pengaruh karakteristik perusahaan dan good corporate

15
1 PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA VIVIN SHERLITA TJHAI FUNG JIN Trisakti School of Management, Jl. Kyai Tapa No. 20 Jakarta 11440, Indonesia [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence regarding the effect of firm characteristics and good corporate governance on earnings management. Firm characteristics consist of firm size, financial leverage, firm age, audit quality, and profitability. Good corporate governance consist of institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner, board size, and audit committee. The object of this research is non-financial companies listed on Indonesia Stock Exchange during 2017-2019. Based on the purposive sampling method, there are 122 companies that meet the criteria with total of 366 data. This study analyzed the data using multiple regression method. The results of this study indicate that the financial leverage has an effect on earnings management. However, firm size, firm age, audit quality, profitability, institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner, board size, and audit committee have no effect on earnings management. Keywords: Earnings Management, Firm Chararacteristics, Good Corporate Governance, Financial Leverage. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empris mengenai pengaruh karakteristik perusahaan dan good corporate governance terhadap manajemen laba. Karakteristik perusahaan terdiri dari ukuran perusahaan, financial leverage, umur perusahaan, kualitas audit, dan profitabilitas. Good corporate governance terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independent commissioner, board size, dan komite audit. Objek penelitian ini merupakan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2017-2019. Berdasarkan metode purposive sampling, terdapat 122 perusahaan yang memenuhi kriteria dengan jumlah 366 data. Penelitian ini menganalisis data menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun, ukuran perusahaan, umur perusahaan, kualitas audit, profitabilitas, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independent commissioner, board size, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kata kunci: Manajemen Laba, Karakteristik Perusahaan, Good Corporate Governance, Financial Leverage. PENDAHULUAN Dunia bisnis semakin ketat dengan persaingan sehingga manajemen harus mengerahkan segala upayanya dalam mengelola perusahaan secara optimal agar dapat bertahan dan melewati segala tantangan yang ada. Manajemen berupaya untuk memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak melalui laporan keuangan. Adapun laporan keuangan berisikan mengenai baik atau buruknya kinerja dan kondisi perusahaan pada periode tertentu (Almalita 2017).

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

1

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

MANAJEMEN LABA

VIVIN SHERLITA TJHAI FUNG JIN

Trisakti School of Management, Jl. Kyai Tapa No. 20 Jakarta 11440, Indonesia

[email protected]

Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence regarding the effect of firm characteristics and good corporate governance on earnings management. Firm characteristics consist of firm size, financial leverage, firm age, audit quality, and profitability. Good corporate governance consist of institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner, board size, and audit committee. The object of this research is non-financial companies listed on Indonesia Stock Exchange during 2017-2019. Based on the purposive sampling method, there are 122 companies that meet the criteria with total of 366 data. This study analyzed the data using multiple regression method. The results of this study indicate that the financial leverage has an effect on earnings management. However, firm size, firm age, audit quality, profitability, institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner, board size, and audit committee have no effect on earnings management. Keywords: Earnings Management, Firm Chararacteristics, Good Corporate Governance, Financial Leverage. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empris mengenai pengaruh karakteristik perusahaan dan good corporate governance terhadap manajemen laba. Karakteristik perusahaan terdiri dari ukuran perusahaan, financial leverage, umur perusahaan, kualitas audit, dan profitabilitas. Good corporate governance terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independent commissioner, board size, dan komite audit. Objek penelitian ini merupakan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2017-2019. Berdasarkan metode purposive sampling, terdapat 122 perusahaan yang memenuhi kriteria dengan jumlah 366 data. Penelitian ini menganalisis data menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun, ukuran perusahaan, umur perusahaan, kualitas audit, profitabilitas, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independent commissioner, board size, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kata kunci: Manajemen Laba, Karakteristik Perusahaan, Good Corporate Governance, Financial Leverage. PENDAHULUAN

Dunia bisnis semakin ketat dengan

persaingan sehingga manajemen harus mengerahkan segala upayanya dalam mengelola perusahaan secara optimal agar dapat bertahan dan melewati segala tantangan

yang ada. Manajemen berupaya untuk memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak melalui laporan keuangan. Adapun laporan keuangan berisikan mengenai baik atau buruknya kinerja dan kondisi perusahaan pada periode tertentu (Almalita 2017).

Page 2: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

2

Laporan keuangan dapat dimanfaatkan oleh investor sebagai acuan untuk memutuskan investasi modal terhadap perusahaan (Nurlis 2016). Oleh sebab itu, laporan keuangan menjadi media yang diperhatikan oleh penggunanya. Hal ini seringkali dimanfaatkan oleh manajemen untuk memenuhi kepentingan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya sehingga cenderung ingin menyampaikan laporan keuangan yang dipercantik. Selain itu, manajemen juga memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan yang memicu timbulnya asimetri informasi. Asimetri informasi akan mengakibatkan manajemen memberikan informasi minim yang menyesatkan pengguna laporan keuangan (Utari dan Sari 2016). Kepentingan manajemen dan asimetri informasi tersebut dapat menimbulkan terjadinya manipulasi terhadap laporan keuangan yang disebut manajemen laba.

