pengaruh eco-efficiency, green innovation dan carbon
TRANSCRIPT
85
ISSN : 2339-0859 (Online)
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti
Vol.8 No.2 Tahun 2021 : hal 85-108
Doi: http://dx.doi.org/10.25105/jmat.v8i2.9742
PENGARUH ECO-EFFICIENCY, GREEN INNOVATION DAN
CARBON EMISSION DISCLOSURE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KINERJA LINGKUNGAN SEBAGAI
MODERASI
Dading Damas1
Rovila El Maghviroh2
Meidiyah Indreswari3
1,2,3 Magister Akuntansi Universitas Trisakti
*Korespondensi: [email protected]
Abstract
The purpose of this study is to test, analyze and provide empirical evidence of the effect
of eco-efficiency, green innovation, disclosure of carbon emissions on firm value. The
sample in this study were manufacturing companies that were listed and participated in
the environmental performance rating assessment (PROPER) program as an
environmental performance issued by the Ministry of Environment in 2014-2019 with a
sampling method using purposive sampling criteria that collected 25 companies with
144 observations. The data analysis method used multiple linear regression. The
results show that eco-efficiency has a significant negative effect, green innovation has a
significant positive effect and carbon emission disclosure has a significant positive
effect on firm value. Meanwhile, environmental performance can only strengthen the
negative effect of eco-efficiency on firm value but does not moderate the effect of green
innovation and disclosure of carbon emissions on firm value.
Keywords: Eco-Efficiency, Green Innovation, Disclosure of Carbon Emissions,
Environmental Performance and Corporate Value.
JEL Classification : Q56, G3
Submission date: 12 Juli 2021 Accepted date: 15 Juli 2021
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
86
PENDAHULUAN
Pemanasan global merupakan salah satu fenomena yang mengancam
kelangsungan bumi dengan meningkatnya temperatur global dari tahun ke tahun yang
disebabkan karena efek gas rumah kaca karena meningkatnya pelepasan emisi gas
berbahaya sehingga energi matahari terperangkap didalam atmosfer bumi (Anggraeni,
2015). Gas rumah kaca merupakan istilah kolektif terhadap gas yang dapat
menyebabkan efek rumah kaca diantaranya adalah karbon dioksida (CO2), ozon (O3),
uap air (H2O), metana (CH4), chlorofluorocarbons (CFC), dinitrooksida (N2O) dan
lain-lain (Suprihatin, Indrasti, & Romli, 2002). Emisi gas rumah kaca telah dianggap
sebagai ancaman utama karena meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca dapat
menyebabkan konsekuensi yang merugikan bagi ekosistem alam dan manusia
(Giannarakis et al., 2017).
Menurut Saka & Oshika (2014) aktivitas manusia terkait kegiatan industri dan
bisnis menjadi penyebab timbulnya emisi gas rumah kaca yang berdampak terhadap
pemanasan global. Pemanasan global dipengaruhi oleh ketidaksadaran lingkungan dari
aktivitas industri dimana tumbuhnya industri yang semakin maju sebanding dengan
meningkatnya pencemaran yang dihasilkan dari aktivitas industri, atau kegiatan proses
produksi yang tidak hanya menyebabkan pencemaran udara tetapi juga pencemaran air
pada tingkat yang berbahaya (Agustia et al., 2019). Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah Indonesia memperketat regulasi terkait lingkungan. Beberapa regulasi
terbaru seperti Undang-Undang Lingkungan Hidup No.46 Tahun 2017 tentang
Instrumen Ekonomi Lingkungan, Peraturan Pemerintah tentang Lingkungan Hidup, dan
Peraturan Presiden telah diterbitkan. Beberapa peraturan terkait dalam hal ini adalah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2014 untuk pencantuman logo
ekolabel serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 1 Tahun 2021
mengenai pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan.
Menurut Dereli (2015) perusahaan yang mampu menciptakan cara-cara baru
dalam proses produksi, distribusi, atau dapat menciptakan produk ramah lingkungan
akan menjadi keunggulan perusahaan, dimana Inovasi hijau merupakan salah satu
strategi lingkungan yang dapat dilakukan. Praktik inovasi hijau dapat didefinisikan
sebagai minimalisasi energi, pengurangan bahan, dan pencegahan polusi selama
seluruh lingkungan proses produksi dengan produk atribut berkelanjutan atau
lingkungan yang positif (Li et al., 2020). Selain itu, eco-efficiency dapat diterapkan
sebagai sistem manajemen lingkungan untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki
(Panggau & Septiani, 2017). Eco-efficiency adalah singkatan dari "ecological
economic efficiency" sebuah konstruksi yang menunjukkan peningkatan produktivitas
dan secara bersamaan mengurangi biaya dengan peningkatan kinerja lingkungan
(Meutia et al., 2019).
Beberapa penelitian telah berhasil membuktikan bahwa kekhawatiran tentang
hubungan antara emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) dan perubahan iklim global
akan mendorong nilai perusahaan (Matsumura et al., 2014). Menurut Safitri & Nani
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
87
(2021) nilai perusahaan adalah rasio yang berkaitan dengan penilaian kinerja saham
perusahaan yang tercatat di pasar modal. Penerapan strategi lingkungan akan mampu
menjembatani antara kepentingan lingkungan dan kepentingan ekonomi, sehingga
dapat bersinergi untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kinerja lingkungan (Agustia
et al., 2019). Menurut Hsu & Wang (2013) saat ini sudah banyak investor yang mulai
mempertimbangkan berinvestasi pada perusahaan yang bertanggung jawab secara
lingkungan. Namun demikian, muncul perdebatan mengenai peningkatan kinerja
lingkungan akan mengurangi nilai pemegang saham yang akan berdampak terhadap
nilai perusahaan. Menurut Hsu & Wang (2013) memerangi upaya perubahan iklim
dapat menurunkan kekayaan pemegang saham karena komitmen terhadap perlindungan
lingkungan. Hal tersebut dikarenakan biaya perusahaan untuk mematuhi standar etika
dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan akan mengakibatkan harga pokok
yang lebih tinggi yang akan menempatkan perusahaan tersebut pada posisi yang kurang
menguntungkan di industri dan menurunkan kekayaan pemegang saham (Panggau &
Septiani, 2017).
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Eco-Efficiency, Green Innovation dan Carbon Emission Disclosure terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kinerja Lingkungan sebagai Variabel Moderasi”. Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah eco-efficiency, green
Innofation dan carbon emission disclosure mempengaruhi nilai perusahaan yang
mengikuti PROPER dengan cara memperhatikan lingkungan perusahaan yang
cenderung bertumbuh akan menghasilkan nilai perusahaan.
