pengaruh minat membaca, motivasi, dan penguasaan …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MINAT MEMBACA, MOTIVASI, DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VI SDN BUTUNG II KOTA MAKASSAR
EFFECT OF INTERESTS READING, MOTIVATION, AND MASTERY VOCABULARY TO STUDENTS SPEAKING
SKILLS CLASS VI SDN BUTUNG II MAKASSAR
TESIS
Oleh:
SAHARIAH NIM: 04.07.740.2012
PROGRAM PASCASARJANA
MEGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2014
i
PENGARUH MINAT MEMBACA, MOTIVASI, DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VI SDN BUTUNG II KOTA MAKASSAR
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi
Megister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh
SAHARIAH
NIM: 04.07.740.2012
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MEGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2014
ii
TESIS
PENGARUH MINAT MEMBACA, MOTIVASI, DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VI SDN BUTUNG II KOTA MAKASSAR
Yang disusun dan diajukan oleh
SAHARIAH NIM: 04.07.740.2012
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 13 Juni 2014
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. Dr. Munirah, M. Pd.
Mengetahui
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiya dan Sastra Indonesia, Makassar, Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. NBM 866922 NBM 988463
iii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
Judul Tesis : Pengaruh Minat Membaca, Motivasi, dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
Nama : Sahariah NIM : 04.07.740.2012 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal 13
Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 17 Juni 2014
Tim Penguji:
1. Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M.,M.Pd. (………………………….)
(Ketua/Pembimbig/Penguji)
2. Dr. Munirah, M. Pd. (………………………….)
(Sekretaris/Pembimbing/Penguji)
3. Prof. Dr. H. Kamaruddin, M. A. (………………………….)
(Penguji)
4. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. (………………………….)
(Penguji)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sahariah
NIM : 04.07.740.2012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 13 Juni 2014 Yang menyatakan, Sahariah
v
ABSTRAK
SAHARIAH, 2014. Pengaruh Minat Membaca, Motivasi, dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI SDN Butung II Kota Makassar. Tesis. Dibimbing oleh M. Ide Said D.M. sebagai Ketua dan Munirah sebagai Sekretaris.
Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan tingkat minat, dna motivasi membaca, dan penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar. Selain itu, mengetahui dan menganalisis pengaruh minat membaca, motivasi membaca, dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar. Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat ekspost facto. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar berjumlah 40 orang. Sampel pada penelitian ini ditetapkan 40 orang atau total sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan guna memperoleh data yang sesuai dengan variabel penelitian adalah angket dan tes berbicara. Pengelolaan data pada penelitian ini didasarkan pada pendekatan deskriptif statistik deskriptif dan inferensial model regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat minat membaca siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar tergolong tinggi. (2) Motivasi membaca siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar tergolong tinggi. (3) Penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar tergolong tinggi. (4) Keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar tergolong tinggi. (5) Tingginya minat baca, motivasi membaca, dan penguasaan kosakata berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar. Artinya, minat baca, motivasi membaca, dan penguasaan kosakata berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar. Semakin tinggi minat baca, motivasi membaca, dan penguasaan kosakata siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
vi
ABSTRACT SAHARIAH, 2014. Effect of Interests Reading, Motivation, and Mastery Vocabulary to Students Speaking Skills Class VI SDN Butung II Makassar. Thesis. Supervised by M. Ide Said D.M. Munirah as Chairman and Secretary. The purpose of this study is to describe the level of interest, motivation dna reading, and vocabulary mastery sixth grade students of SDN Butung II Makassar. In addition, investigate and analyze the effect of reading interests, reading motivation, and mastery of the vocabulary of the sixth grade students' speaking skills SDN Butung II Makassar. This study is a survey research that is ekspost facto. The population of this study were all students of class VI Makassar SDN Butung II of 40 people. The sample in this study determined a total of 40 people or sampling. Data collection techniques were performed in order to obtain data relevant to the research variables are questionnaires and tests speak. Management of data in this study was based on a descriptive approach descriptive and inferential statistical regression models. The results showed that (1) The level of interest in reading the sixth grade students of SDN Butung II Makassar is high. (2) the sixth grade students' reading motivation SDN Butung II Makassar is high. (3) The control vocabulary sixth grade students of SDN Butung II Makassar is high. (4) Skill talk sixth grade students of SDN Butung II Makassar is high. (5) The high interest in reading, reading motivation, and mastery of vocabulary effect on sixth grade students' speaking skills SDN Butung II Makassar. That is, interest in reading, reading motivation, and mastery of vocabulary and a significant positive effect on sixth grade students' speaking skills SDN Butung II Makassar. The higher interest in reading, reading motivation, and students' vocabulary mastery, then the higher the speaking skills of sixth grade students of SDN Butung II Makassar.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu
wa taala berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Minat Membaca, Motivasi,
dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas VI SDN Butung II Kota Makassar” Tesis ini diajukan guna memenuhi
salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan,
saran, dan dorongan dari berbagai pihak. Hal ini yang mendukung
terwujudnya tesis ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. pembimbing I dan
Dr. Munirah, M. Pd. pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan,
dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar dan Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar beserta staf, yang telah memberikan bantuan dan
viii
kemudahan kepada penulis, baik pada waktu mengikuti perkuliahan,
penelitian, maupun pada saat penulisan tesis. Ucapan terima kasih pula
kepada seluruh dosen dan Ketua Prodi. Pendidikan Bahasa Indonesia yang
telah membekali penulis berbagai pengetahuan selama perkuliahan sampai
pada hasil penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru selaku teman
sejawat di sekolah yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian, dan semua guru yang telah membantu selama penelitian
berlangsung. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada seluruh keluarga yang senantiasa setia mendoakan
dan mendampingi penulis agar dapat meraih kesuksesan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap
pengembangan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Semoga bantuan
yang penulis terima dari berbagai pihak mendapatkan pahala dari Allah swt.
Makassar, Juni 2014
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12
A. Kajian Pustaka 12
1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan 12
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 13
3. Membaca 18
x
4. Minat Baca 24
5. Motivasi 34
6. Kosataka 37
7. Hakikat Pembelajaran Berbicara 48
B. Kerangka Pikir 62
C. Hipotesis Penelitian 64
BAB III METODE PENELITIAN 65
A. Jenis Penelitian 65
B. Variabel dan Desain Penelitian 65
C. Definisi Operasional Variabel 66
D. Waktu dan Lokasi Penelitian 67
E. Populasi dan Sampel 67
F. Teknik Pengumpulan Data 68
G. Teknik Analisis Data 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 73
A. Hasil Penelitian 73
B. Pembahasan Hasil Penelitian 95
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 102
A. Simpulan 102
B. Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 104
LAMPIRAN 108
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Keadaan Populasi 68
3.2 Format Pedoman Penskoran Keterampilan Berbicara 69
3.3 Format Kategori Penilaian Variabel 71
4.1 Statistik Minat Belajar 74
4.2 Klasifikasi Minat Baca 74
4.3 Statistik Motivasi Membaca 76
4.4 Klasifikasi Motivasi Membaca 76
4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Penguasaan Kosakata 78
4.6 Statistik Nilai Penguasaan Kosakata 79
4.7 Klasifikasi Penguasaan Kosakata 80
4.8 Klasifikasi Ketuntasan Belajar Siswa 81
4.9 Klasifikasi nilai Aspek Pilihan Kata 82
4.10 Klasifikasi Nilai Aspek Lafal 83
4.11 Klasifikasi Nilai Aspek Irama 84
4.12 Klasifikasi Nilai Aspek Jeda 85
4.13 Klasifikasi Nilai Aspek Mimik 86
4.14 Klasifikasi Nilai Aspek Gerak-gerik 87
4.15 Statistik Nilai Keterampilan Berbicara 88
4.16 Klasifikasi Keterampilan Berbicara 88
4.17 Klasifikasi Ketuntasan Belajar Siswa Aspek Berbicara 89
4.18 Analisis ANOVA(b) 90
4.19 Hasil Analisis Coefficients(a) 91
4.20 Analisis ANOVA(b) 92
4.21 Hasil Analisis Coefficients(a) 93
4.22 Analisis ANOVA(b) 94
4.23 Hasil Analisis Coefficients(a) 94
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Angket Penelitian Minat Baca 109
2. Angket Penelitian Motivasi Pembelajaran Membaca 113
3. Instrumen Penelitian Penguasaan Kosakata 117
4. Kunci Jawaban Tes Penguasaan Kosakata 119
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 121
6. Skor Minat Baca 126
7. Data Skor Motivasi Membaca 128
8. Nilai Penguasaan Kosakata 130
9. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara 131
10. Analisis Deskriptif Tiap Variabel 134
11. Analisis Regresi Variabel X terhadap Y 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menyatakan bahwa pembelajaran bahasa diarahkan untuk membantu
siswa mengenal diri, budaya, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan
berpartisipasi dalam masyarakat. Selain itu, pembelajaran bahasa
diarahkan agar peserta didik menemukan dan menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, peserta
didik diharapkan dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik
secara lisan maupun tertulis (Depdiknas, 2006: 1).
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa
mengembangkan kemampuan berbicara dengan multiarah dengan makna
yang jelas, yaitu berbicara kepada guru dan siswa lainnya. Maksudnya,
siswa diharapkan dapat mengungkapkan pesan kepada guru dan siswa
secara lengkap, sempurna, strukturnya baik, pilihan kata tepat, kalimat
bervariasi. Penyampaian terebut dapat juga ditujukan kepada lawan tutur
yang statusnya lebih tinggi.
Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses
berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu
sumber ke tempat lain. Bahkan, telah disebutkan dalam KTSP bahwa
hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan
1
2
wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,
pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara,
presentasi laporan, diskusi, protokol, dan pidato, serta dalam berbagai
karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama
(Depdiknas, 2006: 1).
Pada dasarnya, setiap guru mengharapkan kepada semua siswa
agar mampu terampil berbicara sebagai acuan untuk mengukur
kemampuan berkomunikasi secara lisan. Demikian hal ini siswa selalu
dituntut agar mampu berbicara dalam kondisi apa pun dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang efektif. Namun, realitas yang
terjadi adalah kemampuan setiap siswa dalam berbicara belum memadai.
Ada yang mampu berbicara dengan lancar, namun penyajian topik
pembicaraannya kurang menarik sehingga menimbulkan kebosanan bagi
penyimaknya. Ada pula pembicara yang hanya menyajikan topik biasa-
biasa saja, tetapi justru menarik karena disajikan dengan gaya dan cara
yang tepat. Kondisi tersebut menuntut penyajian topik yang menarik
dalam pembelajaran. Penyajian topik yang menarik dengan gaya dan cara
yang menarik pula didukung oleh penyajian metode atau strategi
pembelajaran yang tepat di dalam pembelajaran berbicara. Oleh karena
itu, pemilihan strategi pembelajaran berbicara yang tepat sangat
diharapkan sebagai sebuah alternatif.
Penguasaan teori berbicara bukanlah menjadi tujuan utama dalam
pembelajaran berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara
3
adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan konteks. Pembelajaran
berbicara harus berorientasi pada penggunaan bahasa, bukan pada
aturan pemakaiannya (Pageyasa, 2004: 5).
Pembelajaran berbicara diarahkan untuk mendorong siswa mampu
mengemukakan pendapat, bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi,
bertanya jawab, dan berpidato. Tingkat perkembangan intelektual siswa
sudah berada pada tingkat operasional formal yang sangat membantu
dalam proses pembelajaran berbicara. Pada tahap ini, siswa memerlukan
bantuan benda-benda konkret untuk berpikir agar mampu berpikir kritis.
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi awal dan waancara dengan
guru, ditemukan bahwa penggunaan benda-benda konkret tidak
ditemukan dalam pembelajaran berbicar sehingga yang sulit berbicara
tanpa bantuan mdia. Dengan kata lain, kemampuan berbicara siswa
masih rendah. Bila dikaitkan dengan pembelajaran berbicara, maka tentu
ada masalah yang menyebabkan kemampuan berbicara siswa masih
rendah. Praktik pembelajaran yang kurang efektif dan kurang disenangi
siswa menjadi salah satu penyebabnya.
Sebenarnya, guru telah menggunakan berbagai metode yang
diharapkan menjadi daya tarik (minat) dan sebagai motivator bagi siswa
untuk belajar berbicara, tetapi tampak kelemahan yang cukup mendasar,
yaitu siswa belum terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
dan siswa belum mampu mengemukakan pendapat dan memberikan
tanggapan terhadap pendapat teman sekelasnya.
4
Berdasarkan uraian tersebut, faktor yang menentukan keberhasilan
berbicara dapat dipengaruhi oleh minat dan tingkat intensitas minat dan
motivasi membaca serta penguasaan kosakata. Semakin intens dalam
membaca, maka akan semakin banyak kosakata yang diketahui dan
berpengaruh pada kemampuan berbicara. Sebab, keterampilan berbicara
merupakan cerminan dna ukuran tingkat intensitas membaca dan
sejumlah kosakata yang dikuasai.
Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (1995: 57)
bahwa minat besar pengaruh terhadap belajar termasuk berbicara, karena
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh
kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,
lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan
belajar.
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi, kemudian diwujudkan
dengan aktivitas belajar yang baik, tentu akan memperoleh hasil belajar
yang lebih optimal jika dibandingkan siswa yang kurang atau sama sekali
tidak memiliki minat belajar kemudian melaksanakan aktivitas belajar.
Adanya minat belajar dalam diri siswa dapat menjadi pendorong untuk
belajar dengan baik, sehingga minat belajar yang didasari kesadaran
merupakan faktor yang paling penting bagi setiap siswa yang ingin
5
sukses, bahkan menjadi prasyarat dalam meningkatkan kemampuan
belajar siswa di sekolah dasar.
Selain minat membaca, juga membaca turut memengaruhi
keterampilan berbicara. Motivasi merupakan dorongan baik itu dari
internal seseorang maupun merupakan hasil pengkondisian terhadap
suatu keadaan yang memungkinkan seseorang meraih tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Seorang siswa yang termotivasi membaca belum
tentu ia terampil berbicara, sebaliknya seorang siswa yang terampil
berbicara belum tentu ia memiliki motivasi membaca. Oleh sebab itu,
motivasi belajar membaca adalah sebuah poin utama untuk membantu
mengarahkan perhatian dan fokus siswa terhadap proses pembelajaran
membaca yang dilakukan. Melalui dorongan semangat serta bentuk
penguatan positif yang diberikan kepada siswa, akan sangat mendorong
keberhasilan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Tanpa upaya
tersebut sangat mustahil siswa akan mampu menjalani proses
pembelajaran yang dilaluinya dengan baik. Siswa yang tidak memiliki
motivasi akan cenderung menganggap bahwa proses pembelajaran
adalah suatu hal yang membosankan dan dihindari. Kemudian mereka
akan mencari kompensasi lain di luar tujuan proses pembelajaran itu
sendiri. Tugas berat tentunya bagi kita semua untuk dapat menciptakan
dan menjaga motivasi belajar siswa.
Pada aspek kosakata juga sangat mentukan keberhasilan siswa
dalam berbicara. Kosakata adalah sejumlah perbendaharaan kata yang
6
dikuasai oleh siswa. Semakin banyak kosakata yang dikuasai siswa, akan
semakin terampil berbicara. Sebab, kualiats isi pembicaraan seseorang
bergantung pada kosakatanya yang disampaikan dalam berbicara.
Berdasarkan uraian tersebut, maka berbicara sangat penting bagi
eksistensi sosial dan budaya siswa. Oleh karena itu, kemampuan
berbicara perlu dimiliki siswa, termasuk siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksi
sosial. Siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara
efektif jika terampil berbicara. Agar terampil berbicara, siswa mutlak
memerlukan pembelajaran berbicara. Tanpa pembelajaran, keterampilan
itu tidak mungkin diperoleh.
Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak siswa mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi secara lisan dalam situasi formal di kelas.
Ketika guru menyampaikan pertanyaan, banyak siswa yang tidak memiliki
keberanian. Demikian juga, ketika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Hampir tidak pernah ada seorang siswa pun yang
mau bertanya kepada guru.
Kondisi lain yang terjadi berdasarkan hasil observasi awal di kelas
VI Butung II Kota Makassar yaitu pelaksanaan kegiatan berbicara hanya
berorentasi pada hasil, bukan pada proses. Jika kondisi semacam ini terus
terjadi, maka tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa,
sebagaimana tercantum dalam standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia KTSP, tidak akan pernah bisa terwujud.
7
Adapun tujuan pembelajaran keterampilan berbicara berdasarkan standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah agar
siswa mampu berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan
gagasan, pendapat, kritikan, perasaan, dalam berbagai bentuk kepada
berbagai mitra bicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan
(Depdiknas, 2006: 4).
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa
kegagalan siswa dalam berbicara menjadi problematika yang diduga ada
faktor yang memengaruhinya, seperti minat dan motivasi membaca, serta
penguasaan kosakata siswa. Hal ini dinyatakan sebab, minat, motivasi,
dan penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
sangat rendah.
Minat baca siswa yang rendah tercermin ketika siswa ditugasi
membaca teks bacaan, maka jarang yang menyelesaikan dengan cepat.
Bahkan ada siswa yang kadang menyatakan jenuh dengan membaca
wacana. Faktor ini menjadi faktor kurangnya pengetahuan siswa yang
diperoleh dengan alasan malas membaca. Dari semua siswa di kelas VI,
sekitar 75% yang kurang berminat dengan membaca. Demikian halnya
dengan motivasi siswa yang rendah yang tergambar saat belajar
membaca. Siswa melaksanakan kegiatan membaca dengan seadanya,
kurang serius, dan acuh terhadap materi bacaan. Pada aspek
penguasaan kosakata juga masih kurang. Ketika siswa ditugasi
mengartikan istilah-istilah tertetu, maka jarang siswa memahami istilah
8
tersebut. Tampak pula ketika ditugasi berbicara lisan, maka tampak sekali
kurangnya kosakata siswa sebab sulit mengungkapkan sepatah dua kata.
Data yang diperoleh di kelas VI adalah hanya sekitar 65% siswa yang
memiliki penguasaan kosakata yang memadai. Kosakata yang dikuasai itu
pun tergolong kosakata lama. Sementara yang diharapkan adalah siswa
dapat memahami kosakata dan istilah baru.
Pada aspek keterampilan berbicara di kelas VI SDN Butung II
Makassarjuga memprihatinkan. Hal ini tampak pada penyajian materi
berbicara. Data yang diperoleh dari bagian kurikulum menunjukkan bahwa
hasil keterampilan berbicara siswa tahun pelajaran 2013/2014 berkisar
35% dari 40 siswa yang sudah memiliki keberanian untuk berbicara di
depan kelas. Hasil ini jauh dari standar ketuntasan belajar minimal
(SKBM) nasional, yaitu 75%.
Mencermati uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa minat dan
motivasi membaca serta penguasaan kosakata menjadi penentu
seseorang dalam berbicara. Oleh karena itu, penulis termotivasi
melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Minat Membaca dan
Motivasi Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.” Hal ini dilakukan karena
penelitian yang relevan kurang mendapat perhatian. Penelitian
sebelumnya sebagaimana dipaparkan di atas mengkaji pembelajaran
berbicara dengan metode dan strategi pembelajaran, sementara dalam
9
pengaruhnya dengan minat baca dan penguasaan kosakata masih kurang
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan masalah
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat minat membaca siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar?