Manajemen laba menyebabkan relevansi informasi laporan keuangan tidak dapat diandalkan bahkan mengecoh penggunanya sehingga tidak dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan (Nurlis 2016). Segala informasi yang disampaikan menjadi bias dan berbeda dari kenyataan sebenarnya sehingga menimbulkan kerugian bagi para pengguna. Salah satu cara pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen laba dapat dilakukan dengan penerapan good corporate governance yang membantu memastikan bahwa manajemen bertindak atas dasar kepentingan pemegang saham (Zutter dan Smart 2019, 74).

Di Indonesia salah satu kasus manajemen laba terjadi di perusahaan Garuda Indonesia. Laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018 melaporkan laba bersih senilai USD 809,85 ribu. Terlihat kenaikan signifikan dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2017 yang melaporkan rugi USD 216,5 juta. Dua komisarisnya, yaitu Dony Oskaria dan Chairal Tanjung berpendapat bahwa laporan keuangan tahun 2018 tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK). Ketidaksesuaian tersebut dikarenakan pencatatan utang PT Mahata Aero Teknologi sebesar USD 239 juta pada kolom pendapatan. Sanksi denda senilai Rp 100 Juta diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada Garuda Indonesia dan masing-masing direksinya. Selain itu, sanksi denda senilai Rp 250 juta juga diberikan oleh Bursa Efek Indonesia (Hartomo 2019).

Motivasi penelitian ini didasari oleh banyak kasus lainnya di indonesia yang terkait dengan manajemen laba. Selain itu, peneliti berharap dapat memberikan kontribusi dan informasi yang berguna mengenai manajemen laba bagi pihak yang memerlukannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, financial leverage, umur perusahaan, kualitas audit, profitabilitas) dan good corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independent commissioner, board size, komite audit) terhadap manajemen laba. Agency Theory

Agency theory menggambarkan adanya suatu hubungan keagenan yang timbul ketika prinsipal melakukan perikatan dengan agen (Jensen dan Meckling 1976). Prinsipal merupakan pihak yang memberikan amanah kepada agen untuk mengambil keputusan berdasarkan pada kepentingannya. Sebaliknya, agen merupakan pihak yang menjalankan amanah yang diberikan demi kepentingan prinsipal. Ketika agen mengambil keputusan yang menyimpang dari kepentingan prinsipal, maka akan terjadinya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga munculnya masalah keagenan (Godfrey et al. 2010, 362). Masalah keagenan juga dapat timbul karena adanya asimetri informasi, yaitu agen memiliki informasi yang lebih luas dibandingkan prinsipal mengenai perusahaan. Hal ini menyebabkan agen hanya mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kesejahteraannya agar

Page 3: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

3

kepentingannya terpenuhi (Yuliana dan Trismawati 2015).

Masalah keagenan menyebabkan timbulnya biaya keagenan, yaitu a) monitoring cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal dalam upaya melakukan pengawasan terhadap agen, b) bonding cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin dirinya bertindak atas kepentingan prinsipal, c) residual loss adalah biaya yang timbul karena agen membuat keputusan yang bertentangan dengan kepentingan prinsipal sehingga berpengaruh terhadap pencapaian kesejahteraan prinsipal (Jensen dan Meckling 1976). Masalah keagenan dapat mempengaruhi agen untuk melakukan tindakan yang hanya berdampak terhadap kepentingannya. Hal ini akan memicu manipulasi terhadap laporan keuangan yang disebut manajemen laba. Signalling Theory

Signalling theory menjelaskan mengenai fakta bahwa investor eksternal tidak memiliki pengetahuan seluas insider (karyawan dan direktur) perusahaan tentang cara kerja saat ini dan prospek perusahaan kedepannya. Hal ini memicu terjadinya asimetri informasi sehingga investor sulit untuk melakukan penilaian secara objektif terhadap kualitas perusahaan (Megginson 1997, 19). Asimetri informasi menyebabkan pernyataan manajer tidak dapat diandalkan karena setiap perusahaan akan mengklaim memiliki profitabilitas dan prospek perkembangan yang baik. Oleh sebab itu, investor akan memberikan penilaian bahwa semua perusahaan memiliki saham dengan kualitas di bawah rata-rata, kondisi ini disebut sebagai pooling equilibrium (Megginson 1997, 19).

