penelitian p

Download Penelitian p

If you can't read please download the document

Upload: ratih-erwalani

Post on 04-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penelitian pokoe

TRANSCRIPT

Document

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SISWI KELAS XITENTANG PMS (PRE MENSTRUASI SYNDROME)DENGAN KEJADIAN PMS(di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Periode Juli 2012)Sondang Sidabutar, SKMAkademi Kebidanan Griya Husada SurabayaABSTRACTRelation Between Knowledge of class School girl XI about PMS with Case of PMSin SMA Hang Tuah 1 SurabayaObjective: Pre-menstruasi syndrome is a group of physical phenomena, psychology andbehavior, emerges cyclically at reproduction age woman, happened between 7-10 days beforemenstruating and ending when menstruates. Affected it is otherwise soon dicegah/ is curedcan happened PMS which pathologi as well as affecting at academic value of schoolgirl.From initial data in SMA Hang Tuah 1 Surabaya the year 20102011 case numbers of PMSincreases equal to 17,65% and from antecedent study about knowledge by 10 classschoolgirls XI SMA Hang Tuah 1 is got [by] 6 schoolgirl ( 60%) has knowledge is less aboutPMS, while 4 schoolgirl ( 40 %) has enough knowledge. Purpose of research is analyserelation between knowledge of class schoolgirl XI about PMS with case of PMS in SMAHang Tuah 1 Surabaya.Method: Research method applied by analitik-cross sectional. Its(the population is classschoolgirl XI SMA Hang Tuah 1 Surabaya 202, with sample 67 schoolgirls, selectedsystematically random sampling. Retrieval of data applies primary data then is madefrequency tables, tabulation traversed, and analysed with test chi-square a 5 %.Result: Result of research of class schoolgirl majority XI has knowledge is less aboutPMS equal to 70,15% and experiencing PMS equal to 53,73%. From tabulation traversed gotto be knowledgeable less majorityly experiences PMS ( 65,96%). Test result chi-square got ?2Hitung ( 9,46) > ? 2Tabel ( 3,84), hence inferential of H0 is refused.Conclusion: Its(the conclusion there is relation between knowledge of class schoolgirl XIabout PMS with case of PMS in SMA Hang Tuah 1 Surabaya. Hence need to be performed[a] counselling about health of reproduction at adolescent especially about PMS to lessencase number as result of reproduction health trouble.Keyword : Knowledge, PMS

ABSTRAKHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SISWI KELAS XITENTANG PMS (PRE MENSTRUASI SYNDROME)DENGAN KEJADIAN PMS(di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Periode Juli 2012)Tujuan: Pre-menstruasisindromadalah sekumpulan gejala fisik, psikologi dan perilaku,muncul secara siklik pada wanita usia reproduksi, terjadi antara 7-10 hari sebelum menstruasidan berakhir saat menstruasi. Dampaknya jika tidak segera dicegah/ diobati bisa terjadi PMSyang pathologi dan juga berdampak pada nilai akademis siswi. Dari data awal di SMA HangTuah 1 Surabaya tahun 2010- 2011 angka kejadian PMS meningkat sebesar 17,65% dan daristudi pendahuluan tentang pengetahuan pada 10 siswi kelas XI SMA Hang Tuah 1didapatkan 6 siswi (60%) mempunyai pengetahuan kurang tentang PMS, sedangkan 4 siswi(40%) mempunyai pengetahuan cukup. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubunganantara pengetahuan siswi kelas XItentang PMS dengankejadian PMS di SMA Hang Tuah1Surabaya.Metode: Metodepenelitian yang digunakananalitik-cross sectional.Populasinya yaitu siswikelas XI SMA Hang Tuah 1 Surabaya sebesar 202, dengansampel sebesar 67 siswi,dipilihsecarasistematik random sampling. Pengambilan data menggunakan data primerkemudian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang, dan dianalisis dengan ujichi-square 5 %.Hasil: Hasil penelitian mayoritas siswi kelas XI mempunyai pengetahuan kurang tentangPMS sebesar 70,15% dan yang mengalami PMS sebesar 53,73%. Dari tabulasi silangdidapatkan yang berpengetahuan kurang mayoritas mengalami PMS (65,96%).Hasil uji chi-square didapatkan 2Hitung(9,46) > 2Tabel(3,84), maka dapat disimpulkan H ditolak.0Simpulan: Kesimpulannyaada hubungan antara pengetahuan siswi kelas XI tentang PMSdengankejadianPMSdiSMAHangTuah1Surabaya.Makaperludiadakanpenyuluhantentangkesehatanreproduksipadaanakremajakhususnyatentang PMS untukmengurangiangkakejadianakibatgangguankesehatanreproduksi.Kata kunci :Pengetahuan, PMS

PENDAHULUANKesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsidan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mataberarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosialcultural (Kesrepro.info.com,2012).Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilahini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulaidari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Masa remaja atau masa puber,merupakan masa penghubung antara masa anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan danperkembangn pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembanganyang pesat ini berlangsung pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan usia 10-15 tahun padaperempuan. Pesatnya perkembangan pada masa puber dipengaruhi oleh hormon seksual.Organ-organ reproduksi pada masa puber juga mulai berfungsi (Proverawati dan Misaroh,2009).Sesuai dengan kodratnya setiap bulan wanita harus mengalami menstruasi yang seringmengganggu kesehatan,bahkan kadang kalaatau sebagian wanitayang merasakanpenderitaan yang luar biasa karena menstruasi (Harmanto, N., 2006). Menstruasi atau haidadalah perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai pengelupasan (deskuamasi)endometrium (Proverawati dan Misaroh, 2009).Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yangmengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haidberlangsung. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa gejala yang disebut kumpulanbeberapa gejala sebelum haid. Sekitar 80 % wanita mengalami gangguan fisik dan emosimenjelang masa ini, diantaranya perut kembung, nyeri payudara, perasaan tegang, mudahtersinggung dan agak perasa (Elvira, 2010).

PMS(Pre Menstruasi Syndrome) adalah sekumpulan keluhan dangejala fisik,emosional, dan prilaku yang terjadi pada wanita reproduksi, yang muncul secara siklik dalamrentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yangterjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan aktivitas (Suparmandan Ivan, 2011).Sekitar 80 - 90 % wanita mengalami gangguan fisik dan pskis menjelang menstruasi.Kemungkinan besar setengah dari wanita berusia 12 50 tahun yaitu pada tahap awalpubertas dan berakhir pada tahap menopause, yang tidak hamil atau mengkonsumsi pil antihamil (pil KB), akan mengalami ketegangan Pre Menstruasi Syndrom atau ketegangansebelum fase haid ini dari tingkat ringan sampai berat (Saryono, 2009).Dari penelitian di Asia Pasifik, di ketahui bahwa di Jepang PMS dialami oleh 34 %populasi perempuan dewasa. Di Hongkong PMS dialami oleh 17 % populasi perempuandewasa. Di Pakistan PMS dialami oleh 13 % populasi perempuan dewasa. Di Australiadialami oleh 44 % perempuan dewasa, di Indonesia belum dilakukan penilitian tentang hal ini(Elvira, 2010).Sementara di Indonesia angka prevalensi ini dapat mencapai 85% dari seluruh populasiwanita usia reproduksi, (Suparman dan Ivan, 2011) yang terdiri dari 60-75 % mengalamiPMS sedang dan berat. (Andrews, G., 2009). Sedangkan menurut Harunriyanto (2008) bahwaGL 6XUDED\D WHUGDSDW %-1,31 % wanita dari jumlah penderita Pre Menstruasi SyndromGDWDQJ NHEDJLDQ NHELGDQDQ Info sehat.com, 2012).Meskipun kebanyakan para wanita mengalami gejala- gejala sebelum haid, banyak yangtidak menyadari bahwa dia mengalami syndrom pre menstruasi. Sering para wanitamenerima pengaruh dari syndrom pre menstruasi, sebagian dari wanita menangani pengaruh-pengaruh dari gejala ini. Hasil penelitian pada sisiwi SMA surabaya di peroleh Probabilitaskejadian sindroma pra menstruasi sebesar 54 % (Yatim, 2001).

Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan, sekitar duaminggu sebelum haid dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia produktif. Hal ini membuatwanita bingung dengan emosinya, sering mereka bertanya- tanya apakah yang dialaminya inimerupakan sesuatu yang normal, bila tidak apakah perlu dilakukan pengobatan, dan apa bisadisembuhkan. (Elvira, 2010).Data siswi SMA Hang Tuah 1 Surabaya, yang mengalami Pre menstruasi Syndromseperti pada tabel 1.1 di bawah ini:Tabel 1.1 Data siswi kelas XI yang Mengalami Pre Menstruasi Syndrom di SMA HangTuah 1 Surabaya Periode Tahun 2010 2011Tahun 5HPDMDPutriKelas XIKejadian Pre Menstruasi Syndrome(%) Istirahatdi UKS(%)Izin pulang /tidak masuksekolah(%) 20102232310,313917,4927,80 20111432215,384330,0745,45 Sumber: Buku Kunjungan UKS SMA Hang Tuah 1SurabayaBerdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kejadian Pre Menstruasi Syndrom padasiswi kelas XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya dari tahun 2010-2011 mengalami kenaikansebesar 17,65 %. Dari siswi yang mengalami PMS tersebut, didapatkan peningkatan sebesar5,07 % yang istirahat di UKS dan yang mengalami PMS hingga izin pulang/ tidak masuksekolah mengalami peningkatan sebesar 12,58 %.Dari survey pendahuluan tentang pengetahuan yang dilakukan pada tanggal 12 Maret2012 didapatkan 10 remaja putri kelas XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya, menunjukkanbahwa sebesar 60 % siswi kelas XI tersebut memiliki pengetahuan yang kurang terhadapPMS (Pre Menstruasi Syndrom), dan 40% siswi memiliki pengetahuan yang cukup. Menuruturaian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi oleh para remaja usia subur

adalah ketidaktahuan mereka mengenai PMS (Pre Menstruasi Syndrom) yang menyebabkanmereka tidak melakukan penanganan terhadap gejala- gejala yang timbul. Oleh karena itujika siswi kelas XI mendapatkan informasi mengenai Pre Menstruasi Syndrom, dengandiadakannya penyuluhan, diharapkan remaja putri bisa lebih siap dalam menghadapi PreMenstruasi Syndrom.Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi PMS antara lain Faktor genetik, faktorhormonal, faktor pskologi, faktor kimiawi, faktor gaya hidup, dan faktor pengetahuan(Suparman dan Ivan, 2011).Pada faktor pengetahuan dijelaskan bahwa derajat penderitaan yang dialami akibatrangsangan nyeri, tergantung pada tingkat pengetahuan penderita, kurangnya pengetahuanremaja putri tentang pre menstruasi syndrom (PMS) membuat remaja putri tidak sadar akanpentingnya kesehatan reproduksinya bahkan tidak memperhatikan kesehatan diri. Kurangnyapengetahuantentang PMSkebanyakan membuat remaja putriinitidak melakukanpenanganan terhadap PMS. Banyak remaja putri yang tidak tahu akan PMS itu apa, semua itumemicu kejadian PMS pada remaja putri semakin meningkat (Suparman dan Ivan, 2011).Adapun dampak dari Pre Menstruasi Syndrom antara lain, gangguan pola aktivitas,depresi saat menjelang atau selama menstruasi yaitu bila nyeri haid atau gejala lain tidakditangani dengan baik tentunya dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan apabila nyerimenstruasi terjadi dalam jangka waktu lama dan tidak dilakukan penanganan, maka dapatmempengaruhi nilai akademis disekolah. Karena rasa nyeri bisa menganggu aktifitas belajardisekolah sehingga remaja tidak bisa berkonsentrasi dalam menerima pelajaran (Suparmandan Ivan, 2011).Angka prevalensi PMS hingga saat ini mencapai 85% populasi wanita usia reproduksi,dan hampir separonya tidak berupaya mencari pertolongan medis. Hanya sekitar 5 % darimereka yang tercatat sebagai penderita PMS berat (Suparman dan Ivan, 2011). Hingga 90 %

