pengaruh ekstrak daun kecubung datura metel (linnaeus, …digilib.unila.ac.id/54731/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK DAUN KECUBUNG Datura metel (Linnaeus, 1753)
SEBAGAI BAHAN ANESTESI TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI
DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
(Linnaeus, 1758)
SKRIPSI
Oleh
REVITA SYEFTI PALMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE EFFECTS OF AMETHYST Datura metel (Linnaeus, 1753) LEAVES
EXTRACT AS AN ANESTHETIC AGENT ON HAEMATOLOGICAL
CONDITION OF TILAPIA Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) FRY
By
REVITA SYEFTI PALMI
Anesthetic method is an important component to support the activities of
transporting live fish from one place to another for a long period of time. Cost
efficiency and effectiveness of anesthetic ingredients that not cause residues in
fish are factors to be considered as an anesthetic. Aim of this research is to study
the effect of subletal concentration of amethyst leaf extract on the hematological
conditions of tilapia fry after transporting on wet transportation systems. The
research procedure was through the amethyst leaf extract toxicity test series
(LC50-96 hours) to determine its sublethal concentration by 20% (0,297 ml/l),
30% (0,445 ml/l) and 40% (0,594 ml/l) of the LC50 value. The measured
parameters are clinical symptoms, period of fainting and conscious recovery,
hematological analysis, survival rate and water quality. The results showed the
concentration of amethyst leaf extract had an effect (P>0,05) on the period of
fainting and the hematological component after transportation simulation. Results
of water quality measurement showed the parameters of pH at 6 and ammonia
0,04 mg/l are not at the optimum value when fish transportation occur. The
recommended concentration of amethyst leaf extract for use as an anesthetic agent
is 0,445 ml/l.
Keywords : anesthesia, transportation, subletal, hematological analysis, extraction
ABSTRAK
PENGARUH EKSTRAK DAUN KECUBUNG Datura metel (Linnaeus, 1753)
SEBAGAI BAHAN ANESTESI TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI
BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)
Oleh
REVITA SYEFTI PALMI
Anestesi merupakan komponen penting untuk menunjang kegiatan transportasi
ikan hidup dari satu tempat ke tempat lain dalam jangka waktu yang cukup lama.
Efisiensi biaya dan efektifitas bahan anestesi yang tidak menimbulkan residu pada
ikan adalah faktor yang menjadi pertimbangan pemakaian bahan anestesi.
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh konsentrasi subletal ekstrak daun
kecubung terhadap kondisi hematologi benih ikan nila pasca pengangkutan sistem
transportasi basah. Prosedur penelitian melalui rangkaian uji toksisitas ekstrak
daun kecubung (LC50-96 jam) untuk menentukan konsentrasi subletal sebesar
20% (0,297 ml/l), 30% (0,445 ml/l) dan 40% (0,594 ml/l) dari nilai LC50.
Parameter yang diukur adalah gejala klinis, lama waktu pingsan dan pulih sadar,
analisis hematologi, tingkat kelangsungan hidup dan kualitas air. Hasil penelitian
menunjukkan konsentrasi ekstrak daun kecubung berpengaruh (P>0,05) terhadap
lama waktu pingsan dan komponen hematologi pasca simulasi transportasi. Hasil
pengukuran kualitas air menunjukkan parameter pH sebesar 6 dan amonia 0,04
mg/l berada pada nilai yang tidak optimal saat transportasi ikan berlangsung.
Konsentrasi ekstrak daun kecubung yang disarankan untuk digunakan sebagai
bahan anestesi adalah 0,445 ml/l.
Kata kunci : anestesi, transportasi, subletal, analisis hematologi, ekstraksi
PENGARUH EKSTRAK DAUN KECUBUNG Datura metel (Linnaeus, 1753)
SEBAGAI BAHAN ANESTESI TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI
DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
(Linnaeus, 1758)
Oleh
REVITA SYEFTI PALMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Revita Syefti Palmi dilahirkan
di Bandar Lampung pada tanggal 28 September 1996 sebagai
anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Amirillah dan
Ibu Syafrinayati.
Penulis memulai pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak
(TK) Harapan Ibu Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002,
dilanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sukarame Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011,
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan
pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan jenjang S1 di Program Studi
Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri (UM) pada tahun 2014
dan menyelesaikan masa studinya pada tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung (HIMAPIK) sebagai anggota
Bidang Pengabdian Masyarakat pada tahun 2015/2016 dan menjadi anggota
Bidang Pengembagan Masyarakat pada tahun 2016/2017. Penulis telah
melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mekar Jaya, Kecamatan
Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari, yaitu dari bulan
Januari-Februari 2017. Penulis mengikuti Praktik Umum (PU) dengan judul
“Pembenihan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) di Balai Riset
Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat” pada bulan Juli -
Agustus 2017.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Perairan
(2016/2017), Manajemen Kualitas Air (2016/2017 dan 2017/2018). Penulis
melakukan penelitian akhir pada bulan Februari 2018 dengan judul “Pengaruh
Ekstrak Daun Kecubung Datura metel (Linnaeus, 1753) Sebagai Bahan Anestesi
Terhadap Kondisi Hematologi Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus,
1758).
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmannirrahim
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan imbuhan kecil di
belakang namaku untuk kedua orangtuaku yang paling kucintai di dunia ini.
Ayahku Amirillah dan ibuku Syafrinayati yang selalu siap sedia untuk
menemani, membantu, berkorban serta memandu segala hal yang sedang
aku lakukan tanpa lelah, memberikan semangat yang tiada tara di setiap
detik kumenjalani hidup.
Kepada kedua kakakku, Reza Palmi dan Regiza Palmi yang selalu
melindungiku dan memberi arahan atas setiap apapun yang kujalani, dan
kepada adikku Reihan Berizky Palmi yang selalu menjagaku dan
menghiburku.
Kepada sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dan berjuang
bersama dalam melalui segala rintangan.
Serta
Almamaterku Tercinta“Universitas Lampung”
MOTTO
„‟Everyone must choose one of two pains; The pain of Discipline, or The pain
of Regret‟‟
(Revita Syefti Palmi)
„‟Orang cerdas cukup dinasehati dengan musibah, sedangkan orang bodoh
selalu minta dinasehati saat tertimpa musibah‟‟
(Dale Carnegie)
“Jangan mati-matian menghias diri untuk menjadi sesempurna mungkin,
padahal yang sesungguhnya harus dijaga dan diperbaiki adalah kualitas diri,
bukanlah kualitas fisik‟‟
(Pak Tedi Trimurjo)
“Don‟t ever tell people your plan, just show them your result”
(Awkarin)
“Berbicara dengan baik dan fasih adalah seni yang hebat, tapi mengetahui
saat yang tepat untuk berhenti berbicara juga tindakan yang sama-sama
hebat‟‟
(Wolfgang Amadeus Mozart)
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Kecubung Datura
metel (Linnaeus, 1753) Sebagai Bahan Anestesi Terhadap Kondisi Hematologi
dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus,
1758)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di
Universitas Lampung.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan Penguji skripsi yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun.
3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
4. Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Utama yang
telah banyak meluangkan waktunya, membagi ilmu, membimbing dengan
penuh kesabaran, memberikan saran serta motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku Pembimbing kedua yang telah
memberikan ilmu dan segenap pemikiran dengan kesabarannya,
memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi selama penulisan skripsi ini.
6. Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktu dan saran, serta senantiasa membimbing penulis
selama ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung, atas segala ilmu dan bantuan yang
diberikan.
8. Kedua orangtuaku, Ayah Amirillah dan Ibu Syafrinayati yang selalu
senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, motivasi,
dukungan, kebahagiaan serta doa yang tiada henti demi kesuksesanku.
9. Nenekku tercinta, Misnar yang selalu memberikan semangat, falsafah
hidup dan nasihat serta mendengarkan seluruh keluh-kesahku selama ini.
10. Abang-abangku, Reza Palmi dan Regiza Palmi, serta adikku Reihan
Berizky Palmi, yang selalu siap sedia melindungiku, memberiku
semangat, canda tawa, tenaga dan motivasi untukku.
11. Sepupuku, Wulan Rahma Izatti dan Filza Sabadini, serta sahabatku Resy
Yulita Sari yang selalu ada di setiap waktuku membutuhkan pertolongan.
12. Keluarga Putra Rumbia, Pak Kani dan Ibu Maem yang saya cintai, Vita,
Dheka, Fara, Anggit, Gerry, dan kak Binto yang telah banyak membantu
berbagi suka duka, canda tawa, dan kekeluargaan selama KKN.
13. Teman seperjuangan, Dewi, Sagada, Puput, Nunun, Nandya, Licha, Mira,
Ussy, Mewa, Revilarita, dan Citra yang telah menemani masa perkuliahan,
selalu ada saat suka, menghibur saat duka serta atas segala bantuannya.
14. Thanks to Ricky Hadi Pratama who never giving up on me, always
supporting and standing by my side in every moment that we have been
through.
15. Rekan-rekan Budidaya Perairan angkatan 2014 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan, motivasi,
solidaritas, kebersamaan dan dukungan selama kita bersama-sama.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menambah pengetahuan
dan wawasan.