2. Bagaimanakah motivasi membaca siswa kelas VI SDN Butung
II Kota Makassar?
3. Bagaimanakah penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar?
4. Bagaimanakah keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar?
5. Bagaimanakah pengaruh minat membaca, motivasi membaca,
dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara
siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut,
diuraikan tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat minat membaca siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar.
10
2. Mendeskripsikan motivasi membaca siswa kelas VI SDN Butung
II Kota Makassar.
3. Mendeskripsikan penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar.
4. Mendeskripsikan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar.
5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh minat membaca,
motivasi membaca, dan penguasaan kosakata terhadap
keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar.
D . Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dapat dikemukakan seperti berikut
ini.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah:
1. Menambah teori pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
teori pembelajaran berbicara di tingkat satuan pendidikan SD.
2. Memberikan informasi teoretis tentang pengaruh minat
membaca dan motivasi penguasaan kosakata terhadap
keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar.
11
3. Memperkaya khasanah teori pembelajaran keterampilan
berbicara yang dipengaruhi oleh minat membaca dan motivasi
penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, siswa,
dan peneliti sebagai berikut.
1. Bagi guru, memberikan masukan dan pertimbangan empiris
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui
intensitas dan motivasi membaca dan penguasaan kosakata
untuk mampu menciptakan pembelajaran.
2. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan
kemampuan mengungkapkan pendapat serta melatih siswa
untuk menyampaikan dan menerima informasi secara lisan.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan
referensi dalam meneliti masalah yang relevan dengan
penelitian ini.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain diteliti oleh
Jafar (2012) tentang keterampilan berbicara dengan judul “Penerapan
Media Flash card dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Murid
Kelas VI SDN KIP V Bara-Baraya, Kota Makassar”. Selanjutnya, masalah
kosakata diteliti oleh Haruna (2012) dengan judul “Keefektifan Buletin
Board sebagai Media Pembelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Kelas
IV SDN 008 Galang Kota Batam”. Penelitian minat dan motivasi diteliti
oleh Rusdyana (2010) dengan judul ”Pengaruh Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa di MTsN Batu Malang”. Wardhani, dkk. (2012)
meneliti dengan judul ”Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas V SD 14 Koto Panjang Kecamatan Pauh Kota
Padang.” Hasilnya menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa sangat
berpengaruh pada pencapaian hasil belajarnya dalam berbagai konteks
pembelajaran.
Berdasarkan penelitian sebelumnya tersebut, dapat disimpulkan
bahwa rata-rata telah meneliti yang relevan. Namun, berfokus pada
tindakan kelas dan eksperimen. Adapun penelitian ini mengaji pengaruh
secara kausal antara variabel minat, motivasi, penguasaan kosakata
12
13
terhadap keterampilan berbicara. Oleh karena itu, penelitian sebelumnya
dan penelitian ini tampak memiliki perbedaan dari segi lokasi, subjek, jenis
penelitian yang digunakan, serta substansi penelitiannya.
Substansi penelitian ini adalah pengkajian pengaruh variabel minat
membaca, motivasi, penguasaan kosakata terhadap keterampilan
berbicara, sedangkan beberapa penelitian sebelumnya belum mengkaji
variabel tersebut secara simultan. Penelitian Jafar (2012) mengkaji
keterampilan berbicara dengan media pembelajaran; Haruna (2012)
mengkaji penguasaan kosakata dengan media pembelajaran; Rusdyana
(201)) mengkaji pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar; dan
Wardhani (2012) mengkaji hubungan motivasi dan prestasi belajar.
Mencermati penelitian sebelumnya, tampak belum mengaitkan antara
berbagai variabel sebagaimana dalam penelitian ini yang mengaitkan
antara variabel minat, motivasi, penguasaan kosakata terhadap
keterampilan berbicara.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia di SD penekanannya
terletak pada cara penggunaan bahasa secara benar sesuai dengan
sistem bahasa (Depdiknas, 2003:1). Dalam buku Terampil Berbahasa
Indonesia, Keraf (1995:33) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa
tidak lain dari cara memanifestasikan sistem bahasa dalam aktivitas
praktis atau aktivitas komunikasi disebut kemampuan (ability) komunikatif,
yang dalam hal ini sama pengertiannya dengan use. Oleh karena itu,
14
kemampuan komunikatif mencakup keterampilan kebahasaan, bukan
sebaliknya. Seorang yang menguasai semua kaidah kebahasaan (usage)
belum tentu mampu berkomunikasi yang baik.
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan linguistik
(ejaan, kosakata, dan tata bahasa) dan kemampuan komunikatif
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Struktur bahasa tersebut
sangat penting, namun kemampuan linguistik tidak hanya berhenti sampai
pada struktur bahasa tersebut, tetapi harus dilanjutkan pada latihan
kemampuan agar siswa dapat menggunakan bahasa dalam berbagai
keperluan dan komunikasi (Jufri, 2002:34).
Menurut Widjono (2005:4) bahwa mekanisme pembelajaran yang
tepat harus mengaktifkan siswa untuk berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis), memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan
mengevaluasi pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia dapat
diajarkan melalui pembelajaran menyimak/mendengar, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut di dalamnya terintegrasi
materi kebahasaan atau tata bahasa.
Aspek pertama adalah menyimak. Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran (Tarigan, 1993:80).
Selanjutnya, menyimak adalah salah satu keterampilan berkomunikasi
15
(communication skill) yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, dalam situasi bicara tatap muka, mengikuti kuliah,
mendengarkan radio, ceramah, di dalam kegiatan-kegiatan profesional,
perdagangan, dan lain-lain.
Dalam kegiatan menyimak, bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat
pendengar diidentifikasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frasa,
klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana. Selain itu, menyimak harus
memperhatikan aspek-aspek nonkebahasaan seperti: 1) tekanan (keras
lembutnya suara), 2) jangka (panjang pendeknya suara), 3) nada (tinggi
rendahnya suara), 4) intonasi (naik turunnya suara, 5) ritme (pemberian
tekanan nada dalam kalimat). Bunyi bahasa yang diterimanya kemudian
diinterpretasi maknanya, ditelaah, dinilai kebenarannya, lalu diambil
keputusan untuk menerima atau menolaknya (Sutari dkk., 1997/1998:18).
Aspek kedua adalah berbicara. Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan berbahasa yang kedua setelah menyimak. Berbicara
merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan
berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara
disebut sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
sang pendengar atau penyimak (Tarigan, 1993:12).
16
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan
yang dilakukan secara lisan. Rofiuddin dan Zuhdi (1998:13) mengatakan
bahwa berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan.
Aspek ketiga adalah membaca. Membaca pada hakikatnya adalah
suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata
lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan
pemahaman kreatif.
Said (1991:2) mengatakan bahwa membaca adalah alat untuk
belajar, dan alat untuk mencapai tujuan, membaca dapat mengisi waktu
senggang dan pelerai duka yang akan mengantar pembaca kepada
kesenangan. Selanjutnya, Soedarsono (2006: 4) mengemukakan bahwa
membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah
besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi pembaca harus
menggunakan pemahaman yang khayali, mengamati, dan mengingat-
ingat. Klein dkk., (dalam Rahiem, 2005:13) mengemukakan bahwa
membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses; (2)
membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif.
17
Membaca merupakan proses menyerap informasi dari teks oleh pembaca
yang mempunyai peranan utama dalam membentuk makna.
Membaca adalah kegiatan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan
teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks
yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya,
teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi
interaksi antara pembaca dan teks. Selain itu, Oka (1983:21) berpendapat
bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif
yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat
menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu.
Aspek keempat adalah menulis. Menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, melainkan dengan
cara mengungkapkan ide atau gagasan produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan kosakata dan
struktur kalimat dengan lebih baik sehingga karya tulisnya dapat
dimengerti orang lain.
Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan.
Tarigan (1997:21) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
18
membaca lambang-lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa keterampilan
berbahasa Indonesia terdiri atas empat, yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Sesuai dengan penelitian ini yang
mengkaji tentang keterampilan berbicara, maka butir 2 berikut ini
dipaparkan teori berbicara.
3. Membaca
a. Pengertian Membaca
Menurut Nurhadi (2005), aktivitas yang kompleks yang melibatkan
berbagai faktor datangnya dari dalam diri pembaca dan dari luar. Selain
itu, membaca juga dapat dikatakan sebagai salah satu jenis kemampuan
manusia sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan
yang bersifat instingtif atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu,
proses membaca yang dilakukan orang dewasa (dapat membaca)
merupakan usaha mengelola dan menghasilkan sesuatu melalui
penggunaan tertentu. Secara garis besar aktivitas membaca juga
mengolah inilah yang dipeerlukan model tertentu.
Selanjutnya Hudson (dalam Tarigan 1993) berpendapat bahwa
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata – kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntut agar kelompok kata ynag merupakan suatu kesatuan yang
19
terlihat dalam suatu pandangan sekilas angan – angan makna kata – kata
secara individual dapat diketahui. kalau hal ini tidak terpenuhi, maka peran
yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau tidak dipahami dan
proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Di samping pengertian tersebut, Anderson (dalam Tarigan, 1993: 8)
menjelaskan pengertian membaca, yaitu: Membaca dapat pula diartikan
sebagai metode yang kita gunakan untuk berkomunikasi dengan diri kitra
sendiri dan orang tersirat dalam lambang tertulis. Bahkan ada pula
beberapa penulis seolah-olah beranggapan bahwa membaca adalah
suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis melalui topik
(phonis suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan
interpretasi fonetik terhadap ejaan) menjadi bacaan lisan membaca dapat
pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersurat
dalam yang tersirat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata
yang tertulis.
Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh
penulis dengan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan
ketepatan pembaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis
tetapi berada pada pilihan pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah
karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang
dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.
20
b. Tujuan Membaca
Pada hakikatnya, tujuan membaca adalah model utama dalam
kegiatan membaca. Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi yang
besar bagi seseorang. Dengan demikian, seseorang yang menyadari
tujuan membaca sebelumnya dapat mengarahkan sasaran daya pikir
kritisnya dalam mengolah bacaan yang dihadapinya.
Berdasarkan kenyataan inilah para pakar dalam bidang ini meneliti
aspek tujuan membaca dalam kaitannya dengan proses dan kemampuan
membaca. Kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat oleh pakar dari
berbagai penelitian yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa:
1) Gerakkan bola mata kecepatannya sejalan dengan
perubahan tujuan membaca
2) Kemampuan seseorang dalam memahami bahan bacaan
secara nyata dipengaruhi oleh tujuan membacanya (tujuan
yang jelas akan meningkatkan pemahaman bacaan,
sedangkan tujuan tentang kurang jelas akan menghambat
pemahaman)
3) Tujuan membaca akan dirumuskan secara jelas akan
mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan
4) Seseorang yang mempunyai daya baca tinggi (baik), mampu
memanfaatkan teknik membaca yang bervariasi sejalan
dengan tujuan membaca yang akan dicapainya (Dowing dan
Tampubolong, 1987: 137-135).
21
Uraian tersebut mengindikasikan bahwa ada pengaruh tujuan
membaca yang diterima dalam proses membaca, terutama terhadap
pemahaman yang dibaca. Anderson dalam Tarigan (1993: 9) dalam
keterangan tentang tujuan membaca mengungkapkan bahwa tujuan
membaca utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memproleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Selanjutnnya, Said
(1991: 14) mengemukakan tentang tujuan membaca yaitu:
1) Pembaca dapat memahami kata-kata yang dibacanya.
2) Pembaca mampu memahami arti keseluruhan isi wacana.
3) Pembaca mampu mengidentifikasi suatu makna yang cocok
dengan makna konteks (wacana).
4) Pembaca mampu menemukan ide pokok penulis dan ide umum
yang terdapat dalam wacana.
5) Pembaca mampu menemukan isi bacaan secara terinci, yaitu
melihat hubungan sebuah kalimat yang lainnya dan sebuah
paragraf dengan paragraph yang lainnya.
6) Pembaca mampu menelusuri pengorganisasian teks bacaan
atau buku.
7) Pembaca mampu memahami isi bacaan tanpa terpengaruh
pada kata-kata sulit atau ungkapan – ungkapan yang terdapat
di dalam wacana.
22
8) Pembaca mampu mengidentifikasi kata-kata atau ungkapan-
ungkapan yang akan mengikuti kalimat-kalimat atau paragraf-
paragraf yang sedang dibaca.
9) Pembaca mampu memahami isi wacana, baik yang tersurat
maupaun yang tersirat.
10) Pembaca mampu membaca cepat dan memahami apa yang
sedang dibaca.
11) Pembaca mampu menagkap isi wacana dan mampu
membedakan makna, fakta, dan opini yang terdapat dalam
wacana. Pembaca mampu berpikir kritis terhadap apa yang
dibaca (isi wacana).
c. Proses Membaca
Aspek penting dalam proses membaca menurut Rahiem (2005: 10)
adalah:
1) membaca dimulai dengan menghadapi suatu bentuk bahasa
tulis,
2) tujuan membaca adalah merekonstruksi makna dengan catatan
bahwa makna itu tidak terdapat pada bahasa tulis itu tetapi
pada diri pengarang bacaan pada saat dia menulis bacaan itu.
Dengan cara tertentu, pembaca merekonstruksi makna tersebut
pada saat ia membaca,
3) dalam system penulisan bahasa yang alfabetis ada hubungan
langsung anatara bahasa lisan dengan bahasa tulis,
23
4) persepsi visual termasuk ke dalam proses membaca,
5) bentuk huruf, urutannya, serta kelompok-kelompoknya tidak
sama sekali membawa makna dalam drinya sendiri,
6) makna hanya ada dalam jiwa pengarang dan pembaca, dan
7) pembaca pada umumnya mampu merekonstruksi makna atau
pesan yang ditekankan oleh pengarang.
Dalam rangka memahami proses membaca, orang harus
memahami (a) tulisan atau bahasa tulisan yang merupakan input, (b)
bagaimana bahasa itu bekerja dan bagaimana bahasa itu digunakan oleh
pembaca, (c) seberapa banyak hasil belajar serta pengalamn pembaca
yang dimanfaatkannya dalam merekonstruksi makna, (d) system
perceptual yang termasuk ke dalam membaca. Selain itu, orang harus
mengakui kenyataan bahwa pembaca adalah pemakai bahasa.
Menurut Burns dkk. (Rahiem 2005:12), proses membaca terdiri dari
sembilan aspek, yaitu: (1) sensori, diperoleh melalui pengungkapan
symbol-simbol grafis melalui indra penglihatan yang digunakan untuk
mempersentasikan bahasa lisan; (2) perseptual, yaitu aktivitas mengenal
suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu,
(3) urutan, dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti
rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umunya tampil pada
satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah, (4) pengalaman
yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam
mengembangkan pemahaman kosa kata dan konsep dihadapi dalam
24
membaca, (5) berpikir, untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih
dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui
proses asosiasi dan eksperimental, (6) pembelajaran, dalam pembelajaran
guru memberikan pertanyaan-pertanyan yang memungkinkan mereka bisa
meningkatkan kemampuan berpikirnya, (7) asosiasi, mengenal hubungan
antara symbol dengan bunyi bahasa dan makna, (8) Afektif atau sikap
merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan
memusatkanb perhatian, membangkitkan kegemaran membaca dan
menumbuhkan motivasi ketika sedang membaca,
Pemberian gagasan, dimulai dengan penggunaan sensori dan
perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta
membangun makna teks yang dibaca.
4. Minat Baca
a. Pengertian Minat Baca
Slameto (1995: 180) “mengemukakan minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
yang menyuruh atau penerimaan atau sesuatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri”. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri.” Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat seseorang.
Minat juga diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang untuk mencari ataupun mencoba aktivitas dalam
25
bidang tertentu. Minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan menikmati satu aktivitas disertai dengan rasa
senang”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
mengandung pengertian keinginan memperhatikan atau melakukan
sesuatu, yang disenangi tanpa ada ikatan atau paksaan yang dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat
terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap subjek tertentu.
Minat tidak dibawa sejak lahir, tetapi diperoleh kemudian. Minat
terhadap suatu pelajaran akan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat baru. Minat merupakan suatu sifat yang
relatif menetap pada diri seseorang. Oleh karena itu, minat sangat besar
pengaruhnya terhadap belajar. Sebab tanpa dengan minat seseorang
akan melakukan sesuatu yang diminatinya, sebaliknya tanpa minat
seseorang tidak akan mungkin melakukan sesuatu.
Membaca berasal dari kata baca yang artinya memahami arti
tulisan. Membaca dalam bahasa Arab “Iqra” yang artinya bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman,
dan sejarah. Membaca merupakan sesuatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
26
Alexander, Ed. (1988) “memandang membaca sebagai suatu
proses untuk memahami maksud suatu tulisan. Kemampuan membaca
merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara
sejumlah kemampuan.”
Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk
membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Kepandaian
membaca tidak hanya menginterpretasikan huruf-huruf, gambar, dan
angka-angka saja, akan tetapi menyangkut kemampuan seseorang untuk
dapat memahami makna dan sesuatu yang diminatinya.
Tarigan (1985 : 102-103) mengemukakan pengertian minat baca
ialah: “Sikap mencurahkan perhatian akan sikap ingin tahu yang
intelektual yang bijaksana, serta ditambah dengan suatu usaha yang
konstan untuk menggali bidang-bidang pengetahuan (informasi) baru dan
adanya kesediaan untuk menyediakan waktu guna melakukan kegiatan
membaca.”
Dalam pengertian inilah bahwa makna membaca pada dasarnya
sama dengan mencari tambahan pengetahuan baru melalui
penginterprestasian lambang-lambang bacaan. Minat baca siswa
menyangkut minat baca spontan yaitu kegiatan membaca yang dilakukan
oleh kemauan atau kreatif sendiri tanpa pengaruh pihak lain atau pihak
luar, dan minat baca terpola, yaitu kegiatan membaca yang dilakukan oleh
siswa sebagai akibat pengaruh langsung dan disengaja melalui
27
serangkaian tindakan dan program yang terpola terutama dalam kegiatan
proses belajar-mengajar di Sekolah orang lain.
Dengan demikian, minat baca adalah keinginan yang kuat disertai
usaha-usaha seseorang untuk membaca. Karena orang yang mempunyai
minat baca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk
mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas kesadarannya
sendiri.
b. Fungsi Minat Baca
Membaca adalah berpikir, tidak ada manusia yang hidup tanpa
berpikir, karena sebagai makhluk sosial ia selalu menghadapi berbagai
masalah yang perlu dipecahkan. Dengan membaca kita dapat
menyelesaikan persoalan atau masalah karena dapat belajar dan
pengalaman orang lain sehingga kita dapat memperoleh jalan keluar dan
masalah.
