pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam …

235
PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN: STUDI FENOMENOLOGI TESIS OLEH VINCENCIUS SURANI 187046011/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM

MERAWAT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN:

STUDI FENOMENOLOGI

TESIS

OLEH

VINCENCIUS SURANI

187046011/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

Page 2: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

FAMILY’S EXPERIENCE AS CAREGIVERS FOR PATIENTS

WITH CHRONIC KIDNEY DISEASE UNDERGOING

HEMODIALYSIS AT ADAM MALIK PUBLIC HOSPITAL:

A PHENOMENOLOGICAL STUDY

THESIS

BY

VINCENCIUS SURANI

187046011/ MEDICAL - SURGICAL NURSING

MASTER OF NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

FACULTY OF NURSING

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

Page 3: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM

MERAWAT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN:

STUDI FENOMENOLOGI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)

Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

Pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

VINCENCIUS SURANI

187046011/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

Page 4: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Telah diuji

Pada Tanggal 1 Juli 2021

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

2. Dr. dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked(PD)., Sp.PD-KGH

3. Dr. dr. Rina Amelia, MARS

Page 5: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 6: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 7: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Judul Tesis : Pengalaman Keluarga Sebagau Caregiver

Dalam Merawat Pasien Penyakit Ginjal Kronik

yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan: Studi

Fenomenologi

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

Nomor Induk Mahasiswa : 187046011

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2021

PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM

MERAWAT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN: STUDI FENOMENOLOGI

ABSTRAK

Caregiver merupakan seseorang yang membantu individu khususnya pasien yang

tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri akibat penyakit kronik,

kecacatan, atau usia yang menua. Perawatan yang diberikan caregiver untuk

pasien hemodialisis dalam waktu yang berkepanjangan dapat mempengaruhi arti

dan makna kehidupan caregiver dengan kondisi masalah yang kompleks. Tujuan

penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman keluarga sebagai caregiver

dalam merawat pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan

dalam penelitian ini berjumlah 15 yang merupakan caregiver dari pasien

hemodialisis. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara

mendalam dan data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode Colaizzi.

Tema yang berhasil diidentifikasi ada 8 yaitu 1) ungkapan perasaan emosional

caregiver, 2) peran caregiver dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan, 3)

dampak yang dirasakan caregiver dalam merawat pasien, 4) faktor penghambat

dalam proses perawatan, 5) upaya mengatasi hambatan dalam merawat, 6)

dukungan sosial, 7) harapan caregiver dalam merawat pasien, dan 8) makna

dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Proses perawatan yang dilakukan

caregiver untuk pasien hemodialisis mempunyai lingkup sangat luas dengan

melibatkan seluruh emosional, tugas, hambatan, dan upaya dari caregiver. Proses

perawatan dapat mempengaruhi aspek kehidupan caregiver sendiri yang

memunculkan akan adanya dukungan, harapan, dan makna dari merawat pasien.

Kata kunci: Pengalaman, Caregiver, Penyakit Ginjal Kronik, Hemodialisis.

Page 8: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 9: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

i

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengalaman Keluarga Sebagai

Caregiver Dalam Merawat Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan: Studi

Fenomenologi”.

Selama menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh

bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Dudut Tanjung, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas selama menjalani pendidikan di jenjang

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

sekaligus Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, motivasi dan mengarahkan dengan penuh kesabaran kepada penulis

sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

4. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan

Page 10: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

ii

mengarahkan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga pada akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

5. Dr. dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked(PD)., Sp.PD-KGH selaku dosen penguji I

dan Dr. dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen penguji II yang telah

memberikan arahan, masukan, keterbukaan ilmu dan keramahan hati selama ini

sehingga tesis ini dapat menjadi lebih baik

6. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan dan

Kepala Ruang Unit Hemodialisis atas izin, fasilitas, dan bantuannya yang telah

diberikan pada penulis selama melakukan penelitian

7. Partisipan yang telah bersedia memberikan waktu dan partisipasinya selama

pengambilan data dalam penyusunan tesis ini

8. Keluarga penulis dan teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan

2018 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dan memberi dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh

dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada

seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan

keberkahan untuk kita semua.

Medan, Juli 2021

Penulis,

Vincencius Surani

Page 11: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

Latar Belakang .................................................................................... 1

Perumusan Masalah ............................................................................. 6

Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

Konsep Penyakit Ginjal kronik ........................................................... 8

Konsep Dialisis ................................................................................... 13

Konsep Hemodialisis ........................................................................... 14

Konsep Keluarga .................................................................................. 20

Konsep Keluarga Sebagai Caregiver .................................................. 22

Proses Perawatan Oleh Caregiver Terhadap Pasien ........................... 24

Konsep Studi Fenomenologi ............................................................... 34

Landasan Teori Keperawatan .............................................................. 37

Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 43

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 44

Jenis Penelitian .................................................................................... 44

Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 45

Partisipan ............................................................................................. 45

Pengumpulan Data .............................................................................. 47

Definisi Operasional ............................................................................ 56

Metode Analisis Data .......................................................................... 56

Tingkat Keabsahan Data (Thrustworthiness) ...................................... 58

Pertimbangan Etik ............................................................................... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 65

Hasil Penelitian ................................................................................... 65

Pembahasan ......................................................................................... 124

Integrasi Hasil Penelitian .................................................................... 150

Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 153

Implikasi Hasil Penelitian ................................................................... 154

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 156

Kesimpulan .......................................................................................... 156

Saran .................................................................................................... 156

Page 12: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

iv

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 13: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Stadium PGK ........................................................................... 9

Tabel 2.2 Tahapan Berduka Kubler-Ross ................................................ 25

Tabel 4.1 Data Demografi Partisipan ...................................................... 66

Tabel 4.2 Langkah-Langkah Analisis Data ............................................. 68

Tabel 4.3 Tema 1: Ungkapan Perasaan Emosional Caregiver ................ 83

Tabel 4.4 Tema 2: Peran Caregiver Dalam Menjalankan Fungsi

Perawatan Kesehatan ............................................................... 99

Tabel 4.5 Tema 3: Dampak yang Dirasakan Oleh Caregiver Dalam

Merawat Pasien ....................................................................... 105

Tabel 4.6 Tema 4: Faktor Penghambat Dalam Proses Perawatan ........... 109

Tabel 4.7 Tema 5: Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Merawat .......... 112

Tabel 4.8 Tema 6: Dukungan Sosial ....................................................... 117

Tabel 4.9 Tema 7: Harapan Caregiver Dalam Merawat Pasien .............. 119

Tabel 4.10 Tema 8: Makna Dalam Merawat Anggota Keluarga yang

Sakit ......................................................................................... 124

Page 14: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 43

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................... 55

Gambar 4.1 Hubungan Antar Tema Penelitian dan Konsep Teori .............. 151

Page 15: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Izin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Konsul

Page 16: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai

adanya kelainan pada struktur dan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3

bulan dengan adanya penurunan glomerular filtration rate (GFR) kurang dari 60

ml/menit/1,73 m2 (KDIGO, 2013). Saat ini penyakit ginjal kronik (PGK)

dianggap sebagai tantangan untuk kesehatan masyarakat di dunia (Sanyaolu et al.,

2018).

Angka prevalensi PGK di dunia selalu mengalami peningkatan setiap

tahunnya, tahun 2013 sebanyak 843,6 juta meningkat menjadi 860,8 juta pada

tahun 2017 (Jager et al., 2019). Sedangkan di Amerika menurut data dari United

State Renal Data System (USRDS, 2019), didapatkan jumlah penderita PGK

setiap tahunnya mengalami peningkatan, terakhir di tahun 2017 meningkat

sebanyak 2.253,9 per satu juta populasi. Negara Asia dengan penderita PGK

terbanyak salah satunya adalah Jepang, dalam 3 tahun terakhir mengalami

peningkatan menjadi 2.598,8 per satu juta populasi pada tahun 2016 (USRDS,

2018).

Pasien PGK di Indonesia sendiri menurut Indonesian Renal Registry (2018)

yang menjalani hemodialisis dalam tiga tahun terakhir juga mengalami

peningkatan, terakhir meningkat menjadi 132.142 pasien pada tahun 2018.

Sedangkan di provinsi Sumatera Utara sendiri dari tahun 2013 sampai 2018 juga

terdapat kasus yang mengalami peningkatan yaitu dari 2,0 permil naik menjadi

Page 17: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

2

3,2 permil (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Sedangkan jumlah kasus pasien

hemodialisis berdasarkan data rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Haji Adam Malik Medan juga menunjukkan adanya peningkatan, tahun 2016

sebanyak 643 pasien dan meningkat pada tahun 2018 sebanyak 727 pasien.

Penyakit ginjal kronik (PGK) sangat erat kaitannya dengan hemodialisis,

karena merupakan salah satu terapi untuk penderita PGK sebagai pengganti fungsi

ginjal (Smeltzer et al., 2010). Angka kejadian PGK yang menjalani hemodialisis

setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan baik di dunia maupun di Indonesia

sendiri dan khususnya di provinsi Sumatera Utara (Indonesian Renal Registry,

2018; Kementerian Kesehatan RI, 2018; USRDS, 2018).

Masalah terberat yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami PGK

adalah kematian. Menurut Jager et al (2019), di tahun 2016 PGK menempati

urutan ke 13 sebagai penyebab kematian dan diprediksikan di tahun 2040 menjadi

urutan ke 5. Selain itu PGK juga dapat mempengaruhi gaya hidup, status

kesehatan, dan peran sosial pasien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan

masalah fisik dan mental, keterbatasan peran sosial dan aktivitas pasien. Oleh

karena itu pasien PGK selalu membutuhkan bantuan perawatan dan dukungan

khususnya dari anggota keluarga sendiri (Haririan, Aghajanlo, & Ghafurifard,

2013; Maslakpak et al., 2019).

Keluarga merupakan sumber dukungan terbesar bagi pasien yang

mengalami masalah kesehatan kronik seperti PGK yang menjalani hemodialisis

dan keluarga dipandang sebagai area yang penting bagi pasien (Maslakpak et al.,

2019), sehingga keluarga yang memberikan perawatan untuk pasien masuk ke

dalam populasi atau kelompok rentan (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015).

Page 18: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

3

Menurut Pender, Murdaugh, & Parsons (2015), populasi yang rentan merupakan

kelompok individu yang memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kelemahan

atau keterbatasan dan masalah fisik, psikologis, atau kesehatan sosial. Pada

populasi yang rentan akan cenderung lebih mudah untuk berkembangnya

masalah-masalah kesehatan (Pender et al., 2015). Dengan demikian keluarga

terutama yang berperan sebagai caregiver tentunya dapat mengalami masalah-

masalah kesehatan sebagai dampak dari proses merawat pasien.

Keluarga sebagai caregiver merupakan seseorang yang membantu individu

atau mengatur bantuan untuk orang-orang khususnya pasien yang tidak dapat

melakukan perawatan diri secara mandiri akibat suatu penyakit kronik, kecacatan,

atau usia yang menua (Farahani et al., 2016). Perawatan pada pasien dengan PGK

yang menjalani hemodialisis yang dilakukan oleh caregiver dapat membawa

perubahan respon dan kualitas hidup dari caregiver mulai dari saat pertama kali

mengetahui anggota keluarga sakit (Gilbertson et al., 2019; Jafari et al., 2018).

Penelitian Sari, Allenidekania, & Afiyanti (2018) menyatakan bahwa respon

keluarga dalam merawat anak yang menjalani hemodialisis yaitu muncul rasa

sedih, takut, dan marah.

Selain perubahan respon berupa perasaan caregiver, tentunya seorang

caregiver dalam merawat mesti menjalankan berbagai macam peran atau tugas

perawatan. Menurut Kaakinen et al (2018), salah satu fungsi keluarga yaitu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan yang

dilakukan oleh caregiver bersifat kompleks mulai dari caregiver tersebut harus

belajar memahami tentang masalah kesehatan sampai dengan mampu untuk

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Kaakinen et al., 2018).

Page 19: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

4

Peran dan tugas caregiver yang cukup banyak dalam merawat pasien

sampai jangka waktu yang lama dapat menimbulkan dampak tersendiri bagi

caregiver diantaranya yaitu kelelahan dan dapat mempengaruhi kesejahteraan

fisik dan psikologis dari caregiver sendiri, mempengaruhi kualitas hidup mereka,

merusak suasana keluarga dan organisasi kerja, mengurangi partisipasi dalam

kegiatan sosial, dan bahkan menyebabkan stres emosional (Mashayekhi et al.,

2015), sehingga dampak tersebut dapat menimbulkan tekanan fisik dan mental

serta menjadi beban bagi anggota keluarga (Mollaoglu et al., 2013).

Beban yang muncul pada keluarga sebagai caregiver diantaranya beban

fisik berupa kelelahan; beban psikologis berupa mudah tersinggung, emosi yang

labil, stres, depresi, takut, dan cemas; beban sosial berupa keterbatasan waktu

bersosialisasi, keterbatasan komunikasi, dan perubahan peran sosial; beban

ekonomi berupa masalah finansial atau keuangan (Jadhav et al., 2014; Sajadi,

Ebadi, & Moradian, 2017). Keluarga sebagai caregiver pasien yang menjalani

hemodialisis memerlukan dukungan sosial dan hubungan interpersonal yang baik

(Bayoumi, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Melegy, Al-Zeftawy, &

Khaton (2016) di Mesir, bahwa beban yang muncul pada caregiver yang merawat

pasien dengan hemodialisis rata-rata berada pada kategori beban berat (100%)

dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Kondisi yang demikian tentunya

dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dari caregiver sendiri bahkan dapat

mengganggu kualitas hidup caregiver dan menyebabkan masalah kesehatan

mental. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Nugroho & Sabarini (2019), ditemukan bahwa caregiver pada pasien dengan

Page 20: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

5

hemodialisis juga mengalami tekanan dalam memberikan perawatan baik tekanan

peran maupun tekanan pribadi (87,8%).

Selain munculnya dampak berupa beban perawatan untuk caregiver, kondisi

pasien dengan hemodialisis tentunya juga mengalami perubahan yang dapat

membawa masalah bagi caregiver dalam memberikan perawatan. Penelitian

Mollaoglu (2016) menyatakan bahwa pasien hemodialisis cenderung mengalami

perubahan psikologis yang berdampak pada meningkatnya emosi dari pasien

sendiri. Dalam Lewis et al (2013) disebutkan bahwa pasien hemodialisis

cenderung muncul perubahan perilaku, menarik diri, emosi tidak stabil, dan

bahkan depresi.

Dalam konteks asuhan keperawatan, pelayanan keperawatan yang diberikan

bersifat holistik dimana pelayanan yang diberikan tidak hanya berfokus pada

pasien namun juga melibatkan dan ditujukan kepada keluarga pasien juga

terutama untuk mereka yang merawat pasien dengan kondisi penyakit kronik

(Kaakinen et al., 2018; Smeltzer et al., 2010). Bagi caregiver yang merawat

pasien tentunya mereka juga membutuhkan bantuan berupa dukungan, salah

satunya yaitu dukungan emosional untuk caregiver (Shiba & Kondo, 2016).

Melibatkan keluarga sebagai caregiver dalam perawatan untuk pasien

hemodialisis dalam waktu yang berkepanjangan tentunya dapat mempengaruhi

pengalaman dan makna hidup dari caregiver itu sendiri dengan situasi dan kondisi

masalah yang begitu banyak dan kompleks.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan terhadap dua anggota keluarga

yang sehari-hari merawat dan mendampingi pasien hemodialisis di RSUP Haji

Adam Malik Medan ditemukan bahwa mereka menyatakan merasa sedih, takut,

Page 21: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

6

dan bingung dengan kondisi yang dialami oleh pasien. Oleh karena itu, untuk

semakin mendapatkan gambaran dan memahami pengalaman seperti apa yang

dirasakan oleh caregiver secara lebih mendalam dalam merawat pasien

hemodialisis maka perlu dilakukan penelitian kembali dengan pendekatan

kualitatif, khususnya dengan desain fenomenologi.

Perumusan Masalah

Terapi hemodialisis pada pasien dengan PGK yang berlangsung lama

bahkan bisa selamanya tentunya dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan

dari pasien tersebut. Hal ini memicu pasien untuk selalu memerlukan bantuan dan

dukungan dari anggota keluarganya untuk dapat merawatnya. Keluarga yang

berperan merawat atau sebagai caregiver dengan menjalankan fungsi perawatan

kesehatan dalam jangka waktu yang berkepanjangan tentu dapat membawa

perubahan respon dan dampak berupa kelelahan sehingga menimbulkan beban

perawatan yang signifikan. Kondisi yang demikian dapat meningkatkan stres,

menimbulkan ketegangan antara caregiver dengan pasien PGK yang menjalani

hemodialisis, muncul perubahan dan respon yang berkaitan dengan perasaan

caregiver dari pengalaman yang dijalani selama merawat pasien (Rabiei et al.,

2020).

Berdasarkan hal tersebut maka perlu digali lebih mendalam mengenai

pengalaman dan hal-hal yang dirasakan oleh caregiver dalam memberikan

perawatan kepada pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Dengan demikian

rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana pengalaman keluarga sebagai

caregiver dalam merawat pasien PGK yang menjalani hemodialisis?.

Page 22: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

7

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman keluarga sebagai

caregiver dalam merawat pasien PGK yang menjalani hemodialisis.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi

dalam proses pembelajaran bidang ilmu keperawatan medikal bedah yang

berhubungan dengan kondisi penyakit kronik serta informasi yang didapatkan bisa

digunakan untuk acuan dalam mengembangkan bahan kajian asuhan keperawatan

untuk penyakit kronik dan keluarga.

Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan dalam

mengembangkan kebijakan program pelayanan kesehatan khususnya untuk

penderita penyakit kronik yang membutuhkan terapi jangka panjang serta

memberikan landasan dalam meningkatkan upaya promosi kesehatan serta

dukungan yang optimal bagi keluarga pasien sehingga keluarga dapat

memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan kebutuhan pasien.

Manfaat metodologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dan data dasar

untuk penelitian terkait selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan keluarga

yang merawat pasien dengan penyakit kronik yang menjalani hemodialisis.

Page 23: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

Pengertian PGK

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan kondisi dimana ginjal mengalami

kerusakan struktur dan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan yang

berdampak terhadap status kesehatan atau gangguan fisiologis tubuh (KDIGO,

2013).

Kriteria untuk PGK menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes/

KDIGO (2013), terdiri dari adanya indikator kerusakan ginjal dan penurunan

glomerular filtration rate (GFR). Indikator kerusakan ginjal terdiri dari

albuminuria (≥ 30 mg/24 jam), kelainan pada sedimen urine, kelainan pada

elektrolit, kelainan struktur pada jaringan/ histologi, kelainan struktur melalui tes

pencitraan/ imaging, riwayat transplantasi ginjal. Sedangkan dari indikator

penurunan GFR < 60 ml/menit/1,73 m2.

Penyebab PGK

Penyebab dari PGK dapat dibedakan atas penyebab akibat dari infeksi

penyakit ginjal itu sendiri dan non infeksi. Penyebab yang paling sering

ditemukan adalah karena non infeksi seperti diabetes dan hipertensi yang memicu

terjadinya PGK. Sedangkan penyebab dari kondisi infeksi terdiri dari

glomerulonefritis dan infeksi pada saluran urinari (Lewis et al., 2013).

Sedangkan faktor risiko yang dapat memicu terjadinya PGK diantaranya

terdiri dari faktor klinikal dan faktor sosiodemografi. Faktor klinikal terdiri dari

Page 24: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

9

penyakit autoimun, infeksi sistemik, infeksi saluran urinari, batu di saluran

urinari, obstruksi saluran urinari bawah, urolitiasis, riwayat keluarga dengan PGK.

Sedangkan faktor sosiodemografi terdiri dari usia dan ras (Yang & He, 2020).

Klasifikasi PGK

Dalam KDIGO (2013), stadium PGK dibedakan menjadi 6 tingkatan

stadium berdasarkan kategori GFR diantaranya adalah:

Tabel 2.1

Stadium PGK

Kategori GFR (ml/menit/1,73 m2) Ketentuan

1 ≥ 90 Normal atau tinggi

2 60 – 89 Penurunan fungsi ginjal tahap rendah

3a 45 – 59 Penurunan fungsi ginjal tahap rendah – sedang

3b 30 – 44 Penurunan fungsi ginjal tahap sedang – berat

4 15 – 29 Penurunan fungsi ginjal tahap berat

5 < 15 Penyakit ginjal kronik

Patofisiologi PGK

Ketika fungsi ginjal mengalami penurunan, maka yang terjadi adalah

penumpukan produk akhir dari metabolisme protein yang terakumulasi dalam

darah. Kondisi ini akan menyebabkan peningkatan kadar uremia di dalam darah.

Semakin meningkatnya penumpukan uremia, maka akan menimbulkan gejala

PGK yang cepat (Smeltzer et al., 2010). Tingkat penurunan fungsi ginjal dapat

mempengaruhi perkembangan ke arah kerusakan fungsi ginjal yang kronik,

kondisi ini cenderung berkembang lebih cepat pada pasien yang mengalami

peningkatan tekanan darah (Smeltzer et al., 2010).

Dalam menghadapi kerusakan ginjal, ginjal memiliki kemampuan untuk

mempertahankan GFR. Meskipun kerusakan nefron begitu progresif, sebagian

sisa nefron yang masih berfungsi akan melakukan hiperfiltrasi sebagai

Page 25: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

10

kompensasi. Bentuk kompensasi nefron ini memungkinkan ginjal untuk tetap

membersihkan zat sisa metabolisme seperti urea dan kreatinin dari dalam darah

(Himmelfarb & Ikizler, 2019a).

Hiperfiltrasi dan hipertrofi pada nefron yang masih berfungsi akan

menyebabkan disfungsi ginjal progresif. Peningkatan tekanan kapiler pada

glomerulus dapat merusak kapiler, awalnya akan mengarah kepada

glomerulosklerosis segmental dan kemudian akan berakhir pada

glomerulosklerosis global yang nantinya akan menjadi penyakit ginjal kronik

(Himmelfarb & Ikizler, 2019a).

Tanda dan gejala PGK

Pada awalnya PGK memiliki gejala awal yang hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya. Pada awalnya gejala yang muncul berupa hilangnya nafsu

makan, perasaan sakit atau sering kelelahan, kesulitan tidur, sakit kepala, gatal

dan kulit kering, penurunan berat badan, mudah tersinggung, mual disertai

muntah, napas dangkal atau sesak napas baik waktu ada kegiatan atau tidak

(Himmelfarb & Ikizler, 2019a).

Dalam Lewis et al (2013), setelah fungsi ginjal semakin memburuk dan

menimbulkan komplikasi, maka gejala yang muncul diantaranya adalah: 1)

gangguan psikologi berupa cemas dan depresi, 2) gangguan pada sistem

kardiovaskuler berupa hipertensi, gagal jantung akibat penimbunan cairan,

penyakit arteri koroner, perikarditis, gangguan irama jantung, penyakit arteri

perifer, dan edema, 3) gangguan pada sistem pencernaan berupa anoreksia, mual,

muntah, perdarahan saluran cerna, gastritis, dan napas bau ammonia, 4) gangguan

pada sistem endokrin dan reproduksi berupa hiperparatiroid, abnormalitas tiroid,

Page 26: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

11

amenorea, dan disfungsi ereksi, 5) gangguan pada fungsi metabolik berupa

gangguan metabolik glukosa, intoleransi karbohidrat, hiperlipidemia, 6) gangguan

pada fungsi hematologi berupa anemia, perdarahan, dan infeksi, 7) gangguan pada

fungsi neurologi berupa kelelahan, sakit kepala, gangguan tidur, dan ensefalopati,

8) gangguan pada fungsi penglihatan berupa retinopati, 9) gangguan pada fungsi

pulmonal berupa edema paru, napas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum

kental, uremik pleuritis, dan pneumonia, 10) gangguan pada fungsi integumen

berupa pruritus, ekimosis, kulit kering dan pucat, kuku tipis dan rapuh, 11)

gangguan pada fungsi muskuloskeletal berupa kalsifikasi jaringan lunak dan

vaskular, osteomalasia, fibrosa osteitis, tremor, dan miopati, 12) gangguan pada

neuropati perifer berupa kehilangan sensasi dan restless legs syndrome.

Komplikasi PGK

Dalam Smeltzer et al (2010), potensial komplikasi yang dapat muncul pada

penderita PGK diantaranya adalah: 1) hiperkalemia terjadi karena penurunan

ekskresi, asidosis metabolik, dan katabolisme, 2) perikarditis, efusi pleura, dan

tamponade perikardia terjadi karena retensi dari produk uremia dan dialisis yang

tidak adekuat, 3) hipertensi terjadi karena retensi natrium dan air, serta kerusakan

sistem renin-angiotensin-aldosteron, 4) Anemia terjadi karena penurunan produksi

eritropoietin, penurunan umur sel darah merah, perdarahan saluran cerna, dan

kehilangan darah selama hemodialisis, 5) penyakit tulang, kalsifikasi terjadi

karena retensi fosfor, kadar serum kalsium rendah, metabolisme vitamin D

abnormal.

Page 27: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

12

Penatalaksanaan PGK

Tujuan dari penatalaksanaan atau manajemen pada pasien dengan PGK

adalah mempertahankan fungsi normal ginjal dan menjaga kondisi homeostasis

selama mungkin dengan menurunkan kadar dari uremia dalam darah dan untuk

mengontrol keseimbangan elektrolit (Smeltzer et al., 2010). Dalam Smeltzer et al

(2010), penatalaksanaan atau manajemen yang dapat dilakukan diantaranya

adalah:

Terapi farmakologi

Komplikasi dapat dicegah dengan pemberian obat berupa agen pengikat

fosfat, suplemen kalsium, obat antihipertensi dan obat jantung, serta obat-obatan

untuk meningkatkan eritropoietin.

Terapi nutrisi

Intervensi terapi nutrisi diperlukan pada pasien PGK yang menjalani

hemodialisis, dimana terapi nutrisi yang penting untuk diperhatikan adalah

peningkatan asupan protein, pembatasan asupan cairan dan asupan natrium.

Pembatasan cairan diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam

tubuh. Sedangkan pembatasan asupan natrium bertujuan untuk menjaga

keseimbangan kadar natrium. Peningkatan asupan protein dianjurkan pada pasien

dengan PGK terutama yang menjalani hemodialisis. Konsumsi protein yang tinggi

diharapkan akan menurunkan angka kematian karena dapat meningkatkan status

gizi pasien, membantu menjaga kekuatan otot, membantu penyembuhan luka

lebih cepat, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh (Syauqy et al., 2012).

Menurut The National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes

Quality Initiative (NKF KDOQI), protein merupakan komponen penting pada

Page 28: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

13

terapi pasien dengan PGK dan direkomendasikan bagi pasien dialisis untuk

diberikan asupan tinggi protein. Jenis protein yang diperbolehkan harus

mengandung asam amino esensial karena dapat membantu pertumbuhan dan

perbaikan sel seperti produk susu, telur, dan daging.

Asupan cairan yang dianjurkan untuk per harinya adalah 500 – 600 ml

untuk 24 jam atau lebih dari jumlah volume urine yang keluar selama 24 jam dari

hari sebelumnya. Selain itu asupan kalori juga diperlukan lewat konsumsi

karbohidrat dan lemak. Suplemen vitamin juga diperlukan karena untuk

mengantisipasi vitamin yang larut dalam air selama dialisis.

Dialisis

Penatalaksanaan untuk pasien dengan gejala PGK tahap akhir yang sering

dilakukan adalah dengan dialisis. Dialisis dimulai ketika pasien sudah tidak dapat

lagi mempertahankan kondisi homeostasis dan melakukan perawatan yang

konservatif.

Konsep Dialisis

Pengertian dialisis

Dialisis adalah pergerakan cairan dan molekul yang melintasi membran

semipermeabel dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya. Secara klinis,

dialisis adalah teknik yang memindahkan zat dari dalam darah melalui membran

semipermeabel untuk dilakukan dialisis, hal ini bertujuan untuk memperbaiki

cairan dan ketidakseimbangan elektrolit serta menghilangkan produk sampah atau

racun akibat dari kerusakan ginjal sehingga ginjal tidak mampu untuk

menjalankan fungsinya (Lewis et al., 2013).

Page 29: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

14

Proses dialisis dimulai ketika kadar ureum pasien sudah terlalu tinggi dan

tidak dapat diatasi dengan manajemen medis atau perawatan konservatif hingga

menimbulkan gejala. Umumnya dialisis dilakukan ketika nilai GFR kurang dari

15 ml/menit, selain itu komplikasi yang muncul akibat dari peningkatan kadar

ureum dapat menjadi pertimbangan untuk segera dilakukan tindakan dialisis

(Lewis et al., 2013).

Jenis-jenis dialisis

Ada dua metode dialisis yang sering dilakukan yaitu peritoneal dialisis dan

hemodialisis (Lewis et al., 2013). Namun pada konsep ini yang akan diuraikan

adalah tentang hemodialisis, karena metode ini paling sering digunakan.

Konsep Hemodialisis

Pengertian hemodialisis

Hemodialisis merupakan suatu tindakan pembuangan sisa metabolisme

ginjal dengan menggunakan alat bantu dialyzer (Levy, Brown, & Lawrence,

2016). Hemodialisis adalah suatu bentuk tindakan untuk menggantikan sebagian

besar dari fungsi ginjal pada pasien yang mengalami gangguan ginjal (Kim &

Kawanishi, 2018). Tujuan daripada tindakan hemodialisis adalah untuk

membuang toksik-toksik yang ada di dalam tubuh, seperti ureum dan kreatinin

(Kim & Kawanishi, 2018).

Hemodialisis digunakan untuk pasien yang membutuhkan dialisis jangka

pendek (hitungan hari ke minggu) dan untuk pasien yang membutuhkan terapi

jangka panjang atau sebagai terapi pengganti ginjal permanen (Smeltzer et al.,

2010). Hemodialisis dapat mencegah kematian namun tidak dapat menyembuhkan

Page 30: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

15

penyakit PGK, lebih dari 90% pasien dengan PGK membutuhkan terapi pengganti

ginjal melalui hemodialisis (Smeltzer et al., 2010). Sebagian besar pasien

menerima hemodialisis dalam jangka waktu dua kali dalam satu minggu dengan

durasi lama waktu 5 jam (Kim & Kawanishi, 2018).

Indikasi hemodialisis

Indikasi seseorang untuk dilakukan tindakan hemodialisis di dalam

pedoman KDOQI adalah pada saat GFR < 15 ml/menit serta dengan

mempertimbangkan gejala atau komplikasi yang muncul akibat dari PGK, namun

secara definitif tindakan hemodialisis dimulai sebelum GFR < 10 ml/menit (Levy

et al., 2016).

Dalam Kim & Kawanishi (2018), indikasi hemodialisis dibedakan menjadi

indikasi hemodialisis emergency dan indikasi hemodialisis kronik. Indikasi

hemodialisis emergency adalah hemodialisis yang segera dilakukan. Indikasi

hemodialisis emergency terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

1. Kegawatan ginjal yang terdiri dari keadaan uremik berat, overhidrasi, oliguria

(produksi urine < 200 ml/12 jam), anuria (produksi urine < 50 ml/12 jam),

hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan elektrokardiogram/ EKG,

biasanya kalium > 6,5 mmol/L), asidosis berat (Ph < 7,1 atau bikarbonat < 12

meq/L), uremia (BUN > 150 mg/dl), ensefalopati uremikum, neuropati/

miopati uremikum, perikarditis uremikum, disnatremia berat (Na > 160 atau <

115 mmol/L)

2. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.

Sedangkan indikasi hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang

dikerjakan berkelanjutan seusia hidup pasien dengan menggunakan mesin

Page 31: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

16

hemodialisis. Indikasi hemodialisis kronik dimulai jika dijumpai salah satu dari

hal berikut ini, yaitu: 1) GFR < 15 ml/menit dan tergantung gejala atau komplikasi

yang muncul, 2) gejala uremia meliputi letargi, anoreksia, nausea, mual dan

muntah, 3) adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot, 4) hipertensi yang sulit

dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

Cara kerja hemodialisis

Tindakan hemodialisis bertujuan untuk membuang produk limbah nitrogen

dan mengoreksi kelainan elektrolit, air, dan asam basa yang berhubungan dengan

kerusakan struktur dan fungsi ginjal (Yang & He, 2020). Dalam Levy et al (2016),

prinsip kerja dari hemodialisis terdiri dari:

1. Proses difusi, merupakan gerakan pasif spontan zat terlarut yang melintasi

membran dialisis. Tingkat difusi tergantung pada beberapa koefisien seperti

berat molekul zat terlarut, permeabilitas membran, laju aliran darah, gradien

konsentrasi zat terlarut antara darah dan dialisat, suhu dialisat, dan laju aliran.

2. Proses ultrafiltrasi, merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena

perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang

lebih tinggi dari dialisat memaksa air melewati selaput semipermeable. Air

mempunyai molekul sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput

diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.

3. Proses osmosis, merupakan berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang

terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik (osmolalitas) darah dan

dialisat.

Page 32: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

17

Ketiga peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses

penyaringan dalam dialyzer selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih.

Darah itu kemudian akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.

Akses vaskuler

Akses vaskuler sangat penting untuk pasien dengan PGK. 25% dari rumah

sakit menerima pasien PGK yang menjalani hemodialisis mengalami masalah

pada akses vaskuler yang dapat meningkatkan angka kesakitan, infeksi, bahkan

kematian (Levy et al., 2016). Akses vaskuler yang sering digunakan pada

tindakan hemodialisis terdiri dari:

Arteriovenous fistula (cimino)

Merupakan akses vaskuler jangka panjang untuk pasien hemodialisis yang

dibuat di bagian ekstremitas atas. Arteriovenous fistula (AVF) dibuat sehingga

pembuluh vena akan menerima aliran darah arteri cukup besar sehingga segmen

vena akan melebarkan dan mengembangkan dinding yang menebal dari waktu ke

waktu. Menurut KDOQI, AVF merupakan salah satu akses vaskuler terbaik untuk

pasien hemodialisis hingga sekarang (National Kidney Foundation, 2015).

Dalam National Kidney Foundation/ NKF (2015), Akses vaskuler berupa

AVF perlu diperhatikan dan dijaga, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) periksa thrill atau desiran secara teratur, 2) pengukuran tekanan darah tidak

dilakukan pada tangan yang terdapat AVF, 3) tidak memberi tekanan yang kuat

pada AVF, 4) jangan tidur di lengan yang terdapat AVF, 5) hindari mengangkat

benda berat, 6) jangan mengambil sampel darah pada tangan yang terdapat AVF,

7) gunakan AVF hanya untuk hemodialisis.

Page 33: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

18

Dalam National Kidney Foundation (2015), latihan yang dapat dilakukan

agar AVF matang dan kuat diantaranya adalah: 1) menekan menggunakan

handgrip, tekan dan lepaskan handgrip dengan cepat selama 10 menit, 6 kali

sehari, 2) sentuhan ujung jari, sentuh ujung jari ke ujung ibu jari, buka dan tutup

jari anda. Sentuh ujung jari berulang-ulang selama 5 menit, 6 kali sehari, 3)

meremas bola dan melepaskan dengan cepat selama 10 menit, 6 kali sehari

Hal lain yang perlu mendapat perhatian untuk AVF menurut National

Kidney Foundation (2015) adalah: 1) kulit berkilau, gatal dan bengkak, 2) bau

busuk merah/ kuning berbau busuk, 3) nyeri dan perubahan warna, 4) demam, 5)

AVF tidak ada thrill atau desiran, 6) Pembengkakan atau perdarahan.

Central venous catheters (double lumen)

Merupakan akses vaskuler yang dibuat bagi pasien yang membutuhkan

hemodialisis dalam keadaan darurat. Akses vaskuler berupa central venous

catheters (double lumen) akan dimasukan ke dalam vena besar di leher seperti

vena jugularis, vena subklavia atau di lipat paha seperti vena femoralis. Central

venous catheters (CVC) biasanya hanya bersifat sementara (kurang dari 3

minggu) dan akan diangkat ketika pasien sudah tidak diharuskan menjalani

hemodialisis, atau sudah memiliki akses yang lebih permanen, seperti cimino

(Levy et al., 2016).

Akses vaskuler berupa CVC perlu diperhatikan dan dijaga, berikut beberapa

hal yang perlu diperhatikan menurut National Kidney Foundation (2015) yaitu: 1)

jaga kateter dan balutan luka selalu dalam keadaan bersih dan kering, 2) balutan

luka tidak perlu diganti setiap hari, tapi harus diganti setiap sesi dialisis, 3) jika

sewaktu-waktu balutan luka kotor/ basah, segera pergi ke rumah sakit terdekat

Page 34: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

19

untuk mengganti balutan, 4) pastikan kateter terfiksasi dengan benar pada kulit, 5)

perhatikan adanya perdarahan, 6) hindari olahraga air seperti berenang,

menyelam, 7) hindari menggaruk/ menarik-narik kateter, 8) pada saat tidur jaga

jangan sampai daerah kateter tertekan, 9) hindari mengangkat benda berat/

mengangkat anak-anak.

Dalam National Kidney Foundation (2015), hal lain yang perlu mendapat

perhatian untuk CVC adalah: 1) adanya rasa nyeri pada tempat keluarnya kateter,

2) perdarahan/ keluar cairan dari area sekitar kateter, 3) peningkatan suhu tubuh,

4) kateter keluar dari tempat penusukan.

Komplikasi dari hemodialisis

Dalam Lewis et al (2013); Smeltzer et al (2010) komplikasi yang dapat

terjadi pada pasien PGK yang mendapatkan terapi hemodialisis diantaranya

adalah: 1) hipotensi, dapat terjadi selama hemodialisis karena kehilangan volume

vaskuler yang cepat (hipovolemia), akibat penurunan curah jantung, dan

penurunan vaskuler sistemik, 2) otot kram, faktor yang terkait dengan terjadinya

kram otot saat tindakan hemodialisis adalah hipotensi, hipovolemia, tingkat

ultrafiltrasi yang tinggi, 3) kehilangan darah, dapat terjadi karena darah yang tidak

sepenuhnya difiltrasi oleh dialyzer, terpisah dalam tabung darah, pecahnya

membran dialyzer, atau perdarahan setelah pengangkatan jarum pada akses

vaskuler di akhir tindakan hemodialisis, 4) disritmia, dapat terjadi akibat

perubahan elektrolit dan pH selama dialisis, 5) nyeri dada, dapat terjadi pada

pasien dengan anemia atau arteriosklerotik penyakit jantung, 6) sakit kepala, mual

dan muntah, gelisah, penurunan tingkat kesadaran, dapat terjadi ketika kadar urea

Page 35: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

20

dalam darah sangat tinggi (>150 mg/dl) serta akibat dari aliran cairan atau darah

ke otak yang rendah.

Konsep Keluarga

Pengertian keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang atau sekelompok orang yang

disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi serta melakukan interaksi

dan komunikasi satu sama lain sesuai dengan peran sosialnya masing-masing

dengan tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga

(Kaakinen et al., 2018).

Sedangkan menurut Sharma (2013), keluarga adalah bagian unit terkecil

dari masyarakat yang mempunyai hubungan resmi seperti ikatan darah,

perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya

hubungan psikologi (ikatan emosional) yang saling berintegrasi dan mempunyai

peran untuk saling mempengaruhi perkembangan, perilaku, dan kesejahteraan dari

masing-masing individu.

Fungsi keluarga

Menurut Kaakinen et al., (2018), fungsi keluarga diantaranya adalah sebagai

berikut:

Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan

psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan

dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan

Page 36: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

21

dalam diri anggota keluarga, stabilitas kepribadian dan tingkah laku, kemampuan

menjalin hubungan secara lebih akrab, dan harga diri.

Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena

individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap

situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan

proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai

hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.

Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Fungsi perawatan kesehatan

Dalam sebuah keluarga terkadang salah satu anggota keluarga sering kali

juga berperan sebagai tenaga kesehatan utama untuk melakukan perawatan

terhadap anggota keluarga lain khususnya mereka yang sakit atau menderita selain

mencari layanan dari berbagai tenaga profesional perawatan kesehatan. Anggota

keluarga yang sehat cenderung menjadi caregiver dan sumber utama dalam

memberikan dukungan untuk individu yang mengalami sakit. Keluarga dapat

membawa pengaruh terhadap kesejahteraan, pencegahan penyakit, perawatan,

Page 37: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

22

pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronik. Ketika ada

satu anggota keluarga yang sakit maka seluruh anggota keluarga yang lain masih

dipandang sebagai unit perawatan yang perlu mendapat perhatian karena individu

yang sakit tersebut juga bagian dari keluarga.

Konsep Keluarga Sebagai Caregiver

Pengertian caregiver

Caregiver merupakan orang yang memiliki keterlibatan terbesar dalam

proses perawatan dan memberikan bantuan kepada pasien selama perjalanan

penyakitnya untuk bisa menyesuaikan dan mengelola kondisi pasien (Mashayekhi

et al., 2015). Dalam memberikan perawatan dan bantuan kepada pasien, caregiver

mempunyai beberapa tugas atau peran diantaranya sebagai pemberi dukungan,

membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari anggota keluarga yang sakit

seperti memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat

(McDonald et al., 2015), mengatur finansial, membantu proses perawatan, dan

berkomunikasi dengan petugas kesehatan (Metzelthin et al., 2017).

Jenis caregiver

Menurut Family Caregiver Alliance (2016) menyatakan bahwa kelompok

atau jenis caregiver dibedakan menjadi dua jenis, yaitu caregiver formal dan

caregiver informal. Caregiver formal adalah pemberi layanan kesehatan atau

perawatan yang diberikan oleh tenaga profesional dan mendapatkan bayaran yang

disediakan oleh fasilitas seperti rumah sakit, pusat perawatan, atau pusat

rehabilitasi. Sedangkan caregiver informal adalah pemberi layanan kesehatan atau

perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah dan dilakukan oleh anggota

Page 38: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

23

keluarga sendiri yang tidak dibayar seperti pasangan, orangtua, anak, saudara

kandung.

Family caregiver

National Alliance For Caregiving (2010) mendefinisikan family caregiver

sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas dukungan fisik, emosional, dan

finansial dari anggota keluarga yang tidak mampu merawat atau mengurus dirinya

sendiri karena sakit, cedera, atau cacat.

Mayoritas yang sering menjadi atau berperan sebagai family caregiver

dalam keluarga adalah seorang wanita atau pasangan hidup yang selalu

meluangkan waktu untuk melakukan perawatan kepada anggota keluarga yang

sakit. Sedangkan untuk anggota keluarga dengan tidak adanya pasangan seringkali

peran dari family caregiver dilakukan oleh anak atau saudara dari anggota

keluarga yang sakit. Peran family caregiver sering banyak dilakukan oleh

caregiver informal yang merupakan bagian atau anggota keluarga sendiri

(National Alliance For Caregiving, 2010).

Tugas caregiver

Caregiver mempunyai tanggung jawab sepenuhnya dalam melakukan

perawatan atau memberikan layanan kesehatan terutama kepada anggota keluarga

yang sakit. Tidak jarang waktu sepenuhnya yang dimiliki oleh caregiver

digunakan untuk merawat keluarga yang yang sakit mengingat bahwa anggota

keluarga yang sakit terutama akibat penyakit kronik yang berkepanjangan bahkan

selamanya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dalam

sehari-hari (Family Caregiver Alliance, 2016)

Page 39: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

24

Dalam National Academics of Sciences, Engineering (2016), disebutkan

bahwa terdapat beberapa peran atau tugas penting dari seorang caregiver yang

memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit. Tugas atau peran

tersebut diantaranya adalah: melakukan tugas rumah tangga, membantu perawatan

diri pasien sehari-hari, memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari, memberikan

dukungan emosional dan sosial, memperhatikan dan melakukan perawatan

kesehatan, melakukan advokasi dan koordinasi perawatan, serta melakukan

pengambilan keputusan.