Penelitian ini memodifikasi penelitian sebelumnya Anggraeni (2015) dan Bae
Choi et al., (2013) dengan mengkombinasikan upaya perusahaan untuk memitigasi
pemanasan global melalui pengungkapan emisi karbon sebagai faktor utama efek
rumah kaca yang dihasilkan perusahaan serta bagaimana upaya perusahaan
menjalankan proses produksi dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan
Agustia et al., (2019) dan terstandarisasi internasional sebagai bentuk penerapan sistem
manajemen lingkungan yang baik (Panggau & Septiani, 2017). Selain itu penelitian ini
menambahkan variabel kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi. Menurut
Anggraeni (2015) kinerja lingkungan dapat digunakan sebagai variabel moderasi
karena dengan adanya peringkat PROPER, maka perusahaan dapat memperoleh nilai
lebih dan membuktikan bahwa perusahaan beroperasi sesuai norma yang berlaku dan
telah diuji oleh pihak yang independen (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan) sebagai instansi yang berhak pemberi peringkat terkait praktik pelestarian
lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris mengenai upaya perusahaan
dalam menangani permasalahan pemanasan global warming dengan menerapkan bisnis
yang berkelanjutan sebagai praktik pengelolaan lingkungan mengenai besarnya emisi
karbon yang dihasilkan, melaksanakan kegiatan proses dan produksi ramah lingkungan
dan manajemen lingkungan yang terstandarisasi internasional dapat meningkatkan nilai
perusahaan, sekaligus bertujuan memberikan bukti mengenai bagaimana investor
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
88
mempertimbangkan aspek lingkungan dalam mengambil keputusan dengan
memperkuat regulasi mengenai lingkungan khususnya tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan dengan harapan terus dikembangkan regulasi dan program terkait
lingkungan dan bisnis yang keberlanjutan.
REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Menurut Freeman (1998) stakeholder didefinisikan sebagai "Any group or
individual who can influence or be influenced by the achievement of company goals”
definisi ini serupa dengan pengembangan definisi menurut Beckman et al., (2016) yang
menyatakan bahwa teori stakeholder adalah teori yang melibatkan beberapa konstituen
yang memiliki dampak atau berdampak terhadap perusahaan. Menurut Tauringana &
Chithambo (2015) manajer harus menjelaskan kinerja lingkungan melalui
pengungkapan informasi lingkungan untuk stakeholder sebagai akses untuk menuju
keberlanjutan. Berdasarkan hal tersebut teori stakeholder dapat mendorong keputusan
manajemen perusahaan untuk mengungkapan kinerja emisi karbon yang dihasilkan
(Borghei-Ghomi & Leung, 2013). Selain itu Menurut Ramadhany et al., (2021) peran
pemangku kepentingan menjadi penting ketika perusahaan akan melakukan inovasi
hijau untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut Agustia et al.,
(2019) teori stakeholder dapat diterapkan dengan cara menerapkan strategi hijau di
suatu perusahaan untuk menggambarkan citra kinerja lingkungan suatu perusahaan
dengan baik guna menumbuhkan nilai perusahaan dengan menarik minat investor
untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik serta
peran regulator sebagai penentu tingkat batasan toleransi jumlah emisi karbon yang
dihasilkan dan ketaatan terhadap regulasi lingkungan.
Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Menurut Suchman (1995) legitimasi mengasumsikan bahwa tindakan suatu
entitas diharapkan sesuai dengan sistem norma, nilai, keyakinan yang ada di
masyarakat. Menurut Mousa et al., (2015) teori legitimasi merupakan teori hubungan
dua arah antara perusahaan dengan lingkungan. Teori legitimasi mendasari inisiatif
entitas dengan sukarela melaporkan atau menyajikan informasi mengenai lingkungan
dan sosial yang diterapkan (Anggraeni, 2015). Pengungkapan informasi dianggap
sebagai pendekatan yang efektif untuk mengkomunikasikan kegiatan dan manajemen
perusahaan mengenai perspektif untuk isu-isu lingkungan, sosial dan perusahaan
lainnya, salah satunya dengan mengungkapkan informasi mengenai bagaimana
perusahaan mengelola, menggambarkan, dan mengukur emisi gas rumah kaca yang
dihasilkan, dengan harapan bahwa perusahaan berupaya memperoleh legitimasi operasi
(Borghei-Ghomi & Leung, 2013). Teori legitimasi menekankan pada industri yang
memiliki potensi besar penghasil emisi gas rumah kaca untuk melegitimasi kegiatan
mereka, oleh sebab itu perusahaan penghasil emisi karbon dan padat energi ditekankan
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
89
untuk mengungkapkan informasi yang menggambarkan upaya penanganan dan
penerapan kinerja lingkungan yang baik sebagai bentuk bukti aktivitas suatu
perusahaan berjalan sesuai normanya (O’Donovan, 2002). Berdasarkan landasan
tersebut, maka pengungkapan tanggung lingkungan merupakan suatu bentuk tindakan
yang di ambil perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sekitarnya
Anggraeni (2015) sehingga ketika perusahaan berhasil memperoleh legitimasi tersebut
perusahaan dapat terus bertahan (sustainable) jika perusahaan mampu menyesuaikan
bisnis proses dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat (Agustia et al.,
2019).
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan 3 variabel bebas (independent) dengan 1 variabel
terikat (dependen) dan 1 variabel moderasi. Untuk mempermudah memahami
penelitian ini. Kerangka penelitian disajikan dalam gambar 1 dibawah:
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Eco-Efficiency dan Nilai Perusahaan
Menurut Aulia & Hadinata (2019) teori legitimasi menekankan perusahaan
untuk menjalankan aktivitasnya sesuai norma yang berlaku di masyarakat dengan
menerapkan eco-efficiency sebagai bentuk sistem manajemen lingkungan. Eco-
efficiency akan berfungsi sebagai pengontrol manajemen untuk mengurangi dampak
perusahaan terhadap lingkungan dan secara bersamaan menciptakan nilai lebih bagi
pemegang saham (Dewi & Rahmianingsih, 2020). Didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Panggau & Septiani (2017) memperoleh hasil bahwa perusahaan yang
menerapkan eco-efficiency sebagai strategi lingkungan akan meningkatkan nilai
perusahaan. Selain itu penelitian yang dilakukan Danang Satrio (2020) yang
memperoleh hasil bahwa eco-efficiency berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Namun menurut Osazuwa & Che-Ahmad (2016) gesekan akan muncul antara biaya
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
90
eksternal perusahaan (pembayaran kepada pemegang obligasi atau investor) dan biaya
internal (biaya kualitas produk, biaya lingkungan) karena berdasarkan keterkaitan teori
pemangku kepentingan ketika perusahaan mengeluarkan biaya lingkungan yang besar
maka dikhawatirkan biaya tersebut akan menurunkan tingkat return yang akan
diperoleh stakeholder khususnya investor. Didukung oleh penelitian Paulraj & de Jong
(2011) yang memperoleh hasil bahwa sistem manajemen lingkungan berpengaruh
negatif terhadap saham perusahaan karena praktik sistem manajemen lingkungan tidak
berdampak terhadap meningkatnya nilai pemegang saham Hazudin et al., (2015).
Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti ingin membuktikan pengaruh eco-efficiency
atau penerapan sistem manajemen lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Eco-efficiency berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Green Innovation dan Nilai Perusahaan
Menurut Agustia et al., (2019) tujuan utama perusahaan tidak hanya untuk
menciptakan nilai bagi pemegang saham tetapi juga menciptakan nilai bagi seluruh
stakeholder, dimana untuk mencapai tujuan tersebut membutuhkan manager yang
mampu meningkatkan kinerja lingkungan, kinerja sosial, dan kinerja lingkungan untuk
memastikan perusahaan berkelanjutan di masa depan. Teori legitimasi menurut
O’Donovan (2002) menyatakan bahwa perusahaan dapat terus bertahan (sustainable)
jika perusahaan mampu mensinergikan antara proses bisnis dengan aturan norma yang
berlaku di masyarakat. Salah satu yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah
inovasi hijau untuk meminimalkan dampak lingkungan yang merugikan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sesuai dengan hasil penelitian Husnaini
& Tjahjadi (2021) yang memperoleh hasil bahwa proses inovasi hijau berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan namun produk inovasi hijau tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Didukung dengan penelitian Agustia et al.,
(2019) yang memperoleh hasil bahwa inovasi hijau melalui konten analisis
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang berbeda
dilakukan oleh Q. Yao (2019) yang memperoleh hasil bahwa eco-innovation tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sehingga peneliti ingin membuktikan pengaruh
green innovation terhadap nilai perusahaan melalui hipotesis sebagai berikut:
H2: Green Innovation berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan
Pengungkapan informasi terkait karbon emisi merupakan salah satu hal yang
penting bagi para pemangku kepentingan, terutama investor yang cenderung lebih
tertarik pada perusahaan yang mengungkapkan pertimbangan lingkungan untuk
berinvestasi (Iskandar & Fran, 2016). Selain investor, masyarakat juga cenderung
khawatir terhadap dampak emisi karbon yang dihasilkan sehingga manajer berperan
dalam menangani legitimasi tersebut dengan mengungkapkan lebih rinci mengenai
emisi karbon (Choi et al., 2013). Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
91
Matsumura et al., (2014) dan Anggraeni (2015) yang memperoleh hasil pengungkapan
emisi gas rumah kaca berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar & Fran (2016) yang
memperoleh hasil bahwa pengungkapan emisi karbon berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan. Karena menurut Hsu & Wang (2013) yang menyatakan bahwa
investor cenderung mengesampingkan biaya lingkungan untuk pemanasan global yang
dianggap mahal, sehingga berdasarkan beragamnya hasil penelitian terdahulu peneliti
ingin membuktikan pengaruh carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H3: Carbon Emission Disclosure berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan
Kinerja Lingkungan dan Nilai Perusahaan
Kepemilikan sertifikasi ISO-14001 merupakan bukti bagi perusahaan telah
menerapkan sistem manajemen lingkungan (Safitri et al., 2019) dan kinerja lingkungan
erat kaitanya dengan manajemen lingkungan sebagai media bagi perusahaan untuk
membangun citra yang baik dan hubungan yang baik terhadap stakeholder (Anggraeni,
2015). Kinerja lingkungan dapat menjadi langkah strategis perusahaan dengan
berinvestasi pada inovasi hijau, karena saat ini konsumen tertarik untuk menggunakan
atau membeli produk yang ramah lingkungan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Tidak
hanya konsumen, kinerja lingkungan merupakan praktik manajemen lingkungan yang
dapat membantu perusahaan untuk memperoleh nilai dari pemegang saham dan
mengurangi dampak lingkungan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Dampak lingkungan
yang akan timbul adalah emisi gas rumah kaca apabila perusahaan tidak menerapkan
perlindungan dengan baik untuk mengurangi kadar emisi karbon (Chu et al., 2013).
Kadar emisi karbon yang dihasilkan dapat dituangkan dalam pengungkapan lingkungan
dibuat sebagai bentuk informasi kepada stakeholder dan untuk melegitimasi perilaku
perusahaan (Bae Choi et al., 2013).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Calderon et al., (2012)
yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan mempengaruhi nilai perusahaan,
didukung dengan penelitian Hariati & Prihatiningtyas (2015) dan Deswanto & Siregar
(2018) yang memperoleh hasil kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nakao
et al, (2007) karena manajemen lingkungan dapat menguntungkan, seperti
penghematan energi, sumber daya melalui inovasi dan teknologi. Selain itu pasar juga
merespon mengenai informasi yang diungkapkan oleh perusahaan mengenai upaya
perusahaan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga kinerja lingkungan dapat
memengaruhi nilai perusahaan (Anggraeni, 2015). Namun hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anggraeni (2015) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan tidak dapat
memoderasi hubungan pengungkapan emisi gas rumah kaca terhadap nilai perusahaan.
Hasil yang berbeda juga diperoleh melalui penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono
(2013) dan Asnita (2019) yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan tidak
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
92
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena masih ada
sebagian investor yang tidak memperhatikan kinerja lingkungan perusahaan dalam
mengambil keputusan (Deswanto & Siregar, 2018). Sehingga berdasarkan penelitian
terdahulu peneliti ingin membuktikan pengaruh kinerja lingkungan dalam memoderasi
eco-efficiency, green innovation dan carbon emission disclosure terhadap nilai
perusahaan dengan hipotesis sebagai berikut:
H4: Kinerja lingkungan memperkuat pengaruh Eco-Efficiency terhadap Nilai
Perusahaan
H5: Kinerja lingkungan memperkuat pengaruh Green Innovation terhadap
Nilai Perusahaan
H6: Kinerja lingkungan memperkuat pengaruh Carbon Emission Disclosure
terhadap Nilai Perusahaan
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website resmi
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), yahoo finance, website perusahaan, hasil
PROPER, dan sustainability report database (database.globalreporting.org). Populasi
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019 dan mengikuti peringkat
PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama tahun
pengamatan. Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu
metode purposive sampling yang disertai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan metode pengambilan sampel ini, didapatkan 25 dengan total 144 sampel
pengamatan. Kriteria sampel disajikan pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1
Sampel Perusahaan
No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2019 157
2 Perusahaan yang mengalami Laba kotor (Rugi) (15)
3 Laporan keuangan tidak menggunakan satuan mata uang rupiah (30)
4 Jumlah perusahaan yang tidak mengikuti program PROPER tahun 2014-2019 (87)
5 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sample 25
6 Jumlah data perusahaan yang diolah (25 Perusahaan × 6 Tahun) 150
7 Jumlah Outlier (6)
Jumlah sampel yang diteliti tahun 2014-2019 144
Sumber : Data Diolah
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
93
Variabel Dependen
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai yang diperoleh perusahaan dimana nilai tersebut
digunakan untuk mengukur kualitas perusahaan dan kemakmuran para pemegang
saham atau investornya (Sabrin et al., 2016). Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai perusahaan yang menggunakan acuan dalam penelitian
Hardiyansah et al., (2021) diukur dengan menggunakan rasio Tobin's Q
membandingkan rasio nilai pasar saham dengan cara mengalikan jumlah saham yang
beredar terhadap harga penutupan yang diperoleh melalui yahoo finance serta total nilai
buku aset dan total nilai buku liabilitas di dalam laporan keuangan yang diformulasikan
sebagai berikut:
Variabel Independen
Eco-Efficiency
Eco-Efficiency dalam diukur dari partisipasi perusahaan mengikuti program
sertifikasi ISO 14001. Informasi mengenai keikutsertaan perusahaan mengikuti ISO
diperoleh dari annual report atau sustainability report dan sumber lainnya. Eco-
efficiency diukur dengan menggunakan dummy mengacu pada penelitian Panggau &
Septiani (2017) dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan eco-efficient dan 0 pada
perusahaan non eco-efficient.
Green Innovation
Green Innovation adalah teknik atau modifikasi baru terkait proses produksi
untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang akan mengarah pada efisiensi
energi, pengurangan polusi, daur ulang limbah, dan desain produk hijau. Green
Innovation dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Agustia et al., (2019)
diperoleh melalui konten analisis dalam laporan tahunan atau laporan keberlanjutan
perusahaan. Beberapa indikator akan digunakan untuk menentukan apakah perusahaan
telah menerapkan inovasi hijau. Hasil analisis isi ini akan dikuantifikasi dalam bentuk
rasio. Indikator yang akan digunakan dalam analisis isi adalah sebagai berikut: (1).