Bandar Lampung, 24 November 2018
Penulis,
Revita Syefti Palmi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
C. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
D. Kerangka Pikir................................................................................................. 3
E. Hipotesis .......................................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) ......................................... 9
B. Tanaman Kecubung Datura metel (Linnaeus, 1753) ..................................... 11
C. Anestesi pada Transportasi Ikan ..................................................................... 13
D. Hematologi Ikan ............................................................................................. 15
1. Sel Darah Merah ..................................................................................... 16
2. Sel Darah Putih ....................................................................................... 16
3. Hematokrit .............................................................................................. 17
4. Hemoglobin ............................................................................................ 18
5. Glukosa Darah ........................................................................................ 18
E. Pengaruh Kecubung terhadap Hematologi Ikan ............................................. 19
Halaman
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ......................................................................................... 21
B. Alat dan Bahan ................................................................................................ 21
C. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 22
D. Metode Pelaksanaan ........................................................................................ 22
1. Pembuatan Ekstrak Daun Kecubung ...................................................... 23
2. Uji Pendahuluan...................................................................................... 23
3. Uji Konsentrasi Letal (LC50-96 Jam) ...................................................... 24
4. Penentuan Konsentrasi Subletal ............................................................. 25
5. Metode Transportasi ............................................................................... 25
E. Parameter Uji .................................................................................................. 26
1. Uji Hematologi ....................................................................................... 26
a. Koleksi darah ikan .................................................................... 26
b. Perhitungan persentase hematokrit ........................................... 27
c. Perhitungan jumlah rata-rata sel darah merah (eritrosit) .......... 27
d. Perhitungan jumlah rata-rata sel darah putih (leukosit) ........... 28
e. Perhitungan diferensiasi leukosit .............................................. 28
f. Kadar hemoglobin (Hb) ............................................................ 29
g. Glukosa darah ........................................................................... 30
2. Pengamatan Kualitas Air ........................................................................ 30
3. Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) ........................................ 30
F. Rancangan Percobaan ..................................................................................... 31
G. Pengumpulan Data .......................................................................................... 31
H. Analisis Data ................................................................................................... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Konsentrasi Letal (LC) ................................................................... 33
2. Gejala Klinis, Waktu Pingsan dan Pulih Sadar .................................... 34
3. Analisis Hematologi ............................................................................. 37
a. Sel darah merah ....................................................................... 37
b. Sel darah putih ........................................................................ 39
c. Hematokrit .............................................................................. 40
d. Hemoglobin ............................................................................. 42
e. Glukosa darah ......................................................................... 43
f. Diferensiasi leukosit ................................................................ 45
1.) Monosit .......................................................................... 45
2.) Neutrofil......................................................................... 47
3.) Limfosit ......................................................................... 48
4. Gambaran Sel Darah ............................................................................. 49
5. Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival rate) ....................................... 51
6. Analisis Kualitas Air ............................................................................. 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 55
B. Saran ............................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 56
LAMPIRAN ............................................................................................................ 62
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahapan anestesi pada ikan ............................................................................. 14
2. Tahapan pemulihan ......................................................................................... 14
3. Alat-alat penelitian .......................................................................................... 21
4. Bahan-bahan penelitian ................................................................................... 22
5. Gejala klinis dan waktu pingsan benih ikan nila yang dianestesi dengan
ekstrak daun kecubung pada konsentrasi subletal........................................... 34
6. Gejala klinis dan waktu pulih sadar benih ikan nila yang dianestesi dengan
ekstrak daun kecubung pada konsentrasi subletal........................................... 35
7. Nilai rata-rata sel darah merah (x 106
sel/mm3) benih ikan nila ..................... 37
8. Nilai rata-rata sel darah putih (x 104
sel/mm3) benih ikan nila ....................... 39
9. Nilai rata-rata persentase hematokrit (%) benih ikan nila ............................... 41
10. Nilai rata-rata konsentrasi hemoglobin (G/%) benih ikan nila ....................... 42
11. Nilai rata-rata kadar glukosa (mg/dl) benih ikan nila ..................................... 43
12. Nilai rata-rata persentase monosit (%) benih ikan nila ................................... 46
13. Nilai rata-rata persentase neutrofil (%) benih ikan nila .................................. 47
14. Nilai rata-rata persentase limfosit (%) benih ikan nila ................................... 48
15. Nilai rata-rata persentase kelangsungan hidup (%) benih ikan nila ................ 51
16. Kualitas air media pengujian benih ikan nila .................................................. 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian ................................................................................... 5
2. Ikan nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) ............................................ 9
3. Daun kecubung Datura metel (Linnaeus, 1753) ............................................... 11
4. Mortalitas benih ikan nila yang dipaparkan ekstrak daun kecubung selama
96 jam. ............................................................................................................... 33
5. Gambaran sel darah setelah transportasi ........................................................... 49
6. Gambaran sel darah setelah pemeliharaan ........................................................ 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data mortalitas benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberikan
ekstrak daun kecubung untuk menentukan nilai LC50 ..................................... 1
2. Analisis SPSS statistics version 22 untuk menentukan nilai LC50 .................. 2
3. Kecepatan waktu pingsan dan pulih sadar saat simulasi transportasi .............. 3
4. Kelangsungan hidup benih ikan nila setelah transportasi dan setelah
pemeliharaan selama 7 hari .............................................................................. 4
5. Analisis hematologi benih ikan nila saat sebelum transportasi, setelah
transportasi dan setelah pemeliharaan selama 7 hari ....................................... 6
6. Data pengukuran kualitas air sebelum transportasi, setelah transportasi
dan setelah pemeliharaan selama 7 hari ......................................................... 14
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu komoditas unggulan sektor
perikanan budidaya air tawar. Peningkatan produksi ikan nila nasional pada tahun
2017 mencapai 1,15 juta ton naik 3,6% dari tahun 2016. Perkembangan nilai eks-
por produk perikanan budidaya tahun 2017 mencapai 1,29 miliar US$ naik 5%
dari tahun 2016, dan nilai impor mencapai 17,06 juta US$ menurun sebesar 14%
dari periode tahun 2016 (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2018).
Peningkatan nilai ekspor produksi ikan nila tidak terlepas dari sarana dan prasara-
na yang mendukung kegiatan budidaya, termasuk pendistribusian benih-benih
ikan nila ke berbagai lokasi pembesaran. Distribusi benih ikan seringkali meng-
alami kendala, antara lain benih ikan mengalami stres saat transportasi yang ber-
akibat pada kematian ikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
kondisi tersebut salah satunya adalah dengan anestesi.
Anestesi (pemingsanan) yang efektif, efisien serta aman diperlukan pada kegiatan
pendistribusian benih, induk ataupun ikan konsumsi sebagai upaya peningkatan
produktivitas perikanan. Penggunaan bahan kimia anestetik efektif menurunkan
tingkat kematian ikan selama transportasi ikan hidup, seperti ether, propoxate,
2
quinaldine sulfat, dan tricaine (MS-222). Kandungan berbahaya di dalam bahan
kimia sintetis menjadikan penggunaannya dilarang sebab dapat meninggalkan
residu dalam tubuh ikan, sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Peri-
kanan, Nomor: KEP.20/MEN/2003 tanggal 9 Juni 2003, tentang larangan peng-
gunaan bahan kimia sintetis sebagai bahan anestesi (Grush et al., 2004).
Penggunaan bahan alami sebagai alternatif untuk anestesi ikan tidak membutuh-
kan biaya yang mahal sebab mudah untuk diperoleh. Selain itu, apabila digunakan
dalam dosis yang tepat dapat memingsankan ikan dalam waktu yang relatif lebih
cepat dibandingkan dengan menggunakan suhu rendah (es batu) dan tanpa me-
ninggalkan residu (bahan kimia sintetik). Beberapa tanaman yang dapat berfungsi
sebagai bahan anestesi pada ikan, seperti akar tuba yang mengandung senyawa
rotenone (Gamalael, 2006), daun bandotan yang mengandung minyak atsiri dan
saponin (Pratama, 2016), biji karet yang mengandung sianogenik glukosida atau
linamarin yang tergolong dalam senyawa alkaloid (Sukmiwati dan Sari, 2007),
dan tanaman kecubung yang mengandung senyawa alkaloid tropan berupa antro-
pin, hyosiamin dan skopolamin yang sangat beracun (Katno, 2006).
Senyawa alkaloid pada tanaman kecubung terdapat di semua bagian dari akar, ba-
tang, daun, buah, bunga, dan biji. Isolasi senyawa alkaloid menghasilkan kompo-
nen kristal metil yang mengakibatkan relaksasi pada otot lurik (Aminah et al.,
1999). Menurut Herubawono (2001), anestesi ikan mas koki dengan dosis efektif
0,7% ekstrak daun kecubung pada transportasi ikan memberikan hasil laju sintas-
an mencapai 91,67%. Penggunaan biji kecubung sebagai bahan anestesi induk
3
ikan lele dumbo lebih baik dibandingkan dengan menggunakan ekstrak daun
kecubung terhadap waktu pingsan dan pulih sadar (Adha, 2013).
Proses anestesi bereaksi dengan berpindahnya bahan anestesi dari lingkungan ke
organ pernapasan melalui proses difusi yang menyebabkan terjadinya penyerapan
bahan anestesi ke dalam darah dan bersirkulasi hingga kemudian menyebar ke
seluruh tubuh (Anderson, 2009). Analisis tentang kondisi hematologi pada benih
ikan nila yang dianestesi menggunakan ekstrak daun kecubung diperlukan untuk
menentukan konsentrasi optimal sebagai bahan anestesi alternatif yang efektif,
ekonomis dan efisien digunakan dalam keperluan transportasi ikan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas ekstrak daun kecubung
Datura metel (Linnaeus, 1753) sebagai bahan anestesi serta pengaruhnya terhadap
kondisi hematologi dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila Oreochromis
niloticus (Linnaeus, 1758).
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi ilmiah tentang pemanfaatan
ekstrak daun kecubung sebagai bahan anestesi alternatif untuk transportasi ikan.