Proses Perawatan Oleh Caregiver Terhadap Pasien

Perawatan yang diberikan oleh caregiver khususnya kepada pasien dengan

penyakit kronik seperti PGK terutama yang menjalani terapi hemodialisis

membawa banyak perubahan atau dampak mulai dari awal ketika pertama kali

tahu bahwa anggota keluarga harus menjalani hemodialisis sampai dengan proses

perawatan saat ini. Beberapa proses atau perubahan yang dialami oleh caregiver

diantaranya yaitu:

Respon perasaan caregiver

Saat pertama kali mengetahui bahwa anggota keluarganya sendiri

mengalami PGK dan harus menjalani terapi hemodialisis untuk selamanya atau

bersifat permanen tentunya ini membawa respon perasaan tersendiri bagi

caregiver. Respon perasaan yang muncul juga bermacam-macam, salah satunya

yang bersifat emosional.

Perasaan emosional lebih mengarah kepada bentuk karakteristik atau bentuk

ekspresif dari emosi. Bentuk dari emosi sendiri bisa berupa emosi positif dan

Page 40: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

25

emosi negatif. Emosi positif misalkan dalam bentuk gembira, bangga, lega,

harapan, cinta atau kasih sayang. Sedangkan emosi negatif misalkan dalam bentuk

perasaan marah, cemas, takut, sedih, dan benci (Hartono, 2016). Dalam penelitian

Sari, Allenidekania, & Afiyanti (2018) menyatakan bahwa respon keluarga dalam

merawat anak yang menjalani hemodialisis yaitu sedih, takut, dan marah namun

lama-kelamaan keluarga dapat menerima kondisi pasien.

Respon total dari pengalaman dalam bentuk perasaan caregiver tersebut

merupakan akibat kehilangan sesuatu dari pasien akibat proses penyakit yang

dialaminya dan dimanisfestasikan dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku, hal

ini merupakan penjabaran dari konsep berduka (Kozier & Erb, 2007 dalam Potter

et al., 2013). Kubler-Ross dalam Potter et al (2013) menggambarkan tahapan

berduka terdiri dari lima tahap diantaranya menolak (denial), marah (anger),

tawar-menawar (bargaining), tertekan (depresi), dan menerima (acceptance).

Berikut penjelasan dari tahapan tersebut:

Tabel 2.2

Tahapan Berduka Kubler-Ross

Tahap Respon Perilaku

Denial

(menolak)

Menolak untuk percaya bahwa kehilangan terjadi

Tidak siap menerima kenyataan

Anger

(marah)

Klien atau keluarga bisa langsung marah kepada perawat atau staf

rumah sakit, tentang kejadian yang normalnya tidak akan

mengganggunya

Bargaining

(tawar-

menawar)

Mencari cara untuk menawar kehilangan

Mengekspresikan perasaan bersalah atau takut akan hukuman

terhadap dosa yang lalu, nyata atau imaginasinya

Depresi

(tertekan)

Berduka cita apa yang telah terjadi dan apa yang tidak dapat terjadi

Bisa berbicara dengan bebas atau bisa juga menarik diri

Acceptance

(menerima)

Bisa menurunnya ketertarikan pada sekitarnya dan support seseorang

Mempunyai keinginan untuk memulai membuat rencana kehidupan

selanjutnya

Page 41: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

26

Peran caregiver

Caregiver merupakan bagian dari anggota keluarga maka dalam proses

merawat anggota keluarga yang sakit tentunya caregiver mempunyai peran yang

penting. Dalam Kaakinen et al (2018) disebutkan terdapat beberapa fungsi

keluarga salah satunya yaitu fungsi dalam menjalankan perawatan kesehatan

khususnya jika ada anggota keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan

keluarga mencakup banyak hal atau aspek dalam kehidupan keluarga. Aspek

tersebut diantaranya adalah menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan

kesehatan.

Dalam menjalankan perannya terkait dengan fungsi perawatan kesehatan,

caregiver juga harus mampu untuk mengenal masalah kesehatan keluarga, mampu

membuat keputusan yang tepat bagi keluarga, mampu dalam merawat keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan, mampu dalam mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat, dan mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan khususnya dalam merawat pasien PGK yang menjalani

hemodialisis (Kaakinen et al., 2018).

Mengenal masalah kesehatan merupakan bentuk dari pemahaman caregiver

khususnya tentang PGK dan hemodialisis. Salah satunya yaitu tentang perubahan

kondisi yang dialami pasien. Dalam Himmelfarb & Ikizler (2019) dan Lewis et al

(2013) disebutkan bahwa perubahan pada kondisi pasien dapat berupa terjadinya

pruritus, edema, dan bahkan muncul sesak napas. Peran dalam membuat

keputusan juga sangat penting. Penelitian Maddalena et al (2018), menyatakan

bahwa pengambilan keputusan tidak hanya berada di tangan pasien namun dapat

diambil oleh caregiver. Peran selanjutnya yaitu caregiver harus mampu

Page 42: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

27

memberikan perawatan kepada pasien, salah satu contohnya yaitu dengan tetap

memperhatikan perawatan dengan cara mematuhi aturan terhadap pengaturan

asupan cairan dan makanan untuk pasien hemodialisis (Smeltzer et al., 2010).

Dampak yang dialami caregiver

Proses perawatan yang dilakukan oleh caregiver khususnya untuk pasien

penyakit kronik terutama PGK yang menjalani hemodialisis dalam jangka waktu

yang panjang tentunya membawa dampak tersendiri bagi caregiver seperti

kelelahan, merusak suasana keluarga, mengurangi partisipasi dalam kegiatan

sosial, dan menimbulkan stres emosional (Mashayekhi et al., 2015), sehingga

dengan kondisi yang demikian dapat menimbulkan beban bagi caregiver

(Mollaoglu et al., 2012).

Pengertian beban caregiver

Beban caregiver adalah istilah yang menggambarkan kondisi fisik,

finansial, emosional selama memberikan perawatan. Beban caregiver pada pasien

hemodialisis merupakan kesulitan yang dialami oleh caregiver yang bersifat

permanen, stres, atau berupa pengalaman negatif akibat dari memberikan

perawatan kepada pasien yang menjalani hemodialisis (Mashayekhi et al., 2015).

Jenis beban caregiver

Jenis beban yang dialami oleh caregiver dari pasien yang menjalani

hemodialisis menurut Talebi et al (2016) dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu

beban objektif dan beban subjektif. Beban objektif merupakan beban yang muncul

pada caregiver akibat atau efek negatif dari masalah kesehatan dan proses

perawatan yang diberikan kepada pasien. Beban objektif meliputi pembatasan

kegiatan sosial, pembatasan pada pekerjaan dan hiburan, permasalahan hubungan

Page 43: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

28

antar anggota keluarga, masalah kesehatan fisik, dan masalah keuangan.

Sedangkan beban subjektif merupakan beban yang muncul pada caregiver berupa

reaksi atau respon emosional akibat dari proses perawatan yang diberikan kepada

pasien. Beban subjektif meliputi stres, perasaan kehilangan, takut, marah,

perasaan bersalah, dan penyesalan.

Sedangkan menurut Abbasi et al (2011), beban caregiver dapat

dikategorikan menjadi beberapa kelompok dimensi, diantaranya yaitu beban

perawatan berbasis waktu, beban perawatan fisik, beban perawatan sosial, dan

beban perawatan emosional. Dalam Jadhav et al (2014) disebutkan bahwa beban

yang dialami caregiver terdiri dari beban fisik berupa kelelahan; beban psikologis

berupa mudah tersinggung, emosi yang labil, stres, depresi, takut, dan cemas;

beban sosial berupa keterbatasan waktu bersosialisasi; beban ekonomi berupa

masalah finansial atau keuangan.

Aspek beban caregiver

Menurut Siegert et al (2010), aspek-aspek yang terdapat dalam beban

caregiver diantaranya adalah: 1) Ketegangan pribadi, kondisi ini mencerminkan

adanya rasa marah, adanya ketidaknyamanan dan ketegangan yang dialami oleh

caregiver dalam memberikan bantuan perawatan. 2) Ketegangan peran, kondisi

ini menandakan bahwa pasien cenderung untuk tergantung total kepada caregiver,

sehingga kondisi ini membuat caregiver menjadi terganggu, kehidupan sosialnya

juga terganggu karena harus memberikan waktu sepenuhnya untuk memberikan

perawatan kepada pasien. 3) Perasaan bersalah, kondisi ini lebih sering dialami

oleh caregiver, karena terkadang caregiver seharusnya bisa melakukan dan

Page 44: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

29

memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien namun tidak dilakukanya

dengan maksimal.

Selain ketiga aspek diatas, aspek atau domain lainnya yang juga termasuk

dalam caregiver burden menurut Maslakpak et al (2019) adalah aspek individual,

aspek sosial, aspek emosional, aspek ekonomi. Keempat aspek tersebut tentunya

dapat mempengaruhi proses caregiver dalam memberikan perawatan serta

mempengaruhi kehidupan caregiver sendiri.

Faktor yang berpengaruh terhadap beban caregiver pasien hemodialisis

Menurut Kumar et al (2015), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

peningkatan beban caregiver diantaranya adalah kondisi keuangan, beban

psikologis, tanggung jawab, harapan, perubahan peran, dan kehidupan pribadi dan

sosial dari caregiver.

Sedangkan dalam Annisa (2016), disampaikan bahwa ada 2 faktor yang

berpengaruh terhadap beban caregiver dalam merawat anggota keluarga yang

sakit yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disini adalah

beberapa aspek dari karakteristik caregiver yang mempengaruhi beban. Faktor

internal meliputi: 1) karakter sosio demografi (jenis kelamin, usia, keyakinan/

agama, budaya, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan

dengan pasien, dan jumlah anggota keluarga), 2) lama merawat pasien, 3)

dukungan sosial yang dirasakan, 4) strategi koping, 5) kualitas hidup, 6) status

fisik, dan 7) pengetahuan.

Sedangkan faktor eksternal disini adalah stimulus atau rangsangan yang

berasal dari luar diri caregiver yang berpengaruh terhadap beban. Faktor eksternal

terdiri dari: 1) karakter sosio demografi dari pasien (usia dan durasi/ lama sakit),

Page 45: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

30

2) tingkat keparahan penyakit pasien, 3) faktor pelayanan kesehatan dan

pemanfaatan layanan kesehatan.

Intervensi untuk mengurangi beban caregiver

Menurut Adelman et al (2014), ada beberapa intervensi praktis yang dapat

digunakan untuk mengurangi beban caregiver diantaranya adalah: 1) mendorong

caregiver untuk berfungsi dan terlibat sebagai tim perawatan, 2) mendorong

caregiver untuk meningkatkan perawatan diri dan menjaga kesehatan mereka, 3)

memberikan pendidikan dan informasi kesehatan, 4) menggunakan dukungan

teknologi, 5) berkoordinasi atau merujuk untuk bantuan perawatan, dan 6)

mendorong caregiver untuk mengakses kebutuhan perawatan.

Hambatan dalam proses perawatan

Dalam memberikan perawatan untuk anggota keluarga yang sakit kronik

tentunya hambatan atau kesulitan dapat dijumpai selama proses perawatan.

Hambatan atau kesulitan dapat terjadi akibat dari perubahan yang dialami. Dalam

Lewis et al (2013), salah satu perubahan yang dapat terjadi pada pasien dengan

hemodialisis yaitu perubahan psikologis dengan gejalanya yaitu perubahan

kepribadian atau perilaku, emosi yang tidak stabil, penarikan diri, dan depresi.

Menurut Mollaoglu (2016) pasien hemodialisis sering mengalami peningkatan

emosi. Perubahan yang demikian dapat menjadi penyulit atau hambatan bagi

caregiver dalam memberikan perawatan.

Selain faktor penyulit atau penghambat yang datang dari pasien, menurut

Eslami et al (2018) menyatakan bahwa kelelahan fisik yang dialami oleh

caregiver dapat memicu meningkatnya emosi caregiver dan juga mempengaruhi

Page 46: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

31

stamina caregiver, sehingga hal yang demikian dapat menjadi salah satu

penghambat bagi caregiver dalam memberikan bantuan perawatan untuk pasien.

Upaya yang dilakukan caregiver

Proses perawatan yang dilakukan oleh caregiver tentunya mempunyai

dampak perubahan dalam segala aspek tidak terkecuali munculnya kesulitan atau

hambatan selama proses perawatan. Bagi caregiver mau tidak mau hambatan

tersebut harus dihadapi. Menghadapi hambatan atau kesulitan tentunya

melibatkan usaha dari caregiver. Suatu usaha yang digunakan oleh caregiver

dalam rangka merubah domain kognitif dan atau perilaku secara konstan untuk

mengatur dan mengendalikan tuntutan dan tekanan eksternal maupun internal

yang diprediksi akan dapat membebani dan melampaui kemampuan dan

ketahanan caregiver disebut dengan strategi coping (Sarafino & Smith, 2011).

Coping terbagi ke dalam dua jenis, yaitu emotion focused coping dan problem

focused coping (lazarus & folkman dalam Sarafino & Smith, 2011).

Emotion focused coping bertujuan untuk mengontrol respon emosional yang

muncul dalam menghadapi stressor. Berikut merupakan strategi coping yang

tergolong dalam emotion focused coping, antara lain: 1) self-control yaitu usaha

untuk mengatur perasaan, 2) distancing yaitu usaha untuk melepaskan diri dari

situasi stres, 3) positive reappraisal yaitu usaha untuk mencari makna positif dari

suatu pengalaman yang berfokus pada perkembangan diri, 4) accepting

responsibility yaitu mengakui peran diri dalam suatu masalah, 5) escape-

avoidance yaitu usaha untuk melarikan diri dari situasi stres atau berharap situasi

stres hilang (Sarafino & Smith, 2011).

Page 47: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

32

Problem-focused coping bertujuan untuk mengurangi tuntutan stressor atau

mengembangkan sumber daya dalam menghadapi tuntutan tersebut. Berikut

merupakan strategi coping yang tergolong dalam problem focused coping, antara

lain: 1) confrontative coping yaitu usaha yang dilakukan secara agresif untuk

mengubah situasi, 2) seeking social support yaitu usaha untuk mencari

kenyamanan secara emosional dan mencari informasi dari orang lain, 3) planful

problem solving yaitu merencanakan, mendeskripsikan, dan menghasilkan solusi

untuk menyelesaikan situasi stress (Sarafino & Smith, 2011). Penelitian Eslami et

al (2018) menyatakan bahwa salah satu bentuk dari problem-focused coping yang

dapat dilakukan caregiver yaitu dengan mengikuti aturan diet untuk pasien

hemodialisis dan juga mencari informasi tentang perawatan untuk pasien agar

tidak mengalami kesulitan atau hambatan.

Dukungan dan harapan caregiver

Dalam Kaakinen et al (2018), dukungan merupakan suatu bentuk

kenyamanan baik secara fisik maupun emosional yang diterima oleh seseorang

yang diberikan oleh orang lain baik anggota keluarga, teman kerja, maupun orang

lain dari lingkungan sekitar. Dukungan terdiri dari beberapa jenis yaitu dukungan

emosional dalam bentuk kasih sayang, perhatian, kepedulian; dukungan

instrumental dalam bentuk bantuan keuangan atau barang; dukungan

informasional dalam bentuk pemberian informasi atau saran; dukungan

penghargaan dalam bentuk memberikan dorongan, umpan balik, menyetujui

gagasan dan keputusan (Kaakinen et al., 2018).

Dukungan yang diterima oleh caregiver tentunya juga dapat membantu

caregiver dalam mengatasi beban yang dirasakan. Menurut Alnazly (2018), yang

Page 48: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

33

diperlukan oleh caregiver untuk membantu mengurangi beban caregiver dalam

memberikan perawatan kepada pasien yang menjalani hemodialisis diantaranya

adalah dukungan informasi kesehatan berupa peningkatan pengetahuan, dukungan

perawatan, dan dukungan emosional.

Selain dukungan tentunya dalam proses merawat pasien dengan penyakit

kronik seperti PGK yang menjalani hemodialisis, caregiver juga mempunyai

harapan. Penelitian Hanson et al (2019) dan Urquhart-Secord et al (2016)

menyatakan bahwa salah satu hasil tema dalam penelitiannya yang muncul yaitu

kesehatan yang optimal terutama untuk pasien hemodialisis.

Pelajaran atau hikmah dalam merawat

Perawatan yang dilakukan oleh caregiver dalam jangka waktu yang panjang

tentunya membawa dan memberikan pelajaran tersendiri bagi caregiver tersebut

khususnya dalam merawat pasien hemodialisis. Pelajaran yang diambil dapat

dijadikan sebagai sebuah makna hidup bagi caregiver. menurut Frankl (2000)

makna hidup adalah suatu kesadaran akan adanya suatu kemungkinan atau

kesempatan yang dilatar belakangi oleh realitas yang ada dan dianggap menjadi

sangat penting dan berharga. Salah satu contoh makna hidup yang sering

didapatkan oleh caregiver yaitu dalam penelitian Kristanti et al (2018)

menyatakan bahwa caregiver yang merawat pasien dengan dementia dan kanker

mendapatkan suatu perubahan pada diri pribadinya menjadi pribadi yang lebih

baik misalnya dalam hal untuk menjaga hidup sehat. Selain itu penelitian Zhang

& Lee (2019) menyatakan bahwa makna yang dapat diambil dari merawat ibu

dengan stroke yang dilakukan oleh anaknya merupakan suatu bentuk tanda cinta

dan kasih sayang anak kepada ibunya.

Page 49: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

34

Konsep Studi Fenomenologi

Studi fenomenologi merupakan salah satu pendekatan yang cukup sering

digunakan untuk jenis penelitian kualitatif. Dalam Polit & Beck (2018), konsep

fenomenologi ini didasarkan pada pemikiran filosofis yang dikembangkan oleh

Husserl dan Heidegger. Pemikiran filosofis tersebut menyebutkan bahwa

fenomenologi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menemukan

makna atau pengalaman dari kehidupan seseorang tentang sebuah fenomena yang

dialami. Para ahli berasumsi bahwa ada esensi penting yang dapat diambil dan

dipahami dari pengalaman hidup seseorang yang dapat dibagikan dan

disampaikan kepada orang lain. Pengalaman hidup yang dialami oleh seseorang

tentunya menggambarkan realitas kebenaran yang ada sesuai dengan yang

dialaminya.

Sedangkan dalam Creswell & Poth (2018) disebutkan bahwa dengan

menggunakan pendekatan studi fenomenologi akan menggambarkan pengalaman

hidup dari beberapa orang dan dapat mendeskripsikan kesamaan yang dimiliki

oleh beberapa orang tersebut berdasarkan pengalaman fenomena yang mereka

alami. Tujuannya adalah untuk mereduksi pengalaman individu tentang suatu

fenomena menjadi suatu hal yang esensial agar dapat dipahami dan dijelaskan.

Dalam Polit & Beck (2018), disebutkan tujuan lainnya adalah supaya memperoleh

data yang lebih komprehensif, mendalam, dan kredibel berdasarkan respon

manusia terhadap suatu fenomena yang dialami serta memberikan gambaran

terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu terhadap

fenomena yang dialami.

Page 50: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

35

Para ahli fenomenologi meyakini bahwa pengalaman hidup memberi makna

pada persepsi orang tentang fenomena tertentu. Tujuan menurut dari para ahli

fenomenologi adalah mendeskripsikan sepenuhnya pengalaman hidup dan

persepsi yang dimilikinya (Polit & Beck, 2018). Jenis dari studi fenomenologi

dibagi menjadi dua, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif

(Polit & Beck, 2018).

Fenomenologi deskriptif

Fenomenologi deskriptif dikembangkan oleh Husserl pada tahun 1962. Jenis

ini lebih menekankan pada deskripsi dari pengalaman yang dimiliki dan dialami

oleh manusia berdasarkan apa yang didengar, dilihat, diyakini, dirasakan, diingat,

dievaluasi, dan dilakukan. Pendekatan dengan studi ini memiliki empat langkah,

yaitu bracketing, intuiting, analyzing, dan describing.

Bracketing merupakan proses mengidentifikasi serta membebaskan atau

melepaskan dari teori-teori yang diketahuinya dan menghindari perkiraan-

perkiraan persepsi yang muncul dari individu tentang peristiwa yang dialami agar

peneliti dapat memperoleh data yang murni (Polit & Beck, 2018). Tahap intuiting

adalah tahap dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara

mengeksplorasi pengalaman partisipan tentang peristiwa atau fenomena yang

diteliti. Peneliti menggali dan mengumpulkan data dan informasi yang lebih

dalam melalui pengamatan dan wawancara mendalam (Polit & Beck, 2018).

Tahap analyzing merupakan proses analisa data yang dilakukan peneliti

melalui beberapa fase, seperti: mencari pernyataan-pernyataan signifikan dalam

transkrip wawancara yang telah dibuat, membuat rumusan makna berdasarkan

pernyataan signifikan tersebut, menentukan sub tema, dan kemudian menentukan

Page 51: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

36

tema (Polit & Beck, 2018). Tahap describing merupakan tahap akhir dimana

peneliti menuliskan laporan data dan informasi dalam bentuk narasi yang luas dan

mendalam tentang fenomena yang diteliti. Tahap ini bertujuan untuk

mengkomunikasikan hasil penelitian fenomenologi deskriptif kepada pembaca

(Polit & Beck, 2018).

Dalam proses analisis data untuk penelitian kualitatif yang menggunakan

pendekatan dengan fenomenologi deskriptif ada beberapa metode dari ahli

fenomenologi yang dapat digunakan, yaitu metode Spiegelberg, Giorgi, Colaizzi,

dan metode Van Manen. Fokus utama dari metode-metode tersebut adalah untuk

mengetahui gambaran dari sebuah fenomena yang terjadi dan dialami (Polit &

Beck, 2018).

Fenomenologi interpretif

Jenis pendekatan fenomenologi ini dikembangkan oleh Heidegger pada

tahun 1962. Inti dari menggunakan pendekatan ini lebih ditekankan pada upaya

pemahaman dan interpretif (penafsiran), tidak hanya sekedar mendeskripsikan

pengalaman manusia. Pendekatan jenis ini mempunyai tujuan untuk menemukan

pemahaman dari makna sebuah pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam

dunia partisipan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman dari setiap

bagian secara keseluruhan. Metode analisis data yang digunakan adalah

kombinasi dari metode dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dan

interpretif/ penafsiran (Polit & Beck, 2018).

Definisi pengalaman dalam studi fenomenologi

Pengalaman merupakan sesuatu yang dialami, dijalani, ataupun dirasakan

oleh individu baik yang sudah terjadi pada waktu yang lalu maupun baru saja

Page 52: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

37

dijalani. Pengalaman selalu mengacu pada adanya sebuah peristiwa atau

fenomena yang dialami oleh individu pada waktu dan tempat tertentu (Mapp,

2008). Dalam penelitian kualitatif khususnya fenomenologi, pengalaman hidup

seseorang lebih mengacu pada wawasan pengetahuan dan gambaran yang mereka

dapatkan atau rasakan dari pengalaman tersebut (Manen, 2017). Dalam penelitian

fenomenologi, pengalaman hidup merupakan objek studi yang utama. Tujuan dari

penelitian ini lebih mengarah pada upaya untuk dapat memahami makna esensi

dari suatu pengalaman yang dialami dan dirasakan oleh seseorang atas peristiwa

tertentu (Manen, 2017).

Landasan Teori Keperawatan

Teori keperawatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

keperawatan sistem adaptasi Calista Roy (Alligood, 2014).

Teori adaptasi Roy

Teori adaptasi Calista Roy pertama kali dikembangkan oleh Calista Roy

pada tahun 1964 – 1966, namun baru diaplikasikan di tahun 1968. Teori Calista

Roy terkenal dengan konsep sistem adaptasi. Roy membuat model adaptasi

dengan didasarkan pada turunan model adaptasi karya Harry Helson dalam bidang

psikofisik yang meluas ke ilmu bidang sosial dan perilaku. Dalam teori adaptasi

menurut Helson, konsep adaptasi merupakan fungsi dari stimulus yang masuk

pada diri seseorang dan tingkat adaptasi yang dimiliki oleh seseorang. Stimulus

merupakan faktor yang dapat memicu munculnya respon seseorang.

Stimulus yang dialami dapat berasal dari lingkungan internal ataupun

eksternal. Tingkatan adaptasi seseorang dipengaruhi oleh efek gabungan dari tiga

Page 53: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

38

stimulus, yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual. Tujuan

dalam teori sistem adaptasi ini adalah untuk membantu klien beradaptasi dan

meningkatkan kesehatan. Dalam model sistem adaptasi Roy, terdapat empat

paradigma keperawatan yang menjadi komponen sentral, yaitu manusia,

lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Diantara keempat komponen ini mereka

saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain.

Manusia

Di dalam model adaptasi Roy, manusia merupakan sistem yang adaptif dan

holistik. Sebagai sistem yang adaptif, manusia digambarkan secara keseluruhan

dengan bagian-bagiannya yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk beberapa

tujuan. Sistem manusia dalam model adaptasi Roy meliputi individu, kelompok,

organisasi, komunitas, dan masyarakat secara keseluruhan (Alligood, 2014).

Dalam konsep sistem adaptasi, Roy mendefinisikan manusia sebagai

penerima asuhan keperawatan dan sebagai sistem adaptif yang kompleks yang

bertujuan untuk mempertahankan adaptasi melalui proses kontrol (kognator dan

regulator). Roy menggambarkan manusia secara holistik sebagai suatu kesatuan

yang terdiri dari input, proses kontrol, efektor, dan output dengan penjelasan

sebagai berikut:

Input

Dalam konsep model adaptasi Calista Roy, input berarti masukan atau

stimulus untuk manusia yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan

eksternal. Input terbagi dalam tiga tingkatan yaitu:

1. Stimulus fokal yaitu stimulus internal maupun eksternal yang paling segera

atau langsung berhadapan dengan sistem dalam tubuh manusia, misalnya PGK

Page 54: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

39

dapat menyebabkan edema akibat dari kelebihan volume cairan di dalam tubuh

manusia (Alligood, 2014). Pada penelitian ini stimulus fokal berasal dari

anggota keluarga dengan PGK yang menjalani hemodialisis yang dianggap

mempunyai pengaruh terhadap pengalaman dan kehidupan dari caregiver yang

merawat

2. Stimulus kontekstual yaitu semua rangsangan lain yang berkontribusi negatif

terhadap stimulus fokal. Selain itu, stimulus kontekstual adalah semua faktor

dari lingkungan yang dapat menjadi perhatian masing-masing orang. Contoh

stimulasi kontekstual adalah pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis

namun tidak patuh terhadap manajemen nutrisi dan cairan sehingga akan

berdampak negatif pada stimulus fokal seperti terjadi atau muncul edema,

sesak napas, dan peningkatan tekanan darah (Alligood, 2014). Pada penelitian

ini stimulus kontekstual merupakan proses yang dialami dan dijalani oleh

caregiver sendiri selama memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang

dapat mempengaruhi pengalaman hidup caregiver.

3. Stimulus residual merupakan faktor dari lingkungan internal manusia itu

sendiri yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi penurunan kesehatan.

Efek dari stimulus ini tidak tampak jelas bagi observer serta munculnya sering

tidak disadari oleh individu. Contoh stimulus residual adalah kurangnya

pengetahuan pasien tentang pentingnya manajemen diet rendah garam dan

pembatasan cairan pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis (Alligood,

2014). Pada penelitian ini stimulus residual sejalan seperti yang muncul pada

stimulus kontekstual yaitu merupakan proses yang dialami dan dijalani oleh

Page 55: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

40

caregiver sendiri selama memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang

dapat mempengaruhi pengalaman hidup caregiver.

Proses kontrol

Dalam model sistem adaptasi menurut Calista Roy, proses kontrol

digunakan untuk menjelaskan mekanisme koping seseorang. Mekanisme koping

yang muncul dapat berasal dari proses turunan atau secara genetik. Dalam model

sistem adaptasi, Roy memberikan pengenalan dua mekanisme proses kontrol,

yaitu:

1. Regulator, merupakan proses koping utama yang melibatkan reaksi dari sistem

saraf, reaksi kimia tubuh, dan sistem endokrin pada manusia. Mekanisme

regulator dapat berasal dari lingkungan internal maupun eksternal (Alligood,

2014)

2. Kognator, merupakan proses koping utama yang melibatkan empat saluran

kognitif dan emosi seseorang, diantaranya yaitu: persepsi dan informasi,

pemrosesan, pembelajaran, penilaian, dan emosi (Alligood, 2014).

Efektor

Dalam model adaptasi Calista Roy, sistem efektor digambarkan sebagai

proses internal seseorang yang adaptif. Dalam sistem efektor terdapat empat mode

adaptasi yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan

interdependensi (Alligood, 2014).

Output

Dalam model adaptasi Calista Roy, output merupakan respon dari manusia

itu sendiri yang dapat berupa respon adaptif maupun maladaptif. Respon yang

adaptif tentunya akan dapat meningkatkan status kesehatan seseorang,

Page 56: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

41

mempertahankan kelangsungan hidup manusia, meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan. Sedangkan respon yang maladaptif akan merusak integritas

seseorang. Respon manusia yang muncul dalam output sistem adaptasi dapat

diamati, diukur atau dapat dilaporkan oleh individu tersebut (Alligood, 2014).

Lingkungan

Lingkungan dalam model adaptasi Calista Roy merupakan semua keadaan,

stimulus yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang atau

kelompok yang melibatkan tiga tingkatan dalam stimulus yaitu fokal, kontekstual,

dan residual. Perubahan lingkungan yang terjadi dapat dianggap sebagai sistem

yang adaptif ataupun juga maladaptif dengan melibatkan faktor internal maupun

eksternal. Perubahan lingkungan yang terjadi menuntut seseorang untuk harus

bisa dan mampu untuk beradaptasi (Alligood, 2014).

Kesehatan

Kesehatan dalam model adaptasi Calista Roy didefinisikan sebagai suatu

kondisi yang menjadikan seseorang terjaga integritasnya dengan baik dan

seutuhnya. Kesehatan merupakan hasil dari sistem adaptasi yang dilakukan oleh

manusia dan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Integritas yang

dimaksudkan disini adalah suatu kondisi tanpa gangguan yang mengarah pada

suatu kesatuan atau keutuhan, serta adanya peningkatan pada fungsi fisiologis,

integritas, psikologis, dan sosial (Alligood, 2014).

Keperawatan

Roy mendefinisikan keperawatan secara luas sebagai profesi perawatan

kesehatan yang berfokus pada proses dan pola kehidupan manusia dengan

menekankan promosi kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

Page 57: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

42

masyarakat secara keseluruhan. Secara khusus, Roy mendefinisikan keperawatan

sesuai dengan modelnya sebagai suatu ilmu dan praktikal yang berkembang untuk

meningkatkan kemampuan adaptif seseorang. Seseorang yang mengalami

gangguan dalam hidupnya berupa sakit kronik atau kritis, maka orang tersebut

membutuhkan proses kompensasi untuk dapat beradaptasi dengan kejadian yang

dialaminya. Proses adaptasi dapat berlangsung secara positif maupun negatif

tergantung dari kejadian selama periode gangguan tersebut berlangsung. Kondisi

ini juga berlaku untuk orang yang memberikan perawatan, mereka harus mampu

untuk beradaptasi terhadap setiap perubahan dari kondisi individu yang

mengalami gangguan. Fokus dari kegiatan keperawatan dalam model adaptasi

adalah penilaian terhadap perilaku dan rangsangan yang dapat mempengaruhi

adaptasi seseorang serta perencanaan intervensi untuk menanggapi suatu

rangsangan yang muncul (Alligood, 2014).

Page 58: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

43

Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini menggunakan pendekatan atau modifikasi

dari Model Adaptasi Roy. Dimana dalam model adaptasi Roy, terdapat stimulus

yang dianggap sebagai input terhadap manusia yang dapat mempengaruhi

keadaan dari manusia. Stimulus tersebut adalah stimulus fokal, stimulus

kontekstual, dan stimulus residual. Ketiga stimulus ini dapat mempengaruhi

langsung terutama pengalaman hidup dari anggota keluarga atau caregiver yang

merawat anggota keluarganya dengan PGK yang menjalani hemodialisis.

Stimulus fokal,

kontekstual, dan

residual:

Anggota keluarga atau

pasien dengan PGK yang

menjalani hemodialisis

dalam jangka panjang

Keterbatasan peran dan

aktivitas pasien

Masalah kesehatan fisik

pasien

Proses keluarga sebagai

caregiver dalam merawat

pasien.

Pengalaman caregiver

dalam merawat:

1. Perasaan caregiver

2. Peran caregiver dalam

perawatan kesehatan

3. Dampak yang dirasakan

caregiver

4. Hambatan atau

kesulitan yang dialami

5. Upaya mengatasi

hambatan

6. Dukungan untuk

caregiver

7. Harapan caregiver

8. Pelajaran atau makna

dari merawat keluarga

yang sakit.

Page 59: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

44

BAB 3

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, karena dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengeksplorasi

lebih dalam tentang pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat

pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Dalam Polit & Beck (2018), penelitian

kualitatif dapat digunakan untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang

informasi atau fenomena yang disampaikan menurut pandangan masing-masing

partisipan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi.

Pendekatan ini dipilih karena dengan menggunakan fenomenologi peneliti akan

mampu mengeksplorasi pengalaman partisipan. Dalam Polit & Beck (2018),

fenomenologi merupakan sebuah pendekatan dalam penelitian kualitatif yang

digunakan untuk memahami sebuah persepsi dan pemahaman seseorang terhadap

situasi atau fenomena yang terjadi yang melibatkan pengalaman dan bagaimana

situasi atau fenomena tersebut mempengaruhi sikap seseorang.

Jenis fenomenologi yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif.

Fenomenologi deskriptif merupakan pengalaman yang secara sadar dialami oleh

partisipan dan hal-hal termasuk mendengar, melihat, percaya, merasa, mengingat,

memutuskan, mengevaluasi, dan bertindak (Polit & Beck, 2018). Tujuan dari

menggunakan fenomenologi deskriptif ini adalah untuk mengeksplorasi

pengalaman hidup dan pemahaman atas suatu esensi hidup seorang individu.

Page 60: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

45

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik

Medan. Rekrutmen partisipan dan pengumpulan data dilakukan saat caregiver

mengantar dan mendampingi pasien menjalani hemodialisis. Pengumpulan data

penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan karena rumah sakit ini

merupakan rumah sakit umum pemerintah dan pusat rujukan dari berbagai

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara

sehingga pasien dengan PGK yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis

RSUP Haji Adam Malik Medan cukup banyak.

Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai sejak dari penyusunan proposal penelitian yang

dimulai pada September 2019. Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan

mulai Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020.

Partisipan

Partisipan merupakan istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif

untuk menggantikan istilah sampel pada penelitian kuantitatif. Partisipan dalam

penelitian ini adalah keluarga-keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan

PGK yang menjalani hemodialisis, dimana salah satu anggota keluarga tersebut

menjadi caregiver. Yang dimaksud dengan caregiver dalam penelitian ini adalah

satu anggota keluarga yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam

mendampingi dan merawat anggota keluarga dengan PGK yang menjalani

hemodialisis.

Page 61: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

46

Partisipan dalam penelitian kualitatif dipilih berdasarkan kemampuan dalam

memberikan informasi tentang fenomena yang dialami. Teknik pengambilan

partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu

memilih partisipan dengan menentukan terlebih dahulu kriteria inklusi dan

eksklusi yang akan dimasukkan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil

dapat memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan peneliti (Polit & Beck,

2018).

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) tinggal satu

rumah dengan pasien, 2) mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

baik, 3) bersedia menjadi partisipan dengan memberikan persetujuan dan

menandatangani lembar persetujuan menjadi partisipan, 4) sehat fisik dan mental,

dan 5) usia 18 tahun keatas. Sedangkan kriteria eksklusi terdiri dari: 1) partisipan

dengan anggota keluarga yang menjalani hemodialisis kurang dari 3 bulan, 2)

partisipan dengan anggota keluarga hemodialisis yang sedang menjalani rawat

inap di rumah sakit.

Dalam penelitian kualitatif, rekrutmen jumlah partisipan pada prinsipnya

adalah sampai bisa mencapai saturasi data, dimana informasi dari partisipan sudah

mencapai pada titik kejenuhan yaitu tidak ada lagi informasi baru yang diperoleh

dan redundansi atau pengulangan informasi tercapai serta mempunyai makna yang

sama dengan partisipan-partisipan sebelumnya (Polit & Beck, 2018). Dalam

penelitian ini jumlah partisipan yang terlibat adalah 15 partisipan dan telah

mencapai saturasi data pada partisipan 15 sehingga tidak ada lagi informasi baru

yang didapatkan maka pengumpulan data dihentikan dan tidak ada lagi

penambahan partisipan.

Page 62: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

47

Strategi yang dilakukan oleh peneliti dalam proses merekrut partisipan

dimulai dengan mengidentifikasi langsung calon partisipan satu per satu yang

pada saat itu sedang mendampingi pasien menjalani terapi hemodialisis yang

didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan tentunya dengan sudah mendapat

izin terlebih dahulu dari kepala ruang unit hemodialisis. Setelah mendapat calon

partisipan yang sesuai kriteria, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan

prosedur penelitian selanjutnya meminta izin kepada partisipan agar berkenan

berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian ini. Apabila partisipan bersedia,

maka partisipan dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan.

Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan

memperhatikan beberapa hal penting berikut ini, yaitu metode, alat, dan prosedur

pengumpulan data. Berikut penjelasan dari proses pengumpulan data tersebut:

Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam (indepth interview)

yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan durasi waktu 40 – 60 menit. Apabila

dalam 1 kali pertemuan wawancara dirasakan belum mendapatkan informasi dan

belum sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan, maka wawancara dapat

dilakukan kembali di pertemuan selanjutnya. Sebelum dilakukan wawancara,

peneliti melakukan pendekatan (prolonged engagement) kepada masing-masing

partisipan sebanyak 1 kali.

Page 63: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

48

Metode wawancara mendalam (indepth interview) atau disebut juga sebagai

wawancara semi terstruktur bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu dari

semua partisipan. Metode wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan

panduan wawancara yang dibuat oleh peneliti dengan berisi beberapa item

pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan. Panduan wawancara yang

dibuat oleh peneliti untuk penelitian ini berisi 6 pertanyaan. Pertanyaan yang

dibuat bersifat terbuka (open ended). Panduan wawancara dibuat untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara, menggali informasi,

keterangan, dan data sewaktu pengumpulan data (Polit & Beck, 2018).

Peneliti memberikan kesempatan kepada partisipan untuk mengungkapkan

semua pengalamannya atas pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara

sehingga data yang diperoleh merupakan informasi yang alamiah sesuai dengan

yang dialami dan dirasakan oleh partisipan. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar

atau salah atas apa yang disampaikan oleh partisipan.

Proses wawancara dan pendekatan (prolonged engagement) yang dilakukan

oleh peneliti dilakukan melalui telepon dengan menggunakan fasilitas mobile

phone atau telepon seluler, metode ini dipilih karena situasi saat waktu

pengumpulan data khususnya di wilayah tempat penelitian masih berada dalam

situasi pandemi dan masuk zona merah akibat corona virus disease (COVID-19)

yang mengharuskan untuk mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan cuci

tangan, menjaga jarak, dan memakai masker/ alat pelindung diri. Untuk

menghindari adanya kendala saat wawancara karena harus menjaga jarak dan

memakai masker ataupun alat pelindung diri maka metode wawancara akan

dilakukan melalui telepon seluler dengan tetap melakukan perekaman

Page 64: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

49

menggunakan voice recorder sehingga hasil yang didapatkan tidak mengalami

kendala. Hal ini juga masih sesuai dengan konsep menurut Creswell & Poth

(2018) yang menyatakan bahwa salah satu metode pengumpulan data yaitu

dengan wawancara dapat dilakukan secara berhadapan (face to face interview)

dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam

focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari 6 – 8

partisipan per kelompok.

Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

diantaranya adalah lembar kuesioner data demografi partisipan, panduan

wawancara, voice recorder, dan mobile phone. Alat pengumpul data utama dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kata lain peneliti berperan sebagai

instrumen penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif. Dalam penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, peneliti menggunakan dirinya sendiri

sebagai instrumen dalam mengumpulkan data agar memperoleh data yang

maksimal tentang pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat anggota

keluarga yang menjalani hemodialisis, dan dapat mengembangkan hubungan yang

baik dan saling percaya antara peneliti dengan partisipan selama wawancara (Polit

& Beck, 2018).

Peneliti menggunakan kuesioner data demografi partisipan yang berisi

tanggal pengisian, kode partisipan, nama inisial partisipan, jenis kelamin

partisipan, umur partisipan, alamat, suku, status pernikahan, pendidikan

partisipan, pekerjaan partisipan, nomor kontak, hubungan dengan pasien, lama

merawat pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.

Page 65: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

50

Selain itu peneliti juga menggunakan panduan wawancara yang berisi 6

pertanyaan yang dapat dikembangkan lagi dengan menggunakan teknik probing

selama proses pengumpulan data. Probing merupakan teknik yang dapat

digunakan dalam wawancara oleh peneliti untuk semakin mendapatkan informasi

tambahan pada saat partisipan dianggap belum memberikan informasi yang

lengkap yang masih berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya (Polit & Beck,

2018). Panduan wawancara dibuat oleh peneliti berdasarkan pada tujuan

penelitian, landasan atau konsep teori yang relevan dengan masalah dan topik

dalam penelitian. Panduan wawancara dibuat untuk memudahkan peneliti supaya

jalannya wawancara terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pertanyaan dapat

berkembang seiring dengan berjalannya proses wawancara.

Peneliti juga menggunakan alat perekam suara (voice recorder) jenis SONY

ICD-PX470 untuk membantu merekam percakapan selama wawancara yang

nantinya hasil rekaman percakapan wawancara tersebut diketik dan dibuat dalam

bentuk transkrip wawancara. Selain itu peneliti juga menggunakan mobile phone

jenis Samsung Galaxy J2 untuk menelepon partisipan karena metode wawancara

melalui telepon seluler. Alat bantu lainnya yang peneliti gunakan adalah alat tulis

untuk mencatat hal-hal penting terkait kata-kata penting yang muncul.

Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap,

diantaranya yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap terminasi yang

diuraikan sebagai berikut:

Page 66: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

51

Tahap persiapan

Tahap persiapan dimulai oleh peneliti dengan mengajukan surat izin

penelitian ke Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah

permohonan surat izin penelitian diperoleh, surat tersebut diserahkan kepada

bagian penelitian dan pengembangan RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah

surat izin penelitian dari rumah sakit keluar selanjutnya peneliti mengantar surat

izin penelitian dan surat pengantarnya yang didapat dari bagian penelitian dan

pengembangan rumah sakit untuk diserahkan kepada kepala ruangan unit

hemodialisis. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian

kepada kepala ruangan unit hemodialisis. Selanjutnya dalam melakukan

penelitian, peneliti berkoordinasi dengan kepala ruangan unit hemodialisis.