wanita menyadari beberapa perubahan atau gejala tubuh selama minggu keempat siklusmenstruasi mereka, yang mengingatkan mereka bahwa awal menstruasi akan terjadi.Perubahan ini ringan dan hanya meliputi sedikit peningkatan dalam nyeri tekan payudara.PMS sejati dikatakan mempengaruhi hampir 40 % wanita, dengan 5-10% membuat merekasangat tidak berdaya. Namun, pada kenyataannya di SMA Hang Tuah 1 Surabaya kelas XItahun 2011 masih didapatkan 45,45% siswi yang mengalami PMS. Dari data keseluruhansiswi kelas XI yang mengalami PMS didapatkan 15,38% mengalami PMS hingga aktifitasnyaterganggu dan 30,07% mengalami PMS hingga tidak berdaya. Adapun harapan dari masalahPMS ini, dapat ditemukan solusi yang tepat sehingga dapat menurunkan angka kejadian PMS(Pre Menstruasi Syndrom ). Walaupun PMS sering dialami setiap wanita sebelum datangbulan atau haid, diharapkan setiap wanita tidak mengalami gejala PMS ini atau paling tidakbisa berkurang gejala PMS ini, sehingga para remaja putri dapat menjalani aktifitasnyadengan baik tanpa mengganggu aktifitas sehari- harinya (Andrews, G., 2009).Adapun upaya penanganan masalah ini, diperlukan suatu upaya atau solusi yaitugunakan hecting pad (bantal pemanas), kompres handuk atau botol berisi air panas di perutdan punggung bawah, serta minum minuman yang hangat, sedangkan upaya pencegahannyayaitu makan-makanan yang bergizi (seperti sayuran dan buah-buahan), tidur dan istirahat\DQJ FXNXS VHUWD RODK UDJD WHUDWXU WHUPDVXN EDQ\DN MDODQ Huda, 2012).Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui adanya masalah yaitu kejadian PreMenstruasi Syndrom pada siswi kelas XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya dari tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 17,65 %. Maka dipandang perlu di lakukan penelitianyaitu hubungan antara pengetahuan siswi kelas XI tentang PMS (Pre-MenstruationSyndrome) dengan kejadian PMS (Pre-Menstruation Syndrome)di SMA Hang Tuah 1Surabaya.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan desain analitik dengan survey cross sectional yaitu tiapsubyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap statuskarakter atau variabel subyek pada saat pengkajian data (Hidayat, A. A. A., 2010).Gambar 4.1 Rancang bangun Cross SectionalDalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswi kelas XI SMA HangTuah 1 Surabaya yang berjumlah 202 siswi perempuan.Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti yang dianggapmewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, S., 2007b). Besar sampel adalah banyaknyaanggota yang dijadikan sampel (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada penelitian ini besarsampel diperoleh dengan rumus (Notoatmodjo, S., 2007b) : P.QD1)(NQP..Nn Keterangan :n:Besar sampel yang dikehendakiN:Besar populasi PopulasiSemua siswi kelas XI SMA Hang Tuah 1 SurabayaTahun ajaran 2011 - 2012SampelSebagian siswi kelas XI SMA Hang Tuah 1 SurabayaTahun ajaran 2011-2012 Efek (+)terjadi PMSResiko (+)Pengetahuan tentang PMS(Pre Menstruasi Syndrom)kurang/ cukup Resiko (-)Pengetahuan tentang PMS(Pre Menstruasi Syndrom)baikEfek (-)Tidak terjadiPMSEfek (+)terjadi PMSEfek (-)Tidak terjadiPMS

P:Proporsi di populasi dari suatu karakteristik yang hendak dipelajari. Jika tidakdiketahui di anggap 50% = 0,5Q:1 PD: 4B2, dimana B : Bound of the error estimation (0,1) (B adalah kesalahan yangditolerir)Jadi jumlah sampel yang akan dipilih sesuai dengan cara perhitungan sampel sebanyak 67siswi putri kelas XI.3HQHOLWLDQ LQL PHQJJXQDNDQ probability sampling GHQJDQ WHNQLN systematic randomsampling.Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Kejadian PMS (Pre Menstruasi Syndrom)yang dialami oleh siswi kelas XI SMA Hang Tuah 1 Surabaya, sedangkan variabelindependen adalah Pengetahuan Siswi kelas XI tentang PMS.Pada penelitian, dalam mengumpulkan fakta/ kenyataan hidup (data) diperlukan adanyaalat dan cara pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan datayang valid dan akurat. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner.Kuesioner sebagai daftar pertanyaan digunakan untuk mengetahui pengetahuan respondententang PMS (Pre Menstruation syndrome).Sebelum mengisi kuesioner responden diberipenjelasan mengenai cara pengisian oleh peneliti dan dalam pengisian kuesioner, respondenakan didampingi oleh peneliti, dimana responden memberikan jawaban dengan tanda yangmenurut responden benar.Data yang telah diolah kemudian dihitung secara univariat dengan tabulasi silang.Sedangkan untuk analisa data dilakukan ujichi-square, dimana skala ordinal direduksimenjadi skala nominal. uji ini digunakan untuk mengetahui adakah hubungan antar variabel.1..