D. Kerangka Pikir
Transportasi dalam pembenihan ikan nila merupakan proses pendistribusian benih
dari panti benih ke sentra-sentra pembesaran. Semakin jauh jarak yang ditempuh,
semakin dituntut suatu teknik yang mampu mempertahankan ikan agar tetap hidup
dalam waktu yang lama sehingga meningkatkan jangkauan distribusi ikan. Ken-
4
dala yang dihadapi dalam kegiatan transportasi ikan adalah stres dan tingkat ke-
matian yang tinggi sehingga perlu penanganan yang lebih baik agar ikan tetap
hidup dan sehat ketika sampai pada pembudidaya. Upaya yang digunakan adalah
melalui teknik anestesi selama proses transportasi berlangsung. Bahan anestesi
dapat berasal dari bahan kimia sintetis atau bahan alami yang lebih aman. Salah
satu bahan alami yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan anestesi adalah
ekstrak daun kecubung.
Tanaman kecubung memiliki kandungan senyawa alkaloid yang terdiri dari an-
tropin, hiosiamin, dan skopolamin. Kandungan alkaloid tanaman kecubung ber-
variasi pada masing-masing organ, seperti pada akar dan biji antara 0,4-0,9%,
daun muda 0,813%, daun tua 0,038 % dan bunga 0,2-0,3% (Sastrapradja, 1978).
Menurut Harahap (2014), perbedaan letak daun pada tanaman kecubung sebagai
bahan anestesi dalam kegiatan transportasi ikan memiliki pengaruh yang signi-
fikan terhadap kecepatan waktu pingsan dan pulih sadar, serta tingkat kelangsung-
an hidup ikan mas (Cyprinus carpio).
5
Pemulihan pascatransportasi
Ya
Tidak
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian.
Daun kecubung (mengandung senyawa alkaloida antropin)
Penentuan konsentrasi subletal
Pembiusan pada benih ikan nila
Konsentrasi letal (LC50- 96 jam)
0% dari LC50 20% dari LC50
Simulasi transportasi selama 4 jam
Pemeliharaan ikan selama 7 hari
30% dari LC50
1. Hematologi
- ∑ Eritrosit
- ∑ Leukosit
- Kadar glukosa
- Hematokrit
- Hemoglobin
2. Tingkat kelangsungan hidup (SR)
Simulasi transportasi selama 4 jam
40% dari LC50
Uji toksisitas terhadap benih ikan nila
Pemeliharaan ikan selama 7 hari
Pemulihan dari efek pembiusan selama 24 jam
Diekstrak dengan metode maserasi
Uji signifikan
Tidak dapat digunakan
sebagai anestesi
Dapat digunakan sebagai anestesi
Berbeda
nyata
Ekstrak daun kecubung
Penentuan konsentrasi ekstrak daun kecubung
sebagai bahan anestesi benih ikan nila
6
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Pengaruh perlakuan konsentrasi subletal terhadap jumlah sel darah merah pa-
da benih ikan nila:
H0 : μi = 0 Tidak ada pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%, 20%,
30%, 40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terhadap
jumlah sel darah merah benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah
pada tingkat kepercayaan 95%.
H1 : μi ≠ 0 Minimal ada satu pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%,
20%, 30%, 40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terha-
dap jumlah sel darah merah benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah
pada tingkat kepercayaan 95%.
b. Pengaruh perlakuan konsentrasi subletal terhadap jumlah sel darah putih pada
benih ikan nila:
H0 :μi = 0 Tidak ada pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%, 20%, 30%,
40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terhadap jumlah
sel darah putih benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada tingkat
kepercayaan 95%.
H1 : μi ≠ 0 Minimal ada satu pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%,
20%, 30%, 40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terha-
dap jumlah sel darah putih benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah
pada tingkat kepercayaan 95%.
7
c. Pengaruh perlakuan konsentrasi subletal terhadap kadar hematokrit pada
benih ikan nila:
H0 :μi = 0 Tidak ada pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%, 20%, 30%,
40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terhadap kadar
hematokrit benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada tingkat
kepercayaan 95%.
H1 : μi ≠ 0 Minimal ada satu pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%,
20%, 30%, 40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terha-
dap kadar hematokrit benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada
tingkat kepercayaan 95%.
d. Pengaruh perlakuan konsentrasi subletal terhadap kadar hemoglobin pada
benih ikan nila:
H0 :μi = 0 Tidak ada pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%, 20%, 30%,
40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terhadap kadar
hemoglobin benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada tingkat
kepercayaan 95%.
H1 : μi ≠ 0 Minimal ada satu pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%,
20%, 30%, 40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terha-
dap kadar hemoglobin benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada
tingkat kepercayaan 95%.
8
e. Pengaruh perlakuan konsentrasi subletal terhadap kadar glukosa pada benih
ikan nila:
H0 :μi = 0 Tidak ada pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%, 20%, 30%,
40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terhadap kadar
glukosa benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada tingkat keper-
cayaan 95%.
H1 : μi ≠ 0 Minimal ada satu pengaruh perlakuan konsentrasi subletal (0%,
20%, 30%, 40% dari LC50) ekstrak daun kecubung yang berbeda nyata terha-
dap kadar glukosa benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada
tingkat kepercayaan 95%.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)
Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1991) adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Sub Class : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub Order : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758).
Gambar 2. Ikan nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)
Ikan nila Oreochromis niloticus (Linnaeus,1758) merupakan ikan air tawar yang
berasal dari Afrika Timur (Trewavas, 1991). Ikan nila memiliki ciri morfologis,
yaitu bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (compress), sirip perut torasik,
letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing, memiliki linea lateralis bagian
10
atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai
pangkal sirip ekor, ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepa-
la, mata yang besar menonjol dengan tepi berwarna putih, sisik berukuran besar
dan kasar berjumlah 34 buah pada gurat sisi. Ikan nila memiliki lima sirip, yaitu
sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip
anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin) dengan rumus jari-jari sirip D.XVII.13;
V.15; P.15; A.III.10; C.18, sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup in-
sang hingga bagian atas sirip ekor. Terdapat sepasang sirip dada dan sirip perut
yang berukuran kecil, sirip anus hanya satu dan berbentuk agak panjang, dan sirip
ekor berbentuk bulat berjumlah satu (Mahyuddin, 2008).
Ikan nila termasuk golongan ikan omnivore yang cenderung herbivora sehingga
lebih mudah beradaptasi dengan berbagai jenis pakan, seperti zooplankton, fito-
plankton, dan lumut, serta efisien dalam mencerna makanan. Pertumbuhan, per-
kembangbiakan, dan kelangsungan hidup ikan nila memerlukan pakan yang cukup
dari segi kualitas dan kuantitas (Kottelat et al., 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan
hidupnya, sehingga dapat dibudidayakan di dataran rendah yang memiliki jenis air
payau, maupun dataran tinggi dengan suhu yang rendah. Ikan nila mampu hidup
pada rentang suhu 14-38oC dengan suhu optimal 25-30
oC dan dengan nilai pH air
6-8,5 (Kottelat et al., 1993).
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat potensial untuk
dibudidayakan secara intensif. Pengembangan budidaya ikan nila di perairan ta-
war Indonesia dimulai tahun 1969. Strain ikan nila yang pertama kali didatangkan
11
ke Indonesia adalah nila hitam asal Taiwan. Ikan nila banyak dibudidayakan kare-
na dagingnya serupa dengan daging ikan kakap dan mempunyai daging sisi badan
yang cukup tebal. Ikan nila memiliki keunggulan yang komparatif yaitu pembudi-
dayaannya yang relatif cepat dibandingkan dengan jenis ikan lain. Hal ini disebab-
kan sifat ikan nila yang mudah berkembang biak dan pertumbuhan yang cepat
(Santoso, 2006).
B. Tanaman Kecubung Datura metel (Linnaeus, 1753)
Menurut Tjitrosoepomo (1994), klasifikasi tanaman kecubung adalah:
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Datura
Spesies : Datura metel (Linnaeus, 1753)
Gambar 3. Daun kecubung Datura metel (Linnaeus, 1753).
Kecubung (Datura metel) ditemukan oleh ahli botani bernama Charles Linnaeus
pada tahun 1753. Kecubung merupakan tumbuhan tropis yang dapat ditemukan di
Asia Selatan dan Tenggara, termasuk India, Sri Lanka, Indonesia dan Benua
Amerika. Kecubung adalah tanaman tahunan dengan tinggi 0,40-1 meter dan
12
memiliki bentuk buah bulat berduri. Daunnya berukuran 15 cm berbentuk bulat
telur dengan bagian tepi yang berlekuk tajam dan bunganya berbentuk terompet
merunduk berwarna ungu atau putih, namun hibridanya dapat ditemukan dalam
beraneka ragam warna (Kuganathan dan Ganeshalingam, 2011).
Bagian-bagian tanaman (daun, biji atau bunga) sering digunakan dalam bidang
kedokteran (Kuganathan dan Ganeshalingam, 2011). Tanaman ini sudah diguna-
kan sebagai obat sejak abad kesepuluh, seperti untuk antibakteri, antiseptik, nar-
kotika dan obat penenang (Ganesh et al., 2015). Manfaat lainnya dari tanaman
family Solanaceae ini sebagai tanaman obat yang sering digunakan masyarakat,
yaitu untuk mengobati asma, kejang otot, batuk rejan, ulkus pada kulit, dan lain-
lain (Priya et al., 2002).
