pengaruh firm size, financial distress, debt level, dan ...repository.umrah.ac.id/1595/1/nur...
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Firm Size, Financial Distress, Debt Level, Dan Managerial
Ownership Terhadap Keputusan Hedging Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016
Nur Wulandari1
, Sri Ruwanti2 , Tumpal Manik
3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Email : [email protected]
ABSTRAK
Hedging merupakan tindakan yang dapat dilakukan perusahaan untuk
meminimalkan risiko kurs yang dihadapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh firm size, financial distress, debt level dan managerial
ownership terhadap keputusan hedging pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016. Metode pengambilan sampel
penelitian ini adalah purposive sampling dan didapatkan 23 sampel yang
memenuhi kriteria dari 92 perusahaan yang menjadi data observasi. Teknis
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Dan
hasil pengujian mendapatkan hasil bahwa Firm Size, Financial Distress, Debt
Level tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging. Dan Managerial Ownership
berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging.
Kata kunci :Hedging, Firm Size, Financial Distress, Debt Level, Managerial
Ownership
2
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi perusahaan terlibat dalam bisnis internasional
seperti perdagangan dan investasi internasional. Setiap negara berperan aktif
dalam bisnis internasional ini. Globalisasi memberi peluang agar perusahaan
dapat berkontribusi yaitu melakukan ekspor impor barang, ekspansi bisnis
maupun pendanaan luar negeri. Selain memberikan manfaat, perusahaan juga
akan menghadapi risiko yang ada ketika masuk ke dalam bisnis internasional
(Mahfudz dan Kussulistyanti, 2016).
Perdagangan internasional akan menimbulkan beberapa risiko yang cukup
besar. Risiko dari perdagangan internasional adalah risiko kurs valuta asing.
Risiko valuta asing (valas) merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan
kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan,
terutama pada saat dikonversikan dengan mata uang domestik (Fahmi, 2011 :
205). Perusahaan yang terlibat perdagangan internasional melakukan tindakan
manajemen risiko agar perusahaan tidak mengalami dampak yang signifikan dari
risiko nilai tukar dengan melakukan hedging.
Hedging adalah suatu tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko
kerugian yang terjadi untuk melindungi perusahaan atas valuta asing dari transaksi
bisnis yang dilakukan (Guniarty, 2014). Dalam menggunakan hedging instrumen
yang sering digunakan oleh perusahaan sebagai sarana untuk melakukan hedging
adalah instrumen derivatif. Instrumen derivatif valuta asing yang dapat digunakan
seperti forward, option, swap dan kontrak future (Mahfudz dan Kussulistyanti,
2016).
Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa penggunaan hedging di pengaruhi
oleh beberapa faktor yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kesulitan
keuangan, tingkat hutang (Krisdian dan Badjra, 2017) dan kepemilikan manajerial
(Mahfudz dan Kussulistyanti, 2016). Dalam penelitian Mahfudz dan
Kussulistyanti (2016) menyatakan bahwa perusahaan besar dalam bisnisnya akan
melakukan transaksi luar negeri sehingga akan menghadapi risiko yang lebih
tinggi dan membutuhkan hedging karena perusahaan akan menghadapi eksposur
valuta asing yang lebih besar. Perusahaan dengan ukuran yang besar akan
menyadari pentingnya hedging untuk melindungi aset dan arus kas, dan
perusahaan mampu membeli derivatif valuta asing untuk kepentingan hedging.
Berbeda dengan hasil penelitian Krisdian dan Badjra (2017) yang mendapatkan
hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
keputusan hedging.
Faktor lain yang mempengaruhi hedging adalah financial distress. Dalam
penelitian Krisdian dan Badjra (2017) yang menunjukkan bahwa financial distress
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan hedging yang
dipoksikan melalui Z- score. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
3
akan berhati-hati dalam mengelola keuangannya sehingga akan melakukan
hedging untuk mengurangi risiko terhadap transaksi valuta asing. Namun, berbeda
hasil penelitian dengan Guniarti (2014) menunjukkan hasil financial distress
berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging.