Manajer berupaya untuk memberikan sinyal tentang harapan dimasa mendatang melalui laporan keuangan agar investor dapat memberikan penilaian yang berbeda terhadap perusahaan. Ketika investor eksternal menangkap sinyal yang diberikan dan mampu

membedakan perusahaan berkualitas tinggi dan rendah, maka akan timbul kondisi yang disebut sebagai separating equilibrium (Megginson 1997, 20). Kondisi ini dapat meningkatkan harga saham perusahaaan sehingga kepentingan manajer untuk meningkatkan kesejahteraaannya terpenuhi (Godfrey et al. 2010, 376).

Salah satu bagian laporan keuangan yang dapat dikirimkan sebagai sinyal, yaitu laba. Laba dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai prospek perusahaan kepada investor. Hal ini menyebabkan laba cenderung dipercantik agar terlihat menarik di mata investor. Laba yang cantik tersebut dikirimkan sebagai sinyal agar perusahaan dinilai berkualitas lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Good Corporate Governance

Good corporate governance dapat mengatur serta mengendalikan hak dan kewajiban sehubungan dengan pengelola perusahan, pemegang saham, karyawan, kreditur, pemerintah, dan para pemegang kepentingan internal maupun eksternal dengan tujuan agar semua pihak memperoleh nilai tambah (FCGI 2001,1). Penerapannya dapat digunakan untuk mengurangi biaya keagaenan dan membantu memastikan manajemen bertindak atas dasar kepentingan pemegang saham karena dapat mengontrol dan mengatur agar perusahaan dijalankan secara hukum dan etis berdasarkan peraturan yang berlaku (Zutter dan Smart 2019, 74). Oleh karena itu, diharapkan hal ini dapat menjaga hak-hak dan kewajiban para pihak yang berkepentingan sehingga dapat membatasi tindakan manajemen laba dalam laporan keuangan (Siregar 2017). Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajer terhadap variabel akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mencapai

Page 4: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

4

beberapa tujuan tertentu terkait pelaporan laba �6FRWW�GDQ�2¶%ULHQ�����, 448). Manajemen laba dapat dilakukan dengan beberapa pola yang terdiri dari a) taking a bath, masalah organisasi atau restrukturisasi yang dialami perusahaan akan membuat kecenderungan manajemen untuk melaporkan kerugiannya pada saat ini agar dapat melaporkan laba di masa yang akan datang, b) income minimization, pola ini dipilih oleh perusahaan yang sedang berada di periode dengan profitabilitas yang tinggi atau ketika berusaha melindungi diri dari persaingan asing dengan memperkecil laba untuk tujuan tertentu, misalnya agar terhindar dari pengenaan pajak yang terlalu besar, c) income maximization, pola ini meningkatkan laba untuk kepentingan tertentu, seperti untuk mendapatkan bonus dan menghindari pelanggaran kontrak utang, d) income smoothing, perusahaan melakukan kombinasi penurunan dan peningkatan laba yang bertujuan agar laba yang dihasilkan oleh perusahaan kelihatan stabil dari satu periode ke periode lainnya (Scott dan 2¶%ULHQ� ����, 450-451). Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba

Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk menganalisis dan menilai kinerja suatu perusahaan sehingga investor dapat mempertimbangkan tingkat risiko dalam berinvestasi (Astari dan Suryanawa 2017). Ukuran perusahaan diyakini memiliki dampak terhadap tindakan manajemennya sehingga dapat dijadikan sebagai suatu indikasi dalam melihat praktik manajemen laba. Perusahaan yang berukuran besar memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba agar menghindari laba yang berfluktuasi sedangkan perusahaan kecil cenderung melakukan manajemen laba untuk menarik investor (Santana dan Wira 2016). Ha1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.

Financial Leverage dan Manajemen Laba Financial leverage berkaitan dengan

utang dalam struktur modal yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan (Chandra dan Djashan 2018). Jika financial leverage semakin tinggi, semakin besar pula utang perusahaan. Perusahaan dengan financial leverage yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba agar menghindari pelanggaran perjanjian utang (Wiyadi et al. 2015). Tingginya financial leverage mengesankan bahwa tidak tepatnya penerapan strategi perusahaan dikarenakan adanya pengawasan yang lemah dalam suatu perusahaan (Mahawyahrti dan Budiasih 2016). Ha2: Financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Umur Perusahaan dan Manajemen Laba

Umur perusahaan dapat menunjukkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya sehingga dianggap memiliki dampak terhadap praktik manajemen laba (Felicya dan Sutrisno 2020). Perusahaan yang sudah lama berdiri cenderung memiliki reputasi yang harus dijaga sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba karena manajemen lebih berhati-hati dalam melakukan tindakannya. Selain itu, semakin lama umur perusahaan akan cenderung membuat perusahaan memperbaiki tata kelolanya dengan menyampaikan laporan keuangan yang berkualitas dan bebas dari manipulasi (Bassiouny 2016). Ha3: Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Kualitas Audit dan Manajemen Laba

Kualitas audit yang baik lebih memungkinkan untuk melakukan pendeteksian serta pelaporan terhadap kesalahan dan penyimpangan yang terjadi di perusahaan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba karena adanya