Aktivitas antikolinergik pada bagian daun, bunga dan biji Datura metel menye-
babkan beberapa kasus keracunan dengan gejala, seperti mengigau, mengantuk,
halusinasi, ataksia, kejang, koma, dilatasi pupil, mulut kering, kulit kering, hiper-
termia, sinus takikardia, kelainan konduksi jantung, disritmia, retensi urin hingga
kelumpuhan (Phua et al., 2008). Senyawa alkaloid dalam tanaman kecubung ber-
fungsi untuk mempertahankan diri terhadap hewan herbivora dan makhluk pato-
gen lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan secara luas sebagai obat-obatan, stimu-
lan, narkotika, dan racun karena aktivitas biologisnya (Rozalina, 2017). Menurut
data BNN (2014), kecubung sering disalahgunakan sebagai bahan narkotika dan
penggunaannya tercatat mencapai 3% dari kelompok halusinogen lainnya. Efek
yang dihasilkan dari konsumsi kecubung serupa dengan penggunaan LCD, magic
mushroom atau marijuana yang memiliki kandungan alkaloid jenis halusinogen.
13
C. Anestesi dalam Transportasi Ikan
Anestesi secara umum didefinisikan sebagai suatu keadaan yang disebabkan oleh
aplikasi agen eksternal yang menyebabkan hilangnya reflektivitas tubuh melalui
depresi pada sistem saraf. Anestesi dapat berupa anestesi lokal atau umum bergan-
tung pada aplikasi anestesi tersebut (Ackerman et al., 2009).
Camporesi et al. (1994) menjelaskan bahwa anestesi adalah pengupayaan suatu
keadaan yang dapat membuat objek tidak sadar dalam jangka waktu tertentu, un-
tuk mengusahakan relaksasi otot dan mengurangi atau menghentikan refleks oto-
nom dengan masih mempertahankan fungsi respirasi dan kardiovaskular. Dalam
kegiatan anastesi pada ikan, maka secara berturut-turut ikan akan mengalami per-
lambatan pergerakan dan perlambatan reaksi terhadap stimuli yang diberikan, ya-
itu lambatnya laju respirasi, kehilangan kontrol keseimbangan hingga pada akhir-
nya ikan tidak dapat merespon stimuli dari luar (Davis, 2000).
Transportasi ikan hidup dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk memindah-
kan ikan dalam keadaan hidup dengan memberikan perlakuan tertentu. Untuk
menjaga agar kelangsungan hidup ikan tetap tinggi setelah sampai di tempat tu-
juan, maka diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu yang diharapkan mampu
mempertahankan ikan agar tetap hidup dalam jangka waktu yang lama (Jangkaru,
2001).
14
Tabel 1. Tahapan anestesi pada ikan
Tahapan
Anestesi
Deskripsi Karakteristik
- Normal Reaktif terhadap stimuli eksternal, laju bukaan
operkulum dan detak jantung normal,
I Light sedation
(Pingsan ringan)
Secara perlahan-lahan kehilangan reaktivitas
terhadap stimuli, secara perlahan-lahan laju
bukaan operkulum menurun namun keseim-
bangan masih terjaga,
II Deep sedation
(Pingsan berat)
Reaktivitas terhadap semua stimuli hilang
secara total, namun demikian masih reaktif
terhadap stimuli yang keras,
III Kehilangan
keseimbangan
parsial
Elastisitas otot hilang secara sebagian, perge-
rakan ikan tidak teratur, peningkatan laju
bukaan operkulum hanya reaktif ketika ikan
disentuh dengan keras,
IV Kehilangan
keseimbangan secara
total
Elastisitas otot dan kesimbangan hilang secara
total, laju bukaan operkulum menjadi rendah,
kehilangan refleksi spinal,
V Kehilangan
reaktifitas refleks
Reaktivitas hilang secara total, pergerakan
operkulum menjadi lambat dan tidak teratur,
denyut jantung menjadi lamban, kehilangan
semua bentuk refleks,
VI Medullary collapse
(Kelumpuhan total)
Tidak ada pergerakan operkulum yang diikuti
oleh berhentinya detak jantung.
Sumber: Cooke et al. (2004)
Tabel 2. Tahapan pemulihan
Tahapan
pemulihan
Deskripsi Tingkah laku
1 Mulai pulih Keseimbangan pulih secara menyeluruh dan
permanen, pergerakan operkulum normal,
2 Pulih total Responsif terhadap stimuli visual, dapat be-
renang untuk menghindar.
Sumber: Mylonas et al. (2005)
Dalam perkembangannya, saat ini terdapat dua metode transportasi ikan hidup,
yaitu metode transportasi basah dan transportasi kering. Metode transportasi basah
15
biasa digunakan untuk jarak jauh dalam waktu lebih dari 3 jam dengan mengguna-
kan media air hingga 2-3 kali berat ikan. Metode transportasi kering, yaitu peng-
angkutan ikan hidup tanpa media air, lebih efisien dalam pemanfaatan ruang, na-
mun resiko kematian dan kecacatan fisik pada ikan lebih tinggi (Junianto, 2003).
Penggunaan metode anestesi banyak digunakan pada transportasi basah untuk
mempertahankan tingkat kelangsungan hidup melalui perlambatan metabolisme
tubuh sehingga dapat meningkatkan jangkauan distribusi. Biasanya transportasi
basah digunakan untuk mengangkut ikan hidup dari penangkapan di tambak atau
kolam menuju ke lokasi lainnya (Habibie, 2006).
Golongan alkaloid dan senyawa aromatik sering digunakan sebagai bahan aneste-
si. Penggunaan bahan anestesi terlebih dari bahan alami hingga kini masih terba-
tas. Adapun bahan anestesi alami yang telah diaplikasikan, antara lain biji karet,
minyak cengkeh dan ekstrak ubi kayu (Habibie, 2006). Menurut Harahap (2014),
bahwa bahan anestesi ekstrak daun kecubung yang berasal dari daun bagian pucuk
lebih baik daripada daun bagian bawah terhadap kecepatan waktu pingsan, waktu
pulih sadar, dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas. Hal ini disebabkan
kandungan alkaloida pada bagian pucuk daun kecubung lebih banyak dibanding-
kan dengan daun yang tua (Harahap, 2014).
D. Hematologi Ikan
Sel darah tersusun dari sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit).
Kedua tipe sel ini terbentuk pada jaringan hematopoetik ginjal. Volume darah pa-
da ikan lebih sedikit dibandingkan dengan vertebrata lainnya, yaitu sekitar 3%
dari berat tubuhnya. Darah mempunyai fungsi vital, di antaranya adalah menge-
16
darkan nutrien ke seluruh sel-sel tubuh, membawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukannya, menjaga ke-
seimbangan tubuh, dan untuk mengangkut hasil buangan metabolisme, seperti
karbondioksida dan asam laktat. Darah juga membawa materi ion anorganik Na+,
Mg2+
, Cl-, dan senyawa organik, seperti hormon, vitamin, dan beberapa protein
plasma (Anderson, 2017).
Pemeriksaan darah sangat penting dilakukan untuk mendiagnosa suatu penyakit
dan kondisi ikan. Penyimpangan fisiologi ikan menyebabkan terjadinya perubah-
an pada komponen-komponen darah ikan. Perubahan gambaran darah dapat me-
nentukan kondisi atau status kesehatan ikan (Wedemeyer dan Yasutake, 1997).
1. Sel darah merah
Sel darah merah ikan pada umumnya mempunyai inti dengan bentuk oval hingga
bundar, inti sel kecil dengan sitoplasma, berwarna merah kekuningan, dan beru-
kuran 10-13 μm dengan diameter inti 4-5 μm. Jumlah sel darah merah pada ikan
nila normal, yaitu berkisar 1,43-3,18 x 106 sel/mm
3 (Hartika et al., 2014). Sel da-
rah merah berfungsi sebagai transporter oksigen. Rendahnya jumlah eritrosit me-
nandakan ikan menderita anemia dan kerusakan organ ginjal, sedangkan tinggi-
nya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres. Faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah spesies, perbedaan induk (gene-
tik), kondisi nutrisi, aktifitas fisik, dan umur (Dallman dan Brown, 1989).
2. Sel darah putih
Jumlah sel darah putih lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah sel darah me-
rah. Penyimpangan sel darah putih dari keadaan normal mempunyai arti klinis
17
penting untuk evaluasi keberadaan penyakit (Dallman dan Brown, 1989). Sel da-
rah putih dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan ada tidaknya butir-butir
(granula) dalam sel, yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit dibagi menjadi
limfosit, trombosit, dan monosit, sedangkan granulosit berupa neutrofil (Lagler et
al., 1977).
Secara normal pada individu yang sehat jumlah sel darah putih di dalam darah
adalah 1% dari total jumlah darah. Sel darah putih tidak berwarna, jumlahnya se-
tiap mm3
pada ikan nila normal berkisar 32.000 – 146.000 sel/mm3 (Hartika et al.,
2014). Peningkatan sel darah putih dapat disebabkan oleh penyakit, infeksi, para-
sit, stres akibat penanganan dan pengaruh lingkungan (Guyton dan Hall, 2014).
3. Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah) berupa zat
padat terhadap cairan darah dalam tubuh ikan. Jika hematokrit 40%, menunjukkan
darah terdiri dari 40% sel darah merah, dan 60% merupakan plasma darah dan sel
darah putih. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang
dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Kadar hematokrit ini bervariasi bergan-
tung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemi-
jahan (Kuswardani, 2006).
Dengan demikian, apabila terjadi perembesan cairan darah keluar dari pembuluh
darah, sementara bagian padatnya tetap di dalam pembuluh darah, maka akan
membuat persentase zat padat darah terhadap cairannya naik sehingga kadar he-
matokritnya juga akan meningkat (Hardjoeno, 2007).