Selanjutnya, faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat hutang yang
diproksikan melalui debt ratio berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
hedging berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krisdian dan Badjra (2017).
Dalam penelitiannya, perusahaan yang struktur modalnya memiliki tingkat hutang
yang tinggi akan berhati- hati dalam transaksi luar negeri disebabkan perusahaan
tidak ingin menambah risiko fluktuasi kurs valuta asing sehingga membutuhkan
aktivitas hedging menggunakan instrumen derivatif untuk mengurangi risiko.
Selain itu, managerial ownership juga mempengaruhi keputusan hedging.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahfudz dan Kussulistyanti (2016)
menunjukkan bahwa managerial ownership berpengaruh positif dan tidak
signifikan. Menurut Ameer (2010), manajer yang mempunyai saham perusahaan
bila nilai dari perusahaan tersebut meningkat maka kekayaan manajer cenderung
akan meningkat juga. Manajer akan berusaha meminimalkan risiko yang akan
terjadi dengan menggunakan hedging dalam melindungi perusahaan terutama
dalam skala internasional. Hasil yang berbeda terjadi pada penelitian Prasetiono
(2016) yang mendapatkan hasil bahwa managerial ownership berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap keputusan hedging.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : Untuk mengetahui
pengaruh firm size, financial distress, debt level dan managerial ownership
terhadap keputusan hedging pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Menurut Guniarti (2014), hedging merupakan suatu tindakan untuk
melindungi perusahaan terhadap risiko kerugian atas valuta asing sebagai akibat
dari transaksi bisnis. Tindakan dan keputusan hedging biasanya dilakukan seputar
dengan kondisi mengantisipasi timbulnya fluktuasi valuta asing (valas) di pasaran.
Ukuran perusahaan merupakan tolak ukur sebuah perusahaan telah
berkembang atau tidak sejak perusahaan didirikan yang dapat dilihat dari nilai
total aset yang tercantum di laporan posisi keuangan. Perusahaan besar akan
bertindak hati-hati dalam pengelolaan perusahaannya dan lebih banyak melakukan
hedging. Perusahaan besar akan memiliki risiko lebih besar daripada perusahaan
kecil (Guniarti, 2014).
Financial Distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi
sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuiditas (Fahmi, 2012 : 158). Sebuah
perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan secara tiba-tiba, namun dalam
proses waktu yang berlangsung lama, dan itu dapat dilihat dari tanda-tanda.
Karena itu bagi seorang peneliti, manajer, dan investor akan melihat dari berbagai
sudut pandang kajian yang berbeda-beda (Fahmi, 2012 : 158)
4
Hutang digunakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja, seperti
melakukan investasi atau untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dikarenakan
membutuhkan dana. Di sisi lain, hutang dapat meningkatkan kemungkinan risiko
yang akan dihadapi oleh perusahaan (Subagya, 2015). Risiko tesebut dapat berupa
jangka waktu hutang yang dapat mempengaruhi perusahaan, hutang yang terlalu
tinggi dan ketidakmampuan membayar hutang.
Managerial ownership adalah pemegang saham yang merupakan pihak
internal perusahaan yang ikut aktif dalam kegiatan operasional perusahaan.
Menurut Ameer (2010) kekayaan manajer akan meningkat jika memiliki saham di
perusahaannya apabila nilai perusahaan tersebut meningkat dalam kegiatan
operasionalnya. Manajer akan berusaha meminimalisir risiko yang terjadi agar
tidak mengalami kerugian yang tidak diharapkan. Hal itu membuat manajer
melakukan hedging untuk melindungi perusahaan terutama sahamnya dari
fluktuasi kurs valuta asing.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Hedging
Menurut Guniarti (2014), hedging merupakan suatu tindakan untuk
melindungi perusahaan terhadap risiko kerugian atas valuta asing dengan cara
mengurangi atau menghindarinya sebagai akibat dari transaksi bisnis. Tindakan
dan keputusan hedging biasanya dilakukan seputar dengan kondisi mengantisipasi
timbulnya fluktuasi valuta asing (valas) di pasaran. Seluruh perusahaan yang
dalam pencatatan akuntansi melibatkan valas yang otomatis dalam transaksi
bisnisnya mempergunakan valas, mengharuskan perusahaan tersebut untuk
menempatkan alokasi dana khusus dalam bentuk hedging (Fahmi, 2011 : 80).