Proses produksi menggunakan teknologi baru untuk mengurangi energi, air, dan
limbah, (2). produk menggunakan lebih sedikit zat yang tidak menimbulkan polusi atau
berbahaya (bahan ramah lingkungan), (3). menggunakan kemasan produk yang ramah
lingkungan (misalnya kertas dan plastik), dan (4). komponen atau bahan dalam proses
produksi dapat didaur ulang atau direkondisi.
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
94
Carbon Emission Disclosure
Pengukuran carbon emission disclosure dapat diperoleh melalui pengungkapan
indeks pengungkapan emisi karbon dalam annual reports maupun melalui
sustainability report yang biasanya terpisah. Didalam indeks pengungkapan emisi
karbon terdapat 5 kategori dengan total 18 item yang mengacu pada penelitian Choi et
al., (2013) dan Herawaty dan Vernanda (2020) dengan memberikan skor 1 di setiap
item yang diungkapkan dan skor 0 terhadap item yang tidak diungkapkan, kemudian
dijumlah dan dibagi dengan total pengungkapan untuk memperoleh hasil rasio dengan
indeks pengungkapan sebagai berikut:
Tabel 2
Item Pengungkapan Emisi Karbon
Kategori Item
Perubahan iklim: risiko dan
peluang
CC-1: Penilaian/deskripsi terhadap perubahan iklim dan tindakan
yang diambil untuk mengelola risiko tersebut. risiko
(peraturan/regulasi baik khusus maupun umum) yang berkaitan.
CC-2: Penilaian/deskripsi saat ini (dan masa depan) dari implikasi
keuangan, bisnis dan peluang dari perubahan iklim.
Emisi Gas Rumah Kaca
(GHG/Greenhouse Gas)
GHG-1: Deskripsi metodologi yang digunakan untuk menghitung
gas rumah kaca (misal protokol GRK atau ISO).
GHG-2: Keberadaan verifikasi eksternal kuantitas emisi GRK oleh
siapa dan atas dasar apa.
GHG-3: Total emisi gas rumah kaca (metrik ton ) yang
dihasilkan.
GHG-4: Pengungkapan lingkup 1 dan 2, atau 3 emisi langsung.
GHG-5: Pengungkapan emisi GRK berdasarkan asal atau
sumbernya (misalnya batubara, listrik dan lain-lain).
GHG-6: Pengungkapan emisi GRK berdasarkan fasilitas atau level
segmen.
GHG-7: Perbandingan emisi GRK dengan tahun-tahun sebelumnya.
Konsumsi Energi (EC/Energy
Consumtion)
EC-1: Jumlah energi yang dikonsumsi (misalnya tera-joule atau
PETA-joule).
EC-2: Kuantifikasi energi yang digunakan dari sumber daya yang
dapat diperbarui.
EC-3: Pengungkapan menurut jenis, fasilitas atau segmen.
Pengurangan Gas Rumah Kaca
dan Biaya (RC/Reduction and
cost)
RC-1: Detail/rincian dari rencana atau strategi untuk mengurangi
emisi GRK.
RC-2: Spesifikasi dari target tingkat/level dan tahun pengurangan
emisi GRK.
RC-3: Pengurangan emisi dan biaya atau tabungan (costs of
shaving) yang dicapai saat ini sebagai akibat dari rencana
pengurangan emisi karbon.
RC-4: Biaya emisi masa depan yang diperlukan dalam perencanaan
belanja modal (capital expenditure planning).
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
95
Akuntabilitas Emisi Karbon
(AEC/Accountability of Emission
Carbon)
AEC-1:Indikasi dimana dewan komite (atau badan eksekutif lainya)
memiliki tanggung jawab atas tindakan yang berkaitan dengan
perubahan iklim.
AEC-2: Deskripsi mekanisme dimana dewan (atau badan eksekutif
lainya) meninjau kemajuan perusahaan perusahaan mengenai
perubahaan iklim.
Sumber : (Choi et al., 2013)
Variabel Moderasi
Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan adalah upaya perusahaan untuk menciptakan lingkungan
yang baik (green) sebagai bentuk kinerja dan pertangung jawaban perusahaan (H. Yao
et al., 2007). Pengukuran kinerja lingkungan dalam penelitian ini merujuk pada
penelitian Suhardi & Purwanto (2015) dengan memberikan skor 1-5 dari setiap
pencapaian peringkat piagam PROPER yang diperoleh perusahaan dengan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 3
Peringkat PROPER
Skor Peringkat
5 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Emas.
4 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Hijau.
3 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Biru.
2 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Merah.
1 Untuk perusahaan yang memperoleh peringkat Hitam.
Sumber : (Suhardi & Purwanto, 2015)
Metoda Analisa Data
Model analisis data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dengan statistik
deskriptif dan analisis regresi linier berganda yang kemudian akan diolah menggunakan
SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan pendekatan kuantitatif.
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas
(independen) dengan variabel terikat (dependen). Persamaan regresi linier berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Model penelitian 1. (Hipotesis 1, 2, 3)
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Model penelitian 2. (Hipotesis 4, 5, 6)
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X1*X4 + β5X2*X4 + β6X3*X4 + ε
Keterangan :
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
96
Y1 : Nilai Perusahaan
X1 : Eco-efficiency
X2 : Green Innovation
X3 : Carbon Emission Disclosure
X4 : Kinerja Lingkungan
β : Koefisien Regresi
ε : Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan variabel Eco-Efficiency, Green Innovation dan
Carbon Emission Disclosure sebagai variabel independen dan Nilai Perusahaan
sebagai variabel dependen dengan Kinerja Lingkungan sebagai variabel moderasi
disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EF 144 0 1 0,77 0,422
GI 144 0,25000 1,00000 0,6354167 0,27872556
CED 144 0,00000 1,00000 0,3672768 0,33796541
KL 144 2 5 3,18 0,563
EF.KL 144 0 4 2,48 1,434
GI.KL 144 0,50000 5,00000 2,1006944 1,14900361
CED.KL 144 0,00000 4,44444 1,2857951 1,32846518
NP 144 0,36288 7,77848 2,0200178 1,44923367
Valid N (listwise) 144
Sumber : Data Diolah
Catatan: NP: Nilai Perusahaan, EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission
Disclosure, KL: Kinerja Lingkungan.
Analisis Deskripsi Variabel
Untuk variabel eco-efficiency diperoleh nilai mean (rata-rata) yang diperoleh
sebesar 0,77 yang berarti bahwa rata-rata perusahaan yang menerapkan sistem
manajemen lingkungan dengan kepemilikan sertifikasi ISO 14001 sebesar 77% dari
total 144 sampel, yang berarti bahwa sudah banyak perusahaan menerapkan sistem
manajemen lingkungan sebanyak 110 sampel dan 34 sampel belum menerapkan sistem
manajemen lingkungan. Variabel green innovation memiliki nilai rata-rata 0,6354167
yang mengindikasikan rata-rata penerapan inovasi hijau di perusahaan dengan nilai
terkecil 0,25000 dengan nilai maksimal 1,00000 berarti tidak ada sampel yang tidak
menerapkan green innovation. Variabel carbon emission disclosure memiliki nilai rata-
rata 0,3672768 dari nilai tertinggi 1,00000 hal tersebut mengindikasikan masih
rendahnya tingkat pengungkapan emisi karbon yang dihasilkan oleh perusahaan dengan
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
97
nilai minimum 0,00000 yang menunjukkan masih ada sampel yang tidak
mengungkapkan emisi karbon yang dihasilkan.