HASIL DAN PEMBAHASANTabulasi Silang antara Pengetahuan Siswi Kelas XI tentang PMS dengan KejadianPMS (Pre Menstruasi Syndrome)Tabel 5.5 Tabulasi Silang antara Pengetahuan Siswi Kelas XI tentang PMS dengan KejadianPMS di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Periode Juli 2012 Pengetahuan PMS Kejadian PMS Jumlah Mengalami PMS Tidak mengalami PMS % % % Baik 5 25,00 15 75,00 20 100 Cukup 20 68,97 9 31,03 29 100 Kurang11 11 61,11 7 38,89 18 100 Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 67 siswi kelas XI, yang berpengetahuan baikmayoritas tidak mengalami PMS (75,00%), dibandingkan dengan yang berpengetahuancukup mayoritas mengalami PMS (68,97%). Agar memenuhi syarat uji Chi-Square penelitimelakukan reduksi skala dari ordinal ke nominal, dimana pengetahuan cukup dan kurangdireduksi menjadi kurang yaitu sebagai berikut:Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Siswi Kelas XI tentang PMSdenganKejadian PMS di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Periode Juli 2012 Pengetahuan PMS Kejadian PMS Jumlah Mengalami PMS Tidak mengalami PMS % % % Baik 5 25,00 15 75,00 20 100 Kurang 31 65,96 16 34,04 47 100 Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 67 siswi kelas XI, yang berpengetahuan baikmayoritas tidak mengalami PMS (75,00%), dibandingkan dengan yang berpengetahuankurang mayoritas mengalami PMS (65,96%).

1.2.1Analisa Data dengan Uji Chi-SquareUntuk menentukan hipotesa penelitian, apakah ada hubungan antara Pengetahuan SiswiKelas XItentangPMSdengan Kejadian PMS(PreMenstruasi Syndrome)dapatmenggunakan uji Chi-Square. Didapatkan bahwa 2Hitung> 2Tabelyaitu 9,46 > 3,84 berarti H0ditolak berarti ada hubungan antara ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang PMS(Pre Menstruation Syndrome) dengan kejadian PMS. Untuk perhitungannya dapat dilihatpada lampiran 11.Tabel 5.7Uji Chi-Square Hubungan antara Pengetahuan Siswi Kelas XI tentang PMSdengan Kejadian PMS (Pre Menstruasi Syndrome) di SMA Hang Tuah 1Surabaya Periode Juli 2012PengetahuanPMSKejadian PMSJumlah Mengalami PMSTidakMengalami PMS Baik10,7559,251520 Kurang25,253121,751647 Jumlah363167 Hasil analisa tabel 5.7 di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuantentang PMS dengan kejadian PMS (Pre Menstruasi Syndrome) dimana 2Hitung(9,46) > 2Tabel(3,84).Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 67 siswi kelas XI, dimana siswi kelas XIyang berpengetahuan baik mayoritas tidak mengalami PMS (75,00%), dibandingkan dengansiswi kelas XI yang berpengetahuan kurang mayoritas mengalami PMS (65,96%).Menurut Notoatmodjo, S (2007a), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadisetelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Hal ini bisa terjadidikarenakan proses adopsi dari media informasi atau bisa pengalaman pribadi.Menurut Arikunto, S (2007) pengetahuan dapat dibagi menjadi 3 yaitu pengetahuan baik,cukup dan kurang. Dari hasil penelitian pada siswi kelas XI yang mempunyai pengetahuan