Dalam penelitian ini perusahaan yang melakukan hedging akan
menggunakan dummy dalam pengukurannya, dimana jika perusahaan
menggunakan instrumen derivatif dalam melakukan hedging (lindung nilai) maka
akan diberi score 1 dan perusahaan yang tidak melakukannya akan diberi score 0.
Firm Size
Ukuran perusahaan merupakan tolak ukur sebuah perusahaan telah
berkembang atau tidak sejak perusahaan didirikan yang dapat dilihat dari nilai
total aset yang tercantum di laporan posisi keuangan. Perusahaan besar akan
bertindak hati-hati dalam pengelolaan perusahaannya dan lebih banyak melakukan
hedging. Perusahaan besar akan memiliki risiko lebih besar daripada perusahaan
kecil (Guniarti, 2014).
Menurut Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) perusahaan besar dalam
bisnisnya akan melakukan transaksi luar negeri yang akan melibatkan beberapa
mata uang yang berbeda sehingga akan menghadapi risiko yang lebih tinggi dan
membutuhkan hedging karena perusahaan akan menghadapi eksposur valuta asing
yang lebih besar. Perusahaan dengan ukuran yang besar akan memerlukan
hedging untuk melindungi aset dan arus kas, dan perusahaan mampu membeli
5
derivatif valuta asing untuk kepentingan hedging. Perusahaan dengan total aset yang besar menunjukkan arus kas yang positif dan prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama (Subagya, 2015).
Firm Size = total aset
Financial Distress
Financial Distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi
sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuiditas (Fahmi, 2012 : 158). Financial
Distress juga diartikan sebagai suatu kondisi yang dialami suatu perusahaan yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dan kewajiban-kewajibannya yang
berada dalam kondisi tidak aman yang diprediksi akan mengalami kegagalan.
Sebuah perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan secara tiba-tiba,
namun dalam proses waktu yang berlangsung lama, dan itu dapat dilihat dari
tanda-tanda. Karena itu bagi seorang peneliti, manajer, dan investor akan melihat
dari berbagai sudut pandang kajian yang berbeda-beda (Fahmi, 2012 : 158)Salah
satu pengukuran financial distress dapat diterangkan dari perhitungan Z-Score
yang dikemukakan oleh Edward I. Altman. Secara matematis financial distress
dapat diformulasikan dengan metode Z-Score sebagai berikut :
Z = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,420 + 0,998
Dimana :
X1 =
X2 =
X3 =
X4 =
X5 =
Debt Level
Hutang digunakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja, seperti
melakukan investasi atau untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dikarenakan
membutuhkan dana. Di sisi lain, hutang dapat meningkatkan kemungkinan risiko
yang akan dihadapi oleh perusahaan (Subagya, 2015). Risiko tesebut dapat berupa
jangka waktu hutang yang dapat mempengaruhi perusahaan, hutang yang terlalu
tinggi dan ketidakmampuan membayar hutang.
Perusahaan yang memiliki hutang yang cukup tinggi akan fokus dalam
menjalankan bisnisnya agar tidak menambah hutang perusahaan lagi. Perusahaan
akan berusaha untuk melindungi perusahaan dengan berbagai cara terutama
perusahaan yang bergerak dalam perdagangan internasional akan melakukan
hedging untuk mengurangi dan melindungi dari risiko yang tidak diinginkan.
Variabel tingkat hutang dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio hutang
yaitu debt ratio.