Page 5: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

5

auditor eksternal yang memverifikasi kewajaran laporan keuangan (Bassiouny 2016). Auditor KAP big four dianggap menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non-big four karena didukung oleh berbagai prosedur dan pelatihan yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan keakuratan dan keefektifan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya manajemen laba (Firnanti 2017). Ha4: Kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Profitabilitas dan Manajemen Laba

Profitabilitas dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan dimasa yang akan datang berdasarkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan (Firnanti 2017). Profitabilitas dapat menunjukkan baik atau buruknya pengelolaan perusahaan. Apabila profitabilitas semakin tinggi, maka pengelolaan perusahaan semakin baik. Sebaliknya, pengelolaan perusahaan dikatakan kurang baik apabila memiliki tingkat profitabilitas yang rendah (Almalita 2017). Perusahaan dengan profitabilitas yang rendah memiliki kemungkinan untuk melakukan manajemen laba karena manajemen berusaha untuk menjaga kepercayaan investor terkait kinerja perusahaan. Manajemen akan berusaha untuk menunjukkan bahwa pengelolaan terhadap perusahaan telah dilakukan dengan maksimal (Saniamisha dan Tjhai 2017). Ha5: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba

Kepemilikan institusional memiliki peran dalam mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba karena investor institusional memiliki kontrol atas sebagian besar suara di dalam perusahaan sehingga dapat mempengaruhi keputusan manajemen (Saftiana et al. 2017). Investor institusional berbeda dengan investor individual karena dapat memantau dan mempengaruhi tata kelola

perusahaan (Zutter dan Smart 2019, 77). Investor institusional disebut sebagai sophisticated investor karena memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman dalam berinvestasi terhadap suatu perusahaan sehingga tidak mudah dikelabui dengan tindakan manajemen (Utari dan Sari 2016). Ha6: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba

Kepemilikan manajerial menyebabkan adanya peran sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan sehingga dapat mendorong manajemen untuk membuat keputusan terbaik demi tercapainya kepentingan bersama (Wimelda dan Chandra 2018). Kepemilikan manajerial juga dapat menimbulkan rasa lebih bertanggungjawab terhadap perusahaan. Oleh sebab itu, hal ini dapat menyeimbangkan perbedaan kepentingan di dalam suatu perusahaan sehingga dapat mengurangi adanya masalah keagenan (Sulaksono 2018). Penyatuan kepentingan antara agen dan prinsipal akan mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba karena manajemen akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar kemakmuran para pemangku kepentingan termasuk dirinya terpenuhi (Mahadewi dan Krisnadewi 2017). Ha7: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.

Independent Commissioner dan Manajemen Laba

Kepentingan pihak minoritas di dalam perusahaan dapat dilindungi dengan adanya independent commissioner yang melakukan perannya untuk memastikan bahwa pengelolaan perusahaan sesuai dengan good corporate governance (Arifin dan Destriana 2016). Independent commissioner dianggap dapat mengurangi adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal sehingga mengurangi

Page 6: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

6

kemungkinan terjadinya manajemen laba (Mahadewi dan Krisnadewi 2017). Independent commissioner akan berlaku objektif dalam mengambil keputusan dan memberi masukan terhadap penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan perusahaan (Asitalia dan Trisnawati 2017). Ha8: Independent commissioner berpengaruh terhadap manajemen laba.

Board Size dan Manajemen Laba

Board size terdiri dari sekelompok orang yang tidak membuat keputusan secara pribadi dan mengutamakan kesejahteraan pemegang saham sehingga melakukan pengawasan terhadap keputusan yang diambil oleh manajemen (Paramitha dan Firnanti 2018). Dewan komisaris bertanggung jawab untuk memberikan pengawasan terhadap tugas-tugas dewan direksi (FCGI 2001, 4). Dewan komisaris juga bertanggung jawab dalam memastikan manajemen bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham dengan memberikan saran atas nama pemegang saham (Sebastian dan Handojo 2019). Oleh sebab itu, semakin besar

board size berperan lebih optimal dalam mengawasi kinerja manajemen sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba (Asitalia dan Trisnawati 2017). Ha9: Board size berpengaruh terhadap manajemen laba.