Variabel kinerja lingkungan memperoleh nilai rata-rata 3,18 yang
mengindikasikan sebagian besar perusahaan yang dijadikan sampel memperoleh
peringkat kinerja lingkungan biru yang dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut
telah memperoleh kinerja lingkungan dengan peringkat yang baik sebanyak 100 sampel
ditunjukan dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5
Kinerja Lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Merah 10 6,9 6,9 6,9
Biru 100 69,4 69,4 76,4
Hijau 32 22,2 22,2 98,6
Emas 2 1,4 1,4 100,0
Total 144 100,0 100,0
Sumber : Data Diolah
Kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi eco-efficiency dengan nilai
perusahaan memperoleh nilai rata-rata 2,48 dari nilai maksimum 4 yang diperoleh dari
nilai tertinggi peringkat PROPER dikalikan dengan nilai 1 sebagai kepemilikan
sertifikat ISO-14001. Kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi antara green
innovation dan nilai perusahaan memperoleh nilai rata-rata 2,1006944 dari nilai
tertinggi 5,00000 yang diperoleh dari nilai tertinggi green innovation 1,00000 dengan 5
sebagai peringkat tertinggi kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan sebagai moderasi
antara carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan memperoleh nilai rata-rata
1,2857951 dari nilai tertinggi sebesar 4,44444 dengan nilai niminum 0,00000 yang
menunjukkan bahwa masih ada perusahaan yang dijadikan sample belum
mengungkapkan emisi karbon yang dihasilkan perusahaan. Nilai perusahaan sebagai
variabel dependen memperoleh nilai rata-rata 2,0200178 dari nilai tertinggi 7,77848 hal
tersebut mengindikasikan mayoritas sample dalam penelitian ini memperoleh nilai
perusahaan yang cukup baik karena nilai minimum berada pada nilai sebesar 0,36288.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji
autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heteroskedasasrisitas sebagai pertimbangan
ada atau tidaknya pelanggaran asumsi klasik menurut Ghozali (2011) sebagai berikut:
Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk menguji apakah pada
model regresi, residual variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
memiliki distribusi yang normal atau tidak dengan menggunakan One-Sample
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
98
Kolmogorov-Smirnov Test dan hasil uji normalitas penelitian ini ditunjukkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 6
Hasil pengujian Normalitas
Regresi Keterangan Taraf Signifikansi Asymp. Sig. (2-
tailed) Keputusan
Model
Regresi 1
Persamaan Regresi
Berganda
0,05 0,200 Data terdistibusi
normal
Model
Regresi 2
Persamaan Regresi
Berganda
0,05 0,200 Data terdistibusi
normal
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan pengujian Asymp. Sig. Dua arah (2-Tailed) lebih besar dari 0,05
(Sig > 5%) maka terdistribusi normal. Dalam model regresi 1 dan model regresi 2
memperoleh nilai Asym.Sig > 0,005 sebesar 0,200 maka dapat disimpulkan model
regresi 1 dan model regresi 2 terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas untuk mengetahui apakah model
regresi terjadi multikolinearitas dapat ditunjukkan berikut ini:
Tabel 7
Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Regresi 1
Variabel Collinearity Statistics Kesimpulan
Independen Tolerance VIF
EF 0,945 1,059 Tidak terjadi multikolinearitas
GI 0,593 1,686 Tidak terjadi multikolinearitas
CED 0,590 1,695 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Data Diolah
Catatan: EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission Disclosure
Pada tabel 7 (model penelitian 1) dapat dilihat jika nilai tolerance semua
variabel berada diatas 0,10 dengan nilai VIF berada dibawah 10 yang berarti semua
variabel terbebas multikolinieritas.
Tabel 8
Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Regresi 2
Variabel Collinearity Statistics Kesimpulan
Independen Tolerance VIF
EF 0,050 20,031 Terjadi multikolinearitas
GI 0,022 44,488 Terjadi multikolinearitas
CED 0,011 90,576 Terjadi multikolinearitas
Moderasi
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
99
EF*KL 0,045 22,132 Terjadi multikolinearitas
GI*KL 0,015 66,205 Terjadi multikolinearitas
CED*KL 0,008 120,268 Terjadi multikolinearitas
Sumber : Data Diolah
Catatan: EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission Disclosure, KL: Kinerja
Lingkungan.
Dilihat tabel 8 bahwa model regresi ke 2 setelah dimoderasi terjadi
multikolinieritas. Hal tersebut dikarenakan hampir tidak ada model moderating dengan
MRA yang terbebas dari gangguan multikolinearitas yang disebabkan karena variabel
moderating bersifat saling menguatkan dan interaktif, sehingga akan mendukung
variabel lainya. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sugiono (2004)
bahwa analisis regresi dengan (MRA) untuk menguji bentuk moderasi, adanya
multikolinearitas tidak bersifat problematis untuk pembentukan keberadaan pengaruh
moderasi. Menurut Hikmah & Astuti (2013) multikolinearitas bukan merupakan
masalah yang serius dan gejala yang serius, sehingga model regresi tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut untuk penelitian.
Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi untuk mengetahui apakah model
regresi terjadi autokorelasi maka penelitian ini menggunakan Durbin Watsoon Test
atau disebut (DW-test) dapat ditunjukkan berikut ini:
Tabel 9
Hasil Pengujian Autokorelasi Model Regresi 1&2
Model
Regresi R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 0,604 0,365 0,352 0,55127685 1,965
2 0,669 0,447 0,423 0,51999161 1,882
Sumber : Data Diolah
Hasil Uji Autokorelasi (α = 0,05) K-4 N-144
Ada auto
positif Inconclusive
Tidak ada
autokorelasi Inclonclusive
Ada auto
negatif
0 DL DU 4-DU 4-DL 4
1,6710 1,7851 2,2149 2,329
Berdasarkan hasil uji autokorelasi model regresi 1 dan model regresi 2 pada
tabel 9 menunjukkan nilai durbin watson sebesar 1,965 untuk model regresi 1 dan
1,882 untuk model regresi 2 lebih besar dari nilai DU dan lebih kecil dari nilai 4-DU
maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dari kedua model regresi.
1,965 (Model regresi 1) dan 1,882 (Model regresi 2)
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
100
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas untuk mengetahui varians dari
error harus bersifat homogen atau penyebaran residualnya bersifat merata, dapat
ditunjukkan berikut ini:
Sumber : Data Diolah
Gambar 2
Grafik scatterplot Model regresi 1
Sumber : Data Diolah
Gambar 3
Grafik scatterplot Model regresi 2
Berdasarkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi
heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran
titik-titik pada gambar dibawah ini. Dari gambar 1 dan 2 terlihat bahwa titik-titik
penyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi.
Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 10
Hasil Uji F Model Regresi 1&2
Model Keterangan Sum of
Squares df F sig
Adjusted
R Square
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
101
Model
Regresi 1
Regression 24,471 3 8,157 0,000 0,352
Residual 42,547 140 0,304
Total 67,018 143
Model
Regresi 2
Regression 29,975 6 4,996 0,000 0,423
Residual 37,044 137 0,270
Total 67,018 143
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil uji F Pada Tabel 10 nilai sig < 0,05 baik model regresi 1 dan
model regresi 2 sehingga dapat disimpulkan model regresi 1 dan model regresi 2 layak
(fit) untuk digunakan di dalam penelitian. Sedangkan Nilai adjusted R-Square untuk
model regresi 1 sebesar 0,352 atau 35,2% ini berarti 35,2% variabel bebas Eco-
Efficiency, Green Innovation, dan Carbon Emission Disclosure secara bersama-sama
mempengaruhi Nilai perusahaan. Sedangkan nilai R-Square untuk model regresi 2
sebesar 0,423 atau 42,3% ini berarti 42,3% variabel bebas Eco-Efficiency, Green
Innovation, dan Carbon Emission Disclosure, secara bersama-sama mempengaruhi
Nilai perusahaan.