6
Managerial Ownership
Menurut Ameer (2010) kekayaan manajer akan meningkat jika memiliki
saham di perusahaannya apabila nilai perusahaan tersebut meningkat dalam
kegiatan operasionalnya. Manajer akan berusaha meminimalisir risiko yang
terjadi agar tidak mengalami kerugian yang tidak diharapkan terutama dalam
perdagangan internasional. Hal itu membuat manajer melakukan hedging untuk
melindungi perusahaan terutama sahamnya dari fluktuasi kurs valuta asing. Jika
keputusan hedging untuk meningkatkan pendapatan perusahaan yang akan
meningkatkan utilitas manajemen, maka perusahaan lebih mungkin untuk
melakukan lindung nilai.Rumus kepemilikan manajerial yang dirumuskan oleh
Mahfudz dan Kussulistyanti (2016) sebagai berikut :
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
Hhhhhhhhhhhhhhhh jnm H4
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging pada Perusahaan
Manufaktur
Perusahaan besar cenderung menjalankan bisnisnya dalam cakupan yang
luas di berbagai wilayah negara sehingga memiliki kegiatan operasional yang
lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Perusahaan besar akan menghadapi
risiko lebih tinggi yang akan diterima oleh perusahaan. Risiko yang lebih tinggi
tersebut membuat perusahaan berhati-hati dalam kegiatan operasionalnya
sehingga membutuhkan hedging. Hedging digunakan untuk melindungi
perusahaan dari fluktuasi kurs terutama aset. Hal ini sesuai dengan penelitian
Firm Size (X1)
Hedging (Y)
Financial Distress (X2)
Debt Level (X3)
Managerial Ownership (X4)
7
Kussulistyanti dan Mahfudz (2016) yang menyatakan bahwa firm size secara
signifikan berpengaruh positif terhadap keputusan hedging.
H1 : Diduga Firm Size Berpengaruh Terhadap Keputusan Hedging
Pengaruh Financial Distress terhadap keputusan Hedging pada Perusahaan
Manufaktur
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan melakukan tindakan
lebih hati-hati terhadap perusahaannya sehingga mendorong perusahaan untuk
lebih fokus mengelola keuangannya terutama dalam bisnis internasional.
Tindakan untuk melindungi perusahaan dari berbagai risiko dalam melakukan
transaksi valuta asing memutuskan untuk perusahaan menggunakan hedging.
Perusahaan yang memiliki Z-score yang rendah akan melakukan hedging untuk
melindungi asetnya dari fluktuasi kurs. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Krisdian dan Badjra (2016) yang mana hasil penelitian ini
menyatakan financial distress berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
hedging.
H2 : Diduga Financial Distress Berpengaruh Terhadap Keputusan Hedging
Pengaruh Debt Level terhadap Keputusan Hedging pada Perusahaan
Manufaktur
Perusahaan yang struktur modalnya memiliki tingkat hutang yang tinggi
akan lebih fokus dalam menjalankan kegiatan operasionalnya terutama dalam
aktivitas transaksi luar negeri yang menggunakan valuta asing. Selain harus
membayar bunga yang tinggi akibat tingkat hutang yang tinggi, perusahaan juga
tidak ingin menambah beban risiko akibat adanya fluktuasi kurs mata uang dalam
melakukan transaksi dengan berbagai negara sehingga menyebabkan perusahaan
mengelola risiko yang mereka terima dengan sangat hati-hati agar membatasi dan
mengurangi risiko fluktuasi kurs valuta asing yaitu dengan melakukan aktivitas
hedging menggunakan instrumen derivatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang diteliti oleh Krisdian dan Badjra (2016). Hasil penelitian tersebut
menjelaskan tingkat hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
hedging.
H3 : Diduga Debt Level Berpengaruh Terhadap Keputusan Hedging
Pengaruh Managerial Ownership terhadap Keputusan Hedging pada
Perusahaan Manufaktur
Manajer yang memiliki saham perusahaan apabila nilai perusahaannya
meningkat maka kekayaan manajer juga akan meningkat. Manajer akan
mengupayakan risiko yang terjadi seminim mungkin dikarenakan mempengaruhi
laba atas investasi mereka di perusahaan. Hal ini membuat manajer untuk
melakukan tindakan hedging dengan derivatif valuta asing guna mengurangi
risiko nilai tukar perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
8
dilakukan oleh Ameer (2010). Penelitian tersebut menunjukkan kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap keputusan hedging.