Setelah mendapat izin dari kepala ruangan unit hemodialisis, peneliti

melanjutkan untuk mencari dan mengidentifikasi calon partisipan yang sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ketika peneliti mendapatkan calon

partisipan, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan, dan proses

penelitian kepada calon partisipan. Kemudian peneliti meminta persetujuan

kepada calon partisipan untuk kesediaannya menjadi partisipan pada penelitian

ini. Setelah partisipan memberikan persetujuannya, peneliti membuat kesepakatan

untuk dapat menghubungi lagi partisipan di waktu kedepannya untuk tahap

berikutnya. Pada tahap ini peneliti langsung bertemu dengan partisipan saat

partisipan mendampingi pasien menjalani terapi hemodialisis tentunya dengan

mematuhi protokol kesehatan yang berlaku di rumah sakit dengan menggunakan

alat pelindung diri level 2 (penutup kepala, face shield, masker medis, hanshcoen,

Page 67: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

52

apron/ gown, dan sepatu) untuk mendapatkan tandatangan persetujuan sekaligus

meminta nomor kontak partisipan yang dapat dihubungi.

Pada tahap persiapan ini peneliti juga melakukan pendekatan (prolonged

engagement) terlebih dahulu kepada partisipan. Pendekatan (prolonged

engagement) ini dilakukan oleh peneliti 1 kali kepada masing-masing partisipan

dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara peneliti dan

partisipan sekaligus tahap untuk pengenalan situasi dan kondisi. Pada tahap ini

peneliti juga kembali memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan

kepada partisipan, menanyakan kondisi kesehatan keluarga dan pasien secara

umum untuk mengidentifikasi sejauh mana kesiapan anggota keluarga untuk

dilakukan wawancara, dan melakukan pengisian data demografi partisipan.

Kegiatan pendekatan (prolonged engagement) ini dilakukan melalui telepon

seluler. Setelah selesai melakukan pendekatan, peneliti membuat kesepakatan

dengan partisipan mengenai kontrak waktu untuk kegiatan wawancara. Selain

melakukan pendekatan (prolonged engagement), pada tahap ini peneliti juga

melakukan pilot study yang bertujuan sebagai bentuk latihan dalam melakukan

teknik wawancara. Pilot study dilakukan kepada 1 partisipan dari anggota

keluarga pasien hemodialisis melalui telepon.

Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan kegiatan wawancara. Tahap ini

terbagi lagi dalam 3 fase, yaitu fase orientasi, fase kerja, dan terminasi yang akan

diuraikan sebagai berikut:

Page 68: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

53

Fase orientasi

Pada fase ini peneliti membuat kontrak waktu untuk lamanya proses

wawancara dan menyiapkan segala peralatan dan bahan yang digunakan untuk

wawancara. Durasi waktu kegiatan wawancara 40 – 60 menit. Pada fase ini juga

peneliti meminta izin kembali kepada partisipan untuk kesediannya direkam

suaranya saat proses wawancara berlangsung menggunakan alat rekam suara atau

voice recorder. Peneliti menyiapkan panduan wawancara, alat perekam suara, alat

tulis.

Fase kerja

Peneliti memulai wawancara mendalam sesuai dengan panduan wawancara

yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat serta di sela

pertanyaan tersebut peneliti juga dapat melakukan teknik probing yaitu

mengajukan pertanyaan yang masih berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya

agar informasi yang didapat lebih mendalam. Pada fase ini peneliti berusaha untuk

memperhatikan bracketing, yaitu usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk

menyimpan dan mengurangi asumsi, pengetahuan, dan kepercayaan tentang hal

yang diketahuinya tentang fenomena yang sedang diteliti dengan cara tidak

mengarahkan jawaban partisipan dan membiarkan partisipan untuk

mengungkapkan pengalamannya secara bebas terhadap pertanyaan yang diajukan

selama proses wawancara sehingga nantinya data yang diperoleh merupakan

informasi alamiah yang sesuai dengan pengalaman partisipan (Polit & Beck,

2018). Proses wawancara dengan semua partisipan pada fase ini dilakukan melalui

alat bantu telepon seluler.

Page 69: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

54

Fase terminasi

Pada fase ini peneliti mengakhiri proses wawancara apabila dianggap semua

pertanyaan yang ingin ditanyakan sudah selesai dan sudah terjawab semua oleh

partisipan sesuai kebutuhan dan keinginan peneliti. Apabila ada data yang belum

ditanyakan maka peneliti menghubungi kembali partisipan dan melakukan

kontrak waktu untuk wawancara kembali. Peneliti menutup wawancara dengan

mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kerjasamanya selama proses

wawancara. Selanjutnya pada tahap ini, peneliti membuat kontrak waktu kembali

dengan partisipan untuk melakukan validasi atau member checking atas data hasil

wawancara yang telah dilakukan.

Pada tahap pelaksanaan ini, wawancara dengan masing-masing partisipan

berlangsung 40 – 60 menit. Ada 1 partisipan yaitu partisipan ke 7 yang harus

dilakukan 2 kali wawancara karena saat proses wawancara telepon seluler sempat

terputus sehingga harus menghubungi lagi dan melanjutkan wawancara di lain

waktu.

Pada tahap pelaksanaan ini, data dari hasil wawancara yang ada dibuat

dalam bentuk transkrip wawancara. Peneliti melakukan analisis terhadap data

yang didapat dan penelitian terus dilakukan sampai dirasa tidak ada lagi hal-hal

lain yang ingin diketahui dari partisipan. Pencarian informasi dari partisipan lain

terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan dihentikan setelah tercapai saturasi

data. Pada penelitian ini saturasi data tercapai pada partisipan 15 dengan adanya

pengulangan informasi yang maknanya sama dengan partisipan-partisipan

sebelumnya. Peneliti melakukan terminasi akhir dengan partisipan dalam

penelitian dan menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.

Page 70: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

55

Tahap terminasi

Pada tahap ini peneliti melakukan validasi atau member checking dan

menjelaskan terkait hasil transkrip wawancara yang telah dibuat supaya kebenaran

data penelitian dapat tercapai. Kegiatan validasi atau member checking ini juga

dilakukan dengan menghubungi partisipan melalui telepon seluler. Proses validasi

transkrip wawancara dari 15 partisipan dilakukan melalui telepon seluler. Pada

tahap ini peneliti mengucapkan terimakasih atas kesediaan dan kerjasamanya

selama proses penelitian. Peneliti menyatakan pada partisipan bahwa proses

penelitian telah berakhir dengan adanya validasi data yang sudah dilakukan.

Kerangka kerja penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

Calon partisipan:

Anggota keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien PGK yang menjalani

hemodialisis

Pemilihan partisipan sesuai dengan kriteria (Purposive sampling)

Proses pengumpulan data:

(Tahap persiapan, tahap pelaksanaan)

Membuat transkrip wawancara

Menganalisis data dengan menggunakan metode Collaizi

Melakukan uji keabsahan data (thrustworthiness)

Penyajian laporan penelitian

Member checking

Page 71: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

56

Definisi Operasional

Definisi operasional dari pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam

merawat adalah suatu hal yang pernah dialami oleh keluarga sebagai caregiver

dalam mendampingi, menjaga, mengurus, dan merawat anggota keluarga yang

menjalani hemodialisis.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi deskriptif ini adalah metode Colaizzi. Dokumen

atau data berupa transkrip wawancara yang berisi tentang pengalaman dianalisis

dengan menggunakan metode Colaizzi artinya bahwa pernyataan signifikan dari

partisipan, rumusan makna dari pernyataan signifikan, sub tema, dan tema-tema

yang terkandung didalamnya dapat dipisahkan, dihimpun, dan diinterpretasikan.

Hasil dari sebuah analisis data yang dilakukan untuk penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi ini adalah dalam bentuk tema. Menurut DeSantis &

Ugarriza (2000 dalam Polit & Beck, 2018) tema merupakan suatu wujud kesatuan

atau pengelompokkan hasil dari analisis data yang membawa dan menggambarkan

makna dan identitas dari sebuah pengalaman yang dialami oleh individu. Dengan

demikian, tema juga menyatukan sifat dan identitas dari pengalaman menjadi

keseluruhan yang bermakna.

Dalam Polit & Beck (2018), analisis data penelitian dengan metode Collaizi

terdiri dari tujuh tahapan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Membuat dan membaca semua transkrip wawancara yang telah diungkapkan

partisipan

Page 72: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

57

Peneliti membuat dan membaca semua transkrip wawancara dan juga

mendengarkan rekaman wawancara dari alat perekam beberapa kali untuk

mendapatkan ekspresi dan kepekaan peneliti terhadap cara setiap partisipan

berbicara. Setelah itu peneliti memberikan penomoran pada baris dari setiap

pernyataan pada transkrip wawancara. Kemudian peneliti membaca ulang

kembali dan mengidentifikasi setiap pernyataan partisipan pada transkrip

wawancara yang dianggap signifikan.

2. Melakukan ekstraksi terhadap pernyataan signifikan (pernyataan yang secara

langsung berhubungan dengan fenomena yang diteliti)

Setiap pernyataan dalam transkrip wawancara partisipan yang berhubungan

langsung dengan fenomena yang diteliti dianggap signifikan. Pernyataan yang

signifikan diekstraksi dari masing-masing transkrip wawancara. Pernyataan

signifikan dimasukkan ke dalam tabel matriks analisis data. Dalam langkah ini

pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil rumusan maknanya.

3. Menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan signifikan

Pernyataan signifikan dari masing-masing transkrip wawancara dimasukkan ke

dalam tabel analisis data kemudian dari setiap pernyataan signifikan tersebut

diuraikan artinya sehingga membentuk formulated meanings atau rumusan

makna dari pernyataan signifikan.

4. Mengorganisir formulated meanings atau rumusan makna tadi ke dalam sub

tema dan tema

Peneliti kembali membaca seluruh rumusan makna yang ada kemudian

membandingkan dan mencari persamaan diantara rumusan makna tersebut

Page 73: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

58

untuk kemudian akhirnya mengelompokkan rumusan makna yang serupa ke

dalam sub tema dan tema.

5. Mengintegrasikan hasil ke dalam bentuk deskriptif

Pada tahap ini peneliti merangkai dan mendeskripsikan tema yang muncul dari

pengalaman partisipan dalam merawat anggota keluarga yang menjalani

hemodialisis yang diungkapkan oleh partisipan. Sebuah deskripsi yang lengkap

dikembangkan melalui sintesis dari semua kelompok tema atau sub tema dan

makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti. Hal ini nantinya akan

dijelaskan pada hasil penelitian.

6. Membuat deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi

pernyataan setegas mungkin

7. Melakukan validasi dari apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai

tahap validasi akhir

Peneliti kembali melakukan kontrak waktu dengan partisipan untuk melakukan

validasi atas apa yang diungkapkan oleh partisipan serta esensi dari

pengalaman suatu fenomena yang disampaikan oleh partisipan. Semua

partisipan dapat dihubungi melalui telepon seluler untuk melakukan validasi

atau member checking dari transkrip wawancara dan tema hasil analisis data.

Tingkat Keabsahan Data (Thrustworthiness)

Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat

dipercaya maka data penelitian perlu mempunyai komponen keabsahan dan perlu

dilakukan validasi dengan menggunakan beberapa kriteria. Dalam Polit & Beck

(2018), kriteria yang dapat digunakan untuk keabsahan dan validasi data dalam

Page 74: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

59

penelitian kualitatif diantaranya yaitu: uji credibility (validitas internal), uji

dependability (realibilitas), uji confirmability (obyektifitas), dan uji transferability

(validitas eksternal). Berikut adalah penjelasannya:

Credibility

Kredibilitas data atau validitas internal merupakan salah satu uji kriteria

untuk keabsahan data yang memungkinkan dihasilkannya penemuan yang

kredibel (dapat dipercaya), hal ini dibuktikan oleh peneliti terhadap fenomena

yang diteliti (Polit & Beck, 2018). Kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi data, diskusi

dengan teman sejawat, analisa kasus, prolonged engagement, dan member

checking (Polit & Beck, 2018).

Pada penelitian ini kriteria kredibilitas yang digunakan oleh peneliti adalah

prolonged engagement, hasil rekaman dan transkrip wawancara, dan member

checking. Prolonged engagement pada penelitian ini adalah dengan mengadakan

pendekatan kepada masing-masing partisipan 1 kali sebelum pengumpulan data,

hal ini bertujuan untuk membina hubungan saling percaya antara peneliti dan

partisipan sehingga partisipan dapat dengan aman dan nyaman memberikan

informasi yang dibutuhkan peneliti.

Hasil wawancara yang di rekam dan transkrip wawancara juga dapat

memperkuat kredibilitas penelitian ini. Selanjutnya adalah melakukan member

checking yang dilakukan kepada partisipan untuk memvalidasi transkrip

wawancara dan hasil analisis yang telah dibuat. Member checking dilakukan

dengan membawa kembali transkrip wawancara dan tema-tema yang telah

Page 75: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

60

dianalisa peneliti kepada partisipan dan meminta partisipan melihat dan membaca

transkrip wawancara dan tema-tema tersebut, menanyakan kepada partisipan

apakah diantara ungkapan dan tema ada yang tidak sesuai dengan persepsi

partisipan. Partisipan diberikan hak untuk mengubah, menambah, atau

mengurangi ungkapan dan tema yang sudah diangkat. Namun karena situasi masih

dalam kondisi pandemi COVID-19 maka member checking dilakukan melalui

telepon dengan menelepon partisipan dan menyampaikan hasil wawancara berupa

pernyataan signifikan dan tema yang telah diidentifikasi. Selain itu, untuk lebih

meyakinkan partisipan dengan tema yang diangkat, peneliti juga dapat

memperdengarkan kembali hasil wawancara yang telah di rekam kepada setiap

partisipan (Creswell & Poth, 2018).

Dependability

Dalam penelitian kualitatif, kriteria dependability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Selama proses

penelitian, dependability dilakukan melalui teknik pendokumentasian yang baik.

Dependability dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyerahkan semua

hasil transkrip wawancara hasil dari kegiatan penelitian kepada pembimbing tesis

dan kemudian mendiskusikan hasil dari analisis data berupa pernyataan

signifikan, rumusan makna dari pernyataan signifikan, sub tema, dan tema yang

muncul agar sesuai dengan tujuan dari penelitian sampai dengan kegiatan

konsultasi selama menyusun laporan penelitian.

Confirmability

Dalam penelitian kualitatif, confirmability mirip dengan dependability,

sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Selama proses

Page 76: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

61

penelitian berlangsung, peneliti berusaha mempertahankan pendokumentasian

dengan baik karena confirmability dilakukan dengan melihat hasil penelitian yang

dikaitkan dengan proses yang dilakukan selama penelitian. Confirmability dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara konsultasi dengan pembimbing saat

menentukan tema hasil penelitian, jika dianggap masih belum tepat maka peneliti

melakukan revisi sampai menemukan tema yang tepat dari hasil analisis.

Transferability

Transferability atau validitas eksternal merupakan bagaimana penelitian ini

menunjukkan derajat ketepatan suatu hasil penelitian yang dapat dipahami oleh

orang lain yang membaca dan diterapkan pada populasi yang lain. Transferability

yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melalui penyediaan laporan

penelitian sebagai thick description. Thick description dalam proses penelitian

berarti peneliti menyimpan semua arsip dan materi selama proses penelitian.

Selain itu, perlu adanya penjelasan yang rinci tentang partisipan dan konteks

dimana penelitian ini dilakukan. Untuk menerapkan hal tersebut, maka peneliti

dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis,

dan dapat dipercaya. Laporan yang telah dibuat dan dibaca oleh orang lain dan

bagi mereka yang membaca mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian

yang dilakukan tersebut maka hal ini sudah dapat memenuhi standar

transferability. Transferability dalam penelitian ini dilakukan selama proses

konsultasi analisis data dan penulisan hasil dengan melampirkan transkrip

wawancara agar dapat dibaca oleh pembimbing sampai dengan pembimbing

membaca laporan penelitian. Selain itu juga melakukan konfirmasi kepada

caregiver lain yang mempunyai kriteria yang sama namun tidak terlibat dalam

Page 77: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

62

penelitian sebagai partisipan, dengan menanyakan apakah tema-tema yang telah

diidentifikasi juga dialami dan dirasakan oleh caregiver tersebut. Jika caregiver

ikut merasakan tema-tema tersebut maka sudah memenuhi standar transferability.

Peneliti menggunakan satu caregiver.

Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik di dalam suatu penelitian perlu dan menjadi sangat

penting untuk dilakukan agar penelitian yang dilakukan tidak membahayakan dan

menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan untuk responden (Polit & Beck,

2018). Pertimbangan etik yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

Asas manfaat (beneficience)

Salah satu pertimbangan etik yang penting di dalam suatu penelitian adalah

asas manfaat. Dalam suatu penelitian perlu memperhatikan asas manfaat agar

penelitian yang dilakukan tidak mendatangkan kerugian bagi partisipan dan

menjadi bermanfaat dan nyaman bagi partisipan penelitian (Polit & Beck, 2018).

Asas manfaat di dalam suatu pertimbangan etik penelitian terdiri atas bebas dari

kerugian dan ketidaknyamanan bagi partisipan dan bebas eksploitasi (Polit &

Beck, 2018).

Bebas dari kerugian dan ketidaknyamanan

Pada penelitian yang dilakukan, peneliti memastikan agar partisipan

penelitian terhindar dari kerugian dan ketidaknyamanan baik secara fisik,

psikologis, sosial, dan ekonomi (Polit & Beck, 2018). Untuk mencegah agar hal

tersebut tidak terjadi maka peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan dan

Page 78: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

63

meminta persetujuan kepada partisipan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian

ini dengan menandatangani informed consent.

Bebas dari eksploitasi

Sebagai upaya agar tidak terjadi eksploitasi terhadap data dari partisipan

maka peneliti mempunyai kewajiban untuk menjamin kerahasiaan mulai dari

keterlibatan partisipan, informasi, dan data yang diberikan partisipan agar tidak

merugikan responden kedepannya (Polit & Beck, 2018). Sebelum penelitian

dilakukan, peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu bahwa informasi dan

data yang diberikan oleh partisipan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya untuk

kepentingan penelitian saja dan pelayanan kesehatan kedepannya.

Asas menghargai hak asasi manusia (respect for human dignity)

Pertimbangan etik dalam penelitian berikutnya yang penting untuk

diperhatikan adalah asas menghargai hak asasi manusia. Dalam penelitian ini,

peneliti memberikan hak sepenuhnya kepada partisipan berupa keputusan dari

partisipan terkait apakah partisipan akan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

atau menolak untuk tidak ikut berpartisipasi tanpa adanya paksaan atau ancaman

kepada partisipan. Selain hak tersebut, partisipan juga masih mempunyai hak lagi

yaitu hak untuk mendapatkan penjelasan atau informasi dari peneliti tentang

penelitian yang dilakukan (Polit & Beck, 2018).

Hak untuk memperoleh informasi (the right to full disclosure)

Dalam suatu penelitian, partisipan berhak untuk mendapatkan penjelasan

berupa informasi tentang penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu sebelum

meminta persetujuan kepada partisipan untuk menandatangani informed consent,

peneliti perlu dan sangat penting untuk memberikan penjelasan kepada partisipan

Page 79: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

64

tentang penelitian yang akan diikuti selanjutnya memberikan kesempatan kepada

partisipan untuk bertanya tentang penelitian yang akan diikuti (Polit & Beck,

2018).

Asas keadilan (justice)

Pertimbangan etik berikutnya yang perlu diperhatikan oleh peneliti adanya

asas keadilan. Asas keadilan dalam pertimbangan etik penelitian ini lebih

menitikberatkan pada upaya untuk menghargai privasi partisipan dan berlaku

secara adil terhadap partisipan penelitian (Polit & Beck, 2018).

Hak untuk mendapatkan tindakan yang adil (the right to fair treatment)

Tindakan adil yang dimaksud disini adalah peneliti melakukan pemilihan

untuk partisipan tanpa membeda-bedakan satu sama lain dan tetap menghargai

akan adanya perbedaan dalam segala bidang (keyakinan, suku, kondisi sosial

ekonomi). Sebagai upaya untuk berlaku adil terhadap partisipan adalah dengan

memilih partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Polit

& Beck, 2018).

Hak untuk mendapatkan privasi (the right to privacy)

Salah satu upaya untuk bersikap adil terhadap responden dalam penelitian

yang dilakukan adalah dengan tetap menjaga dan menjamin kerahasiaan terhadap

data informasi dari semua partisipan yang ikut terlibat dalam penelitian (Polit &

Beck, 2018). Bentuk upaya untuk menjaga privasi dan kerahasiaan data partisipan

adalah partisipan tidak perlu menuliskan nama pada lembar kuesioner demografi

yang dibagikan untuk diisi saat pengumpulan data, cukup menuliskan inisial

dengan satu haruf saja.

Page 80: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

65

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada bagian sub bab ini peneliti menguraikan dan mendeskripsikan tentang

hasil penelitian yang berisi data demografi partisipan dan hasil analisis dari

transkrip wawancara yang telah dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan

partisipan mengenai pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat

pasien PGK yang menjalani hemodialisis.

Data demografi partisipan

Hasil dari data demografi partisipan yang dipaparkan dalam penelitian ini

terdiri dari jenis kelamin, usia, suku, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan pasien, dan lama merawat pasien. Data yang didapatkan

menunjukkan bahwa jenis kelamin partisipan dalam penelitian ini mayoritas

adalah perempuan sebanyak 12 partisipan. Usia termuda partisipan adalah 22

tahun sedangkan usia paling tua adalah 61 tahun. Suku partisipan semuanya

adalah suku Batak. Status pernikahan dengan mayoritas sudah menikah sebanyak

11 partisipan. Tingkat pendidikan partisipan mayoritas lulusan dari perguruan

tinggi sebanyak 7 partisipan. Pekerjaan dari partisipan mayoritas sebagai ibu

rumah tangga sebanyak 4 partisipan. Hubungan partisipan dengan pasien sendiri

mayoritas sebagai isteri pasien sebanyak 9 partisipan. Lama merawat pasien

terhitung mulai dari pasien menjalani hemodialisis, paling baru dalam penelitian

ini adalah 6 bulan sedangkan paling lama adalah 8 tahun. Adapun rincian dari data

demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Page 81: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

66

Tabel 4.1

Data Demografi Partisipan

Kode

Partisipan

Nama

Inisial

Jenis

Kelamin Usia Suku

Status

Pernikahan Pendidikan Pekerjaan

Hubungan

Dengan Pasien

Lama Merawat

Pasien

P1 Tn. “S” Laki-laki 50 Tahun Batak Menikah SMA Pedagang Suami Pasien 9 Bulan

P2 Ny. “N” Perempuan 58 Tahun Batak Menikah SD Ibu rumah tangga Isteri Pasien 3 Tahun

P3 Nn. “L” Perempuan 22 Tahun Batak Belum

Menikah SMK Belum Bekerja Anak Pasien 3 Tahun

P4 Nn. “S” Perempuan 25 Tahun Batak Belum

Menikah

Pendidikan Tinggi

(S1) Belum bekerja Anak Pasien 1,1 Tahun

P5 Nn. “F” Perempuan 33 Tahun Batak Menikah Pendidikan Tinggi

(S1) Pendeta Isteri Pasien 5,2 Tahun

P6 Ny. “L” Perempuan 61 Tahun Batak Menikah Pendidikan Tinggi

(Spesialis) Dokter Isteri Pasien 3 Tahun

P7 Tn. “B” Laki-Laki 48 Tahun Batak Menikah SMA Belum Bekerja Orangtua Pasien

(Ayah) 6 Bulan

P8 Ny. “W” Perempuan 49 Tahun Batak Menikah SMA Ibu rumah tangga Isteri Pasien 9 Bulan

P9 Ny. “E” Perempuan 50 Tahun Batak Menikah Pendidikan Tinggi

(S1) Guru Isteri Pasien 8 Tahun

P10 Ny. “J” Perempuan 57 Tahun Batak Menikah Pendidikan Tinggi

(S1) Ibu rumah tangga Isteri Pasien 2,6 Tahun

P11 Ny. “V” Perempuan 48 Tahun Batak Menikah Pendidikan Tinggi

(S1) Ibu rumah tangga Isteri Pasien 2 Tahun

P12 Nn. “F” Perempuan 24 Tahun Batak Belum

Menikah SMA Belum Bekerja Anak Pasien 6 Tahun

P13 Ny. “S” Perempuan 45 Tahun Batak Menikah SMA Pedagang Isteri Pasien 6 Bulan

P14 Tn. “S” Laki-Laki 23 Tahun Batak Belum

Menikah Sedang Pendidikan Mahasiswa Adik Pasien 1,1 Tahun

P15 Ny. “B” Perempuan 53 Tahun Batak Menikah Pendidikan Tinggi

(S1) Guru Isteri Pasien 6 Bulan

Page 82: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

67

Tema hasil penelitian

Hasil dari penelitian ini adalah dalam bentuk tema. Tema yang didapatkan

berdasarkan pada data penelitian yang dibuat dalam bentuk transkrip wawancara

yang merupakan pernyataan langsung dari partisipan hasil dari wawancara

mendalam, kemudian dilakukan analisis menggunakan metode Collaizi. Tema

terbentuk dari beberapa sub tema dan juga rumusan makna dari pernyataan

signifikan yang dikelompokkan sesuai dengan langkah-langkah analisis menurut

Collaizi. Hasil dari analisis yang didapatkan dalam penelitian ini terdiri dari 8

tema, diantaranya adalah: 1) ungkapan perasaan emosional caregiver, 2) peran

caregiver dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan, 3) dampak yang

dirasakan oleh caregiver dalam merawat pasien, 4) faktor penghambat dalam

proses perawatan, 5) upaya mengatasi hambatan dalam merawat, 6) dukungan

sosial, 7) harapan caregiver dalam merawat pasien, dan 8) makna dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat

dilihat di tabel 4.2 berikut:

Page 83: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

68

Tabel 4.2

Langkah-Langkah Analisis Data

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Eeeee…. Enggak terima sih, termasuk istri pun enggak terima.

Rasanya karena memang tak ngerti tu, denger gitu aja macam kek

disambar petir” (P1 L21-22)

Awalnya tidak terima jika

ada anggota keluarga harus

hemodialisis

Ungkapan awal dari

caregiver saat tahu

anggota keluarga harus

hemodialisis

Ungkapan perasaan

emosional caregiver

“Kalau perasaan yang pasti sedih ya bang, kok bisa kena cuci

darah, karena kan kalau cuci darah itu udah di ujung tanduk kali

gitu kan bang” (P4 L25-27)

Perasaan awalnya yang

pasti sedih kok bisa kena

cuci darah

“Eee,,, mendengar itu semua syok gitu ditambah dengan kondisi

suami yang saat itu bener-bener ngedrop, saya berfikir saat itu

seolah-olah tidak ada harapan gitu, tapi eee,,, saya hanya pasrah

dan berserah diri, saya serahkan semua ini kepada tim medis dan

dan alhamdulilah setelah satu bulan itu perlahan-lahan mulai ini

membaik membaik gitu. Yang jelas saya syok gitu” (P11 L22-26)

Pertama kali mendengar

anggota keluarga harus cuci

darah rasanya syok

“Ya kalau sekarang sudah biasa ya, jalani aja gitu karena

memang dari awal waktu dikasih tahu itu sudah berusaha untuk

mempersiapkan hanya kan karena bapaknya belum mau. Dan

karena sekarang sudah mau ya kalau saya sendiri ya biasa aja,

jalani aja gitu” (P13 L90-93)

Untuk sekarang

perasaannya biasa saja dan

menjalani saja dalam

merawat pasien

Ungkapan dari

caregiver selama

merawat anggota

keluarga menjalani

hemodialisis

“Kalau sekarang, yang saya rasakan dan keluarga ya bersyukur

karena bapak udah 3 tahun menjalani cuci darah ya lancar-

lancar gitu aja sampe bertahan 3 tahun gitu, jadi agak tenang dan

nerima gitu lah” (P3 L45-47)

Sekarang agak tenang dan

menerima jika anggota

keluarga harus cuci darah

“Kalau sekarang ya sebenernya agak masih bingung karena itu

tadi tak ngerti dengan yang masalah medis itu, kek mana

nanganinya kalo ada masalah gitu kan” (P1 L148-149)

Masih bingung karena tidak

mengerti dengan masalah

medis

Page 84: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

69

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Kalau dari rumah sakit kami selalu dapet obat tambah darah,

obat tambah darah sama obat darah tinggi, obat vitamin B

kompleks” (P4 L110-111)

Minum obat dari dokter

atau rumah sakit untuk

menjaga kondisi tetap stabil

Perawatan yang perlu

diperhatikan caregiver

terhadap anggota

keluarga

Peran caregiver

dalam menjalankan

fungsi perawatan

kesehatan “Jadi dengan kita selalu perhatikan sama dia kasih support sama

dia, perhatian penuh sama dia, selalu kita dampingi, dia ada

semangat hidup nak, ada semangat hidupnya” (P6 L200-202)

Selalu mendampingi,

memperhatikan agar pasien

tetap semangat

“Kalau minumannya itu dulu awal-awal nya itu aku aku takar

urine nya nak, misalkan urine nya eee,, keluar 500 ku tambah

eee,,, minumnya 500 atau 600 berarti 1500 yang bisa kukasih

minum setiap hari gitu caranya kalau menurut minuman” (P6

L127-130)

Minum dalam sehari 500 –

600 cc ditambah urine yang

keluar

“Eee,,, kalau pantangannya itu, itu yang paling, memang paling

tidak di bisa dimakan itu buah, buah harus dijaga, karena kan

buah itu banyak mengandung air” (P3 L92-93)

Buah tidak boleh dimakan

oleh pasien hemodialisis

“Dia kan mesti makan telur, putihnya, makan ikan-ikan gabus,

ikan-ikan lele kek gitu orang ini, kalau enggak makan ikan gabus

sama lele sama telur sama ikan-ikan an lah cem ikan laut, kan Hb

nya turun” (P2 L477-479)

Makan yang wajib

dikonsumsi untuk pasien

putih telur dan ikan-ikanan

“Iya tiap bulan kan hasil lab nya ada kayak Hb, kreatinin, sama

ureum lah, itu yang penting” (P9 L556-557)

Cek darah rutin tiap bulan

untuk melihat Hb,

kreatinin, dan ureum pasien

“Iya, kalau sekarang enggak boleh untuk aktivitas yang berat

ataupun terkena tekanan-tekanan yang berat apalagi kakak kan

pasang atau pake cimino” (P14 L71-72)

Aktivitas pasien

hemodialisis tidak boleh

lagi kerja yang berat-berat

“Yang saya ketahui dan setahu saya ya kalau yang namanya

gagal ginjal ya ginjalnya sudah enggak berfungsi lah ya kan”

(P12 L92-93)

Ginjalnya tidak berfungsi Pemahaman caregiver

tentang masalah

penyakit ginjal kronik

dan terapi hemodialisis

Page 85: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

70

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Jadi saya pahami bahwa gagal ginjal yang dialami suami saya

terjadi karena ginjalnya tidak berfungsi, tidak bisa menyaring

eee,,, darah dan kotoran-kotoran yang ada di dalam darahnya itu

sehingga dia membutuhkan terapi cuci darah dimana cuci

darahnya itu digantikan oleh benda di luar tubuh sehingga

darahnya itu boleh tetep dibersihkan, air-air, racun-racun,

garam-garam yang tidak dibutuhkan oleh tubuhnya yang

mengganggu sistem eee,,, darahnya” (P5 L156-161)

Terapi cuci darah untuk

membersihkan racun,

garam yang tidak

dibutuhkan

“Eee,,, awalnya itu suami saya itu penderita diabetes gitu

awalnya penderita diabetes. Nah dari akibat diabetes nya itu jadi

pembentukan batu ginjal, nah itu diawalnya setelah operasi,

operasi batu ginjal” (P11 L41-42)

Diabetes penyebab

penyakit ginjal kronik

“Satu dulu, eee,,, mudah capek , mudah capek ya, terus itu

badannya itu gatal-gatal, badannya gatal gatal dan sesekali sesak

apalagi kalau mau cuci darah” (P5 L197-198)

Badan pasien gatal

“Makanya setelah tanya kakak tadi tanya sana sini yang tentang

medis, itulah kami putuskan memang harus cuci darah” (P1 L62-

64)

Memutuskan diawal untuk

langsung cuci darah

Pengambilan keputusan

“Iya, waktu itu enggak langsung cuci darah tapi kami cari dulu

untuk pengobatan alternatif atau tradisional gitu siapa tahu bisa

sembuh dan enggak perlu cuci darah” (P13 L55-56)

Mencari pengobatan

alternatif terlebih dahulu

“Terus setelah itu makin parah, makin parah ya udah periksa ke

rumah sakit AM rupanya memang harus cuci darah kan” (P4

L29-30)

Memeriksakan langsung ke

rumah sakit

Memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan

“Saya juga tanya dengan keluarga-keluarga pasien yang lain di

rumah sakit apa yang harus dimakan, obat apa yang bisa untuk

ngebantu kan karena kan cuci darah ini juga lama-kelamaan juga

ibu saya istilahnya itu susah jalan, lutut semakin lemes gitu” (P4

L68-71)

Mencari informasi

perawatan dari orang lain

Mencari informasi

tentang perawatan untuk

pasien

Page 86: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

71

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Selain itu juga ibu juga sering tanya-tanya langsung ke dokter

yang memang spesialis dan konsultan ginjal terkait dengan

bagaimana perawatan yang baik untuk bapak ini nak, supaya ibu

juga semakin ngerti nak” (P6 L116-119)

Mencari informasi

perawatan langsung dari

tenaga kesehatan

“Iya pernah juga sich, sampe ngerasa pening, stres juga, sampe

ibu tensinya 180 pernah juga” (P8 L334-335)

Sampai stres karena

anggota keluarga sakit

Tekanan atau beban

psikologis Dampak yang

dirasakan oleh

caregiver dalam

merawat pasien “Oooo,,, ya drop lah, udah jelas, awal tahun-tahun pertama itu ya

berat badan saya pun ya eee,,, drastis juga sich turun sampe

sampe eee,,, artinya untuk merawat diri pun udah enggak

semangat lagi lah gitu. Artinya sisiran lagi udah enggak” (P9

L330-333)

Sampai drop dan turun

berat badan ketika harus

merawat pasien

“Ooohhhh,,, capek sekali anakku, berat sekali, beraaatttttttt

sekali, karena harus harus eee,,, harus semua harus telaten kan

anakku, semua harus eee,,, diikuti apa saran dokter, semua harus

dipatuhi, sementara bapak kita kan udah enggak bisa apa-apa”

(P6 L56-58)

Berat sekali karena semua

saran dokter harus dipatuhi

“Kalau kemaren-kemaren masa-masanya, jadi ekonomi lah,

ekonomi sempat, memang ini karena belum apa ya karena harus

kebutuhan keluarga, biasa karena kalau dulu kan suami istri

biasa kerja, jadi dari segi materi kan memang dikatakan kurang,

eeee,,,, kalau sekarang ini ya ekonomi kurang, cuma dicukupkan ,,

itu yang jadi ini beban” (P1 L334-338)

Ekonomi keluarga menjadi

berkurang semenjak

anggota keluarga sakit

Tekanan atau beban

ekonomi

“Saya itu kena infeksi saluran pencernaan dan itu dikatakan

dokter karena stres” (P5 L337-338)

Terkena infeksi saluran

pencernaan karena stres

Tekanan atau beban

fisik

“Kalau untuk mengeluh dibilang kadang capek memang betul-

betul capek lah kan ngantar berobat, ngadepin di rumah gitu kan,

jadi kalau dibilang capek, capek” (P3 L156-157)

Capek karena ngantar

berobat dan ngadepin di

rumah

Page 87: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

72

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Enggak bisa kemana-mana misalnya ada pertemuan, ada hal

penting yang dikerjakan itu masih dipertimbangkan karena kita

kan lebih, lebih ke dia dulu gitu, harus ke dia dulu, harus fokus ke

bapak kan karena dia lagi sakit” (P3 L222-224)

Tidak bisa pergi kemana-

mana karena anggota

keluarga sakit

Tekanan atau beban

sosial

“Kadang dia enggak sadar diri dia marah, dia bentak gitu, itu

yang paling sulit sebenarnya, tapi ya cara kita pahami juga dia

sakit jadi kita enggak lama-lama sakit hati” (P5 L304-306)

Pasien marah-marah

sehingga membuat sulit

dalam merawat

Perilaku pasien yang

cenderung emosi dan

sulit diberitahu

Faktor penghambat

dalam proses

perawatan

“Kami berdua di rumah ya kadang berantem-berantem kecil lah,

biasa lah itu ya kan bang, namanya kaum perempuan juga, itu

kan enggak boleh di makan ma jangan dimakan, masak semua-

semua enggak boleh dimakan terus mama mau makan apa, kayak

gitu lah bang” (P4 L162-166)

Muncul pertengkaran jika

selalu menanggapi pasien

“Ya iya kan terkadang kan harus,, kadang ada kecewanya juga

sich, kadang ada suka sukanya juga, kadang bandel juga udah

dibilang jangan makan ini kan kadang-kadang curi curi nya

makanan itu” (P9 L375-377)

Pasien cenderung bandel

tidak mematuhi aturan

“Jadi kadang-kadang saya ya marah juga gitu, mama ini

dibilangin enggak bisa, ntar kalau sakit kan payah gini gini, kita

kan jauh, abang-abang itu enggak ada kalau mama malem misal

sakit kek mana siapa yang ngebantu lagi, saya kan kayak gitu kan

bang” (P4 L229-232)

Caregiver marah karena

pasien sulit dikasih tahu

Respon emosional

caregiver yang

meningkat

“Iya kadang-kadang kalau saking lelahnya itu nak ada juga rasa

emosi kita karena enggak enggak bisa kita kerjakan atau enggak

bisa kita angkat, kadang-kadang kan maaf cakap ya nak, seperti

bapak kita ini kan kadang kadang udah BAB disitu, pipis disitu,

enggak bisa angkat bergerak sedikit pun, kadang-kadang emosi

juga kan anakku” (P6 L235-239)

Caregiver emosi karena

tidak mampu untuk

mengerjakan

Page 88: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

73

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Kalau dari merawat ibu khususnya untuk pantangan ya kadang

kita kasih tau lah dengan cara lembut, kadang juga kita timbul

emosi juga pak vincen” (P1 L451-452)

Memberitahu pasien

dengan cara lembut

Upaya membuat pasien

mengerti untuk

mematuhi aturan

Upaya mengatasi

hambatan dalam

merawat

“Iya, daripada memberi nasehat seperti itu jadi sekarang sering

mengingatkan saja bapak mau sehat tergantung sama bapak kalo

bapak mau sehat silahkan lah enggak usah emosi, tapi kalo bapak

mau mati silahkan bapak emosi, itu aja kami bilang, hehehe,,,

(ketawa), terimakasih” (P15 L382-385)

Lebih sering mengingatkan

pasien untuk mengikuti

aturan

“Eee,,, saya dengan tenang menenangkan dan seperti yang saya

bilang tadi saya selalu berusaha untuk jangan marahi dia, jadi

dia jarang sih marah, karena eee,,, kalo yang enggak suka dia itu

enggak saya lakukan gitu” (P10 L391-393)

Berusaha untuk

menenangkan pasien

“Bukan, bukan nurut juga, dia kan juga bandel-bandel nya,

namanya juga sakit tapi kami perawat nya ini lah kadang-kadang

yang mengalah gitu” (P2 L497-498)

Harus sadar dan mengalah

dalam menghadapi anggota

keluarga yang sakit

Sikap mengalah dari

caregiver

“Iya paling kalau kami diam aja lah diam, dengarkan, biarkan

aja dia meluapkan emosinya gitu aja. Nanti kalau sudah

diluapkan semua emosinya sudah tenang lagi dia” (P12 L345-

347)

Diam saja ketika pasien

marah

Diam

“Iya harus harus sabar kali nak, karena kalau enggak sabar

kurasa cepat meninggal itu” (P6 L245-246)

Harus sabar menghadapi

pasien

Sabar dalam

menghadapi pasien

“Jadi ya kita harus bener-bener disiplin juga gitu dalam merawat

biar tidak ada hal-hal yang menyulitkan kita nantinya, karena kan

kalo pasien nya disiplin paling enggak cuci darah nya gitu kan

insyaallah kondisinya kan sehat terus” (P11 L469-471)

Benar-benar disiplin dalam

merawat agar tidak ada hal

yang menyulitkan

Disiplin terhadap aturan

“Ooo,, iya banyak kali lah bang, apa lagi kan tetangga-tetangga

di sini itu alhamdulilah lah peduli gitu, enggak apa-apa lo kasih

Tetangga yang sangat

peduli

Dukungan dari orang

lain Dukungan sosial

Page 89: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

74

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

ini, enggak apa-apa kan biar sehat, karena ibu saya di sini kan

paling tua di gang saya ini kan bang jadi mereka panggil mama

saya itu uwak” (P4 L261-264)

“Selain itu juga dukungan semangat dari rekan-rekan kerjanya”

(P11 L403-404)

Mendapat semangat dari

orang lain

“Tetapi dukungan itu paling besar dari eee,,, rekan-rekan, teman-

teman kami Pendeta dan juga jemaat-jemaat gitu karena banyak

yang mendoakan dan teman-teman yang dekat dengan kita” (P5

L435-437)

Dukungan doa dari orang

lain

“Anak-anak gitu, tetap semangat ya mak, mamak juga atur lah

kesehatannya” (P2 L365)

Semangat dari anggota

keluarga

Dukungan dari anggota

keluarga

“Cara kami ya berdoa sama-sama, berdoa bersama-sama

keluarga gitu” (P3 L314)

Dukungan doa dari

keluarga

“Iya ada, dari adek ibu, adek bapak, kakak kakak bapak ada juga

bantu lah untuk biaya” (P8 L440-441)

Dukungan materi dari

keluarga

“Harapan untuk kedepannya gitu ya pak vincen, ya maksud saya

itu ya walaupun tetap HD pengennya istri tetap sehat seperti yang

lain lain gitu” (P1 L491-492)

Harapan agar pasien tetap

sehat

Diberikan kesehatan,

semangat, kesembuhan,

dan bantuan dana

Harapan caregiver

dalam merawat

pasien

“Ya doa lah pak, supaya sembuh, itu aja pak harapan kami

berdua, sembuh minta sama yang diatas supaya sembuh, itu aja

lah pak” (P7 L348-349)

Harapan supaya pasien

dapat sembuh

“Harapannya ya dia tetap semangat aja lah dia karena kalo eee,,,

sehat dibilang itu kek nya cuma Tuhan aja yang tahu ya eee,,, kek

nya kalo dalam ilmu medis kalo ini enggak ada lagi kata sehat

untuk eee,,, sehat maksudnya untuk sembuh dari seperti semula

gitu, enggak ada itu, cuma menjaga stabil aja lah supaya kek gini

terus” (P13 L316-319)

Harapannya pasien semakin

semangat dan kondisi stabil

Page 90: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

75

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

“Iya donatur lah pak, itu lah harapan kami. Sampe-sampe kami

udah kemana-mana sampe kadang-kadang kan di ada kegiatan-

kegiatan apa gitu kami masukin tapi ya mungkin belum rezeki ya

pak. Itu aja lah pak kami berharap mudah-mudahan ada donatur”

(P7 L364-367)

Harapan ada donatur untuk

membantu

“Dan harapan saya yang selanjutnya lagi adalah bahwa kita di

Indonesia ini punya sistem perawatan medis yang lebih lagi

memperhatikan mekanisme perawatan terutama alat” (P5 L471-

473)

Harapan terhadap

pelayanan untuk lebih

memperhatikan mekanisme

perawatan terutama alat

Harapan terhadap sistem

pelayanan kesehatan

“Empati terhadap pasien-pasien dengan penyakit sehingga ya

support sistem itu bukan hanya dari lingkungan tempat tinggal

tetapi waktu dia datang ke rumah sakit itu sudah seperti keluarga

sendiri yang dirasakan suami saya kalau itu dapet, fill nya itu

dapet di rumah sakit, saya pikir penyakit seberat apa pun enggak

akan jadi beban yang mengerikan bagi pasien-pasien” (P5 L474-

478)

Lebih berempati terhadap

pasien

“Kalo untuk pasien yang HD gitu lah HD, yang HD lah ya pak,

kalo yang gagal ginjal tadi kan gagal ginjal jadi akhirnya HD, ya

itu aja maunya jangan ada saya eee,,, sistem boking-bokingan

tempat untuk HD gitu, itu aja pak. Itu tadi yang saya kurang enak,

kenapa ya kok bisa kita mau ke sana enggak boleh karena katanya

sudah ada yang punya, itu aja, lain dari situ tidak ada pak” (P15

L451-455)

Mendapatkan pelayanan

yang adil dari layanan

kesehatan untuk pasien dan

keluarga

“Itu lah kalau mau diambil hikmahnya ya kita juga harus

bersyukur dan berbuat baik walaupun kita ini enggak ada apa-

apanya gitu” (P1 L527-529)

Hikmahnya harus

bersyukur dan berbuat baik

Pandangan hidup yang

positif Makna dalam

merawat anggota

keluarga yang sakit

“Eeeee,,, pelajaran nya yang dapat lebih banyak mendapat

kesabaran nak, kesabaran, kalau dulu karena dia baik kan,

Bisa lebih banyak

mendapat kesabaran selama

Page 91: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

76

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

kadang-kadang kita kan emosi terus kita misanya kalau kita

enggak bisa, eeee,,, apa yang kita minta enggak bisa dikabulkan

kan kita bisa emosi, jadi sekarang kita harus bersabar, lebih

bersabar, itu dia. Jadi lebih tinggi kesabaran sekarang selama

merawat dia itu selama sakit, harus sabar tinggi-tinggi” (P6

L293-298)

merawat

“Yang penting kita selalu deket dengan dia aja pak, selalu berdoa

itu aja hikmahnya jangan lepas untuk doa dan untuk dia aja pak.