18
4. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang tersusun dari protein globin tidak
berwarna dan pigmen heme yang dihasilkan oleh eritrosit (Blaxhall dan Daisley,
1973). Menurut Anderson (2017), kadar hemoglobin yang rendah menunjukkan
indikator terjadinya anemia, dan peningkatan kadar hemoglobin menunjukkan
ikan dalam kondisi stres. Menurut Siakpere et al. (2005), secara fisiologis hemo-
globin menentukan tingkat ketahanan tubuh ikan sebab hubungannya yang sa-
ngat erat dengan daya ikat oksigen oleh darah. Kemampuan darah untuk meng-
angkut oksigen bergantung pada kadar Hb dalam darah (Lagler et al., 1977). Me-
nurut Wells et al. (2005), satu gram hemoglobin dapat mengikat kira-kira 1,34 ml
oksigen.
5. Glukosa
Tingkat glukosa darah merupakan indikator terjadinya stres awal pada ikan sebab
tingkat sangat sensitif terhadap hormon yang mengatur stres (Mazeud, 1981).
Stres dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan kualitas air atau
penanganan yang salah saat transportasi, sehingga dapat menyebabkan ikan me-
ngalami hiperglisemia dan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan, dan kelang-
sungan hidup ikan (Barton dan Iwama, 1991). Mekanisme terjadinya hiperglise-
mia (tingkat glukosa darah tinggi) akibat stres adalah melalui proses pemecahan
glikogen otot oleh hati (glikogenolisis) yang akan menghasilkan glukosa
(Mazeud, 1981).
Keberadaan glukosa darah ditentukan oleh pakan, waktu akhir makan, status sim-
panan glikogen hati, dan stadia perkembangan. Apabila kadar glukosa darah
19
mengalami penurunan dari tingkat normal, maka hormon insulin, tiroid, gluka-
gon, epinefrin, dan steroid dengan segera akan berfungsi untuk meningkatkan
glukosa darah ke tingkat normal melalui pemecahan glikogen, deaminasi asam
amino, dan konversi dari gliserol yang merupakan bagian dari molekul lemak.
Jika jumlah glukosa darah meningkat di atas nilai normal, maka hanya hormon
insulin yang dapat berperan untuk menurunkan glukosa ke level normal melalui
transpor aktif glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam seluruh sel tubuh
(Mazeud, 1981).
E. Pengaruh Kecubung terhadap Hematologi Ikan
Kecubung sangat terkenal sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Hampir
semua bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan untuk obat, tetapi yang ba-
nyak digunakan adalah daunnya (Widayati, 1992). Berdasarkan Gibbs (2000),
daun kecubung mengandung alkaloida antropin yang dapat digunakan dalam
pengobatan dengan memanfaatkan senyawa alkaloida antropin yang memiliki
berbagai aktivitas biologis yang menarik dan di antaranya dapat digunakan seba-
gai antiasmatik.
Alkaloid merupakan senyawa terbanyak yang terkandung dalam ekstrak daun ke-
cubung. Alkaloid adalah senyawa yang bersifat basa dan mengandung satu atau
lebih atom hidrogen. Sebagian besar alkaloid merupakan kristal putih yang mudah
larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam air atau garam. Alkaloid dalam tum-
buhan kecubung memiliki aplikasi farmakologis sebagai anestesi dan stimulan
sistem saraf pusat (Madziga et al., 2010). Kecubung merupakan sumber alkaloid
tropan (Kuang et al., 2008). Tanaman kecubung mengandung alkaloid jenis hyo-
20
siamin, skopolamin, dan atropin (Ganesh et al., 2015). Hiosiamin dan skopolamin
bekerja sebagai senyawa anti muskarinik pada sistem saraf pusat dan sistem saraf
perifer sehingga menghalangi neuron kolinergik parasimpatis. Dalam dosis rendah
dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular yang menyebabkan bradikardia. Sko-
polamin digunakan sebagai depresan SSP dalam dosis kecil untuk mengobati ma-
buk perjalanan (Maheshwari et al., 2013). Alkaloid dalam jumlah berlebihan da-
pat menjadi racun (Kuganathan dan Ganeshalingam, 2011).
Aplikasi kecubung tidak hanya digunakan sebagai obat, namun juga sebagai ba-
han anestesi untuk memingsankan ikan guna keperluan transportasi ataupun relak-
sasi ketika pengobatan. Adapun respon yang ditimbulkan akibat pemberian kecu-
bung paling tinggi yaitu pada perubahan kondisi fisiologis. Pemberian dengan do-
sis yang berlebih dapat menyebabkan overdosis dan kematian pada organisme
yang dipaparkan (Arliansyah, 2009).
Perubahan kondisi hematologi ikan dapat berupa perbedaan kuantitas volume dari
beberapa komponen darah. Menurut Herubawono (2001), anestesi ikan mas koki
dengan dosis efektif daun kecubung saat transportasi memberikan hasil laju sinta-
san ikan yang lebih baik dibandingkan ikan yang tanpa dianestesi, pada perlakuan
ikan kontrol yang tidak diberi bahan anestesi mengalami kematian disebabkan
stres selama proses transportasi. Stres yang disebabkan oleh transportasi dapat
merangsang sekresi kortisol sehingga menyebabkan penurunan limfosit dan pe-
ningkatan jumlah neutrofil dalam darah (Torres et al., 2007).
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2018 di Laboratorium Budidaya
Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Alat-alat penelitian
No. Nama Alat Jumlah Fungsi
1.
2.
3.
Akuarium
Kotak styrofoam
Plastik polyetilen
12 unit
4 unit
12 buah
Sebagai media pengujian,
Sebagai media saat transportasi,
Sebagai media packing transportasi,
4. Gelas ukur 1 buah Untuk menakar konsentrasi ekstrak,
5. Jarum suntik (spuit
1 ml)
20 buah Untuk mengambil sampel darah ikan uji,
6. Tabung eppendorf 12 buah Sebagai media untuk menampung sampel
darah,
7. Mikroskop 1 unit Untuk mengamati gambaran darah,
8. Hemocytometer 1 unit Untuk mengukur jumlah eritrosit dan
leukosit,
9. Pipet sahli dan
tabung Hb
1 unit Untuk menghitung kadar hemoglobin pada
darah,
10. Tabung mikro
hematokrit
1 unit Untuk mengukur kadar hematokrit,
11. Sentrifuge 1 unit Untuk memisahkan antar komponen darah,
12. Glukose meter 1 unit Untuk menghitung kadar glukosa darah
dengan glokosa kit,
13. Termometer 1 buah Untuk mengukur suhu air,
14. DO-meter 1 unit Untuk mengukur kadar oksigen dalam air,
15. pH-meter 1 unit Untuk mengukur tingkat keasaman/ basa
pada air.
22
Tabel 4. Bahan-bahan penelitian
No. Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Benih ikan nila
ukuran 8-10 cm
120 ekor Sebagai objek pengujian pada pe-
nelitian,
2. Daun kecubung 4.200 gram Sebagai bahan baku anestesi,
3. Es batu 3 kg Sebagai stabilitor suhu saat trans-
portasi,
4. Etanol 96% 6.500 ml Sebagai pelarut untuk membuat
ekstrak,
5. Larutan hayem 50 ml Sebagai pelarut untuk menghitung
sel darah merah,
6. Larutan turk 50 ml Sebagai pelarut untuk menghitung
sel darah putih,
7. HCl 0,1 N 10 ml Sebagai pelarut untuk menghitung
hemoglobin,
8. Larutan EDTA 50 ml Untuk mencegah penggumpalan
dan lisis pada darah.
C. Prodesur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari rangkaian uji toksistas sebelum dilakukan simulasi
transportasi. Uji pendahuluan bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi am-
bang atas dan ambang bawah, dilanjutkan uji toksisitas berupa LC50 (lethal con-
centration) selama 96 jam untuk mengetahui konsentrasi yang mematikan 50%
ikan uji (Finney, 1971), untuk menentukan konsentrasi subletal melalui analisis
probit yang didapatkan dari hasil uji LC50-96 jam dan digunakan sebagai konsen-
trasi pada transportasi benih ikan nila.
D. Metode Pelaksanaan
Penelitian ini memiliki beberapa tahapan yaitu pembuatan ekstrak daun kecubung,
uji toksisitas, simulasi transportasi, dan pemeliharaan benih ikan nila selama 7 ha-
ri setelah ditransportasikan. Pengamatan hematologi darah dan pemeliharaan ikan
dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Universitas Lampung.
23
1. Pembuatan ekstrak daun kecubung
Daun kecubung diekstrak menggunakan metode maserasi. Sebanyak 4.200 gram
daun kecubung basah dikeringanginkan. Sesudah kering dihaluskan hingga ber-
bentuk bubuk, kemudian dimasukkan ke dalam maserator untuk dilakukan mase-
rasi menggunakan larutan etanol 96% sebanyak 6,5 liter selama 72 jam hingga
terbentuk supernatan. Perbandingan antara daun kecubung dengan pelarut adalah
1:4, kemudian direndam dan air rendaman yang telah berwarna hijau kecokelatan
disaring menggunakan kertas saring, selanjutnya hasil saringan yang diperoleh di-
sebut sebagai ekstrak dasar (master solution) yang kemudian dipekatkan menggu-
nakan vakum rotary evaporator pada suhu 40oC dengan kecepatan 120 putaran/
menit. Ekstrak yang dihasilkan berupa larutan yang lebih kental sebanyak 142 ml
dan siap diuji tingkat efektivitasnya.
2. Uji pendahuluan
Akuarium berukuran 40 x 30 x 30 cm3 dicuci dengan air bersih lalu dikeringkan,
kemudian diisi air sebanyak 4 liter (3/4 dari tinggi akuarium), dan diberi aerasi se-
lama 24 jam untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air. Ikan diaklimatisasi dan
dipuasakan selama 24 jam agar tidak stres. Uji pendahuluan menggunakan 5 kon-
sentrasi dan 3 ulangan. Konsentrasi yang digunakan untuk masing-masing perla-
kuan menggunakan rumus logaritmik yaitu 100, 10, 1, 0,1 dan 0,01 ppm. Parame-
ter yang diamati yaitu tingkat mortalitas ikan yang mengalami kematian 100% dan
0% berdasarkan konsentrasi yang diberikan. Pengujian dilakukan sela-ma 48 jam
dengan selang waktu 3, 6, 12, 24, dan 48 jam.
24
3. Uji konsentrasi letal (LC50-96 jam)
Uji konsentrasi letal menggunakan perhitungan kisaran konsentrasi berdasarkan
nilai hasil uji pendahuluan menggunakan rumus Steel et al. (1997), sebagai beri-
kut:
(
)
Keterangan :
N : Konsentrasi ambang atas
n : Konsentrasi ambang bawah
K : Jumlah konsentrasi yang diuji (misal. 5; a, b, c, d, e)
a : Konsentrasi yang paling kecil dari deret yang ditentukan
Berdasarkan perhitungan tersebut, kemudian ditetapkan 5 konsentrasi untuk uji
LC50. Pengujian dilakukan selama 96 jam dengan selang waktu 3, 6, 12, 24, 48,
72, dan 96 jam. Parameter yang diamati yaitu mortalitas ikan yang mengalami ke-
matian 50% dari total ikan uji. Perhitungan nilai LC50-96 jam selanjutnya dihitung
dengan menggunakan analisis probit yang diperoleh dari hubungan nilai logaritma
konsentrasi bahan uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji yang
merupakan fungsi linier dengan persamaan menurut Steel et al. (1997), sebagai
berikut:
Y = a + bx
Keterangan :
Y: Nilai probit mortalitas
a: Konstanta
b: Slope/ kemiringan
x: Logaritma konsentrasi bahan uji
LC50-96 jam diperoleh dari anti log m, dimana m merupakan logaritma konsen-
trasi bahan toksik pada Y=5, yaitu nilai probit 50% hewan uji, sehingga persama-
an regresi menjadi:
25
Dengan nilai a dan b diperoleh berdasarkan persamaan menurut Steel et al.
(1997), sebagai berikut:
∑
∑ ∑
∑
∑
a =
∑ ∑
Keterangan :
n: banyaknya perlakuan
M: nilai X pada Y = 5
4. Penentuan konsentrasi subletal
Setelah dilakukan uji LC50-96 jam dan didapatkan konsentrasi yang tidak memati-
kan ikan 50% dari populasi total, selanjutnya ditentukan konsentrasi subletal de-
ngan pembagian konsentrasi sebesar 20%, 30%, dan 40% dari nilai LC50-96 untuk
kemudian dijadikan sebagai konsentrasi pada simulasi transportasi benih ikan nila.
5. Metode transportasi
Benih ikan nila yang telah dipuasakan selama 24 jam kemudian diberikan ekstrak
daun kecubung dengan konsentrasi subletal. Kecepatan waktu ikan pingsan (onset
time) selama dianestesi dihitung saat sebelum transportasi, kemudian ikan dike-
mas menggunakan kantung plastik polyetilen dengan ketebalan 0,03 mm. Penge-
masan dilakukan dengan memasukkan ikan ke dalam kantung plastik yang telah
berisi air lalu diikat rapat dengan karet. Setelah ikan dikemas dalam plastik berisi
oksigen kemudian dimasukkan ke dalam kotak styrofoam untuk mengurangi kon-
tak yang terjadi antara air di dalam kantong dengan suhu lingkungan luar dan di
setiap bagian sudut kotak diberi bongkahan es batu sebagai stabilitor suhu. Simu-
lasi transportasi dilakukan selama 4 jam. Setelah transportasi kemudian dilakukan
26
pengadaptasian selama 24 jam dan dihitung waktu pemulihan ikan (recovery time)
selama masa pemulihan di wadah pemeliharaan yang dilengkapi dengan aerasi
tinggi dengan tujuan ikan tidak stres dan sehat sebelum diamati (Ismail et al.,
1992).
E. Parameter Uji
Parameter uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kondisi hematologi ikan
yang meliputi perhitungan jumlah rata-rata leukosit, persentase diferensiasi leuko-
sit, jumlah rata-rata eritrosit, persentase hematokrit, kadar haemoglobin, glukosa
darah, gambaran sel darah, pengamatan parameter kualitas air, dan tingkat kelang-
sungan hidup (survival rate) ikan.
1. Uji hematologi
Pengukuran hematologi dilakukan pada ikan normal (stock) sebelum transportasi,
ikan setelah simulasi transportasi selama masa pemulihan, dan setelah 7 hari pe-
meliharaan. Uji hematologi ikan berdasarkan modifikasi metode Biyanti (2005).
Data yang diambil untuk hematologi ikan adalah sebagai berikut:
a. Koleksi darah ikan
Ikan yang telah pulih sadar diambil darahnya menggunakan jarum suntik yang se-
belumnya sudah diberi larutan antikoagulan (EDTA) yang berfungsi untuk men-
cegah penggumpalan pada darah atau lisis saat pengambilan sampel darah. Sam-
pel darah diambil dari bagian arteri caudalis kemudian darah disimpan di tabung
eppendorf.
27
b. Perhitungan persentase hematokrit
Pengamatan hematokrit dilakukan dengan memasukan darah yang telah disimpan
di tabung eppendorf ke dalam kapiler hematokrit yang diberi penutup lilin (plas-
tisin). Darah pada kapiler hematokrit tersebut selanjutnya disentrifus dengan kece-
patan 4.000 rpm selama 15 menit. Panjang endapan eritrosit pada kapiler diukur
dengan penggaris dan dihitung presentase volumenya. Perhitungan nilai hemato-
krit menggunakan rumus menurut Anderson (2017):
.
c. Perhitungan jumlah rata-rata sel darah merah (eritrosit)
Perhitungan sel darah merah yaitu dilakukan dengan cara sampel darah diambil
dengan menggunakan alat hisap eritrosit berupa kapiler yang di dalamnya terdapat
batu kecil berwarna merah hingga garis menunjukkan 0,5 ml, selanjutnya ditam-
bahkan larutan hayem hingga larutan mencapai skala 101, kemudian larutan diho-
mogenkan dengan cara digoyangkan membentuk angka delapan selama 3-5 menit.
Darah dibuang dua tetes untuk membuang gelembung udara, lalu diteteskan pada
kamar hitung yang ditutup dengan cover glass, selanjutnya diamati dengan mikro-
skop pada pembesaran 100 kali dengan 5 lapang pandang pada kotak kecil, yaitu
di sudut kiri atas, sudut kanan atas, sudut kiri bawah, sudut kanan bawah, dan pada
bagian tengah pada kamar hitung hemacytometer, kemudian dilakukan perhitung-
an menggunakan rumus menurut Anderson (2017):
Jumlah eritrosit = n x 106 sel/mm
3
Keterangan:
n = jumlah sel eritrosit yang ada pada 5 kotak kecil kamar hitung
104
= faktor pengenceran
28
d. Perhitungan jumlah rata-rata sel darah putih (leukosit)
Perhitungan sel darah putih yaitu dilakukan dengan cara sampel darah diambil de-
ngan menggunakan alat hisap leukosit berupa kapiler yang di dalamnya terdapat
batu kecil berwarna putih hingga garis menunjukkan 0,5 ml, selanjutnya ditam-
bahkan larutan turk hingga larutan mencapai skala 11, kemudian larutan dihomo-
genkan dengan cara digoyangkan membentuk angka delapan selama 3-5 menit.
Darah dibuang dua tetes untuk membuang gelembung udara, lalu diteteskan pada
kamar hitung yang ditutup dengan cover glass, selanjutnya diamati dengan mikro-
skop pada pembesaran 400 kali dengan 4 lapang pandang pada kotak besar, yaitu
di sudut kanan atas, sudut kanan bawah, sudut kiri atas, dan sudut kiri bawah pada
kamar hitung hemacytometer. Perhitungan jumlah leukosit dilakukan mengguna-
kan rumus menurut Anderson (2017):
Jumlah Leukosit = n x 500 sel/mm3
Keterangan:
n = jumlah sel eritrosit yang ada pada 4 kotak besar kamar hitung
500 = faktor pengenceran
e. Perhitungan diferensiasi leukosit
Prosedur perhitungan differensiasi leukosit menurut Amlacher (1970), adalah me-
megang gelas obyek dengan telunjuk dan ibu jari, kemudian diteteskan satu tetes
darah pada gelas obyek bersih bagian kanan, kemudian gelas obyek lain diletak-
kan di bagian kiri tetesan darah membentuk sudut 300. Tarik gelas obyek ke kanan
sampai menyentuh darah tersebut. Setelah darah menyebar sepanjang tepi gelas
objek kedua, dorong gelas obyek kedua tersebut ke kiri dengan tetap membentuk
sudut 300 agar didapat preparat darah yang cukup tipis sehingga mudah diamati,
29
kemudian ulasan dikeringkan pada suhu ruang dan untuk memudahkan pengamat-
an maka darah diwarnai dengan pewarna giemsa.
Prosedur pewarnaan darah dengan giemsa yaitu darah yang baru diulas di gelas
obyek dikeringkan pada suhu ruang (fiksasi udara), kemudian fiksasi dalam larut-
an metanol selama 5 menit, dan merendam preparat ulas dalam larutan giemsa
yang diencerkan (1:20) selama 15 menit, selanjutnya dibilas dengan akuades, lalu
dikeringkan pada suhu ruang.
Preparat yang telah siap kemudian ditempatkan di bawah mikroskop dan diamati
dengan perbesaran 400 kali. Persentase sel-sel leukosit dihitung dengan cara di-
amati sebanyak 10 lapang pandang dengan masing-masing jenis diferensiasi leu-
kosit yang terhitung dikelompokkan menurut jenisnya (limfosit, monosit, neut-
rofil). Adapun perhitungan persentase sel limfosit, neutrofil, monosit menurut
Anderson (2017), sebagai berikut :
Keterangan:
L = jumlah rata-rata sel limfosit dalam 10 lapang pandang
M = jumlah rata-rata sel monosit dalam 10 lapang pandang
N = jumlah rata-rata sel neutrofil dalam 10 lapang pandang
f. Kadar hemoglobin (Hb)
Pengukuran kadar hemoglobin pada prinsipnya adalah mengkonversikan hemo-
globin dalam darah ke dalam bentuk asam hematin oleh asam klorida dan dinya-
takan dalam persen (% Hb) (Anderson, 2017). Prosedur pengukuran kadar hemo-
globin adalah darah dihisap menggunakan pipet sahli hingga skala 20 mm3, kemu-
30
dian dipindahkan ke dalam tabung Hb yang berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (ku-
ning). Darah yang telah dimasukkan ke dalam tabung Hb kemudian didiamkan se-
lama 3-5 menit agar Hb bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin, kemudi-
an diaduk dan ditambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga warnanya sama
dengan larutan standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permu-
kaan larutan yang dihomogenkan dengan skala lajur g/% yang menunjukkan ba-
nyaknya Hb dalam gram setiap 100 ml darah dan dinyatakan dalam persentase (%
Hb).
g. Glukosa darah
Pengukuran glukosa dilakukan untuk mengevaluasi tingkat stres pada ikan. Pro-
sedur pengukuran glukosa darah ikan, yaitu dengan mengambil darah ikan yang
sebelumnya telah dipuasakan selama 24 jam. Pengukuran kadar glukosa darah
dilakukan menggunakan alat tes stripe glukosa darah. Darah yang terambil di
masukkan ke dalam tabung eppendorf, kemudian merangkai strip-test pada slot
yang tersedia pada alat, selanjutnya darah diteteskan di atas strips hingga darah me-
resap dan hasil pengukuran akan otomatis terbaca setelah 10 detik.
2. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air pada penelitian ini meliputi suhu, DO, pH dan amonia
terhadap air pada media ikan stock, air saat transportasi, dan air pada media peme-
liharaan.
3. Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate)
Survival Rate merupakan jumlah ikan yang dapat bertahan hidup selama dilaku-
kannya pengujian menggunakan konsentrasi subletal ekstrak daun kecubung. Nilai
31
survival rate didapatkan setelah transportasi dan pada akhir pemeliharaan dengan
dihitung menggunakan rumus menurut Effendie (1979), sebagai berikut:
Keterangan:
SR : Survival rate
Nt : Jumlah individu pada akhir perlakuan (hari ke-t)
No : Jumlah individu pada awal perlakuan (hari ke-0)
F. Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Rancangan yang diguna-
kan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan model rancangan menurut
Steel et al. (1997), sebagai berikut:
Yij = µ + τi + έij Keterangan:
Yij = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai tengah data
τi = pengaruh perlakuan ke-i
έij = kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Rancangan perlakuan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
K = Tanpa ekstrak daun kecubung
P1 = Konsentrasi ekstrak daun kecubung 20% dari LC50-96 (ml/l)
P2 = Konsentrasi ekstrak daun kecubung 30% dari LC50-96 (ml/l)
P3 = Konsentrasi ekstrak daun kecubung 40% dari LC50-96 (ml/l)
G. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data jumlah komponen hematologi ikan, kemati-
an ikan, amonia, suhu, pH, dan oksigen terlarut. Data tersebut digunakan untuk
menghitung nilai parameter penelitian, yaitu kadar hematologi darah ikan, tingkat
kelangsungan hidup, dan kualitas air. Gambaran darah digunakan untuk mengeta-
hui perubahan bentuk sel darah yang terjadi pada ikan.
32
H. Analisis Data
Data berupa jumlah sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, hematokrit,
glukosa darah, diferensiasi leukosit dan kelangsungan hidup dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam (anova) pada tingkat kepercayaan 95% untuk me-
nentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata pada objek uji. Jika perlakuan ber-
pengaruh nyata, maka untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji lanjut de-
ngan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ). Data kualitas air dianalisis secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data. Analisis probit menggunakan
program SPSS ver.22 dan pendataan dalam bentuk tabel dan grafik menggunakan
Microsoft Excel 2016.
55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ekstrak daun kecubung dapat digunakan sebagai bahan anestesi untuk transportasi
ikan. Konsentrasi subletal 0,297 – 0,594 ml/l ekstrak daun kecubung tidak menye-
babkan abnormalitas terhadap kondisi hematologis benih ikan nila dan tidak mem-
berikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih
ikan nila setelah transportasi dan setelah masa pemeliharaan selama 7 hari.
B. Saran
Konsentrasi ekstrak daun kecubung yang disarankan untuk digunakan sebagai ba-
han anestesi untuk benih ikan nila adalah 0,445 ml/l berdasarkan tingkat kelang-
sungan hidup yang tertinggi selama masa transportasi.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adha, Y. 2013. Pengaruh konsentrasi ekstrak daun dan biji kecubung (Datura
metel,L) terhadap proses pembiusan induk ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus,B). Jurnal Budidaya Perairan Universitas Bung Hatta, 3(1): 4-6.
Anderson, D.P dan Siwick A. 2017. Basic Hematology and Serology for Fish
Health Programs. Manila: Asia Fisheries Society. 96 pp.
Ariens. 2014. Prinsip Umum Toksikologi Perairan. Unhas Press. 87 hlm.
Arindra, D. 2007. Penggunaan Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) sebagai
Bahan Antimetabolik Alami untuk Menekan Konsumsi Oksigen Ikan Mas
(Cyprinus carpio) selama Transportasi. [Skripsi]. Surabaya: Universitas
Airlangga. 93 hlm.
Barton, B.A dan Iwama, G.K. 1991. Physiological changes in fish from stress in
aquaculture with emphasison the response and effects of corticosteroids.
Ann. Rev. Fish Dis, 2(1):3-26.
Biyanti, R. 2005. Hematologi Ikan: Teknik Pengambilan Darah dan Pemeriksaan
Hematologi ikan. Surabaya: Universitas Airlangga. 143 hlm.
Budiyanti. 2010. Respon Fisiologis Benih Ikan Kerapu Macan Epinephelus
Fuscoguttatus Akibat Penggunaan Minyak Sereh dalam Transportasi
Tertutup Berkepadatan Tinggi. [Tesis]. Program Studi Ilmu Akuakultur
Institut Pertanian Bogor. 92 hlm.
Boyd, E. C, dan F. Lichkoppler. 1979. Water Quality Management in Pond Fish
Culture / Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Alih Bahasa : Artati, F. Cholik,
dan R. Arifudin. 1986. Jakarta: Dirjen Perikanan. 213 hlm.
BNN. 2014. Jurnal Data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) 24 Tahun 2013 Edisi Tahun 2014.
Jakarta: BPS. 71 hlm.
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2009. Produksi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Kelas Pembesaran di Kolam Air Tenang. SNI 7550:2009. Jakarta.
(www.bsn.go.id Diakses 28 September 2018).
57
Blaxhall & Daisley KW. 1973. Routine haematological methods for use with fish
blood. Journal Fish Biology, 1(5): 577-581.
Cooke, S.J, Suski, C.D, Ostrand, K.G, Tufts, B.L dan Wahl, D.H. 2004.
Behavioural and physiological assessment of low concentrations of clove oil
anaesthetic for handling and transporting largemouth bass (Micropterus
salmoides). Aquaculture Journal, 2(4): 509-529.
Dellman, H.D dan Brown, E.M. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. 279 hlm.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2018. Laporan Kinerja, Bulan Maret,
Direktorat Pembenihan. (http://www.djbp.go.id/ Diakses 4 Oktober 2018).
Evans, J.J., P.J. Klesius, P.M. Gilbert, C.A. Shoemaker, Al Sarawi MA, J.
Landsberg, R. Duremdez, Al Marzouk, A dan Al Zenki S, 2004.
Characterization of betahaemolytic group B Streptococcus agalactiae in
cultured seabream, Sparus auratus L., & Wild Mullet, Liza Klunzingeri
(day), in Kuwait. Journal Fish Disease, 2(5): 505-513.
Finney. 1971. Probit Analysis. Cambridge.The University Press. 343 pp.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Sebagai Dasar Pengembangan Teknologi
Perikanan. Jakarta. PT Rineka Cipta. 330 hlm.
Gamalael, G,C. 2006. Pengaruh Penggunaan Anestesi Ekstrak Akar Tuba (Derris
elliptica) dengan Dosis Berbeda dalam Sistem Transportasi Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). [Skripsi]. Surabaya. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga. 68 hlm.
Ganesh, S, Radha, R, dan Jayshree, N. 2015. A review on phytochemical and
pharmacological status of Datura fastuosa Linn. International Journal of
Multidisciplinary Research and Development, 2(4): 602-605.
Garbrards, V.S. 1965. Transport of juvenile trout in sealed containers. The
Progressive Culturist, 27(1):1-6.
Ganong, W. F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Press. 576
hlm.
Gbore, F.A., Oginni, O., Adewole A.M., dan Aladetan, J.O. 2006. The effect of
transportation and handling stress on haematology and plasma biochemistry
in fingerlings of Clarias gariepinus and Tilapia zilii. Word Journal of
Agriculture Sciences, 2(2): 208-212.
Grush J, Noakes DLG, dan Moccia RD. 2004. The efficacy of clove oil as an
anestheticfor the zebrafish, Danio rerio (Hamilton). Journal Zebrafish.
Mary Ann Liebert Inc, 1(1): 7-12.
58
Guyton A. C, dan Hall, J. E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12
Jakarta: EGC Press. 1172 hlm.
Hamid, N, dan Mardjono, M. 1980. Pengangkutan dan Penampungan Benih
Udang (Pedoman Pembenihan Udang Panaeid). Jepara. Departemen
Direktorat Jendral Perikanan. 109 hlm.
Hendrajat, E.A, Suryanto, H, dan Mangampa, M. 2006. Minyak cengkeh sebagai
obat bius dalam transportasi gelondongan ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal) air tawar sistem tertutup. Prosiding Seminar Nasional Tahunan
III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, Jurusan Perikanan dan
Kelautan Fakultas Pertanian. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 12 hlm.
Habibie, A.H. 2006. Pengujian Ekstrak Ubi Kayu (Manihot esculenta) Sebagai
Bahan Anestesi Pada Transportasi Udang Galah (Macrobrachium
rosenbergii) Hidup Tanpa Media Air. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor. 79 hlm.
Harahap, H,F. 2014. Teknik imotilisasi ikan mas (Cyprinus carpio) menggunakan
ekstrak daun kecubung (Datura metel L). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor. 29 hlm.
Hardi, E. H. 2011. Kandidat Vaksin Potensial Streptococcus agalactiae untuk
Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). [Disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. 162 hlm.
Hartika, R, Mustahal dan Putra A. N. 2014. Gambaran darah ikan nila
(Oreochromis niloticus) dengan penambahan dosis prebiotic yang berbeda
dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 4 (4): 259-240.
Herlina, T. 2008. Hematologi ikan. Jurnal Info Karikan 5(1): 27-30.
Hesser, E.F. 1960. Methodes for routine fish hematology. Progressive Fish
Culturist Journal, 2(2):164-170.
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna di Indonesia. Jakarta (ID). Yayasan Sarana
Wana Jaya. 521 hlm.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press. 72 hlm.
Jangkaru, Z. 2001. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan. Jakarta: Penebar Swadaya. 53 hlm.
Jawad, L.A, Al Mukhtar, M.A, dan Ahmed, H.K. 2004. The relationship between
hematokrit and some biological parameters of the indian shad, Temalosa
ilisha. Animal Biodiversity and Concersation Journal, 2(7): 47-52.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. 119 hlm.
59
Katno, P.S. 2006. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Balai Penelitian Obat Tawangmangu. [press release].
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 9 hlm.
Khairuman D, Sudenda, dan Gunadi, B. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara
Intensif. Jakarta. Agromedia Pustaka. 81 hlm.
Kottelat, M, Whitten, A.J, Kartikasari, S.N, dan Wirjoatmojo, S.1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Hong Kong: Periplus Editions.
344 pp.
Kuang, H.X, Yang, B.Y, Xia, Y.G, dan Feng, W.S. 2008. Chemical constituents
from the flower of Datura metel. Arch Pharm Res, 31(9): 1094-1097.
Kuganathan, N, dan Ganeshalingam, S. 2011. Chemical analysis of Datura metel
leaves and investigation of the acute toxicity on grasshoppers and red ants.
E-Journal of Chemistry, 8(1): 107-112.
Kuswardhani, R.A.T. 2006. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. Jurnal
Penyakit Dalam, 7(2): 135-140.
Maheshwari, N.O, Khan, A, dan Chopade, B.A. 2013. Rediscovering the
medicinal properties of Datura metel. Journal of Medicinal Plant Research,
7(39): 2885-2897.
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Nila. Jakarta. Penebar
Swadaya. 228 hlm.
Mazeud, M.M dan F, Mazeud. 1981. Adrenergic Responses to Stress in Fish.
London. Academic Press. 79 pp.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Edisi Kelima.
Bandung: Institut Teknologi Bandung. 922 hlm.
Moyle, P.B dan Jr.J.Cech. 2004. Fishes: An Introduction to Ichthiology. USA.
Parentice Hall. 597 pp.
Mylonas, C.C, Cardinaletti, G, Sigelaki, I, dan Polzonetti-Magni, A. 2005.
Comparative efficacy of clove oil and 2phenoxyethanol as anaesthetic in
the aquaculture of European sea bass (Dicenthrarcus labrax) and Giltdead
sea bream (Sparus auratus) at different temperatures. Aquaculture Journal,
24(6): 467-481.
Oxyta, D.A. 2003. Pengaruh Penggunaan Anestesi Diazepam Dengan Dosis
Yang Berbeda Dalam Sistem Transportasi Terhadap Kelulushidupan Benih
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). [Skripsi]. Malang.
Universitas Brawijaya. 57 Hlm.
60
Palic R, G. Stojanovic, S. Alagic, M. Nikolic, dan Z. Lepojevic. 2002. Chemical
composition and antimicrobial activity of the essential oil and CO2 extracts
of the oriental tobacco. Flavour and Fragrance Journal, 32(1): 26 hlm.
Phua, D.H, Cham, G, dan Seow, E. 2008. Two intances of Chinese herbal
medicine poisoning in Singapure. Journal of Singapore Medicine, 49(5):
131-133.
Priya, K.S, Gnanamani, A, dan Radhakrishnan, N, Babu M. 2002. Healing potential
of Datura alba on burn wounds in albino rats. Journal of Ethnopharma-
cology, 83(3): 193-199.
Pratama, A.W. 2016. Potensi Sedasi Minyak Atsiri Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides) Terhadap Ikan Koi (Cyprinus carpio). [Skripsi]. Surabaya
Universitas Airlangga. 57 hlm.
Pratisari, D. 2010. Transportasi Ikan Nila (Oreochomis niloticus) Hidup Sistem
Kering Dengan Menggunakan Pembiusan Suhu Rendah Secara Langsung.
[Skripsi]. Bogor (ID): Intsitut Pertanian Bogor. 193 hlm.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for
Trophical Countries. Bangkok: Asian Institue of Technology. 19 pp.
Rhamadhan, I. 2015. Efektivitas penambahan ekstrak daun kecubung (Datura
metel L) pada pakan untuk pencegahan Streptocococcis pada benih ikan nila
sultana (Oreochromis niloticus L). Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 15(3): 245-
255.
Roberts, R.J. 1978. The Bacteriology of Teleostei in Fish Pathology. London.
Ballier Tindall. 308 pp.
Rostagi. 1997. Essential of Animal Physiology. New Delhi: Willey Eastern
Limited. 185 pp.
Royan, F. 2014. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap profil darah ikan nila
(Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and
Technology, 3(2): 109-117.
Salasia, S.I.O., Sulanjari, D., Ratnawati, A., 2001. Studi hematologi ikan air
tawar. Jurnal Berkala Ilmiah Biologi, 2(12): 710-723.
Saputra, M.H. 2013. Struktur histologis insang dan kadar hemoglobin ikan asang
(Osteochilus hasseltii) di Danau Singkarak dan Maninjau, Sumatra Barat.
Jurnal Biologi Universitas Andalas, 1(1): 138-144.
Siakpere, OK, Ake J.E.G, dan Idoge, E. 2005. Haematologycal characteristic of
African Snakehead, Parachanna obscura. African Journal of Biotecnology,
4(1): 527-530.
61
Setiawan, D. 2004. Pengaruh Penggunaan Anestesi Midazolam dengan Dosis
yang Berbeda dalam Sistem Transportasi terhadap Lama Pingsan dan Waktu
Pulih Sadar Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). [Skripsi]. Malang.
Universitas Brawijaya. 50 Hlm.
Sukmiwati, M dan Sari, I.N. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet
(Havea brancilliensis Muel, ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan
kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio, L) selama transportasi. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, Teknologi Hasil Perikanan Faperika UNRI,
1(27):23-29.
Suseno, D. 1985. Teknik Penanganan Transportasi Ikan Hidup. Bogor.
Pusdiklatluh Pertanian Bogor. 110 hlm.
Steel, R.G.D, Torrie, J.H. dan Dicky, D.A. 1997. Principles and Procedures of
Statistics, A Biometrical Approach. 3rd Edition, McGraw Hill. New York.
Inc. Book Co. 358 pp.
Syahrial, A., Setyawati, T.R., dan Khotimah, S. 2013. Tingkat kerusakan jaringan
darah ikan mas (Cyprinus carpio) yang dipaparkan pada media Zn-Sulfat
(ZnSO4). Jurnal Probiont, 2(3): 181-185.
Tomova, E, Arnaudov, A dan Velcheva, L. 2008. Effect of zinc morphology of
erythrocytes and spleen in Carassius gibelio. Journal of Environmental
Biology, 29(6): 897-902.
Trewavas, E. 1983. Tilapias: Taxonomi and Speciation. London, UK. British
Mus. Nat. Hist. 583 pp.
Wedemeyer, G.A, dan Yasutake, W.T. 1997. Clinical methods for assesment of
the effect of environmental stress on fish health. The clinical Journal of the
U.S Fish and Wildlife Service, 8(9): 1-17.
Wijaya, A. 1996. Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan, Forum
Diagnosticum. Prodia Diagnostics Educational Service Journal, 1(1):1-12.
Wilford, L.D.R. 1987. Chemistry for First Examinations. London. Blackie Pub.
262 pp.
Wells, R.M.G, Baldwin J, Seymour R.S, Cristian K, & Britain T. 2005. Blood cell
funvtion and haematology in two tropical freshwater fishes from Australia.
Comparative Biochemistry and Physiology Journal, 14(1): 87-93.