H4 : Managerial Ownership Berpengaruh terhadap Keputusan Hedging
METODE PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa efek indonesia periode 2013-2016. Objek penelitian ini adalah laporan
keuangan akhir tahun setiap perusahaan manufaktur. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui pengaruh firm size, financial distress, debt level dan
managerial ownership terhadap keputusan hedging. Dalam penelitian ini dibatasi
oleh perusahaan yang laporan keuangannya memenuhi beberapa kriteria yang
akan dijabarkan pada kriteria pemilihan sampel.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif, dan data yang digunakan
merupakan data sekunder yang dalam penelitian ini menggunakan variabel
dependennya yaitu keputusan hedging yang dilakukan oleh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2013-2016. Untuk
variabel independen penelitian ini meliputi firm size, financial distress, debt level
dan managerial ownership. Informasi tentang data yang digunakan diperoleh dari
laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan yang diunduh dari website
resmi bursa efek indonesia (www.idx.co.id).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 yaitu sebanyak 138 perusahaan.
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan beberapa
kriteria yaitu :
1. Perusahaa manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-
2016 secara berturut-turut.
2. Perusahan yang mempublikasikan data laporan keuangan lengkap selama
periode 2013-2016.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2013 hingga
2016.
5. Perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilikan manajerial selama
periode 2013-2016.
Jumlah perusahaan yang dijadikan populasi adalah 138 perusahaan, dan
setelah dilakukan seleksi sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 23 perusahan
dan 92 data observasi.
9
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik.
Perhitungan variabel-variabelnya melalui program Microsoft Excel dan SPSS
version 20. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :
𝐻𝐸 𝐺 = 𝛼 + 𝛽1FS + 𝛽2FD + 𝛽3DR + 𝛽4MO + ℮
Dimana :
Y = Aktivitas Hedging
(1 = terdapat aktivitas hedging, 0 = tidak terdapat aktivitas hedging)
𝛼 = Konstanta 𝛽 = 𝛽1𝛽2𝛽3 = Koefisien Regresi
FS = Firm Size
FD = Financial Distress
DR = Debt Ratio
MO = Managerial Ownership
℮ = Error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji statistik deskriptif memberikan gambaran nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, maksimum dan minimum dari data observasi penelitian. Tabel 1
menunjukkan statistik deskriptif variabel independen.
Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Independen
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FZ 92 .133800 261.855000 17.23023696 50.693908359
FD 92 .317122 7.863455 3.04660258 1.521179777
DL 92 .066200 .704500 .36442391 .169694244
MO 92 .000023 .919393 .11107700 .198375679
Valid N (listwise) 92
Sumber : Data Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 1 terdapat rentang yang jauh antara nilai minimum yaitu
0,133800 (Lionmesh Prima Tbk) dan maksimum 261,855000 (Astra International
Tbk) dari variabel Firm Size yang artinya banyak perusahaan yang memiliki
kondisi perusahaan yang baik. Rata-rata untuk variabel ini adalah 17,23023696
dan tingkat variasi untuk Firm Size cukup bervariasi dengan nilai standar deviasi
50,693908359.
Financial Distress memiliki nilai minimum 0,317122 (Ultrajaya Milk
Industry dan Trading Company Tbk, dan Entitas Anak) dan nilai maksimum
10
7,863455 (Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk dan Entitas Anak). Rata –
rata untuk variabel ini adalah 3,04660258, dan nilai standar deviasi 1,521179777.
Debt Level memiliki nilai minimum 0,066200 (Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul Tbk dan Entitas Anak) dan nilai maksimum 0,704500 (Nipress Tbk
dan Entitas Anak). Rata –rata untuk variabel ini adalah 0,36442391 dan nilai
standar deviasi 0,169694244.
Managerial Ownership memiliki nilai minimum 0,000023 (Kimia Farma
Tbk dan Entitas Anak) dan nilai maksimum 0,919393 (Akasha Wira International
Tbk). Rata –rata untuk variabel ini adalah 0,11107700, dan nilai standar deviasi
0,198375679.