Selama ini kan jauh mungkin ini lah ujian dan cobaan, karena dia

masih sayang dititipkan lah si Kevin sama kami, cuman gitu pak

hikmahnya, udah” (P7 L373-376)

Mendekatkan diri kepada

yang diatas dengan selalu

berdoa

“Jadi kalau sekarang begini, cuman kami bisa cemana dimana

aku, disitu dia, makan udah bisa bersatu, satu mangkok pun kami

udah bisa berdua dan selalu bersama. Itu aja lah hikmahnya bagi

kami berdua” (P2 L393-395)

Hikmahnya bisa selalu

bersama pasangan

Bakti dan kasih sayang

“Yang paling utama bagi saya itu adalah ternyata kita saling

saling memperhatikan, harus saling apa ya, rasa sayang itu

semakin kuat, rasa sayang antar keluarga itu semakin kuat gitu,

rasa takut kehilangan itu jelas banget gitu lo, jadi bagaimana

caranya sepenuh hati kita itu mencurahkan eee,,, sekuat tenaga

kita gitu, itu yang saya rasakan” (P11 L454-458)

Saling mencurahkan rasa

kasih sayang dan perhatian

kepada pasien dan keluarga

“Ya pokoknya bersyukur aja lah bang, ibu saya itu masih di kasih

umur yang panjang gitu masih bisa sehat gitu walaupun dengan

kondisi yang harus menjalani cuci darah tapi enggak apa-apa lah,

yang penting saya sebagai anak senang bisa dampingi dan rawat

ibu saya setiap harinya, hitung-hitung ya berbakti dan balas budi

sebagai anak ya kan bang” (P4 L355-359)

Berbakti dan balas budi

sebagai anak

“Eee,,, kalo hikmah dan pelajaran eee,,, semenjak bapak ini cuci

darah saya sering memberitahukan sama keluarga, temen, dan

Berlaku hidup sehat

Belajar pola hidup sehat

Page 92: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

77

Pernyataan Signifikan Rumusan Makna dari

Pernyataan Signifikan Sub Tema Tema

siapa pun itu untuk berlaku hidup sehat karena sehat ini mahal,

sakit ini sangat sangat capek sekali, itu yang sering saya

sarankan bagi adek-adek saya, keluarga, dan semua temen-temen

belajar lah dengan pola hidup sehat, itu yang sering saya

terapkan sama anak-anak juga gitu” (P10 L510-514)

Page 93: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

78

Tema 1: ungkapan perasaan emosional caregiver

Tema pertama yang didapatkan dari hasil analisis adalah ungkapan perasaan

emosional caregiver. Tema ini menjelaskan tentang apa yang dirasakan langsung

oleh partisipan dalam merawat anggota keluarga atau pasien dengan PGK yang

menjalani hemodialisis. Tema ini didapatkan dari dua sub tema yang muncul,

yaitu: 1) ungkapan awal caregiver saat tahu anggota keluarga harus hemodialisis,

dan 2) ungkapan dari caregiver selama anggota keluarga menjalani hemodialisis.

Sub tema tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Sub tema 1: ungkapan awal caregiver saat tahu anggota keluarga harus

hemodialisis

Sub tema ini menggambarkan ungkapan yang dinyatakan oleh partisipan

saat pertama kali partisipan tahu dan mendengar bahwa anggota keluarganya

dinyatakan harus menjalani terapi hemodialisis. Ungkapan yang pertama yaitu

awalnya tidak terima dan drop jika anggota keluarga harus hemodialisis. Hasil

penelitian menunjukkan ada partisipan mengungkapkan bahwa mereka saat

pertama kali mendengar anggota keluarga dinyatakan harus menjalani terapi

hemodialisis sangat sulit untuk menerima dan drop karena memang belum tahu

sebelumnya. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Eeeee…. Enggak terima sih, termasuk istri pun enggak terima. Rasanya karena

memang tak ngerti tu, denger gitu aja macam kek disambar petir” (P1)

“Iihhh,,, spontan ngedrop, tidak terima” (P2)

“Eeee,,, awalnya itu memang belum bisa terima dan berfikir ada cara lain enggak

selain harus cuci darah, apakah harus dioperasi gitu” (P3)

Ungkapan berikutnya yaitu rasanya trauma mendengar anggota keluarga

harus hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan mengungkapkan

Page 94: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

79

trauma saat pertama kali tahu anggota keluarga harus menjalani terapi

hemodialisis. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya,,, terus itu kami tunda lagi seminggu karena denger gitu tadi itu rasanya

trauma kali gitu” (P1)

Ungkapan berikutnya yaitu perasaannya terpukul saat tahu pertama kali

anggota keluarga harus hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan

mengungkapkan merasa terpukul dengan keterangan tersebut karena sebelumya

anggota keluarga tidak pernah mengalami sakit selama ini. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Oooo,,, kalau perasaan saya eee,,, cemana ya,, saya terpukul lah gitu. Karena

sebelumnya bapak ini enggak pernah sakit selama saya berumahtangga selama 28

tahun. Saya sangat terpukul” (P10)

Ungkapan berikutnya yaitu perasaan awalnya yang pasti sedih ketika

mendengar anggota keluarga dinyatakan harus hemodialisis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ungkapan ini merupakan ungkapan yang paling banyak

disampaikan oleh partisipan. Sedih dirasakan oleh partisipan saat tahu ada anggota

keluarganya harus menjalani terapi hemodialisis karena sewaktu-waktu dapat

berpengaruh terhadap status kesehatan pasien yang bisa menurun. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau perasaan yang pasti sedih ya bang, kok bisa kena cuci darah, karena kan

kalau cuci darah itu udah di ujung tanduk kali gitu kan bang” (P4)

“Iya perasaannya sih sebetulnya sedih anakku, namanya dari penyakit jantung

karena bapak ini kan dulu sudah di vonis sudah enggak ada harapan hidup lagi

nak” (P6)

“Kalau pertama kali tahu dari dokter ya rasanya sedih lah, sedih, bingung,

cemas” (P8)

“Ya tentu perasaannya sangat sedih, merasa gimana ya, merasa paling, merasa di

dunia ini paling merasa paling sedih gitu lah, terkejut, sedih dengan nasib kok kek

gini gitu” (P9)

Page 95: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

80

“Iya perasaannyaa sedih lah ya bang, namanya eee,,, kek mana ya bilang, itu kan

seumur hidup gitu kan jadi ya sedih lah” (P12)

“Perasaan saya seperti ini jadi saya nangis dalam hati saya, sedih kali suami saya

ini, bapak kami ini yang paling pertama saya sedihkan begitu banyak air di dunia

ini suami saya terpaksa harus minum air hanya 600 mili liter, itu yang paling saya

sedihkan, begitu banyak makanan, minuman, dan yang lain-lain lah yang enak-

enak semuanya sudah terbatas, itu yang paling saya sedihkan pak” (P15)

Ungkapan berikutnya yaitu saat pertama kali tahu anggota keluarga harus

hemodialisis rasanya cemas. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan yang

mengungkapkan cemas. Cemas dirasakan oleh partisipan karena kondisi pasien

saat pertama selalu mengalami penurunan. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Wahhh,,, selalu sekali anakku, selalu sekali ibu cemas karena bolak balik dia

drop, drop, drop, drop selalu, drop bolak balik, jadi ibu cemas lah, takut” (P6)

“Kalau pertama kali tahu dari dokter ya rasanya sedih lah, sedih, bingung,

cemas” (P8)

Ungkapan berikutnya yaitu keluarga semuanya kaget tahu ada anggota

keluarga harus hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan yang

mengungkapkan kaget. Kaget dirasakan oleh partisipan karena tidak percaya ada

anggota keluarganya harus cuci darah. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau yang pas pertama kali denger kek gitu dari dokter bahwa bapak ini

mau enggak mau harusnya cuci darah ya agak kaget juga, syok gitu lah

kayak enggak percaya aja waktu dulu pertama kali dikasih taunya sama

dokter” (P13)

“Pertama sih kaget iya kan. Ya namanya juga belum pernah ada sakit gitu

kan, apa lagi harus cuci darah rutin 2x seminggu” (P14)

Ungkapan berikutnya yaitu saat pertama kali mendengar anggota keluarga

harus cuci darah rasanya syok. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan yang

Page 96: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

81

merasakan syok. Syok dirasakan oleh partisipan karena melihat kondisi pasien

yang terkadang mengalami penurunan. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Ya seperti orang tua pasti syok lah pak, ya nangis nya enggak berhenti-berhenti

lah kami pak” (P7)

“Eee,,, mendengar itu semua syok gitu ditambah dengan kondisi suami yang saat

itu bener-bener ngedrop, saya berfikir saat itu seolah-olah tidak ada harapan gitu,

tapi eee,,, saya hanya pasrah dan berserah diri, saya serahkan semua ini kepada

tim medis dan dan alhamdulilah setelah satu bulan itu perlahan-lahan mulai ini

membaik, membaik gitu. Yang jelas saya syok gitu” (P11)

“Kalau yang pas pertama kali denger kek gitu dari dokter bahwa bapak ini mau

enggak mau harusnya cuci darah ya agak kaget juga, syok gitu lah kayak enggak

percaya aja waktu dulu pertama kali dikasih taunya sama dokter” (P13)

Ungkapan berikutnya yaitu keluarga semuanya takut dan marah tahu ada

anggota keluarga harus hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan

yang mengungkapkan takut. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Keluarga semuanya takut dan eee,,, marah lah” (P5)

“Wahhh,,, selalu sekali anakku, selalu sekali ibu cemas karena bolak balik dia

drop, drop, drop, drop selalu, drop bolak balik, jadi ibu cemas lah, takut” (P6)

Sub tema 2: ungkapan dari caregiver selama anggota keluarga menjalani

hemodialisis

Sub tema yang kedua ini menggambarkan ungkapan yang dinyatakan oleh

partisipan selama partisipan merawat anggota keluarga yang menjalani

hemodialisis. Ungkapan yang pertama dalam sub tema ini yaitu untuk sekarang

perasaannya biasa saja dan menjalani saja dalam merawat pasien. Hasil penelitian

menunjukkan ada partisipan yang menyatakan bahwa perasaannya biasa saja dan

menjalani saja seiring dengan berjalannya terapi hemodialisis yang harus dijalani

oleh anggota keluarganya. Hal ini dirasakan partisipan karena lambat laun sudah

Page 97: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

82

mulai terbiasa dan senantiasa untuk mendampingi pasien menjalani hemodialisis.

Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Siap aku dengar bisikan-bisikan ini berdoa aku, setelah itu lapang kali dadaku,

enggak mau lagi nginget-nginget yang kayak gitu, udah memang apa yang aku

jalani, itu yang aku jalani, memang udah takdirku” (P2)

“Jadi ya pengalaman nya apa ya bang, ya pokoknya di jalani aja lah ya bang”

(P4)

“Semakin kesini pun ya kita jalani aja lah, begitu lah pak, sampe lah sekarang”

(P7)

“Ya kalau sekarang sudah biasa ya, jalani aja gitu karena memang dari awal

waktu dikasih tahu itu sudah berusaha untuk mempersiapkan, hanya kan karena

bapaknya belum mau. Dan karena sekarang sudah mau ya kalau saya sendiri ya

biasa aja, jalani aja gitu” (P13)

“Ya perasaan saya sekarang ya jalani aja, apalagi karena memang bapak enggak

pernah lagi punggungnya sakit, udah jarang (P15)

Ungkapan berikutnya dalam sub tema ini yaitu sekarang mulai tenang

menerima kenyataan anggota keluarga harus menjalani hemodialisis. Hasil

penelitian menunjukkan ada partisipan yang menyatakan bahwa partisipan sudah

siap menerima kondisi yang harus dijalani oleh pasien dan partisipan juga merasa

tenang karena dengan terapi hemodialisis yang dijalani oleh pasien dapat

membantu pasien mampu untuk bertahan hidup sampai dengan saat ini. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau sekarang, yang saya rasakan dan keluarga ya bersyukur karena bapak

udah 3 tahun menjalani cuci darah ya lancar-lancar gitu aja sampe bertahan 3

tahun gitu, jadi agak tenang dan nerima gitulah” (P3)

“Iya udah nerima karena udah, udah, udah kata dokter terakhir itu nak, tinggal ini

lah jalan terakhir, harus cuci darah ini, karena dia jantungnya begini, ginjalnya

sudah begini, harus cuci darah dia bilang” (P6)

“Sudah pak, kami sudah siap, semua sudah siap untuk menerima bahwa anak itu

kek itu, ya mudah-mudahan aja ya doa kan aja ya pak, kami berdoa mudah-

mudahan sembuh, kan gitu ya pak” (P7)

“Ya kayaknya udah hal yang biasa dan udah bisa nerima gitu kek nya ya kadang

saya pikir gini masih syukur juga ya rupanya banyak kok solusinya untuk kita

Page 98: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

83

sehat gitu dibandingkan dengan penyakit yang lain kan kadang ada juga yang

lebih parah gitu kan” (P9)

“Eeee,,, yang saya rasakan, saya berterimakasih eee,,, kepada ahli-ahli kedokteran

yang bisa eee,,, orang gagal ginjal itu diganti dengan cuci darah ini dan eee,,, bisa

bertahan untuk memperpanjang hidup gitu dan saya juga sudah berusaha untuk

menerima semua ini” (P10)

Ungkapan berikutnya dalam sub tema ini yaitu masih bingung karena tidak

mengerti dengan masalah medis. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan

yang menyatakan bahwa partisipan merasa bingung. Bingung dirasakan oleh

partisipan karena merasa tidak tahu untuk menghadapi pasien dengan kondisi saat

ini yang harus rutin untuk menjalani hemodialisis. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Kalau sekarang ya sebenernya agak masih bingung karena itu tadi tak ngerti

dengan yang masalah medis itu, kek mana nanganinya kalo ada masalah gitu kan”

(P1)

“Iya, bingung lah ngadepi pasiennya, ya namanya ngadepi orang sakit ya dek,

Kadang-kadang dia merasa jenuh, merasa capek, kan istilahnya perkembangan

dari dia pengobatan dia itu kan cuma begitu-begitu aja, seandainya dia enggak

cuci dia sakit kan seperti itu” (P8).

Tema pertama yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3

Tabel Tema 1: Ungkapan Perasaan Emosional Caregiver

Sub Tema Tema

Ungkapan awal caregiver saat tahu anggota

keluarga harus hemodialisis

Ungkapan perasaan emosional caregiver Ungkapan dari caregiver selama anggota

keluarga menjalani hemodialisis

Tema 2: peran caregiver dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan

Tema kedua yang didapatkan dari hasil analisis adalah peran caregiver

dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan. Tema ini menjelaskan tentang

Page 99: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

84

pengalaman partisipan tentang tugas atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan

mesti diperhatikan dalam melakukan perawatan kepada anggota keluarga atau

pasien dengan PGK yang menjalani hemodialisis. Tema ini didapatkan dari lima

sub tema yang muncul, yaitu: 1) perawatan yang perlu diperhatikan caregiver

untuk anggota keluarga, 2) pemahaman caregiver tentang masalah PGK dan terapi

hemodialisis, 3) pengambilan keputusan, 4) memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, dan 5) mencari informasi tentang perawatan untuk pasien. Sub tema

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Sub tema 1: perawatan yang perlu diperhatikan caregiver untuk anggota

keluarga

Sub tema ini menggambarkan pengalaman yang dirasakan langsung oleh

partisipan sebagai caregiver dalam memberikan perawatan kepada pasien PGK

yang menjalani hemodialisis khususnya selama merawat di rumah. Banyak hal

penting yang perlu diperhatikan oleh partisipan dalam merawat pasien supaya

pasien tidak mengalami penurunan kesehatan atau muncul komplikasi yang tidak

diinginkan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam merawat pasien

dengan hemodialisis yang diungkapkan oleh partisipan diantaranya adalah: 1)

konsumsi obat dari rumah sakit agar kondisi tetap stabil, 2) pendampingan

merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh partisipan kepada pasien

hemodialisis, 3) pengaturan atau pembatasan asupan cairan, 4) buah merupakan

salah satu makanan yang tidak boleh dikonsumsi, 5) sayuran yang berdaun hijau

dan mengandung kalium tinggi perlu dibatasi, 6) makanan yang boleh

dikonsumsi, 7) pemeriksaan darah untuk pasien hemodialisis, dan 8) pengaturan

Page 100: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

85

aktivitas untuk pasien hemodialisis. Berikut uraian dari masing-masing hal

tersebut:

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pentingnya konsumsi obat dari

rumah sakit agar kondisi tetap stabil. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan

mengungkapkan bahwa pasien hemodialisis rutin mendapat obat dari rumah sakit.

Obat yang didapatkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang dialami

oleh pasien dengan tujuan supaya kondisi pasien tetap stabil, misalnya seperti

vitamin, obat penambah darah, dan obat tulang. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Kalau dari rumah sakit kami selalu dapet obat tambah darah, obat tambah darah

sama obat darah tinggi, obat vitamin B kompleks” (P4)

“Eeeee,,, kalau dari gagal ginjal obat tambah darah, vitamin B kompleks, kadang

Concord, sama obat suntik nya hemafo, eeee,,, sama ada untuk tulang itu lupa aku

namanya nak, untuk tulang itu, dapat itu semua dari sana. Tergantung kebutuhan

penyakit pasien lah nak, kalau ada dia dilihatnya jantungnya dikasihnya obat

jantung, ada asam lambung nya dikasihnya Omeprazole, segala macemnya lah

nak” (P6)

“Ya obatnya itu kayak ya kalau tensi nya tinggi, vitaminnya, itu aja pak” (P7)

“Dikasih, dikasih vitamin tambah darah sama B kompleks, sama obat tulang, ada

3 macam bapak, habis itu ada suntikan itu untuk apa penahan Hb dapat juga”

(P8)

“Obat dari rumah sakit apa apa namanya bisoprol, vitamin, sama obat tulang”

(P9)

Perawatan penting berikutnya yang perlu diperhatikan yaitu pendampingan

merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh partisipan kepada pasien

hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan

bahwa untuk pasien hemodialisis mereka sangat perlu diperhatikan dan mesti

didampingi. Partisipan mengungkapkan hal ini perlu dilakukan karena sewaktu-

waktu kondisi pasien bisa mengalami penurunan sehingga harus ada selalu yang

Page 101: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

86

mendampingi baik saat hemodialisis maupun ketika di rumah. Selain itu juga

dengan mendampingi maka partisipan juga dapat mengetahui perkembangan

kondisi kesehatan pasien. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Oooo, udah 3 tahun bapak ini cuci darah saya tidak pernah mengeluh, kalau di

dalam absen itu tadi, tiga tahun itu saya belum ada 1 minggu pun saya absen

mendampinginya” (P2)

“Setiap hari dia drop itu saya katakan saya kasih tau dan pendampingan ya yang

paling penting itu walaupun jauh dari Kabanjahe ke Medan itu saya usahakan

walaupun saya sibuk juga karena saya bekerja, saya usahakan selalu

mendampingi dia, jadi dia bergantung sekali memang dengan saya” (P5)

“Jadi dengan kita selalu perhatikan sama dia, kasih support sama dia, perhatian

penuh sama dia, selalu kita dampingi, dia ada semangat hidup nak, ada semangat

hidupnya” (P6)

“Iya, memang sebenernya kalau pasien HD enggak ada yang dampingi juga ribet

lah gitu kan, kayak bapak ini kan berarti aku harus dampingi bapak karena takut

nanti ada apa-apa gitu kan dengan bapak” (P8)

“Iya, udah pasti lah. Makanya terkadang kek nya pun aku kadang selalu berfikir

kalau yang ke rumah sakit yang ngantar kayak nya saya yang jarang absen,

artinya selalu ku dampingi, saya pigi nya sama pulang nya sama” (P9)

Perawatan penting berikutnya yang perlu diperhatikan yaitu pengaturan atau

pembatasan asupan cairan. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua partisipan

mengungkapkan bahwa hal yang paling penting perlu diperhatikan adalah

pembatasan cairan atau air minum. Air minum untuk pasien hemodialisis perlu

dibatasi, diatur, atau dikontrol agar tidak muncul kondisi yang tidak diinginkan

seperti bengkak dan sesak napas. Partisipan juga menyatakan ada aturannya untuk

pembatasan cairan atau air minum untuk pasien hemodialisis. Berikut ungkapan

dari partisipan tersebut:

“Karena yang dia minum sama dengan yang dia keluarkan harus sebanding dia”

(P3)

“Iya, kalau minum harus sama dengan yang dikeluarkan gitu kan bang. Yang

dikeluarkan berapa, yang harus masuk juga berapa ditambah sikit” (P4)

Page 102: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

87

“Kalau minumannya itu dulu awal-awal nya itu aku aku takar urine nya nak,

misalkan urine nya eee,, keluar 500 ku tambah eee,,, minumnya 500 atau 600

berarti 1500 yang bisa kukasih minum setiap hari gitu caranya kalau menurut

minuman” (P6)

“Iya, kalo minumnya dibatasi eee,,, diukur kencingnya yang keluar ditambah eee,,,

600 mili liter air setara dengan aqua sedang itu lah, itu lah minumnya untuk satu

hari satu malam” (P10).

“Ohh,,, kalau minum jelas dibatasi ya, dalam 24 jam itu hanya boleh minum 600

mili, berarti kalau 600 mili itu satu gelas botol aqua yang sedang itu ya dalam 24

jam, itu juga sudah ditambah termasuk sayur-sayuran, kuah dalam sayur-sayuran,

sayur sop atau sayur bening, gulai atau pun apa gitu jadi cukup 600 mili itu mas”

(P11)

Perawatan yang perlu diperhatikan selanjutnya yaitu buah merupakan

makanan yang tidak boleh dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan hampir

semua partisipan mengungkapkan bahwa selain dari air minum ternyata dari

faktor makanan yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan. Ada beberapa jenis

makanan yang memang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien hemodialisis, akan

lebih baik jika dihindari seperti buah, karena buah mengandung banyak air.

Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya, makan buah tidak bisa” (P2)

“Eee,,, kalau pantangannya itu, itu yang paling, memang paling tidak di bisa

dimakan itu buah, buah harus dijaga, karena kan buah itu banyak mengandung

air” (P3)

“Kalau pisang, alpukat, duku, semangka itu sama sekali tidak ibu kasih nak” (P6)

“Enggak, enggak ada kendala pak cuman jangan banyak ada garam itu aja pak.

Jangan ada banyak garam, kalau makan apa pun kami kasih, asal jangan buah

sama garam. Minumnya tetep kami kontrol pak” (P7)

“Kalau buah-buahan itu yang sama sekali enggak boleh dimakan itu pisang,

durian gitu memang enggak berani sama durian, durian itu memang enggak boleh,

enggak boleh, enggak berani sentuh” (P8)

Perawatan selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu sayuran yang berdaun

hijau dan mengandung kalium tinggi perlu dibatasi. Hasil penelitian menunjukkan

Page 103: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

88

bahwa selain makanan dari jenis buah, beberapa partisipan juga mengungkapkan

bahwa sayuran yang berdaun hijau dan yang mengandung kalium tingi perlu

dibatasi dan memang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien hemodialisis, akan lebih

baik jika dihindari seperti bayam serta mengurangi garam. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Eee,,, kalo menurut eee,,, ahli gizi disini eee,,, banyak sih makanan yang enggak

boleh dikonsumsi seperti bayam, boleh sih katanya tapi direbus empat kali itu kan

sama aja enggak boleh itu kan, enggak ada lagi gizinya, hehehe,,, (ketawa), dan

buah-buahan enggak boleh dimakan sama orang ini” (P10)

“Kalo sayur masih makan sih tapi yang jelas harus dibatasi, terutama sayuran

yang mengandung kaliumnya itu tinggi gitu” (P11)

“Kalau khusus sih enggak ada cuman yang dilarang kali bayam. Bayam itu

dilarang kali dimakan, pantang. Kalau untuk bayam itu memang enggak boleh,

sama sekali enggak boleh dimakan” (P12)

“Enggak, enggak ada kendala pak cuman jangan banyak ada garam itu aja pak.

Jangan ada banyak garam, kalau makan apa pun kami kasih, asal jangan buah

sama garam. Minumnya tetep kami kontrol pak” (P7)

Perawatan selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu makanan yang boleh

dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua partisipan

mengungkapkan bahwa untuk makanan yang baik dikonsumsi oleh pasien

hemodialisis adalah makanan yang banyak mengandung protein seperti putih telur

dan ikan. Banyak partisipan mengungkapkan hampir setiap hari pasien harus

mengkonsumsi jenis makanan tersebut karena saat proses hemodialisis protein

dalam tubuh pasien ikut tertarik sehingga perlu asupan tinggi protein. Selain itu,

jika jenis makanan dari sayur, partisipan mengungkapkan bahwa saat mengolah

sayur tersebut perlu diperhatikan dengan benar. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Disana ini yang gini-gini terbuang katanya, jadi itu yang belum bisa diamankan,

untuk makan telur memang belum bisa karena memang hari-hari sebelumnya itu

Page 104: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

89

yang disana itu kan dulu terbalik yang dimakan kan kuningnya, kalau sekarang

kan kalau bisa dianjurkan yang putihnya” (P1)

“Dia kan mesti makan telur, putihnya, makan ikan-ikan gabus, ikan-ikan lele kek

gitu orang ini, kalau enggak makan ikan gabus sama lele sama telur sama ikan-

ikan an lah cem ikan laut, kan Hb nya turun” (P2)

“Yang diperbolehkan sekarang itu makan ikan sich bang kalau di rumah. Ikan,

putih telur itu pasti ada, setiap hari dibuat” (P4)

“Saya kasih juga dia sayur-sayuran yang tidak mengandung zat besi tinggi karena

kadang itu buat dia sesak kan, kalau dia ada yang sayuran hijau, yang ada

beberapa yang ada kandungan enggak bagus buat badannya itu saya iris kecil-

kecil, saya rendam, cuci beberapa kali sehingga zat yang tidak dibutuhkan itu larut

dalam air baru saya masak” (P5)

“Kalau makanannya, makanannya itu apa yang mengandung kalium banyak itu

kukurangi semua nak seperti ikan misalnya ikan asin kukurangi enggak boleh

kukasih atau kurendam dulu supaya enggak asin. Sayur-sayuran pun harus ku

rebus atau ku rendam dulu baru ku masak ku kasih” (P6).

Perawatan selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu pemeriksaan darah

untuk pasien hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan selain konsumsi obat dari rumah sakit, untuk pasien dengan

hemodialisis juga rutin dilakukan pemeriksaan darah berupa pemeriksaan

laboratorium atau cek darah lengkap yang dilakukan oleh rumah sakit setiap

bulannya. Partisipan mengungkapkan bahwa dari hasil pemeriksaan mereka dapat

mengetahui kadar Hb, kreatinin, dan ureum. Hasil pemeriksaan tersebut yang buat

partisipan menjadi sangat penting untuk mengetahui kondisi pasien. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya, kan tiap bulan orang ini cek semua lah, kreatinin nya, ureum nya, itu kan

setiap bulan diperiksa” (P2)

“Setiap sebulan sekali pemeriksaan lab untuk Hb ya bang. Jadi kan setiap Hb di

bawah 6 kan wajib transfusi, jadi ya dikasih obat penambah darah” (P4)

“Saya inisiatif cek lab secara mandiri dan ternyata hasil cek lab yang secara

mandiri itu juga menunjukkan bahwa kadar kreatinin ureum nya sudah sangat

tinggi dan sudah di level eee,,, parah begitu lah” (P5)

Page 105: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

90

“Iya, iya, setiap tanggal muda, tanggal 1 tanggal 2 kami masuk kesana anakku,

pokoknya setiap cuci darah tanggal muda tetep apa itu tetap cek darah tiap bulan,

Hb, kreatinin, ureum, lengkap nak” (P6)

“Iya ada kayak cek Hb, kreatinin, sama ureum tiap bulannya untuk pasien HD ini”

(P8).

Perawatan yang penting untuk diperhatikan selanjutnya yaitu pengaturan

aktivitas untuk pasien hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan beberapa

partisipan mengungkapkan bahwa kalau untuk pasien dengan hemodialisis, pasien

tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas yang berat karena dapat membuat

pasien cepat lelah, sesak, dan dapat merusak akses vaskuler atau cimino pasien

jika tangan pasien dipakai untuk aktivitas yang berat-berat. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Iya, enggak lagi, dia enggak ada kerjaan lagi, itu aja lah kalau pergi ke sana

ayok, apalagi aktivitas orang ini kalau udah kayak orang ini udah enggak bisa dia,

ngangkat berat pun udah enggak bisa, karena kan bisa sesak menggap gitu,

makanya enggak kami kasih” (P2)

“Iya, cuman bapak takutnya gitu kalau pasang cimino dia enggak bisa kerja yang

terlalu terlalu terlalu berat katanya, ngangkat-ngangkat juga udah terbatas kan

kalau pasang cimino” (P8)

“Eee,,, kebetulan kan kalau dulu ada kerjaannya jadi karena udah seperti itu kan

kita kerja sama orang kan enggak bisa jadi artinya sekarang memang ku akui lah

ambisinya dia sebagai kepala rumah tangga kan gimana pun aku harus kerja gitu

kan terus apa lah kami pikir kerjaannya, itu lah kami pikirkan kalau misalnya

kerja berat udah enggak mungkin gitu kan kalau diakhirnya kami cari solusi lah

eee,,, kita bikin usaha warnet” (P9)

“Aktivitas kalau awal-awal memang enggak bisa ya, butuh penyesuaian dulu gitu

bahkan masuk ke kantor itu setelah dia satu tahun cuci darah baru aktif lagi ke

kantor, itu pun kegiatan juga tidak seperti biasa, tidak seperti dulu pada saat

masih sehat gitu jadi apa ya eee,,, pekerjaan-pekerjaan, tidak dibebani oleh

pekerjaan-pekerjaan yang berat intinya seperti itu, yang penting masuk mungkin

ya isi absen dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ringan aja gitu tidak

dibebani lagi dengan yang berat-berat gitu deh mas” (P11)

“Sebenernya dari dulu harusnya dia enggak boleh lagi eee,,, kerja berat” (P13).

Page 106: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

91

Sub tema 2: pemahaman caregiver tentang masalah penyakit dan terapi

Sub tema kedua ini menggambarkan pengetahuan yang dimiliki oleh

partisipan tentang PGK dan juga hemodialisis. Sebagai caregiver tentunya untuk

dapat memberikan perawatan yang baik juga perlu tahu tentang apa itu PGK dan

juga hemodialisis. Dalam sub tema ini muncul ungkapan partisipan yang

menggambarkan pemahaman mereka tentang masalah penyakit dan terapi mulai

diantaranya dari gambaran awam tentang PGK dan hemodialisis, pengertian dari

PGK, pengertian dari terapi hemodialisis, beberapa faktor penyebab atau faktor

risiko terjadinya PGK, dan perubahan pada pasien dampak dari PGK.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mempunyai gambaran

awal mereka sebelumnya bahwa kalau ada pasien yang cuci darah maka hidupnya

tinggal sebentar lagi dan cepat meninggal. Info yang seperti ini didapatkan oleh

partisipan berdasarkan cerita-cerita atau info dari orang lain, sehingga membuat

partisipan menjadi takut. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Denger kalau cuci darah itu rasanya untuk hidup itu udah sangat tipis sekali,

mengingat cerita-cerita zaman dulu” (P1)

“Kalau namanya cuci darah, kita enggak tau kapan, sampe kapan bertahan, iya

kan” (P3)

“Kalau cuci darah itu pasti enggak bakal selamat gitu istilahnya kan bang. Kalau

udah denger cuci darah, haduhhh gitu, enggak lama lah itu umurnya kayak gitu”

(P4)

“Kebanyakan ini orang-orang cuci darah kan dia eee,,, meninggal gitu, cepat

meninggal” (P5)

“Iya, kan terkejut sekali lah kan dengan divonis seperti itu kan anggapan kalau

dulu kan kalau cuci darah dibilang itu penyakit yang sangat menakutkan karena

kan diberi informasi paling nanti berapa kali cuci darah itu nanti paling cepet pigi

kata orang” (P9)

Selain gambaran awam seperti diatas ternyata dari hasil penelitian juga

menunjukkan ada beberapa partisipan yang mempunyai pemahaman bahwa PGK

Page 107: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

92

terjadi karena ginjal sudah berkurang fungsinya dan bahkan tidak berfungsi serta

ada pernyataan lain juga bahwa ginjal penuh dengan racun. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Iya, karena eeeee,,, ginjal ini udah penuh racun, udah keracunan” (P2)

“Jadi saya pahami bahwa gagal ginjal yang dialami suami saya terjadi karena

ginjalnya tidak berfungsi, tidak bisa menyaring eee,,, darah dan kotoran-kotoran

yang ada di dalam darahnya itu sehingga dia membutuhkan terapi cuci darah

dimana cuci darahnya itu digantikan oleh benda di luar tubuh sehingga darahnya

itu boleh tetep dibersihkan, air-air, racun-racun, garam-garam yang tidak

dibutuhkan oleh tubuhnya yang mengganggu sistem eee,,, darahnya” (P5)

“Eee,,, kalo soal itu saya mengerti ya gagal ginjal ini eee,,, pengobatannya dengan

terapi cuci darah, itu yang saya tahu karena fungsi ginjal bapak ini eee,,, ginjalnya

tidak berfungsi gitu dan eee,,, sebagai ganti ginjal itu itu lah dibuat alat cuci darah

itu namanya itu dialyzer itu namanya itu, itu lah pengganti ginjalnya untuk

membuang racun yang didalam tubuh nya, itu saya yang saya tahu dalam

darahnya” (P10)

“Yang saya ketahui dan setahu saya ya kalau yang namanya gagal ginjal ya

ginjalnya sudah enggak berfungsi lah ya kan” (P12)

“Ooo,,, yang setahu saya kalo yang gagal ginjal itu menurut pengalaman kami

pada saat kami periksakan ke dokter ya gagal ginjal itu ya ginjalnya sudah sudah

banyak berkurang fungsinya sehingga dinyatakan gagal ginjal” (P15)

Selain pemahaman tentang pengertian dari PGK sendiri, hasil penelitian

juga menunjukkan ada beberapa partisipan mempunyai pemahaman bahwa terapi

hemodialisis merupakan pengganti ginjal dengan menggunakan alat yang

namanya dialyzer untuk membuang racun sehingga dapat membantu untuk

mempertahankan kesehatan dan hidup pasien. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Eee,,, kalo soal itu saya mengerti ya gagal ginjal ini eee,,, pengobatannya dengan

terapi cuci darah, itu yang saya tahu karena fungsi ginjal bapak ini eee,,, ginjalnya

tidak berfungsi gitu dan eee,,, sebagai ganti ginjal itu itu lah dibuat alat cuci darah

itu namanya itu dialyzer itu namanya itu, itu lah pengganti ginjalnya untuk

membuang racun yang didalam tubuh nya, itu saya yang saya tahu dalam

darahnya” (P10)

“Iya, dan cuma untuk mempertahankannya aja kalau untuk menyembuhkan itu kan

udah enggak mungkin, memang sudah enggak bisa sembuh seperti itu, karena itu

Page 108: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

93

istilahnya untuk seumur hidup gitu kalau sudah kena itu jadi diadakan cuci darah

itu untuk mempertahankan biar supaya dia itu sehat itu aja” (P12)

“Ya kalau setahu saya dan juga kakak saya, ya kalau gagal ginjal itu berarti

ginjalnya sudah enggak berfungsi, kayak kakak saya ini kan tinggal 5% kemaren

katanya fungsinya jadi ya harus hemodialisa mau enggak mau supaya untuk

mempertahankan kondisi kesehatannya aja” (P14)

Pemahaman lainnya yang muncul yaitu tentang faktor penyebab atau faktor

risiko terjadinya PGK. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa penyebab awal dari pasien harus menjalani hemodialisis

akibat PGK diantaranya adalah diabetes, batu ginjal, hipertensi. Partisipan

mengetahui penyebab dari pemeriksaan awal saat pasien dinyatakan harus

menjalani hemodialisis. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Dia apa,,, eeee,,, gula dari Diabetes” (P2)

“Iya, awalnya dari diabetes terus kena ke ginjal” (P4)

“Kalau gejalanya itu karena batu ginjal” (P3)

“Enggak, kalau bapak memang awalnya karena batu ginjal” (P8)

“Kata dokter ini bapak ini sudah terlalu lama hipertensi, memang dia penyakitnya

dari lajang, lajang dulu pun katanya eee,,, pernah umur 25 tahun itu pernah

diperiksa hipertensi cuman karena itu tadi karena eee,,, naik tensinya minum obat,

minum jus baik udah gitu, jadi kek menurut dokter itu karena bapak ini dari

hipertensi dia gagal ginjalnya yang sudah lama, enggak pernah terkontrol artinya

kan kalau udah gagal ginjal eee,,, hipertensi itu kan harusnya minum obat rutin

kan, ini bapak enggak” (P9)

“Gejala awal sih dari hipertensi” (P12)

Pemahaman berikutnya yaitu tentang perubahan pada pasien dampak dari

PGK. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa

pasien PGK yang menjalani hemodialisis sering mengalami kondisi gatal pada

kulit, bengkak, dan bahkan sesak napas. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

Page 109: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

94

“Paling cuma kayak badannya itu gatel aja gitu mungkin juga efek dari

pembawaan cuci darah gitu badannya gatel terus badan ini kayak menghitam gitu

bang, kulit itu menghitam” (P4)

“Satu dulu, eee,,, mudah capek , mudah capek ya, terus itu badannya itu gatal-

gatal, badannya gatal-gatal dan sesekali sesak apalagi kalau mau cuci darah”

(P5)

“Dia mudah merasa lelah, tensinya tidak stabil, dan apa itu ya istilahnya yang

kayak dia menumpuk gitu cairannya dibadannya, tiba-tiba dia menjadi gemuk tapi

gemuknya gemuk air” (P5)

“Iya juga sich, artinya kan selama dia udah 8 tahun ini kalo enggak salah ada 3

atau 4 kali juga kita opname karena bengkak itu kan bawaannya sesak ya ujung-

ujungnya harus di cuci, setelah di cuci ya udah enakan gitu” (P9)

Sub tema 3: pengambilan keputusan

Sub tema ketiga ini menggambarkan tentang pengambilan keputusan yang

harus diambil oleh caregiver ataupun pasien dan keluarga. Keputusan ini diambil

saat pertama kali pasien dan keluarga tahu bahwa pasien harus menjalani

hemodialisis dari dokter. Keputusan yang diambil tentunya juga melihat kondisi

dari pasien, ada keputusan yang diambil dengan segera mengiyakan untuk

dilakukan hemodialisis, ada keputusan untuk menunda dulu karena takut, ada

yang mencoba untuk mencari pengobatan alternatif, dan ada yang menggunakan

obat-obatan tradisional.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa

saat dokter menyatakan bahwa pasien harus menjalani hemodialisis maka

caregiver atau keluarga dan pasien memutuskan untuk segera mengikuti saran

dari dokter demi untuk mempertahankan kesehatan pasien. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Makanya setelah tanya kakak terus tanya sana sini yang tentang medis, itulah

kami putuskan memang harus cuci darah” (P1)

Page 110: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

95

“Eee,,, udah seminggu pulang kami ke rumah dari BT malamnya langsung bawa

ke E, di sana sudah koma, sudah kritis, jadi harus lah udah di cuci, besoknya

langsung di cuci” (P2)

“Sehingga saya fikir kalau memang ini terapinya eee,,, yang bisa buat dia sehat,

kalau keadaan dia nanti seperti itu, ya cuci darah pun enggak apa-apa lah

ketimbang gitu, ketimbang nanti dia meninggal, karena dokter bilang kemaren itu

kalau enggak segera ditangani kadar kreatinin dan ureum dalam tubuhnya itu

sudah sangat tinggi” (P5)

“Iya, karena karena bapak sama sekali enggak bisa makan sebelum si bapak cuci

ya udah akhirnya saya putuskan untuk ngikuti saran dari dokter” (P8)

“Saya, saya cuma berdua sama bapak kesana jadi saya yang mengambil

keputusan, saya yang mengiyakan untuk iya cuci darah tapi cuci darahnya di

Indonesia saja” (P10).