Komite Audit dan Manajemen Laba

Komite audit dapat dikatakan sebagai penghubung terkait pengendalian dan pengawasan antara pemegang saham dengan manajemen (Almalita 2017). Dalam hal ini, komite audit bertindak untuk melakukan pengawasan berkaitan dengan laporan keuangan sehingga terbentuknya komponen keterbukaan, keadilan, tanggung jawab, dan akuntabilitas (Siregar 2017). Peran pengawasan komite audit yang dilaksanakan dengan efektif dapat digunakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen berkualitas sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba (Firnanti et al. 2019). Ha10: Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Gambar 1 Model Penelitian

Ukuran Perusahaan

Financial Leverage

Umur Perusahaan

Kualitas Audit

Profitabilitas

Komite Audit

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Manajerial

Independent Commissioner

Board Size

Manajemen Laba

Page 7: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

7

METODE PENELITIAN Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Objek penelitian merupakan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2019. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling yang menghasilkan sebanyak 366 data penelitian. Ringkasan prosedur pemilihan sampel penelitian ditunjukkan pada tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Manajemen laba (DA) merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajer terhadap variabel akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu terkait pelaporan laba �6FRWW�GDQ�2¶%ULHQ�����������. Manajemen laba berskala rasio yang diukur menggunakan Modified Jones Model (1995) dengan proksi discretionary accruals yang mengacu pada penelitian Bassiouny (2016).

Penelitian ini menggunakan pendekatan laporan arus kas untuk menghitung total accruals sebagai berikut:

7$W� �1,W�±�&)2W Keterangan: TAt = Total accruals tahun t NIt = Net income tahun t CFOt = Cash flow from operating activities tahun t

Manajemen dapat mengendalikan komponen accruals untuk melakukan manajemen laba. Total accruals terdiri atas dua bagian, yaitu discretionary accruals dan non-discretionary accruals. Oleh karena itu, discretionary accruals diperoleh dari pengurangan antara total accruals dengan non-discretionary accruals.

7$� �'$���1'$� Keterangan: TA = Total accruals DA = Discretionary accruals NDA = Non-discretionary accruals

Berdasarkan modified Jones model (1995), non-discretionary accruals dapat dihitung sebagai berikut:

1'$W� ���M d �

$W���h ����M dû5(9W�±�û$5W�

$W��h ��

�������������������M d�33(W�

$W��h

Keterangan: NDAt = Non-discretionary accruals perusahaan j tahun t At-1 = Total assets perusahaan j tahun t-1 û5(9t = Perubahan revenues (sales) perusahaan j dari tahun t-1 ke tahun t û$5t = Perubahan accounts receivable perusahaan j dari tahun t-1 ke tahun t PPEt = Gross properties, plant and equipment perusahaan j tahun t ��M����M����M = Firm specific parameters

Persamaan regresi berikut digunakan untuk mendapatkan parameter spesifik perusahaan pada persamaan non-discretionary accruals:

7$&W

$W��� ���M� d �

$W��h ����M dû5(9W�±�û$5W�

$W��h ��

�������������������M d33(W�

$W��h ��0W�

Discretionary accruals dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

'$MW�� �7$&MW

$MW���±�1'$MW

Ukuran perusahaan (FSIZE) merupakan suatu skala yang digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu perusahaan berdasarkan pada total asetnya (Fauziah dan Wijaya 2016). Variabel ukuran perusahaan berskala rasio yang diukur dengan rumus yang mengacu pada penelitian Bassiouny (2016), yaitu:

)6,=(� �1DWXUDO�ORJ�RI�WRWDO�DVVHWV Financial leverage (FLEV) merupakan rasio yang menjelaskan hubungan antara total kewajiban dengan total aset perusahaan

Page 8: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

8

(Yuliana dan Trismawati 2015). Variabel financial leverage berskala rasio yang diukur dengan rumus yang mengacu pada penelitian Bassiouny (2016) dan Firnanti et al. (2019), yaitu:

)/(9� �7RWDO�OLDELOLWLHV

7RWDO�DVVHWV

Umur perusahaan (FAGE) merupakan indikator yang menunjukkan kesanggupan perusahaan untuk bertahan dan bersaing dalam perekonomian suatu negara dibandingkan dengan perusahaan lainnya (Alexander dan Hengky 2017). Variabel umur perusahaan berskala rasio dengan rumus yang mengacu pada penelitian Bassiouny (2016) serta Agustia dan Suryani (2018), yaitu:

)$*(� �7DKXQ�SHQHOLWLDQ�±� ��������������������������7DKXQ�SHUXVDKDDQ�EHUGLUL

Kualitas audit (AQ) merupakan gambaran praktik dan hasil audit yang dilakukan oleh auditor (Chandra dan Djashan 2018). Auditor melakukan proses audit berdasarkan penugasan dari KAP big four atau KAP non-big four. Variabel kualitas audit berskala nominal dengan pengukuran dummy yang mengacu pada penelitian Bassiouny (2016), yaitu: �� �3HUXVDKDDQ�\DQJ�GLDXGLW�ROHK�.$3�ELJ�IRXU� �� �3HUXVDKDDQ�\DQJ�GLDXGLW�ROHK�.$3�QRQ�ELJ�

������IRXU Profitabilitas (ROA) merupakan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh tingkat laba tertentu dengan pengoperasian yang efektif terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan (Arifin dan Destriana 2016). Variabel profitabilitas berskala rasio yang diukur dengan return on asset yang mengacu pada penelitian Wiyadi et al. (2015) dan Firnanti (2017), yaitu:

52$� �/DED�EHUVLK�VHWHODK�SDMDN

7RWDO�DVHW

Kepemilikan institusional (INST_OWN) merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi non-keuangan dan keuangan (Saftiana et al. 2017). Variabel kepemilikan institusional berskala rasio yang diukur dengan

rumus mengacu pada penelitian Saftiana et al. (2017), yaitu:

,167B2:1� �

1XPEHU�RI�VKDUH�LV�RZQHG�E\

�LQVWLWXWLRQDO7RWDO�RI�RXWVWDQGLQJ�VKDUHV

Kepemilikan manajerial (MAN_OWN) merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen, seperti manajer, direksi, dan komisaris (Arifin dan Destriana 2016). Variabel kepemilikan manajerial berskala rasio yang diukur dengan rumus yang mengacu pada penelitian Susanto et al. (2019), yaitu:

0$1B2:1� �6KDUH�RZQ�E\�PDQDJHPHQW

7RWDO�RXWVWDQGLQJ�VKDUHV

Independent commissioner (IND_COM) merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terkoneksi dengan berbagai hubungan yang ada di dalam suatu perusahaan, seperti hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lainnya, maupun dengan perusahaan itu sendiri (KNKG 2006, 13). Variabel independent commissioner berskala rasio yang diukur dengan rumus yang mengacu pada penelitian Wimelda dan Chandra (2018) serta Sulaksono (2018), yaitu:

,1'B&20� �-XPODK�NRPLVDULV�LQGHSHQGHQ

-XPODK�VHOXUXK�NRPLVDULV�

Board size (BD_SIZE) merupakan jumlah anggota dewan komisaris yang melakukan pengawasan terhadap seluruh aktivitas dalam suatu perusahaan (Asitalia dan Trisnawati 2017). Variabel board size berskala rasio menggunakan rumus yang mengacu pada penelitian Firnanti et al. (2019) serta Asitalia dan Trisnawati (2017), yaitu: %'B6,=(� -XPODK�DQJJRWD�GHZDQ�NRPLVDULV

Komite audit (AC) merupakan jumlah anggota komite audit yang berperan membantu dewan komisaris untuk menjamin bahwa laporan keuangan secara wajar telah mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum, audit internal maupun eksternal dijalankan sesuai standar audit yang berlaku, struktur pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik, serta manajemen melaksanakan

Page 9: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

9

tindak lanjut atas temuan hasil audit (KNKG 2006, 15). Variabel komite audit berskala rasio menggunakan rumus yang mengacu pada penelitian Firnanti et al. (2019), yaitu: $&� �1XPEHU�RI�DXGLW�FRPPLWWHH�PHPEHUV�RI�

�����������D�FRPSDQ\ HASIL PENELITIAN Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Hasil uji normalitas data residual sebelum (n=366) dan setelah (n=359) uji outlier menunjukkan bahwa data residual tidak berdistribusi normal sehingga pengujian selanjutnya menggunakan data sebelum uji outlier dengan jumlah sebanyak 366 data. Hasil uji asumsi klasik menyatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas, namun terjadi heteroskedastisitas pada variabel ukuran perusahaan, financial leverage, umur perusahaan, dan profitabilitas serta terjadi autokorelasi dalam model regresi.

Hasil analisis koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen adalah lemah dan positif. Hasil analisis koefisien determinasi (adjusted R2) menunjukkan bahwa variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen adalah sebesar 2,4% dan sisanya sebesar 97,6% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Hasil uji F menunjukkan bahwa model regresi fit atau layak digunakan dalam penelitian.

Hasil uji t disajikan pada tabel 3 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (FSIZE) memiliki nilai koefisien sebesar 0,001 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,833. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha1 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan (FSIZE) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan besar ataupun kecil tetap memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba sehingga ukuran perusahaan tidak dapat dijadikan indikasi

terjadi atau tidaknya manajemen laba (Arifin dan Destriana 2016).

Financial leverage (FLEV) memiliki nilai koefisien sebesar -0,045 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,037. Nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima yang artinya financial leverage (FLEV) berpengaruh terhadap manajemen laba. Nilai koefisien menunjukkan bahwa financial leverage memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti semakin tinggi financial leverage, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya manajemen laba. Financial leverage yang semakin tinggi menunjukkan semakin besarnya utang yang dimiliki oleh perusahaan. Apabila dihubungkan dengan debt contract, kondisi ini akan meningkatkan risiko yang dihadapi oleh kreditor sehingga pengawasannya terhadap perusahaan akan semakin diperketat (Godfrey et al. 2010, 363). Pengawasan yang semakin ketat terhadap perusahaan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba (Saniamisha dan Tjhai 2017). Sebaliknya, semakin rendah financial leverage akan menyebabkan pengawasan kreditor menjadi longgar sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya manajemen laba.