Tabel 2
Frekuensi Variabel Dependen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 68 73.9 73.9 73.9
1 24 26.1 26.1 100.0
Total 92 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 92 sampel penelitian,
terdapat 24 perusahaan yang melakukan hedging atau sekitar 26,1 % dan sisanya
68 perusahaan tidak melakukan hedging atau sekitar 73,9%.
Tabel 3
Uji Kelayakan Model Regresi
Step Chi-square df Sig.
1 11.534 8 .173
Sumber : Data Diolah, 2018
Uji kelayakan model regresi, pengujian yang menggunakan Hosmer and
Lemeshow Test, dimana dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai sig
lebih dari (>) 0,05 maka tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang
diprediksi dan yang diamati. Berdasarkan tabel 3, nilai sig adalah 0,173 dimana
nilai tersebut lebih dari 0,05 dan itu artinya tidak ada perbedaan nyata antara
klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati dan berarti model dalam penelitian
ini dapat dikatakan layak.
11
Tabel 4
Lock 0: Beginning BLOCK
Sumber : Data Diolah, 2018
Tabel 5
Block 1
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant FZ FD DL MO
Step 1
1 84.189 -1.386 .011 -.076 1.865 -1.851
2 78.090 -1.071 .014 -.232 2.046 -4.447
3 73.994 .043 .014 -.438 1.146 -10.001
4 72.357 .924 .013 -.626 .555 -15.802
5 72.135 1.227 .013 -.703 .406 -18.743
6 72.129 1.270 .013 -.714 .389 -19.327
7 72.129 1.271 .013 -.714 .389 -19.346
8 72.129 1.271 .013 -.714 .389 -19.346
Sumber : Data Diolah, 2018
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan telah fit
dengan data atau belum. Dalam pengujian ini yang harus diperhatikan adalah
angka pada bagian -2 Log Likelihood. Apabila angka -2 Log Likelihood pada awal
(Tabel Iteration History Block Number = 0) lebih tinggi daripada angka 2 Log
Likelihood pada Iteration History Block Number = 1 maka hal ini menunjukkan
bahwa model regresi tersebut baik atau fit dengan data. Dari tabel 4 dan 5 yang
merupakan hasil dari pengujian penelitian ini di dapatkan bahwa nilai -2 Log
Likelihood awal (105,739) lebih tinggi dari nilai -2 Log Likelihood pada Iteration
History Block Number = 1 (84,189) yang artinya model yang dihipotesiskan
cocok dengan data.
Iteration History
a,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 105.739 -.957
2 105.610 -1.040
3 105.609 -1.041
4 105.609 -1.041
12
Tabel 6
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 72.129a .305 .447
Sumber : Data Diolah, 2018
Nilai Nagelkerke R Square pada Tabel 6 Model Summary menjelaskan
tentang hubungan variabel independen terhadap dependen. Dari tabel tersebut
didapatkan angka 0,447 yang berarti bahwa variasi variabel independen (FZ, FD,
DL, dan MO) mampu mengartikan ragam dari variabel dependen (HEDG) sebesar
44,7% sedangkan sisanya diartikan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam
model regresi.
Tabel 7
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
FZ .013 .009 2.150 1 .143 1.013 .996 1.031
FD -.714 .415 2.957 1 .086 .490 .217 1.105
DL .389 2.400 .026 1 .871 1.475 .013 162.723
MO -19.346 8.201 5.565 1 .018 .000 .000 .038
Constant 1.271 1.944 .428 1 .513 3.566
Sumber : Data Diolah, 2018
Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :
HEDG = 1,271 + 0,013 FZ – 0,714 FD + 0,389 DL – 19,346 MO
Uji Parsial
Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen dengan memperhatikan nilai
pada tabel Variables in the Equation, apabila nilai sig kurang dari (<) 0,05 maka
koefisien regresi signifikan.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah diduga firm size
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
nilai koefisien regresi variabel ini adalah 0,013 dan hasil signifikansi adalah 0,143
yang mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui
bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging atau dengan kata
lain 𝐻 ditolak.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah diduga financial distress
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
13
nilai koefisien regresi variabel ini adalah -0,714 dan hasil signifikansi adalah
0,086 yang mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat
diketahui bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging
atau dengan kata lain 𝐻 ditolak.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah diduga Debt Level
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
nilai koefisien regresi variabel ini adalah 0,389 dan hasil signifikansi adalah 0,871
yang mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui
bahwa debt level tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging atau dengan kata
lain 𝐻 ditolak.