Tabel 11
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) Model Regresi 1
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) -0,274 0,134 -2,041 0,043
EF -0,164 0,112 -0,101 -1,454 0,050 0,945 1,059
GI 1,097 0,215 0,447 5,110 0,000 0,593 1,686
CED ,467 0,178 0,231 2,632 0,004 0,590 1,695
Sumber : Data Diolah
Catatan: EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission Disclosure
Tabel 12
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) Model Regresi 2
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) -0,242 0,136 -1,788 0,076
EF -1,855 0,461 -1,143 -4,019 0,000 0,050 20,031
GI 2,009 1,041 0,818 1,930 0,028 0,022 44,488
CED 2,344 1,225 1,157 1,914 0,029 0,011 90,576
EF.KL 0,521 0,143 1,091 3,651 0,000 0,045 22,132
GI.KL -0,294 0,308 -0,494 -0,956 0,170 0,015 66,205
CED.KL -0,521 0,359 -1,011 -1,452 0,074 0,008 120,268
Sumber : Data Diolah
Catatan: NP: Nilai Perusahaan, EF: Eco-Efficiency, GI: Green Innovation, CED: Carbon Emission
Disclosure, KL: Kinerja Lingkungan.
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
102
Pengaruh Eco-Efficiency terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukkan pada tabel. 11 dengan nilai
signifikansi 0,050 dan tabel. 12 dengan nilai signifikasi 0,000 berhasil membuktikan
hipotesis bahwa sistem manajemen lingkungan dengan kepemilikan sertifikasi ISO
14001 berpengaruh terhadap nilai perusahaan sesuai penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Panggau & Septiani (2017) dan (Satrio & Setiawan, 2020). Namun
berdasarkan nilai t pada tabel. 11 eco-efficiency sebesar -1,454 dan pada tabel. 12 nilai t
eco-efficiency sebesar -4,019 hal tersebut membuktikan bahwa sistem manajemen
lingkungan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Dampak negatif yang
timbul dari sistem manajemen lingkungan akan menurunkan nilai pemegang saham
dimana tujuan manajer bertolak belakang dengan stakeholder khususnya investor
(Panggau & Septiani, 2017). Hal tersebut dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk
lingkungan dapat menurunkan tingkat profitabilitas dan return untuk investor
(Osazuwa & Che-Ahmad, 2016). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Paulraj & de Jong (2011) dan Hazudin et al., (2015) yang menyatakan bahwa sertifikasi
membutuhkan pengeluaran uang yang signifikan, selain itu banyak manfaat dari sistem
manajemen lingkungan yang tidak mudah diubah menjadi keuntungan moneter. Oleh
karena itu, meskipun ISO 14001 dapat menghasilkan hasil kinerja dalam jangka
panjang dan memenuhi legitimasi, investor tampaknya menganggap sertifikasi tersebut
bertentangan dengan tujuan yang mendasari bisnis, yakni untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham melalui pengurangan biaya dan peningkatan laba
"langsung".
Pengaruh Green Inovaton terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukan pada tabel. 11 dengan nilai
signifikansi 0,000 dan tabel.12 dengan nilai signifikansi 0,028 berhasil membuktikan
dan menerima hipotesis bahwa green innovation berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan, ditunjukan dengan nilai t pada model regresi 1 pada tabel. 11 sebesar 5,110
dan nilai t pada model regresi 2 pada tabel. 12 sebesar 1,930. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Agustia et al., (2019) dimana berdasarkan teori legitimasi bahwa
tujuan perusahaan juga untuk menciptakan nilai bagi seluruh stakeholder agar
perusahaan tetap dapat “sustain” agar proses bisnisnya dapat diterima oleh norma
masyarakat. Selain itu inovasi hijau menerapkan proses dan produksi yang rendah
polusi sesuai keinginan pemangku kepentingan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Proses
bisnis yang menerapkan inovasi hijau mendorong perusahaan untuk mengubah
produksi limbah menjadi layak produk yang meningkatkan nilai perusahaan. Banyak
dampak positif dari inovasi hijau yang menarik investor aspek yang diterapkan pada
strategi bisnis perusahaan akan membuat investor percaya bahwa perusahaan akan tetap
dan terus “sustainable”. Semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan, semakin
tinggi minat investor sebagai dorongan stakeholder terhadap perusahaan, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan (Rosenbusch, Rauch, & Bausch, 2013).
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
103
Pengaruh Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukan pada tabel. 11 dengan nilai
signifikansi 0,004 dan tabel.12 dengan nilai signifikansi 0,029 berhasil membuktikan
dan menerima hipotesis bahwa carbon emission disclosure berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan ditunjukan dengan nilai t pada model regresi 1
pada tabel.11 dengan nilai 2,632 dan nilai t pada model regresi 2 pada tabel. 12 sebesar
1,914 menunjukkan pengaruh arah positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan Anggraeni
(2015) dan Matsumura et al., (2014) yang menjelaskan bahwa pengungkapan emisi
karbon merupakan bentuk transparansi manajemen dan kapabilitas dalam mengelola
lingkungan. Sesuai dengan teori legitimasi bahwa suatu informasi mengenai emisi
karbon yang dihasilkan perusahaan dapat diutilisasi sebagai konfirmasi positif sehingga
legitimasi yang diperoleh bukan hanya dari masyarakat sekitar tetapi juga bagi pasar
(Anggraeni, 2015). Selain itu pengungkapan emisi karbon sebagai bukti tanggung
jawab lingkungan, seperti berinvestasi dalam energi terbarukan energi alternatif yang
mengurangi emisi karbon, berpotensi membawa manfaat ekonomi bagi komunitas
pemangku kepentingan seperti peningkatan pendapatan dan reputasi perusahaan
(Matsumura et al., 2014).