Selain keputusan untuk mengiyakan dan mengikuti saran dokter untuk

segera hemodialisis, hasil penelitian juga menunjukkan masih ada beberapa

partisipan yang mengungkapkan bahwa saat dokter menyatakan bahwa pasien

harus menjalani hemodialisis maka caregiver atau keluarga dan pasien

memutuskan untuk belum mengikuti saran dari dokter karena dikatakan oleh

partisipan bahwa pasien tidak mau. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya, ibu saya pun juga enggak mau, enggak mau gitu. Kita kan terakhir ya udah

enggak usah lah cuci darah, masak enggak ada yang lain obatnya. Jadi ya udah

keluar dari rumah sakit sini, enggak ada enggak cuci darah, cuma di rumah aja, di

infus di rumah, apa-apa di rumah” (P4)

“Bapaknya enggak mau, suaminya dan akupun karena dia merasa enggak perlu ya

udah gitu, akhirnya kami ambil keputusan untuk enggak cuci darah karena itu

tadi” (P13)

“Si bapak kelihatannya akhir-akhir ini eee,,, punggungnya sakit kemudian sesak

eee,,, terus kami berobat lagi ke dokter umum ya memang dokter umumnya agak

serasi juga sama bapak eee,,, jadi dinyatakan kalo bapak ini harus cuci darah

katanya, makanya kami memang masih belum mau juga karena kita takut cuci

darah, yang namanya cuci darah kita takut” (P15)

Keputusan untuk menunda dulu hemodialisis membuat caregiver dan pasien

melakukan upaya lain terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan masih ada

Page 111: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

96

beberapa partisipan yang mengungkapkan bahwa mereka mencari upaya

pengobatan alternatif terlebih dahulu. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Menunda dengan cara maksudnya, dengan cara ini siapa tahu masih bisa dengan

alternatif lain gitu, maksudnya biar karena dari keluarga juga ngomong jangan,

kalau masih bisa dihindari” (P1)

“Iya, waktu itu enggak langsung cuci darah tapi kami cari dulu untuk pengobatan

alternatif atau tradisional gitu siapa tahu bisa sembuh dan enggak perlu cuci

darah” (P13)

Selain upaya pengobatan alternatif, hasil penelitian juga menunjukkan

masih ada partisipan yang mengungkapkan bahwa mereka mencari pengobatan

tradisional dengan mengkonsumsi obat-obatan tradisional terlebih dahulu karena

mereka masih percaya dengan pengobatan tersebut. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Kita masih percaya dengan obat-obatan tradisional itu kan, diminum-minum obat

tradisional, air seni itu kadang keluar kan terus merasa enggak ada kok sakit

pinggang terus juga kalau ginjal itu kan sakit pinggang, ini enggak kok gitu, jadi

enggak pernah dibawa ke dokter” (P9)

Sub tema 4: memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Sub tema keempat ini menggambarkan tentang langkah yang diambil oleh

partisipan sebagai caregiver ketika anggota keluarga mengalami penurunan

kesehatan. Langkah yang diambil oleh caregiver adalah dengan membawa

langsung pasien ke rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan. Dengan membawa segera pasien menuju ke rumah sakit

maka penanganan pasien segera bisa dilakukan. Beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa mereka langsung membawa pasien ke rumah sakit saat

terjadi penurunan kesehatan, selain itu ada juga yang membawa ke klinik terlebih

dahulu. Berikut ungkapan dari beberapa partisipan:

Page 112: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

97

“Eee,, sesak terus saking bingungnya, saya tak ngerti jam 2 pagi enggak tau lagi

ini lalu larikan ke rumah sakit RP, karena di sana sekarang ini kan agak lebih

cepat penanganannya” (P1)

“Terus setelah itu makin parah, makin parah ya udah periksa ke rumah sakit AM

rupanya memang harus cuci darah kan” (P4)

“Sebenarnya awal-awal gejala dulu pertama opname nya di Kabanjahe, kami

tinggal di Kabanjahe tapi karena eee,,, pemeriksaannya juga enggak enggak

lengkap mereka oper ke rumah sakit di Medan ke dokter” (P5)

“Berobat operasi ke rumah sakit Penang 2 tahun kemudian setalah operasi di

rumah sakit Penang saya terus terus bawa dia berobat ke rumah sakit AM nak”

(P6)

“Saya berobat rutin ada selama satu tahun semenjak dia ada bermasalah

ginjalnya ini adalah dia berobat ke dokter selama satu tahun termasuk saya pun ke

luar negeri bawa bapak ini ke rumah sakit di Penang Malaysia”.

“Iya, ya katanya enggak apa-apa lah ini, udah biasa karena udah tua. Nah, minum

obat jantung itu kempes kakinya, kami pikir jantung juga kan jadi sebulan sekali

rutin lah ke klinik jantung itu” (P4)

Sub tema 5: mencari informasi tentang perawatan untuk pasien

Sub tema kelima ini menggambarkan tentang kebutuhan mencari informasi

perawatan untuk pasien yang menjalani hemodialisis. Informasi tentang perawatan

untuk pasien dengan hemodialisis merupakan hal yang sangat penting bagi

partisipan sebagai caregiver, karena dengan informasi yang didapat dapat

menambah pengetahuan caregiver tentang bagaimana merawat pasien

hemodialisis terutama ketika di rumah. Caregiver mencari informasi dari

beberapa sumber.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa

partisipan mencari sumber informasi tentang bagaimana merawat pasien dengan

hemodialisis dari orang lain, pasien lain, atau keluarga dari pasien yang lain

terutama yang sudah lama mendampingi pasien menjalani hemodialisis. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

Page 113: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

98

“Iya, tapi setelah saya tanya pasien-pasien yang lain yang sudah 4 tahun atau 10

tahun, terus tanya ke ahli gizi, boleh pak cuman batas tertentu, misalnya kalau dari

dokter kayak timun dilarang total, itu ahli gizi kadang disuruh tapi tidak lebih dari

3 potong ya pak” (P1)

“Saya juga tanya dengan keluarga-keluarga pasien yang lain di rumah sakit apa

yang harus dimakan, obat apa yang bisa untuk ngebantu kan karena kan cuci

darah ini juga lama-kelamaan juga ibu saya istilahnya itu susah jalan, lutut

semakin lemes gitu” (P4)

“Iya, paling apa ya, istilahnya kan kakak ini ataupun saya juga sering belajar

juga, baca-baca juga, jadi suka baca dia, nanya di teman-temannya, kalau saya ya

cari-cari info gitu tentang gimana ngurusi untuk pasien yang menjalani HD ini,

kalau di rasa-rasa sesak berarti ooo,,, airnya udah banyak jadi minumnya

dikurangin gitu” (P14)

Selain dengan bertanya ke orang lain baik pasien maupun anggota keluarga

pasien yang lain, hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa partisipan juga mencari sumber informasi tentang

bagaimana merawat pasien dengan hemodialisis langsung dari tenaga kesehatan

seperti ahli gizi, dokter, atau perawat. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya, tapi setelah saya tanya pasien-pasien yang lain yang sudah 4 tahun atau 10

tahun, terus tanya ke ahli gizi, boleh pak katanya, asal batas tertentu, misalnya

kalau dari dokter kayak timun dilarang total, itu ahli gizi kadang disuruh tapi tidak

lebih dari 3 potong ya pak” (P1)

“Karena saya selalu berusaha untuk tanya langsung ke dokternya apabila suami

saya ini sedikit saja ngerasa ngeluh gitu, saya coba tanya ke dokternya kenapa kok

bisa seperti itu dan bagaimana cara mengatasinya agar tidak terjadi komplikasi

atau hal yang tidak diinginkan” (P5)

“Iya, pasti mencari informasi secara mandiri juga, mencari informasi kepada yang

lebih lama juga, mencari informasi kepada perawat atau siapa gitu. Mereka selalu

bersedia untuk apa memberikan ini, menjelaskan gitu terutama tentang perawatan

untuk pasien” (P11).

Page 114: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

99

Tema kedua yang telah diuraikan tadi dapat dibuat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Tabel Tema 2: Peran Caregiver Dalam Menjalankan Fungsi Perawatan Kesehatan

Sub Tema Tema

Perawatan yang perlu diperhatikan caregiver

terhadap anggota keluarga

Peran caregiver dalam menjalankan

fungsi perawatan kesehatan

Pemahaman caregiver tentang masalah PGK

dan terapi hemodialisis

Pengambilan keputusan

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Mencari informasi perawatan tentang

perawatan untuk pasien

Tema 3: dampak yang dirasakan oleh caregiver dalam merawat pasien

Tema ketiga yang didapatkan dari hasil analisis adalah dampak yang

dirasakan oleh caregiver dalam merawat pasien. Tema ini menjelaskan tentang

pengalaman dan kondisi atau hal-hal yang dirasakan oleh partisipan sebagai

caregiver selama merawat anggota keluarga atau pasien dengan PGK yang

menjalani hemodialisis terutama saat di rumah. Pengalaman atau kondisi yang

dirasakan dan dialami oleh caregiver dalam hal ini tentunya merupakan dampak

dari proses perawatan yang dilakukan oleh caregiver kepada pasien. Dampak

yang dirasakan terbagi dalam sub tema diantaranya yaitu 1) tekanan atau beban

psikologis, 2) tekanan atau beban ekonomi, 3) tekanan atau beban fisik, dan 4)

tekanan atau beban sosial.

Sub tema 1: tekanan atau beban psikologis

Sub tema ini menggambarkan pengalaman atau suasana langsung yang

dirasakan oleh partisipan sebagai caregiver dalam memberikan perawatan kepada

pasien PGK yang menjalani hemodialisis khususnya selama merawat di rumah.

Partisipan mengungkapkan bahwa ketika merawat pasien dengan hemodialisis

Page 115: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

100

tentu juga membawa tekanan tersendiri untuk partisipan sehingga mempengaruhi

psikologis partisipan.

Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa partisipan mengungkapkan

bahwa mereka juga mengalami tekanan yang berat sehingga membuat mereka

juga menjadi down karena kondisi pasien yang mengalami penurunan kesehatan.

Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau saya kemaren kan sempet juga ini sempet drop dan dalam artian kan

apalagi saya dari kerjaan sampai risain karna mengharapkan anak-anak kan full

belum bisa seminggu 2x, saya risain, saya sampe juga down” (P1)

Selain mengalami down, partisipan juga mengalami drop hingga

menyebabkan berat badan partisipan sampai turun karena memikirkan kondisi dari

pasien. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Oooo,,, ya drop lah, udah jelas, awal tahun-tahun pertama itu ya berat badan

saya pun ya eee,,, drastis juga sih turun sampe sampe eee,,, artinya untuk merawat

diri pun udah enggak semangat lagi lah gitu. Artinya sisiran lagi udah enggak”

(P9)

Beban psikologis selanjutnya bahkan partisipan sempat mempunyai pikiran

bahwa dia bisa meninggal duluan karena terus-terusan memikirkan kondisi dari

pasien. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kok enggak ilang-ilang terpikir pula saya nanti yang malah duluan mati, sempat

seperti itu juga pak” (P1).

Beban psikologis selanjutnya yang dirasakan berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan ada beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka juga pernah

mengeluh dan bahkan sampai menangis dan merasakan pengalaman duka dengan

melihat kondisi pasien yang harus rutin menjalani hemodialisis. Berikut ungkapan

dari partisipan tersebut:

Page 116: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

101

“Iya, kadang-kadang ada juga, jangan kita bohong kalau kita orang kan enggak

bisa bohong kan, ada juga, kadang-kadang aku ngeluh juga nya, kadang-kadang

nangis nya aku” (P2)

“Jadi sedih aja lah pak semua, pengalaman itu udah udah nangis batin aja lah

pak, kan kita enggak boleh di depan dia, nangis batin aja lah pak, di depan dia kita

tetap senyum” (P7

“Pengalaman duka nya aja lah kek nya iya kan, iya gimana lagi, senang nya kek

mana senangnya, pasti kan duka nya lah ya kan” (P9)

Beban psikologis selanjutnya yang muncul dengan melihat kondisi pasien

yang harus menjalani hemodialisis juga membawa dampak berupa tekanan psikis

bagi caregiver yang bisa membuat caregiver merasa letih dan lelah secara psikis

dalam merawat. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Ya sama lah seperti pasien nya ya letih, ya gimana gitu kan ya, ya namanya juga

kek mana ya namanya juga suami kan biasanya dulu yang cari nafkah ini kan

otomatis udah ibu yang cari, kalau pas ibu sehat ya alhamdulilah tapi kalau pas

tiba-tiba sakit seperti ini ya gimana juga mau cari nafkah kan, itu lah disitu lah

keluhan kami ini isteri-isteri yang kena HD ini lah” (P8)

Beban psikologis selanjutnya yang dirasakan berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan ada beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka sampai

merasa stres dengan harus selalu mendampingi dan merawat pasien yang

menjalani hemodialisis. Stres dialami oleh partisipan karena selalu terfikir oleh

mereka tentang keadaan dari pasien dan bagaimana untuk kedepannya. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Sampe sempat stres juga aku, pernah juga dulu mau kutinggalkan bapak ini

sendiri di rumah, enggak tau anak-anak ini biarlah, sudahlah, jahat juga aku ini

dalam pikiranku” (P2)

“Iya pernah juga sich, sampe ngerasa pening, stres juga, sampe ibu tensinya 180

pernah juga” (P8)

“Kadang stres itu ya kasian gitu, kadang kasihan gitu lihat lihat kondisi pasiennya,

karena kita capek juga kan lihat kondisi dia yang kek gitu, kadang kek gitu lah

yang bikin kepikiran gitu jadinya” (P12).

Page 117: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

102

Selain tekanan dan beban psikologis diatas, ada partisipan yang mengungkapkan

bahwa merawat pasien dengan hemodialisis juga merupakan hal yang berat karena penuh

dengan aturan dan mesti dipatuhi sehingga membuat caregiver merasa berat. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Ooohhhh,,, capek sekali anakku, berat sekali, beraaatttttttt sekali, karena harus

harus eee,,, harus semua harus telaten kan anakku, semua harus eee,,, diikuti apa

saran dokter, semua harus dipatuhi, sementara bapak kita kan udah enggak bisa

apa-apa” (P6)

Sub tema 2: tekanan atau beban ekonomi

Sub tema ini menggambarkan pengalaman atau kondisi ekonomi dari

partisipan sebagai caregiver terutama ketika ada anggota keluarga sakit yang

harus menjalani hemodialisis. Beban ekonomi yang dirasakan oleh partisipan

semenjak merawat pasien yaitu ekonomi keluarga menjadi berkurang. Hasil

penelitian menunjukkan ada beberapa partisipan mengungkapkan bahwa dengan

adanya anggota keluarga yang sakit terutama dengan harus menjalani hemodialisis

berdampak pada kondisi ekonomi keluarga. Dengan kondisi beberapa pasien yang

memerlukan dampingan dan perhatian tentunya membuat partisipan harus

merelakan kehilangan pekerjaan sehingga pendapatan menjadi berkurang. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau kemaren-kemaren masa-masanya, jadi ekonomi lah, ekonomi sempat,

memang ini karena belum apa ya karena harus kebutuhan keluarga, biasa karena

kalau dulu kan suami istri biasa kerja, sekarang enggak kerja, jadi dari segi materi

kan memang dikatakan kurang, eeee,,,, kalau sekarang ini ya ekonomi kurang,

cuma dicukupkan, itu yang jadi ini beban” (P1)

“Enggak ada pak cuman keuangan aja yang jadi beban pak karena saya sudah

enggak kerja lagi” (P7)

“Kalau, kalau untuk ibu sich ibu pribadi ibu sendiri kalau kami ini intinya kami ini

biaya nya lah kalau ke rumah sakit apanya gitu kan untuk vitamin bapak apa

semua gitu lah yang ibu ini kan ibu keluhkan untuk masalah biaya itu yang jadi

beban pikiran gitu, soalnya kayak ibu bapak enggak kerja, ibu sendiri yang kerja,

Page 118: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

103

memang sich ada yang bantu adek bapak tapi yang namanya bantuan orang ya

seberapa gitu kan kalau kita enggak bisa cari sendiri” (P8)

“Ya otomatis ya dalam faktor ekonomi lah yang menjadi kesulitan dan beban itu

yang nomor satu kan, otomatis itu” (P9)

“Kalau kesulitan paling ini lah bang apa eee,,, ongkos gitu lah istilahnya, itu lah

yang jadi beban utama cuman, ongkosnya kesana kemari seminggu dua kali”

(P12)

Sub tema 3: tekanan atau beban fisik

Sub tema ini menggambarkan pengalaman atau kondisi kesehatan fisik dari

partisipan sebagai caregiver terutama ketika harus mendampingi dan merawat

anggota keluarga sakit yang menjalani hemodialisis. Proses perawatan yang

dilakukan oleh caregiver juga membawa dampak tersendiri untuk kesehatan

caregiver. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan mengungkapkan bahwa

selama merawat dan mendampingi pasien yang menjalani hemodialisis

menyebabkan mereka bahkan sampai mengalami gangguan kondisi kesehatan

bahkan sampai jatuh sakit. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya, yang pertama tadi, pola makan tadi, terus yang tadi seperti tadi lah pak yang

saya sampe asam urat, enggak bisa ini itu” (P1)

“Saya itu kena infeksi saluran pencernaan dan itu dikatakan dokter karena stres”

(P5)

Selain kondisi diatas, dampak dari proses perawatan bagi caregiver sendiri

yaitu capek fisik. Hasil penelitian menunjukkan banyak partisipan

mengungkapkan bahwa selama merawat dan mendampingi pasien yang menjalani

hemodialisis merasakan capek di badan atau fisik. Capek dirasakan oleh partisipan

sebagai akibat dari proses merawat dan juga menghadapi pasien terutama ketika

berada di rumah. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

Page 119: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

104

“Kalau untuk mengeluh dibilang kadang capek memang betul-betul capek lah kan

ngantar berobat, ngadepin di rumah gitu kan, jadi kalau dibilang capek, capek”

(P3)

“Semenjak ini lah saya sering sakit karena mungkin capek dan bolak-balik ke

rumah sakit, di rumah pun kayak gini, mungkin capek juga gitu bang, tapi ya biasa

lah, demam-demam biasa gitu” (P4)

“Iya, eee,,, karena perawatan yang sebener-benernya itu kan di rumah, lebih

capek di rumah sebenernya” (P5)

“Ooohhhh,,, capek sekali anakku, berat sekali, beraaatttttttt sekali, karena harus

harus eee,,, harus semua harus telaten kan anakku, semua harus eee,,, diikuti apa

saran dokter, semua harus dipatuhi, sementara bapak kita kan udah enggak bisa

apa-apa” (P6)

“Karena capeknya luar biasa, dua kali seminggu itu bukan pekerjaan yang, itu

pekerjaan berat itu, capek di badan terutama, capek sekali, belum lagi ketika

ngurusi dirumah” (P10).

Sub tema 4: tekanan atau beban sosial

Sub tema ini menggambarkan pengalaman dari partisipan selama merawat

pasien yang menjalani hemodialisis. Perawatan yang diberikan oleh partisipan

membuat waktu partisipan sepenuhnya untuk merawat pasien sehingga waktu

untuk kegiatan lain dari partisipan menjadi berkurang. Hasil penelitian

menunjukkan hampir semua partisipan merasakan atau mengalami waktu mereka

hanya dipakai untuk mendampingi dan merawat pasien saat di rumah karena

kondisi pasien yang mengkhawatirkan jika harus ditinggalkan, sehingga membuat

caregiver tidak bisa untuk ikut kegiatan sosial lainnya. Berikut ungkapan dari

beberapa partisipan:

“Enggak bisa kemana-mana misalnya ada pertemuan, ada hal penting yang

dikerjakan itu masih dipertimbangkan karena kita kan lebih, lebih ke dia dulu gitu,

harus ke dia dulu, harus fokus ke bapak kan karena dia lagi sakit” (P3)

“Ya iya lah bang, pasti terbebani lah ya bang, namanya masih muda, mau jalan-

jalan gitu, tapi karena memang di rumah itu enggak ada orang, jadi enggak bisa

kemana-mana karena saya anak perempuan sendiri ya pasti kadang-kadang tu

sempet merasa kayak gitu tapi ya udah lah ya mau kek mana lagi namanya juga

orangtua ya ikhlas aja lah bang” (P4)

Page 120: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

105

“Kadang katakan katakanlah kita kumpul dengan keluarga, bisa komunikasi sering

sama keluarga, dengan dia sakit begini kan kita enggak bisa tinggalkan dia lagi

nak tetep kita ada di dia, ada ada acara pun di rumah keluarga kita kan, kita pun

kadang-kadang enggak bisa kita bawa kan karena kondisi dia begini apalagi

kondisi sekarang COVID, kita takut bawa-bawa dia kemana-mana kan” (P6)

“Eee,,, kadang-kadang sih iya, kan ada juga gitu namanya kita eee,,, berkeluarga

gitu ada juga seperti pesta keluarga atau acara eee,,, dari gereja atau apa gitu

tapi karena kondisi bapak ini rasaku kurang fit gitu saya saya enggak pergi dan itu

kan terganggu juga, jadi waktu saya hanya bener-bener untuk ngurus bapak aja”

(P10)

“Ooo,,, iya pasti mas karena prioritas saya ya suami sekarang gitu apapun itu

bahkan kadang kalau seandainya ada kegiatan apa tapi kalau lihat suami saya

keadaannya tidak memungkinkan untuk ditinggal maka saya akan batalkan itu

gitu. Saya lebih memilih untuk mendampingi suami gitu mas” (P11).

Tema ketiga yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Tabel Tema 3: Dampak yang Dirasakan Oleh Caregiver Dalam Merawat Pasien

Sub Tema Tema

Tekanan atau beban psikologis

Dampak yang dirasakan oleh caregiver

dalam merawat pasien

Tekanan atau beban ekonomi

Tekanan atau beban fisik

Tekanan atau beban sosial

Tema 4: faktor penghambat dalam proses perawatan

Tema keempat yang didapatkan dari hasil analisis adalah faktor penghambat

dalam proses perawatan. Tema ini menjelaskan tentang pengalaman partisipan

terutama kondisi yang mereka rasakan dan anggap hal tersebut sebagai suatu

hambatan dalam merawat pasien yang menjalani terapi hemodialisis terutama saat

di rumah. Tema ini didapatkan dari dua sub tema yang muncul, yaitu: 1) perilaku

pasien yang cenderung emosi dan sulit diberitahu, dan 2) respon emosional

caregiver yang meningkat. Sub tema tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 121: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

106

Sub tema 1: perilaku pasien yang cenderung emosi dan sulit diberitahu

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan dalam merawat pasien

hemodialisis khususnya hal-hal yang membuat sulit atau menjadi penghambat

bagi caregiver untuk bisa memberikan perawatan yang baik kepada pasien.

Perilaku dari pasien yang membuat caregiver merasa sulit untuk memberikan

perawatan terutama saat di rumah. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa

partisipan mengungkapkan bahwa selama merawat pasien terutama ketika di

rumah bisa sampai muncul pertengkaran kecil. Hal ini membuat caregiver sulit

untuk mengingatkan pasien agar mematuhi dan mengikuti perawatan yang

dilakukan oleh caregiver. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau saya sebetulnya saya ini kan kalau keputusan ada sama istri kalau sampe

ini bisa saja timbul seperti berantem kecil, kalau itu ya udah lah saya enggak mau

makan, kalau gitu saya mau ngomong apa lagi” (P1)

“Kalau kita dengarkan dia kadang-kadang berantem juga nya kita” (P2)

“Kami berdua di rumah ya kadang berantem-berantem kecil lah, biasa lah itu ya

kan bang, namanya kaum perempuan juga, itu kan enggak boleh di makan ma

jangan dimakan, masak semua-semua enggak boleh dimakan terus mama mau

makan apa, kayak gitu lah bang” (P4)

Selain muncul pertengkaran, hasil penelitian menunjukkan banyak

partisipan mengungkapkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis ini

cenderung emosinya menjadi tidak stabil, sering marah-marah. Kemarahan pasien

ini semakin membuat caregiver merasa sulit dan menjadi faktor penghambat

dalam memberikan perawatan. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kadang ego nya gitu karena sakit yang membuat kami pun sulit gitu, gimana dia

bisa tenang, egonya dibawa, sering marah-marah keluhannya gitu” (P3)

“Habis itu barulah saya ngomong, jangan kayak gitu lah ma, tapi tetep aja yang

namanya bandel kan bang, jadi enggak boleh makan apa-apa ini, masak apa-apa

enggak boleh makan, ya udah lah kalau gitu gak usah sama sekali, terserah.

Merajuk gitu bang” (P4)

Page 122: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

107

“Kadang dia enggak sadar diri dia marah, dia bentak gitu, itu yang paling sulit

sebenarnya, tapi ya cara kita pahami juga dia sakit jadi kita enggak lama-lama

sakit hati” (P5)

“Ya gitu juga kalau dia udah merasa dia bosen HD, dia capek, dia sakit di cucuk-

cucuk itu dia marah, dan kalau kita bilang ayok lah HD, ahhh,,, enggak lah, orang

aku yang di cucuk, atau gimana ya, aku yang di cucuk aku yang merasa katanya,

coba klen sekali sekali merasa katanya, begitu kalau dia udah marah” (P8)

“Kalo soal marah, emosi penderita gagal ginjal ini memang emosian sih. Iya

gampang marah dia, cuman kalo kita kan bisa juga eee,,, istilahnya saya enggak

mau membuat cemana bapak ini marah gitu, saya berusaha selalu untuk dia

tenang gitu” (P10).

Selain itu, faktor lainnya dari hasil penelitian yang muncul yaitu pasien

cenderung bandel tidak mematuhi aturan. Ada partisipan yang mengungkapkan

bahwa sebenarnya pasien sudah diberitahu oleh anggota keluarga dan juga tenaga

kesehatan dari rumah sakit namun terkadang ketika di rumah sulit untuk

diberitahu sehingga sering melanggar aturan. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Ya iya kan terkadang kan harus,, kadang ada kecewanya juga sich, kadang ada

suka sukanya juga, kadang bandel juga udah dibilang jangan makan ini kan

kadang-kadang curi curi nya makanan itu” (P9)

Faktor penghambat lainnya yang muncul dari hasil penelitian yaitu sulit

untuk membuat pasien mengerti dan menerima kondisinya. Hasil penelitian

menunjukkan ada partisipan yang mengungkapkan bahwa pasien yang menjalani

hemodialisis ini terkadang sulit untuk menerima dirinya sendiri dengan kondisi

harus menjalani hemodialisis sehingga hal ini menyulitkan caregiver dalam

merawat pasien. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Kalau di awal-awal itu pasti paling sukar itu adalah membuat pasien ini mengerti

dengan kondisinya sekarang, ya menerima dia adalah orang dengan cuci darah”

(P5)

Page 123: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

108

Sub tema 2: respon emosional caregiver yang meningkat

Sub tema ini menggambarkan bahwa hambatan dalam proses perawatan

untuk pasien dengan hemodialisis ternyata tidak hanya selalu dari pasiennya

namun juga muncul dari caregiver nya. Kondisi ini terjadi akibat dari caregiver

yang tidak mampu untuk mengontrol emosi sehingga ikut terbawa emosi dan

selain itu juga dari kemampuan caregiver dalam memberikan perawatan. Hasil

penelitian menunjukkan ada beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka

juga pernah marah saat mendampingi dan merawat pasien terutama di rumah.

Emosi yang tinggi mengakibatkan caregiver sulit untuk mengingatkan pasien agar

mematuhi dan mengikuti perawatan yang dilakukan oleh caregiver. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Jadi kadang-kadang saya ya marah juga gitu, mama ini dibilangin enggak bisa,

ntar kalau sakit kan payah gini gini, kita kan jauh, abang-abang itu enggak ada

kalau mama malem misal sakit kek mana siapa yang ngebantu lagi, saya kan kayak

gitu kan bang” (P4)

“Ya kalau bapaknya udah kelewatan juga ibu marah juga. Kalau dia udah terlalu

banyak ngeluh ini ini ini, ibu marahin juga tapi sambil marahnya bukan enggak

ada alasan ya sambil ibu kasih pengertian gitu kan namanya juga memang dia

yang di itu untuk HD jadi dia yang harus sabar gitu aja ibu ngomonginnya” (P8)

“Karena kan bingung juga kan eee,,, kek mana ya, kan capek gitu kan ngurusin-

ngurusin apa kerjaan gitu kek kek capek karena ngurusin kerjaan terus di rumah

capek ngurusin rumah, ngurusin dia terus tiba-tiba emosi, ya kan terpancing juga

emosi gitu” (P12)

Selain emosi caregiver karena pasien yang sulit dikasih tahu, respon

emosional dari caregiver juga dapat muncul karena ketidakmampuan dalam

mengerjakan sesuatu dalam merawat pasien. Hasil penelitian menunjukkan ada

partisipan mengungkapkan bahwa dirinya merasa kesulitan dalam melakukan

perawatan kepada pasien terutama pasien yang benar-benar membutuhkan

Page 124: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

109

perawatan total pada caregiver sehingga dapat memicu emosi caregiver. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya kadang-kadang kalau saking lelahnya itu nak ada juga rasa emosi kita karena

enggak enggak bisa kita kerjakan atau enggak bisa kita angkat, kadang-kadang

kan maaf cakap ya nak, seperti bapak kita ini kan kadang kadang udah BAB disitu,

pipis disitu, enggak bisa angkat bergerak sedikit pun, kadang-kadang emosi juga

kan anakku” (P6).

Tema keempat yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel berikut:

Tabel 4.6

Tabel Tema 4: Faktor Penghambat Dalam Proses Perawatan

Sub Tema Tema

Perilaku pasien yang cenderung emosi dan sulit

diberitahu Faktor penghambat dalam proses

perawatan Respon emosional caregiver yang meningkat

Tema 5: upaya mengatasi hambatan dalam merawat

Tema kelima yang didapatkan dari hasil analisis adalah upaya mengatasi

hambatan. Tema ini menjelaskan tentang pengalaman partisipan dalam bentuk

upaya mereka dalam mengatasi hambatan yang dirasakan atau dialami selama

merawat pasien terutama saat di rumah. Tema ini didapatkan dari lima sub tema

yang muncul, yaitu: 1) upaya membuat pasien mengerti untuk mematuhi aturan,

2) sikap mengalah dari caregiver, 3) diam, 4) sabar dalam menghadapi pasien, dan

5) disiplin terhadap aturan. Sub tema tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sub tema 1: upaya membuat pasien mengerti untuk mematuhi aturan

Sub tema ini menggambarkan upaya yang dilakukan oleh caregiver agar

pasien dapat mengerti dan mematuhi aturan selama pasien menjalani hemodialisis.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa

beberapa upaya yang dilakukan yaitu dengan memberitahu secara lembut,

memberi pengertian, menenangkan pasien, bahkan sampai pada menegur dan

Page 125: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

110

mengingatkan pasien agar pasien dapat mematuhi aturan. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Kalau dari merawat ibu khususnya untuk pantangan ya kadang kita kasih tau lah

dengan cara lembut, kadang juga kita timbul emosi juga pak” (P1)

“Kadang-kadang sich mereka kalau kayak bapak juga kan selalu ibu kasih

pengertian kalau memang, kalau memang orang HD ini kan memang dikendalikan

kreatinin, makanya selalu emosi” (P8)

“Eee,,, saya dengan tenang menenangkan dan seperti yang saya bilang tadi saya

selalu berusaha untuk jangan marahi dia, jadi dia jarang sih marah, karena eee,,,

kalo yang enggak suka dia itu enggak saya lakukan gitu” (P10)

“Ya terkadang ya ngomong juga sich kalau kamu mau terus sehat ya dengerkanlah

nasehat kita jangan suka ini, suka itu terus ngerti juga lah gimana aku, aku kan

sakit juga begini begini gitu ya, kadang ya gitu ngomong agak agak ketus nya ada

juga, namanya manusia kan pasti ada juga kadang marahnya juga” (P9)

“Iya, daripada memberi nasehat seperti itu jadi sekarang sering mengingatkan

saja bapak mau sehat tergantung sama bapak kalo bapak mau sehat silahkanlah

enggak usah emosi, tapi kalo bapak mau mati silahkan bapak emosi, itu aja kami

bilang” (P15)

Sub tema 2: sikap mengalah dari caregiver

Sub tema ini menggambarkan seorang caregiver yang harus mengalah

selama merawat pasien khususnya saat mendapat kesulitan atau hambatan

terutama dari pasiennya. Dengan sikap mengalah yang dimiliki dan ditunjukkan

oleh partisipan dapat membantu untuk mengatasi hambatan atau kesulitan yang

ada khususnya dari pasien. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa mengalah terkadang harus dilakukan demi kebaikan

pasien sendiri. Dengan mengalah maka tidak akan terjadi hambatan atau kesulitan

yang memanjang terutama dari pasien sendiri. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Jadi ya kita harus sadar, harus mengalah, karena kalau pasien HD itu kan

emosinya tinggi, kadang sama anak-anak gitu juga, ya kita bujuk lagi lah. Karena

ya memang itu solusinya kalau di bawa emosi terus nanti tak mau dia makan

makan” (P1)

Page 126: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

111

“Bukan, bukan nurut juga, dia kan juga bandel-bandel nya, namanya juga sakit

tapi kami perawatnya inilah kadang-kadang yang mengalah gitu” (P2)

“Yang jelas kalo kami itu pas misalnya dia lagi rewel gitu ya kita harus ada

didekatnya, apa yang dia mau ya kita turuti, terus kita juga harus mengalah lah

untuk kebaikannya juga, biar anaknya juga semakin tambah senang dan semangat

gitu kalo kita nuruti dia” (P7)

Sub tema 3: diam

Sub tema ini menggambarkan seorang caregiver yang lebih memilih untuk

diam dan tidak menanggapi ketika pasien marah agar tidak semakin

berkepanjangan dan tidak semakin menyulitkan proses perawatan. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Jadi ya gitu bang, kalo misalnya ibu saya itu lagi marah atau ngomel-ngomel

paling ya saya diemin aja gitu” (P4)

“Ooo,, kalau saya ya diam. Saya diam aja. Kalau dia lagi marah-marah gitu saya

diam dan nanti dia reda sendiri, dia sadar, dia minta maaf, ya udah gitu” (P5)

“Iya paling kalau kami diam aja lah diam, dengarkan, biarkan aja dia meluapkan

emosinya gitu aja. Nanti kalau sudah diluapkan semua emosinya sudah tenang lagi

dia” (P12)

“Kalo masih, kalo aku lagi eee,,, dalam keadaan apa ya enggak enggak enggak

sibuk kali juga ya di bujuk-bujuk gitu lah tapi kadang awak juga kan emosi juga

kudiamkan aja, akhirnya dia nanti ini juga sadar sendiri” (P13)

Sub tema 4: sabar dalam menghadapi pasien

Sub tema lainnya yang muncul yaitu sabar dalam menghadapi pasien. Hasil

penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan harus benar-benar

sabar untuk menghadapi pasien terutama ketika kondisi pasien sedang dalam

emosi yang tidak stabil, selain itu juga harus sabar dan telaten dalam memberikan

perawatan kepada pasien dengan bagaimanapun kondisi dari pasien. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Eee,,, ya kalau menghadapi seperti itu ya kita harus sabar ya kan” (P3)

Page 127: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

112

Waktu kita eee,,, memasrahkan hidup kita bahwa ini jalan hidup yang ditentukan

oleh Tuhan sama kita, maka dari itu ya kita harus sabar, saya lihat bahwa eee,,,

ada saja cara Tuhan itu untuk mencukupi dan sekarang ketika suami saya sudah

boleh aktif lagi” (P5)

“Iya harus harus sabar kali nak, karena kalau enggak sabar kurasa cepat

meninggal itu” (P6)

Sub tema 5: disiplin terhadap aturan

Sub tema ini menggambarkan bahwa mematuhi aturan yang ada bukan

hanya untuk pasien namun bagi caregiver juga harus tahu dan penting agar tidak

terjadi kesulitan atau hambatan dalam merawat jika terjadi penurunan kesehatan

pasien. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan yang mengungkapkan bahwa

dengan disiplin untuk cuci darah dan mematuhi segala aturan yang ada untuk

pasien menjadi kunci agar tidak muncul kesulitan atau hambatan khususnya

penurunan kesehatan pasien. Berikut ungkapan dari partisipan:

“Jadi intinya kita jalani yang sekarang ini, bersyukur setiap hari, disiplin cuci

darah dan itu yang kami lakukan gitu” (P5)

“Jadi ya kita harus bener-bener disiplin juga gitu dalam merawat biar tidak ada

hal-hal yang menyulitkan kita nantinya, karena kan kalo pasiennya disiplin paling

enggak cuci darahnya gitu kan insyaallah kondisinya kan sehat terus” (P11)

Tema kelima yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel berikut:

Tabel 4.7

Tabel Tema 5: Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Merawat

Sub Tema Tema

Upaya membuat pasien mengerti untuk

mematuhi aturan

Upaya mengatasi hambatan dalam

merawat

Sikap mengalah dari caregiver

Diam

Sabar dalam menghadapi pasien

Mematuhi aturan

Page 128: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

113

Tema 6: dukungan sosial

Tema keenam yang didapatkan dari hasil analisis adalah dukungan sosial.

Tema ini menjelaskan tentang dukungan yang didapatkan oleh partisipan sebagai

caregiver selama merawat pasien yang menjalani hemodialisis. dukungan sangat

diperlukan oleh caregiver agar dapat membantu mereka dalam merawat pasien

dengan lebih baik. Berbagai macam bentuk dan sumber dukungan diungkapkan

oleh para partisipan. Tema ini didapatkan dari dua sub tema yang muncul, yaitu:

1) dukungan dari orang lain, dan 2) dukungan dari anggota keluarga. Sub tema

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Sub tema 1: dukungan dari orang lain

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan yang mendapatkan

banyak dukungan terutama dukungan yang berasal dari orang lain seperti

tetangga, teman, atau rekan kerja selama merawat pasien yang menjalani

hemodialisis. Dengan dukungan dari orang lain yang juga turut memberi perhatian

tentunya akan menambah semangat dan membantu caregiver dalam merawat

pasien. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa partisipan mengungkapkan

bahwa selama merawat pasien di rumah ternyata tetangga di sekitar rumah juga

peduli dengan kondisi yang sedang dialami oleh keluarga pasien atau caregiver.

Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Tetangga-tetangga tadi lah yang banyak nolong, eee,,, banyak nolong, kalau

hubungan ya itu tadi lah kalau dulu kan orang kalau bisa kan selalu kadang istri

yang bantu orang itu kan misalnya dari segi masak karena istri punya kelebihan

bisa masak memasak, nah sekarang ini kadang orang itu yang bantu ibu” (P1)

“Ooo,, iya banyak kali lah bang, apa lagi kan tetangga-tetangga di sini itu

alhamdulilah lah peduli gitu, enggak apa-apa lo kasih ini, enggak apa-apa kan

biar sehat, karena ibu saya di sini kan paling tua di gang saya ini kan bang jadi

mereka panggil mama saya itu uwak” (P4)

Page 129: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

114

Selain pertolongan tetangga, semangat juga terus mengalir dari orang lain

untuk caregiver. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa selama merawat pasien di rumah banyak mendapat

dukungan semangat baik dari teman maupun rekan kerja. Hal ini tentunya juga

membuat caregiver menjadi bertambah semangat dalam merawat pasien. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Iya, ada, ada pak. Pasti yang pertama semangat tadi lah. Kalau orang ini yang

enggak paham dan belum pernah dengar cuci darah ini kan yang masih awam

pikirannya,,, waduhhhh,,,, pikirannya kan cuci darah gitu. Tapi kalau yang udah

ngerti pasti dia kasih semangat, seperti itu tadi lah” (P1)

“Oooo,,, penuh dukungan, dari keluarga, dari rekan kerja, dari dari relasi-relasi,

banyak dukungan nak, banyak dukungan dari keluarga, dari relasi-relasi, rekan-

rekan kerja kasih dukungan, kasih semangat sama ibu semua anakku” (P6)

“Kalau ada yang sakit ya datang melihat, gitu lah pak sosialisasi nya, masih bisa

membahagiakan lah pak, memberi semangat itu aja nya orang itu kadang-kadang

pak, respon orang itu memberi semangat, memberi semangat” (P7)

“Ya seperti kalau untuk beras apa gitu kan tetep kayaknya sekali-sekali ada juga

yang nganterin, sama mereka sering kasih semangat buat ibu biar tetep selalu

untuk ngejaga bapak” (P8)

“Selain itu juga dukungan semangat dari rekan-rekan kerjanya” (P11)

Selain semangat, dukungan doa juga datang dari orang lain. Hasil penelitian

menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa selama merawat pasien

di rumah selain mendapat dukungan semangat, partisipan juga mendapat

dukungan berupa doa baik dari teman maupun rekan kerja. Hal ini tentunya juga

membuat caregiver menjadi semakin tenang dalam merawat pasien. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Dari teman-teman satu gereja pun banyak gitu kan, sabar ya kak, rajin berdoa ya

kak, kasih semangat sama bapak ini gitu terus aku pun kalau ketemu sama kawan

gitu, bawa bapak dalam doa ya biar aku pun sanggup menghadapi bapak kayak

gitu, kasih aku kekuatan gitu juga aku sama kawan-kawan kita” (P2)

Page 130: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

115

“Tetapi dukungan itu paling besar dari eee,,, rekan-rekan, teman-teman kami

Pendeta dan juga jemaat-jemaat gitu karena banyak yang mendoakan dan teman-

teman yang dekat dengan kita” (P5)

“Kalo dari temen-temen gereja kalo ada kebetulan juga ada temen gereja kerja di

AM ini kalo ada masalah bapak ini sering juga dia membantu gitu dan sering juga

anggota gereja datang bikin doa ke rumah untuk kesehatan bapak ini gitu, berkali-

kali orang itu datang gitu” (P10)

Selain semangat dan doa dari orang lain, tak kalah pentingnya yaitu

dukungan dana. Hasil penelitian menunjukkan ada partisipan yang

mengungkapkan bahwa selama merawat pasien di rumah selain mendapat

dukungan semangat dan doa, partisipan juga mendapat dukungan berupa dana.

Dukungan ini dapat bermanfaat dan membantu caregiver dalam merawat pasien.

Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Ada yang kasih support dana” (P5).

Sub tema 2: dukungan dari anggota keluarga

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan yang mendapatkan

banyak dukungan terutama dukungan yang berasal dari anggota keluarga sendiri

baik anggota keluarga pasien maupun anggota keluarga dari caregiver. Perhatian

dan dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga sendiri tentunya dapat

menambah semangat dan kekuatan bagi caregiver dalam merawat pasien. Hasil

penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa selama

merawat pasien di rumah banyak anggota keluarga sendiri memberi perhatian dan

dukungan berupa semangat kepada caregiver agar caregiver tetap kuat dan

semangat untuk merawat pasien. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Anak-anak gitu, tetap semangat ya mak, mamak juga atur lah kesehatannya”

(P2)

“Eeee,, iya. Abang nya, adek-adek bapak kasih semangat buat dia lah” (P3)

Page 131: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

116

“Ya sama bang, karena orang itu enggak ada yang matahin semangat lah gitu dan

sampe sekarang pun kami semua enggak ada yang matahin semangat” (P4)

“Keluarga juga sudah selalu kasih pujian, penyemangat gitu baik untuk dia, untuk

saya, jadi makin apa lah, makin yakin bahwa sudah lah ini jalan yang terbaik jadi

kita pun happy jalani nya gitu” (P5)

“Eee,,, ada sih dari keluarga, eee,,, dari anak-anak gitu, dan kebetulan memang

keluarga dari bapak ini dan keluarga saya sangat sangat peduli gitu terhadap dia

karena bapak ini sudah sakit dan keluarga selalu mendukung gitu, kek ngasih

semangat” (P10)

Selain semangat yang diberikan oleh para anggota keluarga, hasil penelitian

juga menunjukkan ada partisipan yang mengungkapkan bahwa selama merawat

pasien di rumah anggota keluarga sering melakukan doa bersama dengan intensi

untuk mendoakan pasien dan juga keluarga pasien. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Cara kami ya berdoa sama-sama, berdoa bersama-sama keluarga gitu” (P3)

“Lebih support pastinya, karena kan awal-awal nya mau HD juga semua kumpul

gitu kasih doa, kasih semangat dan sampe sekarang ya tiap malem doa. Pokoknya

selalu diperhatikan lah gitu” (P14)

Selain semangat dan doa, anggota keluarga yang lain juga peduli dengan

ikut membantu memberikan dukungan dalam bentuk materi atau dana. Hasil

penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka juga

mendapat bantuan dana dari keluarga besar. Dana yang didapatkan digunakan

untuk membantu memenuhi kebutuhan selama merawat pasien di rumah. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Ya hanya materi aja pak dukungannya dari abang saya” (P7)

“Iya ada, dari adek ibu, adek bapak, kakak kakak bapak ada juga bantu lah untuk

biaya” (P8)

“Ya adalah terutama dari keluarga ya dan orangtua saya, dari keluarga suami

pun ya adalah lah artinya ya mungkin kalau dari awal-awal dulu pasti kan

Page 132: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

117

keadaan ekonomi pasti drop lah ya kan, mendukung kok semua mereka artinya

kami minta pinjam lah begini begini,, semua membantu kok gitu” (P9)

“Ooo,,, semua keluarga, dukungannya ya memberikan eee,,, kata-kata nasehat

untuk sabar, semangat, kemudian yang paling kuat lagi ya doa senantiasa

didoakan, materi juga diberikan kok, ya didukung materi, didukung eee,,, semangat

gitu lah, dukungan doa, setiap saat dikuatkan dalam doa dan semangat, dan juga

memberikan materi pak, terimakasih pak” (P15).

Tema keenam yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel berikut:

Tabel 4.8

Tabel Tema 6: Dukungan Sosial

Sub Tema Tema

Dukungan dari orang lain Dukungan sosial

Dukungan dari anggota keluarga

Tema 7: harapan caregiver dalam merawat pasien

Tema ketujuh yang didapatkan dari hasil analisis adalah harapan caregiver

dalam merawat pasien. Tema ini menjelaskan tentang apa yang menjadi keinginan

atau harapan dari caregiver selama merawat pasien yang menjalani hemodialisis.

Harapan yang dimiliki caregiver tentunya ingin dapat terwujud sehingga dapat

semakin membantu caregiver dalam melakukan perawatan kepada pasien. Tema

ini didapatkan dari dua sub tema yang muncul, yaitu: 1) diberikan kesehatan,

semangat, kesembuhan, dan bantuan dana, dan 2) harapan terhadap sistem

pelayanan kesehatan. Sub tema tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Sub tema 1: diberikan kesehatan, semangat, kesembuhan, dan bantuan dana

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan yang mempunyai

harapan agar selama merawat pasien selalu diberi kesehatan, semangat,

kesembuhan untuk pasien, dan juga berharap ada bantuan dana agar pasien dapat

menjalani terapinya dengan baik dan kondisi pasien selalu sehat tanpa muncul

Page 133: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

118

komplikasi. Dengan kondisi pasien yang sehat dan semangat selalu tentunya tidak

akan membuat caregiver menjadi bingung dan takut dalam merawat pasien.

Hasil penelitian menunjukkan banyak partisipan yang mengungkapkan

bahwa selama merawat pasien di rumah, mereka selalu berharap bahwa semoga

pasien selalu diberi kesehatan, semangat, bahkan kesembuhan, dan juga berharap

bantuan dana sehingga dapat menjalani hari-harinya dengan baik dan diberikan

umur yang panjang walaupun harus tetap rutin menjalani hemodialisis. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Harapan untuk kedepannya gitu ya pak, ya maksud saya itu ya walaupun tetap

HD pengennya istri tetap sehat seperti yang lain-lain gitu” (P1)

“Pokoknya di kasih Tuhan kami kesehatan sama-sama bapak ini, bisa kami

menjalani hidup kami sehari-hari kami gitu” (P2)

“Harapan kami ya semoga bapak sehat selalu, sembuh, terus sabar untuk

menghadapi penyakitnya lah. Terus harapannya dia semakin semangat lagi” (P3)

“Yang selanjutnya harapan saya ya walaupun belum berhenti cuci darah ya kalau

kondisi nya bisa seperti ini, ya seperti sekarang ini, sehat, bisa antar saya

pelayanan ke mana-mana gitu, dan kalau bisa nanti kami menua bersama itu

menjadi harapan saya” (P5)

“Berharap selalu sehat anakku itu aja, paling tidak aku pengennya berkeinginan

mengharapkan paling tidak bapak ini bisa mengikuti cuci carah paling minimal 5

tahun lagi. Itu lah harapan ku nak” (P6)

“Ya semoga tetep tetep semangat, supaya tetep semangat, gimana ya, tetep jalan,

tetep fit lah kondisinya di jaga. Kedepannya ya semoga panjang umur karena kan

biar bagaimana pun kita enggak bisa mengharapkan kesembuhan lagi karena kan

emang pada dasarnya ginjalnya udah gagal berfungsi itu, kalau pun bisa itu kan

sebuah mukzijat gitu” (P14)

“Iya donatur lah pak, itu lah harapan kami. Sampe-sampe kami udah kemana-

mana sampe kadang-kadang kan di ada kegiatan-kegiatan apa gitu kami masukin

tapi ya mungkin belum rezeki ya pak. Itu aja lah pak kami berharap mudah-

mudahan ada donatur” (P7)

Sub tema 2: harapan terhadap sistem pelayanan kesehatan

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan yang mempunyai

harapan lebih terhadap sistem pelayanan kesehatan. Partisipan berharap bahwa

Page 134: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

119

sistem pelayanan kesehatan yang ada bisa lebih untuk memberi perhatian dan

pelayanan yang baik agar pasien dan keluarga dapat merasa tenang dan puas

dengan pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa

partisipan mengungkapkan bahwa harapan untuk pelayanan kesehatan yang

diinginkan dari mereka adalah adanya perhatian yang lebih untuk proses

perawatan terhadap alat yang digunakan, lebih berempati terhadap pasien, dan

mendapatkan pelayanan yang adil. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Dan harapan saya yang selanjutnya lagi adalah bahwa kita di Indonesia ini

punya sistem perawatan medis yang lebih lagi untuk memperhatikan mekanisme

perawatan terutama alat” (P5)

“Empati terhadap pasien-pasien dengan penyakit sehingga ya support sistem itu

bukan hanya dari lingkungan tempat tinggal tetapi waktu dia datang ke rumah

sakit itu sudah seperti keluarga sendiri yang dirasakan suami saya kalau itu dapet,

fill nya itu dapet di rumah sakit, saya pikir penyakit seberat apa pun enggak akan

jadi beban yang mengerikan bagi pasien-pasien” (P5)

“Kalo untuk pasien yang HD gitu lah HD, yang HD lah ya pak, kalo yang gagal

ginjal tadi kan gagal ginjal jadi akhirnya HD, ya itu aja maunya jangan ada saya

eee,,, sistem boking-bokingan tempat untuk HD gitu, itu aja pak. Itu tadi yang saya

kurang enak, kenapa ya kok bisa kita mau ke sana enggak boleh karena katanya

sudah ada yang punya, itu aja, lain dari situ tidak ada pak” (P15)

Tema ketujuh yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel berikut:

Tabel 4.8

Tabel Tema 7: Harapan Caregiver Dalam Merawat Pasien

Sub Tema Tema

Diberikan kesehatan, semangat, kesembuhan, dan bantuan

dana Harapan caregiver

Dalam Merawat

Pasien Harapan terhadap sistem pelayanan kesehatan

Tema 8: makna dalam merawat anggota keluarga yang sakit

Tema kedelapan yang didapatkan dari hasil analisis adalah makna dalam

merawat anggota keluarga yang sakit. Tema ini menjelaskan tentang makna atau

pelajaran seperti apa yang bisa diambil atau didapatkan oleh caregiver selama

Page 135: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

120

merawat pasien yang menjalani hemodialisis. Tema ini didapatkan dari tiga sub

tema yang muncul, yaitu: 1) pandangan hidup yang positif, 2) bakti dan kasih

sayang, serta 4) belajar pola hidup sehat. Sub tema tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

Sub tema 1: pandangan hidup yang positif

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan dalam menghayati

perannya sebagai caregiver yang sehari-hari selalu mendampingi dan merawat

pasien dengan hemodialisis. Proses yang dijalani ini ternyata mempunyai makna

kehidupan tersendiri bagi para partisipan sebagai caregiver dalam hidupnya. Hasil

penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa selama

proses merawat pasien di rumah mereka juga mendapat pelajaran agar lebih bisa

untuk berbuat baik terhadap siapa pun dan sering-sering untuk bersyukur. Berikut

ungkapan dari partisipan tersebut:

“Jadi hikmahnya ya karna kita ini bukan siapa-siapa jadi sama siapa aja kita

harus berbuat baik lah. Jadi kita enggak ada apa apa kok, pokoknya berbuat baik”

(P1)

“Itu lah kalau mau diambil hikmahnya ya kita juga harus bersyukur dan berbuat

baik walaupun kita ini enggak ada apa-apanya gitu” (P1)

“Rasa bersyukur kepada Tuhan, bapak ini pun walau udah parah-parah gitu ya

masih hidup 3 tahun ini kan udah mukzijat juga” (P2)

“Ooo,, hikmah nya itu banyak ya bang, kayaknya saya itu ya bersyukur aja gitu

masih bisa merawat ibu saya gitu terus” (P4)

“Lebih ini sich, lebih ke mensyukuri kesehatan ini, syukuri hidup ini gitu. Karena

onderdil yang dalam tubuh ini mahal dan bahkan gak ada yang dijual gitu, jadi

harus dijaga baik-baik, sebaik mungkin, pola kesehatan, pola makan gitu, lebih ke

situ sich” (P14)

Selain hal diatas, hasil penelitian juga menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa selama proses merawat pasien di rumah, mereka juga

selalu tidak lepas dari doa untuk mendoakan pasien dan keluarga dan juga

Page 136: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

121

menjalani semuanya ini dengan penuh iman dan percaya. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Jadi saya menikmati apa yang sedang kami alami ini sebagai sesuatu yang luar

biasa, bukan luar biasa ngeri nya tapi luar biasa eee,, indahnya, karena kita jalani

juga dengan iman dan percaya gitu” (P5)

“Yang penting kita selalu deket dengan dia aja pak, selalu berdoa itu aja

hikmahnya jangan lepas untuk doa dan untuk dia aja pak. Selama ini kan jauh

mungkin ini lah ujian dan cobaan, karena dia masih sayang dititipkan lah si K

sama kami, cuman gitu pak hikmahnya, udah” (P7)

Hal lainnya yang dapat diambil sebagai pelajaran sebagai bentuk pandangan

hidup yang positif yaitu mendekatkan diri kepada yang diatas dengan selalu

berdoa. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwa

dengan selalu berdoa, Tuhan tidak akan membiarkan umatnya sendirian serta

dapat meringankan segala bentuk ujian dan cobaan. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Yang penting kita selalu deket dengan dia aja pak, selalu berdoa itu aja

hikmahnya jangan lepas untuk doa dan untuk dia aja pak. Selama ini kan jauh

mungkin ini lah ujian dan cobaan, karena dia masih sayang dititipkan lah si K

sama kami, cuman gitu pak hikmahnya, udah” (P7)

“Ya sabar, sabar, terus tambah tambah eee,,, kek mana ya tambah percaya

bahwasanya Tuhan itu enggak enggak biarkan umatnya eee,,, gimana ya, pasti

dikasihnya solusi lah gitu, artinya kita kita lebih lebih mendekatkan diri sama

Tuhan, lebih sabar, lebih bersyukur”(P9)

Selain hal diatas, hasil penelitian juga menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa selama proses merawat pasien di rumah mereka juga

merasa dilatih untuk meningkatkan kesabaran dengan segala kesulitan dan

hambatan yang muncul terutama dari kondisi pasien. Berikut ungkapan dari

partisipan tersebut:

“Eeeee,,, pelajaran nya yang dapat lebih banyak mendapat kesabaran nak,

kesabaran, kalau dulu karena dia baik kan, kadang-kadang kita kan emosi terus

kita misalnya kalau kita enggak bisa, eeee,,, apa yang kita minta enggak bisa

dikabulkan kan kita bisa emosi, jadi sekarang kita harus bersabar, lebih bersabar,

Page 137: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

122

itu dia. Jadi lebih tinggi kesabaran sekarang selama merawat dia itu selama sakit,

harus sabar tinggi-tinggi” (P6)

“Itu lah kalau yang yang kalau ibu ambil pelajaran yang dari selama bapak HD

ini ya harus sabar itu aja yang diminta karena ya satu memang pasien nya seperti

itu memang karena mereka kan dikendalikan sama kreatinin kan, itu lah dituntut

dari kami yang ngurusin ini harus sabar ngadepinnya, itu aja” (P8)

“Ya sabar, sabar, terus tambah tambah eee,,, kek mana ya tambah percaya

bahwasanya Tuhan itu enggak enggak biarkan umatnya eee,,, gimana ya, pasti

dikasihnya solusi lah gitu, artinya kita kita lebih lebih mendekatkan diri sama

Tuhan, lebih sabar, lebih bersyukur” (P9)

“Pelajarannya apa ya, ya banyak lah, pelajarannya harus lebih sabar lagi, harus

eee,,, apa ya lebih enggak kemana-mana pikiran lah sepertinya eee,,, semua yang

dijalani ini suka duka harus ditanggung bersama gitu jangan sukanya aja kita

eee,,, yang kita jalani, duka juga harus kita jalani” (P13)

Sub tema 2: bakti dan kasih sayang

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan dalam menghayati

perannya sebagai caregiver yang sehari-hari selalu mendampingi dan merawat

pasien yang menjalani hemodialisis. Proses yang dijalani ini ternyata juga

semakin membuat caregiver untuk selalu meningkatkan rasa kasih sayang dan

baktinya kepada pasien. Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan

mengungkapkan bahwa selama proses merawat pasien di rumah mereka lebih

mencurahkan rasa perhatian dan kasih sayangnya untuk pasangannya yang harus

menjalani hemodialisis. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Jadi kalau sekarang begini, cuman kami bisa cemana dimana aku, disitu dia,

makan udah bisa bersatu, satu mangkok pun kami udah bisa berdua. Itu aja lah

hikmahnya bagi kami berdua” (P2)

“Yang paling utama bagi saya itu adalah ternyata kita saling saling

memperhatikan, harus saling apa ya, rasa sayang itu semakin kuat, rasa sayang

antar keluarga itu semakin kuat gitu, rasa takut kehilangan itu jelas banget gitu lo,

jadi bagaimana caranya sepenuh hati kita itu mencurahkan eee,,, sekuat tenaga

kita gitu, itu yang saya rasakan” (P11)

Page 138: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

123

Selain bakti dan kasih sayang untuk pasangan, hasil penelitian menunjukkan

partisipan dengan status sebagai anak dari pasien mengungkapkan bahwa dengan

proses mendampingi dan merawat orangtuanya yang harus menjalani hemodialisis

merupakan salah satu baktinya kepada orangtua. Berikut ungkapan dari partisipan

tersebut:

“Oooo,,, hikmahnya,, apa ya, ya berbakti kepada orangtua lah” (P3)

“Ya pokoknya bersyukur aja lah bang, ibu saya itu masih di kasih umur yang

panjang gitu masih bisa sehat gitu walaupun dengan kondisi yang harus menjalani

cuci darah tapi enggak apa-apa lah, yang penting saya sebagai anak senang bisa

dampingi dan rawat ibu saya setiap harinya, hitung-hitung ya berbakti dan balas

budi sebagai anak ya kan bang” (P4)

Sub tema 3: belajar pola hidup sehat

Sub tema ini menggambarkan pengalaman partisipan dimana selama

merawat pasien dengan kondisi yang harus menjalani hemodialisis, mereka juga

ikut belajar untuk mengikuti pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat menjadi

salah satu hal penting atau makna bagi caregiver dalam kehidupannya. Hasil

penelitian menunjukkan ada beberapa partisipan yang mengungkapkan bahwa

dengan pengalaman merawat anggota keluarga yang sakit mereka juga ikut belajar

agar mereka sendiri tetap dalam kondisi yang sehat yaitu dengan cara mengikuti

pola hidup sehat sehari-hari. Berikut ungkapan dari partisipan tersebut:

“Selain itu, ya saya juga tahu untuk misalnya mengatur kesehatan supaya tidak

terjadi seperti itu lagi” (P3)

“Eee,,, kalo hikmah dan pelajaran eee,,, semenjak bapak ini cuci darah saya

sering memberitahukan sama keluarga, temen, dan siapa pun itu untuk berlaku

hidup sehat karena sehat ini mahal, sakit ini sangat sangat capek sekali, itu yang

sering saya sarankan bagi adek-adek saya, keluarga, dan semua temen-temen.

Belajar lah dengan pola hidup sehat, itu yang sering saya terapkan sama anak-

anak juga gitu” (P10)

“Pelajaran yang bisa diambil itu jaga pola makan. Jaga pola makan, jaga

kesehatan, itu sih yang paling pentingnya, olahraga gitu aja yang paling penting

itu” (P12)

Page 139: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

124

“Semuanya memperhatikan pola hidup, pola hidup sehat karena dulu memang

kalo kami eee,,, bisa dikatakan manusia pemakan daging, 30 hari juga makan

daging kami juga enggak bosan padahal itu salah, jadi itu yang saya sampaikan,

ini pelajaran buat kita semua, buat keluarga, mari kita jaga kesehatan kita, diatur

lah pola makannya, pola hidup sehat silahkan lah, bapak ini lah pelajaran sama

kita, cukup hanya bapak ini yang korban jangan ada lagi eee,,, di kemudian hari,

seperti itu pak” (P15).

Tema kedelapan yang telah diuraikan diatas dapat dibuat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.10

Tabel Tema 8: Makna Dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Sub Tema Tema

Pandangan hidup yang positif Makna dalam merawat anggota keluarga

yang Sakit Bakti dan kasih sayang

Pola hidup sehat

Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini peneliti menguraikan dan menjelaskan masing-

masing tema yang didapatkan dalam penelitian ini dengan membandingkan atau

mengkaitkan dengan hasil penelitian atau konsep dari literatur terkait serta opini

dari peneliti sendiri. Tema yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini

sebanyak 8 tema, diantaranya yaitu: 1) ungkapan perasaan emosional caregiver,

2) peran caregiver dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan, 3) dampak

yang dirasakan oleh caregiver dalam merawat pasien, 4) faktor penghambat dalam

proses perawatan, 5) upaya mengatasi hambatan dalam merawat, 6) dukungan

sosial, 7) harapan caregiver dalam merawat pasien, dan 8) makna dalam merawat

anggota keluarga yang sakit. Berikut uraian pembahasan dari masing-masing tema

tersebut:

Page 140: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

125

Tema 1: ungkapan perasaan emosional caregiver

Tema pertama yang berhasil diidentifikasi yaitu ungkapan perasaan

emosional caregiver. Tema ini didapatkan berdasar pada sub tema yang muncul,

dua sub tema yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini yaitu ungkapan awal dari

caregiver saat tahu anggota keluarga harus menjalani hemodialisis dan ungkapan

dari caregiver selama merawat anggota keluarga menjalani hemodialisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ungkapan awal dari caregiver saat

tahu pertama kali anggota keluarganya harus menjalani hemodialisis akibat dari

PGK dinyatakan oleh partisipan dengan mengungkapkan perasaan tidak terima,

drop, trauma, terpukul, sedih, cemas, kaget, syok, takut, dan marah. Sedangkan

ungkapan dari caregiver selama merawat anggota keluarga yang menjalani

hemodialisis akibat dari PGK dinyatakan oleh partisipan dengan mengungkapkan

bahwa mereka lama-kelamaan sudah mulai bisa menjalani proses yang ada serta

menerima keadaan yang ada demi kesehatan pasien. Selain itu ada dua partisipan

yang mengungkapan masih bingung karena belum paham dengan masalah medis

yang menimpa pasien.

Ungkapan yang dinyatakan oleh partisipan tersebut merupakan suatu bentuk

perasaan emosional, dimana emosional lebih mengarah kepada bentuk

karakteristik atau bentuk ekspresif dari emosi. Bentuk dari emosi sendiri bisa

berupa emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif misalkan dalam bentuk:

gembira, bangga, lega, harapan, cinta atau kasih sayang. Sedangkan emosi negatif

misalkan dalam bentuk perasaan marah, cemas, takut, sedih, dan benci (Hartono,

2016).

Page 141: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

126

Hasil penelitian yang berupa ungkapan perasaan emosional dari caregiver

yang merawat anggota keluarga yang menjalani hemodialisis pada tema pertama

dalam penelitian ini sejalan dengan teori atau konsep dari tahapan berduka

menurut Kubler-Ross. Dalam Potter et al (2013), Kubler-Ross menggambarkan

ada lima tahapan dalam berduka yaitu penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar,

depresi, dan penerimaan. Tahapan ini lah yang tentunya juga dirasakan oleh

partisipan sebagai caregiver dalam penelitian ini baik mulai dari ungkapan awal

pertama kali mengetahui sampai dengan perasaan ketika sudah menjalani atau

mendampingi dan merawat pasien.

Bentuk ungkapan dari tahap penyangkalan dari hasil penelitian ini

diungkapkan oleh partisipan dengan ungkapan tidak terima anggota keluarganya

harus menjalani hemodialisis. Bentuk ungkapan dari tahap kemarahan

diungkapkan oleh partisipan dengan ungkapan marah ketika tahu anggota

keluarganya harus hemodialisis. Bentuk ungkapan dari tahap tawar-menawar

dalam hasil penelitian ini berupa respon cemas yang diperlihatkan oleh keluarga.

Bentuk ungkapan dari tahap depresi dalam hasil penelitian ini yaitu ungkapan

sedih yang paling banyak diungkapkan dan dirasakan oleh keluarga. Sedangkan

tahap terakhir yaitu menerima, pada tahap ini hasil penelitian mengungkapkan

bahwa keluarga lambat laun setelah mendampingi keluarga yang harus

hemodialisis mulai bisa menerima dan merasakan hal yang biasa yang memang

harus dijalani.

Ungkapan perasaan emosional dari caregiver dalam penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Welch et al (2014) yang

menyatakan tentang respon personal dari seorang caregiver dalam merawat pasien

Page 142: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

127

dengan PGK yang menjalani hemodialisis. Respon yang muncul pertama kali

yaitu para caregiver juga merasakan takut, frustasi, bahkan sedih hingga depresi

dengan melihat kondisi anggota keluarga mereka yang harus menjalani

hemodialisis. Penelitian yang dilakukan oleh Sari, Allenidekania, & Afiyanti

(2018) juga menyatakan bahwa respon dari keluarga dalam proses perawatan

pasien anak yang menjalani hemodialisis adalah dalam bentuk ungkapan

emosional yang terdiri dari perasaan sedih, takut, dan bahkan sampai marah

namun lama-kelamaan seiring dengan berjalannya waktu para caregiver dapat

menerima kondisi pasien atau anggota keluarga.

Ungkapan perasaan emosional yang muncul dari masing-masing partisipan

dalam penelitian ini merupakan suatu respon akibat dari stimulus yang muncul.

Sebagai bagian dari keluarga tentunya para partisipan ikut merasakan hal yang

juga dirasakan oleh pasien saat itu dan juga untuk saat sekarang. Menjalani

hemodialisis bagi seseorang tentunya merupakan pukulan yang sangat berat dan

tentunya hal ini juga turut dirasakan oleh anggota keluarga yang lain terutama

yang tinggal dalam satu rumah apalagi jika pasien harus menjalani hemodialisis

secara permanen atau selamanya, kondisi ini dapat menjadi salah satu stressor

bagi anggota keluarga. Hal ini juga sejalan dengan konsep sistem adaptasi dalam

Alligood (2014) bahwa salah satu stimulus yang dapat mempengaruhi perilaku

adaptif anggota keluarga yang lain yaitu stimulus fokal, dimana stimulus ini justru

datang dan bersumber dari lingkungan internal sendiri atau yang paling dekat

yaitu anggota keluarga yang sakit.

Anggota keluarga yang berperan sebagai caregiver merasakan hal ini

sebagai bentuk dari adanya sesuatu yang hilang terutama dari bagian keluarga

Page 143: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

128

sehingga mereka sampai bisa mengungkapkan kesedihan, syok, dan trauma

mereka. Pasien yang menjalani hemodialisis tentunya secara kondisi sudah

berbeda dengan kondisi saat mereka masih sehat, hal ini lah yang dimaknai oleh

caregiver adanya suatu yang hilang dari anggota keluarga yang sakit seperti peran

dan tanggung jawab dari pasien dalam keluarga saat masih sehat. Kondisi yang

demikian membuat caregiver harus menjalani kehidupannya dengan

bertambahnya peran mereka dalam keluarga karena peran dari anggota keluarga

yang harus menjalani hemodialisis tentunya sudah berbeda dengan peran saat

mereka masih sehat.

Kondisi yang dirasakan oleh caregiver dengan selalu merawat dan

mendampingi pasien bahkan sampai bertahun-tahun tentunya hal ini membuat

mereka sudah menjadi biasa sehingga mereka dapat mengungkapkan bahwa yang

mereka rasakan untuk sampai dengan saat ini adalah bisa menerima dan menjalani

kondisi apa yang ada. Namun dalam penelitian ini diungkapkan juga bahwa ada

dua partisipan yang masih merasakan bingung, mereka masih bingung karena

mereka belum paham dengan masalah yang dihadapi oleh pasien. Tingkat

pengetahuan seorang caregiver juga dapat menentukan bagaimana proses

perawatan yang akan diberikan kepada pasien.

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang khususnya caregiver tentunya

dapat membantu mereka dalam memberikan perawatan kepada pasien, hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mollaoglu, Kayatas, & Yurugen

(2012) bahwa caregiver seringkali memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

kurang mengenai perawatan pasien sehingga akan berdampak pada perkembangan

Page 144: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

129

penyakit dan masalah yang menjadi kompleks dan mengakibatkan caregiver

menjadi bingung hingga muncul stres dan menjadi beban.

Ungkapan perasaan yang dirasakan oleh masing-masing partisipan dalam

penelitian tentunya merupakan hal yang wajar dan normal namun tentunya hal ini

harus tetap dijalani hingga akhirnya mereka dapat menerima dengan tenang,

karena kondisi yang demikian dapat berpengaruh terhadap proses perawatan yang

harus diberikan oleh keluarga kepada pasien. Jika para caregiver selalu dalam

keadaan sedih, marah, dan kecewa dengan masalah yang menimpa anggota

keluarga maka bagaimana proses perawatan oleh caregiver dapat maksimal

diberikan kepada pasien, maka diperlukan sikap untuk menerima semua ini seperti

yang diungkapkan oleh partisipan dalam penelitian ini.

Tema 2: peran caregiver dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan

Tema kedua yang berhasil diidentifikasi yaitu peran caregiver dalam

menjalankan fungsi perawatan kesehatan. Tema ini didapatkan berdasar pada sub

tema yang muncul. Lima sub tema yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini

yaitu perawatan yang perlu diperhatikan caregiver terhadap anggota keluarga,

pemahaman caregiver tentang masalah PGK dan terapi hemodialisis, pengambilan

keputusan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, dan mencari informasi

tentang perawatan untuk pasien.

Sub tema yang muncul tersebut merupakan suatu bentuk atau peran yang

harus dijalankan oleh seorang caregiver dalam merawat pasien yang menjalani

hemodialisis. Caregiver mempunyai peran sangat penting dan komprehensif

selama merawat pasien, karena pasien sangat tergantung sekali dan membutuhkan

bantuan dan dukungan dari keluarga atau caregiver (Eirini & Georgia 2018). Sub

Page 145: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

130

tema yang muncul dalam tema kedua ini juga sejalan dengan salah satu fungsi dari

keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan (Kaakinen et al., 2018).

Dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan terdapat beberapa aspek

yang perlu diperhatikan oleh caregiver diantaranya yaitu harus mampu untuk

mengenal masalah kesehatan keluarga, mampu membuat keputusan yang tepat

bagi keluarga, mampu dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan, mampu dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, dan mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Kaakinen et al.,

2018).

Sub tema pertama yaitu tentang perawatan yang perlu diperhatikan

caregiver terhadap anggota keluarga yang menjalani hemodialisis. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari partisipan yang berperan sebagai caregiver

mengungkapkan bahwa ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh

seorang caregiver dalam merawat khususnya pasien yang menjalani hemodialisis

dan yang paling banyak ditekankan oleh caregiver adalah tentang pengaturan

asupan cairan dan makanan. Bagi pasien yang menjalani hemodialisis, pengaturan

atau manajemen asupan cairan dan makanan menjadi hal yang penting dan

seorang caregiver harus memahaminya.

Partisipan mengungkapkan bahwa asupan cairan harus dibatasi dan asupan

makanan untuk pasien harus yang mengandung tinggi protein seperti putih telur

dan ikan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan konsep manajemen perawatan

untuk pasien dengan PGK yang menjalani hemodialisis bahwasanya asupan

nutrisi yang penting adalah makanan yang mengandung tinggi protein (Smeltzer

et al., 2010; Syauqy, Susetyowati, & Suhardi, 2012) Sedangkan untuk asupan

Page 146: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

131

cairan yang perlu diatur dan perlu dibatasi agar tidak menimbulkan komplikasi

seperti penumpukan cairan dan sesak napas (Smeltzer et al., 2010), hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Beerendrakumar, Ramamoorthy, &

Haridasan (2018) menunjukkan bahwa adanya ketidakpatuhan terhadap

pembatasan cairan akan menyebabkan kenaikan berat badan intradialitik yang

dapat menimbulkan komplikasi. Caregiver mempunyai peran penting dalam

mengingatkan pasien untuk selalu mematuhi pembatasan akan cairan dan

memperhatikan makanan karena hal ini penting untuk pasien dengan PGK agar

mengurangi angka kesakitan bahkan kematian.

Sub tema kedua yaitu pemahaman yang dimiliki oleh caregiver tentang

masalah PGK dan terapi hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

beberapa partisipan pada awalnya menganggap bahwa jika seseorang harus atau

sudah menjalani hemodialisis maka anggapan mereka bahwa hidup pasien sudah

tidak lama lagi. Pemahaman partisipan ini mereka dapatkan berdasarkan dari

cerita-cerita atau info dari orang-orang lain. Pemahaman yang seperti ini tentunya

tidak sejalan dengan konsep tentang hemodialisis. Dalam Smeltzer et al (2010)

dinyatakan bahwa hemodialisis merupakan salah satu terapi yang dapat membantu

untuk mencegah kematian pada pasien dengan PGK dan dapat membantu

mempertahankan kondisi kesehatan.

Selain itu juga pemahaman caregiver tentang perubahan kondisi pada pasien

sebagai dampak dari menjalani hemodialisis diungkapkan oleh partisipan

diantaranya bahwa badan pasien sering gatal, kulit menghitam, muncul bengkak,

dan bahkan muncul sesak napas. Kondisi demikian yang dialami oleh pasien

sejalan dengan konsep teori menurut Himmelfarb & Ikizler (2019) dan Lewis et al

Page 147: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

132

(2013) yang menyatakan salah satunya pasien akan mengalami pruritus, edema,

dan sesak napas. Pemahaman dan pengetahuan akan hal-hal yang demikian

tentunya menjadi sangat penting bagi caregiver selama merawat pasien.

Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh caregiver tentunya dapat membantu

caregiver dalam memberikan dukungan dan perawatan yang baik dan maksimal,

mampu untuk mengingatkan pasien agar tidak terjadi gejala yang tidak diinginkan

seperti penumpukan cairan yang dapat menyebabkan sesak akibat dari

ketidakpatuhan dalam mengatur asupan cairan. Kondisi yang demikian juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahrari, Moshki, & Bahrami, (2014)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial yang salah

satunya bersumber dari keluarga terhadap peningkatan kepatuhan dalam regimen

terapeutik termasuk kepatuhan dalam pembatasan cairan sehingga dapat semakin

meningkatkan kualitas hidup pasien.

Sub tema yang ketiga yaitu pengambilan keputusan. Caregiver mempunyai

peran penting dalam upaya memutuskan hal yang terbaik untuk pasien. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa beberapa partisipan langsung mengambil

keputusan untuk mengikuti segera terapi hemodialisis ketika pasien dinyatakan

oleh dokter harus menjalani hemodialisis. Namun beberapa partisipan sempat

menunda terlebih dahulu untuk pasien menjalani hemodialisis, dan bahkan

berupaya untuk mencari upaya yang lain seperti pengobatan alternatif dan atau

obat-obatan tradisional. Pengobatan alternatif dan atau tradisional diungkapkan

oleh partisipan karena pasien dan bahkan keluarga tidak mau dan takut jika harus

menjalani hemodialisis.

Page 148: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

133

Kondisi seperti diatas sejalan dengan penelitian oleh Maddalena, O’Shea, &

Barrett (2018) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan

bagian yang penuh dengan emosional. Periode ini penuh dengan ketakutan,

gangguan emosi, konflik, kesulitan ekonomi, dan bahkan kesalahpahaman antara

caregiver dengan pasien dalam hal komunikasi karena banyak pasien merasa takut

untuk menjalani hemodialisis. Maddalena et al (2018) menyatakan bahwa

keputusan tidak hanya berada di tangan pasien namun dapat diambil oleh

caregiver. Kondisi ini juga tergambar dalam hasil penelitian bahwa ada partisipan

yang mengungkapkan bahwa terapi hemodialisis baru diikuti ketika pasien sudah

dalam kondisi yang menurun bahkan sampai tidak sadar diri, akhirnya caregiver

memutuskan untuk mengambil tindakan untuk menjalani terapi hemodialisis bagi

pasien.

Sub tema keempat yaitu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hampir semua dari partisipan mampu

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada ketika kondisi dari anggota

keluarga mengalami penurunan kesehatan. Mereka langsung membawanya ke

rumah sakit terdekat bahkan beberapa partisipan mengungkapkan ada yang

sampai membawa berobat ke rumah sakit di luar negeri. Hal ini sejalan dengan

peran dari caregiver dalam Eirini & Georgia (2018) yang menyatakan bahwa

peran lain yang dapat dilakukan oleh caregiver adalah membantu pasien untuk

segera membawa pasien ke unit dialisis agar mendapatkan segera perawatan

medis yang cepat dan memadai dan terhindar dari komplikasi yang berat.

Penelitian Chiaranai (2016) menyatakan pasien yang menjalani hemodialisis

mengungkapkan bahwa mesin dialisis di fasilitas pelayanan kesehatan seperti

Page 149: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

134

rumah sakit memainkan peran yang unik karena dengan mesin tersebut dapat

menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak dan bahkan membantu

mempertahankan kesehatan sehingga terapi tersebut terlalu penting untuk

diabaikan oleh pasien dan juga oleh keluarga sebagai caregiver.

Sub tema kelima yaitu mencari informasi tentang perawatan untuk pasien

hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan mengungkapkan

ada yang mencari informasi lewat orang lain baik teman, keluarga pasien, atau

pasien sendiri. Selain itu juga beberapa partisipan langsung mencari informasi ke

tenaga kesehatan atau yang ahli dalam bidangnya seperti dokter, perawat, dan ahli

gizi yang ada di unit hemodialisis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Welch et al (2014) yang menyatakan bahwa

kebutuhan akan informasi perawatan langsung mereka dapatkan dari perawat yang

ada di unit dialisis. Selain itu mereka juga mendapatkan informasi dari keluarga,

dan mereka juga melakukan sharing antar keluarga pasien satu sama lain tentang

masalah-masalah yang muncul selama merawat pasien dengan hemodialisis.

Peran caregiver dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan mempunyai

cakupan yang sangat luas khususnya dalam merawat pasien hemodialisis.

Tanggung jawab sepenuhnya berada pada seorang caregiver karena pasien yang

menjalani hemodialisis perlu untuk mendapat perhatian dan dukungan yang

optimal khususnya dari caregiver ataupun keluarga agar kondisi dari pasien tetap

dalam keadaan sehat dan stabil.

Tema 3: dampak yang dirasakan oleh caregiver dalam merawat pasien

Tema ketiga yang berhasil diidentifikasi yaitu dampak yang dirasakan oleh

caregiver dalam merawat pasien. Tema ini diidentifikasi berdasarkan sub tema

Page 150: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

135

yang muncul diantaranya yaitu tekanan atau beban psikologis, tekanan atau beban

ekonomi, tekanan atau beban fisik, dan tekanan atau beban sosial. Beban tersebut

yang dirasakan oleh caregiver sebagai dampak dari selama ini merawat pasien

yang menjalani hemodialisis.

Beban caregiver sendiri merupakan istilah yang menggambarkan kondisi

fisik, finansial, emosional seorang caregiver selama memberikan perawatan

kepada pasien. Beban caregiver pada pasien hemodialisis merupakan kesulitan

yang dialami oleh caregiver yang bersifat permanen, stres, atau berupa

pengalaman negatif akibat dari memberikan perawatan kepada pasien yang

menjalani hemodialisis (Mashayekhi et al., 2015).

Beban pertama dari hasil penelitian ini yaitu beban psikologis. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa beberapa partisipan mengungkapkan beban

psikologis yang dirasakan oleh caregiver diantaranya yaitu muncul rasa down,

drop dan bahkan berat badan menurun, sempat terpikir meninggal duluan,

menangis, merasa berat merawat pasien, dan bahkan sampai mengalami stres

karena harus merawat dan mendampingi anggota keluarga yang harus menjalani

hemodialisis bahkan untuk selamanya. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh

Oyegbile & Brysiewicz (2017) yang menyatakan bahwa partisipan juga

merasakan stres akibat dari tanggung jawab yang harus dijalaninya selama

merawat pasien penyakit ginjal kronik di negara Nigeria sehingga menjadi beban

untuk caregiver.

Beban atau tekanan psikologis muncul dan dialami oleh caregiver karena

mereka selalu terbawa pikiran dengan kondisi pasien yang harus selalu tergantung

dengan terapi hemodialisis. Selain itu, kondisi pasien yang terkadang mengalami

Page 151: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

136

penurunan kesehatan juga semakin membuat caregiver merasa bingung, down,

dan stres karena takut terjadi hal-hal yang buruk pada pasien. Selain tanggung

jawab dalam mengurus pasien dalam waktu yang berkepanjangan, tanggung

jawab dalam mengurus hal yang lain seperti rumah tangga atau urusan pribadi

juga semakin menambah beban dan rasa berat bagi caregiver sehingga bisa

memicu muncul stres.

Beban selanjutnya sebagai dampak yang dialami oleh caregiver yaitu beban

ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak partisipan mengungkapkan

kondisi ekonomi keluarga menjadi berkurang semenjak anggota keluarga sakit.

Masalah ekonomi dalam hal ini adalah keuangan muncul karena pendapatan

penghasilan dari caregiver berkurang bahkan tidak mempunyai penghasilan sama

sekali karena sudah tidak bekerja dan hanya fokus untuk merawat anggota

keluarga. Selain itu partisipan juga mengeluh dalam biaya tambahan untuk

perawatan kesehatan dan biaya transportasi. Beban ekonomi yang dialami oleh

partisipan dalam penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Oyegbile & Brysiewicz (2017) yang menyatakan bahwa partisipan

mengalami perubahan ekonomi hingga tidak mempunyai uang dan

menggambarkannya dalam kondisi yang miskin karena harus membayar biaya

perawatan medis yang besar dan tanpa henti.

Hasil penelitian Maddalena et al (2018) juga menyatakan bahwa beban

keuangan yang dialami dan dirasakan oleh caregiver dalam memenuhi kebutuhan

untuk pasien dialisis terdiri mulai dari akomodasi perjalanan jarak jauh, keperluan

obat-obatan, kebutuhan perawatan di rumah, bahkan kondisi keuangan caregiver

mengalami penurunan karena mereka kehilangan pekerjaan. Kehilangan pekerjaan

Page 152: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

137

yang dialami oleh caregiver juga dirasakan oleh beberapa partisipan dalam

penelitian ini khususnya mereka yang berperan sebagai kepala rumah tangga.

Mereka rela meninggalkan pekerjaan hanya untuk fokus mendampingi pasien

karena mereka khawatir dengan kondisi pasien terutama saat di rumah. Dengan

meninggalkan pekerjaan tentunya akan mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga.

Selain itu juga pasien yang semula berperan sebagai kepala rumah tangga hingga

akhirnya sakit dan sudah tidak bekerja lagi juga ikut mempengaruhi kondisi

ekonomi keluarga yang memicu munculnya beban dalam ekonomi keluarga.

Dampak selanjutnya yang dirasakan yaitu beban fisik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa partisipan banyak mengungkapkan rasa capek secara fisik

dan bahkan ada partisipan yang mengungkapkan sampai dengan sakit yaitu

terkena asam urat dan infeksi saluran pencernaan. Beban fisik yang dialami

partisipan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sotoudeh,

Pahlavanzadeh, & Alavi (2019) yang menyatakan bahwa dampak dari tanggung

jawabnya dalam merawat pasien hemodialisis dapat menimbulkan atau muncul

masalah pada kesehatan fisik seperti nyeri kronik dan masalah pencernaan. Rasa

capek bahkan kondisi sakit yang dialami oleh caregiver diungkapkan oleh

partisipan dalam penelitian ini akibat dari beratnya merawat pasien terutama saat

di rumah ditambah dengan peran tanggung jawab lainnya dari partisipan. Selain

itu stres yang dirasakan oleh caregiver dalam beban psikologis tadi juga dapat

memicu munculnya penyakit yang dialami oleh caregiver.

Beban selanjutnya yang dirasakan oleh caregiver dalam penelitian ini yang

diungkapkan oleh partisipan adalah mereka merasa kehilangan waktu dan waktu

mereka tersita hanya untuk fokus merawat dan mendampingi pasien, sehingga

Page 153: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

138

kegiatan-kegiatan atau pekerjaan lain yang seharusnya diikuti dan dikerjakan oleh

caregiver tidak bisa diikuti dan tidak bisa dikerjakannya. Hasil penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian oleh Tretteteig, Vatne, & Rokstad (2017) yang

menyatakan bahwa caregiver dalam menjalankan perannya untuk merawat pasien

yang mengalami dementia dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya

berupa keterbatasan waktu untuk bersosialisasi karena harus fokus dan selalu

mendampingi pasien.

Beban yang dirasakan atau muncul pada partisipan dalam penelitian ini

merupakan dampak dari proses perawatan yang dilakukan dalam waktu yang

berkepanjangan serta proses adaptasi yang kurang baik dari caregiver sendiri

sehingga mereka merasakan berat dalam mengurus atau merawat pasien. Dampak

yang dirasakan bisa berupa keluhan kondisi kesehatan fisik, kondisi psikologis

caregiver, kondisi ekonomi keluarga, dan kehidupan sosial yang dijadikan beban

perawatan oleh caregiver. Beban yang terlalu lama dirasakan dapat menyebabkan

ketegangan untuk caregiver seperti rasa tertekan karena harus memikul tanggung

jawab yang besar hanya untuk mengurus anggota keluarga yang sakit sedangkan

keperluan diri mereka sendiri belum tentu dapat diurus dan dipenuhi sehingga

dapat mempengaruhi kualitas hidup dari caregiver sendiri dan berpengaruh

terahadap proses perawatan yang diberikan. Hal ini juga sesuai dengan Kusaba et

al (2016) yang menyatakan bahwa beban caregiver dalam merawat pasien

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kualitas hidup caregiver.

Tema 4: faktor penghambat dalam proses perawatan

Tema keempat yang didapatkan pada penelitian ini yaitu faktor penghambat

dalam proses perawatan. Tema ini didapatkan berdasar pada sub tema yang

Page 154: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

139

muncul. Dua sub tema yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini yaitu perilaku

pasien cenderung emosi dan sulit diberitahu dan sub tema kedua yaitu respon

emosional caregiver yang meningkat. Faktor penghambat dalam perawatan yang

dimaksud disini adalah adanya kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan dialami

oleh caregiver sehingga pemberian proses perawatan menjadi terhambat.