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah diduga managerial
ownership berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel ini adalah -19,346 dan hasil
signifikansi adalah 0,018 yang mana nilai pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05.
Maka dapat diketahui bahwa managerial ownership berpengaruh negatif
signifikan terhadap keputusan hedging atau dengan kata lain 𝐻 diterima.
Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging
Dalam penelitian ini firm size yang dihitung dengan total aset yang mana
dalam penelitian ini hasil dari variabel firm size tidak berpengaruh terhadap
keputusan hedging. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ahmad dan Harris (2012)
yang menyatakan firm size tidak signifikan terhadap keputusan hedging dimana
penelitian tersebut menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak selalu menjadi
kekuatan atau menjadi hal yang akan mendorong perusahaan untuk melakukan
hedging yang menggunakan instrumen derivatif. Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kussulistyanti dan Mahfudz (2016)
yang menyatakan bahwa firm size secara signifikan berpengaruh positif terhadap
keputusan hedging.
Pengaruh Financial Distress terhadap Keputusan Hedging
Dalam penelitian ini financial distress yng dihitung menggunakan Altman
Z-score. Hasil penelitian ini menunjukkan financial distress tidak berpengaruh
terhadap keputusan hedging. Nilai signifikansi untuk variabel financial distress
sebesar 0,086 (lebih besar dari 0,05) artinya secara parsial financial distress tidak
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan
yang melakukan hedging disebabkan perusahaan tersebut memiliki tingkat hutang
dalam valuta asing sedangkan variabel financial distress yang diukur dengan
Altman Z-score merupakan indikator yang mengukur kesulitan keuangan tidak
hanya dari segi tingkat hutang perusahaan, melainkan dengan seluruh aktivitas
operasional perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang ditunjukkan Nuzul dan
Lautania (2015) yang mendapatkan hasil bahwa financial distress tidak
berpengaruh terhadap keputusan hedging. Sedangkan hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Guniarty (2014).
14
Pengaruh Debt Level terhadap Keputusan Hedging Dalam penelitian ini debt level yang diproksikan dengan debt ratio yaitu
perbandingan total hutang dan total aset. Hasil penelitian ini menunjukkan debt
level tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging. Nilai signifikansi untuk
variabel debt level sebesar 0,871 (lebih besar dari 0,05) artinya secara parsial
debt level tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging. Tingkat hutang yang
tinggi tidak menjadi pendorong sebuah perusahaan melakukan lindung nilai.
Perusahaan akan fokus untuk melunasi hutang-hutangnya dari pada melakukan
lindung nilai. Jika tidak segera ditindak maka risiko kebangkrutan akan dialami
perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Krisdian dan Badjra (2016) yang menyatakan tingkat hutang yang tinggi
menggunakan keputusan hedging.
Pengaruh Managerial Ownership terhadap Keputusan Hedging Dalam penelitian ini managerial ownership yang dihitung dengan jumlah
saham yang dimiliki manajer dibagi jumlah saham yang beredar. Hasil penelitian
ini menunjukkan managerial ownership berpengaruh negatif terhadap keputusan
hedging. Nilai signifikansi untuk variabel managerial ownership sebesar 0,018
(lebih kecil dari 0,05) artinya secara parsial managerial ownership berpengaruh
terhadap keputusan hedging. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang
tinggi kemungkinan besar akan melakukan hedging untuk tujuan melindungi
kekayaan manajemen dalam perushaaan. Dengan demikian keputusan manajer
untuk mengunakan derivatif akan bergantung pada lindung nilai yang akan
meningkatkan laba. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap keputusan hedging artinya semakin tinggi saham yang dimiliki
manajer maka keputusan hedging semakin berkurang. Hal ini sesuai penelitian
yang dilakuan Ahmad dan Haris (2012) yang menyatakan kepemilikan
manajerial bepengaruh negatif terhadap keputusan hedging.