baik dan kurang ini berdasarkan pengalaman siswi yang dialami selama ini, yaitu yangdidapatkan dari pengamatan, pengalaman dan lingkungan sekitar. Siswi kelas XI mempunyaipengalaman pribadi tentang gejala-gejala PMS sehingga mereka penasaran dan berusahamencari tahu tentang hal yang dialaminya adalah PMS. Dari pengamatan, remaja melakukanpengamatan atau mengamati orang lain, saudara atau teman yang mengalami gejala-gejalaPMS sehingga mereka akan bertanya mengenai hal tersebut. Lingkungan dalam arti disiniadalah teman sekolah, pada saat berkumpul mereka akan membahas dan sharing bersamatentang masalah kesehatan wanita, dengan ini maka akan memotivasi satu sama lain untukmencari dan bertukar informasi terutama tentang PMS yang telah dialami teman wanitanya.Berdasarkan penghitungan uji chi-square diperoleh adanya hubungan antara pengetahuantentang PMS dengan kejadian PMS di SMA Hang Tuah 1 Surabaya. Di mana pengetahuansiswi ini akan mempengaruhi prilaku siswi dalam mengahadapi gejala- gejala PMS. Siswiyang mempunyai pengetahuan baik mayoritas tidak mengalami PMS, walaupun masih adayang mengalami PMS tapi paling tidak mereka bisa mencegah atau mengobati gejala- gejalayang timbul saat PMS sehingga tidak memperparah gejala- gejala PMS. Karena, semakinbaik pengetahuan siswi tentang PMS semakin baik pula perilaku siswi dalam menghadapiPMS. Sebaliknya bila Pengetahuan siswi yang kurang tentang PMS dapat menyebabkanprilaku mereka biasa saja, dan tidak melakukan penanganan terhadap gejala- gejala yangtimbul saat mengalami PMS.Hal ini menunjukkan masih adanya siswi yang mempunyai pengetahuan kurang tentangPMS dan mengalami PMS (65,96%). Kebanyakan para siswi kelas XI mempunyaipengetahuan kurang tentang PMS ini yang memicu mereka tidak mengetahui gejala- gejalayang timbul pada dirinya sebelum haid datang. Banyak siswi kelas XI mengalami gejala-gejala sebelum haid, banyak yang tidak menyadari bahwa dia mengalami pre menstruasisyndrome. Sering para siswi kelas XI menerima pengaruh dari pre menstruasi syndrome.

Sebagian dari mereka yang mengetahui kalau dirinya mengalami PMS sehingga para siswikelas XI tersebut menangani pengaruh- pengaruh dari gejala ini. Pengetahuan remaja putrimengenai pre menstruation syndromedi tempat penelitian didapatkan berdasarkanpengalaman yang dialaminya dan rasa sebelum menstruasi datang. Dari uraian di atas dapatdisimpulkan bahwa keingintahuan siswi kelas XI yang mendorong mereka untuk mencaritahu penyebab dari masalah yang dialaminya. Jadi yang mempengaruhi besar kecilnyapengetahuan seseorang adalah keinginan dalam dirinya untuk mendapatkan informasimengenai masalah yang dialaminya.Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi PMS antara lain faktor genetik, faktorhormonal, faktor psikologi, faktor kimiawi, faktor gaya hidup, dan faktor pengetahuan(Suparman dan Ivan, 2011). Pada faktor pengetahuan dijelaskan bahwa derajat penderitaanyang dialami akibat rangsangan nyeri, tergantung pada tingkat pengetahuan penderita,kurangnya pengetahuan remaja putri tentang pre menstruasi syndrom (PMS) membuat remajaputri tidak sadar akan pentingnya kesehatan reproduksinya bahkan tidak memperhatikankesehatan diri. Kurangnya pengetahuan tentang PMS kebanyakan membuat remaja putri initidak melakukan penanganan terhadap PMS. Banyak remaja putri yang tidak tahu akan PMSitu apa, semua itu memicu kejadian PMS pada remaja putri semakin meningkat (Suparmandan Ivan, 2011). Hal ini bisa terjadi pada semua remaja putri karena masih kurangnyakesadaran akan menjaga kesehatan organ reproduksi wanita sehingga remaja putri seringmenganggap remeh masalah kesehatan reproduksi khususnya mengenai masalah premenstruasi syndrome yang dapat menyebabkan pre menstruasi syndrome yang tidak normal.Adapun dampak dari Pre Menstruasi Syndrom antara lain, gangguan pola aktivitas, depresisaat menjelang atau selama menstruasi yaitu bila nyeri haid atau gejala lain tidak ditanganidengan baik tentunya dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan apabila nyeri menstruasiterjadi dalam jangka waktu lama dan tidak dilakukan penanganan, maka dapat mempengaruhi