Peran Kinerja Lingkungan dalam memoderasi pengaruh Eco-Efficiency, Green
Innovation dan Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis model regresi 2 yang ditunjukan pada tabel. 12
membuktikan bahwa kinerja lingkungan mampu memperkuat pengaruh eco-efficiency
terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis
diterima, sesuai dengan penelitian (Calderon et al., 2012). Menurut Safitri et al.,
(2019) kepemilikan sertifikasi ISO 14001 sebagai bentuk sistem manajemen
lingkungan merupakan bentuk upaya mencapai kinerja lingkungan yang baik untuk
membangun hubungan baik terhadap stakeholder, dimana stakeholder berperan
sebagai pendorong perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan
(Deswanto & Siregar, 2018). Menurut Husnaini & Tjahjadi (2021) kinerja lingkungan
dapat membantu perusahaan untuk memperoleh nilai dari pemegang saham dengan
menerapkan sistem manajemen lingkungan sehingga dapat melegitimasi dengan
mengurangi dampak lingkungan yang akan timbul kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil uji hipotesis model regresi 2 yang ditunjukan pada tabel. 12
membuktikan bahwa kinerja lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan green
innovation terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0,170 dan kinerja
lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan carbon emission disclosure terhadap
nilai perusahaan dengan nilai signifikansi 0,074. Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Asnita (2019) yang memperoleh hasil bahwa kinerja lingkungan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan dan Anggraeni (2015) yang memperoleh hasil bahwa
kinerja lingkungan tidak dapat memoderasi hubungan positif pengungkapan emisi
karbon terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
104
Diharapkan dengan dengan penerapan kinerja lingkungan yang baik perusahaan
dapat mengambil langkah strategis untuk menerapkan inovasi hijau untuk proses dan
produk yang ramah lingkungan karena saat ini konsumen cenderung memilih produk
yang ramah lingkungan (Husnaini & Tjahjadi, 2021). Selain itu kinerja lingkungan
dapat membantu perusahaan untuk menangani dampak lingkungan, dimana dampak
lingkungan tersebut dapat berupa emisi karbon yang dihasilkan dan dapat menjadi
informasi yang berguna bagi stakeholder Chu et al., (2013), dimana informasi tersebut
sebagai bukti untuk memperoleh legitimasi bahwa terdapat kesesuaian antara
keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai (congruent) dengan eksistensi
sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan (Asnita, 2019).
Namun menurut penelitian Anggraeni (2015) kinerja lingkungan sebagai upaya
kelestarian lingkungan tidak memengaruhi nilai pasar dimana peringkat kinerja
lingkungan tidak bisa menjadi jaminan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu
tidak semua investor memperhatikan kinerja lingkungan sebagai kriteria dalam
berinvestasi dan asumsi terhadap biaya lingkungan yang akan memengaruhi
pendapatan investor Asnita (2019) sehingga nilai perusahaan tidak memberikan respon
terhadap green innovation dan carbon emission disclosure dengan kinerja lingkungan.
Hal tersebut dapat terjadi karena kinerja lingkungan tidak menggambarkan kinerja
lingkungan secara keseluruhan, sehingga dengan adanya kinerja lingkungan tidak
memoderasi hubungan green innovation dan carbon emission disclosure terhadap nilai
perusahaan.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Simpulan
1. Eco-efficiency berpengaruh negatif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hasil
tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Osazuwa & Che-Ahmad (2016), Paulraj & de Jong (2011) dan (Hazudin et al.,
2015).
2. Green Innovation berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Agustia et al., (2019) dan (Husnaini & Tjahjadi, 2021).
3. Carbon Emission Disclosure berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Anggraeni (2015) dan (Matsumura et al., 2011).
4. Kinerja Lingkungan memperkuat pengaruh Eco-efficiency terhadap Nilai
Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Safitri et al., 2019).
5. Kinerja Lingkungan tidak memoderasi pengaruh Green Innovation terhadap
Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Asnita, 2019).
6. Kinerja Lingkungan tidak memoderasi pengaruh Carbon Emission Disclosure
terhadap Nilai Perusahaan. Hasil tersebut dapat mengkonfirmasi penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh (Anggraeni, 2015).
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
105
Keterbatasan
1. Penelitian ini menggunakan metode content analysis dalam menelaah
kandungan informasi yang terdapat pada laporan tahunan (annual report) dan
laporan keberlanjutan (sustainability report) perusahaan yang tidak terlepas dari
subjektifitas peneliti.
2. Masih banyak perusahaan yang belum menerbitkan laporan keberlanjutan,
sehingga konten analisis yang dilakukan mengandung dua sumber yang
berbeda.
3. Keterbatasan jumlah sampel disebabkan karena tidak semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengikuti program
PROPER yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan secara berkala dari tahun 2014-2019.
Saran
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan lebih lanjut dengan
melibatkan perusahaan yang terdaftar di Index Sri-Kehati atau seluruh sektor
perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan, sehingga konten analisis dan data
diperoleh dari sumber yang setara.
Implikasi
Bukti empiris yang ditemukan dari hasil penelitian ini memiliki beberapa
implikasi sebagai berikut.
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan investor akan semakin peduli terhadap
lingkungan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang dihasilkan
perusahaan sebagai pertimbangan untuk menentukan keputusan berinvestasi
karena investor adalah salah satu pihak yang mampu menekan perusahaan
untuk menerapkan kebijakan lingkungan.
2. Bagi regulator akuntansi dan lingkungan, diharapkan dapat membuat standar
pelaporan yang relevan bagi kebutuhan pihak akuntansi dan pemangku
kepentingan, serta membuat regulasi bagi pelaku industri terkait lingkungan
harus segera direalisasikan.
4. Bagi literatur, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan referensi dalam
melakukan pengembangan penelitian berikutnya dan dapat memberikan
kontribusi perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, D., Sawarjuwono, T., & Dianawati, W. (2019). The mediating effect of
environmental management accounting on green innovation - Firm value
relationship. International Journal of Energy Economics and Policy, 9(2), 299–
306.
Anggraeni, D. Y. (2015). Pengungkapan Emisi GRK, Kinerja Lingkungan, Dan Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 12(2), 188–209.
Asnita, A. (2019). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Pengungkapan Informasi Lingkungan Sebagai. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi,
8(7), 1–19.
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
106
Aulia, R., & Hadinata, S. (2019). Pengaruh Environmental Performance,
Environmental Disclosure, Dan Iso 14001 Terhadap Financial Performance.
Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 7(2), 136–147.
Bae Choi, B., Lee, D., & Psaros, J. (2013). An analysis of Australian company carbon
emission disclosures. Pacific Accounting Review, 25(1), 58–79.
Beckman, T., Khare, A., & Matear, M. (2016). Does the theory of stakeholder identity
and salience lead to corporate social responsibility? the case of environmental
justice. Social Responsibility Journal, 12(4), 806–819.
Borghei-Ghomi, Z., & Leung, P. (2013). An Empirical Analysis of the Determinants of
Greenhouse Gas Voluntary Disclosure in Australia. Accounting and Finance
Research, 2(1), 110–127.
Calderon, P., Montero, M., & Ortega, R. (2012). Environmental performance and firm
value: Evidence from Dow Jones sustainability index Europe. International
Journal of Environmental Research, 6(4), 1007–1014.
Choi, B. B., Lee, D., & Psaros, J. (2013). An analysis of Australian company carbon
emission disclosures. Pacific Accounting Review, 25(1), 58–79.
Chu, C. I., Chatterjee, B., & Brown, A. (2013a). The current status of greenhouse gas
reporting by Chinese companies: A test of legitimacy theory. Managerial Auditing
Journal, 28(2), 114–139.
Chu, C. I., Chatterjee, B., & Brown, A. (2013b). The current status of greenhouse gas
reporting by Chinese companies A test of legitimacy theory. Managerial Auditing
Journal, 28(2), 114–139.
Danang Satrio, S. K. (2020). Relationship Between Eco-efficiency on Firm Value
Moderating with Profitability and Leverage. Ekonomi Dan Bisnis, 3(1), 242–251.
Dereli, D. D. (2015). Innovation Management in Global Competition and Competitive
Advantage. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 195, 1365–1370.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.323
Deswanto, R. B., & Siregar, S. V. (2018a). The associations between environmental
disclosures with financial performance, environmental performance, and firm
value. Social Responsibility Journal, 14(1), 180–193.
Deswanto, R. B., & Siregar, S. V. (2018b). The associations between environmental
disclosures with financial performance, environmental performance, and firm
value. Social Responsibility Journal, 14(1), 180–193.
Dewi, R., & Rahmianingsih, A. (2020). Meningkatkan Nilai Perusahaan Melalui Green
Innovation Dan Eco-Effisiensi. Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan
Dan Akuntansi, 12(2), 225–243.
Freeman, R. E. (1998). A stakeholder theory of the modern corporation. Ethical Theory
and Business, 66–67.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19 (5th ed.).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Giannarakis, G., Konteos, G., Sariannidis, N., & Chaitidis, G. (2017). The relation
between voluntary carbon disclosure and environmental performance: The case of
S&P 500. International Journal of Law and Management, 59(6), 784–803.
Hardiyansah, M., Agustini, A. T., & Purnamawati, I. (2021). The Effect of Carbon
Emission Disclosure on Firm Value: Environmental Performance and Industrial
Type. Journal of Asian Finance, Economics and Business, 8(1), 123–133.
Hariati, I., & Prihatiningtyas, Y. W. (2015). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan
Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen, 3, 1–16.
Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi
107
Hazudin, S. F., Mohamad, S. A., Azer, I., Daud, R., & Paino, H. (2015). ISO 14001 and
Financial Performance: Is the Accreditation Financially Worth It for Malaysian
Firms. Procedia Economics and Finance, 31(15), 56–61.
Herawaty,V.Veronica, Vernanda (202). Carbon emission disclosure, competition and
company’s characteristics. International Journal of Scientific and Technology
Research vol: 9 issue : 3 2020-03-01
Hikmah, K., & Astuti, R. (2013). Growth of Sales, Investment, Liquidity, Profitability,
dan Size of Firm Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan
Akuntansi, 2(1), 1–15.
Hsu, A. W. hsin, & Wang, T. (2013). Does the market value corporate response to
climate change? Omega (United Kingdom), 41(2), 195–206.
Husnaini, W., & Tjahjadi, B. (2021). Quality management, green innovation and firm
value: Evidence from indonesia. International Journal of Energy Economics and
Policy, 11(1), 255–262.
Iskandar, D., & Fran, E. (2016). The Effect of Carbon Emissions Disclosure and
Corporate Social Responsibility on the Firm Value with Environmental
Performance as Variable Control. Research Journal of Finance and Accounting,
7(9), 122–130.
Li, L., Msaad, H., Sun, H., Tan, M. X., Lu, Y., & Lau, A. K. W. (2020). Green
innovation and business sustainability: New evidence from energy intensive
industry in China. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(21), 1–18.
Matsumura, E. M., Prakash, R., & Vera-Muñoz, S. C. (2011). Voluntary Disclosures
and the Firm-Value Effects of Carbon Emissions. Ekonomii.
Matsumura, E. M., Prakash, R., & Vera-Muñoz, S. C. (2014). Firm-value effects of
carbon emissions and carbon disclosures. Accounting Review, 89(2), 695–724.
Meutia, I., Ramadhani, M., & Adam, M. (2019). Does Eco-Efficiency Improve
Financial Performance of Manufacturing Companies in Indonesia? Jurnal
Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 6(2), 137–150.
Mousa, et. al., G. A. (2015). Legitimacy Theory and Environmental Practices: Short
Notes. International Journal of Business and Statistical Analysis, 2(1), 41–53.
Nakao, Y., Nakano, M., Amano, A., Kokubu, K., Matsumura, K., & Gemba, K. (2007).
Corporate environmental and financial performances and the effects of
information-based instruments of environmental policy in Japan. International
Journal of Environment and Sustainable Development, 6(1), 95.
O’Donovan, G. (2002). Environmental disclosures in the annual report: Extending the
applicability and predictive power of legitimacy theory. Accounting, Auditing &
Accountability Journal (Vol. 15).
Osazuwa, N. P., & Che-Ahmad, A. (2016). The moderating effect of profitability and
leverage on the relationship between eco-efficiency and firm value in publicly
traded Malaysian firms. Social Responsibility Journal, 12(2), 295–306.
Panggau, N. D., & Septiani, A. (2017). Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Leverage dan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi. Of
Accounting, 6(4), 1–8.
Paulraj, A., & de Jong, P. (2011). The effect of ISO 14001 certification announcements
on stock performance. International Journal of Operations and Production
Management, 31(7), 765–788.
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 8 No. 2 September 2021
108
Ramadhany, Fadlilah2, A. A., Hidayatul, A., Mustika, R., Diana, M. I., & Nabella, S.
(2021). The Mediation Effect Firm Performance on Green Innovation and Firm
Value: Evidence the Mining Industry. Turkish Journal of Computer and
Mathematics Education (TURCOMAT), 12(3), 1377–1783.
Rosenbusch, N., Rauch, A., & Bausch, A. (2013). The Mediating Role of
Entrepreneurial Orientation in the Task Environment-Performance Relationship: A
Meta-Analysis. Journal of Management, 39(3), 633–659.
Sabrin, Satria, B., Takdir, D., & Sujono. (2016). The Effect of Profitability on Firm
Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange. The International
Journal Of Engineering And Science, 5(10), 81–89.
Safitri, V. A. D., & Nani, D. A. (2021). Does Good Corporate Governance and Eco–
Efficiency Really Contribute To Firm Value? an Empirical Study in Indonesian
State-Owned Enterprises (Soes). Akuntabilitas, 15(1), 73–88.
Safitri, V. A., Sari, L., & Gamayuni, R. R. (2019a). Research and Development,
Environmental Investments, to Eco-Efficiency, and Firm Value. The Indonesian
Journal of Accounting Research, 22(03), 355–374.
Safitri, V. A., Sari, L., & Gamayuni, R. R. (2019b). Research and Development,
Environmental Investments, to Eco-Efficiency, and Firm Value. The Indonesian
Journal of Accounting Research, 22(03), 355–374.
Saka, C., & Oshika, T. (2014). Disclosure effects, carbon emissions and corporate
value. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, 5(1), 22–45.
Satrio, D., & Setiawan, K. (2020). Relationship Between Eco-Efficiency on Firm Value
Moderated with Profitabilityand Leverage, (July 2020), 99–117.
Suchman, M. (1995). Managing legitimacy: Strategic and institutional approaches.
Academy of Management Review (Vol. 20).
Sugiono. (2004). Konsep, Identifikasi, Alat Aanalisis dan Masalah Penggunaaan
Variabel Moderator. Studi Manajemen & Organisasi, 1(2), 61–70.
Suhardi, & Purwanto. (2015). Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi
pengungkapan emisi karbon di indonesia. Diponegoro Jurnal Of Accounting, 4(2),
1–13.
Suprihatin, Indrasti, N. S., & Romli, M. (2002). Potensi penurunan emisi Gas Rumah
Kaca melalui pengomposan sampah. Teknik Industri Peternakan, 18(1), 53–59.
Tauringana, V., & Chithambo, L. (2015). The effect of DEFRA guidance on
greenhouse gas disclosure. The British Accounting Review, 47(4), 425–444.
Tjahjono, M. E. S. (2013). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dan Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi, 4(1), 38–46.
Yao, H., Shen, L. Y., Hao, J., & Yam, C. H. M. (2007). A fuzzy-analysis-based method
for measuring contractors’ environmental performance. Management of
Environmental Quality: An International Journal, 18(4), 442–458.
Yao, Q. (2019). Does eco-innovation lift firm value ? The contingent role of institutions
in emerging markets. Business and Industrial Marketing, 8, 1763–1778.
https://www. idx.co.id
https://database.globalreporting.org