Sub tema pertama yaitu perilaku pasien yang cenderung emosi dan sulit

diberitahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dari partisipan yang

mengungkapkan bahwa dalam proses perawatan terutama ketika di rumah, pasien

sering marah-marah, kadang langsung marah-marah sendiri, emosi pasien menjadi

tidak stabil, dan ada pasien yang bandel terutama ketika partisipan mencoba untuk

mengingatkan dalam hal perawatan untuk pembatasan cairan dan menjaga

makanan sehingga hal ini menjadi kesulitan atau hambatan tersendiri untuk

caregiver dalam merawat. Bahkan ada beberapa partisipan yang sampai dengan

bertengkar karena pasien tidak mau mengikuti aturan.

Lewis et al (2013) menyatakan bahwa salah satu perubahan yang terjadi

pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah perubahan psikologis dengan

gejalanya yaitu adanya perubahan kepribadian dan perilaku, emosi yang menjadi

tidak stabil, penarikan diri, dan depresi. Melihat dari apa yang diungkapkan oleh

partisipan maka hambatan yang dialami oleh partisipan merupakan perubahan dari

kondisi psikologis pasien dengan tanda adanya labilitas emosi yang dikeluarkan

dalam bentuk ekspresi sering marah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh M Mollaoglu (2016) yang menyatakan bahwa pasien yang

menjalani hemodialisis dapat mengalami perubahan psikologis yang berdampak

pada meningkatnya emosi dari pasien sendiri.

Page 155: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

140

Selain dari pasien, sub tema kedua menujukkan bahwa faktor penghambat

ternyata juga dapat muncul dari caregiver sendiri yaitu respon emosional

caregiver yang meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa

partisipan mengungkapkan bahwa mereka juga dapat marah ketika dari pasien

sendiri tidak dapat diingatkan atau diatur. Ada partisipan yang mengungkapkan

bahwa mereka marah karena faktor dari kelelahan yang dialami oleh caregiver

selama merawat pasien. Selain karena faktor kelelahan yang dapat memicu emosi

caregiver tentunya kelelahan juga dapat menjadi penghambat bagi caregiver

untuk membantu memenuhi dan mengerjakan kebutuhan sehari-hari pasien

khususnya mereka yang membutuhkan bantuan total.

Kesulitan atau hambatan yang muncul dari caregiver ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eslami et al (2018) yang menyatakan bahwa

kelelahan yang dialami oleh caregiver dapat mempengaruhi kondisi psikologis

dari caregiver. Kondisi psikologis yang terus tertekan dan pengaruh dari kondisi

pasien dapat memicu meningkatnya emosi dari caregiver sendiri dan bahkan

dapat mempengaruhi stamina dari caregiver akibat dari kelelahan yang dialami.

Hambatan yang muncul baik dari pasien maupun dari caregiver sendiri

sering merupakan akibat dari perubahan psikologis. Kondisi ini tentunya

mempengaruhi status emosi terutama pasien dan caregiver yang ditandai dengan

ekspresi marah. Selain itu, perubahan psikologis juga dapat mempengaruhi

penerimaan seseorang terhadap kondisi yang dijalani dan berakibat pada

hubungan antar sesama baik di dalam keluarga maupun dengan lingkungan

sekitar, sehingga kondisi yang demikian dapat mempengaruhi dinamika proses

perawatan yang dilakukan oleh caregiver untuk pasien.

Page 156: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

141

Tema 5: upaya mengatasi hambatan dalam merawat

Tema kelima yang didapatkan pada penelitian ini yaitu upaya mengatasi

hambatan dalam merawat pasien. Tema ini didapatkan berdasar pada sub tema

yang muncul. Sub tema yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini yaitu upaya

membuat pasien mengerti untuk mematuhi aturan, sikap mengalah dari caregiver,

diam, sabar dalam menghadapi pasien, dan disiplin terhadap aturan. Upaya yang

dimaksud disini adalah upaya yang dilakukan oleh caregiver ketika mengalami

hambatan atau kesulitan terutama yang bersumber dari pasien seperti yang

diungkapkan pada hasil dan pembahasan tema sebelumnya. Hambatan yang

ternyata sering muncul adalah lebih pada peningkatan respon emosi dari pasien

selama proses perawatan ketika di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa partisipan mengungkapkan

apabila muncul hambatan berupa reaksi pasien yang cenderung sering marah

maka yang dilakukan oleh partisipan adalah mencoba untuk menenangkan pasien,

memberi nasehat, memberi pengertian, dan bahkan apabila memang kondisi

pasien sudah benar-benar marah maka partisipan mengungkapkan lebih baik

mengalah, diam, dan sabar. Hal ini dilakukan oleh partisipan sebagai bentuk

respon yang muncul dari mereka agar tidak terjadi berkepanjangan. Respon dari

partisipan tersebut merupakan bentuk dari mekanisme koping yang dilakukan oleh

caregiver.

Koping sendiri didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan baik secara

kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, meredakan, atau mentoleransi tuntutan

atau stimulus yang muncul baik dari lingkungan internal maupun eksternal akibat

dari suatu peristiwa (Folkman & Lazarus, 1980 dalam Sarafino & Smith, 2011).

Page 157: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

142

Koping sendiri terbagi dalam dua jenis yaitu emotion-focused coping yaitu

bertujuan untuk mengontrol respon emosional yang muncul dan problem-focused

coping yaitu bertujuan untuk mengurangi tuntutan atau mengembangkan sumber

daya dalam menghadapi tuntutan.

Upaya untuk membuat pasien mengerti untuk mematuhi aturan dan sikap

mengalah yang diperlihatkan oleh caregiver dalam penelitian ini merupakan salah

satu bentuk dari emotion-focused coping. Mengontrol emosi atau menghindari

agar tidak semakin emosi salah satunya dengan bentuk perilaku mengalah, diam,

dan bersabar merupakan salah satu bentuk dari emotional coping. Sedangkan

upaya untuk membuat pasien mengerti yang ditunjukkan oleh caregiver juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nagarathnam, Sivakumar, &

Latheef (2018) yang menyatakan bahwa caregiver memiliki kepedulian yang

tinggi dalam merawat pasien hemodialisis, mereka mengalami kekhawatiran

terhadap kondisi pasien sehingga mereka sering melakukan upaya dengan cara

mengingatkan dan memberitahu pasien agar mengikuti aturan yang ada agar tidak

terjadi penurunan kesehatan.

Selain upaya secara emosional, para partisipan juga mengungkapkan bahwa

salah satu upaya atau bentuk koping yang bisa dilakukan adalah dengan mematuhi

aturan. Dengan mematuhi segala aturan dalam menjalankan terapi hemodialisis

tentunya pasien akan terhindar dari komplikasi atau efek negatif yang dapat

muncul dan tidak akan menyulitkan caregiver. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eslami et al (2018) yang menyatakan bahwa salah

satu bentuk dari problem-focused coping yang dilakukan oleh caregiver adalah

dengan mengikuti aturan yang ada seperti aturan diet untuk pasien hemodialisis

Page 158: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

143

dan juga mencari informasi tentang perawatan untuk pasien agar tidak mengalami

kesulitan atau hambatan.

Mekanisme koping yang dilakukan oleh caregiver diatas tentunya juga

sejalan dengan dengan model adaptasi Roy dalam Alligood (2014) yang

menyatakan bahwa dengan memiliki koping yang baik dalam menghadapi

stimulus yang muncul maka akan didapatkan respon atau perilaku yang adaptif.

Perilaku adaptif sangat diperlukan karena dapat memberikan dampak yang positif

bagi caregiver. Dengan perilaku yang adaptif tentunya akan memberikan rasa

kelegaan bukan suatu beban bagi caregiver, selain itu juga dapat memberikan efek

yang positif bagi kesehatan fisik dan mental caregiver selama merawat pasien

yang menjalani hemodialisis.

Tema 6: dukungan sosial

Tema keenam yang didapatkan pada penelitian ini yaitu upaya dukungan

sosial. Tema ini didapatkan berdasar pada sub tema yang muncul. Dua sub tema

yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini yaitu merupakan sumber dari dukungan

sosial yang didapatkan oleh caregiver yaitu dukungan dari orang lain dan

dukungan dari anggota keluarga sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dukungan yang diterima oleh caregiver baik dari orang lain maupun dari keluarga

sendiri diantaranya berupa dukungan dalam bentuk pertolongan, dorongan

semangat, dukungan doa, dan dukungan finansial.

Dukungan sosial sendiri merupakan suatu bentuk kenyamanan baik secara

fisik maupun emosional yang diterima oleh seseorang yang diberikan oleh orang

lain baik anggota keluarga, teman, teman kerja, maupun orang lain dari

lingkungan sekitar (Kaakinen et al., 2018). Dukungan sosial sendiri terdiri dari

Page 159: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

144

beberapa jenis yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informasional, dan dukungan bentuk penghargaan (Kaakinen et al., 2018).

Dukungan emosional merupakan dukungan dalam bentuk pemberian kasih

sayang, perhatian, kepedulian, dan empati. Dukungan instrumental merupakan

dukungan dalam bentuk bantuan keuangan atau barang. Dukungan informasional

merupakan dukungan dalam bentuk pemberian informasi dan saran. Dukungan

penghargaan dalam bentuk memberikan dorongan, umpan balik, dan menyetujui

gagasaan atau keputusan dalam perawatan (Kaakinen et al., 2018).

Jenis-jenis dukungan diatas ternyata juga sejalan dan dapat dilihat dengan

dukungan yang diterima oleh caregiver dalam penelitian ini baik yang datang dari

orang lain maupun keluarga sendiri. Dukungan yang banyak diterima oleh

caregiver diantaranya berupa dukungan emosional, dan selanjutnya dukungan

instrumental. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shiba, Kondo,

& Kondo (2016) bahwa dukungan emosional merupakan dukungan yang paling

sering langsung diberikan baik oleh anggota keluarga sendiri maupun dari orang

lain daripada bentuk dukungan yang lainnya.

Dukungan emosional yang muncul banyak berasal anggota keluarga sendiri,

mereka memberikan dorongan semangat dan juga doa kepada caregiver. hal ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rutkowski et al (2018) yang

menyatakan bahwa dukungan emosional yang banyak diterima berasal dari

anggota keluarga sendiri. Sedangkan dukungan instrumental dalam penelitian ini

banyak didapatkan dari anggota keluarga sendiri yaitu dalam bentuk bantuan

finansial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cruz et al (2018)

Page 160: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

145

bahwa selain dukungan emosional keluarga juga banyak memberikan dukungan

finansial untuk membantu proses perawatan dan pengobatan untuk pasien.

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh keluarga terutama bagi caregiver

yang merawat pasien hemodialisis. Semua jenis dukungan sangat diperlukan

karena dengan banyaknya dukungan yang diperlukan tentunya sangat bermanfaat

dan membantu caregiver dalam merawat pasien. Dengan dukungan sosial juga

dapat membantu caregiver dalam mengatasi beban yang dialami sehingga kualitas

hidup dari caregiver sendiri juga akan meningkat.

Tema 7: harapan caregiver dalam merawat pasien

Tema ketujuh yang didapatkan pada penelitian ini yaitu harapan caregiver

dalam merawat pasien. Tema ini didapatkan berdasar pada sub tema yang muncul.

Dua sub tema yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini yaitu diberikan

kesehatan, semangat, kesembuhan, dan bantuan dana, sub tema kedua yaitu

harapan terhadap sistem pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa banyak partisipan yang mengungkapkan bahwa harapan utama dari

caregiver adalah kondisi yang selalu sehat dari pasien sendiri. Dengan kondisi

pasien yang selalu dalam keadaan sehat tentunya akan membuat caregiver

menjadi tenang dan tidak terbebani dengan kondisi pasien.

Selain harapan untuk selalu dalam keadaan sehat, beberapa partisipan juga

mengungkapkan bahwa mereka juga menginginkan adanya kesembuhan walaupun

mereka juga tahu bahwa terapi hemodialisis untuk pasien ini bisa berlangsung

selamanya dan hanya untuk mempertahankan kesehatan. Hal tersebut juga

didukung konsep dari Smeltzer et al (2010) yang menyatakan bahwa terapi

Page 161: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

146

dialisis dapat digunakan untuk mencegah kematian dan mempertahankan

kesehatan pasien.

Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hanson et al (2019); Urquhart-Secord et al (2016) dimana tema yang

berhasil diidentifikasi salah satunya adalah kesehatan yang optimal terutama

untuk pasien. Kesehatan merupakan prioritas utama yang menjadi harapan dari

para caregiver dalam merawat anggota keluarga mereka yang sakit, terutama

kesehatan bagi pasien sendiri. Harapan yang lain dari partisipan yaitu adanya

bantuan dana yang diharapkan. Harapan ini tentunya diinginkan oleh caregiver

agar dapat membantu mengatasi beban khususnya beban secara finansial dalam

memenuhi kebutuhan untuk perawatan kesehatan.

Selain sub tema kesehatan, harapan caregiver yang lain yaitu harapan

terhadap sistem pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit khususnya di unit

hemodialisis. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka berharap bahwa

sistem perawatan dan medis yang ada lebih memperhatikan tentang perawatan alat

yang digunakan. Ungkapan partisipan ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nobahar (2017) yang menyatakan bahwa salah satu yang menjadi

harapan atau ekspektasi dari keluarga pasien adalah proses perawatan dari alat

atau mesin dialisis terutama pada mesin-mesin yang sudah berusia tua sehingga

masih dapat berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan masalah.

Selain alat atau mesin dialisis, hal penting lainnya yang menjadi sorotan dari

partisipan adalah kepedulian dari tenaga kesehatan, mereka berharap bahwa

dengan sikap kepedulian kepada pasien dan caregiver tanpa membeda-bedakan

satu sama lain dapat memunculkan kepuasan tersendiri bagi pasien dan keluarga.

Page 162: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

147

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nobahar (2017) dan

Salehitali et al (2017) yang menyatakan bahwa salah satu harapan dari keluarga

adalah adanya komunikasi dan perilaku yang baik antara tenaga kesehatan dengan

pasien atau keluarga, sehingga dengan perilaku dan komunikasi yang baik, pasien

dan keluarga akan mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan yang diterima.

Harapan kesehatan terutama untuk kesehatan dari pasien merupakan

harapan atau keinginan utama dari para caregiver selama merawat pasien. Dengan

kondisi kesehatan yang selalu dimiliki baik oleh pasien maupun caregiver sendiri

tentunya dapat membawa dampak yang positif bagi mereka, tidak membawa

kesulitan bagi caregiver dalam merawat pasien sehingga caregiver akan merasa

nyaman dan tenang.

Tema 8: makna dalam merawat anggota keluarga yang sakit

Tema kedelapan yang didapatkan pada penelitian ini yaitu makna dalam

merawat anggota keluarga yang sakit. Tema ini didapatkan berdasar pada sub

tema yang muncul. Tiga sub tema yang berhasil diidentifikasi untuk tema ini yaitu

pandangan hidup yang positif, bakti dan kasih sayang, dan belajar pola hidup

sehat. Makna dalam merawat anggota keluarga dalam hal ini yang dimaksudkan

adalah suatu pelajaran yang didapatkan oleh caregiver selama mendampingi dan

merawat pasien.

Hasil penelitian pada sub tema pertama didapatkan yaitu pandangan hidup

yang positif. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa selama mereka merawat

pasien mereka banyak mendapat pelajaran diantaranya yaitu ternyata hidup itu

harus saling berbuat baik, selalu bersyukur dan meningkatkan keimanan, serta

melatih kesabaran. Pelajaran yang caregiver terima ini lebih mengarah kepada

Page 163: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

148

perubahan diri yang lebih baik. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristanti et al (2018) yang menyatakan bahwa caregiver yang

mendampingi dan merawat pasien dengan dementia dan kanker ternyata mereka

juga merasakan perubahan pada diri mereka yaitu perubahan pada pribadi atau

personal mereka yang menjadi lebih baik.

Hasil penelitian pada sub tema kedua didapatkan yaitu bakti dan kasih

sayang. Dua partisipan yang berperan sebagai anak mengungkapkan bahwa proses

merawat yang mereka lakukan merupakan bakti seorang anak kepada orangtua.

Partisipan lainnya yang berperan sebagai pasangan hidup ataupun orangtua

mengungkapkan bahwa ini lah bukti kasih sayang mereka kepada pasien. Hasil

penelitian ini didukung juga berdasarkan konsep keluarga tentang peran dalam

struktur keluarga (Kaakinen et al., 2018), peran mereka sebagai orangtua, peran

sebagai anak, maupun yang lainnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Zhang & Lee (2019) dimana salah satu hasilnya

menyatakan bahwa proses merawat yang diberikan oleh seorang anak sebagai

caregiver kepada ibunya merupakan bentuk cinta dan kasih sayang yang dalam

kepada orangtua mereka yang mengalami stroke.

Sub tema ketiga didapatkan yaitu belajar pola hidup sehat, para partisipan

juga mengungkapkan bahwa selama merawat pasien mereka juga turut belajar

untuk melakukan pola hidup sehat agar kejadian yang menimpa anggota

keluargnya tidak terulang lagi pada anggota yang lain. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kristanti et al (2018) yang menyatakan bahwa

salah satu perubahan yang terjadi dalam diri caregiver selain menjadi pribadi yang

lebih baik yaitu caregiver juga belajar untuk memiliki gaya hidup sehat, mereka

Page 164: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

149

antar anggota keluarga baik pasien maupun yang lainnya juga saling mendukung

dan mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan.

Makna atau pelajaran yang didapat oleh caregiver selama merawat pasien

ternyata tidak hanya tentang proses pendidikan kesehatan yang didapat melalui

tenaga kesehatan di rumah sakit, namun selama proses merawat saat di rumah pun

mereka dapatkan dan rasakan sendiri. Pelajaran yang didapatkan tentunya dapat

membantu dan mempunyai dampak yang positif dalam kehidupan mereka

diantaranya yaitu para caregiver untuk lebih menjadi pribadi yang lebih baik dan

bisa menjadi contoh untuk pasien serta lebih dapat memperhatikan kondisi

kesehatan sesama antar anggota keluarga.

Page 165: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

150

Integrasi Hasil Penelitian

Gambar 4.1 Hubungan Antar Tema Penelitian dan Konsep Teori

Model sistem adaptasi Calista Roy menggambarkan tiga stimulus yang

dapat mempengaruhi proses manusia dalam beradaptasi terhadap suatu hal atau

peristiwa yang dialami khususnya dalam peningkatan status kesehatan. Proses

adaptasi yang dialami oleh manusia tentunya membawa pengalaman tersendiri

bagi mereka serta mempengaruhi makna dari kehidupan mereka. Proses adaptasi

yang dialami oleh seseorang tidak hanya berfokus pada pasien saja namun proses

adaptasi ini juga dapat dialami oleh anggota keluarga pasien terutama orang

terdekat.

Stimulus fokal, kontekstual, dan residual:

Proses perawatan yang dilakukan oleh caregiver kepada anggota keluarga dengan PGK

yang menjalani hemodialisis

Pengalaman hidup caregiver dalam merawat anggota keluarga dengan PGK yang

menjalani hemodialisis

Ungkapan perasaan

emosional caregiver

Peran caregiver dalam

menjalankan fungsi

perawatan kesehatan

Dampak yang

dirasakan oleh

caregiver

Faktor penghambat

dalam proses

perawatan

Upaya mengatasi

hambatan

Makna dalam

merawat pasien Harapan caregiver Dukungan sosial

Page 166: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

151

Pasien yang menjalani hemodialisis dalam waktu yang berkepanjangan

apalagi bersifat permanen tentunya membawa efek perubahan tidak hanya bagi

pasien namun juga bagi anggota keluarga. Hal ini terjadi karena pasien tentunya

membutuhkan bantuan dan dukungan dari anggota keluarga yang lain untuk

merawat mereka. Anggota keluarga yang membantu merawat pasien dalam setiap

harinya tentunya merasakan dan memiliki perasaan atau pengalaman tersendiri

karena hal ini berbeda dengan kondisi saat pasien masih dalam keadaan sehat.

Tingkatan adaptasi dari anggota keluarga dapat mempengaruhi pengalaman yang

dirasakan dan dimiliki oleh mereka.

Pengalaman anggota keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien yang

menjalani hemodialisis dalam penelitian ini didapatkan dalam bentuk tema-tema.

Tema yang telah diidentifikasi sebagai hasil dari penelitian ini diantaranya yaitu:

1) ungkapan perasaan emosional caregiver, 2) peran caregiver dalam

menjalankan fungsi perawatan kesehatan, 3) dampak yang dirasakan oleh

caregiver dalam merawat pasien, 4) faktor penghambat dalam proses perawatan,

5) upaya mengatasi hambatan dalam merawat, 6) dukungan sosial, 7) harapan

caregiver dalam merawat pasien, dan 8) makna dalam merawat anggota keluarga

yang sakit.

Tema-tema yang telah diidentifikasi tersebut mempunyai keterkaitan antar

satu sama lainnya sebagai bentuk dari pengalaman yang dimiliki dan dirasakan

oleh anggota keluarga sebagai caregiver selama merawat pasien. Seorang

caregiver ketika pertama kali mengetahui bahwa ada anggota keluarga yang

ternyata mengalami PGK dan harus menjalani hemodialisis tentunya akan

mengakibatkan perasaan emosional yang bergejolak dalam kehidupannya.

Page 167: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

152

Ungkapan perasaan emosional yang dirasakan oleh caregiver tentunya akan

membawa dampak dalam tugasnya atau perannya untuk memberikan perawatan

yang terbaik untuk pasien dalam kehidupan sehari-hari. Peran sebagai caregiver

tentunya membawa dampak yang cukup besar bagi mereka karena tanggung

jawab sepenuhnya ada pada diri mereka khususnya untuk perkembangan status

kesehatan pasien.

Tanggung jawab yang cukup besar ini dapat membawa dampak berupa

beban tersendiri bagi caregiver. Beban yang dirasakan oleh caregiver sebagai

dampak selama merawat pasien dapat menjadi hambatan bagi caregiver dalam

merawat pasien, ataupun malah sebaliknya hambatan yang muncul dan dirasakan

oleh caregiver selama merawat justru bisa menjadi beban bagi caregiver. Seorang

caregiver dalam merawat pasien tentunya mempunyai harapan terutama harapan

yang baik untuk pasien khususnya untuk status kesehatan pasien.

Harapan yang dimiliki oleh caregiver tentunya merupakan keinginan yang

ingin diwujudkan. Hal ini tentu membutuhkan dukungan, caregiver memerlukan

dukungan baik dukungan dari keluarga yang lain maupun dari orang lain. Dengan

adanya dukungan tersebut tentu akan membawa kemudahan bagi caregiver dalam

merawat pasien dan akan sangat membantu caregiver untuk menurunkan dampak

berupa beban ataupun mengatasi hambatan yang muncul selama proses

perawatan.

Proses perawatan yang dilakukan oleh caregiver untuk pasien hemodialisis

dalam waktu yang berkepanjangan dengan segala harapan yang dimiliki tentunya

akan membawa makna atau pelajaran tersendiri yang mereka bisa ambil selama

merawat pasien. Caregiver tentunya dapat belajar dan mengambil hikmahnya

Page 168: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

153

untuk dijadikan pelajaran dalam kehidupan mereka sendiri. Makna yang

didapatkan oleh caregiver tentunya juga akan mempengaruhi perasaan emosional

dari caregiver dimana para caregiver lama-kelamaan tentunya akan dapat

menerima kondisi yang harus mereka jalani untuk selalu mendampingi dan

merawat pasien dan yang terpenting adalah menjalankan perannya untuk

memberikan perawatan kesehatan kepada pasien.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama penelitian, ada beberapa

keterbatasan yang dapat diidentifikasi, diantaranya yaitu:

Metodologi

Keterbatasan pada penelitian ini berasal dari peneliti karena penelitian ini

merupakan pengalaman pertama bagi peneliti dalam melakukan penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif yang berperan sebagai

instrumen utama. Kemampuan peneliti untuk menggali pengalaman partisipan

secara lebih dalam dan mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban

partisipan belum memadai. Masih banyak data yang mungkin belum dapat

dieksplor lebih dalam lagi karena peneliti sering merasa dan mengalami kesulitan

untuk mencerna dengan cepat pernyataan dari partisipan dan kurang mampu

memodifikasi pertanyaan.

Proses penelitian

Proses penelitian yang dilakukan terutama saat pengumpulan data masih

bersamaan dengan masa pandemi COVID-19 di wilayah tempat penelitian yang

masih masuk zona merah. Dengan kondisi yang demikian maka proses

Page 169: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

154

pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara tidak dilakukan secara

tatap muka karena untuk saling mengantisipasi dan menjaga kesehatan maka

hanya dilakukan melalui telepon. Wawancara yang dilakukan melalui telepon

dengan partisipan masih ada ditemukan suara-suara dari area sekitar partisipan

yang masih dapat terdengar saat direkam sehingga cenderung sedikit

mengganggu, kendala jaringan yang sempat membuat terputus sehingga harus

melakukan telepon ulang kembali. Selain proses wawancara, proses validasi atau

member checking juga dilakukan melalui telepon.

Bias

Bias dalam suatu penelitian kualitatif yang menggunakan metode

pengumpulan data dengan wawancara mendalam dapat terjadi karena pada saat

wawancara masih terdapat pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sifatnya

mengarahkan jawaban partisipan.

Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi pada pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pemberian asuhan keperawatan pada keluarga dan pasien yang menjalani terapi

hemodialisis. Dalam memberikan asuhan keperawatan tentunya perawat harus

benar-benar mengkaji secara mendalam dan komprehensif dengan

mengidentifikasi aspek biopsikososiospiritual, tingkat pemahaman tentang

masalah penyakit dan terapi, dampak, perubahan, dan harapan dari keluarga dan

pasien. Dalam melakukan intervensi, perawat dapat melakukan perannya sebagai

educator tidak hanya kepada pasien namun juga kepada keluarga, selain itu

Page 170: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

155

perawat juga perlu menunjukkan sikap kepedulian, perhatian, bersikap adil, dan

memberikan informasi yang jelas kepada keluarga, menjelaskan proses perawatan

yang tepat dan baik khsususnya kepada keluarga saat merawat di rumah.

Bagi perawat medikal bedah tentunya dapat bekerjasama dengan perawat

komunitas untuk menindaklanjuti proses perawatan di rumah dan kembali

melakukan pengkajian dan intervensi saat jadwal keluarga dan pasien menjalani

hemodialisis dengan melaksanakan perannya sebagai educator.

Implikasi pada pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pendidikan khususnya area keperawatan medikal bedah. Semua peserta didik

dapat mengaplikasikan teknik pengkajian yang tepat dari semua aspek perubahan

yang dialami oleh keluarga pasien. Peserta didik belajar untuk memberikan

intervensi keperawatan yang tepat tidak hanya kepada pasien namun juga kepada

keluarga dari pasien hemodialisis. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat

menjadi dasar dalam pengembangan bahan kajian dalam proses pembelajaran di

area keperawatan medikal bedah.

Impliksi pada penelitian keperawatan

Penelitian ini didapatkan delapan tema yang berkaitan dengan pengalaman

keluara sebagai caregiver dalam merawat pasien hemodialisis. Kedelapan tema

yang didapatkan ini dapat dijadikan landasan atau data dasar untuk penelitian

selanjutnya. Perlu dikembangkan lagi tema-tema yang ada melalui penambahan

variasi dari karakteristik partisipan dan wilayah atau komunitas tempat penelitian

yang berbeda-beda.

Page 171: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

156

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tema yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini ada 8 tema, yaitu: 1)

ungkapan perasaan emosional caregiver, 2) peran caregiver dalam menjalankan

fungsi perawatan kesehatan, 3) dampak yang dirasakan oleh caregiver dalam

merawat pasien, 4) faktor penghambat dalam proses perawatan, 5) upaya

mengatasi hambatan dalam merawat, 6) dukungan sosial, 7) harapan caregiver

dalam merawat pasien, dan 8) makna dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pengalaman keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang menjalani terapi hemodialisis dari berbagai apek

yang memungkinkan perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang

sesuai.

Saran

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pelayanan

keperawatan, bagi pendidikan keperawatan, bagi keluarga pasien, dan bagi

penelitian selanjutnya. Adapun saran dari penelitian ini adalah:

Bagi pelayanan keperawatan

Diharapkan perlunya membangun sikap yang baik, meningkatkan rasa

empati dan kepedulian, bersikap adil, dan menjalin komunikasi yang baik

khususnya dari tenaga kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien agar

membawa kepuasan layanan bagi pasien dan keluarga. Selain itu perlunya

Page 172: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

157

meningkatkan peran perawat sebagai edukator dalam memberikan informasi

khususnya kepada keluarga pasien agar mereka dapat memahami dan

mempersiapkan untuk perawatan selanjutnya ketika di rumah. Hal ini dapat

dilakukan dengan memaksimalkan atau membuat tempat atau unit khusus untuk

kegiatan edukasi atau konseling kepada keluarga pasien saat keluarga pasien

sedang menunggu pasien menjalani hemodialisis. Selain itu juga dapat

memberikan lembar informasi berisi edukasi tentang perawatan untuk pasien

khususnya kepada keluarga pasien terutama yang masih baru.

Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam upaya

mengembangkan bahan materi untuk proses pembelajaran di area keperawatan

medikal bedah khususnya untuk pemberian asuhan keperawatan untuk lebih bisa

mendalami lagi teknik pengkajian dan pemberian intervensi yang perlu

melibatkan keluarga pasien.

Bagi keluarga pasien

Keluarga pasien diharapkan dapat mengikuti saran dan aturan yang perlu

diperhatikan yang disampaikan langsung oleh tenaga kesehatan khususnya tentang

perawatan untuk pasien hemodialisis saat di rumah dan memaksimalkan segala

upaya dan dukungan yang ada agar tidak mengalami kesulitan atau hambatan

selama merawat pasien.

Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian

selanjutnya dan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dengan memperluas

variasi dari karakteristik partisipan dan tempat wilayah atau komunitas yang

Page 173: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

158

berbeda. Selain itu dapat juga mengembangkan penelitian dengan menggunakan

metode penelitian yang lain seperti eksperimen dengan melihat hasil tema yang

didapatkan untuk sebagai variabel penelitian yang diukur.

Page 174: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, A., Asayesh, H., Rahmani, H., Shariati, A., Hosseini, S. ., & Rouhi, G.

(2011). The burden on caregivers from hemodialysis patients and related

factors. J Res Development Nurs Midwifery, 8, 26–33.

Adelman, R. D., Tmanova, L. L., Delgado, D., Dion, S., & Lachs, M. S. (2014).

Caregiver burden: A clinical review. JAMA - Journal of the American

Medical Association, 311(10), 1052–1059.

https://doi.org/10.1001/jama.2014.304

Ahrari, S., Moshki, M., & Bahrami, M. (2014). The relationship between social

support and adherence of dietary and fluids restrictions among hemodialysis

patients in iran. Journal of Caring Sciences, 3(1), 11–19.

https://doi.org/10.5681/jcs.2014.002

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorist and Their Work (8th ed.). St. Louis,

Missouri: Elsevier Mosby.

Alnazly, E. K. (2018). The impact of an educational intervention in caregiving

outcomes in Jordanian caregivers of patients receiving hemodialysis: A

single group pre-and-post test. International Journal of Nursing Sciences,

5(2), 144–150. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2018.03.007

Annisa, F. (2016). Burden of family caregiver. Belitung Nursing Journal, 2(1),

10–18.

Bayoumi, M. M. (2014). Subjective burden on family carers of hemodialysis

patients. Open Journal of Nephrology, 04(02), 79–85.

https://doi.org/10.4236/ojneph.2014.42011

Beerendrakumar, N., Ramamoorthy, L., & Haridasan, S. (2018). Dietary and fluid

regimen adherence in chronic kidney disease patients. Journal of Caring

Sciences, 7(1), 17–20. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15171/jcs.2018.003

Chiaranai, C. (2016). The lived experience of patients receiving hemodialysis

treatment for end-stage renal disease: a qualitative study. Journal of Nursing

Research, 24(2), 101–108. https://doi.org/10.1097/jnr.0000000000000100

Creswell, J. ., & Poth, C. . (2018). Qualitative Inquiry Research Design: Choosing

Among Five Approaches (4th ed.). Thousand Oaks: Sage Publications Ltd.

Cruz, T. H. da, Girardon-Perlini, N. M. O., Beuter, M., Coppetti, L. de C.,

Dalmolin, A., & Piccin, C. (2018). Social support of family caregivers of

chronic renal patients on hemodialysis. Reme Revista Mineira de

Enfermagem, 22(January). https://doi.org/10.5935/1415-2762.20180054

Page 175: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Eirini, G., & Georgia, G. (2018). Caregivers of patients on haemodialysis.

INTECH Open Access, i(tourism), 13.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.5772/57353

El-Melegy, O. A., Al-Zeftawy, A. M., & Khaton, S. E. (2016). Effect of family

centered empowerment model on hemodialysis patients and their caregivers.

Journal of Nursing Education and Practice, 6(11).

https://doi.org/10.5430/jnep.v6n11p119

Eslami, A. A., Rabiei, L., Shirani, M., & Masoudi, R. (2018). Dedication in caring

of hemodialysis patients: Perspectives and experiences of Iranian family

caregivers. Indian Journal of Palliative Care, 24(4), 486–490.

https://doi.org/10.4103/IJPC.IJPC_204_17

Family Caregiver Alliance. (2016). Caregiver Statistics : Demographics.

Retrieved February 10, 2020, from https://www.caregiver.org

Farahani, M. A., Ghane, G., Sydfatemi, N., & Hagani, H. (2016). Effect of

educational program on the burden of family caregivers of hemodialysis

patients. Evidence Based Care Journal, 6(1), 7–18.

Frankl, V. E. (2000). Man ’ s Search for Meaning. Germany: Beacon Press.

Gilbertson, E. L., Krishnasamy, R., Foote, C., Kennard, A. L., Jardine, M. J., &

Gray, N. A. (2019). Burden of care and quality of life among caregivers for

adults receiving maintenance dialysis: a systematic review. American

Journal of Kidney Diseases : The Official Journal of the National Kidney

Foundation, 73(3), 332–343. https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2018.09.006

Hanson, C. S., Gutman, T., Craig, J. C., Bernays, S., Raman, G., Zhang, Y., …

Tong, A. (2019). Identifying important outcomes for young people with

CKD and their caregivers: a nominal group technique study. American

Journal of Kidney Diseases, 74(1), 82–94.

https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2018.12.040

Haririan, H. R., Aghajanlo, A., & Ghafurifard, M. (2013). Evaluation of social

support level among hemodialysis patients in the hospitals of Zanjan.

Medical Sciences Journal of Islamic Azad University, 23(1), Pe74-En14.

Retrieved from http://www.iau-tmuj.ir

Hartono, D. (2016). Psikologi. Kemebterian Kesehatan Republik Indoneisa:

BPPSDM.

Himmelfarb, J., & Ikizler, T. A. (2019). Chronic Kidney Disease, Dialysis, and

Transplantation: A Companion to Brenner and Rector’s The Kidney (4th

ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

Page 176: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Indonesian Renal Registry. (2018). 11 th Report Of Indonesian Renal Registry

2018. Retrieved September 12, 2019, from www.indonesianrenalregistry.org

Jadhav, B., Dhavale, H., Dere, S., & Dadarwala, D. (2014). Psychiatric morbidity,

quality of life and caregiver burden in patients undergoing hemodialysis.

Medical Journal of Dr. D.Y. Patil University, 7(6), 722.

https://doi.org/10.4103/0975-2870.144858

Jafari, H., Ebrahimi, A., Aghaei, A., & Khatony, A. (2018). The relationship

between care burden and quality of life in caregivers of hemodialysis

patients. BMC Nephrology, 19.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1186/s12882-018-1120-1

Jager, K. J., Kovesdy, C., Langham, R., Rosenberg, M., Jha, V., & Zoccali, C.

(2019). A single number for advocacy and communication-worldwide more

than 850 million individuals have kidney diseases. Nephrology Dialysis

Transplantation, 34(11), 1803–1805. https://doi.org/10.1093/ndt/gfz174

Kaakinen, J. R., Coehlo, D. P., Steele, R., & Robinson, M. (2018). Family Health

Care Nursing: Theory, Practice, And Research (6th ed.). Philadelphia: F.A.

Davis Company: Philadelphia: F.A. Davis Company.

KDIGO. (2013). KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and

Management of Chronic Kidney Disease. In Official Journal of the

International Society of Nephrology (Vol. 3).

https://doi.org/10.3182/20140824-6-za-1003.01333

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. Retrieved

September 12, 2019, from www.depkes.go.id/resources/download/info-

terkini/hasil-riskesdas.pdf.

Kim, Y. L., & Kawanishi, H. (2018). The Essentials of Clinical Dialysis. In The

Essentials of Clinical Dialysis. Springer Nature: Singapore: Springer Nature:

Singapore.

Kristanti, M. S., Engels, Y., Effendy, C., Astuti, Utarini, A., & Vernooij-Dassen,

M. (2018). Comparison of the lived experiences of family caregivers of

patients with dementia and of patients with cancer in Indonesia. International

Psychogeriatrics, 30(6), 903–914.

https://doi.org/10.1017/S1041610217001508

Kumar, C. N., Suresha, K. K., Thirthalli, J., Arunachala, U., & Gangadhar, B. N.

(2015). Caregiver burden is associated with disability in schizophrenia:

Results of a study from a rural setting of south India. International Journal of

Social Psychiatry, 61(2), 157–163.

https://doi.org/10.1177/0020764014537637

Page 177: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Kusaba, T., Sato, K., Fukuma, S., Yamada, Y., Matsui, Y., Matsuda, S., …

Fukuhara, S. (2016). Influence of family dynamics on burden among family

caregivers in aging Japan. Family Practice, 33(5), 466–470.

https://doi.org/10.1093/fampra/cmw062

Levy, J., Brown, E., & Lawrence, A. (2016). Oxford Handbook of Dialysis. In

Oxford Handbook of Dialysis.

https://doi.org/10.1093/med/9780199644766.001.0001

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2013). Medical-

Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (Ninth

Ed). Missouri: Mosby: St. Louis, Missouri.

Maddalena, V., O’Shea, F., & Barrett, B. (2018). An exploration of palliative care

needs of people with end-stage renal disease on dialysis: Family caregiver’s

perspectives. Journal of Palliative Care, 33(1), 19–25.

https://doi.org/10.1177/0825859717747340

Manen, M. Van. (2017). Researching Lived Experiences: Human Science for an

Action Sensitive Pedagogy (Max Van Manen).

https://doi.org/10.7202/1073288ar

Mapp, T. (2008). Understanding phenomenology. British Journal of Midwifery,

16(5), 1–190. https://doi.org/10.5840/teachphil199316222

Mashayekhi, F., Pilevarzadeh, M., & Rafati, F. (2015). The assesment of

caregiver burden in caregivers of hemodialysis patients. Mater Sociomed,

27(5)(September), 333–336. https://doi.org/10.5455/msm.2015.27.333-336

Maslakpak, M., Torabi, M., Radfar, M., & Alinejad, V. (2019). The effect of

psycho-educational intervention on the caregiver burden among caregivers of

hemodialysis patients. Journal of Research Development in Nursing &

Midwifery, 16(1), 14–25.

McDonald, J., McKinlay, E., Keeling, S., & Levack, W. (2015). How family

carers engage with technical health procedures in the home: A grounded

theory study. BMJ Open, 5(7). https://doi.org/10.1136/bmjopen-2015-007761

Metzelthin, S. F., Verbakel, E., Veenstra, M. Y., Van Exel, J., Ambergen, A. W.,

& Kempen, G. I. J. M. (2017). Positive and negative outcomes of informal

caregiving at home and in institutionalised long-term care: A cross-sectional

study. BMC Geriatrics, 17(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12877-017-

0620-3

Mollaoǧlu, M., Kayataş, M., & Yürügen, B. (2013). Effects on caregiver burden

of education related to home care in patients undergoing hemodialysis.

Hemodialysis International, 17(3), 413–420.

https://doi.org/10.1111/hdi.12018

Page 178: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Mollaoglu, M. (2016). Illness Perception and Hopelessness in Hemodialysis.

Archives of Clinical Nephrology, 2, 044–048.

https://doi.org/10.17352/acn.000014

Mollaoglu, Mukadder, Kayatas, M., & Yurugen, B. (2012). Effects on caregiver

burden of education related to home care in patients undergoing

hemodialysis. Hemodialysis International, 1–8.

https://doi.org/10.1111/hdi.12018

Nagarathnam, M., Sivakumar, V., & Latheef, S. A. A. (2018). Burden, coping

mechanisms, and quality of life among caregivers of hemodialysis and

peritoneal dialysis undergoing and renal transplant patients. Indian Journal

of Psychiatry, 59(4), 2017–2018.

https://doi.org/10.4103/psychiatry.IndianJPsychiatry

National Academics of Sciences, Engineering, and M. (2016). Families Caring

for an Aging America. Washington, DC: The National Academies Press:

Washington, DC: The National Academies Press.

National Alliance For Caregiving. (2010). Care For The Family Caregiver: A

Place to Start. New York: EmblemHealth.

National Kidney Foundation. (2015a). Hemodialysis Access. Diakses Dari

https://www.kidney.org/atoz/content/hemoaccess. Diunduh Pada 10 Februari

2020

National Kidney Foundation. (2015b). Hemodialysis Catheters: How to Keep

Yours Working Well. Diakses Dari

https://www.kidney.org/atoz/content/hemocatheter. Diunduh Pada 10

Februari 2020

Nobahar, M. (2017). Exploring experiences of the quality of nursing care among

patients, nurses, caregivers and physicians in a haemodialysis department.

Journal of Renal Care, 43(1), 50–59. https://doi.org/10.1111/jorc.12187

Nugroho, F. A., & Sabarini, Y. G. (2019). Tingkatan beban family caregiver pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. The 10th

University Research Colloqium, 944–950.

Oyegbile, Y. O., & Brysiewicz, P. (2017). Exploring caregiver burden

experienced by family caregivers of patients with End-Stage Renal Disease

in Nigeria. International Journal of Africa Nursing Sciences, 7(June 2016),

136–143. https://doi.org/10.1016/j.ijans.2017.11.005

Pender, N. J., Murdaugh, C., & Parsons, M. A. (2015). Health Promotion in

Nursing Practice (7th ed.). United States: Pearson Education: Pearson.

Page 179: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2018). Essential of Nursing Research: Appraising

Evidence for Nursing practice (9th ed., Ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of

Nursing (8th ed). St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.

Rabiei, L., Eslami, A. A., Abbasi, M., Afzali, S. M., Hosseini, S. M., & Masoudi,

R. (2020). Evaluating the effect of family-centered intervention program on

care burden and self-efficacy of hemodialysis patient caregivers based on

Social Cognitive Theory: A randomized clinical trial study. Korean Journal

of Family Medicine, 41(2), 84–90. https://doi.org/10.4082/kjfm.18.0079

Rutkowski, N. A., Lebel, S., Richardson, K., Mutsaers, B., Chasen, M., &

Feldstain, A. (2018). A little help from my friends: Social support in

palliative rehabilitation. Current Oncology, 25(6), 358–365.

https://doi.org/10.3747/co.25.4050

Sajadi, S. A., Ebadi, A., & Moradian, S. T. (2017). Quality of life among family

caregivers of patients on hemodialysis and its relevant factors: A systematic

review. International Journal of Community Based Nursing and Midwifery,

5(3), 206–218.

Salehitali, S., Ahmadi, F., Zarea, K., & Fereidooni-Moghadam, M. (2017). The

role of heath team in coping process of family caregivers with patients under

hemodialysis: a qualitative study. Jundishapur Journal of Chronic Disease

Care, 7(1), 1–7. https://doi.org/10.5812/jjcdc.63304

Sanyaolu, A., Okorie, C., Annan, R., Turkey, H., Akhtar, N., Gray, F., …

Nwaduwa, I. C. (2018). Epidemiology and management of chronic renal

failure: a global public health problem. Biostatistics and Epidemiology

International Journal, 1(1), 11–16. https://doi.org/10.30881/beij.00005

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology Biopsychosocial

Interaction (7th Ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, INC.