Melalui membaca orang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan
waktu. Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadi pada masa lampau bisa
diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di
berbagai tempat di dunia dapat diketahui melalui membaca. Dengan
demikian membaca mempunyai kedudukan yang amat penting dalam
kehidupan manusia.
Sesuatu yang diketahui melalui kegiatan membaca pada
hakikatnya adalah informasi. Artinya, membaca ia memperoleh informasi
28
yang dapat mempengaruhi sikap dan pandangan-pandangannya tentang
perilaku kehidupannya.
Sikap dapat berubah karena adanya terpaan informasi”. Perilaku
manusia bisa berubah karena membaca, meskipun membaca sebenarnya
bukan satu-satunya faktor yang turut mempengaruhi sikap seseorang.”
Melalui membaca, diketahui banyak hal tentang perkembangan
pendidikan, politik, ekonomi, budaya, dan hal lainnya yang dapat
membuat seseorang pintar, karena aktivitas membaca dapat merangsang
otak. Selain itu, membaca dapat meningkatkan kemampuan dalam
berbahasa.
Membaca adalah salah satu faktor penting dalam hidup, sebab di
dunia yang semakin cepat perubahannya seperti sekarang ini, tanpa
membaca seseorang akan semakin tertinggal dengan kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Memang tidak setiap orang harus
menguasai teknologi, namun setidaknya mengetahui perkembangan
supaya tidak hidup dalam keterasingan akibat miskin informasi yang
berkembang di sekitarnya.
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Baca
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca siswa
terdiri atas faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan
faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Slameto (1995: 180)
mengemukakan minat merupakan satu hasil belajar dan menyokong
29
belajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sardiman (2001: 87) yang
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:
1) Minat intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2) Minat ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena ada rangsangan dan luar sebagai contoh, seseorang itu
belajar dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan
dipuji.
Berdasarkan pendapat di atas, tampak bahwa faktor intrinsik dan
ekstrinsik dapat mempengaruhi minat siswa dalam membaca. Faktor
intrinsik seperti faktor fisiologis dan psikiologis, sedangkan faktor ekstrinsik
seperti pengaruh dan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah, di mana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
kurangnya minat baca siswa.
1) Faktor dari Dalam Diri Anak (Faktor Intrinsik)
Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi minat baca dapat
berupa faktor fisiologis yang dibedakan atas keadaan jasmani, seperti
kesegaran tubuh, keadaan fungsi-fungsi fisiologis yang meliputi
pancaindera. Faktor psikologis merupakan faktor internal yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar seperti
rendahnya keingintahuan terhadap apa yang ingin dipelajari, kurangnya
30
sifat kreatif yang ada pada diri individu dan tidak adanya keinginan untuk
selalu maju.
Faktor dan dalam diri siswa dapat menyebabkan minat bacanya
rendah. Sebagai faktor fisiologis dan psikologis tentu akan menumbuhkan
kesadaran sekaligus keinginan yang kuat dan dalam dirinya agar
kurangnya minat baca dalam dirinya dapat dihilangkan. Kesadaran akan
muncul jika yang dipelajari atau yang dibaca dapat memberi manfaat
baginya baik dan segi aspek pengetahuan, sikap maupun peningkatan
keterampilannya.
2) Faktor dari Luar Diri Anak (Faktor Ekstrinsik)
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi kurangnya minat
baca siswa dapat dibagi atas dua aspek. Faktor nonsosial dalam belajar
yang mempengaruhi kurangnya minat baca siswa dapat berupa keadaan
udara, cuaca, waktu, tempat belajar dan alat-alat yang digunakan dalam
belajar. Faktor sosial berupa manusia, yaitu kehadiran orang lain dalam
kegiatan belajar. Jika tidak ada orang yang memberi semangat untuk
belajar, seperti orang tua, teman dekat, saudara dan sebagainya tidak
akan dapat memacu minat baca siswa. Namun, dalam suatu kelas atau
pada lingkungan sosialnya cenderung terjadi keributan yang dapat
mempengaruhi minat baca siswa.
d. Prinsip-prinsip Pengembangan Minat Baca
Banyak siswa yang merasa enggan kalau hanya ditugaskan oleh
gurunya untuk membaca. Banyak tingkah yang diperlihatkan oleh siswa
31
yang menunjukkan siswa enggan atau tidak memiliki minat baca. Padahal,
dengan membaca siswa tidak perlu banyak pikir, tidak memerlukan tenaga
yang cukup besar seperti olahraga, ia cukup duduk di kelas membuka
buku lalu membacanya.
Agar guru dapat mengembangkan minat baca siswanya, guru harus
menumbuhkan terlebih dahulu minat baca agar siswa yang membaca
buku ikhlas tanpa ada paksaan. Karena seorang siswa yang dipaksa
untuk membaca tidak akan ada pesan atau informasi dan bacaan yang
dibacanya, dan jika siswa itu ikhlas maka akan muncul dengan sendirinya
minat baca siswa.
Guru dapat juga menugaskan kepada siswa untuk melakukan
penelitian awal atau survei dengan cara membaca sekilas bacaan yang
akan dibaca. Membaca sekilas dapat dilakukan dengan cara membaca
daftar isi terlebih dahulu untuk mengetahui keseluruhan isi bacaan,
setelah itu guru dapat merangsang minat baca siswa dengan cara
memberikan pertanyaan terkait dengan yang akan dibaca.
Untuk mendapatkan informasi atau pesan dan bacaan siswa dapat
melakukannya dengan membaca saksama dan mengingat apa yang
sudah dibaca. Untuk mempermudah dan memahami bacaan dapat
dilakukan dengan cara mencari ide pokok tiap paragraf kemudian
menggabungkannya setiap ide pokok dalam bacaan. Langkah yang
dibacanya dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan cara itulah
32
dapat dibiasakan untuk membaca buku, karena membaca buku adalah hal
yang sangat penting.
e) Upaya Guru Meningkatkan Minat Baca
Sikap dan minat merupakan unsur kunci motivasi. Apabila guru
telah menilai sikap dan minat siswa, guru siap menggunakan informasi itu
untuk membuat keputusan pembelajaran yang dirancang untuk membantu
memotivasi siswa agar mau membaca. Oleh sebab itu, guru perlu
memikirkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien untuk membantu siswa
memahami dan menghargai cara belajar secara individu, potensi belajar
dan kemampuan menguasai keterampilan membaca. Guru hendaknya
memberikan kesempatan siswa mengalami suatu keberhasilan dengan
memberikan tugas yang lebih mudah atau tugas yang sesuai dengan
kemampuan siswa, karena hal tersebut dapat membantu siswa
mengembangkan rasa percaya diri, siswa butuh sikap positif dan minat
yang kuat.
Eanes (1997) mengemukakan beberapa kebutuhan yang
dipersepsi dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap belajar, yaitu:
1) Memuaskan rasa ingin tahu.
2) Mengembangkan minat pribadi.
3) Menjadi orang yang berpengetahuan tentang dunia di sekitar
kita.
4) Untuk meningkatkan prestasi.
5) Meningkatkan konsep diri melalui peningkatan diri.
33
6) Mengambil keuntungan apa saja yang telah ditawarkan
kehidupan.
7) Membangun percaya diri.
Apabila siswa dapat mengembangkan dan mengidentifikasi
kebutuhan sendiri untuk belajar, siswa akan lebih siap mempersepsi nilai
belajar membaca, akibatnya sikap positif terhadap membaca akan
meningkat. Sebab buku adalah gudang ilmu, dan membaca adalah
pintunya, maka seorang guru wajib menanamkan budaya gemar
membaca kepada siswanya. Namun, apabila siswa sudah terlanjur tidak
suka membaca mau tidak mau guru harus bertindak segera.
Menurut Eanes (1997), upaya-upaya yang dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan minat baca siswa adalah:
1) Menceritakan sebuah cerita anak-anak.
2) Menanamkan kepada siswa pentingnya membaca.
3) Memberikan perhatian / menyediakan waktu khusus kepada
siswa.
4) Memberikan bahan bacaan yang sesuai usianya kalau perlu
pilihlah bacaan yang dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi
yang menarik seperti komik.
5) Menyediakan ruang baca yang memadai seperti perpustakaan.
6) Menyediakan berbagai jenis bahan bacaan di perpustakaan.
7) Mengadakan kunjungan ke perpustakaan sekolah.
8) Mengadakan berbagai lomba yang berkaitan dengan
34
peningkatan minat dan kegemaran membaca.
9) Menugasi siswa membaca di depan kelas.
10) Menugaskan siswa membuat kliping dan majalah dan surat
kabar.
11) Menugaskan siswa untuk mencari informasi tambahan di
perpustakaan untuk memperkaya pengetahuan.
12) Memberikan hadiah kepada siswa yang meningkat minat
bacanya berupa buku.
5. Motivasi
Menurut Sardiman (2003: 75) bahwa motivasi adalah serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar yang tercapai. Keseluruhan maksudnya,
karena pada umumnya banyak motif yang secara bersama-sama
menggerakkan siswa untuk belajar.
Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Motivasi
belajar bagi siswa adalah untuk menginformasikan usaha belajar,
mengarahkan kegiatan belajar, meninggikan semangat belajar dan
35
menginformasikan akhir dari kegiatan belajarnya, sedang motivasi belajar
bagi guru terletak pada tantangan profesionalnya, yakni mengubah siswa
yang kurang/dan atau tidak berminat menjadi berminat dan penuh
semangat belajar dengan berbagai macam teknik dan metodologisnya,
sehingga siswa termotivasi untuk aktif dan penuh perhatian dengan
perasaan senang dan gembira.
Berdasar dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah faktor psikis yang bersifat nonintelektual, dan peranannya
yang khas, yaitu menumbuhkan gairah, merasa senang dan bersemangat
dalam belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar.
Motivasi sangat bervariasi. Ia akan muncul jika ada dorongan dari
dalam dan dari luar diri seorang dan stimulus dari lingkungan sekitarnya,
tinggi dan rendahnya frekuensi motivasi ditentukan oleh dorongan yang
ada. Jenis-jenis motivasi, yakni :
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang mencakup dalam situasi
belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri.
Hamalik (2002: 112) mengatakan bahwa motivasi instrinsik adalah bersifat
nyata atau motivasi sesungguhnya yang disebut motivasi tinggi. Motivasi
instrinsik sering disebut dengan motivasi murni atau motivasi yang
sebenarnya yang timbul dalam diri peserta didik, misalnyal; keinginan
siswa untuk mengetahui atau mendapatkan keterampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pemahaman, adanya sikap untuk berhasil,
36
ingin hidup lebih santai, ingin dihormati dan disayangi dan lain
sebagainya. Motivasi ini timbul dari dalam diri tanpa apa pengaruh dari
luar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif karena ada
ransangan dari luar. Faktor ini biasanya didorong oleh motivasi yang
bersifat positif dan negatif. Faktor positif misalnya, angka, kredit, hadiah,
ijazah, tingkat (rangking) dan sebagainya. Sedang faktor negatif biasanya
seperti pertentangan dan persaingan, ejekan, hukuman dan sebagainya.
Hal inilah biasanya membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan
sesuatu aktivitas pembelajaran. Motivasi esktrinsik ini juga berupa kondisi
lingkungan (sekolah, rumah tangga, masyarakat), media (TV, Video,
buku). Perbedaan sosial ekonomi dan lain sebagainya.
Menurut Dimiyati (2004: 86) bahwa banyak perbedaan dalam
prestasi akademik siswa bukan disebabkan oleh berbedanya kemampuan
motif, tetapi karena bedanya lingkungan tempat kemampuan dan motif itu
ditunjukkan. Kegiatan belajar, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik,
sangat diperlukan dan keduanya sulit ditentukan mana yang lebih baik
atau lebih berpengaruh. Kebangkitan motivasi diri sendiri bagi peserta
didik sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : (1) ia belajar karena di
dorong oleh keinginan untuk mengetahuinya, (2) ia belajar supaya
mendapat angka yang baik, naik kelas dan mendapat ijazah.
37
6. Kosataka
a. Pengajaran Kosakata
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kualitas
keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kualitas dan
kuantitas kosakatanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
keberhasilan seorang siswa dalam bidang studi bahasa, khususnya
bahasa Indonesia, dapat menjadi petunjuk akan adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas penguasaan kosakatanya. Tinggi rendahnya
penguasaan kosakata siswa mencerminkan tinggi rendahnya
keterampihan berbahasa mereka.
Terdapat tiga belas kategori pengembangan kosakata, yaitu: (1)
ujian sebagai pengajaran, (2) petunjuk konteks, 3) sinonim, antonim, dan
homonim, (4) asal-usul kata, (5) prefiks, (6) sufiks, (7) akar kata, (8)
ucapan, (9) majas, (10) semantik, (11) sastra dan pengembangan
kosakata, (12) penggunaan kamus, dan (13) permainan kata.
Dalam pengajaran kosakata, guru sebaiknya dapat memanfaatkan
aneka teknik pengembangan kata dalam proses belajar-mengajar. Satu
hal yang perlu diingat adalah teknik pengembangan kata tersebut
hendaknya berupa teknik yang efektif, menarik serta mudah dipahami oleh
para siswa. Guru juga perlu memberikan dorongan dan latihan agar siswa
dapat memanfaatkan salah satu teknik pengembangan kata. Teknik
permainan kata merupakan salah satu teknik yang efektif untuk
meningkatkan keterampilan kosakata para siswa. Jadi, dapat disimpulkan
38
bahwa pengajaran kosakata harus dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas penguasaan kosakata para siswa. Guru dapat menggunakan
sinonim, antonim, homonim, serta penggunaan konsep denotasi dan
konotasi sebagai metode telaah kosakata.
b. Pengertian Kosakata
Pada hakikatnya, yang paling utama disajikan dalam pengajaran
bahasa Indonesia adalah kosakata. Mungkin tidak berlebihan kalau
dikatakan bahwa mempelajari sangat bahasa berarti mempelajari kata-
kata dari bahasa itu sendiri. Tanpa penguasaan kosakata yang memadai,
seseorang tidak akan pernah memiliki kererampilan berbahasa yang baik.
Dengan kata lain, penguasaan kosakata perlu dimiliki setiap orang untuk
menguasai keterampilan berbahasa. Jadi, semakin banyak kosakata yang
dikuasai seseorang, pendapat terampil pula dalam berbahasa.
Kosakata sama artinya dengan perbendaharaan kata. Keraf (1986:
80) mengatakan bahwa kosakata adalah keseluruhan kata yang berada
dalam ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila
mendengar materi membaca. Selanjutnya, Adwinarta (dalam Martono
dkk., 1990: 5) mengaitkan kosakata sebagai berikut: (1) semua kata yang
terdapat dalam semua bahasa, (2) kata yang dikuasai oleh seseorang
atau kata-kata yang dipakai oleh segolongan orang dalam lingkungan
yang sama, (3) daftar sejumlah kata atau frase dari sebuah bahasa yang
disusun secara ailfabetis disertai bahasa dan keterangannya.
39
Menurut Kridalaksana (1993: 127), bahwa kosakata adalah (1)
komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna/arti
dan pemakaian kata dalam bahasa, (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh
seseorang pembicara, penulis dari suatu bahasa. Selanjutnya,
dikemukakan bahwa kosakata dapat diartikan sebagai: (1) semua
katakata yang terdapat dalam satu bahasa; (2) kekayaan kata yang
dialami oleh pembicara dan penulis; (3) kata yang dipakai dalam satu
bidang ilmu pengetahuan; (4) daftar kata yang disusun seperti kamus
yang disertai penjelasan singkat dan praktis.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata
adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa, baik yang
diucapkan, didengar, ditulis, maupun dibaca. Sementara itu, yang
dimaksud dengan penguasaan kosakata dalam penelitian ini adalah
kemampuan seseorang memperdalam dan mengguanakan kekayaan kata
atau pun istilah-istilah suatu bahasa, baik dalam menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis konsep-konsep yang ditentukam.
c. Kosakata Dasar
Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak
mudah berubah dan sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa
lain. Kosakata dasar ini di dalamnya termasuk:
1) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek,
kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua.
40
2) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala rambut, mata, telinga,
bidung, mu1ut bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari,
dada, perut, pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah,
napas.
d. Fungsi dan Peranan Kosakata
Kosakata memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan berbahasa, khususnya dalam berkomunikasi. Seseorang yang
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan
perasaan secara tepat apabila ia tidak menguasai kosakata secara baik.
Secara umum, kosakata memegang peranan dan fungsi yang
sangat penting seperti yang dikemukakan Tarigan (1984: 15) bahwa bila
seorang guru báhasa mengatur serta melengkapi suatu program
pengembangan kosakata dengan sistematis, pada prinsipnya dia telah
mengubah kehidupan para siswa.
Penguasaan sebuah kata barus akan membawa efek serta
pengaruh luas dalam kehidupan. Siswa yang mempelajari kata-kata baru
akan terpacu untuk mencari penerapan-penerapan baru dalam
kehidupannya. Jadi, kosakata dapat mengubah kehidupan berbahasa
siswa. Para siswa dapat belajar dengan baik membuat perbeadaharaan
makna kata-kata dengan tepat dengan cara (a) memperhatikan kata-kata
yang termasuk ke dalam kelas atau kelompok kata tertentu dan (b)
memakainya sesuai dengan tuntutan situasi.
41
Dengan mengetahui tingkatan kosakata dan kemampuan mental
para siswa, maka dapat diketahui segala sesuatu yang telah mereka
pelajari, tempat mereka berada, seluk-beluk mereka, kehalusan budi
bahasa dan akal pikiran mereka. Lebih jelasnya, dapat dikatakan bahwa
antara berbahasa dan proses berpikir terdapat hubungan yang begitu erat.
Oleh karena itu, intelegensi Question (IQ) atau mutu kemampuan mental
seseorang juga dapat diketahui melalui ujian kosakata.
Kosakata dapat berfungsi untuk meningkatkan taraf perkembangan
konseptual para siswa. Yang dimaksud dengan perkembangan konseptual
aialah perkembangan pengertian atau koasepsi para siswa terhadap
sebuah kata yang mempelajari kaidah-kaidah pada perubahan-perubahan
kata dan jenis kata yang sama ke jenis kata yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata
memegang funsi dan peranan yang amat penting dalam keterarnpi]an
berbahasa. Kosakata dapat menambah ilmu bahasa seseorang dan
mempertajam proses berpikir seseorang sehingga pengetahuan dan
pandangan hidup mereka semakin luas.
e. Bagian Kosakata dalam Bahasa Indonesia
Pembagian kosakata atau kelas kata dalam bahasa Indonesia telah
banyak dilakukan oleh para ahli bahasa. Berikut ini diuraikan beberapa
pembagian kosakata tersbut.
1) Menurut Zain (dalam Kridalaksana, 1992: 16) kelas kata terbagi atas
(a) kata pekerjaan (b) nama benda, (c) pengganti atau pelanjut benda,
42
(d) nama bilangan, (e) nama sifat, (f) kata tambahan, (g) kata
perangkai, (h) kata peugbubung, dan (i) kata seru.
2) Kata terdiri atas (a) kata benda, (b) kata kerja, (c) kata sifat, (d) kata
tambah, (e) kata penghubung, (f) kata seru, (g) kata bikngan, (h) kata
ganti, dan (i) kata depan.