Umur perusahaan (FAGE) memiliki nilai koefisien sebesar 0,000 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,439. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha3 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa umur perusahaan (FAGE) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan yang telah lama berdiri belum tentu tidak memiliki motivasi untuk melakukan manajemen laba sehingga seberapa lama pun perusahaan berdiri tidak dapat menentukan terjadi atau tidaknya manajemen laba (Chandra dan Djashan 2018).

Kualitas audit (AQ) memiliki nilai koefisien sebesar -0,012 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,165. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha4 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa kualitas audit

Page 10: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

10

(AQ) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan yang diaudit oleh KAP big four tetap memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba karena pendeteksian manajemen laba tergantung pada kinerja dan independensi auditor. Oleh karena itu, kualitas audit tidak dapat dijadikan indikasi terjadi atau tidaknya manajemen laba (Chandra dan Djashan 2018).

Profitabilitas (ROA) memiliki nilai koefisien sebesar 0,116 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,098. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha5 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Profitabilitas tidak dapat mendorong atau mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba karena investor memiliki pemahaman bahwa pengelolaan perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari profitabilitas sehinga investor tidak memperdulikan informasi terkait hal tersebut (Almalita 2017).

Kepemilikan institusional (INST_OWN) memiliki nilai koefisien sebesar 0,020 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,378. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha6 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional (INST_OWN) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional tidak dapat dijadikan indikasi terjadi atau tidaknya manajemen laba karena pada kenyataannya tidak semua investor institusional merupakan sophisticated investor yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang baik (Felicya dan Sutrisno 2020).

Kepemilikan manajerial (MAN_OWN) memiliki nilai koefisien sebesar -0,019 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,704. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha7 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa kepemilikan manajerial (MAN_OWN) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial tidak dapat dijadikan indikasi terjadi atau tidaknya manajemen laba karena manajemen tetap memiliki perilaku

oportunistik dan berkeinginan untuk memenuhi harapan investor meskipun berperan sebagai pemegang saham (Saftiana et al. 2017).

Independent commissioner (IND_COM) memiliki nilai koefisien sebesar -0,072 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,074. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha8 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa independent commissioner (IND_COM) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Independent commissioner tidak dapat melaksanakan perannya dengan efektif dan keberadaannya hanya untuk pemenuhan ketentuan saja sehingga tidak dapat mengurangi ataupun mendorong kemungkinan terjadinya manajemen laba (Almalita 2017).

Board size (BD_SIZE) memiliki nilai koefisien sebesar -0,001 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,514. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha9 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa board size (BD_SIZE) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Board size tidak dapat dijadikan indikasi terjadi atau tidaknya manajemen laba karena pengawasan yang dilakukan tidak bergantung pada seberapa banyak jumlah dewan komisaris, namun pada peran dewan komisarisnya (Felicya dan Sutrisno 2020).

Komite audit (AC) memiliki nilai koefisien sebesar -0,008 dan nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,355. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,05), maka Ha10 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa komite audit (AC) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Komite audit tidak dapat mendorong atau mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba karena keberadaannya hanya untuk memenuhi peraturan Otoritas Jasa Keuangan (Almalita 2017).

PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah

financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Sebaliknya, ukuran

Page 11: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

11

perusahaan, umur perusahaan, kualitas audit, profitabilitas, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independent commissioner, board size, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu menguji pengaruh sepuluh variabel independen terhadap manajemen laba sedangkan mungkin terdapat variabel independen lainnya yang berpengaruh terhadap manajemen laba, data residual dalam penelitian tidak berdistribusi normal, terdapat masalah heteroskedastisitas pada variabel

ukuran perusahaan, financial leverage, umur perusahaan, dan profitabilitas serta terdapat masalah autokorelasi dalam model regresi. Oleh sebab itu, peneliti memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya agar menambah atau mengganti variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen laba, misalnya growth, free cash flow, dan cash holding, menambah jumlah sampel penelitian agar data berdistribusi normal, serta melakukan transformasi data untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas dan masalah autokorelasi.

REFERENCES: Agustia, Yofi Prima, dan Elly Suryani. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,

Leverage, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Jurnal Aset (Akuntansi Riset), Vol. 10, No. 1: 63±74.

Alexander, Nico, dan Hengky. 2017. Factors Affecting Earnings Management in the Indonesian Stock Exchange. Journal of Finance and Banking Review, Vol. 2, No. 2: 8±14.

Almalita, Yuliani. 2017. Pengaruh Corporate Governance dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.19, No. 2: 183±194.

Arifin, Lavenia, dan Nicken Destriana. 2016. Pengaruh Ukuran perusahaan, Corporate Governance, dan Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 18, No. 1: 84±93.