Sari, D., Allenidekania, & Afiyanti, Y. (2018). Family experience in treating

children with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy.

Enfermeria Clinica, 28(Supl 1 Part B), 321–324.

Sharma, R. (2013). The family and family structure classification redefined for the

current times. Journal of Family Medicine and Primary Care, 2(4), 306–310.

https://doi.org/10.4103/2249-4863.123774

Shiba, K., Kondo, N., & Kondo, K. (2016). Informal and formal social support

and caregiver burden: The AGES caregiver survey. Journal of Epidemiology,

26(12), 622–628. https://doi.org/10.2188/jea.JE20150263

Page 180: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Siegert, R. J., Jackson, D. M., Tennant, A., & Turner-Stokes, L. (2010). Factor

analysis and rasch analysis of the zarit burden interview for acquired brain

injury carer research. Journal of Rehabilitation Medicine, 42(4), 302–309.

https://doi.org/10.2340/16501977-0511

Smeltzer, S. ., Bare, B. ., Hinkle, J. ., & Cheever, K. . (2010). Brunner &

Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:

Wolter Kluwers.

Sotoudeh, R., Pahlavanzadeh, S., & Alavi, M. (2019). The Effect of a Family-

Based Training Program on the Care Burden of Family Caregivers of

Patients Undergoing Hemodialysis. Iranian Journal of Nursing & Midwifery

Research, 24(2), 144–150. Retrieved from

http://10.0.16.7/ijnmr.IJNMR_93_18

Syauqy, A., . S., & . S. (2012). Asupan protein dan fosfor, rasio fosfor-protein,

dan kadar fosfor darah pada pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis.

Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 9(2), 58. https://doi.org/10.22146/ijcn.15380

Talebi, M., Mokhtari Lakeh, N., Rezasoltami, P., Kazemnejad Leili, E., &

Shamsizadeh, M. (2016). Caregiver burden in caregivers of renal patients

under hemodialysis. J Holistic Nurs Midwifery, 25, 59–68.

Tretteteig, S., Vatne, S., & Rokstad, A. M. M. (2017). The influence of day care

centres designed for people with dementia on family caregivers - A

qualitative study. BMC Geriatrics, 17(1). https://doi.org/10.1186/s12877-

016-0403-2

Urquhart-Secord, R., Craig, J. C., Hemmelgarn, B., Tam-Tham, H., Manns, B.,

Howell, M., … Tong, A. (2016). Patient and caregiver priorities for

outcomes in hemodialysis: an international nominal group technique study.

American Journal of Kidney Diseases, 68(3), 444–454.

https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2016.02.037

USRDS. (2018). Chapture 1: Incidence, Prevalence, Patient Characteristics, and

Treatment Modalities. Retrieved September 12, 2019, from United Stated

Renal Data System website: https://www.usrds.org/adr.aspx

USRDS. (2019). Chapture 1: Incidence, Prevalence, Patient Characteristics, and

Treatment Modalities. Retrieved January 2, 2020, from United Stated Renal

Data System website: https://www.usrds.org/adr.aspx

Welch, J. L., Thomas-Hawkins, C., Bakas, T., McLennon, S. M., Byers, D. M.,

Monetti, C. J., & Decker, B. S. (2014). Needs, concerns, strategies, and

advice of daily home hemodialysis caregivers. Clinical Nursing Research,

23(6), 644–663. https://doi.org/10.1177/1054773813495407

Page 181: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Yang, J., & He, W. (2020). Chronic Kidney Disease: Diagnosis and Treatment. In

Springer Nature: Singapore (Vol. 379). https://doi.org/10.1016/S0140-

6736(11)60178-5

Zhang, J., & Lee, D. T. F. (2019). Meaning in stroke family caregiving in china: a

phenomenological study. Journal of Family Nursing, 25(2), 260–286.

https://doi.org/10.1177/1074840719841359

Page 182: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

RIWAYAT HIDUP

Nama : Vincencius Surani

Tempat/ Tanggal Lahir : Taraman, 20 Juli 1991

Alamat : Taraman, RT/RW 002/001, Kec. Semendawai

Suku III, Kab. OKU Timur, Prov. Sumatera

Selatan

Alamat E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD N 02 Taraman, OKU Timur 2003

SMP SMP N 02 Karang Melati, OKU Timur 2006

SMA SMA Xaverius 1 Belitang, OKU Timur 2009

S1 STIKes Perdhaki Charitas Palembang 2013

Ners STIKes Perdhaki Charitas Palembang 2014

Kegiatan Pendukung Akademik Selama Studi

Peserta pada Acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru

(PKKMB) Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara 27 – 29 Agustus 2018

Peserta pada Seminar Keperawatan Aplikasi Caring Skill di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara 13 September 2018

Peserta pada International Health Environmental and Technology in Caring

Science Conference di Hotel Grandika Medan 27 – 28 September 2018

Peserta pada Seminar “Profesionalisme Keperawatan Dalam Pemberian Layanan

Asuhan” di RS. Santa Elisabeth Medan 14 Desember 2018

Peserta dalam Workshop Penelitian Kualitatif “Analisis Data Penelitian Kualitatif:

Computer-Assisted Qualitative Data Analysis Software (CAQDAS)” di

Fakultas Keperawatan USU Medan 15 Desember 2018

Panitia pada Seminar Keperawatan “Kiat Sukses Menjadi Perawat Profesional” di

Fakultas Keperawatan USU Medan 16 Maret 2019

Peserta pada Seminar HUT 45 Tahun PPNI Kota Medan “Keluarga dan

Masyarakat Sehat Bersama Perawat 17 Maret 2019

Peserta Seminar Keperawatan “Update Deteksi Dini dan Sistem Penatalaksanaan

Perburukan Kondisi Pasien” di Fakultas Keperawatan USU 06 April 2019

Page 183: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Peserta Seminar “Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Kardiovaskuler” Dalam

Rangka Menyambut International Nurse Day 2019 di Murni Teguh

Memorial Hospital 04 Mei 2019

Panitia pada Seminar Keperawatan “Implementing Caring As Evidence Based

Practice” di Fakultas Keperawatan USU Medan 26 September 2019

Peserta Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) di RSUP H. Adam Malik Medan

30 Oktober 2019

Peserta pada kegiatan Seminar “Optimalisasi Pelayanan Keperawatan Era

Revolusi Industri 4.0 oleh DPW PPNI Sumatera Utara 21 Desember 2019.

Page 184: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Page 185: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN (INFORMATION FOR CONSENT)

BAGI PARTISIPAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vincencius Surani

NIM : 187046011

No. Kontak : +62 858 3243 3858

E-mail : [email protected]

Judul penelitian : Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat

Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan: Studi Fenomenologi

Peneliti merupakan Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk

mengeksplorasi bagaimana pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam

merawat pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebijakan

program pelayanan kesehatan khususnya untuk caregiver dan pasien hemodialisis

serta meningkatkan upaya promosi kesehatan. Sebelum melakukan pengumpulan

data, peneliti akan melakukan pendekatan kepada bapak/ ibu agar tercipta

hubungan saling percaya antara kita sebelum melakukan wawancara.

Peneliti akan melakukan pengambilan data dari bapak/ ibu dengan cara

melakukan wawancara berdasarkan panduan wawancara yang telah dibuat sesuai

dengan topik yang diteliti. Wawancara akan dilakukan sekitar 40 – 60 menit.

Wawancara akan dilakukan sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah

disepakati bersama. Wawancara akan direkam dengan menggunakan alat voice

recorder setelah mendapat persetujuan dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai

dengan kesepakatan. Oleh karena itu, diharapkan informasi yang mendalam dari

pengalaman bapak/ ibu. Setelah melakukan pengambilan data, bapak/ ibu sekalian

akan ditanyakan kembali apakah hasil yang peneliti dapatkan dan tulis sudah

sesuai dengan apa yang bapak/ ibu ungkapkan atau rasakan.

Penelitian ini tidak menimbulkan risiko apapun terhadap bapak/ ibu. Jika

bapak/ ibu merasa tidak nyaman selama wawancara, dapat memilih untuk tidak

menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti atau mengundurkan diri dari

partisipasinya. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi dan menghargai bapak/

ibu dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik

dalam pengumpulan data, maupun dalam penyajian laporan penelitian. Nama

bapak/ ibu akan dibuat dalam bentuk kode.

Page 186: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Peneliti sangat menghargai kesediaan bapak/ ibu menjadi partisipan dalam

penelitian ini. Apabila bapak/ ibu telah memahami penjelasan dan setuju sebagai

partisipan dalam penelitian ini, mohon untuk menandatangani lembar persetujuan

menjadi partisipan penelitian. Atas perhatian, kerjasama, dan kesediannya

menjadi partisipan, saya mengucapkan terimakasih banyak.

Medan, ……………………………

Hormat saya,

(Vincencius Surani)

Page 187: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

RSUP H. Adam Malik- FK USU

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

(FORMULIR INFORMED CONSENT)

Peneliti Utama :

Pemberi Informasi :

Penerima Informasi :

Nama Subyek

Tanggal Lahir (umur)

Jenis Kelamin

Alamat

No. Telp (Hp)

:

:

:

:

:

JENIS INFORMASI

ISI INFORMASI

(diisi dengan bahasa yang dimengerti oleh

masyarakat awam)

TANDAI

1 Judul Penelitian

2 Tujuan penelitian

3 Cara & Prosedur

Penelitian

4 Jumlah Subyek

5 Waktu Penelitian

6 Manfaat penelitian

termasuk manfaat

bagi subyek

7 Risiko & efek

samping dalam

penelitian

8 Ketidak nyamanan

subyek penelitian

9 Perlindungan

Subjek Rentan

10 Kompensasi bila

terjadi efek samping

11 Alternatif

Penanganan bila ada

12 Penjagaan

kerahasiaan Data

13 Biaya Yang

ditanggung oleh

subyek

14 Insentif bagi subyek

RM.2.11/IC.SPenelitian/20... NRM : Nama : JenisKelamian : Tgl. Lahir :

Page 188: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

15 Nama & alamt

penelitiserta nomor

telepon yang bisa

dihubungi

Inisial Subyek : …………

(bila diperlukan dapat ditambahkan gambar prosedur dan alur prosedur)

Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman I dan 2 mengenai penelitian yang akan

dilakukan oleh : …………………………………………………………..dengan judul :

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

…………………………..informasi tersebut sudah saya pahami dengan baik.

Dengan menandatangani formulir ini saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam

penelitian di atas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu

waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan

persetujuan ini.

---------------------------------------------- -----------------------------

Nama dan Tanda Tangan Orang Tua/wali Tanggal

----------------------------------------------

Nama dan Tanda Tangan Peneliti

Ket : Tanda Tangan saksi/wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan

kesadaran, mengalami gangguan jiwa dan berusia dibawah 18 tahun.

Inisial subyek ……

Page 189: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

FORMAT PENGUMPULAN DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN

“ Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Haji

Adam Malik Medan: Studi Fenomenologi“

Tanggal Pengisian: ………………………………….

Petunjuk Pengisian:

1. Mohon memberikan jawaban dengan jujur dan sesuai

2. Dalam penelitian ini tidak ada jawaban benar atau salah

3. Usahakan agar tidak ada jawaban yang terlewatkan

4. Setelah semua diisi mohon diserahkan kembali.

Identitas Partisipan:

1. Kode partisipan :

2. Nama inisial partisipan :

3. Jenis kelamin :

4. Umur :

5. Alamat :

6. Suku :

7. Status pernikahan :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :

10. No. kontak :

11. Hubungan dengan pasien :

12. Lama merawat pasien :

13. Umur pasien :

14. Jenis kelamin pasien :

Page 190: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

PANDUAN WAWANCARA MENDALAM

“Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan: Studi Fenomenologi“

Panduan Pertanyaan:

1. Apa perasaan bapak/ ibu saat tahu anggota keluarga didiagnosa harus

menjalani terapi hemodialisis?

2. Bagaimana pengalaman bapak/ ibu dalam merawat anggota keluarga yang

menjalani terapi hemodialisis?

3. Apa kesulitan atau beban yang bapak/ ibu alami selama merawat anggota

keluarga yang menjalani terapi hemodialisis?

4. Apa upaya yang bapak/ ibu lakukan untuk mengatasi kesulitan yang muncul

selama merawat anggota keluarga yang menjalani terapi hemodialisis?

5. Adakah dukungan yang bapak/ ibu dapatkan selama merawat anggota keluarga

yang menjalani terapi hemodialisis?

6. Apa pelajaran atau hikmah yang bapak/ ibu bisa dapatkan selama merawat

anggota keluarga yang menjalani terapi hemodialisis?.

Page 191: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENELITIAN

“Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan: Studi Fenomenologi“

No. Item

A. Tahap Persiapan

1. Persiapan administratif

a. Peneliti mengajukan permohonan surat izin penelitian ke Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

b. Setelah surat permohonan izin penelitian didapatkan, selanjutnya meneruskan surat

izin penelitian ke RSUP H. Adam Malik Medan ke bagian Litbang

c. Selanjutnya setelah mendapat balasan izin penelitian dan surat pengantar dari pihak

RSUP H. Adam Malik Medan, peneliti membawa surat tersebut ke unit

hemodialisis dan meminta izin sekaligus berkoordinasi dengan kepala ruangan unit

hemodialisis

2. Persiapan Partisipan

a. Mengidentifikasi calon partisipan sesuai kriteria yang telah dibuat

b. Memperkenalkan diri, maksud, tujuan, dan proses penelitian kepada calon

partisipan

c. Meminta persetujuan partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian

d. Melakukan pendekatan (prolonged engagement) dan pilot study (1 partisipan)

e. Melakukan kontrak waktu untuk kegiatan wawancara

3. Persiapan Alat

Alat yang diperlukan meliputi lembar panduan wawancara, voice recorder, mobile

phone, dan alat tulis

4. Persiapan Diri

a. Persiapan diri yang dilakukan adalah memahami konsep tentang penyakit ginjal

kronik, hemodialisis, konsep caregiver, dan memahami konsep tentang penelitian

kualitatif, teknik pengumpulan data (wawancara dan probing). Dalam hal ini

bracketing penting untuk dilakukan agar peneliti tidak mengarahkan partisipan

melalui pertanyaan yang diajukan

B. Tahap Pelaksanaan (Proses Melalui Telepon)

1. Fase Orientasi

a. Membuat kontrak waktu lamanya proses wawancara. Apabila partisipan tidak

bersedia maka dibuat jadwal ulang. Apabila bersedia lanjut ke fase kerja

b. Menyiapkan peralatan yang diperlukan (panduan wawancara, voice recorder, dan

alat tulis

2. Fase Kerja

a. Membuka wawancara dengan menyapa dan membina suasana yang nyaman pada

partisipan

b. Melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan terbuka sesuai dengan

panduan wawancara yang telah dibuat

c. Melakukan probing jika diperlukan.

d. Peneliti memperhatikan bracketing.

3. Fase Terminasi

a. Mengakhiri wawancara dengan membuat kontrak pertemuan selanjutnya untuk

validasi atau member checking

b. Melakukan kontrak waktu kembali jika nantinya ada data yang masih belum

didapatkan oleh peneliti

Page 192: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Tahap Pengolahan Data

1. Membuat deskripsi hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip wawancara

2. Menemukan pernyataan partisipan tentang topik pengalamannya serta

menggarisbawahi pernyataan yang signifikan

3. Membuat formulated meaning (rumusan makna) dari setiap pernyataan signifikan

4. Peneliti menggabungkan rumusan makna yang sama atau mirip dari pengalaman

yang dirumuskan ke dalam kelompok sub tema dan kemudian tema

6. Peneliti membuat deskripsi narasi dari tema yang berhasil diidentifikasi.

C. Tahap Terminasi

1. Melakukan validasi/ member checking kepada partisipan. Apabila terdapat

pernyataan tambahan maka proses pengolahan data dilakukan kembali sesuai tahap

pengolahan data hingga tidak ada pernyataan tambahan dari partisipan

2. Peneliti menyatakan pada partisipan bahwa dengan selesai proses validasi maka

proses penelitian selesai

3. Menjelaskan kembali bahwa kerahasiaan data penelitian akan tetap terjaga

4. Mengucapkan terimakasih atas kesediaan, partisipasi, dan kerjasamanya.

Page 193: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF METODE COLAIZZI

(Mengorganisir formulated meanings atau rumusan makna ke dalam sub tema dan tema)

PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN: STUDI FENOMENOLOGI

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1.a Awalnya tidak terima jika anggota keluarga

harus hemodialisis √ √ √

Ungkapan awal dari

caregiver saat tahu anggota

keluarga harus hemodialisis

Ungkapan perasaan

emosional caregiver

Drop mendengar anggota keluarga harus

hemodialisis √

Rasanya trauma mendengar anggota keluarga

harus hemodialisis √

Perasaannya terpukul saat tahu pertama kali

anggota keluarga harus hemodialisis √

Perasaan awalnya yang pasti sedih kok bisa

kena cuci darah √ √ √ √ √ √

Pertama kali tahu anggota keluarga harus

hemodialisis rasanya cemas √ √

Pertama kali mendengar anggota keluarga

harus cuci darah rasanya kaget √ √

Pertama kali mendengar anggota keluarga

harus cuci darah rasanya syok √ √ √

Keluarga semuanya takut tahu ada anggota

keluarga harus hemodialisis √ √

Keluarga juga marah tahu ada anggota

keluarga harus hemodialisis

1.b Untuk sekarang perasaannya biasa saja dan

menjalani saja dalam merawat pasien √ √ √ √ √ √ √ √

Ungkapan dari caregiver

selama merawat anggota

Page 194: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Sekarang agak tenang dan menerima jika

anggota keluarga harus cuci darah √ √ √ √ √ √ √

keluarga menjalani

hemodialisis

Masih bingung karena tidak mengerti dengan

masalah medis √ √

2.a Minum obat dari dokter atau rumah sakit

untuk menjaga kondisi tetap stabil √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Perawatan yang perlu

diperhatikan caregiver

terhadap anggota keluarga

Peran caregiver dalam

menjalankan fungsi

perawatan kesehatan Selalu mendampingi, memperhatikan agar

pasien tetap semangat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Yang diminum harus sama jumlahnya

dengan yang keluar √ √

Air minum harus dibatasi dan diatur √ √ √

Minum dalam sehari 500 – 600 cc ditambah

urine yang keluar √ √ √ √ √

Minum dalam sehari satu botol aqua √ √ √

Buah tidak boleh dimakan oleh pasien

hemodialisis √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Bayam tidak boleh dikonsumsi oleh pasien √ √

Membatasi sayuran terutama yang

mengandung kalium tinggi √ √ √

Jangan makan garam √

Makan yang wajib dikonsumsi untuk pasien

putih telur dan ikan-ikanan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Sayur-sayuran yang tidak mengandung zat

besi √

Masak sayur harus direndam atau rebus baru

dimasak √ √

Page 195: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Cek darah rutin tiap bulan untuk melihat Hb,

kreatinin, dan ureum pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Aktivitas kemana-mana harus dibantu √ √

Aktivitas pasien hemodialisis tidak boleh lagi

kerja yang berat-berat

√ √ √ √ √ √ √ √ √

2.b Cuci darah membuat hidup sangat tipis √ Pemahaman caregiver

tentang masalah penyakit

ginjal kronik dan terapi

hemodialisis

Jika sudah cuci darah tidak tahu sampe kapan

bertahan √

Kalau cuci darah tidak bakal selamat √

Kalau cuci darah tidak lama umurnya √

Cuci darah bisa cepat meninggal √ √ √

Cuci darah dibilang penyakit menakutkan √ √

Kalau cuci darah ini paling dua tiga kali

sudah meninggal √

Orang yang cuci darah hanya bertahan hidup

sebentar √

Orang yang cuci darah seperti tidak ada

harapan √

Belum paham tentang ginjal dan

penanganannya √ √ √ √

Pasien hemodialisis perlu menjaga makan

dan minum agar sehat √ √ √

Gagal ginjal tidak bisa terdeteksi diawal,

tahu-tahu sudah parah √

Ginjal sudah penuh dengan racun √

Ginjalnya tidak berfungsi √ √ √ √ √

Page 196: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Terapi cuci darah untuk membersihkan

racun, garam yang tidak dibutuhkan √ √

Pengobatan gagal ginjal dengan terapi cuci

darah √

Ganti ginjal dibuat alat cuci darah namanya

dialyzer √

Terapi hemodialisis untuk mempertahankan

kondisi kesehatan √ √

Diabetes penyebab penyakit ginjal √ √ √ √

Gejalanya dari batu ginjal √ √ √

Kebanyakan konsumsi obat (jantung dan

asam urat) √ √ √

Penyebab awal selalu minum minuman

bersoda √

Penyebab awal penyakit ginjal kronik dari

hipertensi √ √ √

Dari faktor keturunan juga ada √

Badan pasien gatal √ √ √

Kulit menghitam √

Pasien mudah lelah √

Tensi pasien tidak stabil √

Menumpuk cairan √ √

Pasien sesekali sesak napas √ √ √

Punggung pasien sakit

2.c Memutuskan diawal untuk langsung cuci

darah √ √ √ √ √ √ √ √ √

Pengambilan keputusan

Page 197: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Memutuskan diawal untuk menunda dulu

cuci darah √ √ √

Mencari pengobatan alternatif terlebih dahulu √ √

Menggunakan obat-obatan tradisional untuk

pengobatan dulu

√ √

2.d Memeriksakan langsung ke rumah sakit √ √ √ √ √ √ √ √ √ Memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan Memeriksakan terlebih dahulu ke klinik

2.e Mencari informasi perawatan dari orang lain √ √ √ √ Mencari informasi tentang

perawatan untuk pasien Mencari informasi perawatan langsung dari

tenaga kesehatan

√ √ √ √

3.a Sampe merasakan down karena kondisi

anggota keluarga √

Tekanan atau beban

psikologis Dampak yang

dirasakan oleh

caregiver dalam

merawat pasien Sampai drop dan turun berat badan ketika

harus merawat pasien √

Sempat terpikir meninggal duluan karena

memikirkan anggota keluarga √

Mengeluh bahkan sampai menangis melihat

anggota keluarga sakit √ √

Pengalaman duka selama merawat pasien √

Letih karena harus cari nafkah √

Sampai stres karena anggota keluarga sakit √ √ √

Terasa berat sekali karena semua saran

dokter harus dipatuhi

Page 198: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

3.b Ekonomi keluarga menjadi berkurang

semenjak anggota keluarga sakit

√ √ √ √ √ √

Tekanan atau beban

ekonomi

3.c Sampai terkena asam urat ketika merawat

anggota keluarga √

Tekanan atau beban fisik

Terkena infeksi saluran pencernaan karena

stress √

Capek karena ngantar berobat dan ngadepin

di rumah

√ √ √ √ √ √ √ √ √

3.d Tidak bisa pergi kemana-mana karena

anggota keluarga sakit

√ √ √ √ √ √ √ √ Tekanan atau beban sosial

4.a Muncul pertengkaran jika selalu menanggapi

pasien √ √ √

Perilaku pasien yang

cenderung emosi dan sulit

diberitahu

Faktor penghambat

dalam proses

perawatan Pasien marah-marah sehingga membuat sulit

dalam merawat √ √ √ √ √ √ √ √ √

Sulit menghadapi emosi pasien yang tidak

stabil √

Pasien cenderung bandel tidak mematuhi

aturan √

Sulit untuk membuat pasien mengerti dan

menerima kondisinya harus cuci darah

4.b Caregiver marah karena pasien sulit dikasih

tahu √ √ √

Respon emosional

caregiver yang meningkat

Caregiver emosi karena tidak mampu untuk √

Page 199: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

mengerjakan

5.a Memberitahu pasien dengan cara lembut √ Upaya membuat pasien

mengerti untuk mematuhi

aturan

Upaya mengatasi

hambatan dalam

merawat Memberi pengertian kepada pasien √

Berusaha untuk menenangkan pasien √

Menegur pasien langsung √

Lebih sering mengingatkan pasien untuk

mengikuti aturan

5.b Harus sadar dan mengalah dalam

menghadapi anggota keluarga yang sakit

√ √ √ Sikap mengalah dari

caregiver

5.c Diam saja ketika pasien marah

√ √ √ √ Diam

5.d Harus sabar menghadapi pasien √ √ √ Sabar dalam menghadapi

pasien

5.e Benar-benar disiplin dalam merawat agar

tidak ada hal yang menyulitkan

√ √ Disiplin terhadap aturan

6.a Pertolongan dari tetangga √ √ Dukungan dari orang lain Dukungan sosial

Mendapat semangat dari orang lain √ √ √ √ √

Dukungan doa dari orang lain √ √ √

Dukungan dana

Page 200: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

6.b Semangat dari anggota keluarga √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Dukungan dari anggota

keluarga Dukungan doa dari keluarga √ √ √

Dukungan materi dari keluarga

√ √ √ √

7.a Harapan agar pasien tetap sehat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Diberikan kesehatan,

semangat, kesembuhan, dan

bantuan dana

Harapan caregiver

dalam merawat pasien Harapan supaya dapat sembuh √ √ √ √

Harapannya pasien semakin semangat √ √ √

Meminta untuk bisa dipanjangkan umurnya √ √

Harapan ada donatur untuk membantu

7.b Harapan terhadap pelayanan untuk lebih

memperhatikan mekanisme perawatan

terutama alat √

Harapan terhadap sistem

pelayanan kesehatan

Lebih berempati terhadap pasien √

Mendapatkan pelayanan yang adil dari

layanan kesehatan untuk pasien dan keluarga

8.a Hikmahnya harus bersyukur dan berbuat baik √ √ √ √ √ Pandangan hidup yang

positif Makna dalam

merawat anggota

keluarga yang sakit Menjalani semuanya dengan iman dan

percaya √

Mendekatkan diri kepada yang diatas dengan

selalu berdoa √ √

Lebih banyak mendapatkan kesabaran selama

merawat

√ √ √ √

Page 201: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No. Rumusan Makna dari Pernyataan

Signifikan

Partisipan Sub Tema Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

8.b Hikmahnya bisa selalu bersama pasangan √ Bakti dan kasih sayang

Saling mencurahkan rasa kasih sayang dan

perhatian kepada pasien dan keluarga √

Berbakti dan balas budi sebagai anak

√ √

8.c Berlaku hidup sehat

√ √ √ √ Belajar pola hidup sehat

Page 202: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LAMPIRAN 2

IZIN PENELITIAN

Page 203: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 204: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 205: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 206: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 207: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 208: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 209: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LAMPIRAN 3

LEMBAR KONSUL

Page 210: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 211: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 212: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 213: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 214: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL TESIS

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul : Pengaruh Family-Centered Care Terhadap Beban

Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisis

Pembimbing II : Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

No. Hari/Tanggal Masalah yang

dibicarakan Hasil Konsultasi

Paraf

Dosen

1. Senin/

09 Desember 2019

Konsultasi judul

Tesis

1. Buat deskripsi permasalahan

2. Cari referensi dari artikel

jurnal

2. Jum’at/

13 Desember 2019

Konsultasi judul

Tesis

1. ACC judul Tesis

2. Buat Bab 1 3. Jum’at/

20 Desember 2019

Konsul Bab 1 1. Perbaiki tata urutan

penulisan di latar belakang

2. Tulisan antar paragraf harus

sinkron

3. Lakukan parafrase

4. Senin/

23 Desember 2019

Konsul Bab 1 1. Tambahkan isi latar

belakang

2. Penulisan tujuan sesuaikan

dengan variabel

5. Senin/

30 Desember 2019

Konsul Bab 1 1. ACC Bab 1

2. Lanjut Bab 2 6. Senin/

06 Januari 2020

Konsul Bab 2 1. Cari referensi terbaru

2. Perbaiki kerangka teori 7. Kamis/

09 Januari 2020

Konsul Bab 2 1. Kerangka konsep mengacu

pada variabel

2. Lanjut Bab 3

8. Senin/

13 Januari 2020

Konsul Bab 3 1. Perbaiki skema desain

penelitian

2. Kriteria eksklusi bukan

kebalikan dari inklusi

3. Buat sistematis untuk

pengumpulan data

9. Kamis/

16 Januari 2020

Konsul Bab 3 1. Perbaiki definisi operasional

2. Perbaiki analisis data sesuai

dengan tujuan penelitian

10. Senin/

20 Januari 2020

Konsul Bab 3 dan

instrumen

1. ACC Bab 3

2. Cari instrumen jika sudah

ada yang valid

3. Lengkapi proposal

11. Rabu/

22 Januari 2020

Konsul Bab 1 – 3 ACC Seminar Proposal

Page 215: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LEMBAR KONSULTASI PENGUMPULAN DATA

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul Lama : Pengaruh Family-Centered Care Terhadap Beban

Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisis

Judul Baru : Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam

Merawat Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisis: Studi Fenomenologi

Pembimbing II : Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

No. Hari/Tanggal Masalah yang

dibicarakan Hasil Konsultasi

Paraf

Dosen

1. Selasa/

13 Oktober 2020

Konsul pengumpulan

data

Pertimbangkan situasi yang

masih pandemi corona 2. Jum’at/

16 Oktober 2020

Konsul pengumpulan

data

1. Perubahan desain

penelitian menjadi

kualitatif fenomenologi

2. Perubahan judul Tesis

3. Buat panduan wawancara

3. Rabu/

21 Oktober 2020

Konsul panduan

wawancara

1. Perbaiki panduan

wawancara

2. Lakukan latihan

wawancara

4. Senin/

09 November 2020

Konsul analisis data

awal

1. Pakai metode Collaizi

2. Lanjut pengumpulan data

Page 216: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LEMBAR KONSULTASI PENULISAN TESIS

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul Baru : Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam

Merawat Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisis: Studi Fenomenologi

Pembimbing II : Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

No. Hari/Tanggal Masalah yang

dibicarakan Hasil Konsultasi

Paraf

Dosen

1. Rabu/

27 Januari 2021

Konsul analisis

data

1. Sesuaikan dengan tahapan

metode Collaizi

2. Istilah kategori ganti dengan

formulated meanings

3. Buat analisis dalam satu

matriks

2. Senin/

08 Februari 2021

Konsul analisis

data

1. Perbaiki penulisan tema dan

subtema

2. Lanjut penulisan hasil

3. Rabu/

24 Februari 2021

Konsul Bab 4 1. Cantumkan langkah-langkah

analisis Collaizi di awal Bab 4

dalam tabel

2. Buat deskripsi lengkap untuk

masing-masing tema

4. Jum’at/

26 Februari 2021

Konsul Bab 4 1. Perbaiki penulisan kutipan

langsung dari partisipan

2. Lanjut buat pembahasan

5. Selasa/

02 Maret 2021

Konsul Bab 4 1. Buat pembahasan dari

masing-masing tema

2. Cari referensi terkait dan

masukkan opini peneliti

3. Perbaiki implikasi dan

keterbatasan peneliti

6. Rabu/

10 Maret 2021

Konsul Bab 4 1. Perbaiki penulisan di Bab 4

2. Lanjut Bab 5 7. Selasa/

16 Maret 2021

Konsul Bab 5 1. Kesimpulan langsung

menjawab tujuan penelitian

2. Perbaiki kembali Bab 1 – 3

sesuaikan dengan judul

penelitian

8. Rabu/

24 Maret 2021

Konsul Bab 1 – 3 1. Perbaiki penulisan Bab 1

2. Ubah Bab 3 menjadi kualitatif 11. Selasa/

30 Maret 2021

Konsul Bab 1 – 3 Lengkapi Tesis

12. Selasa/

06 April 2021

Konsul Tesis (Bab

1 – 5)

ACC Seminar Hasil

Page 217: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LEMBAR KONSULTASI PERSIAPAN UJIAN KOMPREHENSIF

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul : Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam

Merawat Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan: Studi Fenomenologi

Pembimbing II : Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

No. Hari/Tanggal Masalah yang

dibicarakan Hasil Konsultasi

Paraf

Dosen

1. Kamis/

27 Mei 2021

Bab 1 – 5 1. Perbaiki kalimat untuk

penulisan pencapaian saturasi

data

2. Perbaiki kalimat saran

2. Selasa/

08 Juni 2021

Abstrak Tesis Translate ke pusat bahasa

3. Selasa/

15 Juni 2021

Tesis (Hal awal –

lampiran)

ACC Ujian Komprehensif

Page 218: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Judul Tesis

Nama Mahasiswa

NIM

Program Studi

Minat Studi

LEMBAR PERSETLTJUA}{ PROPOSAL TESIS

Pengaruh F a m i lv - {. e n t € r e (i (. ar e. T erh:adap Beban

Keluarga Sebagai {-.aregi,-er Daiam }slcrarmt Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Vincencius Surani

18704601 1

Magister Ilmu Keperawatan

Keperarvatan Medikal Bedah

MenyetujuiKomisi Pembimbing

(Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS.. Ph.D) (Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D)Ketua Anggota

Ketua Program Studi

Magister Ilmu Keperawatan

{Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D}

Tanggal Kelokiurn:

Page 219: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

BERITA ACARA PERBAIKAN SEMINAR PROPOSAL TESIS

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul Tesis : Pengaruh Family-Centered Care Terhadap Beban

Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Hari/Tanggal Ujian : Kamis/ 06 Februari 2020

Waktu : 12.00 WIB - Selesai

Tempat : Ruang Sidang S2

Dosen Penguji I : Dr. dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked(PD)., Sp.PD-KGH

No Item Perbaikan

Halaman

Sebelum

Perbaikan

Halaman

Setelah

diperbaiki

HALAMAN AWAL

1. Penggunaan istilah:

berdasarkan hasil konsensus

PERNEFRI bukan lagi

gagal ginjal kronik (GGK)

tapi penyakit ginjal kronik

(PGK). Bukan lagi

hemodialisa tapi

hemodialisis

Telah diperbaiki Cover dan isi Cover dan isi

2. Tambahkan daftar singkatan

karena di dalam isi proposal

ada singkatan

Telah ditambahkan Belum ada viii

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

3. Dalam mencari literatur,

gunakan sumber referensi

berupa text book atau

referensi dari asosiasi

Telah di perbaiki

dengan

menggunakan

sumber dari buku-

buku nefrologi

Belum ada Sudah diperbaiki

4. Pada stadium PGK: stadium

PGK terdiri dari stage 1

sampai stage 5 dan 5D (ada

di KDIGO 2012)

Telah diperbaiki 7 8

5. Pada tanda dan gejala PGK:

itu bukan tanda dan gejala

PGK namun tanda dan

gejala tersebut muncul jika

sudah mengalami

komplikasi

Telah diperbaiki 8 9

Page 220: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No Item PertraikanHalamangglslrrm

Perbaikan

HalamanSetelah

dinerbaiki6. Pada penatalaksanaan PGK:

unhrk saat ini bukan lagipembatasan terhadap asupaaprotein justru peningkatanasupan protein

Telah diperbaiki 10 11

Fada konsep hemodialisis:waktu lama pasienhemodialisis untuk jadwal2x senringgu bukan 34. jamnamun 5 jam karenadurasinya 10-12 jmn psrminggu

Telah dipelbaiki t2 14

8. Lebrh dipe{elas lagi teiltangpasien dengafl PCK yangmenialani hemodialisis

Telah ditambahlian Bclun ada 1.1

Medan,

Penguji iFebruari 2020

Muzasti, M.Ked(PD)., Sp.FD-KGH

Page 221: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

BERITA ACARA PERBAIKAN SEMINAR PROPOSAL TESIS

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul Tesis : Pengaruh Family-Centered Care Terhadap Beban

Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Hari/Tanggal Ujian : Kamis/ 06 Februari 2020

Waktu : 12.00 WIB - Selesai

Tempat : Ruang Sidang S2

Dosen Penguji II : Dr. dr. Rina Amelia, MARS

No Item Perbaikan

Halaman

Sebelum

Perbaikan

Halaman

Setelah

diperbaiki

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang: penulisan

FCC jangan langsung

disingkat namun di awal di

tulis kepanjangannya dan

dibuat dalam kurung.

Contoh: family-centered

care (FCC)

Telah di perbaiki 3 3

2. Harap ditambahkan dan

disinggung untuk lokasi

penelitian di latar belakang

(survey awal)

Telah ditambahkan

di latar belakang

Belum ada 4

3, Perumusan masalah terlalu

panjang, hasil penelitian

terkait dimasukkan saja ke

latar belakang

Telah diperbaiki

dan dipersingkat

4 5

4. Tujuan umum sebaiknya

gunakan kata menganalisis

Telah dirubah

dengan

menggunakan kata

menganalisis

5 5

5. Tujuan khusus untuk No. 1

dan 2 gunakan kata

mengetahui, sedangkan

untuk No. 3 dan 4 gunakan

kata menganalisis

Telah dirubah

dengan

menggunakan kata

mengetahui dan

menganalisis

5 5

6. Di manfaat penelitian harap

ditambahkan manfaat untuk

keluarga pasien.

Telah ditambahkan

manfaat untuk

keluarga pasien

6 6

Page 222: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

No Item PerbaikanHalamanSebelum

Perbaikan

HalamanSetelah

diperbaikiBAB 3: METODE PBNELITIAN7 Masukan untuk pemilihan

sampol: pakai saja pasienyang di hari Senin danKamis (pagi-sore) sebagaikelompok perlakuan.Sedangkan pasien yang dihari Selasa dan jum'atfuagi-sare) sebagaikelorupokkontol

Telah diperbaiki dimetodepengumpulan dat:-(tahap intervensi)

43 48

8. Harap ditampilkan untukklasifikasi beban keluarg4tidak hanya sebatas angkadalam bentuk interval.

Telah ditarnbairliandi dellnisioperasional

46 _s1

Medan, 18 Februari 2020

1i

Dr Rina IVIAK:l

Page 223: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

BERITA ACARA PERBAIKAN SEMINAR PROPOSAL TESIS

Nama Mahasiswa

NIM

Judul Tesis

Hari/Tanggal Ujian

Waktu

Tempat

Dosen Pembimbing II

: Vincencius Surani

: 18704601 1

: Pengaruh Family-Centered Care Terhadap Beban

Keluarga Sebagai Oaregiver Dalam Merawat Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

: Kamis/ 06 Februari2020

: 12.00 WIB - Selesai

: Ruang Sidang 52

: Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

Medan, 27 Februariz}2}

Mula S.Kp., M.Kes., Ph.D

No Item PerbaikanHalamanSebelum

Perbaikan

HalamanSetelah

diperbaiki1 Konsep atau tinjauan teori

yang dimasukkan di dalamproposal lebih baikmenggunakan sumberlreferensi yang dibuat olehasosiasii organ isasi,misalnya KDIGO (untukkonsep tentang ginjal),ADA (untuk konsep tentangdiabetes), yang isinya selalumengalami perkembangan.

Telah di perbaikidenganmenggunakansumber dari buku-buku nefrologi

Konsep di BAB2 tentang

Konsep PGKdan

Hemodialisis (7dan 12)

Konsep diBAB2 tentang

Konsep PGKdan

Hemodialisis (7dan 13)

Page 224: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

BERITA ACARA PERBAII(AN SEMINAR PROPOSAL TESIS

Nama Mahasiswa

NIM

Judul Tesis

Hari/Tanggal Ujian

Waktu

Tempat

Dosen Pembimbing I

: Vincencius Surani

:187046011

: Pengaruh Family-Centered Care Terhadap Beban

Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

: Kamis/ 06 Februariz}2?

: 12.00 WIB - Selesai

: Ruang Sidang 52

: Dewi Elizadiant Suza, S.Kp., MNS., Ph.D

Medan, 27 Februart2}Z}Pembimbing I

No Item PerbaikanHalamanSetrelum

Perbaikan

HalamanSetelah

diperbaikiI Konsisten dalam penulisan.

Cek untuk setiap lembarnyaTelah diperbaiki (penulisanhemodialisis dan penyakitginial kronik)

2. Sumber referensi lihat daritext-book

Telah diperbaiki(menggunakan referen si

dari asosiasi KDIGO danpenulis nefrologi)

J Konsep hemodialisis(perbaiki dalam penulisandengan melihat panduan)

Telah diperbaiki (melihatreferensi dari KDIGO)

4. Perumusan masalah dibuatsecara ringkas

Telah diperbaiki 4 5

5 Manfaat penelitian bagikeluarga

Telah ditambahkan 6 6

6. Prosedur untuk kelompokkontrol dan kelompokintervensi (pasien yangdilakukan hemodialisis 2xdalam seminggu)

Telah diperbaiki 42 47

Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D

a

Page 225: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

LEMBAR PERSETT]JUAN REYISI SETELAH SE1}ITt{AR PROPOSAL

Judul Tesis : Pengarutr F amil.u--t ltntered filre Terlradap Beban Keluarga

Setragai Csregiver Dalar* fuIerarvat Pasien Penyakit Ginj*l

Kronik yang Menjalani Hemodialisis

: Vincencius Surani

: 187046011

: klagister lhnu Keperarnatan

: Keperawatan Medikal Bedah

Nama Mahasisrva

Nim

Frogram Studi

Minat Studi

Komisi Penguji

Ketua

Ile*i Elizadiani Suz*, S.KF., MNfi., fh.D Mul* Tarigan, M.Kes.n Ph.Il

Angg*t*

Ilr. A. M.Ked(PD)., SpPIF.KGH Dr. dr. Rina Arnelia, PIAR.S

*IenyetujuiKetua Program Studi

{I}ewi Elizadi*ni Suza, S.Kpn MNS? Fh.I}}

)

AJ

Page 226: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 227: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 228: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 229: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

DAFTAR MASUKAN SEMINAR HASIL PENELITIAN TESIS

Nama Mahasiswa : Vincencius Surani

NIM : 187046011

Judul Tesis : Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat

Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan: Studi Fenomenologi

Hari/Tanggal Ujian : Jum’at/ 30 April 2021

Waktu : 09.30 s.d Selesai

Tempat : Daring via zoom meeting room

Dosen Pembimbing II : Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

No Item Perbaikan

Halaman

Sebelum

Perbaikan

Halaman

Setelah

diperbaiki

1. Perbaiki kembali penulisan

kata-kata untuk jumlah

partisipan karena masih

seperti bahasa proposal (beri

penjelasan terkait dengan

pencapaian saturasi data)

Sudah diperbaiki 45 46

Medan, Mei 2021

Pembimbing II

Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

Page 230: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 231: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 232: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 233: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …
Page 234: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

Submission author:Assignment title:Submission title:

File name:File size:

Page count:Word count:

Character count:Submission date:

Submission ID:

Digital ReceiptThis receipt acknowledges that Turnitin received your paper. Below you will find the receiptinformation regarding your submission.

The first page of your submissions is displayed below.

Vincencius SuraniKEPERAWATANPENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM MERA…Uji_Turnitin_Tesis_Vincent_-_Vincencius_Surani.doc1.1M15936,289225,73309-Jul-2021 11:39AM (UTC+0700)1617406042

Copyright 2021 Turnitin. All rights reserved.

Page 235: PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAM …

15%SIMILARITY INDEX

15%INTERNET SOURCES

3%PUBLICATIONS

4%STUDENT PAPERS

1 3%

2 2%

3 1%

4 1%

5 1%

6 1%

7 1%

8 1%

PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER DALAMMERAWAT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANIHEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAMMALIK MEDAN: STUDI FENOMENOLOGIORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

repositori.usu.ac.idInternet Source

www.scribd.comInternet Source

docobook.comInternet Source

repository.unair.ac.idInternet Source

repository.usu.ac.idInternet Source

pt.scribd.comInternet Source

lib.ui.ac.idInternet Source

es.scribd.comInternet Source