3) Jenis kata dikelompokan ke dalam tujuh kelas, yaitu:
a) Verba atau kata kerja adalah semua kata yang menyatakan
perbuatan, misalnya: mengetik, meraba, melihat, mencuci, dan lain-
lain.
b) Nomina atau kata benda adalah nama dari semua benda dan
segala yang diadakan, misalnya: Tuhan, angin, meja, kursi, tas,
jam, dan lain-lain.
c) Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina.
Pronominal ini meliputi (1) pronomina persona, (aku, Anda, dia,
mereka), (2) pronomina petunjuk (ini, begini, demikian), dan (3)
pronomina penanya apa, siapa di mana, kapan, bagaimana).
d) Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud konsep. Numeralia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (1)
pokok (enam, sepuluh, seribu, juta), (2) tingkat (pertama, kedua...),
(3) pecahan (seperdua, sepersepuluh, tiga koma lima).
e) Adjektiva adalah kata yang dipakai untuk menyatakan sifat atau
keadaan orang, benda, binatang (putih, bersihi, gemuk, kurus, dan
lain-lain).
43
f) Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba.
g) Kata tugas adalah kata yang tidak mempunyai makna leksikal,
hanya mempunyai makna gramatikal. Semua kata tugas tidak
mengalami perubahan bentuk.
Konsep tentang pembagian jenis kata bahasa Indonesia, para ahli
bahasa tidak mempunyai konsep yang seragam, dalam arti setiap ahli
menghasilkan pembagian jenis kata yang berbeda-beda. Ha ini
disebabkan oleh setiap ahli berpiak pada sudut tinjauan dan penggunaan
kriteria yang berbeda dalam menetapkan jenis kata. Dalam Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia, jenis kata dapat dibedakan atas sepuluh jenis,
yaitu: (1) kata benda atau substantif, (2) kata kerja atau verba, (3) kata
keadaan atau adjektif, (4) kata keterangan atau adverbia, (5) kata ganti
atau pronomina, (6) kata bilangan atau numeralia, (7) kata depan atau
preposisi, (8) kata sambung atau konjungsi, (9) kata sandang atau artikel,
(10) kata seru atau interjeksi (Alisjahbana, 1980: 77).
Lain halnya dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, jenis kata
dibedakan ke dalam delapan kelas, yaitu: verba, adverbia, nomina,
pronomina, kata tugas, numeralia, adjektiva, dan preposisi (Moeliono dkk.
Eds., 2005: 21). Setiap jenis kata tersebut dije1askan sebagai berikut.
a) Verba atau kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan
atau tingkah laku. Misalnya: mengetik, meraba, tidur, makan, mandi,
duduk, dan sebagainya.
44
b) Nomina atau kata benda, nama dan semua yang dibendakan.
Misalnya: Tuhan, angin, meja, kursi, rumah, buku, batu, dan
sebagainya.
c) Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina. (1)
pronomina persona, misalnya: aku, dia, Anda; (2) pronomina penunjuk,
misalnya: ini, begitu, demikian; (3) pronoinina penanya, misalnya:
siapa, darimana, apa.
d) Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung wujud dan
konsep. Numeralia dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) pokok, misalnya:
enam, delapan, juta; (2) tingkat, misalnya: kedua, ketiga; dan (3)
pecaham misalnya: seperempat, dua koma lima.
e) Adjektiva adalah kata yang dipakai untuk menyatakan keadaan orang,
benda, dan binatang.
f) Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, nomina
adjektiva atau kalimat yang disebut adverbia itu.
g) Kata tugas, selain verba, nomina, adjektiva, numeralia, juga ada kata
tugas. Kata ini hanya mempunyai makna gramatikal, dan hampir
semua kata tugas tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Berbeda
dengan verba datang, Nisa mendatangkan, pendatang. Kata tugas di,
ke, dan dari, tetap saja di, ke, dan.
h) Preposisi atau kata depan adalah kata yang menjadi kata pengantar
kata lain, kata yang merangkaikan kata atau kalimat. Misalnya: akan,
tetapi, bagaikan, beserta, antara, dan sebagainya.
45
f. Sumber Kosakata Bahasa Indonesia
Kosakata bahasa Indonesia dapat bersumber dari kosakaa bahasa
Indonesia, kosakata bahasa serumpun (bahasa daerah), dan kosakata
bahasa asing.
1) Kosakata bahasa Indonesia
Kata Indonesia yang dapat dijadikan bahasa istilah adalah kata
umum, baik yang lazim maupun yang tidak lazim yang memenuhi salah
satu syarat atau lebih berikut ini.
a) Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan, seperti tunak
(steady), tulus (percolate), imak (simulate).
b) Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang beracuan
sama, seperti gulma jika dibandingkan dengan tumbuhan
pengganggu, suaka (politik jika dibandingkan dengan
perlingdungan (politik miring).
c) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap
didengar (eufonik), seperti pramuria jika dibandingkan dengan
hostes, tuna karya jika dibandingkan dengan pengangguran.
Di samping itu, istilah dapat berupa kata umum yang diberi makna
baru atau makna khusus dengan cara menyempitkan atau menghiaskan
makna asalnya. Misalnya, berumah dua, garam, garis bapak, gaya, hari
jatuh, hitung dagang, pejabat teras, suak politik, tapak, titik sudut.
46
2) Koskata Bahasa Serumpun
Jika di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang
dengan tepat dapat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan,
aatau sifat yang dimaksudkan, maka yang dipilih untuk mewakili konsep
tersebut adalah kosakata yang berasal dari bahasa serumpun, baik yang
lazim maupun yang tidak lazim, yang memenuhi ketiga syarat yang telah
disebutkan. Misalnya:
Istilah yang lazim:
gambut (Banjar)
nyeri (Sunda)
Istilah yang tidak lazim atau kuno:
gawai (Jawa)
luah (Bali, Bugis, Minangkabau, Sunda).
3) Kosakata Bahasa Asing
Jika dalam bahasa Indonesia atau bahasa serumpun tidak
ditemukan istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat diajikan sumber
peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan
menerjemahkan, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing.
Misalnya:
Istilah dari bahasa Sansekerta:
saya nama
guru mutiara
47
Istilah dari bahasa Arab:
badan sial
awal pasal
Istilah dari bahasa Portugis:
jendela bendera
kemeja Minggu
g. Aspek Tata Bahasa Peristilahan
1) Penggunaan Kata Dasar
Istilah dapat berbentuk kata dasar. Misalnya: asam, gaya rumput,
sudut, volt, dan watt. Jika bentuk istilah dapat dipilih antara kata dasar dan
kata turunan, bentuk kata dasarlah yang diperioritaskan dengan syarat
bahwa konsep dasarnya tidak berubah.
Misalnya:
Gulma lebih baik daripada tumbuhan pengganggu.
Harga jual lebih baik daripada harga penjualan.
2) Proses Pengimbuhan
Perangkat istiah berimbuhan menunjukkan pertalian yang teratur
antara bentuk dan maknanya. Keteraturan itu hendaknya dimanfaatkan
dalam pengungkapan makna konsep yang berbeda-beda.
3) Proses Pengulangan
Istilah yang mengungkapkan konsep keanekaan, kemiripan,
kumpulan, pengaburan, atau perampatan (generalisasi) dapat dibentuk
dengan reduplikasi.
48
Misalnya:
baris baris-berbaris
daun dedaunan
kanak kekanak-kanakan
4) Proses Penggabungan
Istilah yang berupa gabungan kata sedapat-dapatnya berbentuk
singkat mengikuti contoh meja tulis, kerja sama, sekolah menengah,
misalnya: angkat besi, balok kotak (box girder), daya angkat, direktur
utama, garis lintang atau getaran transversal, jembatan putar, sistem.
7. Hakikat Pembelajaran Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan
yang dilakukan secara lisan. Rofiuddin dan Zuhdi (1998:13) mengatakan
bahwa berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan.
Salah satu keterampilan pembicara adalah keterampilan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
49
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak (Tarigan, 1993:12)
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada
saat berbicara, seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Faktor psikologis memberikan andil yang
cukup besar dalam kelancaran berbicara, seperti stabilitas emosi sangat
mendukung. Berbicara tidak lepas dari faktor neurologis yaitu jaringan
saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ
tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara.
Berbicara sebagai salah satu unsur keterampilan berbahasa sering
dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan
dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam
praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh siswa
berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato.
Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu.
Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik.
Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu
harus mempersiapkan bahan seringkali guru melontarkan kritik yang
berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat
pada kegiatan itu kecuali ketika mendapatkan giliran.
Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan
pembelajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa pada hakikatnya
50
berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbicara yang lain seperti
menyimak, membaca, dan menulis sesuai dengan pokok pembicaraan.
Dengan demikian, sebaiknya pembelajaran berbicara memperhatikan
komunikasi dua arah dan fungsional. Tugas pengajar adalah
mengembangkan pembelajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis,
hidup dan diminati oleh anak sehingga benar-benar dirasakan sebagai
sesuatu kebutuhan untuk memepersiapkan diri terjun ke masyarakat.
Untuk mencapai hal itu, dalam pembelajaran berbicara harus diperhatikan
beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok
pembicaraan.
Tujuan berbicara untuk menyampaikan pesan kepada orang, yakni
untuk mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa. Tujuan
kedua ialah menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang
secara sosial dapat diterima. Tujuan pertama dapat dicapai dengan
aktivitas-aktivitas yang boleh disebut kinerja komunikatif’, sedangkan
tujuan kedua dengan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan
komunikatif (Subyakto dan Nababan, 1993:173).
b. Prinsip Pembelajaran Berbicara
Rofi’uddin dan Zuhdi (1998:18) mengemukakan beberapa prinsip
pembelajaran berbicara sebagai berikut:
1) berbicara bercirikan oleh pertemuan antara dua orang atau lebih
yang melangsungkan komunikasi secara lisan, ada pembicara
dan ada penyimak;
51
2) ada banyak tipe dalam komunikasi lisan antara pembicara dan
penyimak, mulai dari orang berbincang-bincang sampai ke
pertemuan umum di lapangan;
3) pembelajaran berbicara tidak dapat mencakup semua variasi
atau tipe pertemuan lisan itu;
4) pembelajaran berbicara harus bersifat fungsional.
Agar prinsip pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik,
hendaknya seorang guru juga memperhatikan kriteria pemilihan bahan
ajar berbicara, sebagai berikut:
1) Bahan yang dipilih harus memiliki nilai tambah, (1)
memperkenalkan gagasan baru, (2) mengandung informasi
yang belum diketahui siswa, (3) membantu siswa memahami
cara berpikir orang lain, dan (4) mendorong siswa untuk
membaca tanpa disuruh.
2) Meningkatkan kecerdasan siswa.
3) Memperluas kosakata yang dapat dikuasai siswa dalam jumlah
yang memadai.
4) Bahan bacaan memberikan kemungkinan kepada guru untuk
mengajukan pertanyaan, yakni (1) membuat gambar, (2)
mengolah kembali informasi dalam teks, (3) melakukan
permainan peran, percakapan.
5) Saduran sesuai dengan tingkat keterampilan siswa.
52
6) Karangan guru terdiri atas, (1) sesuai dengan tujuan pendidikan,
(2) sesuai dengan jiwa Pancasila, (3) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (4) sesuai dengan tema, dan (5) tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku.
c. Strategi Pembelajaran Berbicara
Kalau diterapkan Model Ellis dan Sinclair (1989: 18) pada
pembelajaran berbicara, maka akan berimplikasi seperti berikut ini.
1) Personal strategies yang digunakan adalah:
a) menemukan kesempatan-kesempatan praktik latihan (self-
management and cooperation);
b) memimpin/mengarahkan percakapan-percakapan mental imajeri
(auditory representation).
2) Risk taking yang digunakan adalah:
a) penggunaan teknik-teknik keraguan untuk menyediakan waktu
berpikir dalam suatu percakapan (self-management dan
organzational planning);
b) latihan (advance pre-paration);
c) bertahan pada kosa-bahasa sendiri (organizational planning
dan self-evaluation).
d) Getting organized yang dipakai adalah:
e) pengorganisasian sumber;
f) pengorganisasian materi;
g) pengorganisasian waktu.
53
Menurut Tarigan (1997: 197) bahwa strategi-strategi pokok yang
diajarkan dalam kegiatan berbicara untuk berbagai tugas meliputi hal-hal
di bawah ini.
1) Substitution. Sang instruktur/guru menyuruh para pembelajar
memakai sinonim-sinonim, parafrase-parafrase, dan gerak-gerik
untuk menjelaskan artinya dalam tuas penceritaan kembali
suatu teks.
2) Cooperatio. Sang instruktur/guru menyuruh para pembelajar
bekerja dalam kelompok-kelompok mengenai penugasan
berbicara dan mendorong mereka saling menolong satu sama
lain mengerjakan tugas.
3) Self-Evaluation. Sang guru memberi kesempatan kepada para
pembelajar untuk mengecek seberapa baik mereka membuat
diri keefektifan komunikasinya.
d. Faktor-faktor Kebahasaan dan Nonkebahasaan sebagai
Penunjang Keefektifan Berbicara
1) Aspek Kebahasaan
a) Ketepatan Pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat
dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan
artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai
gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai
54
dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Kalau perbedaan
atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka keefektifan
komunikasi akan terganggu.
Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misal-
nya, pengucapan kan untuk akhiran -kan yang kurang tepat,
memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya
ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan
pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan
kata-kata yang tidak jelas suku katanya.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan
menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik
sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu
komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh (Arsyad dan Mukti, 1991:
12).
b) Ketepatan Intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai
dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya
datar saja, maka dapat dipastikan menimbulkan kejemuan dan keefektifan
berbicara berkurang.
55
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau
suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir
atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku
kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani, kesempatan, diberi
tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal (Arsyad dan
Mukti, 1991: 12).
c) Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas
maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran.
Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang
digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer
tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-
kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal
memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran
komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok
pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar) (Arsyad dan
Mukti, 1991: 15).
d) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara
berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu
diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan
pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya.
56
Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan
pendengar menangkap pokok pembicarannya (Arsyad dan Mukti,
1991:17).
2) Aspek Nonkebahasaan
Selain aspek kebahasaan, keterampilan berbicara juga didukung
oleh aspek nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal, aspek
nonkebahasaan sangat memengaruhi keterampilan berbicara. Dalam
proses belajar mengajar berbicara, aspek nonkebahasaan juga perlu
diperhatikan. Aspek nonkebahasaan yang dimaksud adalah fluensi
(kefasihan/kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan
ketenangan) dalam berbicara.
Arsyad dan Mukti (1991:34) mengungkapkan bahwa pembicara
yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Seringkali ada pembicara yang berbicara terputus-putus,
bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi
tertentu yang sangat mengganggu pendengar, misalnya bunyi “ee”, “oo”,
dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga
menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan.
Aspek keterampilan berbicara yang menjadi fokus dalam penelitian
ini ada dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan.
Aspek kebahasaan menyangkut lafal, pilihan kata, dan kalimat efektif.
Sedangkan, aspek nonkebahasaan adalah kefasihan/kelancaran,
keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan. Dalam
57
pembelajaran keterampilan berbicara, kedua aspek inilah yang harus
mendapat perhatian oleh guru, agar siswa dapat memiliki keterampilan
berbicara yang memadai sesuai dengan tuntutan standar kompetensi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berbicara dalam situasi formal seperti di kelas VI SDN Butung II
Kota Makassar, tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Walaupun
secara alamiah setiap orang mampu berbicara secara formal atau dalam
situasi resmi sering menimbulkan kegugupan sehingga gagasan yang
dikemukakan menjadi tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun tidak
teratur. Bahkan lebih parah lagi, ada yang tidak berani berbicara sama
sekali. Berbicara dalam situasi formal seperti di kelas VI SDN Butung II
Kota Makassar memerlukan persiapan dan menuntut keterampilan serta
bimbingan dan latihan yang intensif.
e. Evaluasi Pembelajaran Berbicara
Berbicara merupakan suatu kemampuan kompleks yang
melibatkan beberapa faktor, yaitu kesiapan belajar, kesiapan berpikir,
kesiapan mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan; Apabila salah satu
faktor tidak dapat dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan dan mutu
bicara akan menurun (Hasuti, dkk., 1985:9). Semakin tinggi kemampuan
seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan
dan penguasaan berbicaranya. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
seseorang untuk menguasai kelima unsur itu, semakin rendah pula
penguasaan berbicaranya.
58
Berdasarkan fakta bahwa kegiatan berbicara cenderung dapat
diamati dalam konteks nyata saat siswa berbicara, maka dalam kegiatan
berbicara dapat dikembangkan penilaian kinerja yang bertujuan menguji
kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilannya (apa yang mereka ketahui dan dapat mereka lakukan)
pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu (Johnson and Johnson,
2004:11).
Penilaian kinerja mempunyai dua karakteristik dasar yaitu (1) siswa
diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan
suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya
berpidato, (2) produk dari penilaian kinerja lebih penting daripada kinerja
(performance)-nya.
Penilaian mengenai apakah yang akan dinilai itu produk atau
kinerjanya akan sangat bergantung pada karakteristik domain yang
diukur. Dalam bidang sastra, misalnya acting dan menari, kinerja dan
produknya sama penting.
Penilaian mengenai kemampuan kinerja dapat juga dilakukan
dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Walaupun cara ini
serupa dengan checklist, tetapi skala penilaian memungkinkan penilai
menilai kemampuan peserta didik secara kontinum tidak lagi dengan
model dikotomi. Dengan kata lain, kedua cara ini sama-sama berdasarkan
pada beberapa kumpulan keterampilan atau kemampuan kerja yang
hendak diukur: checklist hanya memberikan dua katagori penilaian,
59
sedangkan skala penilaian memberikan lebih dari dua kategori penilaian.
Ada tiga jenis skala penilaian, yaitu: (1) numerical rating scale, (2) graphic
rating scale, dan (3) descriptive rating scale. Selain itu, alat penilaian
dalam berbicara dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-
komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.
Penilaian ini adalah deskripsi masing-masing komponen (Nurgiyantoro,
2005: 156).
1) Tekanan
a) Ucapan sering tak dapat dipahami.
b) Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.
c) Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan
menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan
kesalahpahaman.
d) Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
e) Tidak ada salah ucap yang menolak, mendekati ucapan standar
f) Ucapan sudah standar.
2) Tata Bahasa
a) Penggunaan tata bahasa hampir selalu tidak tepat.
b) Ada kesalahan dalam peggunaan pola-pola pokok secara tetap
yang selalu mengganggu komunikasi.
60
c) Sering terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat
yang dapat mengganggu komunikasi.
d) Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu,
tetapi tidak mengganggu komunikasi.
e) Sedikit terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
f) Tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan
wawancara.
3) Kosakata
a) Penggunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang paling
sederhana sekalipun.
b) Penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar
personal (waktu, makanan, transportasi, keluar).
c) Pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan
penggunaannya menghambat kelancaran komunikasi dalam
masalah sosial dan profesional.
d) Penggnaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang
masalah tertentu, tetapi penggunaan kosakata umum terasa
berlebihan.
e) Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata
umum tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.
f) Penggunaan kosakata teknis dan umum terkesan luas dan tepat
sekali.