KESIMPULAN
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2016. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh firm size, financial distress, debt level,
managerial ownership terhadap keputusan hedging. Jumlah populasi sebanyak
138 perusahaan dengan sampel sebanyak 23 perusahaan sehingga data observasi
dalam penelitian ini sebanyak 92 data. Penelitian ini menggunakan laporan
keuangan tahunan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Firm size tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2016.
2. Financial distress tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2016.
15
3. Debt level tidak berpengaruh terhadap keputusan hedging pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2016.
4. Managerial ownership berpengaruh negatif terhadap keputusan
hedging pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2016.
SARAN
1. Bagi Perusahaan
Sebaiknya perusahaan mulai memikirkan untuk melakukan hedging
guna melindungi perusahaannya dari risiko perubahan nilai mata uang.
Terutama bagi perusahaan yang sudah melakukan kerjasama dengan
perusahaan-perusahaan di negara lain.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Adapun saran untuk peneliti selanjutnya adalah, peneliti dapat
menambahkan variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap
keputusan hedging misalnya variabel profitabilitas. Karena dalam
penelitian ini variasi dari variabel independen hanya sanggup
mengartikan ragam variabel dependen sebesar 44,7%. Selain itu peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada sektor lainnya
yang mungkin lebih banyak melakukan atau menerapkan hedging.
Seperti sektor otomotif ataupun pertambangan.
16
Daftar Pustaka
Ahmad, Noryati dan Balkis Haris. 2012. Factors for Using Derivatives:
Evidence from Malaysian Non-financial Companies. Research Journal of
Finance and Accounting. Vol.3, No.9, p, 79-89.
Ameer, R. 2010. “Determinant of Corporate Hedging in Malaysia”. International
Business Research. Vol.3, No.2.
Baroroh, Ali. Analisis Multivariat dan Time Series dengan SPSS 21. Jakarta.
Kompas Gramedia.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 21.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Guniarti, Fay. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Hedging
dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing. Jurnal Dinamika Manajemen,
Vol.5.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No 55 (Revisi 2011) Instrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia.
Krisdian, Ni Putu Candra dan Ida Bagus Badjra. 2017. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Tingkat Hutang, dan Kesulitan Keuangan terhadap Keputusan
Hedging pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol.6.No.3.
Mahfudz dan Maria Josephine Widya Arshita Kussulistyanti. 2016. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Hedging dengan Derivatif
Valuta Asing (Studi pada Perusahaan Non-Finansial yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Diponegoro Journal Of
Management, Vol.5, No.3.
Nuzul, Hafis dan Maya Febrianty Lautania. 2015. Pengaruh Leverage, Financial
Distress, dan Growth Options terhadap Aktivitas Hedging pada
Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis, Vol.2(2)
Paranita, E.S. 2011. Kebijakan Hedging dengan Derivatif Valuta Asing pada
Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Seminar Nasional Ilmu Ekonomi
Terapan, Fakultas Ekonomi UNIMUS, h. 228-237.
Prasetiono, dan Na’imatul Hidayah. 2016. Faktor Penentu Perusahaan Melakukan
Pengambilan Keputusan Hedging pada Derivatif Valuta Asing (Studi
Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-
2014). Diponegoro Journal of Management, Vol.5, No.3.
17
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Multivariat Konsep Dasar dan
Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Subagya, R. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hedging dengan Menggunakan Instrumen Derivatif Valuta Asing.
Skripsi.
----------------------------------------------Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam, K, R dan John J. Wild. 2012. Analisis Laporan Keuangan Edisi 10
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Van Horne, J.C. 2010. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan edisi 12. Jakarta:
Salemba Empat.
Yuliati, Sri Handani dan Handoyo Prasetyo. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Internasional. Edisi 2. Mitra Wacana Media.45
www.idx.go.id.