Asitalia, Fioren, dan Ita Trisnawati. 2017. Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 19, No. 1a: 109±119.

Astari, Anak Agung Ratih, dan I Ketut Suryanawa. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 20, No.1: 290±319.

Bassiouny, Sara W. 2016. The Impact of Firm Characteristics on Earnings Management ×: An Empirical Study on the Listed Firms in Egypt. Journal of Business and Retail Management Research, Vol. 10, No. 3: 34±45.

Chandra, Stefani Magdalena, dan Indra Arifin Djashan. 2018. Pengaruh Leverage dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Non Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 20, No. 1: 13±20.

Fauziah, dan Novia Wijaya. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba di Indonesia. Media Bisnis, Vol. 8, No. 2: 29±40.

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris Dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jakarta: Forum for Corporate Governance in Indonesia.

Felicya, Cindy, dan Paulina Sutrisno. 2020. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 22, No. 1: 129±138.

Firnanti, Friska. 2017. Pengaruh Corporate Governance, dan Faktor-Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 19, No. 1: 66±80.

Page 12: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

12

Firnanti, Friska, Kashan Pirzada, dan Budiman. 2019. Company Characteristics, Corporate Governance, Audit Quality Impact on Earnings Management. Accounting and Finance Review (AFR), Vol. 4, No. 2: 43±49.

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, 7th Edition. Australia: John Wiley dan Sons.

Hartomo, Giri. 2019. Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia Hingga Kena Sanksi. Oke Zone, 28 Juni, https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi (diakses 17 Februari 2020).

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4: 305-306.

KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance.

Mahadewi, A. A. Istri Sri, dan Komang Ayu Krisnadewi. 2017. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi, Vol. 18, No. 1: 443±470.

Mahawyahrti, Putu Tiya, dan I Gusti Ayu Nyoman Budiasih. 2016. Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2: 100-110.

Megginson, William L. 1997. Corporate Finance Theory. United States: Addison-Wesley Educational Publishers Inc.

Nurlis. 2016. The Effect of Mechanism of Good Corporate Governance and Investment Opportunity Set on the Earning Management×: Study On Property and Real Estate Companies Are Listed In Indonesia Stock Exchange. European Journal of Business and Management, Vol. 8, No. 2: 173±182.

Paramitha, Lidya, dan Friska Firnanti. 2018. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Faktor-Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Vol. 5, No. 2: 116±123.

Saftiana, Yulia, Mukhtaruddin, Krisna Winda Putri, dan Ika Sasti Ferina. 2017. Corporate Governance Quality, Firm Size and Earnings Management: Empirical Study in Indonesia Stock Exchange. Investment Management and Financial Innovations, Vol. 14, No. 4: 105±120.

Saniamisha, Ignatia Maria, dan Tjhai Fung Jin. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 21, No. 1a-1: 59±72.

Santana, Dewa Ketut Wira, dan Made Gede Wira. 2016. Pengaruh Perencanaan Pajak dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA),Vol. 14, No. 3: 1555±1583.

6FRWW�� :LOOLDP� 5��� GDQ� 3DWULFLD� &�� 2¶%ULHQ�� ������ Financial Accounting Theory, 8th Edition. United States: Pearson.

Sebastian, Bryan, dan Irwanto Handojo. 2019. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,Vol. 21, No.1a-1: 97±108.

Siregar, Nolita Yeni. 2017. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Earning Management. Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 2: 50±63.

Sulaksono, Bino. 2018. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan Nonkeuangan Publik. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 20, No. 2: 127±134.

Susanto, Yulius Kurnia, Arya Pradipta, dan Ellen Cecilia. 2019. Earnings Management: Esop and Corporate Governance. Academy of Accounting and Financial Studies Journal, Vol. 23, Special Issue 1: 1±13.

Utari, Ni Putu Linda Ayu, dan Maria M. Ratna Sari. 2016. Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage,

Page 13: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

13

Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi, Vol. 15, No. 3: 1886-1914.

Wimelda, Linda, dan Agustina Chandra. 2018. Opportunistic Behavior, External Monitoring Mechanisms, Corporate Governance, and Earnings Management. Accounting and Finance Review (AFR), Vol. 3, No. 1: 44±52.

Wiyadi, Rina Trisnawati, Noer Sasongko, dan Ichwani Fauzi. 2015. The Effect of Information Asymetry, Firm Size, Leverage, Profitability and Employee Stock Ownership on Earnings Management with Accrual Model. International Journal of Business and Management and Law, Vol. 8, No. 2: 21±30.

Yuliana, Agustin, dan Ita Trismawati. 2015. Pengaruh Auditor dan Rasio Keuangan terhadap Managemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17, No. 1: 33±45.

Zutter, Chad J., dan Scott B. Smart. 2019. Principles of Managerial Finance, 15th Edition. United States: Pearson.

Page 14: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

14

LAMPIRAN:

Page 15: PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD CORPORATE

15