61
4) Kelancaran
a) Pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus.
b) Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat
pendek dan rutin.
c) Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap.
d) Pembicaraan kadang-kadang masih ragu, pengelompokan kata
kadang-kadang tidak tepat.
e) Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-kali masih kurang ajeg.
f) Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
5) Pemahaman
a) Memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
b) Memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu
penjelasan dan pengulangan.
c) Memahami percakapan sederhana dengan baik, dalam hal tertentu
masih perlu penjelasan dan pengulangan.
d) Memahami percakapan normal dengan lebih baik, kadang-kadang
masih perlu pengulangan dan penjelasan.
e) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali yang
bersifat koloqial.
f) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal dan koloqial.
62
B. Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran berbahasa sesuai dengan KTSP jenjang
pendidikan SD, perserta didik dituntut mampu menguasai empat
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Salah satu keterampilan berbahasa yang diuraikan dalam penelitian ini
adalah keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk atau
wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Faktor yang menentukan keberhasilan berbicara dapat dipengaruhi
oleh minat dan tingkat intensitas membaca dan penguasaan kosakata.
Semakin intens dalam membaca, maka akan semakin banyak kosakata
yang diketahui dan berpengaruh pada kemampuan berbicara. Sebab,
keterampilan berbicara merupakan cerminan dna ukuran tingkat intensitas
membaca dan sejumlah kosakat yang dikuasai.
Dalam penelitian ini dikaji aspek keterampilan berbicara dalam
hubungannya dengan minat baca dan penguasaan kosakata. Peneliti
akan membuktikan secara empiris hubungan di antaravariabel minat baca,
penguasaan kosakata dengan keterampilan siswa mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
63
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk atau
wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Gambar 2.3 Bagan Alur Kerangka Pikir
Pengajaran Bahasa Indonesia
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
Minat Baca
Temuan
Keterampilan Berbicara
Penguasaan Kosakata
KTSP
Pilihan kata Pengucapan/lafal Irama Jeda Mimik Gerak-gerik/kinesik
Motivasi
64
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, hipotesis yang
diajukan yaitu:
1. Minat membaca memiliki pengaruh terhadap keterampilan
berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
2. Motivasi membaca memiliki pengaruh terhadap keterampilan
berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
3. Penguasaan kosakata memiliki pengaruh terhadap keterampilan
berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
65
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yaitu penelitian yang
bermaksud mempelajari dan mengungkapkan data yang ada di lapangan
untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan secara sistematis,
faktual dan akurat. Sedangkan berdasarkan bentuk permasalahannya,
maka penelitian ini termasuk kuantitatif
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel
yaitu minat baca (X1), motivasi membaca (X2), dan penguasaan kosakata
(X3) sebagai variabel bebas serta keterampilan berbicara sebagai variabel
terikat yang disimbolkan Y.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu untuk
mengetahui minat dan motivasi membaca, serta penguasaan kosakata
dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar.
Sedangkan pola hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
66
Keterangan:
X1 = Minat Baca
X2 = Motivasi membaca
X3 = Penguasaan Kosakata
Y = Keterampilan Berbicara
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahan pengertian, maka secara operasional
variabel penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Minat baca adalah ketertarikan dan kecenderungan untuk membaca
bahan bacaan. Indikator minat baca yaitu menyenangi kegiatan
membaca, Kesadaran akan manfaat membaca, Frekuensi membaca
tinggi, Jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak.
2. Motivasi adalah faktor psikis siswa yang bersifat nonintelektual dan
peranannya yang khas, yaitu menumbuhkan gairah, merasa senang
dan bersemangat dalam membaca yang pada gilirannya dapat
meningkatkan keterampilan berbicara.
3. Penguasaan kosakata adalah tingkat pemahaman dan pengetahuan
sejumlah kata-kata bagi siswa. Indikator penilaian penguasaan
X1 Y
X2
X3
67
kosakata yaitu penguasaan kata bersinonim, antonim, istilah baru, dan
diksi, dan kelas kata.
4. Keterampilan berbicara adalah tingkat pengetahuan dan keterampilan
mengomunikasikan suatu topik, pesan, informasi pembicaraan dengan
kriteria keterampilan berbicara, yakni pilihan kata yang tepat,
ketepatan ekspresi (pengucapan/lafal, irama, jeda, mimik, gerak-
gerik/kinesik).
D. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurang lebih tiga
bulan, yaitu dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014,
dengan lokasi penelitian di kelas VI SDN Butung II Kota Makassar dan
instansi pemerintah yang terkait sesuai perkembangan kebutuhan data.
Alasan sehingga memilih lokasi penelitian adalah berdasarkan
pertimbangan ilmiah dan pertimbangan efisiensi. Secara ilmiah, pada
lokasi penelitian, peneliti dapat lebih mengkaji data dan melakukan
eksplorasi data karena subjek memiliki kedekatan dan keterbukaan
kepada peneliti. Sementara secara efisien penelitian dapat dilakukan
karena dekat dan menjadi wilayah tugas peneliti.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
68
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Pada penelitian ini, populasi adalah siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar yang berjumlah 40 orang.
Tabel 3.1 Keadaan Populasi
No Jenis Kelamin Jumlah Ket. 1. 2.
L P
17 23
Jumlah 40 orang
Sumber: SDN Butung II Kota Makassar Tahun Pelajaran 2013/2014
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Namun, dalam penelitian ini jumlah populasi tidak
terlalu besar (40 orang siswa) maka sampel yang dipergunakan sampel
total. Arikunto (2006: 63), menyebutkan bahwa dalam hal populasi tidak
besar dipergunakan teknik penarikan sampel total, yaitu menetapkan
seluruh populasi sebagai sumber data penelitian (sampel).
F. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan, meliputi:
1. Angket. Angket digunakan untuk mengukur minat dan motivasi
membaca siswa.
Pengukuran variabel tersebut menggunakan skala Likert (Narbuko
dan Adi, 2009: 76). Penilaian tersebut berdasarkan tingkat skala berupa
angka-angka dari setiap jawaban yang diberikan atas tanggapan
responden terhadap penyataan atau pertanyaan yang diberikan. Total
69
skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-
masing item dari individu tersebut.
Selanjutnya, pengukuran setiap indikator variabel di atas
menggunakan skala tingkat lima (5 tingkatan) dengan skor masing-
masing sebagai berikut:
a. Sangat Tinggi/Sangat Setuju dengan skor 5.
b. Tinggi/Setuju dengan skor 4.
c. Kurang Tinggi/Agak Setuju dengan skor 3.
d. Rendah/Kurang Setuju dengan skor 2.
e. Sangat Rendah/Tidak Setuju dengan skor 1.
2. Tes. Teknk ini digunakan untuk memperoleh data penguasaan
kosakata dan keterampilan berbicara siswa.
Penguasaan kosakata diukur dengan tes pemahaman kata
bersinonim, antonim, istilah baru, dan diksi, dan kelas kata. Adapun
kriteria penilaian beserta skor setiap aspek, tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Format Pedoman Penskoran Keterampilan Berbicara
No. Aspek yang Dinilai Skor 1 Pilihan Kata (Diksi)
a. Penggunaan kata dan ungkapannya tepat b. Kadang-kadang menggunakan kata yang tidak
tepat c. Sering menggunakan kata yang salah/tidak tepat d. Salah menggunakan kata dan sangat terbatas e. Kata-kata yang digunakan sangat terbatas
1-5 5 4 3 2 1
2. Ketepatan Ekspresi a. Pengucapan/lafal
1) Tepat dan jelas 2) Tepat dan kurang jelas 3) Tidak tepat, tetapi jelas
1-3 3 2 1
70
b. Irama 1) Sesuai dengan situasi 2) Sedikit sesuai dengan situasi 3) Tidak sesuai dengan situasi
1-3 3 2 1
c. Jeda (Batas Perhentian/Bernafas) 1) Tepat 2) Sedikit salah 3) Banyak salah
1-3 3 2 1
d. Mimik 1) Sesuai dengan keadaan 2) Dipaksakan 3) Dibuat-buat
1-3 3 2 1
e. Gerak-gerik (Kinesik) 1) Sesuai dengan isi pembicaraan 2) Masih terdapat kesesuaian 3) Tidak ada kesesuaian
1-3 3 2 1
(Kurniawan, 2005: 30-34)
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis berdasarkan
langkah analisis sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dipergunakan untuk menjawab permasalahan
yang diajukan, bertujuan untuk mendeskripsikan variabel tingkat minat
dan motivasi membaca serta penguasaan kosakata dengan keterampilan
berbicara.
Analisis data dengan teknik deskriptif dinyatakan dalam sebuah
predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran, seperti tinggi
atau baik, cukup atau sedang, kurang, dan rendah. Hal ini tampak pada
tabel 3.3 berikut ini.
71
Tabel 3.3 Format Kategori Penilaian Variabel
Interval Nilai Kategori 76 – 100 Sangat Baik 56 – 75 Baik 40 – 55 Sedang
21 – 39 Kurang Baik
< 20 Tidak Baik
2. Analisis Inferensial
Model analisis data yang digunakan adalah regresi untuk
mengukur hubungan kausal antara variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y). hubungan yang akan dicari masing-masing; variabel
minat baca (X1), motivasi membaca (X2), dan penguasana kosakata (X3)
sebagai variabel independen dan keterampilan berbicara (Y) sebagai
variabel dependen.
Dengan demikian, data variable X dan Y diolah dan dianalisis
dengan teknik analisis inferensial, sedangkan untuk pengujian hipotesis
digunakan analisis statistik parametrik dengan model regresi linier
berganda yang diolah dengan program Statistical Products dan Solution
Service (SPSS) versi 19.
Untuk pengambilan keputusan penerimaan hipotesis digunakan
kriteria sebagai berikut:
1. Probabilitas Sig. > 0.05, maka Ho diterima. Berarti tidak terdapat
hubungan minat dan motivasi membaca serta penguasaan kosakata
72
dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar.
2. Probabilitas Sig. <0.05, maka Ho ditolak. Berarti terdapat hubungan
minat dan motivasi membaca serta penguasaan kosakata dengan
keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data penelitian, berikut diuraikan dan
dideskripsikan hasil tentang (1) tingkat minat membaca siswa kelas VI
SDN Butung II Kota Makassar; (2) motivasi membaca siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar; (3) penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar; (4) keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN
Butung II Kota Makassar; serta (5) pengaruh minat membaca, motivasi
membaca, dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara
siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
1. Tingkat Minat Membaca Siswa Kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar
Minat baca adalah ketertarikan dan kecenderungan untuk
membaca bahan bacaan. Indikator minat baca yaitu menyenangi kegiatan
membaca, Kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca tinggi,
jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak.
Berdasarkan hasil analisis data dengan 40 orang siswa yang
dianalisis diperoleh gambaran minat baca, yaitu sebanyak 1 siswa yang
mampu memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Selanjutnya,
gambaran yang lebih jelas dan tersusun rapi dari nilai dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
73
74
Tabel 4.1 Statistik Minat Belajar
Minat Baca N Valid 40 Missing 0 Mean 80.69 Median 82.60 Std. Deviation 9.433 Variance 88.987 Minimum 67 Maximum 100 Sum 3228
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa nilai rata-rata minat baca
siswa yang dijadikan sampel adalah 80,69. Nilai tersebut tersebar dengan
nilai tertinggi 100 dan terendah 67 dengan median 82,60, serta standar
deviasi 9,433.
Tabel 4.2 Klasifikasi Minat Baca
No. Interval Skor Frekuensi (f)
Persentase (%) Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
86-100
76-85
66-75
56-65
55 ke bawah
9
14
17
0
0
22,5
35
42,5
0
0
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Jumlah 40 100
Sumber: Hasil Olahan Angket 2014
75
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebanyak
9 siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat tinggi
(22,5%). Selanjutnya, sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan tinggi sebanyak 14 orang (35%); sampel yang memperoleh
nilai pada kategori kemampuan sedang sebanyak 17 orang (42,50%);
tidak ada yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan rendah (0%);
dan tidak ada yang memperoleh nilai pada rentang sangat rendah (0%).
Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa berada pada rentang
kategori sedang sampai sangat tinggi. Tampak bahwa paling banyak
siswa yang berkategori sedang, lalu kategori tinggi dan sangat tinggi.
Mencermati hal tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas minat baca
siswa rata-rata tinggi. Artinya, siswa memiliki minat baca yang ada
hubungannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Motivasi Membaca Siswa Kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
Motivasi adalah faktor psikis siswa yang bersifat nonintelektual dan
peranannya yang khas, yaitu menumbuhkan gairah, merasa senang dan
bersemangat dalam membaca yang pada gilirannya dapat meningkatkan
keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil analisis data dengan 40 orang siswa yang
dianalisis diperoleh gambaran motivasi membaca, yaitu tidak ada siswa
yang mampu memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi
adalah 92 yang dicapai oleh 1 orang (2,5%). Selanjutnya, gambaran yang
lebih jelas dan tersusun rapi dari nilai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
76
Tabel 4.3 Statistik Motivasi Membaca
Motivasi Membaca N Valid 40
Missing 0
Mean 77.14
Median 76.00
Std. Deviation 4.751
Variance 22.576
Minimum 72
Maximum 92
Sum 3086
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui bahwa nilai rata-rata motivasi
membaca siswa yang dijadikan sampel adalah 77,14. Nilai tersebut
tersebar dengan nilai tertinggi 92 dan terendah 72 dengan median 76,
serta standar deviasi 4,751.
Tabel 4.4 Klasifikasi Motivasi Membaca
No. Interval Skor
Frekuensi
(f)
Persentase
(%) Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
86-100
76-85
66-75
56-65
55 ke bawah
1
20
19
0
0
2,5
50
47,5
0
0
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Jumlah 40 100
Sumber: Hasil Olahan Angket 2014
77
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 1
siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat tinggi
(2,5%). Selanjutnya, sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan tinggi sebanyak 20 orang (50%); sampel yang memperoleh
nilai pada kategori kemampuan sedang sebanyak 19 orang (47,50%);
tidak ada yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan rendah (0%);
dan tidak ada yang memperoleh nilai pada rentang sangat rendah (0%).
Hal ini menunjukkan bahwa motivasi membaca siswa berada pada
rentang kategori sedang sampai sangat tinggi. Tampak bahwa paling
banyak siswa yang berkategori tinggi, lalu kategori sedang dan sangat
tinggi. Mencermati hal tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
membaca siswa rata-rata tinggi. Artinya, siswa memiliki motivasi
membaca yang ada hubungannya dengan pembelajaran bahasa
Indonesia.
3. Penguasaan Kosakata Siswa Kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar
Berdasarkan hasil analisis data dengan 40 orang siswa yang
dianalisis diperoleh gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu
memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Gambaran yang lebih jelas
dan tersusun rapi dari nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah yang
diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
78
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Penguasaan Kosakata
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 91 1 2.5 2.5 2.5
90 5 12.5 12.5 15.0 89 3 7.5 7.5 22.5 88 3 7.5 7.5 30.0 87 1 2.5 2.5 32.5 86 3 7.5 7.5 40.0 85 3 7.5 7.5 47.5 83 1 2.5 2.5 50.0 82 1 2.5 2.5 52.5 80 4 10.0 10.0 62.5 79 4 10.0 10.0 72.5 78 2 5.0 5.0 77.5 77 2 5.0 5.0 82.5 75 2 5.0 5.0 87.5 74 1 2.5 2.5 90.0 72 1 2.5 2.5 92.5 71 1 2.5 2.5 95.0 70 2 5.0 5.0 100.0 Total 40 100.0 100.0
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa nilai tertinggi yang
dicapai oleh siswa adalah 91 yang dicapai oleh 1 orang (2,5%) dan nilai
terendah yang diperoleh oleh siswa adalah 70 yang dicapai oleh 2 siswa
(5,0%). Selanjutnya, sampel yang mendapat nilai 90 berjumlah 5 orang
(12,5%); sampel yang mendapat nilai 89 berjumlah 3 orang (7,5%);
sampel yang mendapat nilai 88 berjumlah 3 orang (7,5%); sampel yang
mendapat nilai 87 berjumlah 1 orang (2,5%); sampel yang mendapat nilai
86 berjumlah 3 orang (7,5%); sampel yang mendapat nilai 85 berjumlah 3
orang (7,5%); sampel yang mendapat nilai 83 berjumlah 1 orang (2,5%);
sampel yang mendapat nilai 82 berjumlah 1 orang (2,5%); sampel yang
mendapat nilai 80 berjumlah 4 orang (10%); sampel yang mendapat nilai
79
79 berjumlah 4 orang (10%); sampel yang mendapat nilai 78 berjumlah 2
orang (5,0%); sampel yang mendapat nilai 77 berjumlah 2 orang (5,0%);
sampel yang mendapat nilai 75 berjumlah 2 orang (5,0%); sampel yang
mendapat nilai 74 berjumlah 1 orang (2,5%); sampel yang mendapat nilai
72 berjumlah 1 orang (2,5%); sampel yang mendapat nilai 71 berjumlah 1
orang (2,5%); sampel yang mendapat nilai 70 berjumlah 2 orang (5,0%).
Berdasarkan perolehan nilai dan persentase pada tabel tersebut,
dapat diketahui statistik nilai penguasaan kosakata, seperti tampak pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Statistik Nilai Penguasaan Kosakata
Penguasaan Kosakata N Valid 40 Missing 0 Mean 82.25 Median 82.50 Std. Deviation 6.324 Variance 39.987 Minimum 70 Maximum 91 Sum 3290
Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui bahwa nilai rata-rata penguasaan
kosakata siswa yang dijadikan sampel adalah 82,25. Nilai tersebut
tersebar dengan nilai tertinggi 91 dan terendah 70 dengan median 82,50.
80
Tabel 4.7 Klasifikasi Penguasaan Kosakata
No. Interval Skor Frekuensi (f)
Persentase (%) Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
86-100
76-85
66-75
56-65
55 ke bawah
16
17
7
0
0
40
42,50
17,50
0
0
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Jumlah 40 100
(Adaptasi dari Depdiknas, 2006)
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebanyak
16 siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat tinggi
(40%). Selanjutnya, sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan tinggi sebanyak 17 orang (42,50%); sampel yang
memperoleh nilai pada kategori kemampuan sedang sebanyak 7 orang
(17,50%); tidak ada sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan rendah dan sangat rendah (0%). Hal ini menunjukkan bahwa
penguasaan kosakata siswa rata-rata dikategorikan tinggi.
Nilai siswa tersebut dapat dikonversikan ke dalam tabel klasifikasi
ketuntasan belajar bahasa Indonesia. Untuk mengetahui ketuntasan
belajar bahasa Indonesia, dapat dilihat tabel 4.8 berikut ini.
81
Tabel 4.8 Klasifikasi Ketuntasan Belajar Siswa
Nilai Frekuensi Persentase (%)
75 ke atas
di bawah 75
35
5
87,5
12,5
Jumlah 40 100
Mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal, khususnya pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 75, maka dapat diketahui ketuntasan
atau pencapaian KKM siswa yakni sampel yang memperoleh nilai 75 ke
atas berjumlah 35 siswa (87,50%) dan sebanyak 5 siswa sampel yang
memperoleh nilai di bawah 75 (12,50%). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa rata-rata nilai bahasa Indonesia siswa, khususnya
penguasaan kosakata mencapai KKM. Hal ini dibuktikan dari nilai yang
diperoleh siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas mencapai
kriteria tingkat kemampuan siswa sampel yaitu 87,50%.
4. Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar
Uraian tentang aspek yang dinilai dari hasil menceritakan atau
mengungkapkan pesan dalam gambar dinilai berdasarkan pilihan kata,
82
lafal, irama, jeda, mimik, dan gerak-gerik. Aspek tersebut dijabarkan
sebagai berikut.
a. Pilihan Kata
Adapun hal yang ditekankan dalam aspek ini adalah penggunaan
kata yang tepat sesuai dengan konteks pada saat berbicara di depan
umum sehingga lancar dan jelas ketika mengungkapkan pesan dengan
pilihan kata yang tepat. Kemampuan siswa dinilai dilihat dari ketepatan
pemilihan katanya.
Tabel 4.9 Klasifikasi nilai Aspek Pilihan Kata
No Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Penguasaan
1. 5 14 35 Sangat Baik
2. 4 26 65 Baik
3. 3 0 0 Sedang
4. 2 0 0 Kurang
5. 1 0 0 Sangat Kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak
sebanyak 14 siswa yang memperoleh nilai pada kategori sangat baik
(35%). Kemampuan baik sebanyak 26 siswa (65%), tidak ada siswa
memperoleh nilai pada kategori sedang, kurang, dan sangat kurang (0%).
Dengan demikian, tingkat kemampuan berbicara siswa pada aspek pilihan
kata tergolong baik.
83
b. Lafal
Aspek kedua yang dinilai adalah lafal yang mencakup kemampuan
siswa menceritaan pesan dalam gambar dengan pengucapan dan lafal
yang jelas, lafal yang jelas sangat menentukan kebermaknaan suatu
tuturan yang diungkapkan oleh pembicara.
Tabel 4.10 Klasifikasi Nilai Aspek Lafal
No Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Penguasaan
1. 3 40 100 Baik
2. 2 0 0 Sedang
3. 1 0 0 Kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa sebanyak 40
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik (100%). Tidak ada
kemampuan sedang, dan kategori kurang (0%). Dengan demikian, tingkat
kemampuan berbicara siswa pada aspek lafal tergolong baik. Hal ini
disebabkan oleh kemmapuan siswa mengucapkan kata-kata dengan
suara yang jelas sehingga dapat dipahami oleh pendengar dengan baik.
c. Irama
Irama berkaitan dengan nada yang menggambarkan variasi atau
tinggi rendahnya pengucapan siswa. Irama dalam berbicara merupakan
bentuk estetis tuturan yang dapat menarik perhatian pendengar
84
dibandingkan dengan sebuah pembicaraan yang disampaikan dengan
monoton tanpa variasi bunyi.
Tabel 4.11 Klasifikasi Nilai Aspek Irama
No Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Penguasaan
1. 3 17 42,50 Baik
2. 2 23 57,50 Sedang
3. 1 0 0 Kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak
sebanyak 17 siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik (42,50%).
Kemampuan sedang sebanyak 23 siswa (57,50%), dan tidak ada berada
pada kategori kurang (0%). Dengan demikian, tingkat kemampuan
berbicara siswa pada aspek irama tergolong sedang. Hal ini disebabkan
oleh pembicaraan siswa sudah diiringi dengan nada yang variatif. Artinya,
siswa berbicara dengan memperhatian variasi bunyi dalam berbahasa.
d. Jeda
Jeda adalah jarak dan pemberhentian untuk sementara dalam
berbicara sebagai suatu bentuk penekanan kalimat atau ungkapan yang
disampaikan pembicara. Jeda sangat menentukan keefektifan sebuah
kalimat.
85
Tabel 4.12 Klasifikasi Nilai Aspek Jeda
No Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Penguasaan
1. 3 20 50 Baik
2. 2 20 50 Sedang
3. 1 0 0 Kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa sebanyak 20
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik (50%). Kemampuan
sedang sebanyak 20 siswa (50%), dan tidak ada yang berada pada
kategori kurang (0%). Dengan demikian, tingkat kemampuan berbicara
siswa pada aspek jeda tergolong baik. Hal ini disebabkan oleh siswa rata-
rata berbicara dengan memperhatikan saat yang tepat untuk berhenti
sejenak demi memetakan konten dan isi pembicaraan.
e. Mimik
Mimik mencakup sikap dan ekspresi siswa pada saat menceritakan
pesan dalam gambar. siswa diharapkan dapat mengontrol emosi, tetapi
menampilkan mimik ketika bercerita sehingga tampak penyampaian pesan
yang disertai dengan perwajahan/bahasa tubuh. Mimik atau raut wajah
pembicara sangat menentukan penyampaian isi pembicaraan.
86
Tabel 4.13 Klasifikasi Nilai Aspek Mimik
No Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Penguasaan
1. 3 4 10 Baik
2. 2 32 80 Sedang
3. 1 4 10 Kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa sebanyak 4
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik (10%). Kategori sedang
sebanyak 32 siswa (80%) dan kategori kurang sebanyak 4 siswa (10%).
Dengan demikian, tingkat kemampuan berbicara siswa pada aspek mimik
tergolong sedang. Hal ini disebabkan oleh siswa rata-rata berbicara
dengan memperhatikan raut wajahnya sehingga pembicaraan
disampaikan dengan memfungsikan pengucapan/suara dan sudah
mampu melibatkan unsur mimik. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa
berbicara masih sudah mulai percaya diri.
f. Gerak-gerik
Aspek yang dinilai pada gerak-gerik yakni gerakan salah satu
bagian anggota tubuh siswa siswa ketika menceritakan pesan dalam
gambar sehingga tampak alat Bantu pendengar memahami pesan yang
disampaikan oleh pembicara. Salah satu anggota tubuh yang dapat
digunakan dalam berbicara adalah tangan. Pembicara dapat
memanfaatkan tangannya sebagai media dalam membantu
87
mengungkapkan suatu pesan dengan menggerak-gerakkan sesuai
dengan isi pembicaraan.
Tabel 4.14 Klasifikasi Nilai Aspek Gerak-gerik
No Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Penguasaan
1. 3 1 2,50 Baik
2. 2 33 82,50 Sedang
3. 1 6 15 Kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa sebanyak 1
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik (2,5%). Kategori sedang
sebanyak 33 siswa (82,50%). Kategori kurang sebanyak 6 siswa (15%).
Dengan demikian, tingkat kemampuan berbicara siswa pada aspek gerak-
gerik tergolong sedang. Hal ini disebabkan oleh siswa rata-rata berbicara
dengan disertai gerak dalam menunjang penyampaian pesan dalam
berbicara.
Berdasarkan perolehan nilai dan persentase pada setiap aspek
berbicara, dapat diketahui statistik nilai kegterampilan berbicara, seperti
tampak pada tabel berikut ini.
88
Tabel 4.15 Statistik Nilai Keterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara N Valid 40 Missing 0 Mean 80.88 Median 80.00 Std. Deviation 7.501 Variance 56.266 Minimum 70 Maximum 95 Sum 3235
Berdasarkan Tabel 4.15, diketahui bahwa nilai rata-rata
keterampilan berbicara siswa yang dijadikan sampel adalah 80,88. Nilai
tersebut tersebar dengan nilai tertinggi 95 dan terendah 70 dengan
median 80.
Tabel 4.16 Klasifikasi Keterampilan Berbicara
No. Interval Skor Frekuensi (f)
Persentase (%) Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
86-100
76-85
66-75
56-65
55 ke bawah
9
19
12
0
0
22,50
47,50
30
0
0
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Jumlah 40 100
(Adaptasi dari Depdiknas, 2006)
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebanyak
9 siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat tinggi
89
(22,50%). Selanjutnya, sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan tinggi sebanyak 19 orang (47,50%); sampel yang
memperoleh nilai pada kategori kemampuan sedang sebanyak 12 orang
(30%); tidak ada sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan rendah dan sangat rendah (0%). Hal ini menunjukkan bahwa
keterampilan berbicara siswa rata-rata dikategorikan tinggi.
Nilai siswa tersebut dapat dikonversikan ke dalam tabel klasifikasi
ketuntasan belajar bahasa Indonesia. Untuk mengetahui ketuntasan
belajar bahasa Indonesia, dapat dilihat tabel 4.17 berikut ini.
Tabel 4.17 Klasifikasi Ketuntasan Belajar Siswa Aspek Berbicara
Nilai Frekuensi Persentase (%)
75 ke atas
di bawah 75
32
8
80
20
Jumlah 40 100
Mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal, khususnya pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 75, maka dapat diketahui ketuntasan
atau pencapaian KKM siswa yakni sampel yang memperoleh nilai 75 ke
atas berjumlah 32 siswa (80%) dan sebanyak 8 siswa sampel yang
memperoleh nilai di bawah 75 (20%). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa rata-rata nilai bahasa Indonesia siswa, khususnya keterampilan
90
berbicara mencapai KKM. Hal ini dibuktikan dari nilai yang diperoleh siswa
sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas mencapai kriteria tingkat
kemampuan siswa sampel yaitu 80%.
5. Analisis Regresi Pengaruh Minat Baca (X1) terhadap Keterampilan Berbicara (Y)
Data yang diperoleh dari minat baca dan keterampilan berbicara
siswa selanjutnya dianalisis secara statistik parametrik dengan model
regresi yang diolah dengan program Statistical Products dan Solution
Service (SPSS) versi 19.
Untuk pengambilan keputusan pengaruh minat baca terhadap
keterampilan berbicara tampak pada hasil analisis seperti tampak pada
tabel 4.18 dan 4.19 berikut.
Tabel 4.18 Analisis ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression 2.143 1 2.143 .037 .848(a)
Residual 2192.232 38 57.690 Total 2194.375 39
a Predictors: (Constant), Minat Baca b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Berdasarkan tabel hasil analisis model ANOVA seperti tabel 4.18
tersebut dapat diperoleh nilai F = 0,037 dengan tingkat probabilitas Sig. =
0,848. Oleh karena probabilitas (0,848) jauh lebih besar dari 0.05, maka
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pengaruh minat
91
membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II
Kota Makassar.
Selanjutnya, pengambilan keputusan pengaruh minat membaca
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar tampak tabel berikut ini.
Tabel 4.19 Hasil Analisis Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B
Std. Error
1 (Constant) 82.880 10.473 7.914 .000 Minat Baca -.025 .129 -.031 -.193 .848
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Data pada tabel tersebut menggambarkan bahwa nilai constant
(82,880) dan nilai B = 0.025 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi
0.848. Dari tabel cofficients diperoleh persamaan perhitungan regresi
sederhana.
Tingkat signifikansi (a=0,05) untuk uji dua pihak dan df atau dk
(derajat kebebasan) = N-2 atau 40-2 = 38. Dengan demikian, diperoleh t
tabel = 2.021. Dengan demikian t hitung (7,914) > t tabel (2.021). Oleh
karena itu, hipotesis penelitian ini diterima yang berarti semakin tinggi
minat baca siswa, maka semakin tinggi pula keterampilannya dalam
berbicara.
92
6. Analisis Regresi Pengaruh Motivasi Membaca (X2) terhadap Keterampilan Berbicara (Y)
Data yang diperoleh dari motivasi membaca dan keterampilan
berbicara siswa selanjutnya dianalisis secara statistik parametrik dengan
model regresi yang diolah dengan program Statistical Products dan
Solution Service (SPSS) versi 19.
Untuk pengambilan keputusan pengaruh motivasi membaca
terhadap keterampilan berbicara tampak pada hasil analisis seperti
tampak pada tabel 4.20 dan 4.21 berikut.
Tabel 4.20 Analisis ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression 2.762 1 2.762 .048 .828(a)
Residual 2191.613 38 57.674 Total 2194.375 39
a Predictors: (Constant), Motivasi Membaca b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Berdasarkan tabel hasil analisis model ANOVA seperti tabel 4.20
tersebut dapat diperoleh nilai F = 0,048 dengan tingkat probabilitas Sig. =
0,828. Oleh karena probabilitas (0,828) jauh lebih besar dari 0.05, maka
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pengaruh motivasi
membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II
Kota Makassar.
Selanjutnya, pengambilan keputusan pengaruh motivasi membaca
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar tampak tabel berikut ini.
93
Tabel 4.21 Hasil Analisis Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B
Std. Error
1 (Constant) 85.195 19.779 4.307 .000 Motivasi Membaca -.056 .256 -.035 -.219 .828
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Data pada tabel tersebut menggambarkan bahwa nilai constant
(85,195) dan nilai B = 0.056 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi
0.828. Dari tabel cofficients diperoleh persamaan perhitungan regresi
sederhana.
Tingkat signifikansi (a=0,05) untuk uji dua pihak dan df atau dk
(derajat kebebasan) = N-2 atau 40-2 = 38. Dengan demikian, diperoleh t
tabel = 2.021. Dengan demikian t hitung (4,307) > t tabel (2.021). Oleh
karena itu, hipotesis penelitian ini diterima yang berarti semakin tinggi
motivasi membaca siswa, maka semakin tinggi pula keterampilannya
dalam berbicara.
7. Analisis Regresi Pengaruh Penguasaan Kosakata (X3) terhadap Keterampilan Berbicara (Y)
Data yang diperoleh dari penguasaan kosakata dan keterampilan
berbicara siswa selanjutnya dianalisis secara statistik parametrik dengan
model regresi yang diolah dengan program Statistical Products dan
Solution Service (SPSS) versi 19.
94
Untuk pengambilan keputusan pengaruh penguasaan kosakata
terhadap keterampilan berbicara tampak pada hasil analisis seperti
tampak pada tabel 4.22 dan 4.23 berikut.
Tabel 4.22 Analisis ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 209.251 1 209.251 4.006 .053(a)
Residual 1985.124 38 52.240 Total 2194.375 39
a Predictors: (Constant), Penguasaan Kosakata b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Berdasarkan tabel hasil analisis model ANOVA seperti tabel 4.22
tersebut dapat diperoleh nilai F = 4,006 dengan tingkat probabilitas Sig. =
0,053. Oleh karena probabilitas (0,053) jauh besar atau sama dengan
0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pengaruh
penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI
SDN Butung II Kota Makassar.
Selanjutnya, pengambilan keputusan pengaruh penguasaan
kosakata terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II
Kota Makassar tampak tabel berikut ini.
Tabel 4.23 Hasil Analisis Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B
Std. Error
1 (Constant) 50.747 15.097 3.361 .002 Penguasaan Kosakata .366 .183 .309 2.001 .053
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
95
Data pada tabel tersebut menggambarkan bahwa nilai constant
(50,747) dan nilai B = 0.366 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi
0.053. Dari tabel cofficients diperoleh persamaan perhitungan regresi
sederhana.
Tingkat signifikansi (a=0,05) untuk uji dua pihak dan df atau dk
(derajat kebebasan) = N-2 atau 40-2 = 38. Dengan demikian, diperoleh t
tabel = 2.021. Dengan demikian t hitung (3,361) > t tabel (2.021). Oleh
karena itu, hipotesis penelitian ini diterima yang berarti semakin tinggi
penguasaan kosakata siswa, maka semakin tinggi pula keterampilannya
dalam berbicara.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penyajian hasil analisis data, terbukti bahwa minat
baca, motivasi membaca, serta penguasaan kosakata secara simultan
berpengaruh terhadap keterampilan berbicara. Hal ini lebih memperkuat
teori Slameto (1995: 180) bahwa minat merrupakan suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh atau penerimaan atau sesuatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri sendiri dan hal ini. Siswa yang memiliki minat,
memperoleh hasil yang memuaskan terhadap aktivitas yang dilakukan.
Hal ini tampak di kelas VI SDN Butung II Kota Makassar bahwa minat dan
motivasi murid berkontribusi positif terhadap tindakannya, termasuk minat
96
membaca, motivasi membaca, dan penguasaan kosakata terhadap
keterampilan berbicara siswa.
Temuan tersbeut juga mendukung teori Sardiman (2003: 75) bahwa
motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang dapat memeproleh hasil yang terbaik untuk
dirinya. Hal ini ditemukan pada siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar bahwa rata-rata yang memiliki motivasi membaca, semakin
terampil dalam berbicara dan mendapatkan haisl belajar yang
memuaskan.
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya bahwa rata-rata siswa
memiliki minat baca yang tinggi terhadap materi pembelajaran bahasa
Indonesia. Demikian pula halnya dengan motivasi siswa yang tergolong
tinggi. Tingginya minat dan motivasi siswa didukung oleh penguasaan
kosakata. Kualitas minat, motivasi, dan penguasaan kosakata inilah yang
berkontribusi positif terhadap keterampilan siswa dalam menyampaikan
ide dan gagasan secara lisan. Artinya, semakin tinggi, minat, motivasi, dan
penguasaan kosakata, maka semakin tinggi pula keterampilan murid
dalam berkomunikasi.
Keterikatan keterampilan berbicara dari variabel minat, motivasi,
dan penguasaan kosakata tampak saat pembelajaran berlangsung. Siswa
yang sering membaca tentu memiliki perbendaharaan kosakata dan
memiliki banyak pengetahuan untuk dikomunikasikan. Setelah memiliki
kosakata, tentu akan lebih mudah menyampaikan informasi dan pesan.
97
Sebaliknya, siswa yang tidak berminat membaca, kurang termotivasi
membaca, serta kurang memiliki perbendaharaan kosakata, terhambat
dalam komunikasinya. Bahkan, sulit mengungkapkan kata, frasa, klausa,
dan kalimat. Hal ini tergambar saat pembelajaran berlangsung, yang
sangat mudah dibedakan pada siswa yang kurang memiliki minat,
motivasi membaca, dan kurang memiliki perbendaharaan kosakata. Siswa
yang demikian hanya tinggal diam dan mendengar tanpa ada upaya
mengajukan tanggapan dan pendapat.
Terdapatnya kontribusi atau pengaruh yang signifikan variabel
minat, motivasi, dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan
berbicara tampak jelas pada setiap indikator yang dinilai dalam berbicara.
Siswa rata-rata mampu mengomunikasikan pesan dengan baik pada
aspek diksi, lafal, jeda, mimik, ekspresi, dan sebagainya. Kemampuan ini
didukung oleh media yang digunakan dalam pembelajaran berbicara,
seperti bantuan media flash card yang digunakan oleh guru saat
mengajarkan keterampilan berbicara. Media flash card sebagai alat bantu
dalam pembelajaran keterampilan berbicara mudah dipahami oleh siswa
yang memiliki intensitas membaca dan yang memiliki banyak kosakata.
Ketika guru menampilkan flash card, tampak siswa menyebutkan
langsung pesan dalam gambar flash card tersebut.