nilai akademis disekolah. Karena rasa nyeri bisa mengganggu aktifitas belajar di sekolahsehingga remaja tidak bisa berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Bahkan bila tidaksegera dicegah ataupun diobati bisa terjadi PMS yang berkepanjangan atau pathologi.Adapun upaya yang dapat dilakukan saat mengalami PMS ataupun untuk mencegahkejadian PMS adalah memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnyatentang PMS. Adapun upaya penanganan masalah ini, diperlukan suatu upaya atau solusiyaitu gunakan hecting pad (bantal pemanas), kompres handuk atau botol berisi air panas diperut dan punggung bawah, serta minum minuman yang hangat, sedangkan upayapencegahannya yaitu makan-makanan yang bergizi (seperti sayuran dan buah-buahan), tidurdan istirahat yang cukup, serta olah raga teratur (termasuk banyak jalan- jalan pagi).Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antarapengetahuan siswi kelas XI tentang PMS dengan kejadian PMS di SMA Hang Tuah 1Surabaya. Untuk meminimalkan kejadian PMS dan menambah pengetahuan mereka tentangPre Menstruasi Syndrompada remaja putri di SMA Hang Tuah 1 Surabaya hendaknyadilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang Pre MenstruasiSyndrom, baik itu pengertiannya, cara penanganan, gejala- gejala yang tibul, faktor- faktoryang mempengaruhi PMS, dampak serta yang paling penting adalah bagaimana carapencegahan Pre Menstruasi Syndrom serta menambah koleksi buku perpustakaan mengenaikesehatan reproduksi wanita terutama mengenai PMS (Pre menstruasi syndrome) dan caramengatasinya.

SIMPULAN DAN SARANSimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1.Sebagian besar siswi kelas XI SMA Hang Tuah 1 Surabaya mempunyai pengetahuankurang tentang PMS (Pre Menstruasi Syndrom) sebesar 70,15%.2.Sebagian besar siswi kelas XI SMA Hang Tuah 1 Surabaya mengalami PMS (PreMenstruasi Syndrom) sebesar 53,73%.3.Ada hubungan antara pengetahuan siswi kelas XI tentang PMS (Pre-MenstruationSyndrome) dengan kejadian PMS di SMA Hang Tuah 1 Surabaya periode Juli 2012.SaranPembelajaran tentang masalah PMS ( Pre Menstruasi syndrome) lebih ditingkatkan baiktentang gejalanya, pencegahannya maupun cara mengatasinya dan yang terutama tentangkesehatan reproduksi dan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kesehatanreproduksi remaja khususnya tentang PMS (Pre menstruasi syndrome).Remaja dapat lebih bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan reproduksinya, remaja lebihmembuka diri terhadap informasi media massa, banyak tukar pengalaman dengan temantentang masalah kesehatan reproduksi, datang ke petugas kesehatan bila mengalami gejala-gejala PMS (Pre menstruasi syndrome) yang tidak normal, pola hidup sehat yaitu diet yangseimbang, olahraga rutin serta istirahat cukupLebih menjalin kerjasama dengan petugas kesehatan dan guru dalam menambah pengetahuansiswa tentang keputihan dan personal hygiene yang baik dan menambah koleksi bukuperpustakaan mengenai kesehatan reproduksiwanitaterutamamengenai PMS(Premenstruasi syndrome) dan cara mengatasinya.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2012. www . id.shvoong.com/social-sciences/education.com. Diunduh tanggal 12Maret 2012 pukul 20.15 wibAndrews, G., 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGCArikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka CiptaAsrinah, dan syarifah, 2011. Menstruasi dan Permasalahannya. Yogyakarta: PustakaPaneseaAulia, 2009. Kupas Tuntas Menstruasi Dari A Sampai Z. Jogjakarta: MilestoneBobak, Lowdemilk dan Jensen, 2007. Buku Ajar Keperawatran Maternitas Edisi 4. jakarta :EGC.Budijanto, D., 2003. Metode Penelitian. Surabaya P3SKKElvira dan Sylvia, D., 2010. Sindrom Pra-Menstruasi Normalkah?. Jakarta : FKUIFitria, A., 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu SemestaHidayat, A. A. A., 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisa Data. Jakarta:Salemba MedikaHurlock, E.B., 1998. Piskologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.Notoatmodjo, S., 2007a. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.Notoatmodjo, S., 2007b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CiptaNursalam dan Pariani, S., 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:Sagung SetoProverawati dan Misaroh, 2009. Menarche. Jogjakarta: Muha MuliaSaryono dan Waluyo, S., 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Nuha MedikaSuparman dan Ivan, 2011. Premenstrual Syndrome. Jakarta : EGCWiknjosastro, H., 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP