunakan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS)
Pada pelaksanaan pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak diikuti oleh
semua siswa. Pre-test dilakukan pada pertemuan pertama tanggal 5 Agustus 2015 yang
diikuti oleh 30 siswa di kelas eksperimen dan pada pertemuan pertama tanggal 6 Agustus
2015 yang diikuti 30 siswa di kelas kontrol. Setelah pre-test selesai selanjutnya peneliti
memberikan perlakuan di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dan memberikan perlakuan menggunakan metode
ceramah pada kelas kontrol sebanyak 3 kali pertemuan. Pada saat pembelajaran pertama di
kelas eksperimen pada tanggal 11 Agustus 2015, pembelajaran kedua di kelas eksperimen
pada tanggal 13 Agustus 2015 dan pembelajaran ketiga di kelas eksperimen pada tanggal
18 Agustus 2015. Penelitian ini diakhiri dengan dilaksanakannya post-test yang dilakukan
pada pertemuan kelima tanggal 20 Agustus 2015 yang diikuti oleh 30 siswa di kelas
eksperimen dan pada pertemuan kelima tanggal 21 Agustus 2015 yang diikuti 30 siswa di
kelas kontrol. Pelaksanaan post-test dimaksudkan untuk menentukan perbedaan hasil
belajar antara kedua kelas setelah mengikuti proses pembelajaran.
Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
Data mengenai kemampuan awal diperoleh melalui pre-test baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Kemampuan awal yang dimaksud adalah kemampuan awal yang
dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Rata-rata (𝒙) dan Simpangan Baku (s) Skor Pre-test
Hasil perhitungan rata-rata (�̅�) dan simpangan baku (s) skor pre-test kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.1.
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
Tabel 4.1.
Rata-rata (�̅�) dan Simpangan Baku (s) Hasil Pre-test
Kelas N Rata-rata (�̅�) Simpangan Baku (s)
Eksperimen 30 33,83 5,98
Kontrol 30 35,93 7,36
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas eksperimen
dengan mengunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) 33,83 dan kelas kontrol
35,93. Data yang diperoleh menunjukkan selisih rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah 2,1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pre-test siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji
normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05, jika χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pre-test untuk kedua kelompok dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Hasil Uji Normalitas Pre-test (Tes Awal)
Kelas χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Eksperimen 5,3417 5 11,070 Normal
Kontrol 7,4746 5 11,070 Normal
Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 data pre-test untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Berdasarkan ketentuan pengujian
normalitas dengan menggunakan uji kecocokan χ² (chi-kuadrat), sehingga dapat
disimpulkan bahwa pre-test untuk masing-masing kelas menunjukkan kedua kelompok
berdistribusi normal pada taraf = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5, jika
χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Setelah mengetahui bahwa data
berdistribusi normal, maka yang perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel.
Hal tersebut untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari kelas
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
untuk eksperimen dan kelas kontrol. Pasangan hipotesis yang digunakan dalam uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
𝐻𝑂 : Kedua varians sama/homogen.
𝐻𝑎 : Kedua varians tidak sama/tidak homogen.
Kriteria pengujian adalah tolak 𝐻𝑜 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka dengan =
0,05, n-1 (untuk varians terbesar) adalah dk pembilang dan n-1varians terkecil) adalah dk
penyebut. Sehingga hasil dari rekapitulasi uji homogenitas skor pre-test dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Homogenitas Pre-test (Tes Awal)
Kelas 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Eksperimen 1,23 1,86 Homogen
Kontrol
Dari tabel 4.3 ditunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,23 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,86. Karena
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 diterima. Dengan demikian kedua skor pre-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Maka uji kesamaan rata-rata yang digunakan
adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
𝐻𝑂 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai fisika
kelas kontrol (𝜇1= 𝜇2).
𝐻𝑎 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata
nilai fisika kelas kontrol (𝜇1 ≠ 𝜇2).
Kriteria pengujian adalah 𝐻𝑜 diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf kepercayaan
(α = 0,05), dan dk= 𝑛1 + 𝑛2 – 2. Hasil uji kesamaan dua rata-rata skor pre-test dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre-test (Tes Awal)
Kelas 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
Eksperimen 1,28 58 2,002
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, 𝐻𝑜
diterima. Kontrol
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal
siswa yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,28 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2,002, maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 diterima dan
𝐻𝑎 ditolak. Dengan demikian rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
sama atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran dan angka penting
merupakan hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran atau setelah diberikan
perlakuan. Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui post-test. Pelaksanaan post-test
dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Post-test digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS). Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Rata-rata (𝒙) dan Simpangan Baku (s) Skor Post-test
Hasil perhitungan rata-rata (�̅�) dan simpangan baku (s) skor post-test kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Rata-rata (�̅�) dan Simpangan Baku (s) Hasil Post-test
Kelas N Rata-rata (�̅�) Simpangan Baku (s)
Eksperimen 30 79,40 6,79
Kontrol 30 72,23 9,43
Dari hasil post-test, terlihat perbedaan rata-rata siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol cukup besar, yakni dimana rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dari yang
menggunakan metode ceramah.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji
normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05, jika χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas post-test untuk kedua kelompok dapat dilihat
pada tabel 4.6.
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
Tabel 4.6.
Hasil Uji Normalitas Post-test (Tes Akhir)
Kelas χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Eksperimen 3,2098 5 11,07 Normal
Kontrol 6,1878 5 11,07 Normal
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 data post-test untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai
χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
χ² (chi-kuadrat), sehingga dapat disimpulkan bahwa post-test untuk masing-masing kelas
menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal pada taraf = 0,05 dengan
derajat kebebasan (dk) = 5, jika χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Setelah mengetahui baha data
berdistribusi normal, maka yang perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel.
Hal tersebut untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran D) tentang uji homogenitas skor
post-test. Maka rekapitulasi uji homogenitas skor post-test dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Homogenitas Post-test (Tes Akhir)
Kelas 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Eksperimen 1,01 1,86 Homogen
Kontrol
Dari tabel 4.7 ditunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,01 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,86. Karena
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 diterima. Dengan demikian kedua skor post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya
perbedaan kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Sehingga uji kesamaan
rata-rata yang digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
𝐻𝑂 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata nilai
fisika kelas kontrol (𝜇1≤ 𝜇2).
𝐻𝑎 : Rata-rata nilai fisika kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata nilai fisika
kelas kontrol (𝜇1> 𝜇2).
Kriteria pengujian adalah 𝐻𝑜 diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf kepercayaan (α =
0,05), dan dk= 𝑛1 + 𝑛2 – 2. Hasil uji kesamaan dua rata-rata skor post-test dapat dilihat
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Post-test (Tes Akhir)
Kelas 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Eksperimen 3,55 58 2,002
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, 𝐻𝑜
ditolak Kontrol
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan
akhir siswa yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,55 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,002, maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 ditolak
dan 𝐻𝑎 diterima. Maka rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar dari rata-
rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar fisika
siswa pada materi pengukuran dan angka penting kelas X MAN 1 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016”.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah uji coba dilakukan soal yang akan digunakan sebanyak 6 soal yang valid
dan layak digunakan untuk pre-test dan post-test. Tahap kedua peneliti mulai melakukan
pre-test di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi pengukuran dan angka penting.
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal yang
dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Data hasil pre-test dianalisis. Berdasarkan
hasil analisis dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas eksperimen 33,83 dan kelas
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
kontrol 35,93. Data yang diperoleh menunjukkan selisih rata-rata nilai pre-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 2,1 maka 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak. Dengan
demikian rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
Setelah pre-test selesai selanjutnya peneliti memberikan perlakuan di kelas
eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS), dan memberikan perlakuan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol
sebanyak 3 kali pertemuan.
Pada saat pembelajaran pertama di kelas eksperimen peneliti mulai menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu menjelaskan materi alat
ukur panjang. Pada pertemuan pertama ini siswa belum terlalu aktif, karena siswa masih
terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Dimana siswa hanya
mengandalkan guru yang menjelaskan pelajaran yang sedang berlangsung dan siswa hanya
sebagai penerima informasi saja tanpa ada timbal balik terhadap materi yang disampaikan
guru.
Pada saat pembelajaran kedua di kelas eksperimen yaitu menjelaskan materi alat
ukur massa. Siswa sudah mulai berani untuk aktif dan mulai merespons kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) yang diterapkan, siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya atas jawaban
mereka.
Pada saat pembelajaran ketiga di kelas eksperimen yaitu menjelaskan materi alat
ukur waktu dan angka penting. Pada pertemuan ketiga ini sudah sangat terlihat peningkatan
hasil belajar siswa. Dengan dihadapi pada teman mereka sendiri, maka siswa tidak akan
merasa malu untuk bertanya kepada temannya sehingga dapat dengan baik dalam
memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Sedangkan pembelajaran yang
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
dilaksanakan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran ini
secara keseluruhan memang membuat siswa lebih tenang karena guru mengendalikan
siswa secara penuh. Siswa duduk dan memperhatikan guru mengajar. Komunikasi yang
terjadi lebih banyak satu arah. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru kurang
memahami pemahaman siswa, karena siswa yang sudah mengerti atau belum hanya diam
saja. Siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.
Setelah diberikan perlakuan yang berbeda dengan menggunakan pembelajaran yang
berbeda di kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat sekali perbandingan hasil belajar
hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
Terlihat sekali perbedaan rata-rata siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup
besar.
Pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen siswa dibagi menjadi 15
kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 2 orang siswa dan setiap kelompok
mendapatkan soal, selanjutnya perwakilan beberapa kelompok akan mempresentasikan
hasil soal yang telah didiskusikan dihadapan temannya, dan ada proses timbal balik yakni
teman yang lain akan memberikan pertanyaan.
Tahap terakhir setelah diberikan perlakuan maka peneliti melakukan post-test. Dari
analisis data post-test terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, Kriteria pengujiannya adalah terima 𝐻0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡(1−𝛼). Dimana
𝑡(1−𝛼) didapat dari daftar distribusi t dengan 𝑑𝑘 = (𝑛1 + 𝑛2 − 2) dan peluang (1 − 𝛼).
Sebaliknya, jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡(1−𝛼) maka 𝐻0 ditolak. Dengan taraf signifikan 05,0
(Sudjana, 2005:239), dan berdasarkan hasil analisis hipotesis dengan menggunakan uji-t
dengan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,55 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,002 jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
diterima, artinya taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 dan ada pengaruh yang signifikan
terhadap perlakuan yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa X
MAN 1 Lubuklinggau setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) lebih tinggi dari yang menggunakan metode ceramah.
Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen tiap kelompok sangat bersemangat
dalam menjawab soal-soal dan dapat menyelesaikannya dengan baik. Keuntungan dari
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah semangat belajar siswa
sangat termotivasi dengan diberikan kesempatan kepada mereka untuk berpikir mandiri,
selain juga dapat leluasa berdiskusi dengan teman sebangku sehingga pemecahan masalah
terselesaikan dengan baik. Keuntungan selanjutnya setelah mendapat hasil pemecahan
masalah yang diperoleh dari pemikiran mandiri dan kalaborasi pendapat dengan teman
sebangkunya, maka hasil yang baik tersebut dapat dibagi dengan teman-teman kelompok
lain dan tujuan pembelajaran memang tercapai. Siswa dapat menjadi diri sendiri tanpa
malu-malu untuk mengemukakan pendapat, karena diberikan waktu untuk mereka
mendiskusikan bersama temannya, sehingga dapat terbentuk suasana kelas yang aktif dan
tidak membosankan. Keberhasilan pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terlihat dari keberhasilan siswa dalam
menjawab soal-soal yang diberikan pada lembar post-test siswa kelas eksperimen, dan
keberhasilan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) terlihat juga dari kemampuan tiap-tiap kelompok, terdapat 15
kelompok dalam satu kelas eksperimen.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini siswa diberikan
kesempatan untuk berpikir sendiri terlebih dahulu, secara berpasangan dan berbagi
jawaban dalam kelompok serta mempresentasikan kedepan kelas. Dengan model
pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat terhadap hasil
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
pemaparan temannya, dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2011:61), menyatakan bahwa Think Pair Share
(TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,
dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Hal tersebut karena model
pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat memotivasi siswa untuk
berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan
pendapat dengan teman sebangkunya, sehingga dengan kegiatan pembelajaran seperti ini
siswa dapat menemukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.
Adapun kendala yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain suasana
kelas yang memang lebih bersuara yang tidak dapat dihindari terjadi pada siswa.
Mengingat hal tersebut dapat mengganggu aktifitas belajar kelas lain. Untuk mengatasi
kendala itu guru lebih mengawasi diskusi yang terjadi antar kelompok, jangan sampai
diskusi keluar dari permasalahan atau materi yang dibahas serta guru memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk bergiliran berpendapat. Sehingga tidak terjadi suasana
kelas yang dapat mengganggu kelas lain dan pembelajaran dalam kelas masih tetap bisa
aktif sesuai dengan tahap-tahap dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di MAN 1
Lubuklinggau, Dari analisis data diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,55 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,002, dengan taraf
kepercayaan = 0,05, maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Rata-
rata hasil post-test untuk kelas eksperimen sebesar 79,40 sedangkan rata-rata di kelas
kontrol sebesar 72,23. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran
1. Mahasiswa STKIP_PGRI Lubuklinggau
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pembantu
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 1
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Giyastutik. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Ngalimun, 2013. Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Presindo. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.