Pembelajaran ketepatan pelafalan dalam berbicara penting
diberikan kepada siswa karena apabila pelafalan tidak tepat, maka akan
mempengaruhi kualitas komunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat
98
Arsyad dan Mukti (1988) menyatakan bahwa pelafalan bunyi-bunyi
bahasa yang tidak tepat akan menimbulkan kebosanan, kurang
menyenangkan, atau kurang menarik, atau dapat mengalihkan perhatian
pendengar.
Ketepatan penggunaan kalimat menyangkut pemakaian kalimat
efektif. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraannya. Kalimat efektif memunyai ciri
keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Ciri keutuhan
akan terlihat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian yang padu dari
sebuah kalimat. Perpautan, bertalian dengan hubungan antara unsur-
unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase,
dalam sebuah kalimat. Hubungan itu harus jelas dan logis. Pemusatan
perhatian pada bagian yang terpenting dalam kalimat dapat dicapai
dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat,
sehingga bagian ini mendapat tekanan pada waktu berbicara. Selain itu,
kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata, sehingga tidak
ada kata yang mubazir.
Berdasarkan deskripsi kualitatif pengaruh minat baca, motivasi
membaca, dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara
tersebut, berikut ini diuraikan secara kuantitatif pengaruh variabel-variabel
tersebut. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa minat baca siswa
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata 80.69.
Demikian halnya dengan motivasi membaca yang tergolong tinggi dengan
99
nilai rata-rata 77.14. Pada penguasaan kosakata tergolong tinggi dengan
nilai rata-rata 82.25. Tingginya kategori variabel X1, X2, dan X3 tersebut
berkontribusi positif terhadap variabel Y yakni keterampilan berbicara
dengan mencapai kategori tinggi dengan nilai rata-rata 80,00 dengan
ketuntasan mencapai 80% atau 32 orang dari 40 siswa yang diteliti.
Pengaruh variabel X1 terhadap Y tampak lebih jelas pada hasil
analisis model ANOVA yang diperoleh nilai F = 0,037 dengan tingkat
probabilitas Sig. = 0,848. Nilai probabilitas (0,848) jauh lebih besar dari
0.05, maka model regresi menunjukkan adanya pengaruh minat membaca
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar. Pengambilan keputusan pengaruh minat membaca terhadap
keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
tampak pada analisis koefisien yang menunjukkan nilai constant (82,880)
dan nilai B = 0.025 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi 0.848.
Tingkat signifikansi (a=0,05) untuk uji dua pihak dan df atau dk (derajat
kebebasan) = N-2 atau 40-2 = 38. Dengan demikian, diperoleh t tabel =
2.021. Dengan demikian t hitung (7,914) > t tabel (2.021). Oleh karena
itu, hipotesis penelitian ini diterima yang berarti semakin tinggi minat baca
siswa, maka semakin tinggi pula keterampilannya dalam berbicara.
Pengaruh variabel X2 terhadap Y tampak lebih jelas pada hasil
analisis model ANOVA yang diperoleh nilai F = 0,048 dengan tingkat
probabilitas Sig. = 0,828. Oleh karena probabilitas (0,828) jauh lebih besar
dari 0.05, maka model regresi memprediksi pengaruh motivasi membaca
100
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota
Makassar. Selanjutnya, pengambilan keputusan pengaruh motivasi
membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II
Kota Makassar tampak pada analisis koefisien nilai constant (85,195) dan
nilai B = 0.056 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi 0.828. Tingkat
signifikansi (a=0,05) untuk uji dua pihak dan df atau dk (derajat
kebebasan) = N-2 atau 40-2 = 38. Dengan demikian, diperoleh t tabel =
2.021. Dengan demikian t hitung (4,307) > t tabel (2.021). Oleh karena
itu, hipotesis penelitian ini diterima yang berarti semakin tinggi motivasi
membaca siswa, maka semakin tinggi pula keterampilannya dalam
berbicara.
Pengaruh variabel X2 terhadap Y tampak lebih jelas pada hasil
analisis model ANOVA yang diperoleh nilai F = 4,006 dengan tingkat
probabilitas Sig. = 0,053. Oleh karena probabilitas (0,053) jauh besar atau
sama dengan 0.05, maka model regresi memprediksi pengaruh
penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI
SDN Butung II Kota Makassar. Selanjutnya, pengambilan keputusan
pengaruh penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara siswa
kelas VI SDN Butung II Kota Makassar tampak analisis koefisien yang
menunjukkan nilai constant (50,747) dan nilai B = 0.366 serta harga t
hitung dan tingkat signifikansi 0.053. Tingkat signifikansi (a=0,05) untuk uji
dua pihak dan df atau dk (derajat kebebasan) = N-2 atau 40-2 = 38.
Dengan demikian, diperoleh t tabel = 2.021. Dengan demikian t hitung
101
(3,361) > t tabel (2.021). Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini diterima
yang berarti semakin tinggi penguasaan kosakata siswa, maka semakin
tinggi pula keterampilannya dalam berbicara.
102
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan penyajian analisis data dan pembahasan, disimpulkan
hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Tingkat minat membaca siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 80.69.
2. Motivasi membaca siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 77,14
3. Penguasaan kosakata siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 82,25 dan ketuntasan mencapai
87,5%.
4. Keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 80,00 dan ketuntasan mencapai
80%.
5. Minat baca, motivasi membaca, dan penguasaan kosakata
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan berbicara
siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar. Artinya, minat baca,
motivasi membaca, dan penguasaan kosakata berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung
II Kota Makassar. Semakin tinggi minat baca, motivasi membaca, dan
102
103
penguasaan kosakata siswa, maka akan semakin tinggi pula
keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN Butung II Kota Makassar.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian diajukan saran sebagai
berikut:
1. Sesuai dengan minat baca, motivasi, dan penguasaan kosakata siswa
yang dikategorikan tinggi, maka disarankan kepada siswa agar lebih
meningkatkan minat, motivasi,dan penguasaan kosakata supaya dapat
mempengaruhi peningkatan hasil belajarnya pada semua keterampilan
berbahasa, termasuk berbicara.
2. Penguasaan kosakata siswa dikategorikan tinggi sehingga disarankan
kepada siswa agar lebih meningkatkan cara belajarnya menjadi amat
baik dengan lebih rajin belajar dna tetap meningkatkan minat untuk
belajar kosakata baru.
3. Guru hendaknya lebih mengintensifkan pembelajaran berbicara
dengan media yang inovatif karena masih ada sedikit siswa yang
kesulitan menyampaikan gagasan dengan pola kalimat yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku.
104
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, J.E., (Ed.)., 1988. Teaching Reading. Boston: Scott, Foresman, and Company.
Alisjahbana, S.T., 1980. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Maidar G. dan Mukti. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dowing dan Tampubolon, Manahan P. 1987. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif, dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Dimiyati. 2004. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Eanes, Robin. 1997. Content Area Literacy: Teaching for Today and Tomorrow. Albany: Delmar Publisher.
Ellis, G. dan B. Sinclair. 1989. Learning to Learn English. Cambridge: Cambridge University Press.
Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Haruna. 2012. “Keefektifan Buletin Board sebagai Media Pembelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 008 Galang Kota Batam”. Tesis. Makassar: PPS UNISMUH.
Hastuti P.H., Sri. dkk. 1985. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar VI Kotamadya Surabaya. Jakarta: Depdiknas.
Jafar, Muhammad. 2012. “Penerapan Media Flash Card dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Murid Kelas VI SDN KIP V Bara-Baraya, Kota Makassar”. Tesis. Makassar: PPS UNISMUH.
106
105
Johnson, David W and Rogert T. Johnson. 2004. Meaningfuul Assessment: A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon.
Jufri. 2002. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Bahasa. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Keraf, Gorys. 1986. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1995. Terampil Berbahasa Indonesia II. Petunjuk Guru Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kurniawan, Endang. 2005. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Martono, Sugiyo Hadi dkk., 1990. Kosakata Bahasa Tulang Mamak. Jakarta: Depdikbud.
Moeliono, Anton Moedarto. dkk. Eds., 2005. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Narbuko, Cholid dan Adi Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.
Pageyasa, Wayan. 2004. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga Malang melalui Strategi Pemetaan Pikiran”. Tesis. Malang: PPs Universitas Negeri Malang.
Rahiem, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.
106
Rofi’uddin, Ahmad & Zuhdi, Darmiyati. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.
Rofi’uddin, Ahmad. 2002. Rancangan Penelitian Tindakan. Disajikan pada Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif Angkatan V Tahun 1996/1997. Tanggal 14 Oktober s.d. 13 Desember 1996 yang Diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian IKIP Malang. Malang: IKIP malang.
Rusdyana, Dwi. 2010. ”Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di MTsN Batu Malang”. Jurnal. Malang: UMM.
Said D. M., M. Ide. 1991. Diktat Mata Kuliah Keterampilan Membaca. Ujung Pandang: IKIP UP.
Sardiman A.M. 2003. Tugas dan Tanggung Jawab Guru serta Orang Tua dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta : Transito.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedarsono, A. 2006. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju.
Subyakto, Sri Utari dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Sutari, Ide, K.Y. dkk. 1997. Menyimak. Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran Dosen SLTP Setara D-III.
Tarigan, Djago. 1985. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1997. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
107
Wardhani, dkk. 2012. ”Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD 14 Koto Panjang Kecamatan Pauh Kota Padang. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.
Widjono, H. S. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
108
LAMPIRAN
109
Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN MINAT BACA
A. Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda silang (X) salah satu huruf di depan jawaban
yang anda anggap paling benar dari pentanyaan/pernyataan
di bawah ini.
2. Bacalah setiap pertanyaan/pernyataan dengan baik sebelum
menjawab.
3. Tulislah identitas Anda pada tamen yang tersedia.
B. Identitas Responden
N a m a : ……………………….
N I S : ……………………….
Kelas : ……………………….
1. Saya senang dengan pelajaran membaca.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
2. Saya tidak pernah merasa bosan dengan aktivitas membaca.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
110
3. Saya merasakan bahwa membaca merupakan bagian kehidupan
saya yang tidak terpisahkan
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
4. Saya tidak merasa kesulitan dalam menemukan ide pokok bacaan
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
5. Saya menggunakan metode atau teknik tertentu pada saat
membaca
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
6. Saya menyediakan waktu khusus untuk membaca (misalnya 1 hari
2 jam)?
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
7. Saya menyempatkan membaca koran, majalah, dan sejenisnya
baik di rumah maupun di tempat lain
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
8. Saya membuat target buku bacaan yang harus saya baca selama
satu minggu atau satu bulan?
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
111
9. Saya menyisihkan uang untuk membeli buku kesukaan Anda
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
10. Jika teman saya memiliki buku baru, saya meminjamnya.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
11. Saya merasa bahwa pembelajaran membaca memberikan banyak
kepuasan.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
12. Dalam pembelajaran membaca, saya selalu menentukan standar
keberhasilan yang sempurna
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
13. Saya tidak pernah mengaitkan intensitas membaca dengan
penghargaan dari guru.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
14. Saya tetap membacabuku walaupun tanpa adatugas dari sekolah
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
112
15. Berapa banyak jumlah buku, artikel, atau cerita yang pernah Anda
baca?
a. > 1000 judul c. < 300 judul e. < 50 judul
b. < 500 judul d. < 100 judul
113
Lampiran 2
ANGKET PENELITIAN MOTIVASI PEMBELAJARAN MEMBACA
A. Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda silang (X) salah satu huruf di depan jawaban
yang anda anggap paling benar dari pentanyaan/pernyataan
di bawah ini.
2. Bacalah setiap pertanyaan/pernyataan dengan baik sebelum
menjawab.
3. Tulislah identitas Anda pada tamen yang tersedia.
B. Identitas Responden
N a m a : ……………………….
N I S : ……………………….
Kelas : ……………………….
1. Pertama kali saya mengikuti pembelajaran membaca, saya percaya
bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
2. Pada awal pembelajaran membaca, ada sesuatu yang menarik bagi
saya.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
114
3. Materi pembelajaran membaca lebih mudah dipahami daripada yang
saya harapkan.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
4. Setelah membaca informasi, saya yakin bahwa saya mengetahui apa
yang harus saya pelajari dari pembelajaran ini.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
5. Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran membaca membuat
saya merasa puas terhadap hasil yang telah saya capai.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
6. Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran membaca
dengan apa yang telah saya ketahui.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
7. Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran membaca
dengan semua jenis materi.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
8. Materi pembelajaran membaca sangat menarik perhatian.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
115
9. Terdapat cerita, gambar atau contoh yang menunjukkan kepada saya
bagaimana manfaat pembelajaran membaca.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
10. Saya sangat senang pada pembelajaran membaca sehingga saya
ingin mengetahui lebih lanjut pokok bahasan ini.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
11. Pada pembelajaran membaca ada hal-hal yang merangsang rasa
ingin tahu saya.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
12. Pembelajaran membaca relevan dengan kebutuhan saya.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
13. Keanekaragaman pada bacaan, tugas, ilustrasi dan lainlainnya
memukau perhatian saya pada pembelajaran.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
116
14. Membaca memperoleh banyak ilmu sehingga saya dapat
menghubungkan isi pembelajaran ini dengan hal-hal yang telah saya
lihat, saya lakukan, atau saya pikirkan di dalam kehidupan sehari-hari.
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
15. Saya meyakini bahwa sering membaca berarti selalu mau maju dan
berkembang
a. Sangat setuju c. Agak setuju/Ragu-ragu e. Tidak setuju
b. Setuju d. Kurang setuju
117
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN PENGUASAAN KOSAKATA
A. Identitas Responden
N a m a : ……………………….
N I S : ……………………….
Kelas : ……………………….
B. Tuliskan arti istilah berikut ini!
1. geng motor 2. proaktif 3. narkoba 4. korupsi 5. koruptor 6. caleg 7. tersangka 8. intelektual 9. kutu buku 10. prestasi
C. Tuliskan sinonim pada kata bercetak miring dalam kalimat berikut!
1. Zaman sekarang, setia murid diharapkan memiliki kreativitas dalam segala aspek.
2. Setiap Caleg tidak boleh pesimis melihat hasil perhitungan suara sementara.
3. Murid di SD Butng II rata-rata memiliki talenta bermain musik.
4. Jika Anda terbiasa lalai sejak kecil dalam melaksanakan shalat, maka akan berlanjut sampai usia tua.
5. Dia selalu mendapat peringkat di kelasnya karena memiliki kompetensi menjawab soal ujian pada semua mata pelajaran.
118
D. Tuliskan antonim pada kata-kata berikut!
1. optimis
2. jujur
3. pandai
4. update
5. kuno
119
Lampiran 4. Kunci Jawaban Tes Penguasaan Kosakata
A. Arti istilah berikut ini:
1. Geng motor: bentuk perkumpulan bagi anak remaja
yang selalu melakukan balapan liar dan
aksi kekerasan dan kejahatan
2. Proaktif: Sangat aktif/lebih aktif
3. Narkoba: bahan konsumsi haram yang
mengandung unsur narkotika dan obat
terlarang
4. Korupsi: penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan dsb) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
5. Koruptor: orang yang menyelewengkan atau
menyalahgunakan uang negara
(perusahaan dsb) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.
6. Caleg: Orang mencalonkan diri menjadi
anggota legislatif
7. Tersangka: Pelaku kejahatan
8. Intelektual: Cerdas, berakal, dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan serta
mempunyai kecerdasan tinggi;
cendekiawan; totalitas pengertian atau
kesadaran, terutama yg menyangkut
pemikiran dan pemahaman
9. Kutu buku: Rajin membaca
10. Prestasi: Hasil dan nilai memuaskan yang dicapai
sebagai efek dari tindakan
120
B. Sinonim pada kata bercetak miring pada kalimat berikut!
1. Zaman sekarang, setia murid diharapkan memiliki kreativitas
dalam segala aspek. Kreativitas: kemampuan untuk mencipta; daya cipta; 2 perihal
berkreasi; kekreatifan 2. Setiap Caleg tidak boleh pesimis melihat hasil perhitungan
suara sementara.
Pesimis: Putus harapan, kurang yakin akan berhasil 3. Murid di SD Butng II rata-rata memiliki talenta bermain
musik.
Talenta: Bakat, kemampuan 4. Jika Anda terbiasa lalai sejak kecil dalam melaksanakan
shalat, maka akan berlanjut sampai usia tua.
Lalai: Ceroboh, kurang teliti 5. Dia selalu mendapat peringkat di kelasnya karena memiliki
kompetensi menjawab soal ujian pada semua mata
pelajaran. Kompetensi: kemampuan, keterampilan
C. Antonim pada kata-kata berikut!
1. Optimis: Pesimis
2. Jujur: Bohong
3. Pandai: Bodoh
4. Update: Lama, Zaman dulu
5. Kuno: Modern
121
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Materi: Berbicara
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : VI (enam) Tahun Pelajaran : 2013 / 2014 Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Memberikan informasi dan tanggapan lisan Kompetensi Dasar :
2.1 Menyampaikan pesan / informasi yang diperoleh dari berbagai Media dengan bahasa yang runtut, baik dan benar.
Indikator : 1. Murid dapat menjelaskan isi / maksud gambar yang disajikan
dengan bahasa yang runtut, baik dan benar. 2. Menanggapi (memuji sesuatu hal yang terdapat pada gambar
disertai alasan dengan bahasa yang santun A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan isi / maksud gambar yang disajikan dengan bahasa yang runtut, baik dan benar.
2. Peserta didik dapat menanggapi (memuji sesuatu hal yang terdapat pada gambar disertai alas an dengan bahasa yang santun
B. Materi Ajar Berbicara
C. Metode Pembelajaran - Pembelajaran PAIKEM - Metode pemberian tugas - Metode tanya jawab
D. Kegiatan Pembelajaran
Skenario Pembelajaran Nilai Karakter a. Kegiatan Awal
- Guru memeriksa kesiapan peserta didik
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Disiplin Rasa ingin tahu
122
b. Kegiatan Inti a) Eksplorasi - Peserta didik
Mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran yang akan dicapai.
- Guru menampilkan / memperlihatkan beberapa media gambar yang menarik kepada peserta didik.
b) Elaborasi - Secara individu peserta didik dapat
menjelaskan isi / maksud gambar yang disajikan dengan bahasa yang runtut, baik dan benar.
- Secara individu peserta didik dapat menanggapi (memuji sesuatu hal yang terdapat pada gambar disertai alasan dengan bahasa yang santun)
- Secara individu peserta didik dapat menanggapi (mengkritik) sesuatu hal yang terdapat pada gambar disertai alasan dengan bahasa yang santun.
c) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi guru:
- Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui murid
- Guru bersama murid melakukananya jawab meluruskan kesalah pahaman
- Memberikan penguatan dan merumuskan kesimpulan.
c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, Guru merefleksi pembelajaran, motivasi dan penugasan
E. Media dan Sumber Belajar
- Media : Flash card tentang Geng Motor dan tawuran, `Sumber Belajar : Koran, dan Buku Belajar Aktif Bahasa Indonesia Kelas VI hal. 47.
- KTSP 2006
123
F. Penilaian Penilaian yang digunakan adalah Penilaian Proses. Tes yang digunakan adalah tes perbuatan tentang keterampilan berbicara. Makassar, Mei 2014 Guru Kelas Peneliti Sohoda, S. Pd. Sahariah, S. Pd.
Diketahui
Kepala Sekolah,
Muhtar, S. Pd.
124
Format Penilaian Berbicara Kompetensi Dasar : Menyampaikan informasi / pesan yang
diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik dan benar.
Kelas : VI (enam) Media : Flash Card tentang Geng Motor dan tawuran
No Kode
Peserta Didik
Jumlah Pilihan Kata
(1 – 5)
Lafal (1 – 3)
Irama (1 – 3)
Jeda (1 – 3)
Mimik (1 – 3)
Gerak-gerik
(1 – 3) Jumlah
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 010
11 011
12 012
13 013
14 014
15 015
16 016
17 017
18 018
19 019
20 020
21 021
Bersambung….
125
22 022
23 023
24 024
25 025
26 026
27 027
28 028
29 029
30 030
31 031
32 032
33 033
34 034
35 035
36 036
37 037
38 038
39 039
40 040
Keterangan: Skor Maksimal = 20
Nilai = 100xMaksimalSkorPerolehanSkor
Sambungan tabel lampiran penilaian
126
Lampiran 6. Skor Minat Baca
No. Item/Soal Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 50 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 55 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 55 6 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 54 7 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 52 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 56 9 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 65
10 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 73 11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 70 12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 74 13 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 66 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 15 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 16 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 17 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 55 18 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 19 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 56 21 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 22 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 53 23 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 56 24 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 50 25 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 62 26 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 57 27 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 72 28 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 62 29 4 4 4 4 3 3 3 5 5 3 4 4 4 3 4 57 30 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 68 31 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 68 32 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 54 33 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 34 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 64 35 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 36 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 56 38 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 39 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 53 40 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 56
127
Konversi Skor Minat Baca ke dalam Nilai Skala 1-100
No. Skor Nilai
1 50 66.6 2 52 69.3 3 50 66.6 4 55 73.3 5 55 73.3 6 54 72 7 52 69.3 8 56 74.6 9 65 86.6
10 73 97.3 11 70 93.3 12 74 98.6 13 66 88 14 75 100 15 64 85.3 16 64 85.3 17 55 73.3 18 64 85.3 19 64 85.3 20 56 74.6 21 64 85.3 22 53 70.6 23 56 74.6 24 50 66.6 25 62 82.6 26 57 76 27 72 96 28 62 82.6 29 57 76 30 68 90.6 31 68 90.6 32 54 72 33 64 85.3 34 64 85.3 35 64 85.3 36 64 85.3 37 56 74.6 38 64 85.3 39 53 70.6 40 56 74.6
Skor Maksimal = 75 Nilai = SkorPerolehan/Skor MaksimalX100
128
Lampiran 7. Data Skor Motivasi Membaca No. Urt Sampel
Item Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 55 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 6 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 62 7 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 57 8 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 9 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61
10 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 11 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 12 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 13 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 56 14 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 58 15 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 16 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 17 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 18 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 19 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 20 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 21 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 5 4 62 22 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 54 23 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 3 4 54 24 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 57 25 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 3 4 54 26 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 3 4 4 60 27 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 57 28 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 54 29 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 5 4 62 30 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 56 31 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 3 4 54 32 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 69 33 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 64 34 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 5 4 62 35 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 58 36 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 37 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 38 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55 39 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 4 61 40 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 55
129
Konversisi Skor Motivasi Membaca ke dalam Nilai Skala 1-100
No. Skor Nilai
1 55 73.3 2 55 73.3 3 57 76 4 55 73.3 5 61 81.3 6 62 82.6 7 57 76 8 55 73.3 9 61 81.3
10 61 81.3 11 55 73.3 12 61 81.3 13 56 74.6 14 58 77.3 15 55 73.3 16 61 81.3 17 55 73.3 18 61 81.3 19 55 73.3 20 55 73.3 21 62 82.6 22 54 72 23 54 72 24 57 76 25 54 72 26 60 80 27 57 76 28 54 72 29 62 82.6 30 56 74.6 31 54 72 32 69 92 33 64 85.3 34 62 82.6 35 58 77.3 36 55 73.3 37 61 81.3 38 55 73.3 39 61 81.3 40 55 73.3
Skor Maksimal = 75 Nilai = SkorPerolehan/Skor MaksimalX100
130
Lampiran 8. Nilai Penguasaan Kosakata No. Kode Sampel Nilai
1 01 88 2 02 74 3 03 79 4 04 85 5 05 90 6 06 88 7 07 85 8 08 77 9 09 87
10 010 86 11 011 80 12 012 75 13 013 86 14 014 79 15 015 85 16 016 82 17 017 70 18 018 79 19 019 86 20 020 90 21 021 89 22 022 89 23 023 78 24 024 90 25 025 78 26 026 79 27 027 91 28 028 70 29 029 89 30 030 90 31 031 72 32 032 80 33 033 71 34 034 75 35 035 80 36 036 88 37 037 80 38 038 77 39 039 90 40 040 83
131
Lampiran 9. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara
Kompetensi Dasar : Menyampaikan informasi / pesan yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik dan benar.
Skor Perolehan Keterampilan Berbicara
No Kode
Peserta Didik
Jumlah Pilihan Kata
(1 – 5)
Lafal (1 – 3)
Irama (1 – 3)
Jeda (1 – 3)
Mimik (1 – 3)
Gerak-gerik
(1 – 3) Jumlah
1 01 5 3 2 3 2 3 18 2 02 4 3 2 2 2 2 15 3 03 4 2 2 3 2 1 14 4 04 4 3 2 2 2 1 14 5 05 5 3 3 3 2 2 18 6 06 4 3 3 2 2 2 16 7 07 4 3 2 2 2 1 14 8 08 4 3 2 2 1 2 14 9 09 5 3 3 2 2 2 17
10 010 5 3 2 3 2 2 17 11 011 4 3 2 2 2 2 15 12 012 4 3 2 2 2 2 15 13 013 5 3 3 3 3 2 19 14 014 4 3 2 2 1 1 14 15 015 4 3 2 3 2 2 16 16 016 4 3 2 3 2 2 16 17 017 4 3 3 2 2 2 16 18 018 5 3 3 3 2 2 18 19 019 4 3 3 2 2 2 16 20 020 4 3 2 3 2 2 16 21 021 4 3 2 3 2 2 16 22 022 5 3 3 3 2 2 18 23 023 4 3 2 3 2 2 16 24 024 4 3 3 2 2 2 16 25 025 4 3 2 2 2 2 15 26 026 5 3 3 3 3 2 19 27 027 4 3 2 2 1 1 14 28 028 4 3 2 3 2 2 16 29 029 4 3 2 3 2 2 16 30 030 5 3 3 3 2 2 18 31 031 4 3 3 2 2 2 16 32 032 4 3 2 2 2 1 14 33 033 4 3 2 2 1 2 14
Bersambung….
132
34 034 5 3 3 2 2 2 17 35 035 5 3 2 3 2 2 17 36 036 4 3 3 3 3 2 18 37 037 5 3 3 2 2 2 17 38 038 5 3 2 3 2 2 17 39 039 4 3 3 3 3 2 18 40 040 5 3 3 2 2 2 17
Sambungan tabel lampiran 8
133
Konversi Skor ke dalam Nilai Berskala 1-100
No Kode Peserta Didik Skor Nilai
1 01 18 90 2 02 15 75 3 03 14 70 4 04 14 70 5 05 18 90 6 06 16 80 7 07 14 70 8 08 14 70 9 09 17 85
10 010 17 85 11 011 15 75 12 012 15 75 13 013 19 95 14 014 14 70 15 015 16 80 16 016 16 80 17 017 16 80 18 018 18 90 19 019 16 80 20 020 16 80 21 021 16 80 22 022 18 90 23 023 16 80 24 024 16 80 25 025 15 75 26 026 19 95 27 027 14 70 28 028 16 80 29 029 16 80 30 030 18 90 31 031 16 80 32 032 14 70 33 033 14 70 34 034 17 85 35 035 17 85 36 036 18 90 37 037 17 85 38 038 17 85 39 039 18 90 40 040 17 85
134
Lampiran 10. Analisis Deskriptif Tiap Variabel Statistics
Minat Baca
Motivasi Membaca
Penguasaan Kosakata
Keterampilan Berbicara
N Valid 40 40 40 40 Missing 0 0 0 0
Mean 80.69 77.14 82.25 80.88 Median 82.60 76.00 82.50 80.00 Std. Deviation 9.433 4.751 6.324 7.501
Variance 88.987 22.576 39.987 56.266 Minimum 67 72 70 70 Maximum 100 92 91 95 Sum 3228 3086 3290 3235
135
Frequency Table Minat Baca
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 100 1 2.5 2.5 2.5
99 1 2.5 2.5 5.0 97 1 2.5 2.5 7.5 96 1 2.5 2.5 10.0 93 1 2.5 2.5 12.5 91 2 5.0 5.0 17.5 88 1 2.5 2.5 20.0 87 1 2.5 2.5 22.5 85 10 25.0 25.0 47.5 83 2 5.0 5.0 52.5 76 2 5.0 5.0 57.5 75 5 12.5 12.5 70.0 73 3 7.5 7.5 77.5 72 2 5.0 5.0 82.5 71 2 5.0 5.0 87.5 69 2 5.0 5.0 92.5 67 3 7.5 7.5 100.0 Total 40 100.0 100.0
136
Motivasi Membaca
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 92 1 2.5 2.5 2.5
85 1 2.5 2.5 5.0 83 4 10.0 10.0 15.0 81 8 20.0 20.0 35.0 80 1 2.5 2.5 37.5 77 2 5.0 5.0 42.5 76 4 10.0 10.0 52.5 75 2 5.0 5.0 57.5 73 12 30.0 30.0 87.5 72 5 12.5 12.5 100.0 Total 40 100.0 100.0
137
Penguasaan Kosakata
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 91 1 2.5 2.5 2.5
90 5 12.5 12.5 15.0 89 3 7.5 7.5 22.5 88 3 7.5 7.5 30.0 87 1 2.5 2.5 32.5 86 3 7.5 7.5 40.0 85 3 7.5 7.5 47.5 83 1 2.5 2.5 50.0 82 1 2.5 2.5 52.5 80 4 10.0 10.0 62.5 79 4 10.0 10.0 72.5 78 2 5.0 5.0 77.5 77 2 5.0 5.0 82.5 75 2 5.0 5.0 87.5 74 1 2.5 2.5 90.0 72 1 2.5 2.5 92.5 71 1 2.5 2.5 95.0 70 2 5.0 5.0 100.0 Total 40 100.0 100.0
138
Keterampilan Berbicara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 95 2 5.0 5.0 5.0
90 7 17.5 17.5 22.5 85 7 17.5 17.5 40.0 80 12 30.0 30.0 70.0 75 4 10.0 10.0 80.0 70 8 20.0 20.0 100.0 Total 40 100.0 100.0
139
Pie Chart
67697172737576838587889193969799100
Minat Baca
72737576778081838592
Motivasi Membaca
140
707172747577787980828385868788899091
Penguasaan Kosakata
707580859095
Keterampilan Berbicara
141
Lampiran 11. Analisis Regresi Variabel X terhadap Y Regression Minat Baca (X1) terhadap Keterampilan Berbicara (Y) Descriptive Statistics
Mean Std.
Deviation N Keterampilan Berbicara 80.88 7.501 40
Minat Baca 80.69 9.433 40 Correlations
Keterampilan
Berbicara Minat Baca
Pearson Correlation
Keterampilan Berbicara 1.000 -.031
Minat Baca -.031 1.000 Sig. (1-tailed) Keterampilan
Berbicara . .424
Minat Baca .424 . N Keterampilan
Berbicara 40 40
Minat Baca 40 40 Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Minat Baca(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
142
Model Summary(b)
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
R Square Change
F Change df1 df2
1 .031(a) .001 -.025 7.595 .001 .037 1 38 .848 a Predictors: (Constant), Minat Baca b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara ANOVA(b) Model
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 2.143 1 2.143 .037 .848(a)
Residual 2192.232 38 57.690
Total 2194.375 39
a Predictors: (Constant), Minat Baca b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B
Std. Error
1 (Constant) 82.880 10.473 7.914 .000
Minat Baca -.025 .129 -.031 -.193 .848
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
143
Residuals Statistics(a)
Minimu
m Maximu
m Mean Std.
Deviation N Predicted Value 80.40 81.23 80.88 .234 40 Std. Predicted Value -2.047 1.494 .000 1.000 40
Standard Error of Predicted Value 1.226 2.764 1.652 .400 40
Adjusted Predicted Value 79.93 82.23 80.94 .508 40
Residual -11.225 14.307 .000 7.497 40 Std. Residual -1.478 1.884 .000 .987 40 Stud. Residual -1.543 1.923 -.004 1.015 40 Deleted Residual -12.231 14.909 -.065 7.937 40 Stud. Deleted Residual -1.572 1.997 -.004 1.031 40
Mahal. Distance .041 4.189 .975 1.027 40 Cook's Distance .000 .165 .030 .037 40 Centered Leverage Value .001 .107 .025 .026 40
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
144
Charts
Regression Standardized Residual210-1-2
Freq
uenc
y
12
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Mean =-4.11Std. Dev. =
N =40
145
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
146
Regression Standardized Predicted Value10-1-2-3
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed D
elet
ed (P
ress
) R
esid
ual
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
147
Regression Standardized Predicted Value10-1-2-3
Ket
eram
pila
n B
erbi
cara
95
90
85
80
75
70
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
148
Regression Motivasi Membaca (X2) terhadap Keterampilan Berbicara (Y) Descriptive Statistics
Mean Std.
Deviation N Keterampilan Berbicara 80.88 7.501 40
Motivasi Membaca 77.14 4.751 40 Correlations
Keterampilan
Berbicara
Motivasi Membac
a Pearson Correlation
Keterampilan Berbicara 1.000 -.035
Motivasi Membaca -.035 1.000 Sig. (1-tailed) Keterampilan
Berbicara . .414
Motivasi Membaca .414 . N Keterampilan
Berbicara 40 40
Motivasi Membaca 40 40 Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Motivasi Membaca(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
149
Model Summary(b)
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
R Square Change
F Change df1 df2
1 .035(a) .001 -.025 7.594 .001 .048 1 38 .828
a Predictors: (Constant), Motivasi Membaca b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara ANOVA(b) Model
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 2.762 1 2.762 .048 .828(a)
Residual 2191.613 38 57.674
Total 2194.375 39
a Predictors: (Constant), Motivasi Membaca b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B
Std. Error
1 (Constant) 85.195 19.779 4.307 .000 Motivasi Membaca -.056 .256 -.035 -.219 .828
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
150
Residuals Statistics(a)
Minimu
m Maximu
m Mean Std.
Deviation N Predicted Value 80.04 81.16 80.88 .266 40 Std. Predicted Value -3.128 1.081 .000 1.000 40
Standard Error of Predicted Value 1.201 3.989 1.640 .445 40
Adjusted Predicted Value 80.20 83.87 80.97 .627 40
Residual -11.090 14.285 .000 7.496 40 Std. Residual -1.460 1.881 .000 .987 40 Stud. Residual -1.554 1.914 -.005 1.015 40 Deleted Residual -13.869 14.793 -.091 7.951 40 Stud. Deleted Residual -1.585 1.987 -.005 1.030 40
Mahal. Distance .001 9.784 .975 1.522 40 Cook's Distance .000 .460 .032 .073 40 Centered Leverage Value .000 .251 .025 .039 40
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
151
Charts
Regression Standardized Residual210-1-2
Freq
uenc
y
12
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Mean =-6.37Std. Dev. =
N =40
152
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
153
Regression Standardized Predicted Value10-1-2-3-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed D
elet
ed (P
ress
) R
esid
ual
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
154
Regression Standardized Predicted Value10-1-2-3-4
Ket
eram
pila
n B
erbi
cara
95
90
85
80
75
70
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
155
Regression Standardized Predicted Value10-1-2-3-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed D
elet
ed (P
ress
) R
esid
ual
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
156
Regression Standardized Predicted Value10-1-2-3-4
Ket
eram
pila
n B
erbi
cara
95
90
85
80
75
70
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
157
Regression Penguasaan Kosakata (X3) terhadap Keterampilan Berbicara (Y) Descriptive Statistics
Mean Std.
Deviation N Keterampilan Berbicara 80.88 7.501 40
Penguasaan Kosakata 82.25 6.324 40
Correlations
Keterampilan
Berbicara Penguasaan Kosakata
Pearson Correlation
Keterampilan Berbicara 1.000 .309
Penguasaan Kosakata .309 1.000
Sig. (1-tailed) Keterampilan Berbicara . .026
Penguasaan Kosakata .026 .
N Keterampilan Berbicara 40 40
Penguasaan Kosakata 40 40
158
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Penguasaan Kosakata(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara Model Summary(b)
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
R Square Change
F Change df1 df2
1 .309(a) .095 .072 7.228 .095 4.006 1 38 .053 a Predictors: (Constant), Penguasaan Kosakata b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara ANOVA(b) Model
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 209.251 1 209.251 4.006 .053(a)
Residual 1985.124 38 52.240
Total 2194.375 39
a Predictors: (Constant), Penguasaan Kosakata b Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
159
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B
Std. Error
1 (Constant) 50.747 15.097 3.361 .002 Penguasaan Kosakata .366 .183 .309 2.001 .053
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara Residuals Statistics(a)
Minimu
m Maximu
m Mean Std.
Deviation N Predicted Value 76.39 84.08 80.87 2.316 40 Std. Predicted Value -1.937 1.384 .000 1.000 40
Standard Error of Predicted Value 1.144 2.517 1.575 .367 40
Adjusted Predicted Value 75.89 85.21 80.87 2.369 40
Residual -14.080 15.315 .000 7.134 40 Std. Residual -1.948 2.119 .000 .987 40 Stud. Residual -2.025 2.153 .001 1.010 40 Deleted Residual -15.207 15.818 .008 7.470 40 Stud. Deleted Residual -2.115 2.268 -.001 1.029 40
Mahal. Distance .002 3.753 .975 .971 40 Cook's Distance .000 .164 .023 .029 40 Centered Leverage Value .000 .096 .025 .025 40
a Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
160
Charts
Regression Standardized Residual3210-1-2
Freq
uenc
y
12
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
Mean =-5.1Std. Dev. =
N =40
161
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
162
Regression Standardized Predicted Value10-1-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed D
elet
ed (P
ress
) R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
163
Regression Standardized Predicted Value10-1-2
Ket
eram
pila
n B
erbi
cara
95
90
85
80
75
70
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
164
Regression Standardized Predicted Value10-1-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed D
elet
ed (P
ress
) R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
165
Regression Standardized Predicted Value10-1-2
Ket
eram
pila
n B
erbi
cara
95
90
85
80
75
70
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
166
Regression Standardized Predicted Value10-1-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed D
elet
ed (P
ress
) R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara
167
Regression Standardized Predicted Value10-1-2
Ket
eram
pila
n B
erbi
cara
95
90
85
80
75
70
Scatterplot
Dependent Variable: Keterampilan Berbicara